A. UMUM
1. Latar Belakang
Sistem transportasi yang baik merupakan salah satu kebutuhan yang penting
dalam menunjang perkembangan dan kelancaran aktivitas sosial ekonomi
penduduk pada umumnya.
Seperti halnya di Kabupaten Sukabumi dimana merupakan daerah yang cukup
berkembang baik dari segi pembangunan daerahnya maupun dari segi
angkutannya.
Adapun transportasi di Kabupaten Sukabumi telah dilayani oleh angkutan umum
baik dalam trayek tetap dan teratur yang terdiri atas AKDP dan angkutan
perkotaaan maupun angkutan tidak dalam trayek seperti andong, ojek serta pick
up.
Jika dilihat kebutuhan akan pelayanan jasa transportasi yang cukup tinggi maka
peningkatan kehandalan sarana dan prasarana transportasi di dalam kota adalah
sangat penting di dalam menunjang aktivitas suatu sistem transportasi perkotaan.
Karena hal ini akan merangsang perkembangan segala aktivitas sosial ekonomi
dan pembangunan suatu wilayah.
b. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat langsung dari lapangan sesuai dengan
kondisi saat ini. Data primer ini didapat dari survai-survai yang dilakukan
langsung di daerah studi. Adapun survai-survai yang dilakukan dalam bidang
Operasional Angkutan Umum adalah sebagai berikut :
1. Survai Inventarisasi Angkutan Umum
a
Pendahuluan
Data inventarisasi angkutan umum merupakan data tentang inventarisasi
angkutan umum baik sarana maupun prasarananya, dimana data
inventarisasi angkutan umum ini dapat diperoleh dari Dinas Perhubungan
dan untuk melengkapinya dapat dilakukan dengan cara melakukan survai
inventarisasi angkutan umum dilapangan.
adalah untuk
Target data
a. Rute-rute angkutan umum yang beroperasi di wilayah Kabupaten
Sukabumi
b. Tipe kendaraan yang digunakan sebagai angkutan penumpang umum.
c. Persiapan Survai
Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum palaksanaan survai inventarisasi
angkutan umum ini adalah
(a) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survai
inventarisasi angkutan umum ini adalah alat-alat tulis dan formulir
survai inventarisasi angkutan umum,
pelaksana
yang
dibutuhkan
untuk
melakukan
survai
d. Pelaksanaan Survai
Survai inventarisasi angkutan umum ini dilakukan dengan cara
mengamati, mencatat dan melakukan wawancara kepada pengemudi
tentang hal-hal yang termuat dalam formulir survai inventarisasi angkutan
umum.
informasi
dari
setiap
kendaraan
penumpang umum yang melintas di ruas jalan pada setiap arah lalu lintas,
serta pintu masuk dan pintu keluar terminal. Survai statis terdiri dari survai
statis di terminal dan survai statis di ruas jalan. Survai statis di ruas jalan
merupakan survai statis yang dilakukan pada tempat dimana tiap rute
menyilang kordon dalam kearah masuk. Sedangkan survai statis di
terminal merupakan survai statis yang dilakukan pada pintu masuk dan
pintu keluar terminal angkutan umum.
(Over
crowding),
adalah
indicator
yang
3) Target Data
Data yang akan diamati dan dikumpulkan serta dicatat melalui formulir
survai statis diluar bus, mencakup :
(a) Nomor trayek kendaraan,
(b) Kapasitas kendaraan,
(c) Tanda nomor kendaraan,
4) Persiapan Survai
Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum palaksanaan survai statis ini adalah
(a) Peralatan dan perlengkapan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan survai
statis ini adalah:
a
alat-alat tulis,
clip board,
stop watch/jam
b.
c.
6) Pelaksanaan Survai
Surveyor mengambil posisi strategis pada lokasi/titik dalam terminal atau
ruas jalan yang akan diamati. Dan selanjutnya surveyor mengamati dan
mencatat hal-hal yang tercantum didalam formulir survai (nomor trayek
kendaraan, kapasitas kendaraan, tanda nomor kendaraan, jam kedatangan
dan jam keberangkatan, jumlah penumpang yang ada didalam kendaraan).
3. Survai On-bus
1) Pendahuluan
Survai dinamis atau survai di dalam kendaraan (On Bus Survey)
merupakan salah satu jenis survai dalam bidang angkutan umum yang
dilaksanakan didalam kendaraan yang menjadi obyek survai dengan
metode pencatatan jumlah penumpang yang naik dan turun kendaraan
yang menempuh suatu tayek, dimana surveyor ikut naik didalam
kendaraan tersebut untuk mencatat jumlah penumpang yang naik dan yang
turun serta waktu perjalanan pada setiap segmen atau setiap ruas jalan
yang dilewati trayek tersebut.
Identifikasi
kebutuhan
jumlah
armada,
bisa
berupa
b)
Waktu
perjalanan
Kecepatan rata-rata
untuk tiap trayek.
d)
Tingkat
perpindahan angkutan umum.
e)
Jumlah penumpang
yang naik pada setiap segmen,
f)
Jumlah penumpang
yang turun pada setiap segmen,
g)
Waktu
tempuh
Waktu Perjalanan
Waktu yang diperlukan untuk menjalanai setiap ruas rute. Untuk
perjalanan keluar terminal yang bermula di terminal bus atau daerah
terminal maka titik berangkat dalam terminal bus harus diperlakukan
sebagi simpul dan ruas. Pertama dari rute itu ialah dari titik
tersebut sampai dicapai jaringan jalan, untuk perjalanan yang masuk
terminal bus maka ruas terakhir dari rute itu ialah dari pintu masuk
terminal bus/daerah terminal sampai ke titik para penumpang turun
kendaraan di stasiun bus.
b)
c)
d)
Kode Trayek
5. Persiapan Survai
Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum palaksanaan survai statis ini adalah
(a) Peralatan dan perlengkapan
6. Metode Pelaksanaan
a)
Surveyor berada di
dalam kendaraan yang disurvai.
b)
Jumlah
yang disurvai :
kendaraan
7. Pelaksanaan Survai
Surveyor mengambil posisi strategis dalam kendaraan (sebaiknya dekat
pintu masuk dan keluar), dan surveyor mencatat jam keberangkatan serta
mencatat data pada formulir survai.
langsung
kepada
penumpang,
sehingga
diperoleh
4.
Perpindahan penumpang
Persiapan
survai
Hal-hal
yang
perlu
disiapkan
sebelum
Tenaga
pelaksana
yang
dibutuhkan
untuk
melakukan
survai
6) Pelaksanaan Survai
Survai ini dilakukan bersama-sama dengan survai dinamis, yaitu dengan
mewawancarai beberapa (sampel) penumpang yang ada dalam kendaraan
dengan pertanyaan yang telah disediakan dalam formulir survai untuk
mendapatkan data sebagai berikut :
a.
b.
c. Moda yang digunakan setelah turun dari angkutan umum ini untuk
mencapai tempat tujuan.
d. Jumlah perpindahan moda yang harus dilakukan dari tempat asal ke
tempat tujuan.
C. ANALISA DATA
2. Survai Inventarisasi Angkutan Umum
a) Survai Inventarisasi Sarana Angkutan Umum
Berdasarkan hasil survai inventarisasi sarana angkutan umum maka dapat
diketahui data-data mengenai angkutan umum yang berada di Kabupaten
Sukabumi. Data-data tentang angkutan umum berisi tentang informasiinformasi sebagai berikut :
1) Peta rute angkutan umum
Setelah dibuat Peta rute angkutan umum yaitu berupa pengelompokan
rute-rute yang dilayani angkutan umum pada jaringan jalan, dapat
diketahui bahwa jaringan trayek yang ada di Kabupaten Sukabumi,
dimana sebagian besar merupakan pola jaringan trayek yang berbentuk
radial.
5) Kepemilikan
Merupakan pengusaha yang memiliki atau mengoperasikan kendaraannya
sebagai angkutan penumpang umum.
Kepemilikan angkutan di Kabupaten Sukabumi untuk jenis angkutan
perkotaan adalah Perseorangan ( swasta ).
6) Sistem pemberangkatan
Merupakan cara/sistem pemberangkatan yang diterapkan untuk angkutan
umum tersebut, baik dengan berjadwal, diatur, tidak diatur. Dimana
angkutan di Kabupaten Sukabumi ini untuk angkutan jenis MPU sistem
pemberangkatannya dengan cara tidak diatur, sedangkan untuk angkutan
jenis mikro bus (elf) sistem pemberangkatan dengan cara diatur.
7) Tarif
yang
mengeluarkan
izin
adalah
Bupati
Sukabumi
Tempat parkir
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
Telepon umum
2. PALABUHAN RATU
Terminal ini terletak di Ibu Kota Kabupaten Sukabumi. Terminal pelabuhan ratu
merupakan terminal yang melayani angkutan antar dalam propinsi. Kendaraan
yang masuk ke terminal ini hanyalah kendaraan yang melayani angkutan kota
dalam propinsi, sedangkan untuk angkutan perkotaan hanya sebagian yang masuk
ke dalam terminal, ini disebabkan karena penumpang angkutan perkotaan lebih
memilih untuk menunggu angkutan umum di depan pasar Palabuhan Ratu,
sehingga banyak kendaraan yang mencarai/ngetem di luar terminal. Kondisi
seperti ini menyebabkan terganggunya arus lalu lintas yang berada di depan Pasar
palabuhan ratu.
Fasilitas fasilitas terminal
a
Tempat parkir
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
Telepon umum
3. CIKEMBANG
Terminal ini terletak di Kecamatan Cikembar, terminal ini hanya melayani satu
trayek angkutan perkotaan yaitu trayek Lembur Situ Cikembang. Dilihat dari
pelayanan yang tersedia maka terminal ini termasuk ke dalam terminal tipe C.
Fasilitas fasilitas terminal
a
Tempat parkir
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
Telepon umum
4. JUBLEG
Terminal ini terletak di Kecamatan Kebon Pedes yang berbatasan dengan Kota
Sukabumi. Dilihat dari pelayanan yang tersedia di terminal ini maka terminal ini
merupakan terminal tipe B, karena melayani angkutan antasr kota dalam propinsi.
Kodisi terminal ini lebih baik dibandingkan dengan terminal terminal lain yang ada
di Kabupaten Sukabumi, kerena semua kendaraan baik angkutan perkotaan maupun
angkutan pedesaan masuk ke dalam terminal untuk menaikkan ataupun menurunkan
penupang. Adapun fasilitas fasilitas yang tersedia di terminal ini adalah:
a
Tempat parkir
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
Telepon umum
5. CIBADAK
Dilihat dari tipe pelayanan angkutan yang tersedia maka terminal ini merupkan
terminal tipe C, karena hanya melayani angkutan perkotaan . Terminal ini terletak
di pusat kota Kabupaten Sukabumi. Banyak kendaraan yang tidak masuk ke
dalam terminal, karena kondisi terminal yang tidak memungkinkan untuk
menampung semua kendaraan yang ada di terminal ini. Dari 6 trayek yang
dilayani terminal ini hanya 3 trayek yang masuk ke dalam terminal yaitu trayek
Cibadak Nagrak, Cibadak Cikidang dan tayek Cibadak Kalapa Nunggal.
Pengaturan terminal yang kurang bagus dan luas terminal yang tidak memadai
menyebabkan kondisi terminal ini menjadi tidak teratur.
Fasilitas fasilitas terminal yang tersedia di terminal ini adalah:
Tempat parkir
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
Telepon umum
6. SUKARAJA
Tempat parkir
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
Telepon umum
7. PARUNGKUDA
Tempat parkir
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
Telepon umum
Tempat parkir
Mushola
m Toilet
n
Kantin
Kantor
8. Cisaat
Terminal tipe C ini terletak di Kecamatan Cisaat yang melayani 6 trayek angkutan
perkotaan.
Fasilitas fasilitas terminal
a
Tempat parkir
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
Telepon umum
Tempat parkir
Mushola
m Toilet
9.
Kantin
Kantor
Salabintana
Terminal tipe C ini hanya melayani 1 satu trayek angkutan perkotaan, terminal ini
terletak di Kecamatan Sukabumi. Kondisi terminal ini tidak terlihat seperti
terminal, karena tidak ada satupun kendaraan yang memasuki terminal. Karena
adanya obyek wisata yang ada di daerah dekat terminal, maka setiap hari libur
fungsi terminal berubah menjadi tempat parkir kendaraan kendaraan pribadi
yang sedang berkunjung ke lokasi wisata tersebut.
Fasilitas fasilitas terminal yang tersedia di terminal ini adalah:
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
Telepon umum
10. Cibareno
Terminal ini merupakan salah satu terminal yang baru dibangun oleh Dinas
Perhubungan Kabupaten Sukabumi dan baru berfungsi pada tahun 2004, Teminal
belum berfungsi secara optimal karena hanya ada 1 trayek angkutan umum yang
melalui terminal ini dan trayek tersebut hanya melintasi terminal ini untuk
membayar retribusi terminal.
Fasilitas fasilitas terminal
a
Tempat parkir
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
11. Cikidang
Tempat parkir
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
Tempat parkir
Bangunan kantor
Mushola
Toilet
Kantin
Telepon umum
3. Survai Statis
a) Survai statis di ruas jalan
1) Frekuensi
Nilai frekuensi diperoleh dari banyaknya jumlah kendaraan pada setiap
rute yang masuk atau keluar terminal pada satuan waktu tertentu, dalam
hal ini frekuensi dihitung untuk setiap jamnya.
Dalam perhitungan frekuensi kendaraan yang melakukan pelayanan
angkutan, dilakukan dengan cara menghitung kendaraan yang datang tiap
jam.
60
F =
H
Headway
Frekuensi angkutan dapat mempengaruhi waktu tunggu penumpang.
Semakin tinggi frekuensi maka semakin baik pelayanan angkutan tersebut
dari segi penumpang baik itu pada jam sibuk maupun di luar jam sibuk.
Standar ideal frekuensi angkutan untuk jam sibuk adalah 12 kend/jam dan
untuk di luar jam sibuk adalah 6 kend/jam.
Dari hasil analisa survai diperoleh data bahwa frekuensi tertinggi untuk
angkutan perkotaan pada jam sibuk adalah trayek 01 dengan 209
kend/jam, untuk diluar jam sibuk adalah trayek 01 dengan frekuensi 138
kend/jam. Hal ini tentunya merupakan pelayanan yang baik bagi
penumpang
sebab waktu
menunggunya
tidak
terlalu
lama
dan
(fxn)/ (n)
Dimana :
F : frekuensi standar Kabupaten Sukabumi (kend/jam)
f : frekuensi masing-masing trayek (kend/jam)
n : jumlah kendaraan masing-masing trayek.
Untuk data selengkapnya per trayek dapat dilihat pada tabel V. pada
lampiran.
Dari hasil survai diperoleh bahwa load faktor tertinggi untuk angkutan
perkotaan pada jam sibuk adalah trayek 40 yaitu 81,89 % dan pada jam
diluar sibuk adalah trayek 40 yaitu 71,47 %. Sedangkan untuk angkutan
perbatasan load faktor tertinggi adalah trayek 01.02 yaitu 75 %
x 100 %
Jumlah kendaraan menurut izin
Dari data tingkat operasi kendaraan dapat kita ketahui seberapa besar
kendaraan yang telah diberi izin, dioperasikan oleh operator angkutan
untuk pelayanan jasa angkutan. Dengan demikian dapat diketahui berapa
kebutuhan angkutan yang sebenarnya, apakah masih kurang atau mungkin
sudah berlebihan sehingga perlu dibuat kebijaksanaan baru lagi.
Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel V. pada lampiran.
Untuk analisa data sementara sama dengan analisa data sementara survai statis
di terminal, hanya saja tidak mensurvai kendaraan yang keluar masuk terminal
tapi kendaraan yang melintasi titik-titik survai di ruas jalan dengan cara dan
target data yang sama dengan survai statis di terminal.
terakhir.
Untuk menghitung faktor muat tiap ruasnya dapat menggunakan formula :
Dari hasil analisa diperoleh bahwa untuk angkutan perkotaan dengan faktor
muat tertinggi adalah trayek sebesar % dan angkutan perbatasan adalah
trayek sebesar %, Sedang faktor muat terendah untuk angkutan
perkotaan adalah trayek sebesar % dan trayek perbatasan adalah
sebesar %.
b) Waktu perjalanan tiap rute
Adalah waktu yang dibutuhkan kendaraan untuk menempuh panjang rute
tersebut pada trayeknya. Didapat dengan menggunakan formula :
Dari hasil survai diperoleh data bahwa waktu tempuh terlama untuk angkutan
perkotaan adalah trayek dengan menit dan untuk angkutan perbatasan
adalah trayek dengan menit sedangkan jarak tempuh tercepat untuk
angkutan perkotaan adalah trayek dengan menit dan angkutan
perbatasan adalah trayek dengan menit.
Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada tabel V. pada lampiran.
S
V=
t
Keterangan :
S : jarak (km)
V : kecepatan (km/jam)
t : waktu (jam)
Dari hasil survai diperoleh data bahwa kecepatan rata-rata tiap ruas tertinggi
untuk angkutan pedesaan adalah trayek dengan km/jam dan untuk
angkutan perbatasan adalah trayek dengan km/jam, sedangkan
kecepatan rata-rata tiap ruas terendah untuk angkutan pedesaan adalah trayek
dengan km/jam dan angkutan perbatasan adalah trayek dengan
km/jam.
Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada tabel V. pada lampiran.
Untuk tingkat perpindahan moda dapat dilihat pda tabel V. dan grafik (pie chart)
perpindahan moda dapt dilihat pada lampiran.
Dari data input survai Inventarisasi angkutan umum dapat diketahui persentase
panjang ruas yang berhimpit tiap trayek, yaitu dengan cara sebagai berikut :
panjang ruas yang berhimpit
x 100 %
B.
a) Frekuensi
Frekuensi yang diharapkan oleh penumpang adalah tinggi khususnya pada
saat kebutuhan memuncak ( waktu sibuk ). Dianjurkan bahwa frekuensi paling
sedikit pada waktu sibuk adalah 12 kendaraan tiap jam ( headway rata-rata 5
menit ). Setiap pelayanan yang mempunyai frekuensi pada waktu sibuk adalah
12 kendaraan tiap jam, atau jika lebih bukan merupakan masalah.
Selama waktu di luar sibuk frekuensi rata-rata adalah 6 kendaraan tiap jam
( headway rata-rata 10 menit ) yang dianjurkan sebagai frekuensi minimum
Ukuran
5 10 menit
Maksimum
10 20 menit
Sumber : Buku Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Yang Tertib
Ukuran
300 500 meter
Maksimum
Sumber : Buku Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Yang Tertib
b) Faktor Muat
Penumpang lebih senang faktor muat yang rendah, oleh karena hal itu
menunjukkan bahwa selalu tersedia tempat duduk sehingga perjalanannya
akan lebih menyenangkan.
Selama waktu sibuk pagi seringkali terjadi faktor muat yang tinggi. Pada
tingkat faktor muat ( dinamis ) yang melebihi 90 % pada jam sibuk pagi
memberikan peringatan kepada kita bahwa pertumbuhan permintaan yang
terjadi akan melewati batas kapasitas yang tersedia untuk trayek tersebut.
Oleh karena itu trayektrayek yang faktor muatnya kurang dari 90 % pada jam
sibuk pagi hari dari sudut pandang penumpang bukan merupakan trayek yang
bermasalah.
Formula yang dapat digunakan untuk menghitung faktor muat (load factor)
yaitu :
Jumlah penumpang
Lf =
%
x 100
kapasitas
c) Tingkat Perpindahan
Penumpang menginginkan suatu pelayanan angkutan umum yang baik yaitu
yang mampu memberikan pelayanan secara langsung dari awal sampai akhir
perjalanan tanpa adanya perpindahan moda angkutan maupun antar pelayanan
trayek.
Jika mereka harus berpindah maka perpindahan yang dapat diterima adalah
dibawah 50 % sebab keseluruhan waktu perjalanan akan bertambah dan biaya
perjalananpun akan meningkat jika terjadi trasfer moda angkutan.
Untuk mengetahui tingkat perpindahan penumpang dapat dihitung dengan
cara :
Jumlah penumpang yang pindah
Tingkat Perpindahan =
x 100 %
Jumlah sampel
Ukuran
0 1 kali
Maksimum
2 kali
Sumber : Buku Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Yang Tertib
Terlepas dari faktor diatas, umur kendaraan dapat dipakai sebagai indikator
kualitas pelayanan. Jika kita tetapkan sembarang standard, misalnya 5 tahun
Contoh :
Xi
X maks
X min
Maka
a) Angkutan Perkotaan
1) Rangking terbaik, yaitu trayek 19, dengan :
(a) Frekuensi jam sibuk sebesar 103 kendaraan/jam,
(b) Frekuensi jam tidak sibuk sebesar 82 kendaraan/jam,
(c) Faktor muat jam sibuk pagi sebesar 50,74 %,
(d) Faktor muat jam tidak sibuk sebesar 34,25 %,
(e) Tingkat perpindahan moda sebesar 27 %,
(f) Umur rata-rata kendaraan sebesar 7 tahun.
2) Rangking terburuk, yaitu trayek 23, dengan :
(a) Frekuensi jam sibuk sebesar 1 kendaraan/jam,
(b) Frekuensi jam sepi sebesar 1 kendaraan/jam,
(c) Faktor muat jam sibuk pagi sebesar 62,20 %,
(d) Faktor muat jam tidak sibuk sebesar 52,97 %,
(e) Tingkat perpindahan moda sebesar 49 %,
(f) Umur rata-rata kendaraan sebesar 5 tahun.
b) Angkutan Perbatasan
1) Rangking terbaik, yaitu trayek 01.015, dengan :
(a) Frekuensi jam sibuk sebesar kendaraan/jam,
(b) Frekuensi jam tidak sibuk sebesar kendaraan/jam,
(ketersediaan).
Adapun jumlah penumpang rata-rata tiap perjalanan dapat diperoleh dengan
cara sebagai berikut :
Jumlah penumpang rata-rata
Tiap perjalanan
jumlah penumpang
kapasitas angkut
b) Kemerataan Penumpang
Pendapatan operator didapat dari perolehan penumpang di sepanjang trayek
angkutannya. Bagi operator angkutan, trayek-trayek yang permintaannnya
stabil sepanjang hari dimana tidak dipengaruhi oleh waktu sibuk maupun
waktu di luar sibuk dianggap lebih menguntungkan. Pada saat orang-orang
memulai aktivitas rutinnya pada pagi hari maupun kembali ke rumah saat
siang ataupun menjelang sore , pada umumnya merupakan saat-saat sibuk dan
penumpang mencapai jumlah maksimumnya. Sedangkan di luar waktu
tersebut jumlah penumpang umumnya menurun. Hal inilah yang tidak
diharapkan oleh pihak operator apalagi jika penurunan ini terlalu drastis.
Pengoperasian angkutan tentunya dilakukan sepanjang hari sehingga
kestabilan jumlah penumpang sangat diharapkan pihak operator agar
pendapatan yang diperoleh mampu menutupi biaya operasi kendaraan yang
harus dikeluarkan setiap harinya.
Adapun jumlah permintaan untuk tiap trayek dalam hal penumpang tiap jam
selama jam-jam sibuk dan diluar jam sibuk dapat diukur dengan cara:
Penumpang rata-rata = Faktor muat (%) x Kapasitas kendaraan
Tiap kendaraan
Keuntungan yang diperoleh operator juga dapat dihitung dari pendapatan yang
diperoleh tiap penumpang per kilometer sepanjang trayek yang dilayaninya.
Pendapatan yang diperoleh dihitung dengan menetapkan ruas-ruas dengan
panjang tertentu (km) tempat naik dan turun penumpang sehingga diketahui
berapa jumlah penumpang dalam kendaraan setiap ruasnya.
Adapun
data
yang
diperoleh,
untuk
lebih
memudahkan
didalam
Pnp.
Pnp.turun
Naik
12
25
57
8
6
3
2
3
2
Pnp.
Panjang
Pnp. -
Dalam
ruas (Km)
Km
kendaraan
6
9
10
1,5
0,9
0,8
9
8,1
8
Langkah 1:
Kemudian dengan data yang telah diisikan ke dalam tabel tersebut, dapat kita
hitung panjang perjalanan penumpang rata-rata, yaitu :
Panjang perjalanan
Penumpang rata-rata
Langkah 2 :
Pendapatan rata-rata =
Tarif (Rp)
Tiap penumpang
Rata-rata panjang perjalanan penumpang
Untuk tarif jarak, tarif yang dimaksudkan disini adalah biaya yang dibayarkan
dari awal sampai akhir perjalanan. Sedangkan untuk tarif datar tentu saja
besarnya sama untuk setiap jarak tempuhnya.
Langkah 3 :
Nomer
Pend.Rata-rata
Pend.Rata-rata
Penyimpangan
Nilai
Trayek
A
B
Tiap Pnp-Km
55,8
68,5
Dari rata-rata
-4,7
+3,0
2
1
a) Angkutan Perkotaan
1) Rangking terbaik, yaitu trayek 28, dengan :
(a) Jumlah penumpang rata-rata tiap perjalanan sebesar 7 penumpang,
(b) Tingkat kemerataan penumpang sebesar 1,66
(c) Pendapatan rata-rata per penumpang per kilometer sebesar Rp395,09
2) Rangking terburuk, yaitu trayek 45, dengan :
(a) Jumlah penumpang rata-rata tiap perjalanan sebesar 5 penumpang,
(b) Tingkat kemerataan penumpang sebesar 1,41
(c) Pendapatan rata-rata per penumpang per kilometer sebesar Rp 311,17
c) Angkutan Perbatasan
1) Rangking terbaik, yaitu trayek 01.011, dengan :
(a) Jumlah penumpang rata-rata tiap perjalanan sebesar 11 penumpang,
(b) Tingkat kemerataan penumpang sebesar.
(c) Pendapatan rata-rata per penumpang perkilometer sebesar Rp 337,61
2) Rangking terburuk, yaitu trayek01.013 , dengan :
(a) Jumlah penumpang rata-rata tiap perjalanan sebesar 9 penumpang,
(b) Tingkat kemerataan penumpang sebesar
(c) Pendapatan rata-rata per penumpang per kilometer sebesar Rp 112,50
dalam pelayanan
Jumlah armada yang besar akan mampu memberikan pelayanan yang maksimal bagi
penumpang, sehingga tidak perlu berebutan yang pada akhirnya mampu
meningkatkan kenyamanan bagi penumpang.
Dilihat dari segi penumpang maka trayek 23 adalah yang bermasalah,
karena :
Frekwensi pada jam sibuk dan di luar sibuk yang kecil, sehingga tidak mampu
melayani permintaan penumpang secara maksimal.
Tingkat perpindahan moda yang tinggi tidak menguntungkan bagi penumpang karena
harus mengeluarkan biaya yang lbih besar dan waktu perjalanan yang lebih lama.
Waktu tempuh yang tinggi akan mengurangi frekwensi angkutan sehingga akan
mengurangi Biaya Operasi Kendaraan (BOK) sehingga pengeluaran operator rendah.
Dilihat dari segi operator maka trayek 45 adalah trayek terburuk, karena:
Penumpang rata-rata tiap perjalanan yang rendah sehingga kapasitas angkut sering
tidak terpenuhi, yang tentunya akan mengurangi pendapatan operator itu sendiri.
Tingkat kemerataan penumpang yang rendah menyebabkan faktor muat yang rendah
serta banyaknya kekosongan kapasitas angkut apalagi pada waktu di luar sibuk. Hal
ini tentu tidak menguntungkan bagi operator angkutan.
Demikianlah peringkatan angkutan umum, baik dilihat dari segi penumpang dan dari
segi operator angkutan.
Diharapkan dengan adanya data seperti ini dapat membantu untuk perbaikan
pelayanan angkutan umum.