PENDAHULUAN
.cabang
ilmu
stratigrafi
berdasarkan
maksud
diadakan
praktikum
Prinsip
Stratigrafi
acara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SATUAN LITOSTRATIGRAFI
yang memiliki daerah cukup luas dan lazimnya dapat dipetakan pada skala 1 :
25.000. Tebal suatu Formasi berkisar antara kurang dari satu meter sampai
beberapa ribu meter, oleh karena itu ketebalan bukanlah suatu syarat pembatasan
Formasi.
Anggota ialah bagian dari suatu Formasi yang secara litologi berbeda
dengan ciri umum Formasi yang bersangkutan, serta memiliki penyebaran lateral
yang berarti (Gb. 1).
Anggota selalu merupakan bagian dari suatu Formasi, tetapi Formasi tidak
selalu perlu mempunyai anggota. Kalau suatu formasi mempunyai satu Anggota
atau lebih, maka bagian yang lain dari Formasi tersebut tidak perlu dinyatakan
sebagai Anggota. Batas penyebaran lateral (pelamparan) suatu Anggota tidak
boleh melampaui batas pelamparan Formasi. Kelompok ialah suatu litostratigrafi
resmi setingkat lebih tinggi daripada Formasi dan karenanya terdiri dari dua
Formasi atau lebih yang menunjukkan keseragaan ciri-ciri litologi (Gb. 2).
Kelompok harus terdiri dari dua Formasi atau lebih yang telah ada dan
karenanya satu Kelompok tidak dapat berdiri sendiri. Harus diingat bahwa
Formasi itu adalah satuan dasar resmi dan tidak perlu termasuk dalam suatu
Kelompok serta tidak pula selalu terbagi menjadi Anggota.
Apabila dalam satu Kelompok terdapat Formasi yang membaji, maka
jumlah dan jenis susunan Formasinya tidak selalu tetap. Sebagai misal, suatu
Kelompok-Y di daerah I terdiri dari Formasi D, E dan F, di daerah II terdiri dari
Formasi E dan F.
dan
diendapkan
dalam lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur Kapur
Akhir. Batuan sedimen Formasi Malawa yang sebagian besar dicirikan oleh
endapan darat dengan sisipan batubara, menindih tak selaras batuan gunangai
Paleosen dan batuan flysch Kapur Akhir. Ke atas Formasi Malawa ini secara
berangsur beralih ke endapan karbonat Formasi Tonasa yang terbentuk secara
menerus dari Eosen Awal sampai bagian bawah Miosen Tengah. Tebal Formasi
Tonasa lebih kurang 3000 m, dan melampar cukup luas mengalasi batuan
gunungapi Miosen Tengah di barat. Sedimen klastika Formasi Salo Kalupang
yang Eosen sampai Oligosen bersisipan batugamping dan mengalasi batuan
gunungapi Kalamiseng Miosen Awal di timur.
Sebagian besar pegunungan, baik yang di barat maupun yang di timur, berbatuan
gunungapi. Di pegunungan yang timur, batuan itu diduga berumur Miosen Awal
bagian atas yang membentuk batuan Gunungapi Kalamiseng Di lereng timur
bagian utara pegunungan yang barat, terdapat batuan Gunungapi Soppeng yang
diduga juga berumur Miosen Awal. batuan sedimen berumur Miosen Tengah
sampai Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi yang berumur antara
8,93-9,29 juta tahun. Secara bersama batuan itu menyusun Formasi Camba yang
tebalnya sekitar 5000 m. Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dari
Formasi Camba ini yang menindih tak selaras Formasi Tonasa.
Selama Miosen akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah
Walanae di endapkan sedimen klastika Formasi Walanae. Batuan itu tebalnya
sekitar 4500 m, dengan bioherm batugamping koral tumbuh di beberapa tempat
(batugamping Anggota Taccipi). Formasi, Walanae berhubungan menjemari
dengan bagian atas Formasi Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen Akhir
sampai Pliosen Awal merupakan sumber bahan bagi Formasi Walanae. Kegiatan
gunungapi yang masih terjadi di beberapa tempat selama Pliosen, dan
menghasilkan batuan gunungapi Parepare (4,25-4,95 juta tahan) dan BaturapeCindako, juga merupakan sumber bagi formasi itu.
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah itu semuanya berkaitan erat dengan
kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sill dan retas, bersusunan
beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit. dan berumur berkisar
dari 8.3 sampai 19 2 juta tahun.
Setelah Pliosen Akhir, rupanya tidak terjadi pengendapan yang berarti di daerah
ini, dan juga tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan undak di utara Pangkajene
dan di beberapa tempat di tepi Sungai Walanae, rupanya terjadi selama Pliosen.
Endapan Holosen yang luas berupa aluvium terdapat di sekitar D. Tempe,
Endapan Permukaan
Qc
TERUMBU KORAL : batugamping terumbu, dibeberapa tempat di
sepanjang pantai terangkat membentuk singkapan kecil. Yang dipetakan hanya
ditemukan di selatan Marek. Di dangkalan Spermonde terumbuh koral muncul ke
atas muka laut, melampar kira-kira 60 km di lepas pantai ke arah barat, dan kirakira 50 km di lepas pantai ke arah timur di bagian selatan Lembar.
Qac
ENDAPAN ALUVIUM, DANAU DAN PANTAI: lempung, lanau.
lumpur pasir dan kerikil di sepanjang sungai besar, di sekitar lekuk Danau Tempe,
dan di sepanjang pantai.
Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral (Qc).
Sisipan lempung laut yang mengandung moluska (Arca,. Trocbus dan Cypraea)
dan buncak besi terdapat di sekitar Danau Tempe (tHoen & Ziegler, 1915).
Undak sungai yang berumur Plistosen (tak terpetakan) di Kampung Sompoh,
dekat Sungai Walanae, mengandung tulang gajah purba yang dikenali sebagai
Archidiscodon celebensis (Hooijer, 1949).
Formasi ini tebalnya sekitar 2000 m; tertindih tak selaras batuan Formasi Mallawa
dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan, dan menindih tak selaras Kompleks
Tektonik Bantimala.
menunjukkan kisaran umur Eosen Awal - Oligosen Akhir. Tebal satuan ini
diperkirakan tidak kurang dari 4500 m.
kurang dari 400 m; tertindih selaras oleh batugamping Temt. dan menindih tak
Selaras batuan sedimen Kb dan batuan gunungapi Tpv.
13
Batuan Gunungapi
Tpv BATUAN GUNUNGAPI TERPROPILITKAN : breksi, lava dan tufa. di
bagian atas lebih banyak tufa, sedangkan di bagian bawah lebih banyak lava:
umumnya bersifat andesit, sebagian trakit dan basal; bagian atas bersisipan serpih
merah dan batugamping; komponen breksi beraneka, dari beberapa cm sampai
melebihi 50 cm, terekat tufa yang jumlahnya kurang dari 50%; lava dan breksi
m) dan sil trakit dan andesit, dengan arah umum retas timurlaut-baratdaya. Satuan
ini ditaksir setebal 4.000 m, menindih takselaras batugamping Formasi Tonasa dan
ditindih; selaras batuan Formasi Camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.
Tpbv BATUAN GUNUNGAPI BATURAPE CINDAKO : lava dan breksi,
dengan sisipan sedikit tufa dan konglomerat; bersusunan basal, sebagian besar
ponfiri dengan fenokris piroksen sampai 1 cm panjangnya, dan sebagian
tansatmata; kelabu tua kehijauan hingga hitam; lava sebagian berkekar meniang
dan sebagian berkekar lapis; pada umumnva breksi berkomponen kasar, 15 cm 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, terekat oleh tufa,
Dasit pasir sampai lapili, mengandung
banyak sepaian piroksen. Satuan batuan ini tebalnya tidak kurang dari 1250 m di
lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai setelah selatan daerah lembar ini
menindih takselaras batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv); mungkin berumur
Pliosen Akhir
Marada (Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), tetapi tidak ada
santuhan dengan batugamping Formasi Tonasa Temt).
Penarikhan jejak belah percontoh granodiorit menghasilkan umur 19 + 2 juta
tahun, dan memberikan dugaan batuan terobosan ini ditempatkan selama Miosen
(T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis. 1978).
t TRAKIT: terobosan trakit berupa stok, sil dan retas; bertekstur porfir kasar
dengan fenokris sanidin sampai 3 cm panjangnya; berwarna putih keabuan sampai
kelabu muda. Di sekitar Bantimala dan Tanetteriaja trakit menerobos batugamping
Formasi Tonasa, dan di utara Soppeng menerobos batuan gunungapi Soppeng
(Tmsv).
Penarikhan Kalium/Argon trakit; dari barat Bantimala (lokasi 3 dan 4
menghasilkan : pada felspar 8,3 juta tahun, dan pada biotit 10.9 juta tahun
(Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).
b BASAL : terobosan basal berupa sil, stok dan retas, kebanyakan bertekstur
porfir dengan fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, dan
sebagian putih tansatmata; berwarna kelabu tua kehitaman sampai kehijauan,
sabagian dicirikan oleh srtuktur kekar meniang bersegi enam, beberapa di
antaranya bertekstur gabro.
Terobosan basal di sekitar Tonasa membentuk sil di dalam batugamping Formasi
Tonasa dan terobosan yang terjadi di sekitar Malawa kebanyakan membentuk
retas dalam batuan Formasi Malawa.
TEKTONIKA
Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan stratigrafi dan tektonikanya
adalah
sedimen
flych
Formasi
Balangbaru
dan
Formasi
Marada; bagian bawah takselaras menindih satuan yang lebih tua, dan bagian
atasnya ditindih takselaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua
merupakan masa yang terimbrikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan,
tergerus, terdaunkan dan sebagian tercampur menjadi melange. Oleh karena itu
komplek batuan ini dinamakan Komplek Tektonik Bantimala. Berdasarkan
himpunan batuannya diduga Formasi Balangbaru dan Formasi Marada itu
merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman Kapur
Akhir. Gejala ini menunjukkan, bahwa melange di Daerah Bantimala terjadi
sebelum Kapur Akhir.
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada Kala Paleosen, yang hasil erupsinya
terlihat di timur Bantimala dan di daerah Birru (lembar Ujungpandang, Benteng &
Sinjai). Pada Kala Eosen Awal, rupanya daerah di barat berupa tepi
daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi
Malawa; sedangkan di daerah timur, berupa cekungan laut dangkal tempat
pengendapan batuan klastika bersisipan karbonat Formasi Salo Kalupang.
Pengendapan Formasi Malawa kemungkinan hanya berlangsung selama awal
Eosen, sedangkan Formasi Salo Kalupang berlangsung sampai Oligosen Akhir.
Di barat diendapkan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas sejak Eosen Akhir
sampai Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa selama waktu itu terjadi
paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan
adanya pengendapan. Proses tektonik di bagian barat ini berlangsung sampai
Miosen Awal, sedangkan di bagian timur kegiatan gunungapi sudah mulai lagi
selama Miosen Awal, yang diwakili oleh Batuan Gunungapi Kalamiseng dan
Soppeng (Tmkv dan Tmsv).
Akhir kegiatan ganungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang
menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi
cekungan tempat pembentukan Formasi Walanae. Peristiwa ini kemungkinan
besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan menurun perlahan selama
sedimentasi sampai Kala Pliosen. Menurunnya Terban Walanae dibatasi oleh dua
sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya nampak hingga
sekarang di sebelah timur, dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak
menerus di sebelah barat.
Selama terbentuknya terban Walanae, di timur kegiatan gunungapi terjadi hanya
di bagian selatan sedangkan di barat terjadi kegiatan gunungapi yang hampir
merata dari selatan ke utara, berlangsung dari Miosen Tengah sampai Pliosen.
Bentuk kerucut gunungapi masih dapat diamati di daerah sebelah barat ini, di
antaranya Puncak Maros dan G. Tondongkarambu. Suatu tebing melingkar
mengelilingi G. Benrong, di utara G. Tondongkarambu, mungkn. merupakan sisa
suatu kaldera.
Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah, dan
tumbuh sampai setelah Pliosen. Pelipatan besar yang berarah hampir sejajar
dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya, tekanan
mendatar berarah kira-kira timut-barat pada waktu sebelum akhir Pliosen.
Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan
batuan pra-kapur Akhir di Daerah Bantimala yang kemudian tertekan melawati
batua tersier.
Penyesaran yang relarif lebih kecil di bagian timur Lembar Walanae dan di bagian
barat pegunungan barat yang berarah
baratlaut - tenggara dan merencong,
kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.
2.3. Keselarasan Dan Ketidak Selarasan
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
LAMPIRAN :
PETA STASIUN (DIGIT DI ARCGIS)
PETA GEOLOGI ( DIGIT DI ARCGIS)
KOLOM LITOSTRATIGRAFI (BUAT DI COREL)
PERHITUNGAN KETEBALAN
PERHITUNGAN KOREKSI DIP