Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal
dari bahasa Latin, Strata (perlapisan, hamparan) dan Grafia (memerikan,
menggambarkan). Jadi pengertian stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari
tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan lapisan batuan itu dengan lapisan
batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang
sejarah bumi.
Litostratigrafi merupakan

.cabang

ilmu

stratigrafi

berdasarkan

karakteristik litologi. dan hubungan stratigrafinya. Litologi yang diamati ketika


melakukan observasi di lapangan meliputi jenis batuan, kenampakan fisik batuan
seperti warna, mineral, komposisi, dan ukuran butir, struktur geologi, dan gejala
lain pada tubuh batuan. Kandungan fosil juga harus diamati apabila terdapat pada
tubuh batuan, karena merpakan salah satu komponen batuan.
Berdasarkan hal tersebut kita dapat mendefinisikan satuan litologi sebagai
satuan batuan yang didasarkan dengan karakteristik fisik sedangkan litostratigrafi
berkaitan dengan studi mengenai hubungan stratigrafi antara lapisan yang dapat
didefinisikan berdasarkan litologi.
1.2 Maksud Dan Tujuan
Adapun

maksud

diadakan

praktikum

Prinsip

Stratigrafi

acara

Lithostratigrafi yaitu mengetahui cara pembuatan sayatan penampang peta geologi


dan kolom lithostrasigrafi.

Adapun tujuan praktikum Prinsip Stratigrafi acara Lithostratigrafi antara


lain:
1. Mengetahui cara pembuatan sayatan penampang peta geologi.
2. Mengetahui cara pembuatan kolom stratigrafi
3. Mengetahui sejarah geologi daerah penelitian.
1.3 Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Kertas A4
2. Alat Tulis Kantor (Pena, Pensil, Penghapus)
3. Penggaris
4. Pensil Warna
5. Busur Derajat
6. Kertas Grafik
7. kalkulator
8. Double tip
9. Problem set
10. Sandi Stratigrafi Indonesia 1996

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. SATUAN LITOSTRATIGRAFI

Pembagian Litostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan batuan di bumi


secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada ciri-ciri
litologi. Pada Satuan Litostratigrafi penentuan satuan didasarkan pada ciri-ciri
batuan yang dapat diamati di lapangan. Penentuan batas penyebaran tidak
tergantung kepada batas waktu.
Ciri-ciri litologi meliputi jenis batuan, kombinasi jenis batuan,
keseragaman gejala litologi batuan dan gejala-gejala lain tubuh batuan di
lapangan. Satuan Litostratigrafi dapat terdiri dari batuan sedimen, metasedimen,
batuan asal gunungapi (pre-resen) dan batuan hasil proses tertentu serta kombinasi
daripadanya. Dalam hal pencampuran asal jenis batuan oleh suatu proses tertentu
yang sulit untuk dipisahkan maka pemakaian kata Komplek dapat dipakai
sebagai padanan dari tingkatan satuannya (misalnya Komplek Lukulo). Satuan
Litostratigrafi pada umumnya sesuai dengan Hukum Superposisi, dengan
demikian maka batuan beku, metamorfosa yang tidak menunjukkan sifat
perlapisan dikelompokan ke dalam Satuan Litodemik. Sebagaimana halnya
mineral, maka fosil dalam satuan batuan diperlakukan sebagai komponen batuan.
Satuan Litostratigrafi Resmi ialah satuan satuan yang memenuhi
persyaratan Sandi, sedangkan Satuan Litostratigrafi Tak Resmi ialah satuan yang
tidak seluruhnya memenuhi persyaratan Sandi.
Satuan tak resmi sedapat-dapatnya harus bersendi kepada ciri litologi;
Bila ciri litologi tak dipergunakan, maka ciri-ciri yang didapat dengan cara
mekanik, geofisika, geokimia atau penelitian lainnya, dapat pula dipakai sebagai
sendi satuan tak resmi.

A. BATAS DAN PENYEBARAN


Batas satuan litostratigrafi ialah sentuhan antara dua satuan yang berlainan
ciri litologi, yang dijadikan dasar pembeda kedua satuan tersebut. Batas satuan
ditempatkan pada bidang yang nyata, batasnya merupakan bidang yang
diperkirakan kedudukannya (batas arbitrer).

Satuan-satuan yang berangsur

berubah atau menjari-jemari, peralihannya dapat dipisahkan sebagai satuan


teresendiri apabila memenuhi persyaratan Sandi.
Penyebaran suatu satuan litostratigrafi semata-mata ditentukan oleh
kelanjutan ciri-ciri litologi yang menjadi ciri penentunya. Dari segi praktis,
penyebaran suatu satuan litostratigrafi dibatasi oleh batas cekungan pengendapan
atau aspek geologi lain. Batas-batas daerah hukum (geografi) tidak boleh
dipergunakan sebagai alasan berakhirnya penyebaran lateral (pelamparan) suatu
satuan.
Batas satuan litostratigrafi tidak perlu berimpit dengan batas satuan
stratigrafi lainnya (misalnya batas satuan waktu).
A. TINGKATAN-TINGKATAN SATUAN LITOSTRATIGRAFI
Urutan tingkat satuan litostratigraf resmi, masing-masing dari besar
sampai kecil ialah : Kelompok, Formasi dan Anggota.
Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostartigrafi.
Formasi harus memiliki keseragaman atau ciri-ciri litologi yang nyata, baik terdiri
dari satu macam jenis batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau lebih. Formasi
dapat tersingkap dipermukaan, berkelanjutan ke bawah permukaan atau
seluruhnya di bawah permukaan. Formasi haruslah mempunyai nilai startigrafi

yang memiliki daerah cukup luas dan lazimnya dapat dipetakan pada skala 1 :
25.000. Tebal suatu Formasi berkisar antara kurang dari satu meter sampai
beberapa ribu meter, oleh karena itu ketebalan bukanlah suatu syarat pembatasan
Formasi.
Anggota ialah bagian dari suatu Formasi yang secara litologi berbeda
dengan ciri umum Formasi yang bersangkutan, serta memiliki penyebaran lateral
yang berarti (Gb. 1).
Anggota selalu merupakan bagian dari suatu Formasi, tetapi Formasi tidak
selalu perlu mempunyai anggota. Kalau suatu formasi mempunyai satu Anggota
atau lebih, maka bagian yang lain dari Formasi tersebut tidak perlu dinyatakan
sebagai Anggota. Batas penyebaran lateral (pelamparan) suatu Anggota tidak
boleh melampaui batas pelamparan Formasi. Kelompok ialah suatu litostratigrafi
resmi setingkat lebih tinggi daripada Formasi dan karenanya terdiri dari dua
Formasi atau lebih yang menunjukkan keseragaan ciri-ciri litologi (Gb. 2).
Kelompok harus terdiri dari dua Formasi atau lebih yang telah ada dan
karenanya satu Kelompok tidak dapat berdiri sendiri. Harus diingat bahwa
Formasi itu adalah satuan dasar resmi dan tidak perlu termasuk dalam suatu
Kelompok serta tidak pula selalu terbagi menjadi Anggota.
Apabila dalam satu Kelompok terdapat Formasi yang membaji, maka
jumlah dan jenis susunan Formasinya tidak selalu tetap. Sebagai misal, suatu
Kelompok-Y di daerah I terdiri dari Formasi D, E dan F, di daerah II terdiri dari
Formasi E dan F.

Suatu Formasi dapat ditingkatkan menjadi Kelompok kalau ternyata


memenuhi persyaratan. Nama Kelompok mempergunakan nama Formasi yang
telah diakui. Sebagai misal, Formasi A yang ditingkatkan menjadi Kelompok,
nama barunya jadi Kelompok A.
2.2. STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN (REGIONAL)
Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui terdiri dari batuan ularabasa,
batuan malihan dan batuan melange. Batuannya terbreksikan dan tergerus dan
mendaun, dan sentuhannya dengan formasi dl sekitarnya berupa sesar atau
ketidselarasan. Penarikhan radiometri pada sekis yang menghasilkan 111 juta
tanun Kemungkinan menunjukkan peristiwa malihan akhir pada tektonik Zaman
Kapur. Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh endapan flysch Formasi
Balangbaru dan Formasi Marada yang tebalnya lebih dari 2000 m dan berumur
Kapur Akhir. Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu dengan bukti adanya
sisipan lava dalam flysch.
Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5- 63,0 it),

dan

diendapkan

dalam lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur Kapur
Akhir. Batuan sedimen Formasi Malawa yang sebagian besar dicirikan oleh
endapan darat dengan sisipan batubara, menindih tak selaras batuan gunangai
Paleosen dan batuan flysch Kapur Akhir. Ke atas Formasi Malawa ini secara
berangsur beralih ke endapan karbonat Formasi Tonasa yang terbentuk secara
menerus dari Eosen Awal sampai bagian bawah Miosen Tengah. Tebal Formasi
Tonasa lebih kurang 3000 m, dan melampar cukup luas mengalasi batuan
gunungapi Miosen Tengah di barat. Sedimen klastika Formasi Salo Kalupang
yang Eosen sampai Oligosen bersisipan batugamping dan mengalasi batuan
gunungapi Kalamiseng Miosen Awal di timur.
Sebagian besar pegunungan, baik yang di barat maupun yang di timur, berbatuan
gunungapi. Di pegunungan yang timur, batuan itu diduga berumur Miosen Awal
bagian atas yang membentuk batuan Gunungapi Kalamiseng Di lereng timur
bagian utara pegunungan yang barat, terdapat batuan Gunungapi Soppeng yang
diduga juga berumur Miosen Awal. batuan sedimen berumur Miosen Tengah
sampai Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi yang berumur antara
8,93-9,29 juta tahun. Secara bersama batuan itu menyusun Formasi Camba yang

tebalnya sekitar 5000 m. Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dari
Formasi Camba ini yang menindih tak selaras Formasi Tonasa.
Selama Miosen akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah
Walanae di endapkan sedimen klastika Formasi Walanae. Batuan itu tebalnya
sekitar 4500 m, dengan bioherm batugamping koral tumbuh di beberapa tempat
(batugamping Anggota Taccipi). Formasi, Walanae berhubungan menjemari
dengan bagian atas Formasi Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen Akhir
sampai Pliosen Awal merupakan sumber bahan bagi Formasi Walanae. Kegiatan
gunungapi yang masih terjadi di beberapa tempat selama Pliosen, dan
menghasilkan batuan gunungapi Parepare (4,25-4,95 juta tahan) dan BaturapeCindako, juga merupakan sumber bagi formasi itu.

Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah itu semuanya berkaitan erat dengan
kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sill dan retas, bersusunan
beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit. dan berumur berkisar
dari 8.3 sampai 19 2 juta tahun.
Setelah Pliosen Akhir, rupanya tidak terjadi pengendapan yang berarti di daerah
ini, dan juga tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan undak di utara Pangkajene
dan di beberapa tempat di tepi Sungai Walanae, rupanya terjadi selama Pliosen.
Endapan Holosen yang luas berupa aluvium terdapat di sekitar D. Tempe,

di dataran Pangkajene-Maros dan di bagian utara dataran Bone.

Endapan Permukaan

Qpt ENDAPAN UNDAK: kerikil, pasir dan lempung, membentuk dataran


rendah bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Terutama berasal dari batua
pra-tersier di sebelah timur Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara
morfologi dari endapan aluvium yang lebih muda. Satuan ini barangkali dapat
dinasabahkan dengan endapan undak di dekat sungai Walanae yang mengandung
tulang gajah purba yang berumur Plistosen; tidak terpetakan. Lempung, pasir dan
kerikil yang tidak terpetakan di daerah tata-sungai Walanae mungkin termasuk
satuan ini.

Qc
TERUMBU KORAL : batugamping terumbu, dibeberapa tempat di
sepanjang pantai terangkat membentuk singkapan kecil. Yang dipetakan hanya
ditemukan di selatan Marek. Di dangkalan Spermonde terumbuh koral muncul ke
atas muka laut, melampar kira-kira 60 km di lepas pantai ke arah barat, dan kirakira 50 km di lepas pantai ke arah timur di bagian selatan Lembar.
Qac
ENDAPAN ALUVIUM, DANAU DAN PANTAI: lempung, lanau.
lumpur pasir dan kerikil di sepanjang sungai besar, di sekitar lekuk Danau Tempe,
dan di sepanjang pantai.
Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral (Qc).
Sisipan lempung laut yang mengandung moluska (Arca,. Trocbus dan Cypraea)
dan buncak besi terdapat di sekitar Danau Tempe (tHoen & Ziegler, 1915).
Undak sungai yang berumur Plistosen (tak terpetakan) di Kampung Sompoh,
dekat Sungai Walanae, mengandung tulang gajah purba yang dikenali sebagai
Archidiscodon celebensis (Hooijer, 1949).

Batuan Sedimen dan Bautan Gunungapi


Kb FORMASI BALANGBARU : sedimen tipe flysch; batupasir berselingan
dengan batulanau, batulempung dan serpih bersispan konglomerat, batupasir
konglomeratan. tufa dan Lava; batupasirnya bersusunan grewake dan arkosa.
sebagian tufaan dan gampingan: pada umumnva menunjukkan struktur turbidit; di
beberapa tempat di temukan konglomerat dengan susunan basal, andesit, diorit.
serpih, tufa terkersikkan, sekis, kuarsa, dan bersemen batupasir; pada umumnya
padat dan sebagian serpih terkersikkan. Di bawah mikroskop, batupasir dan
batulanau terlihat mengandung pecahan batuan beku.

metasedimen dan rijang radiolaria. Daerah baratlaut mengandung banyak


batupasir dan ke arah tenggara, lebih banyak batulempung dan serpih.
Baru-baru ini Labaratorium Total CTF mengenali Globotruncana pada serpih
-lanauan dari sebelah timur Bantimala, dan pada grewake dari jalan antara
Padaelo Tanetteriaja yang berumur Kapur Akhir (P.F Burollet, hubungan tertulis,
1979).

Formasi ini tebalnya sekitar 2000 m; tertindih tak selaras batuan Formasi Mallawa
dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan, dan menindih tak selaras Kompleks
Tektonik Bantimala.

Km FORMASI MARADA (van Leeuwen. 1974): sedimen bersifat flysch;


perselingan batupasir, batulanau, arkosa, grewake. serpih dan konglomerat;
bersisipan batupasir dan batulanau gampingan, tufa. lava dan breksi yang tersusun
oleh basal, andesit dan trakit.
Batupasir dan batulanau berwarna kelabu muda sampai kehitaman; serpih
berwarna kelabu tua sampai coklat tua: konglomerat tersusun oleh kerikil andesit
dan basal: lava dan breksi terpropilitkan kuat dengan mineral sekunder berupa
karbonat, silikat, serisit, klorit dan epidot. Fosil Globotruncana dari batupasir
gampingan yang dikenali oleh PT Shell menunjukkan umur Kapur Akhir dan
diendapkan di lingkungan neritik dalam (T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis.
1978). Formasi ini tebalnya lebih dari 1000 m.

Teos FORMASI SALO KALUPANG: batupasir, serpih dan batulempung.


berselingan dengan konglomerat gunungapi, breksi dan tufa bersisipan lava,
batugamping dan napal, batulempung. serpih dan batupasir di beberara tempat
tercirikan oleh warna merah, coklat, kelabu dan hitam; setempat mengandung
fosil moluska dan foraminifera, terutama di dalam lapisan batugamping dan napal
pada umumnya gampingan. padat dan sebagian dengan urat kalsit, sebagian
serpihnya sabakan; kebanyakan lapisan terlipat kuat dengan kemiringan antara
20 - 57. penampang di Salo Kalupang memperlihatkan lebih banyak
konglomerat di bagian barat, dengan komponen andesit dan basal. Di sebelah
timur Palatae tersingkap lebih banyak tufa dan batupasir daripada di SaLo
Kalupang. Di timur Samaenre terdapat lebih banyak singkapan serpih daripada di
tempat lain; batuannya berwarna coklat kemerahan dan kelabu berselingan dengan
batugamping berlapis (Teol) dan batupasir.
Fosil foraminifera yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1971 dan
1974). dan lokasi A.29.b. Tc.239.b dan Tc.239.d yang, di
antaranya Discocyclina javana (VERBEEK), Nummulites sp. , N. gizehensis
FORSKAL. V pengaronensis (VERBEEK), Heterostegina sp, Catapsydrax
unicavus
BOLLI-LOEBLICH-TAPPAN,
Globorotalia
opima
BOLLI.
Globigerina binaensis KOCH, Gn. tripartita BOLLI. Gn. tapuriensis BLOW &
BANNER, Gn. venezuelana HEDBERG, ganggang dan lithothamnium.

menunjukkan kisaran umur Eosen Awal - Oligosen Akhir. Tebal satuan ini
diperkirakan tidak kurang dari 4500 m.

Tem FORMASI MALAWA: batupasir, konglomerat, batulanau. batulempung.


dan napal, dengan sisipan lapisan atau lensa batubara dan batulempung;
Batupasirnya sebagian besar batupasir kuarsa, ada pula yang arkosa, grewake. dan
tufaan, umumnya berwarna kelabu muda dan coklat muda; pada umumnya
bersifat rapuh, kurang padat; konglomeratnya sebagian kompak; batulempung.
batugamping dan napal umumnya mengandung moluska yang belum diperiksa,
dan berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; batubara berupa lensa setebal
beberapa sentimeter dan berupa lapisan sampai 1,5 m.
Penelitian palinologi terhadap sisipan batubara telah dilakukan oleh Asrar Khan
(M.E - Scrutton, Robertson
Research, hubungan tertulis, 1974) dan oleh Robert H. Tschudy (Don E. Wolcort,
USGS, hubungan tertulis, 1973). Sepuluh buah contoh dari singkapan B.32 (a-f)
dan B.54 (a-c, dan RR.10), daerah Tanetteriaja, dan sebuah dari dekat galian
lempung di Tonasa mengandung fosil mikroflora sbb.: Acritarchs sp.,
Anacolosidites sp., Anno daceae sp. Barringtonia sp, Betulaceae pollen,
Bombacaceae sp., Compositae sp. Cyatbidites sp., Dicolpopollis cf , D. kalewesis,
D. verrucate, D. smooth, Dinoflagellates sp., Florscbuetzia trilobata, Gunnera
sp., Intratriporopollenites, Leotriletes sp., Monosulcate pollen, Monosulites sp.,
Myricaceae pollen, Olacacea sp., Palmea pollen, Psilamonoletes sp,.
Retitricolpitesantonii. Retikutcbensis (VENKATCHALA & KAR. 1968),
Sapotaceoidacpollenites sp., Sterculiaceae sp., Syncolporate pollen, Tetraporina
sp., Tricolpate
pollen, Tricolpate verrucate pollen, Triporate pollen.
Verrucatosporites sp., Verrustriletesmajor. dan Verrutricolporites sp. Berdarsarkan
fosil tersebut A . Khan dan R.H. Tschudy memperkirakan umur Paleogen dengan
lingkungan paralas sampai dangkal.
Berdasarkan fosil Ostrakoda dari contoh batuan B.45/e. E. Hazel memperkirakan,
umur Eosen (DL. Wolcort. USGS, hubungan tertulis. 1973). Fosil Ostracoda yang
dikenali adalah: Bairdiiac sp,. Cytberella sp,. Cytberelloidea sp,.1 Cytberelloidea
sp.2
Cytboropteron
sp.1
Cytboropteron sp.2, Kritbinids sp,. Loxoconcba sp,. Paijenborcbella sp,.
Pokornyella sp,. Traciryleberis sp,. Dan xestoberis sp,.Tebal formasi ini tidak

kurang dari 400 m; tertindih selaras oleh batugamping Temt. dan menindih tak
Selaras batuan sedimen Kb dan batuan gunungapi Tpv.

Temt FORMAST TONASA : batugamping koral pejal sebagian terhablurkan.


Berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit.
Berwarna putih coklat muda dan kelabu muda. sebagian berlapis baik, berselingan
dengan napal globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping
berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran; di
dekat, Malawa, daerah Camba terdapat batugamping yang mengandung glaukonit,
dan di beberapa tempat di daerah Ralla ditemukan batugamping yang
mengandung banyak sepaian sekis dan batuan ultramafik; batugamping berlapis
sebagian mengandung banyak foraminifera besar, napalnya banyak mengandung
foraminifera kecil dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak kerang
(pelecypoda) dan siput (gastropoda) besar.
Batugamping pejal pada umumnya terkekarkan kuat; di daerah Tanetteriaja
terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur barugamping berlapis.
Fosil dari batuan Formasi Tonasa telah dikenali oleh D. Kadar (Hubungan tertulis
1971, 1973), Reed & Malicoat (M.W. Konts, hubungan tertulis, 1972),
Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973, 1974), dan oleh Sudiyono (hubungan
tertulis, : 1973). Contoh batuan yang dianalisa dari lokasi: A.46, A.112, B.28.b.
B.29. B30. B.33, P.58, B. 129, C.8, C51, D.30, Ta.72, Ta.79. Ta.81, Ta.90. Ta.131,
Ta.134.d, Ta.186.a. Ta.452, Ta.506. Tb.2. Tc.65.a. Tc.94, Tc.100, Tc.134, Td.6,
Td.20. Td.63, Td.70. Td.101, Td.112, Td.116, Te.121, Te.216.a, Ti.1, Ti.3, dan
Ti.9. Fosil yang dikenali termasuk: Dictyoconus sp., Asterocydina sp., An.
matanzensis COLE, Biplanispira sp., Discocyclina sp., Nummulites sp., N.
atacicus LEYMERIE. N. pangaronensis (VERBEEK), Fasciolites sp., F. oblonga
DORBIGNY, Alveolinella sp., Orbitolites sp., Pellatispira sp., P. madaraszi
HANTKEN, P. orbitoidae PROVALE. P. provaleae YABE, Spiroclypeus sp., S.
tidoenganensis VAN DER VLERK. S. verinicularis TAN, Globorotalia sp., Gl.
centralis CUSHMAN & BERMUDEZ, Gl, mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl.
obesa BOLLI, Gl preamenardii CUSHMAN & STAINFORTH. Gl. siakensis (LE
ROY), Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn. dehiscens
(CHAPMAN-PARR COLLINS) Hantkenina alabamensis CUSHMAN,
Heterostegina sp., H. bornensis VAN DER VLERK, Austrotrillina bowcbini
(SCHLUMBERGER), Lepidocyclina sp.,

L. cf. Omphalus TAN, L. Ephippioides JONES, L, sumatrensis (BRADY), L.


parva OPPENOORTH, Iniogypsina sp., Globigerina sp., G. venezuelana
HEDBERG, Globigerinoides sp., Gd. altiaperturus BOLLI, Gd. immaturus LE
ROY, Gd. Subquadratus BRONNI- MANN, Gd. trilobus (REUSS), Orbulina
bilobata (DORBIGNY). O. suturalis BRONNIMANN, O. universa
DORBIGNY, Opercuna sp., Amphistegina sp. dan Cycloclypeus sp. Gabungan
fosil ini menunjukkan kisaran umur dari Eosen Awal (Ta.2) sampai Miosen
Tengah (Tf), dan lingkungan neritik dangkal hingga dalam dan laguna. Tambahan
pulah ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain. ganggang, koral dan moluska
dalam formasi ini.
Tebal formasi ini diperkirakan tidak kurang dari 3000 m; menindih selaras batuan
Formasi Malawa, dan tertindih tak selaras batuan Formasi Camba; diterobos oleh
sill, retas, ban stok batuan beku yang bensusunan basal, trakit, dan diorit.

Tmc FORMASI CAMBA : batuan sedimen laut berselingan dengan batuan


gunungapi; batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau dan
batulempung; bersisipan dengan napal, batugamping konglomerat dan breksi
gunungapi, dan setempat dengan batubara, berwarna beraneka, putih , coklat,
merah, kuning, kelabu muda sampai kehitaman: umumnya mengeras kuat dan
sebagian kurang padat; berlapisan dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufanya
berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna, merah mengandung
banyak mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit
dan basal dengan ukuran antan 2 cm dan 40 cm; batugamping pasiran dan
batupasir gampingan mengandung pecahan koral dan moluska: batulempung
gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan moluska; sisipan
batubara setebal 40 cm ditemukan di S. Maros. Pada umumnya berlapis baik,
terlipat lemah dengan kemiringan sampai 30.
Fosil dari Formasi Camba telah dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis. 1971,
1973, 1974). A.F Malicoat (M.W. Kontz, hubungan tertulis, 1972), dan oleh
Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1974), dari contoh batuan: B.27, B.73, B.134.
C.43, C.44. Ta.57. Ta.153. Ta.243. Ta.275, Ta.276, Tc.48. Tc.416. Td.46, Td.182.
Td.332, dan Ti.15. Fosil-fosil yang dikenali termasuk: Lepidocyclina cf.
borneensis PROVALE. Lephippioides JONES & CHAPMAN. L. sumatrensis
(BRADY) Iniogypsina sp., Globigerina venezuelana HEDBERG , Globorotalia
baroemoenensis LEROY. Gl. mayeri CUSHMAN & ELISOR, Gl menardii
(DORBIGNY. Gl lenguaensis BOLLI. Gl. lobata BERMUDEZ. G.l obesa
BOLLI, Gl. peripheroacuta BLOW &

BANNER. Gl. praemenardii CUSHMANN & STAINFORTH. Gl. siakensis


(LEROY) Globoqudrina altispira (CUSHMAN JARVIS,, Gn dehiscens
(CHAPMAN PARR-COLLINS) Globerinaoides immaturus LEROY. Gd.
obliquas BOLLI, Gd. Sacculifer (BRADY, Gd. Subquadratus BRONNIMANN.
Gd. Trilobus (REUSS), Orbulina universa DORBIGNY, Biorbulina bilobata
(DORBIGNY), Operculina sp., Cycloclypeus sp., Hastigerina Praesiphonifera
BLOW, Sphaeroidinellopsis seminulina (SCEWAGER), Sp. kochi (CAUDRIE),
dan Sp. subdehiscens BLOW. Gabungan fosil ini menunjukkan umur berkisar dari
Miosen Tengah sampai Miosen Akhir (N.9N.15), dan lingkungan neritik.
Lagi pula ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain, ganggang dan koral dalam
formasi ini. Kemungkinan sebagian dari Formasi Camba diendapkan dekat daerah
pantai. Secara setempat ditemukan pula fosil berumur Pliosen Awal, seperti yang
di sebelah utara Ujung Pandang.
Satuan ini tebalnya sekitar 5000 m, menindih tak selaras batugamping dari
Formasi Tonasa (Temt) dan batuan dari Formasi Malawa (Tem), mendatar
berangsur berubah jadi bagian bawah dari pada Formasi Walanae (Tmpw);
diterobos oleh retas, Sil dan stok bersusunan basal piroksen, andesit dan diorit.
Tmcv, Anggota Batuan Gunungapi; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen
laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus
hingga lapili; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung
mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan
andesit dan basal; umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan,
amigdaloidal dan berlubang-lubang diterobos oleh retas, sill dan stok bersusunan
basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat.
Pemeriksaan petrografi menunjukkan fonolit nefelin, porfiri sienit nefelin, diabas
hipersten, tufa batuan basa andesit, andesit, andesit trakit dan basal leusit
(Subroto dan Saefuddin, hubungan tertulis, 1972): dan tefrit leusit basanit leusit,
leusitit dan dasit (von Steiger, 1913).
Penarikan Kalium Argon pada batuan basal dari lokasi 7 menghasilkan 17,7 juta
tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis, 1972), dasit dan andesit dari lokasi 1
dan 2 masing-masing menghasilkan umur 8,93 dan 9,29 juta tahun (ET.D.
Obradovich, hubungan tertulis, 1974), dan basal dari Birru menghasilkan 6,2 juta
tahun
(T.M.
vaan
Leeuwen,
hubungan
tertulis,
1978).
Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska dan
sepaian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir

gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil


foraminifera.
Fosil yang dikenali oleh Sudiyono dan Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973,
1974) dari lokasi Td.7 dan Td.338 adalah Globigerina venezuelana (HEDBERG),
Globorotalia mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl. menardii (DORBIGNY), Gl.
siakensis (LEROY). Gl. acostaensis BLOW, Gl. Cf. dutertrei, Globoquadrin.a
altispira (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides extremus BOLLI. Gd
immaturus LEROY, Gd. obliqus BOLLI. Gd. ruber (DORBIGNY) Gd.
sacculifer (BRADY), Gd. trilobus (REUSS), Hastigerina aequilateralis
(BRADY), dan Sphaerodinellopsis subdehiscens (BLOW). Baik gabungan fosil
maupun data radiometri menunjukkan jangka umur Miosen Tengah - Miosen
Akhir.
Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan laut neritik sebagai fasies
gunungapi Formasi Camba, menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa
dan batuan Formasi Malawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat,
setempat breksi gunungapi mengandung sepaian batugamping seperti yang
ditemukan di S. Paremba; tebal diperkirakan tidak kurang dari 4000 m.
Tmca : Basal di sekatar G. Gatarang yang dikelilingi tebing melingkar
menyerupai kaldera, dan juga di beberapa tempat yang lain, tercirikan oleh
limpahan kandungan leusit.
Tmcl, Anggota Batugamping, batugamping, batugamping tufaan, batugamping
pasiran, setempat dengan sisipan tufa; sebagian kalkarenit, pejal dan sarang,
berbutir halus sampat kasar; putih, kelabu, kelabu kecoklatan, coklat muda dan
coklat; sebagian mengandung glaukonit: fosil terutama foraminifera, dan sedikit
moluska dan koral.
Fosil yang dikenali oleh D. Radar (hubungan tertulis, 1973) dan contoh batuan
Ta.37, Ta.52, Ta.58.a, Td.104 dan Td.105, adalah: Lepidocyclina sp., L. cf)
omphalus TAN, L. sumtrensis (BRADY), B. Verbeeki (NEWTON & HOLLAND),
Mogypsina sp., M. thecidaeforinis (RUTTEN), M. cf. cupulaeforinis (ZUFFARDICOMERCY), Globorotalia sp., Gl. Mayeri CUSHMANN & ELLISOR, Gl.
lobata BERMUDEZ, Gl. praemenardii CUSHMANN & STAINFORTH. Gl
praescitula BLOW, Gl. siakensis (LEROY), Globorotaloides variabilis BOLLI,
Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn. globosa BOLLI,
Globigerinoides sp., Gd. immaturus LEROY. Gd. sacculifer (BRADY) Gd.

subquadratus BRONNIMANN, Biorbulina bilobata (DORBIGNY), Orbulina


suturalis BRONNIHANN, O. universa DORBIGNY, Hastigerina siphonifera
(DORBIGNY), Sphaeroidinellopsis kochi (GAUDRIE), Sp. Seminulina
(SGHWAGER), Operculina sp., Amphistegina sp., Cyclocypeus sp., dan
ganggang. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah (Tf; N.9 N. 13).

Tmpw FORMAS1 WALANAE : batupasir berselingan dengan batulanau, tufa,


napal, batulempung. konglomerat dan batugamping:
Sebagian memakas dan sebagian repih; umumnya berwarna muda, putih keabuan,
kecoklatan dan kelabu muda. Batupasir berbutir halus sampai kasar, umumnya
tufaan dan gampingan, terdiri terutama dari sepaian batuan beku dan sebagian
mengandung banyak kuarsa. Komponen batuan gunungapi jumlahnya bertambah
secara berangsur ke arah barat dan selatan, terdiri dari butiran abu hingga lapili,
tufa kristal, setempat mengandung banyak batuapung dan biotit. Konglomerat
ditemukan lebih banyak di bagian selatan dan barat, tersusun terutama dari kerikil
dan kerakal andesit, trakit dan basal. Ke arah utara dan timur jumlah karbonat dan
klastika bertambah; di sekitar Tacipi batugamping berkembang jadi anggota
Tacipi; di daerah sekitar Watampone ditemukan lebih banyak batugamping pasiran
berlapis yang berselingan dengan napal. batulempung, batupasir dan tufa.
Fosil foram kecil banyak ditemukan di dalam napal dan sebagian batugamping;
setempat moluska ditemukan melimpah di
dalam batupasir, napal dan
batugamping; di daerah selatan setempat ditemukan ada tumbuhan di dalam
batupasir silangsiur dan beberapa lensa batubara di dalam batulempung; batutahu
ditemukan di dalam batupasir dekat Pampanua dan Sengkang, daerah utara.
Fosil foraminifera yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1973. 1974),
oleh Pumarnaningsih dan M. Karmini (hubungan tertulis, 1974) dan contoh
batuan
Ta.150.
Ta.157,
Ta.168.
Ta.192.
Ta.219.
Ta.
24O Ta.389, Tc.296.a, Td.43, dan Te.75, adalah: Lepidocyclina sp.,
Katacyclocypeus sp., Miogypsina sp.. Globigerina bulloides DORBIGNY, G.
nephentes DODD, Globorotalia obesa BOLLI. Gl. dutertrei (DORBIGNY), Gl.
lobata BERMUDEZ, Gl. Scitula (BRADY), Gl. acostaensis BLOW. Gl. crassula
CUSHMAN & STEWART, Gl. merotumida BLOW & BANNER Gl. Tumida
(BRADY;, Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides
conglobatus, BRADY. Gd. Extremus BOLLI, Gd. immaturus LEROY. Gd. ruber
(DORBINY) Gd. sacculifer (BRADY). Gd. obliquus BOLLI, Gd. trilobus

13

(REUSS). Orbulina universa DORBIGNY, Hastigerina aequilateralis


(BRADY), Sphaeroidinellopsizs seminulina (SCHWACER), Ep. subdehiscens
BLOW, Pulleniatina obiquiloculata
(PARKER & JONES), Amphistegina sp., dan Operculina sp. Gabungan fosil
tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah - Pliosen (N.9-N.20). Lagi pula
ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain, moluska, ganggang dan koral dalam
formasi ini.
Satuan batuan ini tersebar luas di sepanjang lembah S. Walanae, di timur D.
Tempe dan sekitar Watampone; pada umumnya terlipat lemah, dengan kemiringan
lapisan kurang dan 15, pelipatan kuat terjadi di sepanjang lajur sesar, dengan
kemiringan sampai 60. Bagian bawah formasi ini diperkirakan menjemari dengan
Formasi Camba, dan bagian atasnya menjemari dengan Batuan Gunungapi
Parepare; telal diperkirakan tidak kurang dari 4.500 m.
Tmpt, Anggota Tacipi: batugamping koral dengan sisipan batugamping berlapis,
napal, batulempung, batupasir, dan tufa: putih, kelabu muda, dan kelabu
kecoklatan; sebagian sarang dan sebagian pejal. setempat berstruktur breksi dan
konglomerat; setempat mengandung banyak moluska.
Fosil foram yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1974), dan lokasi
E.755 dan Ta. 157 adalah : Amphistegina sp., Operculina sp., Orbulina sp.,
Rotalia sp., dan Gastropoda. Satuan ini di banyak tempat membentuk pebukitan
kerucut, dan beberapa membentuk punggungan yang sejajar dengan pantai timur,
yaitu di barat Watampone; di lembah S. Walanae, dan di utara Tacipi,
batugamping Anggota Tacipi tarsingkap di sana-sini di dalam batuan Formasi
Walanae; tebal satuan ini dperkirakan tidak kurang dan 1700 m.

Batuan Gunungapi
Tpv BATUAN GUNUNGAPI TERPROPILITKAN : breksi, lava dan tufa. di
bagian atas lebih banyak tufa, sedangkan di bagian bawah lebih banyak lava:
umumnya bersifat andesit, sebagian trakit dan basal; bagian atas bersisipan serpih
merah dan batugamping; komponen breksi beraneka, dari beberapa cm sampai
melebihi 50 cm, terekat tufa yang jumlahnya kurang dari 50%; lava dan breksi

berwarna kelabu tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan dan


terpropilitkan, mengandung banyak karbonat dan silikat.
Penarikhan Kalium/Argon pada basal dan timur Bantimala (lokasi 5)menghasilkan umur 58,5 juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis. 1974),
dan penarikhan jejak belah pada tufa dari bagian bawah Batuan Gunungapi Langi
menghasilkan umur 63 + 2 juta tahun (T.M. van Leeuwen. hubungan tertulis
1978).
Satuan ini tebalnya sekitar 400 m; sebagai lanjutan dan yang tersingkap di Birru,
di lembar Ujung Pandang, Benteng & Sinjai, yang oleh van Leeuwen (1974)
disebut batuan Gunungapi Langi; ditindih takselaras oleh batuan Eosen Formasi
Tonasa dan Formasi Malawa; diterobos oleh batuan granodiorit dan basal.

Tmkv BATUAN GUNUNGAPI KALAMISENG : lava dan breksi, dengan


sisipan tufa, batupasir, batulempung dan napal; kebanyakan bersusunan basal dan
sebagian andesit; kelabu tua hingga kelabu kehitaman, umumnya tansatmata,
kebanyakan terubah, amidaloid dengan mineral sekunder karbonat dan silikat;
sebagian lavanya menunjukkan struktur bantal.
Satuan batuan ini tersingkap di sepanjang daerah pegunungan di timur lembah
Walanae, terpisahkan oleh lajur sesar dari batuan sedimen dan karbonat yang
berumur Eosen di bagian baratnya diterobos oleh retas dan stok basal, ansdesit
dan diorit.
Satuan batuan ini berumur lebih muda dari batugamping Eosen dan lebih tua dari
Formasi Camba Miosen Tengah, mungkin Miosen Bawah; dan tebalnya tidak
kurang dari 4.250 m.

Tmsv BATUAN GUNUNGAPI SOPPENG : breksi gunungapi dan lava,


dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili, dan batulempung; di bagian utara
lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan di bagian selatan lebih banyak lavanya;
sebagian bersusunan basal piroksen dan sebagian basal leusit, kandungan
leusitnya makin banyak ke arah selatan: sebagian lavanya berstuktur bantal dan
sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm - 50 cm; warnanya
kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan.
Batuan gunungapi ini pada umumnya terubah sangat kuat, amigdaloid dengan
mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat; diterobos oleh retas (0,5 m - 1

m) dan sil trakit dan andesit, dengan arah umum retas timurlaut-baratdaya. Satuan
ini ditaksir setebal 4.000 m, menindih takselaras batugamping Formasi Tonasa dan
ditindih; selaras batuan Formasi Camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.
Tpbv BATUAN GUNUNGAPI BATURAPE CINDAKO : lava dan breksi,
dengan sisipan sedikit tufa dan konglomerat; bersusunan basal, sebagian besar
ponfiri dengan fenokris piroksen sampai 1 cm panjangnya, dan sebagian
tansatmata; kelabu tua kehijauan hingga hitam; lava sebagian berkekar meniang
dan sebagian berkekar lapis; pada umumnva breksi berkomponen kasar, 15 cm 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, terekat oleh tufa,
Dasit pasir sampai lapili, mengandung
banyak sepaian piroksen. Satuan batuan ini tebalnya tidak kurang dari 1250 m di
lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai setelah selatan daerah lembar ini
menindih takselaras batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv); mungkin berumur
Pliosen Akhir

Tppv SATUAN GUNUNGAPI PAREPARE : tufa, berbutir halus sampai lapili,


breksi dan konglomerat gunungapi , setempat dengan sisipan lava dan batupasir
tufaan: terutama bersusunan trakit dan andesit, pemeriksaan petrografi
menunjukan andesit trakit, beberapa lapisan tufa mengandung banyak biotit;
umumnya memakas lemah dan sebagian repih; berwarna putih keabuan hingga
kelabu; setempat terlihat lapisan silang-siur dan sisa tumbuhan. Sebagian dari
batuan, gunungapi ini di daerah timur terdiri terutama dari lava (Tppl), bersusunan
trakit, mengandung banyak biotit. Satuan ini ditaksir setebal 500 m, menindih
batuan Formasi Camba dan kemungkinan menjemari dengan bagian atas Formasi
Walanae. Umurnya Pliosen, berdasarkan penarikhan radiometri pada trakit dan
tufa dari timurlaut Parepare (Lembar Majene-Palopo), yang masing-masing
menghasilkan 4,25 dan 4,95 juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis, 1974)
Batuan Terobosan
gd GRANODIORIT : terobosan granodiorit, berwarna kelabu muda, dengan
miksoskop batuannya terlihat mengandung felspar. kuarsa, biotit, sedikit piroksen
dan horenblenda, dengan mineral ikutan zirkon, apatit dan magnetit; mengandung
senolit bersusunan diorit dan diterobos oleh aplit; beberapa bagian yang
bersusunan diorit terkaolinkan.
Batuan terobosan ini terdapat dibagian tenggara Lembar, tersingkap luas di sekitar
Birru, di lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai. menerobros batuan Formasi

Marada (Km) dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), tetapi tidak ada
santuhan dengan batugamping Formasi Tonasa Temt).
Penarikhan jejak belah percontoh granodiorit menghasilkan umur 19 + 2 juta
tahun, dan memberikan dugaan batuan terobosan ini ditempatkan selama Miosen
(T.M. van Leeuwen, hubungan tertulis. 1978).

d DIORIT GRANODIORIT : terobosan diorit dan granodiorit, terutama


berupa stok dan sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur porfir, berwarna
kelabu muda sampai kelabu. Diorit yang tersingkap di sebelah utara Bantimala
dan di sebelah timur Birru menerobos batu pasir Formasi Balangbaru dan batuan
ultramafik; terobosan yang terjadi di sekitar Camba sebagian terdiri dari
granodiorit porfir, dengan banyak fenokris berupa biotit dan amfibol, dan
menerobos batugamping Formasi Tonasa dan batuan Formasi Camba.
Penarikhan Kalium/Argon granodiorit dari timur Camba (lokasi 8) pada biotit
menghasiikan 9.03 juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis 1974).

t TRAKIT: terobosan trakit berupa stok, sil dan retas; bertekstur porfir kasar
dengan fenokris sanidin sampai 3 cm panjangnya; berwarna putih keabuan sampai
kelabu muda. Di sekitar Bantimala dan Tanetteriaja trakit menerobos batugamping
Formasi Tonasa, dan di utara Soppeng menerobos batuan gunungapi Soppeng
(Tmsv).
Penarikhan Kalium/Argon trakit; dari barat Bantimala (lokasi 3 dan 4
menghasilkan : pada felspar 8,3 juta tahun, dan pada biotit 10.9 juta tahun
(Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).

b BASAL : terobosan basal berupa sil, stok dan retas, kebanyakan bertekstur
porfir dengan fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, dan
sebagian putih tansatmata; berwarna kelabu tua kehitaman sampai kehijauan,
sabagian dicirikan oleh srtuktur kekar meniang bersegi enam, beberapa di
antaranya bertekstur gabro.
Terobosan basal di sekitar Tonasa membentuk sil di dalam batugamping Formasi
Tonasa dan terobosan yang terjadi di sekitar Malawa kebanyakan membentuk
retas dalam batuan Formasi Malawa.

Penarikhan Kalium/Argon pada batuan basal dari lokasi 7, di timur Tonasa 1,


menunjukkan umur 17,7 juta tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).

Kompleks Tektonika Bantimala

Ub BATUAN ULTRABASA : peridotit, sebagian besar terserpentinkan,


berwarna hijau tua sampai hijau kehitaman; kebanyakan terbreksikan dan tergerus
17
melalui sesai naik ke arah baratdaya; pada bagian yang pejal terlihat struktur
berlapis, dan di beberapa tempat mengandung buncak dan lensa kromit; satuan ini
tebalnya tidak kurang dan 2500 m, dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan
batuan di sekitarnya.

s BATUAN MALIHAN : sebagian besar sekis dan sedikit genes; secara


megaskopik terlihat mineral di antaranya glaukofan, garnet, epidot,
mika dan klorit; di bawah mikroskop tHoent & Ziegler (1915) dan Subroto &
Saefudin (hubungan tertuis. 1972) mengenali sekis glaukofan, eklogit, sekis
garnet, sekis amfibol, sekis kiorit, sekis muskovit, sekis muskovit-tremoilitaktinolit, sekis muskovit-aktinolit, genes albit-ortoklas, dan genes kuarsa-felspar;
eklogit tidak ditemukan berupa singkanan, melainkan berupa sejumlah bongkah
besar di daerah batuan malihan; di lokasi Te. 149.a sekisnya mengandung grafit;,
berwarna kelabu, hijau, coklat dan biru.
Baruan malihan ini umumnya berpendaunan miring ke arah timurlaut, sebagian
terbreksikan, dan tersesarkan naik ke arah baratdaya. Satuan ini tebalnya tidak
kurang dari 2000 m dan bersentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.
Penarikhan Kalium/Argon pada sekis di timur Bantimala (lokasi 5) menghasilkan
umur 111 juta tahun (J.D. Obradovich. hubungan tertulis, 1974).

m KOMPLEK MELANGE : batuan campur aduk secara tektonik terdiri dari


grewake, breksi, kongomerat, batupasir; terkersikkan, serpih kelabu, serpih merah,
rijang radiolaria merah, batusabak, sekis, ultramafik, basal, diorit dan lempung;
himpunan batuan ini mendaun, kebanyakan miring ke arah timurlaut dan
tersesarkan naik ke arah baratdaya; satuan ini tebalnya tidak kurang dari 1750 m,
dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.

TEKTONIKA
Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan stratigrafi dan tektonikanya
adalah
sedimen
flych
Formasi
Balangbaru
dan
Formasi
Marada; bagian bawah takselaras menindih satuan yang lebih tua, dan bagian
atasnya ditindih takselaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua
merupakan masa yang terimbrikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan,
tergerus, terdaunkan dan sebagian tercampur menjadi melange. Oleh karena itu
komplek batuan ini dinamakan Komplek Tektonik Bantimala. Berdasarkan
himpunan batuannya diduga Formasi Balangbaru dan Formasi Marada itu
merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman Kapur
Akhir. Gejala ini menunjukkan, bahwa melange di Daerah Bantimala terjadi
sebelum Kapur Akhir.
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada Kala Paleosen, yang hasil erupsinya
terlihat di timur Bantimala dan di daerah Birru (lembar Ujungpandang, Benteng &
Sinjai). Pada Kala Eosen Awal, rupanya daerah di barat berupa tepi
daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi
Malawa; sedangkan di daerah timur, berupa cekungan laut dangkal tempat
pengendapan batuan klastika bersisipan karbonat Formasi Salo Kalupang.
Pengendapan Formasi Malawa kemungkinan hanya berlangsung selama awal
Eosen, sedangkan Formasi Salo Kalupang berlangsung sampai Oligosen Akhir.
Di barat diendapkan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas sejak Eosen Akhir
sampai Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa selama waktu itu terjadi
paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun sejalan dengan
adanya pengendapan. Proses tektonik di bagian barat ini berlangsung sampai
Miosen Awal, sedangkan di bagian timur kegiatan gunungapi sudah mulai lagi
selama Miosen Awal, yang diwakili oleh Batuan Gunungapi Kalamiseng dan
Soppeng (Tmkv dan Tmsv).
Akhir kegiatan ganungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang
menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi
cekungan tempat pembentukan Formasi Walanae. Peristiwa ini kemungkinan
besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan menurun perlahan selama
sedimentasi sampai Kala Pliosen. Menurunnya Terban Walanae dibatasi oleh dua
sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya nampak hingga

sekarang di sebelah timur, dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak
menerus di sebelah barat.
Selama terbentuknya terban Walanae, di timur kegiatan gunungapi terjadi hanya
di bagian selatan sedangkan di barat terjadi kegiatan gunungapi yang hampir
merata dari selatan ke utara, berlangsung dari Miosen Tengah sampai Pliosen.
Bentuk kerucut gunungapi masih dapat diamati di daerah sebelah barat ini, di
antaranya Puncak Maros dan G. Tondongkarambu. Suatu tebing melingkar
mengelilingi G. Benrong, di utara G. Tondongkarambu, mungkn. merupakan sisa
suatu kaldera.
Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen Tengah, dan
tumbuh sampai setelah Pliosen. Pelipatan besar yang berarah hampir sejajar
dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan dengan adanya, tekanan
mendatar berarah kira-kira timut-barat pada waktu sebelum akhir Pliosen.
Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan
batuan pra-kapur Akhir di Daerah Bantimala yang kemudian tertekan melawati
batua tersier.
Penyesaran yang relarif lebih kecil di bagian timur Lembar Walanae dan di bagian
barat pegunungan barat yang berarah
baratlaut - tenggara dan merencong,
kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.
2.3. Keselarasan Dan Ketidak Selarasan

BAB III PROSEDUR KERJA


BAB IV PEMBAHASAN
4.1. STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN
4.1.1. STRATIGRAFI DAERAH BARRU
4.1.1.1. SATUAN......
4.1.1.2.B SATUAN....
4.1.1.3.......
BAB V SEJARAH GEOLOGI DAERAH BARRU
BAB VI PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
LAMPIRAN :
PETA STASIUN (DIGIT DI ARCGIS)
PETA GEOLOGI ( DIGIT DI ARCGIS)
KOLOM LITOSTRATIGRAFI (BUAT DI COREL)
PERHITUNGAN KETEBALAN
PERHITUNGAN KOREKSI DIP

Anda mungkin juga menyukai