TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hamper konstan pada
arteri. Hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi, dimana tekanan tersebut
dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah sehingga hipertensi ini
berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Standar hipertensi
adalah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg. (Sugiharto, 2007)
Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah
yang memberi gejalaberlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul
kerusakan lebihberat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian
yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah
jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada ototjantung). Selain
penyakit tersebut dapat pula menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh lain,
diabetes mellitus dan lain-lain. (Sugiharto, 2007).
2.3 Epidemiologi
Prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai
penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 28,6 %
penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita Hipertensi. (Sugiharto, 2007)
Tabel 2.1
Klasifikasi Menurut JNC 7 (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure) (Renkwalder,
2004).
Kategori
Tekanan Tekanan
Darah Tekanan
Darah
Sistol (mmHg)
Diastol (mmHg)
Normal
< 120
< 80
Pra-Hipertensi
120-139
80-89
140-159
90-99
160
100
Hipertensi:
Tahap 1
Tahap 2
Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi
wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh
darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari
pada wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan,
seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun
pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut
Edward D. Frohlich seorang pria dewas|a akan mempunyai peluang lebih
besar yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi.Usia Insidensi
hipertensi primer meningkat seiring dengan pertambahan usia. 50-60 % pasien
dengan umur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg.
c. Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi primer. Hal ini disebabkan
lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah.
d. Asupan garam
Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan sekresi hormon natriuretik.
Hormon tersebut menghambat aktivitas sel pompa natrium dan mempunyai
efek penekanan pada sistem pengeluaran natrium sehingga terjadi peningkatan
volume plasma yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah.
e. Hiperaktivitas simpatis
Pada hipertensi primer, sekresi katekolamin yang meningkat akan memacu
produksi renin menyebabkan konstriksi arteriol dan vena serta meningkatkan
curah jantung.
2.6 Patofisiologi
Teori terkini patofisiologi hipertensi meliputi (Valentina, 2003) :
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (SNS)
a. Respons maladaptif terhadap stimulasi saraf simpatis.
b. Perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang
menetap.
langsung
menyebabkan
vasokonstriksi
tetapi
juga
insulin
berhubungan
dengan
penurunan
pelepasan
(adrenomedulin,
urodilatin,
oksida
nitrat)
kemungkinan
a. Sakit kepala, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
b.
c.
d.
e.
darah intrakranium.
Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
menurunkan
meningkatkan
kadar
kecepatan
HDL,
denyut
yang
dapat
jantung
istirahat.
mengurangi
Olahraga
terbentuknya
f. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau arteri
dengan menginterfensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi.
Sebagian penyekat saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran
lambat kalsium otot jantung; sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran
kalsium otot polos vaskular. Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan
denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR.
g. Penghambat enzim pengubah angiotensin 2 atau inhibitor ACE berfungsi
untuk menurunkan angiotensin 2 dengan menghambat enzim yang diperlukan
untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin 2. Kondisi ini menurunkan
tekanan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak
langsung dengan menurunkan sekresi aldosteron, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium pada urine kemudian menurunkan volume plasma
dan curah jantung. Inhibitor ACE juga menurunkan tekanan darah dengan
efek bradikinin yang memanjang, yang normalnya memecah enzim. Inhibitor
ACE dikontraindikasi untuk kehamilan.
h. Antagonis (penyekat) reseptor (beta blocker), terutama penyekat selekif,
bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan
curah jantung.
i. Antagonis reseptor alfa (a-blocker) menghambat reseptor alfa di otot polos
vaskular yang secara normal berespons terhadap rang-sangan simpatis dengan
vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
j. Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk menurunkan TPR.