Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi
yang tinggi di dunia, sebanyak 17% insidensi terjadi pada pria (peringkat kedua setelah
kanker prostat) dan 19% pada wanita (peringkat ketiga setelah kanker payudara dan kanker
kolorektal).
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah
sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera
Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan disebabkan oleh kanker paru
sebesar 30%. (Depkes RI, 2004).
Faktor- faktor risiko kanker paru yaitu merokok, terpapar asbestos, riwayat adanya
penyakit paru interstisial, terpapar zat beracun (nikel, kromium, klorometil eter), terpapar
uranium atau radon, dan infeksi HIV. Dari semua faktor risiko, merokok adalah penyebab
utama terjadinya kanker paru pada 80-90% kasus kanker paru meskipun hanya 10-15%
perokok terserang kanker paru.
Dampak negatif konsumsi tembakau dan paparan terhadap asap tembakau yang telah
terbukti adalah penyakit kanker paru, kanker mulut dan organ lainnya, penyakit jantung dan
saluran pernapasan kronik. Rokok kretek mengandung tembakau sebanyak 60-70%. Ada
selang waktu 20-25 tahun di antara mulai merokok hingga mulai timbul penyakit. Akibatnya,
dampak negatif terjadi tanpa disadari. (WHO Indonesia & DepKes RI, 2003)
Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan menyatakan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok
dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data dari WHO, prevalensi merokok di kalangan
orang dewasa meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995. Pada tahun
2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Ratarata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun
pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan
bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2 % (15-19 tahun), melonjak ke 60,1 %
(20-24 tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65%
antara 1995 dan 2001 lebih tinggi dari kelompok lain manapun. (WHO, 2001). Dapat
dilihat bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok dalam jangka waktu 5 tahun.
Merokok dapat membahayakan hampir semua organ tubuh dan akan menimbulkan berbagai
penyakit yang tentunya dapat memengaruhi kesehatan perokok secara umum, diantaranya:
1. Kanker
Merokok dapat menyebabkan sekitar 90% kematian akibat kanker paru-paru pada
pria serta 80% pada wanita. Resiko kematian karena faktor kanker paru-paru dapat 23
kali lebih tinggi pada pria perokok dan 13 kali lebih tinggi pada wanita yang merokok
dibandingkan
pada
mereka
yang
bukan
tidak
merokok.
Pada sebuah riset menunjukkan bahwa bukan perokok yang tinggal bersama perokok
memiliki resiko 24% lebih tinggi untuk terkena penyakit kanker paru-paru
dibandingkan bukan perokok pada umumnya
2. Gangguan pernapasan
Bahaya merokok dapat meningkatkan resiko kematian karena penyakit paru-paru
yang kronis sampai 10 kali lipat. Sekitar 90% kematian karena penyakit paru-paru
kronis disebabkan karena merokok.
3. Gangguan janin
Kebiasaan merokok juga akan berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi dan
janin yang terdapat dalam kandungan, termasuk kemandulan, keguguran, kematian
janin, bayi lahir dengan berat badan rendah, serta sindrom kematian mendadak bayi.

4. Penyakit jantung
Merokok dapat menimbulkan pengerasan pada pembuluh darah. Kondisi seperti ini
merupakan penumpukan zat lemak pada pembuluh darah, lemak dan plak memblok
aliran darah serta dapat membuat penyempitan pembuluh darah. Hal ini yang dapat
menyebabkan
penyakit
jantung.
Jantung dipaksa untuk bekerja lebih keras dan tekanan ekstra yang pada akhirnya
menyebabkan nyeri dada. Serangan jantung mungkin dapat terjadi.
Semakin banyak rokok yang telah dihisap dan semakin lama seseorang tersebut
merokok, semakin besar pula kesempatan untuk mengembangkan penyakit jantung
atau stroke.
5. Penyakit paru-paru
Risiko terkena penyakit paru seperti pneumonia, emfisema, atau bronkitis kronis
dapat meningkat karena kebiasaan merokok. Penyakit ini disebut sebagai penyakit
paru
obstruktif
kronik
(PPOK).
Penyakit paru-paru tersebut dapat berlangsung dan bertambah buruk seiring dari
waktu ke waktu sampai orang tersebut akhirnya meninggal karena kondisi tersebut.
Menurut American Cancer Society, orang yang telah berumur 40 tahun dapat
menderita emfisema atau bronkitis, tetapi dengan gejala yang jauh lebih buruk pada
kemudian hari.
6. Diabetes
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko terkena diabetes. Bahaya rokok juga
menyebabkan komplikasi dari diabetes, seperti penyakit jantung, penyakit mata,
stroke, penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah, dan masalah kaki.
7. Menyebabkan kebutaan
Bahaya merokok dapat meningkatkan resiko kerusakan sel mata yaitu penyebab
kebutaan yang dialami pada orang tua. Dalam studi orang yang merokok 4 kali lebih
tinggi kemungkinannya dibandingkan dengan orang-orang yang bukan perokok dalam
hal kerusakan pusat penglihatan di mata.
8. Penyakit mulut
Penyakit mulut yang disebabkan karena rokok antara lain seperti kanker mulut,
kanker leher, penyakit gigi, dan napas.
9. Impotensi
Rokok adalah faktor resiko utama penyakit pembuluh darah tepi yang akan
mempersempit pembuluh darah pembawa darah ke seluruh tubuh. Pembuluh darah
pada alat reproduksi pria kemungkinan dapat terpengaruh karena merupakan
pembuluh darah yang berukuran kecil dan dapat mengakibatkan disfungsi impoten.
Kanker Paru
Definisi
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel
bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas,
dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh
masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia
skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.
(Kanker paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru.)
Penyebab
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,

genetik, dan lain-lain. Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab
terjadinya kanker paru :
a. Merokok
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh
kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat
menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok.
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko
terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang
yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru
meningkat dua kali. Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika
Serikat terjadi pada perokok pasif.
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua
kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik
juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas
tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang
lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial
ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka,
tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.
d. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa
mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul
dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen.
dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2).
e. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat
sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan.
Gejala paling umum pada penderita kanker paru adalah:
1.
Batuk yang terus-menerus atau menjadi hebat
2.
Dahak berdarah, berubah warna, dan semakin banyak
3.
Napas sesak dan pendek-pendek
4.
Sakit kepala tanpa sebab jelas
5.
Kelelahan dalam jangka waktu lama (kronis)
6.
Kehilangan selera makan atau turunnya berat badan secara drastis tanpa sebab yang
jelas
7.
Suara serak/parau
8.
Pembengkakan wajah/leher
Gejala pada kanker paru pada umumnya tidak ketara sehingga kebanyakan penderita kanker
paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut.
Untuk penderita kanker paru stadium awal umumnya ditemukan tanpa sengaja ketika
seseorang melakukan pemeriksaan secara rutin.

Hubungan Merokok dengan Kanker Paru


Dalam kaitannya dengan pengaruh karsinogenik, terdapat bukti kuat bahwa merokok
merupakan tersangka utama penyebab perubahan genetik yang menyebabkan kanker paru.
Sangat banyak bukti statistik, klinis, dan eksperimen yang memberatkan rokok.
Secara statistik, sekitar 90% kanker paru terjadi pada perokok aktif atau mereka yang baru
berhenti. Terdapat korelasi linier antara frekuensi kanker paru dan jumlah bungkus-tahun
merokok. Peningkatan risiko menjadi 60 kali lebih besar pada perokok berat (dua bungkus
sehari selama 20 tahun) dibandingkan dengan bukan perokok. Atas sebab yang belum
sepenuhnya jelas, perempuan memperlihatkan kerentanan yang lebih tinggi terhadap
karsinogen tembakau dibandingkan dengan laki-laki. Meskipun berhenti merokok
menurunkan risiko terjadinya kanker paru seiring dengan waktu, risiko tersebut tidak pernah
kembali ke level dasar. Pada kenyataannya, perubahan genetik yang mendahului kanker paru
dapat menetap selama bertahun-tahun di epitel bronkus bekas perokok. Merokok pasif
(berada dekat dengan perokok) meningkatkan risiko menderita kanker paru hingga mendekati
dua kali lipat dibandingkan dengan bukan perokok. Merokok melalui pipa dan cerutu juga
meningkatkan risiko, tetapi dengan derajat yang lebih ringan.
Bukti klinis terutama berupa pembuktian adanya perubahan progresif di epitel yang
melapisi saluran napas pada perokok kronis. Perubahan sekuensial ini paling jelas pada
karsinoma sel skuamosa, meskipun juga dapat ditemukan pada subtipe histologik yang lain.
Pada hakikatnya, terdapat korelasi linier antara intensitas pajanan ke asap rokok dan
munculnya perubahan epitel yang semakin mengkhawatirkan yang dimulai dengan
hiperplasia sel basal yang relatif tidak membahayakan dan metaplasia skuamosa dan
berkembang menjadi displasia skuamosa dan karsinoma in situ, sebelum memuncak menjadi
karsinoma invasif. Di antara berbagai subtipe histologik kanker paru, karsinoma sel
skuamosa dan karsinoma sel kecil memperlihatkan keterkaitan paling kuat dengan pajanan
tembakau.
Bukti eksperimen, meskipun semakin banyak setiap tahunnya, tidak memiliki satu hal
penting : sejauh ini para peneliti belum mampu memicu timbulnya kanker paru pada hewan
percobaan dengan memajankan hewan tersebut ke asap rokok. Namun, kondensat asap rokok
adalah ramuan penyihir yang mengandung hidrokarbon polisiklik serta berbagai mutagen
dan karsinogen kuat lainnya. Meskipun tidak terdapat eksperimental, rangkaian bukti yang
mengaitkan merokok dengan kanker paru semakin lama semakin besar.
Penatalaksanaan
Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara total berikut
kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada kanker paru yang tumbuh
terbatas pada paru yaitu stadium I kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau
pembedahan tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga
dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan paliatif
mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas
hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.
Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru dengan tumor
yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan pada NCLC stadium awal atau
karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada
bronkus utama sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak
mendukung untuk dilakukan pembedahan.
Kemoterapi

Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum diberikan pada
SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah bermetastasis ke luar paru seperti
otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat digunakan untuk memperkecil sel kanker,
memperlambat pertumbuhan, dan mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadangkadang kemoterapi diberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau radioterapi.
Tingkat Keberhasilan
Angka harapan hidup 1 tahun untuk kanker paru sedikit meningkat dari 35 % pada
tahun 1975-1979 menjadi 41% di tahun 2000-2003. Walaupun begitu, angka harapan hidup 5
tahun untuk semua stadium hanya 15%. Angka ketahanan sebesar 49% untuk kasus yang
dideteksi ketika penyakit masih bersifat lokal, tetapi hanya 16% kanker paru yang didiagnosis
pada stadium dini.

Anda mungkin juga menyukai