18
Agustus
1945,sehari
setelah
proklamasi
kemerdekaan
meskipun
demikian
tidaklah
terlepas
kemungkinan
bahwa
komunis
pergantian
Undang-undang
dasar
mencerminkan
1.
masa
ini,
terdapat
berbagai
penyimpangan
UUD
1945,
diantaranya :
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR / DPR dan MA serta Wakil
Ketua DPa menjadi Menteri Negara.
MPRS menetapkan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup.
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis
Indonesia (G30S/PKI).
4.
Masa 1965 sampai sekarang sebagai republik Indonesia ke III (demokrasi pancasila)
yang di dasri Undang-undang dasar 1945.
Pentahapan terakhir ini kiranya lebih sesuai dengan kenyataan bahwa stuktur
politik dan ideologi indonesia pada ke III tahap tersebut di atas berbeda secara
fundamental[7].
Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen
Sebelum adanya amandemen terhadap UUD 1945, dikenal dengan Tujuh Kunci Pokok
Sistem Pemerintahan Negara, namun tujuh kunci pokok tersebut mengalami suatu perubahan.
Oleh karena itu sebagai Studi Komparatif sistem pemerintahan Negara menurut UUD 1945
mengalami perubahan.
a.
termasuk didalamnya
pemerintahan dan lembaga - lembaga negara lainnya dalam melaksanakan tindakan apapun.
b. Sistem Konstitusi
Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolut
(kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara pengendalian
pemerintahan dibatasi oleh ketentuan - ketentuan konstitusi dan juga oleh ketentuan-ketentuan
hukum lain merupakan produk konstitusional.
c.
Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi disamping MPR dan DPR.
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, Presiden penyelenggara pemerintahan
tertinggi disamping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat. UUD 1945
pasal 6 A ayat 1, jadi menurut UUD 1945 ini Preiden tidak lagi merupakan mandataris MPR,
melainkan dipilih oleh rakyat.
(hasil amandemen).
Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas, meskipun Kepala negara tidak bertanggung
jawab kepada DPR, ia bukan "Diktator" artinya kekuasaan tidak terbatas, disini Presiden adalah
sudah tidak lagi merupakan mandataris MPR, namun demikian ia tidak dapat membubarkan
g.
berdasarkan kekuasaan.
C. Ciri-ciri Undang-undang dasar[8]
Setiap Undang-undang dasar memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1.
2.
Hak-hak asasi manusia (Biasanya di sebut Bill of rights kalau berbentuk naskah
tersendiri).
Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-undang
dasar[9].
Ciri-ciri UUD 1945 :
2.
a.
b.
c.
3.
4.
5.
yang didesakkan oleh berbagai komponen bangsa, termasuk mahasiswa dan pemuda. Tuntutan,
itu antara lain, sebagai berikut.
1. Amendemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Penghapusan doktrin dwifungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
3. Penegakan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
4. Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah (otonomi daerah).
5. Mewujudkan kebebasan pers.
6. Mewujudkan kehidupan demokrasi.
Tuntutan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
digulirkan oleh berbagai kalangan masyarakat dan kekuatan sosial politik didasarkan pada
pandangan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 belum cukup
memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan
HAM. Selain itu di dalamnya terdapat pa-sal-pasal yang menimbulkan multitafsir dan membuka
peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan KKN yang
menimbulkan kemerosotan kehidupan nasional di berbagai bidang kehidupan.
Tuntutan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada era
reformasi tersebut merupakan suatu langkah terobosan yang mendasar karena pada era
sebelumnya tidak dikehendaki adanya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Sikap politik pemerintah pada waktu itu kemudian diperkukuh dengan
dasar hukum Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum, yang berisi kehendak
untuk tidak melakukan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Apabila muncul juga kehendak mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, terlebih dahulu harus dilakukan referendum dengan persyaratan yang
sangat ketat sehingga kecil kemungkinannya untuk berhasil sebelum usul perubahan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan ke sidang MPR untuk dibahas
dan diputus.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 itu menjadi kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Selanjutnya, tuntutan
itu diwujudkan secara komprehensif, bertahap, dan sistematis dalam empat kali perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada empat sidang MPR sejak
tahun 1999 sampai dengan 2002.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilakukan oleh MPR
sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal-pasal tersebut menyatakan bahwa MPR
berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar dan untuk mengubah Undang-
Undang Dasar, sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR harus hadir. Putusan diambil
dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dilakukan oleh
MPR, selain merupakan perwujudan tuntutan reformasi, juga sejalan dengan pidato Ir. Soekarno,
Ketua Panitia Penyusun Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945. Pada
kesempatan itu ia menyatakan antara lain, bahwa ini adalah sekedar Undang-Undang Dasar
Sementara, Undang-Undang Dasar Kilat, bahwa barangkali boleh dikatakan pula, inilah
revolutiegrondwet. Nanti kita membuat Undang-Undang Dasar yang lebih sempurna dan
lengkap.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dilakukan MPR
merupakan upaya penyempurnaan aturan dasar guna lebih memantapkan usaha pencapaian citacita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Selain itu, perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memenuhi
sila keempat Pancasila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, yang penerapannya berlangsung di dalam sistem perwakilan atau
permusyawaratan. Orang-orang yang duduk di dalam merupakan hasil pemilihan umum. Hal itu
selaras dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengenai pemilihan presiden dan wakil presiden serta anggota lembaga perwakilan yang dipilih
oleh rakyat.
Perubahan yang dilakukan secara bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan, yaitu
Perubahan Pertama, Perubahan Kedua, Perubahan Ketiga, dan Perubahan Keempat, harus
dipahami bahwa perubahan tersebut merupakan satu rangkaian dan satu sistem kesatuan.
Perubahan dilakukan secara bertahap karena mendahulukan pasal-pasal yang disepakati oleh
semua fraksi MPR, kemudian dilanjutkan dengan perubahan terhadap pasal-pasal yang lebih sulit
memperoleh kesepakatan.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pertama kali
dilakukan pada Sidang Umum MPR tahun 1999 yang menghasilkan Perubahan Pertama. Setelah
itu, dilanjutkan dengan Perubahan Kedua pada Sidang Tahunan MPR tahun 2000, Perubahan
Ketiga pada Sidang Tahunan MPR tahun 2001, dan Perubahan Keempat pada Sidang Tahunan
MPR tahun 2002.
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, antara lain, sebagai berikut.
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membentuk struktur
ketatanegaraan yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal itu berakibat pada tidak terjadinya saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) pada institusi-institusi