Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA FISIK II

Aturan Fase Gibbs dan Aplikasinya pada NHCl

Disusun oleh:
Aneu (140210120015)
Taufiqurrahman (140210120025)
Nurul Ayini (140210120071)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah swt karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya makalah ini berhasil diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Fisik II.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak selalu penulis harapkan untuk
perbaikan makalah ini.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut sebagai
sistem. Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen yang
saling bersentuhan dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut sebagai
fase dapat dipisahkan secara mekanik.
Tekanan dan temperatur menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan
fase dari materi yang sama. Kesetimbangan fase dari suatu sistem harus
memenuhi syarat berikut:
a. Sistem mempunyai lebih dari satu fase meskipun materinya sama
b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fase ke fase lain
c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama
Kesetimbangan fase dikelompokan menurut jumlah komponen penyusunnya
yaitu sistem satu komponen, dua komponen, dan tiga komponen. Pemahaman
mengenai perilaku fase berkembang dengan adanya aturan Fase Gibbs

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui penerapan aturan fase Gibbs pada NHCl
2. Mengetahui makna dari derajat kebebasan (F)

BAB II
2.1 Fase
Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang homogen diantara
keadaan submakroskopisnya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian sistem yang
lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang
tidak dapat bercampur dapat membentuk fase terpisah, sedangkan campuran gasgas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk fase
adalah P (Lidya, 2007).
(Lidya, 2007)
Dalam persamaan di atas, dua buah padatan mempunyai struktur yang
berbeda dan dipisahkan oleh batsan yang jelas. Maka seluruhnya ada tiga fase,
yaitu dua padat dan satu gas (Lidya, 2007).
Kata fase berasal dari bahasa yunani yang bermakna permunculan. Fase
adalah suatu daerah di mana semua sifat fisik dari bahan dasarnya seragam
(homogen). Contoh sifat fisik meliputi densitas, indeks bias, dan komposisi kimia
(Sholehah, 2005).
Secara singkat, fase adalah suatu daerah dengan bahan kimia yang
seragam, secara fisik berbeda, dan (sering) dapat dipisahkan secara mekanis. dapat
dipisahkan secara mekanisberarti fase tersebut dapat dipisahkan dengan cara
filtrasi,

sedimentasi,

(Sholehah, 2005)

destilasi,

dekantasi,ekstraksi

(pemisahan

heterogen)

Dalam hal ini tidak termasuk pemisahan dengan cara penguapan, destilasi,
adsorbsi, atau ekstraksi karena pemisahan dengan cara tersebut digunakan pada
sistem homogen (Sholehah, 2005).
Untuk contoh sederhana adalah, di dalam sistem yang terdapat es batu
dan air di sebuahgelas, es batu merupakan fase padat, air merupakan fase cair, dan
uap air di sekitar gelas-gelas adalah fase gas (Sholehah, 2005)
Perbedaan fase dapat digambarkan berdasarkan perbedaan materi seperti
gas, cair, padat, dan plasma. Perbedaan fase juga mungkin ada dalam suatu
keadaan tertentu dari materi. Seperti ditunjukkan dalam diagram untuk besi
paduan, ada beberapa tahapan baik untuk fase padat dan cair. Fase juga dapat
dibedakan berdasarkan kelarutan seperti di kutub (hidrofilik) atau non-polar
(hidrofobik). Campuran air (cairanpolar) dan minyak (cairan non-polar) secara
spontan akan terpisah menjadi dua tahap. Air memiliki kelarutan yang sangat
rendah (tidak larut) dalam minyak, dan minyak memiliki kelarutan rendah dalam
air. Kelarutan adalah jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam sebuah
pelarut sebelum terlarut berhenti untuk membentuk kesetimbangan dan tetap
dalam tahap yang terpisah. Sebuah campuran dapat terpisah menjadi lebih dari
dua fase. Logam pasangan yang saling larut dapat terbentuk paduan, sedangkan
logam pasangan yang tidak bisa saling larut (Dogra & Dogra, 1984).

Banyaknya fase
Banyaknya fase dalam sistem diberi notasi P. Gas adalah fase tunggal.
Kristal adalah fase tunggal. Dan dua cairan yang dapat campur secara total

membentuk fase tunggal. Es adalah fase tunggal, walaupun es dapat dipotongpotong menjadi bagian-bagian kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fase
(P=2) walaupun sulit untuk menemukan batas antara fase-fasenya (Tim Dosen
Kimia Fisika, 2003).
Campuran dua logam adalah sistem dua fase (P= 2) jika logam-logam itu
tak dapat dicampur, tetapi merupakan sistem satu fase (P= 1) jika logamlogamnya dapat campur. Contoh ini menunjukan bahwa memutuskan apakah
suatu sistem terdiri dari satu atau dua fase, tidak selalu mudah. Larutan padatan A
dalam padatan B campuran homogen dari dua komponen bersifat sama pada
skala molekuler. Dalam suatu larutan, atom-atom A dikelilingi oleh atom-atom
dari A dan B, dan sembarang sampel yang dipotong dari padatan itu,
bagaimanapun kecilnya, adalah contoh yang tepat dari komposisi keseluruhannya
(Tim Dosen Kimia Fisika, 2003)
Dispersi adalah sama pada skala makroskopik, tetapi tidak pada skala
mikroskopik, karena dispersi terdiri atas butiran-butiran atau tetesan-tetesan
komponen di dalam matriks komponen lain. Sampel kecil seluruhnya dapat
berasal dari butiran kecil A murni, sehingga sampel itu bukan contoh tepat dari
keseluruhannya. Dispersi seperti ini penting karena dalam banyak material tingkat
tinggi (baja), siklus perlakuan panas digunakan untuk memperoleh pengendapan
dispersi halus partikel- partikel dari suatu fase, di dalam suatu matriks yang
terbentuk dari fase larutan padat jenuh. Kemampuan mengendalikan struktur
mikro yang dihasilkan dari kesetimbangan fase inilah yang memungkinkan

penyesuaian sifat mekanik pada pemakaian khusus (Tim Dosen Kimia Fisika,
2003)

2.2 Komponen
Jumlah komponen pada suatu sistem didefinisikan sebagai jumlah
minimum dari variabel bebas pilihan yang dibutuhkan untuk menggambarkan
komposisi tiap fase dari suatu sistem (Lidya, 2007).
(Lidya, 2007)
Dari persamaan diatas, ada tiga zat yang berbeda secara kimiawi: CaCO, CaO,
dan CO. Tetapi sistem ini berada dalam keadaan kesetimbangan sehingga jumlah
komponen menjadi dua buah. Hal ini disebabkan bila dua komposisi kedua jenis
zat adalah tetap atau tertentu, maka jenis yang ketiga secara otomatis ditetapkan
(Lidya, 2007).
Banyaknya komponen
Banyaknya komponen dalam sistem C adalah jumlah minimum spesies
bebas yang diperlukan untuk menemukan komposisi semua fase yang ada dalam
sistem. Definisi ini mudah diberlakukan jika spesies yang ada dalam sistem tidak
bereaksi, sehingga kita hanya menghitung banyaknya komponen. Misalnya air
murni adalah sistem satu komponen (C = 1) dan campuran etanol dan air adalah
sistem dua komponen (C = 2) (Sholehah, 2005).

Jika spesies bereaksi dan berada pada kesetimbangan kita harus


memperhitungkan arti kalimat semua fase dalam definisi tersebut. Jadi, untuk
amonium klorida yang dalam kesetimbangannya dengan fase uap (Sholehah,
2005).

(Sholehah, 2005)
Kedua fase mempunyai komposisi formal NH4Cl dan sistem mempunyai
satu komponen. Jika HCl berlebih ditambahkan, sistem mempunyai dua
komponen karena sekarang jumlah relatif HCl dan NH3 berubah-ubah.
Sebaliknya, kalsium karbonat berada dalam kesetimbangan dengan uapnya
(Sholehah, 2005).

2.3 Derajat Kebebasan


Derajat kebebasan didefinisikan sebagai jumlah minimum variabel intensif
yang harus dipilih agar kebebasan variabel intensif dapat ditetapkan. Jumlah
minimum variabel intensif dapat berupa temperatur, tekanan, konsentrasi. Simbol
untuk derajat kebebasan yaitu F dan invarian bila F = 0, univarian bila F = 1,
bivarian bila F = 2 dan seterusnya (Dogra & Dogra, 1984).
Untuk menguraikan keadaan kesetimbangan dari suatu sistem yang terdiri
atas beberapa fase dengan beberapa spesi kimia, dapat ditentukan mol masingmasing spesi dalam setiap fase serta suhu (T) dan tekanan (P). Akan tetapi
penentuan tidak dapat dilakukan karena massa setiap fase dalam sistem tidak

menjadi perhatian. Massa atau ukuran dari setiap fase tidak mempengaruhi posisi
kesetimbangan fase, karena kesetimbangan fase ditentukan oleh kesamaan dalam
potensial kimia yang merupakan variabel intensif (Dogra & Dogra, 1984).
Rumus derajat

kebebasan diturunkan

melalui

hukum

fase

Gibbs.

Persamaannya dapat dituliskan menjadi (Dogra & Dogra, 1984):


F=C+2P;
F = derajat kebebasan
C = jumlah komponen
P = jumlah fase
Pemahaman Anda tentang diagram fase akan terbantu dengan pemahaman
hukum fase Gibbs, hubungan yang diturunkan oleh fisikawan-matematik Amerika
Josiah Willard Gibbs (1839-1903) di tahun 1876. Aturan ini menyatakan bahwa
untuk kesetimbangan apapun dalam sistem tertutup, jumlah variabel bebas
disebut derajat kebebasan F yang sama dengan jumlah komponen C ditambah 2
dikurangi jumlah fase P, yakni
F=C+2p
Jadi, dalam titik tertentu di diagram fase, jumlah derajat kebebasan adalah 2 yakni
suhu dan tekanan; bila dua fase dalam kesetimbangan sebagaimana ditunjukkan
dengan garis yang membatasi daerah dua fase hanya ada satu derajat kebebasan,
bisa suhu atau tekanan. Pada titik tripel ketika terdapat tiga fase tidak ada derajat
kebebasan lagi. Dari diagram fase, Anda dapat mengkonfirmasi apa yang telah
diketahui, dan lebih lanjut, Anda dapat mempelajari apa yang belum diketahui.
Misalnya, kemiringan yang negatif pada perbatasan padatan-cairan memiliki

implikasi penting sebagaimana dinyatakan di bagian kanan diagram, yakni bila


tekanan diberikan pada es, es akan meleleh dan membentuk air. Berdasarkan
prinsip Le Chatelier, bila sistem pada kesetimbangan diberi tekanan,
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang akan mengurangi perubahan ini. Hal
ini berarti air memiliki volume yang lebih kecil, kerapatan lebih besar daripada es;
dan semua kita telah hafal dengan fakta bahwa es mengapung di air (Dogra &
Dogra, 1984).

2.4 Aturan Fase Gibbs


Aturan fase, pertama kali dicetuskan oleh J. Willard Gibbs pada tahun
1876, terkait kondisi fisik campuran dengan jumlah konstituen dalam sistem dan
kondisinya. Gibbs pula yang pertama kali menggunakan istilah Phase untuk
setiap wilayah homogen dalam suatu sistem. Ketika tekanan dan temperatur
adalah variabel tetap, aturan tersebut dapat ditulis sebagai
F=C+2p
dimana F adalah jumlah variabel bebas (disebut derajat kebebasan), C adalah
jumlah komponen, dan p adalah jumlah fase stabil dalam sistem. Aturan fase
Gibbs berlaku untuk semua materi (padat, cair, dan gas) (Dogra & Dogra, 1984).
Aturan fase bisa diterapkan ke dalam sistem yang lebih dari satu
komponen. Hal ini memungkinkan untuk memproses secara lebih umum dan
untuk mendapatkan aturan fase yang memberikan jumlah derajat kebebasan
sistem dengan C komponen dan P fase (Dogra & Dogra, 1984).

Berdasarkan komponen yang didistribusikan kedalam setiap fase dari


sistem, derajat kebebasan sistem dapat dikalkulasikan dengan menambahkan
jumlah total variabel intensif yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan secara
terpisah setiap fase dan kemudian mengurangi jumlah variabel-variabel yang
nilainya didapat dari hubungan energi bebas diantara kesetimbangan fase yang
berbeda (Dogra & Dogra, 1984).
Di dalam setiap fase, terdapat konsentrasi C-1 yang dibutuhkan untuk
menetapkan komposisi fase sebanyak-banyaknya. Jika fraksi mol digunakan untuk
mengukur konsentrasi, sesuatu dibutuhkan untuk menentukan fraksi mol semua
komponen, komponen yang tersisa bisa ditentukan karena jumlah dari fraksi mol
menjadi satu kesatuan. Karena terdapat P fase, maka ada P(C-1) komposisi
variabel. Tekanan dan suhu yang sudah ditentukan memberikan P(C-1) + 2
variabel

intensif

jika

sistemnya

berdasarkan

fase

demi

fase

(Tim Dosen Kimia Fisika, 2003).


Jumlah variabel-variabel ini, yang ditetapkan oleh kondisi kesetimbangan
sistem, sekarang harus ditentukan. Komponen 1, misalnya, didistribusikan antara
fase P1 dan P2. Bila ekuilibrium dibuat untuk setiap komponen yang
didistribusikan antara dua fase, hubungan distribusi dapat ditulis. Jadi, jika
konsentrasi salah satu komponen dalam fase P1 yang ditentukan, konsentrasi
dalam tahap P2 secara otomatis tetap. Kesetimbanganserupa juga akan diatur
untuk setiap komponen antara berbagai pasangan fase. Untuk setiap komponen
akan ada hubungan P-1 tersebut. Jadi, untuk komponen C total C (P-1)variabel

intensif akan tetap ditentukan kondisi kesetimbangan (Tim Dosen Kimia Fisika,
2003).
Jika komponen tidak ada atau berada pada tingkat yang diabaikan dalam
salah satu fase dari sistem, akan ada lebih sedikit satu variabel intensif untuk fase
tersebut sejak konsentrasi diabaikan dari satu unsur. Juga akan ada satu relasi
kesetimbangan yang lebih sedikit. Aturan fase berlaku untuk semua sistem
terlepas dari apakah semua fase memiliki jumlah komponen yang sama atau tidak
(Sholehah, 2005).
Aturan ini berlaku hanya untuk apa yang telah disebut sistem kimia biasa.
Sifat daribeberapa system mungkin lebih tergantung pada medan listrik atau
magnet seluruh sistematau intensitas cahaya yang bersinar melalui sistem. Jika
sifat seperti intensif tambahan signifikan (dalam sistem kimia biasa variabel
intensif dapat diabaikan), mereka harus ditambahkan ke jumlah variabel dan salah
satu kemudian akan memiliki, misalnya F = C+ 3 P. Dalam praktek, kita hampir
selalu berurusan dengan sistem yang variabel tambahan tersebut tidak memiliki
pengaruh yang nyata pada sistem, dan karena itu merekadapat dibiarkan keluar
dari pertimbangan semua (Sholehah, 2005).
Aturan fase merupakan penyamarataan yang penting meskipun hal ini
tidak memberitahu kita kepada kesimpulan dalam contoh sistem yang sederhana
tetapi aturanfase merupakan panduan berharga untuk menjelaskan kesetimbangan
fase di dalam sistem komplek (Sholehah, 2005).

BAB III
PEMBAHASAN
a. Friska Hasugian
Jumlah komponen untuk H3PO4 :

Ada tiga hubungan di antara spesies-spesies tersebut, di samping itu, juga


ada kenetralan muatan keseluruhan, sehingga jumlah total kation harus sama
dengan jumlah total anion, apapun jenisnya. Dengan demikian, banyaknya hubungan total
adalah R= 4, sehingga jumlah total komponen C = 6- 4 = 2.
Dari sebuah sumber, dijelaskan bahwa untuk mendapatkan komponen (C)
dengan menggunakan rumus:
C=SR
C (component) = komponen
S (species) = ada apa saja di dalam larutan itu
R (relation) = hubungan yang terjadi pada larutan itu, ada 3 reaksi
penguraian H3PO4

b. Eriya Utama (kelompok 10)


Apa wujud zat pada titik triple?
Titik A pada kurva menunjukkan adanya kesetimbangan antara fasefase padat,
cair dan gas. Titik ini disebut sebagai titik tripel. Pada titik triple suatu zat terdapat
tiga fase (padat, cair, gas). Untuk menyatakan keadaan titik tripel hanya
dibutuhkan satu variabel saja yaitu suhu atau tekanan. Sehingga derajat kebebasan
untuk titik tripel adalah nol. Sistem demikian disebut sebagai sistem invarian

Tekanan /mbar

cair

pad
at
ua
p

Suhu /C
c. Benedict Reagen S. (Kelompok 7)
Apa itu komposisi formal?
Komposisi formal adalah komposisi asal suatu zat yang mengalami perubahan
wujud. Misalnya:

Pada reaksi diatas, NH4Cl padatan mengalami perubahan wujud menjadi NH 3


dalam bentuk gas dan HCl dalam bentuk gas. NH 4Cl ini merupakan komposisi
formal dari reaksi tersebut.
Hubungan derajat kebebasan dan diagram fase?

Dalam titik tertentu di diagram fase, jumlah derajat kebebasan adalah 2 yakni
suhu dan tekanan; bila dua fase dalam kesetimbangan-sebagaimana ditunjukkan
dengan garis yang membatasi daerah dua fase hanya ada satu derajat kebebasanbisa suhu atau tekanan. Pada titik tripel ketika terdapat tiga fase tidak ada derajat
kebebasan lagi.

BAB IV
KESIMPULAN
1. Penerapan aturan fase Gibbs pada NHCl diketahui.
2. Makna dari derajat kebebasan (F) adalah sebagai jumlah minimum
variabel intensif yang harus dipilih agar kebebasan variabel intensif dapat
ditetapkan. Jumlah minimum variabel intensif dapat berupa temperatur,
tekanan, konsentrasi. Simbol untuk derajat kebebasan yaitu F dan invarian
bila F = 0, univarian bila F = 1, bivarian bila F = 2 dan seterusnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dogra,S.K dan Dogra, S. 1984. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta : UI-press
Lidya, Michelle. 2007. Kesetimbangan Fasa.

http://www.scribd.com/ doc/

86474145/Kesetimbangan-Fasa
Sholehah, Amalia. 2005. Kesetimbangan Fasa. amaliasholehah.files. wordpress.
com/.../kstb-fasa.doc
Tim Dosen Kimia Fisika. 2003. Buku Ajar Kimia Fisika II. Universita Negri
Semarang. Semarang

Anda mungkin juga menyukai