Anda di halaman 1dari 7

Permasalahan Lingkungan di Semarang, Jawa Tengah

Kota Semarang memiliki posisi astronomi di antara garis 6 050 7o10


Lintang Selatan dan garis 109035 110050 Bujur Timur. Kota Semarang dengan
luas wilayah 373,70 Km2. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16
Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2
Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas
wilayah 57,55 Km2 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km2.
Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah
perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan
perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah
Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km2 diikuti oleh
Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km2. Jumlah penduduk
kota Semarang berkisar 1.739.989 jiwa, dengan luas wilayah yang cukup besar
dan juga jumlah penduduk yang banyak tentu saja masalah lingkungan yang
terdapat di kota Semarang akan banyak, berikut akan dibahas masalah apa saja
yang muncul di kota Semarang, faktor penyebab, dan juga cara untuk mengatasi
permasalahan tersebut, berikut hasilnya :
1. Penyebaran air payau (intrusi air laut)
Intrusi air laut adalah masuknya air laut lewat pori-pori tanah ke daratan
(dalam tanah) sehingga bercampur dengan air tanah. Sehingga air menjadi
payau (campuran air laut dengan air tawar)
Penyebaran air payau di Kota Semarang semakin luas dan kadar garam
semakin tinggi. Kondisi menyolok terjadi di sekitar Tawangsari, Tambaklorog,
Genuksari, Wonosari, Tambaksari, dan Bendono. Pada daerah-daerah tersebut,
sampai kedalaman 40 meter air tanah sudah payau. Air tanah segar baru
didapat pada kedalaman lebih dari 60 meter. Hampir semua air tanah dangkal
di kawasan Semarang, terutama sumur gali dengan kedalaman sampai 10 meter
memiliki salinitas tinggi.
Penurunan kualitas air tanah bukan hanya karena kandungan garam,
tetapi juga dari jumlah koloid yang ikut, sehingga air berwarna merah

kecoklatan. Akibatnya beberapa sumur pompa dan bahkan sumur bor menjadi
tiak layak untuk minum, hanya untuk MCK. Air tanah dangkal di kawasan
Kalisari, Tapak, Beji, dan kompleks Pertamina mengandung unsur CaCO 3 522
mg/l, Mg 177,7 mg/l dan Fe 11,7 mg/l. Kekeruhan tersebut melebihi ambang
batas yang dipersyaratkan. Kekeruhan dan kelebihan unsur-unsurnya begitu
jelas sehingga air berwarna kecoklatan dan terasa asin.
2. Banjir dan Rob
Banjir adalah keadaan dimana air hujan yang tidak dapat tertampung
dengan baik atau meresap ke dalam tanah karena sebab-sebab tertentu sehingga
air hujan menggenangi daratan.
Cakupan banjir saat ini telah meluas di beberapa kawasan di Kota
Senarang, yang mencakup sekitar muara sungai Plumbon, sungai Siangker
sekitar Bandara Achmad Yani, Karangayu, Krobokan, Bandarharjo, sepanjang
jalan di Mangkang, Kawasan Tugu Muda Simpang Lima sampai Kali
Semarang, di Genuk dari Kaligawe sampai perbatasan Demak.
Persoalan yang sering muncul adalah terjadinya air pasang laut (rob) di
beberapa bagian di wilayah perencanaan yang menjadi langganan genangan
akibat rob. Daerah-daerah tersebut antara lain kawasan pasar Johar, Kaligawe,
Terminal Terboyo, dan daerah lainnya yang dekat dengan kawasan
pantai/pesisir pantai. Rob adalah masuknya air laut ke daratan lewat
permukaan tanah.
3. Longsor
Kota Semarang merupakan salah satu kota besar yang unik. Karena kota
ini terbagi dalam dua alam yang kontras dengan jarak sangat berdekatan.
Kawasan kota bawah berbatasan langsung dengan pantai. Sementara kawasan
perbukitan jaraknya sangat pendek.
Kawasan kota yang berada di bawah tentu rawan banjir dan rob.
Sementara daerah perbukitan rawan longsor. Tujuh dari 16 kecamatan di Kota
Semarang memiliki titik-titik rawan longsor. Ketujuh kecamatan tersebut
adalah Manyaran, Gunungpati, Gajahmungkur, Tembalang, Ngaliyan, Mijen,

dan Tugu. Kontur tanah di kecamatan-kecamatan tersebut sebagian adalah


perbukitan dan daerah patahan dengan struktur tanah yang labil.
Pengertian tanah longsor adalah terjadinya pergerakan tanah atau
bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya
terjadi di daerah terjal yang tidak stabil. Menurut organisasi MPBI (Masyarakat
Peduli Bencana Indonesia), gejala umum tanah longsor meliputi :
a.

muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing

b. muncul mata air secara tiba-tiba


c.

air sumur di sekitar lereng menjadi keruh

d. tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan


Adapun suatu masalah timbul, karena ada penyebab, penyebab terjadinya
masalah lingkungan di atas, yaitu
1.) Penyebab intrusi air laut
Intrusi air laut disebabkan oleh pemanfaatan air tanah di kawasan pantai
yang dilakukan berlebihan tanpa perhitungan akan menyebabkan air laut
begitu mudah meresap ke darat. Selain itu juga disebabkan oleh adanya
sumur pompa dan sumur bor, yang menyebabkan bertambahnya pori-pori
tanah. Sehingga air laut dapat meresap ke dalam tanah dan bercampur dengan
air tanah.
2.) Penyebab banjir dan rob
Banjir yang terjadi di Kota Semarang pada umumnya disebabkan oleh :
Tidak terkendalinya aliran sungai
Kenaikan debit air dari hujan
Pendangkalan dasar badan sungai oleh sedimentasi
Adanya kerusakan lingkungan pada daerah hulu (wilayah atas kota

Semarang) atau daerah tangkapan air (recharge area)


Ketidakseimbangan input-output pada saluran drainase kota
Rob disebabkan karena saluran drainase tidak berfungsi dengan baik.

Saluran drainase yang mestinya menjadi saluran pembuangan air ke

laut berfungsi sebaliknya (terjadi backwater), sehingga sistem


drainase yang ada tidak dapat berjalan dengan semestinya. Hal ini
menjadi parah bila terjadi hujan pada daerah tangkapan dari saluransaluran drainase yang ada. Sehingga terjadi luas genangan yang
semakin besar dan semakin tinggi.
3.) Penyebab longsor
Faktor yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor yaitu :
Lereng yang terjal dan gundul
Kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh
Penambangan tanah, pasir dan batu yang tidak terkendalikan
Air hujan yang membawa tanah pada permukaan (paling atas) karena

rusaknya hutan sehingga air tidak dapat tertampung dengan baik dan
mengalir ke daerah bawah
Masalah-masalah di atas dapat di atasi dengan cara, yaitu
1.)

Menanggulangi intrusi air laut.

Mengubah pola pemompaan

Memindah lokasi pemompaan dari pantai ke arah hulu akan menambah


kemiringan landaian hidrolika ke arah laut, sehingga tekanan air tanah
akan bertambah besar.

Pengisian air tanah buatan

Muka air tanah dinaikkan dengan melakukak pengisian air tanah buatan.
Untuk akuifer bebas dapat dilakukan dengan menyebarkan air di
permukaan tanah, sedangkan pada akuifer tertekan dapat dilakukan pada
sumur pengisian yang menembus akuifer tersebut.

Extraction barrier

Barrier dapat dibuat dengan melakukan pemompaan air asin secara terus
menerus pada sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pemompaan ini
akan menyebabkan terjadinya cekungan air asin serta air tawar akan
mengalir ke cekungan tersebut. Akibatnya terjadi banjir air laut ke daratan.

Injection barrier

Injection barrier dapat dibuat dengan melakukan pengisian air tawar pada
sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pengisian air akan menaikkan
muka air tanah di sumur tersebut, yang berfungsi sebagai penghalang
masuknya air laut ke daratan.

Subsurface barrier

Penghalang di bawah tanah sebagai pembatas antara air asin dan air tawar
dapat dibuat semacam dam dari lempung, beton, betonit maupun aspal.

Mangrovisasi

Mangrovisasi merupakan aktivitas penanaman mangrove (bakau) di


pinggir pantai. Mangrove sebagai green belt (sabuk pengaman yang ramah
lingkungan). Menurut Alikodra (2010), mangrove adalah tanaman untuk
mengatasi problem intrusi dan gelombang air laut.

2.)

Menanggulangi banjir dan rob


Mencegah dan menanggulangi banjir tak dapat dilakukan oleh pemerintah
saja atau orang perorang saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai
pihak untuk menghindarkan Jakarta dan kota lain di Indonesia dari banjir besar.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan itu antara lain:

Membuang lubang-lubang serapan air

Memperbanyak ruang terbuka hijau

Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai


tempat sampah raksasa.
Meninggikan bangunan rumah memang dapat menyelamatkan harta benda

kita ketika banjir terjadi, namun kita tidak mencegah terjadinya banjir lagi.
Manusia yang mengakibatkan banjir, manusia pula yang harus bersama-sama
menyelamatkan kota. Menyelamatkan Jakarta dari banjir besar bukan hanya
karena berarti menyelamatkan harta benda pribadi, namun juga menyelamatkan
wajah bangsa ini di mata dunia.
Partisipasi seluruh elemen masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi
dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi
masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan

mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir. Penanggulangan


banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir penanganan
saat banjir , dan pemulihan setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu
siklus kegiatan penanggulangan banjir yang berkesinambungan, Kegiatan
penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life cycle), yang dimulai dari
banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan sebelum
bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara menyeluruh,
berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai
sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata
guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.
3.)

Menanggulangi longsor

Mengubah Geometri Kelerengan

Perubahan geometri lereng ini pada prisnsipnya bertujuan untuk


mengurangi gaya pendorong dari masa tanah atau gaya-gaya yang
menggerakan yang menyebabkan gerakan lereng. Perbaikan dengan
perubahan geometri lereng ini meliputi pelandaian kemiringan lereng dan
pembuatan trap-trap/bangku/teras (benching) dengan perhitungan yang
tepat.

Mengendalikan Aliran Air Permukaan

Air merupakan salah satu faktor penyumbang ketidakmantapan lereng,


karena akan meninggikan tekanan air pori. Pengendalian air ini dapat
dilakukan dengan cara sistem pengaturan drainase lereng baik dengan
drainase permukaan maupun bawah permukaan (Hardiyatmo. C. H.,
2006). Pemilihan metode ini cocok digunakan dalam upaya pencegahan
tetapi jika pada sebelumnya telah terjadi gerakan tanah maka diperlukan
beberapa metode penanggulangan sebagai pendukung.

Penanaman pohon di lajur rawan longsor

Tumbuhan dapat digunakan untuk mengontrol erosi pada tanah yang tidak
stabil. Metode penanaman ini bertujuan untuk melindungi lereng, karena
akar-akar pohon akan menyerap air dan mencegah air berinfiltrasi ke

dalam zona tanah tidak stabil. Akar-akaran dalam kelompoknya


membentuk rakit yang menahan partikel tanah tetap di tempatnya. Dalam
kondisi demikian umunua akar-akar tumbuhan menambah kuat geser tanah
(Hardiyatmo. C. H., 2006).

Sementasi

Menurut

Dwiyanto

(2005), grouting merupakan

metode

untuk

memperkuat tanah/batuan atau memperkecil permeabilitas tanah/batuan


dengan cara menyuntikkan pasta semen atau bahan kimia ke dalam lapisan
tanah/batuan.

Grouting merupakan suatu proses pemasukan suatu cairan dengan tekanan


kedalam rongga atau pori rekahan dan kekar pada batuan yang dalam
waktu tertentu cairan tersebut akan menjadi padat dan keras secara fisika
maupun kimiawi, dengan tujuan untuk menurunkan permeabilitas,
meningkatkan kuat geser, mengurangi kompresibilitas, mengurangi potensi
erosi internal terutama pada pondasi alluvial.
Dengan tulisan ini dapat diketahui bahwa kota Semarang tempat kita

berhuni sekarang mengalami banyak masalah, sehingga diharapkankedepannya


untuk lebih peka terhadap lingkungan disekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai