KONSEP TEORI
I.
PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
(Keliat, 2006)
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan
realitas dunia (Stuart & Gail, 2006)
Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yang telah berlangsung lama) dapat
diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Stuart & Sundeen, 2006)
Harga diri meningkat bila diperhatikan/dicintai dan dihargai atau dibanggakan.
Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga diri
tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok, dan
diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi
lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Yoseph, 2009).
II.
Hal ini
penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history klien,
penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang
diberi pujian atas keberhasilannya.
ETIOLOGI
a) Privacy yang
kurang
diperhatikan,
misalnya
pemeriksaan
fisik
yang
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
hilannya sebagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, mengalami
kegagalan serta menurunya produktivitas.
Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah
dapat terjadi secara situasional dan kronik. Gangguan harga diri yang
terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul
secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi
korban perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara.
Selain itu, dirawat di rumah sakit juga menyebabkan rendahnya harga diri
seseorang diakibatkan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat
klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan
fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang mengharagai
klien dan keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
Menurut Peplau dan Sulivan dalam Yosep (2009) mengatakan
bahwa harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap
perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not
me,
terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang
digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut
Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman
seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak
oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan
menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.
Caplan (dalam Keliat 1999) mengatakan bahwa
lingkungan
sosial, pengalaman individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan
dikucilkan,
ditolak
oleh
lingkungan
sosial,
tidak
dihargai
akan
IV.
MANIFESTASI KLINIS
1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
2. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri
3. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan
dan ketidakbergunaan)
4. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
5. Kesulitan dalam membuat keputusan
Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah
adalah :
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produkrivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
V.
VI.
POHON MASALAH
Resiko
Perilaku
Kekerasan
Gangguan
Sensori
Persepsi
Traumatik
Kembang
Tumbuh
Data Subyektif :
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh, tidak tahu apa-
apa.
Klien megungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
Data Subyektif :
Klien mengatakan lebih suka sendiri daripada berhubungan dengan orang
lain.
3. Gangguan citra tubuh
Data Obyektif :
IX.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
c.
d.
e.
f.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang
jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
Diskusikan
Hindarkan
dapat