Anda di halaman 1dari 8

PENYAKIT JANTUNG DALAM KEHAMILAN

RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU


Jl. Indun Suri Simpang Busung No. 1
Telp. ( 0771 ) 482655 ; 482796
Fax. ( 0771 ) 482795

No.Dokumen

Tanggal Terbit

No Revisi
0/0

Halaman :
1/ 8

Ditetapkan :
Direktur RSUD Provinsi KEPRI

SPO
dr. Didi Kusmarjadi, Sp OG
NIP.19660731 199902 1 001

Diagnosis

Klasifikasi

Pengobatan

Anamnesis :
Riwayat demam rematik
Dispnu waktu melakukan kegiatan dan atau waktu
istirahat
Paroksimal nokturnal dispnu
Angina atau syncope waktu melakukan kegiatan
Hemoptisis
Pemeriksaan fisik :
Murmur sistolik dan diastolik
Kelainan irama jantung
Precordial thrill
Kardiomegali
Sianosis dan atau clubbing
Pemeriksaan Penunjang :
Foto torak
Elektrokardiografi
Ekhokardiografi
I.
Pasien sama sekali tak perlu membatasi kegiatan fisik
II.
Pasien perlu membatasi kegiatan fisik sedikit, kalau
melakukan pekerjaan sehari-hari terasa jantung
berdebar-debar dan terjadi angina pektoris
III.
Pasien sangat mudah merasa capai disertai timbulnya
gejala-gejal lain kalau melakukan pekerjaan ringan
sekalipun
IV. Pasien memperlihatkan gejala dompensasi jantung
walau dalam istirahat sekalipun.
Perawatan antenatal
Konsultasi dan rawat bersama dengan bagian kardiologi,
di ruang penyakit dalam.
Bila rawat jalan, kontrol setiap minggu, tiap kunjungan

Persalinan

sekaligus memeriksakan diri ke bagian kebidanan dan


kardiologi.
Tirah baring 2 jam waktu siang hari dan 10 jam waktu
malam hari.
Dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi dan foto torak,
bila diperlukan dilakukan pemeriksaan ekhokardiografi.
Setelah umur kehamilan 32 minggu, dilakukan
pemeriksaan NST dan USG serial.
Pengobatan tergantung klasifikasi penyakit jantung
dalam kehamilan :
I
Tidak memerlukan pengobatan.
II
Tidak memerlukan pengobatan, tetapi hindarkan
kegitan fisik terutama waktu umur kehamilan
antara 28 dan 32 minggu.
III & IV Rawat di rumah sakit dengan pengelolaan
bersama bagian kebidanan dan kardiologi.

Dilakukan bersama bagian kardiologi


1. Induksi persalinan
Induksi dilakukan hanya atas indikasi obstetri. Tetes
oksitosin akan meningkatkan volume darah yang dapat
menyebabkan edema paru. Untuk menegah hal tersebut
bila perlu diberikan diuretika.
2. Kala I
pemantauan ketat terhadap ibu maupun janin.
Bila diperlukan, dapat diberikan profilaksis digitalis dan
antibiotika (dilakukan atas konsultasi dengan bagian
kardiologi)
Berikan oksigen bila terlihat adanya sianosis.
3. Kala II, tergantung klasifikasi :
I
: Persalinan dapat spontan
II-III
:
- Cegah ibu mengedan dan selesaikan.
- Selama kala II harus didampingi
4. Kala III
Berikan oksitosin 10 IU i.m setelah bayi lahir.
Hindari pemberian ergometrin
Berikan Pack red cell bila diperlukan tranfusi darah.
Pada kasus tertentu (edema paru) dapat diberikan
profilaksis furosemid 40 mg i.v.
Pergunakan bantal pasir yang ditempatkan pada perut
bawah ibu setelah plasenta lahir

5. Masa Nifas
Dalam 24 jam pertama postpartum, pemantauan adanya
tanda-tanda dekompensasi tetpa dilakukan secara ketat.
Bila keadaan kompensata dan stabil, pasien dipulangkan
setelah 7 hari perawatan dan yakinkan pasien harus
kontrol setelah ke luar dari rumah sakit.
Penanganan gagal jantung selama persalinan
Baringkan ibu dalam posisi miring ke kiri untuk menjamin
aliran darah ke uterus
Batasi cairan iv untuk mencegah overload cairan
Beri analgesi yang sesuai (Intra Labour Analgesia, ILA)
Jika perlu oksitosin berikan dalam konsentrasi tinggi
dengan tetesan terendah (10 unit dalam 250 cc larutan
RL mulai dari 10 tetes, naik 3 tetes 30 menit) dan
pengawasan ketat kontraksi uterus serta keseimbangan
cairan.
Jangan berikan ergometrin
Persalinan pervaginam dengan mempercepat kala II
Sedapat mungkin hindari mengedan jika perlu lakukan
episiotomi dan akhir persalinan dengan ekstraksi forceps
Penanganan aktif kala II dan menyimpan bantal pasir
diatas uterus.
Catatan :
Gagal jantung bukan merupakan indikasi seksio sesarea
Penanganan gagal jantung selama seksio sesarea :
Lakukan anestesi lokal (infiltrasi dan sedasi) jangan
lakukan anestesi spinal
Gagal jantung akibat penyakit jantung :
Tangani gagal jantungnya dengan memberi obat sebagai
berikut :
Morfin 10 mg im dalam dosis tunggal
Atau furosemid 40 mg iv diulang jika perlu
Atau digoksin 0,5 mg im dosis tunggal
Atau nitrogliserin 0,3 mg sublingual diulang setiap 15
menit jika perlu
Gagal jantung masa nifas
Hal yang dapat menimbulkan gagal jantung masa
nifas adalah perdarahan, anemia, infeksi, dan
thromboemboli.

Pada masa nifas kontrasepsi harus diberikan, pada


kondisi yang stabil tubektomi dapat dilakukan.
Edema Paru dan Kardiomiopati Peripartum
Edema Paru
Edema paru adalah proses penyakit sekunder yang ditandai
dengan pengumpulan cairan didaerah interstisial dan
alveolar paru yang mengakibatkan hipoksemia dan kesulitan
bernafas. Edema paru dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :
hidrostatik, permeabilitas kapiler yang meningkat, insufisiensi
jaringan limfe dan idiopatik.
Etiologi Edema Paru Pascapersalinan
Preeklamsi dan eklamsi
Tokolitik
Penyakit jantung :
Disfungsi ventrikel kiri
Stenosis katup mitral
Kardiomiopati
Infeksi :
Pielonefritis/sepsis
Pneumonia varisela
Krisis tiroid
Diferensial Diagnosis Edema Paru
Pulmonal
Pneumonia, emboli paru, penyakit jantung intrinsik,
asma, terapi tokolitik, preeklamsi, emboli air ketuban,
sindrom distres pernapasan akut (ARDS), sepsis
Kardiak
Payah jantung (CHF), kardiomiopati peripartum,
penyakit katup jantung terutama stenosis mitral,
sindrom koroner akut (infark jantung), kardiomiopati
lainnya (virus atau obat-obatan)
Predisposisi edema paru pada persalinan primer
Infeksi subklinis
Kehamilan multifetus
Pamakaian tokolitik dalam waktu lama
Pemakaian tokolitik ganda
Pemberian cairan berlebihan (balance positif)
Penyakit jantung yang tidak terdiagnosis
Predisposisi edema paru pada preeklamsi berat

Kelebihan cairan
Predehidrasi sebelum anestesi epidural
Pemakaian sulfas magnesikus dan oksitosin jangka
lama
Imobilisasi pascasalin
Disfungsi renal/tubular nekrosis akut
Hipertensi berat yang tidak diterapi
Tekanan onkotik koloid serum yang rendah (misalnya
hipoalbumin)
Sepsis

Pengelolaan
a) ABC (penanganan airway, breathing, circulation),
hubungi bagian anestesi dan kardiologi untuk
penanganan bersama
Pasien dengan dispnea dan hipoksia

Airway Pastikan mencukupi


Breathing Periksa tingkat pernapasan, saturasi O2
Sediakan terapi oksigen
Circulation Periksa denyut nadi tekanan darah

Pemantauan FHR pada janin hidup


Evaluasi ultrasonografi bila stabil

Penilaian penyebab primer


Gas darah arteri, rontgen dada, ECG
CBG, panel kimia, enzim-enzim jantung, analisis urin, studi-studi koagulasi

Pertimbangkan pemantauan CVP


Bedside echocardiogram

Diuretik loop

Dukungan vasopresor yang diperlukan

b) Menilai keadaan janin


c) Bila pasien masih dalam keadaan hamil atau baru

selesai persalinan, kedaan janin dan usia kehamilan


dapat menjadi petunjuk etiologi insufisiensi sistem
kardiorespirasi ibu (maternal).
d) Bila usia janin > 24 minggu, harus dilakukan penilaian
kesejahteraan janin dengan menggunakan CTG atau
USG
e) Terminasi kehamilan tidak selalu perlu dilakukan,
walaupun manajemen terbaik tergantung etiologi
edema paru
f) Bila kondisi pasien sudah stabil, segera lakukan
penilaian kesejahteraan janin dengan menggunakan
USG dan CTG untuk menentukan berat janin, usia
gestasi, perkembangan janin dan ada/tidaknya
asidosis metabolik, derajat hipoksemi, dan fungsi
paru)
g) Segera sesudah keadaa stabil, lakukan pemeriksaan
foto toraks untuk menilai ada/tidaknya efusi pleura,
pneumotorkas, pneumonia atau edema paru masif.
h) Pemeriksaan elektrolit serum, pemeriksaan darah
lengkap dan pemeriksaan-pemeriksaan lain yang
diperlukan atas saran anestesi dan kardiologi.
Informed consent tentang kondisi, penanganan dan
prognosis pasien.
Kardiomiopati Peripartum
Gejalanya adalah disfungsi sistolik sistem ventrikel kiri dan
gejala gagal jantung yang terjadi pada akhir kehamilan
hingga 5 bulan pascasalin. Etiologinya tidak jelas, tapi
merupakan kriteria eksklusi ibu hamil dengan gagal jantung
kongestif pada akhir kehamilan atau awal periode pascasalin.
Pada umumnya, kardiomiopati peripatum terjadi pada akhir
kehamilan, namun ada beberapa kasus terjadi pada awal
kehamilan dan awal trimester kedua.
Faktor risiko Kardiomiopati paeripartum
Usia ibu yang ekstrim (<20 tahun dan >35 tahun)
Penggunaan tokolitik
Keturunan Afrika
Grande multi
Hipertensi gestasional atau preeklamsi
Kehamilan ganda
Kardiomiopati Peripartum mempunyai kemungkinan untuk

mencapai kesembuhan total pada fungsi ventrikel lebih tinggi


dibandingkan gangguan jantung lainnya. Sekitar 15%
meninggal, 25% fungsi ventrikel kiri membaik setelah 6 bulan
pengobatan, sekitar 1/3 sisanya membaik setelah 5 tahun.
IBU HAMIL DENGAN KELAINAN JANTUNG
Rontgen thorax
EKG
Analisis gas darah
Ekhokardiografi

Riwayat :
Demam rheuma
Aktivitas terbatas
Dispnea

Diagnosis
Klasifikasi
Konseling
Kelas 3-4
ANC perhatian khusus
Pada fungsi vital
Pertimbangkan

Fungsi jantungKondisi stabil kelas 1-2


Gagal jantung

< 20 minggu

> 20 minggu

Perawatan jantung intrensif


Tirah baring

Aborsi

Pantau kesejahteraan janin dengan ketat

Gawat janin
Kelas 3-4

Seksio sesarea

Janin baik
Perawatan intensif intrapartum

Observasi postpartum
Konseling kontrasepsi
Partus Pervaginam

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Huauth JC, Gilstrap


LC, Wenstrom KD. William Obstetrics. 23 ed. Newyork:
McGraw-Hill; 2010

Anda mungkin juga menyukai