Anda di halaman 1dari 12

BAB 1 PENDAHULUAN Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.

Proses pengembangan industri yang menggunakan beraneka ragam teknologi modern sesuai dengan pembangunan perekonomian nasional tersebut mampu menyerap jutaan tenaga kerja. Peningkatan ini memberikan berbagai dampak positif, yaitu terbukanya lapangan kerja dan meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Namun, dampak negatif pun tak dapat dielakkan, salah satunya adalah pencemaran udara oleh debu yang timbul dari proses pengolahan atau hasil industri. Risiko terserang penyakit paru akibat debu tidak hanya mengancam para pekerja, tetapi juga masyarakat yang bermukim di sekitar daerah industri. Pengetahuan yang cukup tentang dampak debu sebenarnya sangat diperlukan untuk dapat mengidentifikasi bahan yang dapat mencemari udara, mengenali kelainan yang timbul, dan melakukan usaha pencegahan. Berbagai debu industri seperti debu yang berasal dari pembakaran arang batu, semen, keramik, besi, penghancuran logam dan batu, asbes dan siliaka dengan ukuran 3-10 mikron akan ditimbun di paru Efek yang lama dali paparan ini menyebabkan paralisis silia hipersekresi dan hipertrofi kelenjar mucus Keadaan ini meyebabkan saluran napas rentan terhadap infeksi dan timbul gejala-gejala batuk menahun yang produktif. Penyakit paru yang disebabkan debu industri memiliki gejala yang sama dengan penyakit paru lain yang notabene tidak disebabkan oleh debu di lingkungan bekerja. Penyakit paru kerja merupakan kerusakan atau penyakit paru yang diakibatkan uap, debu, atau gas berbahaya yang terhirup karyawan saat berada di tempat kerja. Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya gangguan paru.1
1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan fisiologi pernapasan

Gambar 1.1 anatomi pernapasan

Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolism. a. Hidung Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.

b. Faring Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. c. Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. d. Trakea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. e. Bronkus Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
3

f. Paru Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.2

B. Definisi Industritrial bronkitis adalah peradangan saluran udara besar paru-paru pada orang yang bekerja di sekitar debu, asap, asap, atau zat lain. Debu, asap, asam kuat, dan lain-lain bahan kimia di udara menyebabkan bronkitis jenis ini. Penyebab lain adalah kebiasaan merokok. Faktor resiko lain yang turut mempengaruhi antara lain, debu kerja seperti asbes, bedak, silika, kapas, rami, dan batubara. Sedangkan secara umum Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada pembuluh bronkus,trakea dan bronchial.inflamsi menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi Bronchitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus local yang bersifat patologis.dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elemen elastic dan otot-otot polos bronkus . pada umumnya bronkus berukuran kecil yang diserang. Hal ini dapat menghalangi aliran udara ke paru-paru dan dapt merusaknya. Secara klinis para ahli mengartikan bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan . ini berati bahwa bronchitis bukan merupakan penyakit berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain juga.

Definisi bronchitis menurut beberpa sumber adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang ulang minimal selam3 bulan pertahun atau paling sedikit 2 tahun berturut turut pada pasien yang diketahui tidak terdapatpenyebab lain.3

C. ETIOLOGI Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial. 1. Rokok Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut. 2. Infeksi Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie 3. Polusi Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat zat pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. 4. Keturunan Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada

penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru. 5. Faktor sosial ekonomi Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.3

D. GEJALA KLINIS 1. Batuk Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian :

a.

Lapisan teratas agak keruh.

b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah ). c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak (

celluler debris ).

2. Haemaptoe Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik ). Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama komplikasi haemaptoe.

3. Sesak nafas ( dispnue ) Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya. 4. Demam berulang Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)

5. Kelainan fisis Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waktu kewaktu atau ronci basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut : terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.3 E. PATOFISIOLOGI

Gambar 2.1 gambaran bronkitis Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan

peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar
8

Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.4 F. DIAGNOSIS Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir.Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal.

1. Anamnesis : riwayat penyakit yang ditandai batuk-batuk setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam 1 tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun. 2. Pemeriksaan fisik :1.Pasien tampak kurus dengan barrel shape chest (diameter anteroposterior dadameningkat). 3. Fremitus taktil dada tidak ada atau berkurang. 4. .Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,tukak jantung berkurang. 5. S u a r a n a f a s b e r k u r a n g d e n g a n e x p i r a s i p a n j a n g .

6. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: 7. Tes fungsi paru-paru 8. Gas darah arteri 9. Rontgen Thorax : Foto thorax pada bronchitis kronis memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan garis-garis yang parallel keluar dari hilus menuju apex paru dan corakan paru yang bertambah G. PENATALAKSANAAN 1. Edukasi Harus dijelaskan hal-hal yang memperberat serta harus di jelaskan bagaimana cara pengobatan yang baik 2. Pencegahan Jika pasien merokok ( dihentikan), jika bekerja dilingkungan dengan tinggi polusi di sarankan agar menggunakan masker 3. Terapi ekserbasi akut a. Antibiotic karena biasanya disertai infeksi 4. Terapi oksigen diberikan jika terjadi kegagalan jalan nafas karena hiperkapniadan berkurangnya hipersensitifitas terhadap O2. 5. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum 6. Bronkodilator untuk mengurangi obstruksi jalan nafas, termasuk didalamnya adrenergic b dan antikolinergic, dan gejala aginis B, pasien dapat diberikan salbutamol 5mg 7. Aktifitas fisik untuk meningkatkan toleransi fisik 8. Mukolitik dan ekspektoran 9. Rehabilitasi

10

H. PROGNOSIS Penderita dengan kondisi yang sehat sebelumya maka mempunyai prognosis yang sangat baik, tetapi bagi mereka yang sudah mengalami bronchitis kronik sebelumnya, maka prognosis buruk. Prognosis ditentukan berdasarkan kondisi sebelumnya Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala klinisnya.

11

BAB III KESIMPULAN Industritrial bronkitis adalah peradangan saluran udara besar paru-paru pada orang yang bekerja di sekitar debu, asap, asap, atau zat lain. Debu, asap, asam kuat, dan lain-lain bahan kimia di udara menyebabkan bronkitis jenis ini. Gejala klinis yang dapat muncul pada penderita bronchitis biasanya batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, sesak karena terjadi penyempitan bronkus. Penderita dengan kondisi yang sehat sebelumya maka mempunyai prognosis yang sangat baik, tetapi bagi mereka yang sudah mengalami bronchitis kronik sebelumnya, maka prognosis buruk. Prognosis ditentukan berdasarkan kondisi sebelumnya

12

Anda mungkin juga menyukai