oleh enzim pemecah lemak yang dihasilkan oleh pankreas, akibatnya beban kerja
pankreas dan sistim pencernaan tidak terlalu berat. Hal ini sangat membantu
pasien pasien yang mempunyai masalah metabolisme dan pencernaan, terutama
malabsorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.7
VCO juga mengandung medium chain trygliserida (MCT) yang mudah diserap
oleh sel, yang selanjutnya masuk ke dalam mitokondria sehingga kemampuan
metabolisme tubuh meningkat. Tambahan energi dari metabolisme tersebut
menghasilkan efek stimulasi dalam tubuh. MCT dapat meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit dan mempercepat penyembuhan dari sakit. Selain itu
adanya MCT dalam tubuh juga tidak mendorong terjadinya kegemukan atau
obesitas.1
.
Selain itu VCO tidak mengandung kolesterol yang teroksidasi dan tidak pula
mengandung ikatan trans yang merupakan racun bagi metabolisme, menghambat
produksi insulin, menyebabkan diabetes, kanker, dan penyakit autoimun.6 VCO
juga mengandung zat antioksidan sehingga menurunkan kebutuhan akan vitamin
E. Mengkonsumsi VCO dapat mengaktifkan hormon-hormon anti penuaan,
progesteron, dan DHEA serta mencegah serangan jantung, pikun, kegemukan,
kanker dan penyakit lain yang berhubungan dengan penuaan dini.1
Oleh karena harganya yang mahal, sementara khasiatnya yang banyak,
penggunaan VCO terbatas untuk kebutuhan yang eksklusif. VCO di dunia secara
umum digunakan dalam produk kosmetik seperti sabun, shampo, pelembab dan
sebagainya.
Di Asia, Philipina tercatat sebagai negara pengekspor terbesar VCO. Di dunia,
negara importir terbesar komoditi ini adalah Belanda, Jerman dan Spanyol. Di
Italia penggunaan VCO belum terlalu luas, karena masyarakat Italia belum
mengenal produk ini dan penggunaan minyak zaitun (olive oil) masih lebih luas
daripada minyak minyak lainnya. Penggunaan VCO di Italia terbatas untuk
kosmetik kulit dan rambut. Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk
mengekspor komoditi ini yang tentu saja harus disertai dengan kualitas produksi
dan syarat promosi yang memadai, mengikuti standar yang ada di negara - negara
importir tersebut.
Air
Protein
Minyak
VCO dapat dihasilkan bila ikatan emulsi atau ikatan lipoprotein tersebut dirusak.
Untuk dapat merusak emulsi tersebut banyak cara yang dapat dilakukan seperti
pemanasan bertahap, enzimatis, pengasaman, sentrifugasi, dan pancingan2. Pada
penelitian ini minyak yang berada pada emulsi santan dipecah dengan bantuan
enzim. Di sini yang dirusak adalah proteinnya, bukan lemaknya. Protein dalam
ikatan lipoprotein dipecah dengan protease.
Beberapa protease yang bisa digunakan untuk memecah ikatan lipoprotein dalam
emulsi lemak antara lain papain (pepaya), bromelin (nanas) dan enzim protease
yang berasal dari kepiting sungai.2 Pembuatan VCO dengan proses enzimatis ini
terdiri atas tiga tahap utama yaitu pembuatan santan kelapa, penambahan protease
dan penyaringan. Dalam proses ini, jenis enzim lainnya yang membantu proses
ekstraksi minyak adalah glukosidase dan karbohidrase yaitu enzim pendegradasi
karbohidrat.8
Dalam buah kelapa, minyak berada di dalam sel. Dinding sel ini terdiri atas
beberapa komponen polisakarida, antara lain galaktomannan, mannan dan
selulosa.8 Jadi untuk mengeluarkan minyak dalam sel diperlukan karbohidrase
untuk mendegradasi dinding sel. Oleh karena itu proses pembuatan VCO secara
enzimatis
dapat
menggunakan
beberapa
enzim
sekaligus
untuk
dapat
Beberapa jenis
karbohidrase yang telah digunakan untuk ekstraksi minyak kelapa antara lain
pektinase, selulase, hemiselulase, poligalakturonase, galaktomannase dan amilase.9
pembuatannya melainkan hanya VCO yang dihasilkan dari kelapa segar dan
matang, dengan hasil minyak yang tidak berubah. Namun Philipine National
Standards (PNS) memberikan standar yang lebih detail, antara lain bahwa VCO
tidak dihasilkan melalui proses kimia (refining, deodorizing dan bleaching)2.
Tabel II.1 menyajikan standar mutu VCO menurut Asian and Pacific Coconut
Community (APCC) tahun 2005.2
Tabel II.1 Standar Mutu Virgin Coconut Oil menurut
Asian and Pacific Coconut Community (APCC)
Karakteristik
0,915 0,920
1,4480 1,4492
0,1 0,5
0,005
Bilangan sabun
255 265
Bilangan yodium
8 10
0,2 0,5
0,5
0,4 0,6
5,0 10,0
4,5 8,0
43,0 53,0
16,0 21,0
7,5 10,0
2,0 4,0
5,0 10,0
1,0 2,5
Kualitas
Warna
jernih
0,5
Pengotor
Senyawa yang dapat menguap
0,2
Tembaga (mg/kg)
0,4
Timbal (mg/kg)
0,1
Arsen (mg/kg)
0,1
II.4 Kelapa
Kelapa adalah tanaman asli Indonesia. Kelapa merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik. Hal ini
dipengaruhi oleh iklim di Indonesia yang sangat cocok untuk pertumbuhan
tanaman kelapa. Tanaman kelapa mampu tumbuh dengan baik pada ketinggian 0
m 600 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 25 0C dan kelembaban
udara 80 - 95 %.
Buah kelapa berbentuk bulat lonjong dengan ukuran bervariasi, tergantung pada
keadaan tanah, iklim dan varietasnya. Warna kelapa juga bervariasi, mulai dari
kuning sampai hijau muda, dan setelah masak berubah menjadi coklat. Struktur
buah kelapa terdiri dari sabut (35 %), daging buah (28 %), air kelapa (15 %),
tempurung (12 %) serta beberapa bagian lainnya2. Hampir semua bagian kelapa
dapat dimanfaatkan. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan
makanan dan bahan baku industri adalah buahnya. Pada Gambar II.2 dan II.3.a, b
dan c ditampilkan bagian-bagian pohon kelapa, di antaranya pelepah, batang, daun
dan buahnya.
Daun kelapa
Buah kelapa
Batang kelapa
Akar kelapa
Daging kelapa
10
Pada pembuatan VCO, semakin baik mutu kelapa yang digunakan, kualitas VCO
yang dihasilkan juga semakin baik dan rendemennya semakin tinggi.2 Ciri - ciri
kelapa yang baik untuk digunakan sebagai bahan pembuatan VCO adalah :
a. Berasal dari varietas kelapa hibrida lokal.
b. Berumur 11 - 13 bulan. Umur kelapa yang akan digunakan tidak boleh
terlalu tua atau terlalu muda. Apabila terlalu muda, kandungan minyaknya
masih sangat rendah. Sebaliknya bila kelapa yang digunakan terlalu tua,
makin banyak kandungan minyak yang sudah diubah menjadi karbohidrat,
sehingga randemen yang dihasilkan akan rendah.
c. Berat kelapa berkisar 130 g / butir.
d. Kulit sabut kelapa sudah berwarna coklat, menandakan kelapa sudah
cukup tua.
e. Apabila dikocok, bunyinya terdengar nyaring. Hal ini berkaitan dengan
jumlah air yang terkandung di dalamnya. Bila nyaring bunyinya
menandakan jumlah air di dalamnya telah berkurang. Berkurangnya
jumlah air ini berhubungan dengan dekomposisi kandungan gizi kelapa.
f. Kelapa belum berkecambah.
g. Bila dibelah, daging buah berwarna putih dengan ketebalan sekitar 10 - 15
mm.
II. 5 Nanas
Nanas berasal dari Brazil. Di Indonesia, nanas ditanam di kebun-kebun,
pekarangan dan tempat-tempat lain yang cukup mendapat sinar matahari pada
ketinggian 1 - 1300 m di atas permukaan laut. Nanas merupakan tanaman buah
yang selalu tersedia sepanjang tahun. Tanaman ini merupakan herba tahunan atau
dua tahunan, dengan tinggi 50 - 150 cm, dan mempunyai tunas merayap pada
bagian pangkalnya. Daun tanaman berkumpul dalam roset akar dan pada bagian
pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian daun berbentuk pedang, tebal, liat,
panjang 80 - 120 cm, lebar 2 - 6 cm, dengan ujung yang lancip menyerupai duri.
Bagian-bagian tanaman nanas dapat dilihat pada Gambar II.5.
11
12
13
Bila bagian kulit buah nanas dikupas, maka akan terlihat bagian dalam dagingnya
berwarna kuning dan bagian tengah yang agak keras disebut bonggol, seperti
terlihat pada Gambar II.11.
yang
dibudidayakan
orang
sudah
kehilangan
kemampuannya
14
akan menjadi tempat tumbuhnya akar dan Gambar II.12.d menunjukkan akar
muda yang baru tumbuh setelah 3 minggu.
15
Asam-asam lemak tak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya
dan berbeda dengan asam lemak jenuh dalam bentuk molekul keseluruhannya.
Asam lemak tak jenuh biasanya terdapat dalam bentuk cis. Karena itu molekul
akan bengkok pada ikatan rangkap, walaupun ada juga asam lemak tidak jenuh
dalam bentuk trans.13
16
Asam lemak dapat pula digolongkan berdasarkan panjang rantai karbon yang
membentuknya, asam lemak berantai panjang (LCFA), asam lemak rantai sedang
(MCFA) dan asam lemak rantai pendek (SCFA).
Pada umumnya asam lemak dalam VCO merupakan asam lemak rantai sedang
(MCFA) atau MCT dalam bentuk trigliseridanya. Adanya kandungan jenis asam
lemak inilah yang menjadikan VCO memiliki sifat yang khas dan berkhasiat.
MCFA adalah asam lemak yang memiliki atom C 8 12, seperti asam kaprilat
(C8), asam kaprat (C10) dan asam laurat (C12). Ketiga jenis asam lemak jenuh ini
bersama-sama asam miristat (C14) dan asam palmitat (C16) sebagian besar
terkandung dalam minyak kelapa, khususnya VCO. Minyak kelapa memiliki
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi yaitu sekitar 92 %, lebih tinggi
dibandingkan jenis minyak lainnya.14
Struktur asam lemak yang terdapat pada VCO dalam bentuk trigliseridanya
merupakan suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan
gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka
dinamakan monogliserida. Dalam Gambar II.18 ditampilkan reaksi pembentukan
trigliserida. Sedangkan
gambar
II.19
13
monogliserida.
17
menampilkan
reaksi
pembentukan
Gliserol
3 Asam Lemak
Trigliserida
3 Air
Gliserol
Asam Lemak
monogliserida
Air
II.7 ENZIM
Enzim untuk pertama kalinya dikenal sebagai protein oleh Sumner pada tahun
1926 yang berhasil mengisolasi urease dari 'kara pedang' (Jack Bean). Urease
adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa
tahun kemudian Northrop dan Kunitz dapat mengisolasi pepsin, tripsin,
kimotripsin. Selanjutnya makin banyak enzim yang dapat diisolasi dan telah
dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah suatu protein. Namun demikian dari hasil
penelitian diketahui pula bahwa banyak enzim yang juga mempunyai gugus bukan
protein, jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini disebut
haloenzim yang terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein
(kofaktor). Kofaktor yan terikat kuat pada bagian protein, artinya sukar terurai
18
dalam larutan disebut gugus prostetik, sedangkan yang tidak begitu kuat ikatannya
disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim merupakan bagian enzim
yang memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat, yaitu zat-zat yang diubah
atau direaksikan oleh enzim. 15
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam
sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108-1011 kali lebih
cepat daripada reaksi tersebut tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai
katalis yang sangat efisien. Disamping itu, enzim mempunyai derajat kekhasan
yang tinggi yaitu hanya dapat bekerja pada satu reaksi saja. Untuk dapat bekerja
terhadap suatu zat atau substrat, harus ada hubungan atau kontak antara enzim
dengan substrat. Enzim mempunyai ukuran lebih besar dari substrat. Oleh karena
itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat. Hubungan
antara substrat dengan enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu yang
disebut bagian aktif (active site). Hubungan hanya mungkin terjadi bila bagian
aktif mempunyai ruang yang tepat dapat menampung substrat. Apabila substrat
mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian
aktif enzim sehingga enzim tidak dapat berfungsi terhadap substrat. Hubungan
atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya kompleks
enzim-substrat. Kompleks ini merupakan kompleks yang aktif, bersifat sementara
dan akan terurai lagi.15 Secara sederhana penguraian suatu senyawa atau substrat
oleh suatu enzim ditampilkan pada Gambar II.20.
E = enzim
E+S
ES
E+P
S = Substrat
19
P = hasil reaksi
Menurut hipotesis Leonor Michaelis dan Maude Menten pada tahun 1913, bahwa
dalam reaksi enzim terjadi lebih dahulu kompleks enzim-substrat yang kemudian
menghasilkan hasil reaksi dan enzim kembali. Kecepatan reaksi bergantung pada
konsentrasi kompleks enzim-substrat (ES).
rendah, bagian aktif enzim hanya menampung substrat sedikit. Bila konsentrasi
substrat diperbesar, makin banyak subtsrat yang dapat berhubungan dengn enzim
pada bagian aktif tersebut. Dengan demikian konsentrasi komplek enzim substrat
makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi. Pada
suatu batas konsentrasi substrat tertentu, semua bagian aktif telah dipenuhi oleh
substrat atau telah jenuh dengan substrat. Dalam keadaan ini, bertambah besarnya
konsentrasi substrat tidak menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi
kompleks enzim substrat sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah
besar. Gambar II.21 menampilkan diagram yang menunjukkan pengaruh
konsentrasi substrat pada enzim.
20
Konsentrasi Substrat S
Rendah
Hampir jenuh
Jenuh
berlebih
II.8.4 Pengaruh pH
Seperti
protein
pada
umumnya,
struktur
enzim
tergantung
pada
pH
lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion - ion
bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan
berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks
enzim substrat. Di samping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah
atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan
mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim.
21
II.9 Protease
Berbagai penelitian tentang protease sudah banyak dilakukan orang untuk
berbagai tujuan. Protease diduga dapat menghambat aktivitas virus HIV.17
Protease yang diproduksi oleh saluran cerna dapat dipetakan melalui metoda
HPLC dengan insulin sebagai standar.18 Protease adalah suatu enzim yang dapat
mendegradasi protein atau enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan
peptida pada protein. Protease dapat dihasilkan oleh mikroba, salah satunya
misalnya Bacillus licheniformis yang dapat memproduksi protease yang sifatnya
cocok digunakan dalam industri deterjen.19 Beberapa protease (alkaline protease)
dapat pula dihasilkan oleh jamur dan serangga.20 Protease merupakan enzim yang
penting dan banyak digunakan terutama dalam industri detergen, farmasi, kulit,
makanan, film dan pengolahan limbah. Protease dari Bacillus circulans 9b3
mempunyai kemampuan sebagai anti lipase dan dapat dimanfaatkan dalam
pengawetan bekatul.21
Selain itu protease dapat pula dihasilkan dari beberapa jenis tanaman yaitu papain
(pepaya), bromelin (nanas).2 Protease yang terdapat pada akar nanas memiliki
aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan bagian nanas lainnya yaitu daging buah
maupun bonggolnya.3
Berdasarkan Nomenclature Committee of International Union of Biochemistry
and Molecular Biology, protease termasuk dalam sub kelompok 4 dari kelompok
3 (hidrolase).
22
23
Salah satu protease asam yang berhasil dimurnikan adalah protease asam dari
biakan Bacillus subtilis JM-3 yang terdapat dalam saus ikan. Protease ini
mempunyai Mr 14 kD. Stabilitas optimumnya teramati pada suhu 30 0C. Aktivitas
protease ini dihambat oleh tosil-lisinklorometilketon (TLCK).23
24
25