PENDAHULUAN
Jagung merupakan komoditas vital dalam industri pakan, pangan, kimia maupun
industri manufaktur. Di Indonesia jagung juga merupakan makanan pokok utama yang
memiliki kedudukan penting setelah beras. Sebagai bahan pokok bagi industri pakan
ternak, kebutuhan jagung untuk pakan ternak sekitar 3 3,5 juta ton/thn dan sekitar 1
1,5 juta ton adalah impor (Kompas, 26 November 2003). Deptan memproyeksikan
1145
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
kebutuhan jagung periode 2001 2004 akan mencapai 11 12 juta ton per tahun.
Sebaliknya kemampuan produksi jagung nasional masih berkisar 9,2 juta ton.
Pertumbuhan kebutuhan jagung dalam negeri tidak terlepas dari perkembangan
industri pakan ternak yang signifikan sejak 1998. Dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan
kapasitas industri pakan ternak mencapai rata-rata 14,6 % Industri pakan ternak ini
berlokasi di beberapa daerah potensi seperti Jatim, Jabar, Lampung dan Sumatra Barat
(Anonim, 2004). Kebutuhan jagung untuk pasar domestik yang begitu besar tersebut
belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para petani, hal ini disebabkan oleh faktor
keterbatasan produktivitas dan mutu hasil produksi.
Di samping itu, dari sisi pencapaian produksi juga sering di bawah target karena
faktor penanganan pascapanen yang tidak tepat sehingga mengakibatkan banyak
kehilangan hasil. Oleh karena itu, usaha pengembangan jagung nasional harus didukung
oleh industri pascapanen sehingga mampu menciptakan keuntungan yang sebenarnya
secara bisnis. Dengan perbaikan pascapanen diharapkan dapat menekan tingkat
kehilangan dan menciptakan nilai tambah kepada para petani.
Melalui program pengembangan model kawasan agribisnis jagung di Banten dan
Jawa Barat, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil tanaman pangan memberikan
bantuan kepada beberapa gabungan kelompok tani dengan pendirian unit-unit prosesing
jagung skala gabungan kelompok tani (Gapoktan).
Melalui penerapan alsintan
pascapanen yang terpadu pada luasan lahan sekitar 500 ha. Dengan areal seluas ini
diharapkan dapat mencakup beberapa kelompok tani (gabungan kelompok tani).
Sehingga pengembangan model prosesing plant untuk jagung tersebut dapat secara nyata
meningkatkan agribisnis jagung di sentra-sentra produksi jagung. Dengan perbaikan
pascapanen diharapkan dapat menekan tingkat kehilangan dan menciptakan nilai tambah
kepada para petani. Namun demikian pendirian unit-unit prosesing jagung ini tidak akan
memberikan pengaruh positif apabila tidak dikelola secara tepat dan benar. Untuk itu
perlu dilakukan evaluasi secara teknis dan ekonomis terhadap unit prosesing jagung yang
ada dan memberikan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Penelitian dilakukan di Unit
prosesing jagung Cipatat, karena merupakan pionir dari unit-unit prosesing jagung yang
ada, sehingga diharapkan hasilnya dapat memberikan pengaruh positif terhadap unit
prosesing jagung skala gapoktan yang lain.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi teknis dan ekonomis pada
unit prosesing jagung skala gapoktan di Cipatat, untuk perbaikan penanganan
pascapanen dan memberikan nilai tambah pada jagung.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2004 di Unit Prosesing jagung Skala
Gapoktan, Cipatat, Kabupaten Bandung.
Pelaksanaan Kegiatan
Adapun tahapan-tahapan dari kegiatan ini, adalah :
a.
Study Literatur
Tujuannya adalah memperoleh informasi /data dengan instansi / dinas
terkait dan perguruan tinggi serta sumber lain seperti internet.dan melakukan
konsultasi model agribisnis prosesing jagung .
1146
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
b.
Survei Lapang
Persiapan
kuisioner
Survai lapang
Lokasi
terpilih
Pengujian lapang
Kinerja alsin
Evaluasi Teknis da
Ekonomis
Rekomendasi
1147
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Gambar 2.
Dari gambar di atas terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara
petani, pemerintah dan unit prosesing jagung (pembeli). Untuk menarik minat petani
menanam jagung, pemerintah selayaknya menjaga harga agar petani mendapat keyakinan,
menanam jagung akan menguntungkan. Untuk itu pemerintah harus mempunyai
komitmen menjaga harga, dengan membeli jika ada kelebihan produksi sehingga petani
percaya dan tetap mau menanam jagung. Kebijakan perjagungan yang lain adalah dengan
menyediakan kredit agribisnis, insentif untuk meningkatkat produksi dan kualitas hasil,
penetapan bea tarif masuk, ketersediaan sarana produksi dan penataan mata rantai
pemasaran yang menguntungkan petani.
Peran unit prosesing dalam menarik minat petani adalah dengan memberikan nilai
tambah pada komoditas jagung sehingga akan meningkatkan harga jualnya. Untuk itu
diperlukan dukungan teknologi baik dari segi mekanisasi maupun teknologi
prosesingnya. Kontribusi terhadap kualitas dapat mengakibatkan terjadinya penurunana
pertumbuhan aflatoxin melalui penanganan yang segera pada titik kritis yaitu
pengeringan. Kadar air biji simpan 15 17 % juga menurunkan persentase kotoran biji
rusak.
Disamping itu, jagung dapat diolah menjadi produk lain seperti tepung, jagung
beras, jagung giling sehingga pemanfaatan jagung baik sebagai bahan pangan dan bahan
pakan dapat diolah dengan maksimal sehingga memberikan nilai tambah lebih. Dengan
mekanisasi juga kapasitas dan efisiensi menjadi tinggi.
Unit prossing jagung skala gapoktan yang ada di Cipatat, Kabupaten Bandung
merupakan bantuan dari pemerintah, dalam hal ini Direktur Bina Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman pangan pada tahun 2002. Sasaran dari program ini adalah
terciptanya pusat pertumbuhan agribisnis jagung di kawasan Bandung dan terpenuhinya
bahan baku ternak yang terjamin mutu dan kontinyuitasnya.
1148
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
a. Aspek Teknis
Konfigurasi alsin pascapanen jagung yang ada di unit prosesing jagung tersebut
dapat dilihat pada tabel 1. Konfigurasi alsin ini menunjukkan produk apa yang dapat
dihasilkan oleh setiap unit prosesing. Selain produk, konfigurasi mesin juga menentukan
kapasitas produksi dari setiap unit prosesing.
Tabel 1. Konfigurasi Alsin Prosesing Jagung pada Gapoktan Di Cipatat
Kapasitas
(Kg/Jam)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mesin Penggerak
Mesin Prosesing
Dryer
Corn Sheller
Penghancur Biji
PenghancurTongkol
Mixer
Winower
Chopper
Terpasang
18 ton
5 ton
500
200
500
-
Aktual
11 ton
3 ton
200
200
500
-
Merk
PEM
Kubota
Mindong
Daiho
-
Daya
(Hp)
15
Thn
Pembelian
7,5
5,5
-
2002
2002
2002
2002
2002
2002
2003
Dari tabel di atas, terlihat bahwa dengan konfigurasi yang ada, gapoktan dapat
memproduksi bermacam-macam produk jagung seperti : jagung pipil, jagung giling,
pakan ternak, chip tongkol jagung dan silase. Dengan kapasitas produksi yang cukup
tinggi, sekitar 10 20 ton jagung pipil perhari. Hal ini menunjukkan bahwa potensi
gapoktan dalam mendukung industri pakan ternak cukup besar, sehingga perlu
dioptimalkan fungsinya.
Namun demikian, dari beberapa jenis mesin prosesing jagung yang ada, yang
dioperasikan secara maksimal dalam penanganan pascapanen jagung hanyalah mesin
pemipil, mesin pengering dan pembersih saja.
Jagung tongkol
Pemipilan
Corn seller
Proses
1149
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Dryer
Winower
Mesin Giling
Jagung
mixer
penyimpanan
Tongkol kosong
(sisa pemipilan)
1150
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
TONGKOL
BASAH 18 - 20 %
PIPILAN BASAH
18 - 20 %
CORN
SHELLER
BAHAN BAKU
PIPILAN KERING
14 - 16 %
DRYER
PIPILAN KERING
BERSIH 14 - 16 %
CLEANER
PENEPUNG
PENIMBANGAN
TEPUNG
JAGUNG
PENGEMASAN
* TEPUNG TONGKOL
* TEPUNG JAGUNG
TONGKOL
KONSUMEN
PABRIK PAKAN
PENGHANCURAN
TONGKOL
MIXER
PAKAN
TERNAK IKAN
KONSENTRAT
Gapoktan
90 hari
4 - 8 jam
30 hari
22.500,3 lt
0,09
1151
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Tabel 3. Analisis biaya pokok dan kelayakan pengelolaan alsin prosesing jagung strata
pengelola
Hasil analisis
Biaya tetap (Rp/tahun)
Biaya tidak tetap (Rp/jam)
Biaya pokok (Rp/kg)
NPV (Rp)
B/C ratio
IRR (%/ tahun)
Gapoktan
75.300.000
17.420.000
33,11
(424.829.720)
(0.4)
25.19
KESIMPULAN
1.
2.
3.
1152
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
DAFTAR PUSTAKA
Andi Nirma N., 2001. Rancang Bangun Sistem Informasi Pasca Panen Komoditi Jagung,
IPB Bogor.
Anonim, 2000, Teknologi Peningkatan Produksi Jagung Bisma di Lahan Kering, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran, Departemen Pertanian.
Anonim, 2001, Problematik Ketersediaan Jagung Dalam Industri Pakan, Indonesian Web
Site on Agribusiness Information, Minggu 21 Oktober 2001.
Anonim, 2003, Swasembada Jagung Diperkirakan akhir 2004, Berita Pertanian, 13 Mei
2003.
___________. 2004. Penggunaan Jagung dalam Industri Ternak. www.alabio.ejg.net.
Anonim, 2003, Swasembada Jagung Diperkirakan akhir 2004, Berita Pertanian, 13 Mei
2003.
1153