Oleh:
I Gede Mahayatra
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada proses pemesinan gesekan antara pahat potong dan benda kerja menimbulkan panas
yang dapat mempengaruhi keakuratan ukuran, penyelesaian permukaan, aliran geram (chips)
yang bermuara pada kualitas produk. Cairan pendingin (metal cutting fluids) digunakan pada
proses pemesinan untuk memberikan pelumasan dan pendinginan. Cairan pendingin telah
menjadi kebutuhan penting bagi proses pemesinan dalam puluhan tahun terakhir.
Akhir-akhir ini, cairan pemotongan bekas (cairan pemotongan yang telah habis masa
pakainya) sebagai buangan dari industri pemotongan logam mendapat perhatian serius karena
mengancam kelestarian lingkungan. Jutaan gallon cairan pemotongan bekas dihasilkan dari
industri pemotongan logam setiap tahunnya. Cairan pemotongan bekas ini biasanya hanya
dimasukkan ke dalam kontainer dan ditimbun di bawah tanah.
Sebagai industri yang menggunakan banyak cairan pemotongan saat proses fabrikasi
komponen mesti mempertimbangkan masalah pencemaran lingkungan tersebut. Untuk
mengatasi hal ini, maka para pakar pemesinan merekomendasikan suatu strategi yang cukup
ekstrim yaitu dengan pemesinan kering (pemesinan tanpa menggunakan
cairan pemotongan) atau dari sudut pandang lingkungan, strategi ini disebut dengan
pemesinan hijau (green machining)
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah senbagai berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
Pilihan alternatif dari pemesinan basah adalah pemesinan kering, karena selain tidak ada cairan
pemotongan bekas dalam junlah besar yang akan mencemari lingkungan juga tidak ada kabut
partikel cairan pemotongan yang akan membahayakan operator dan juga serpihan pemotongan
tidak terkontaminasi oleh residu cairan pemotongan. Pemesinan kering mempunyai beberapa
masalah yang antara lain, gesekan antara permukaan benda kerja dan pahat potong, kecepatan
keluar serpihan, serta temperatur potong yang tinggi dan hal tersebut semuanya terkait dengan
parameter pemesinan.
Secara umum industri pemesinan pemotongan logam melakukan pemesinan kering adalah untuk
menghindari pengaruh buruk akibat cairan pemotongan yang dihasilkan oleh pemesinan basah.
Argumen ini secara khusus didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Mukun et. al., (1995)
secara kuantitatif menyangkut pengaruh buruk pemesinan basah dengan anggapan pada
pemesinan kering tidak akan dihasilkan pencemaran lingkungan kerja dan ini berarti tidak
menghasilkan kabut partikel cairan pemotongan. Oleh sebab itu perlu diketahui pentingnya
pemesinan kering dilakukan dalam proses. pertimbangan hal diatas pakar pemesinan mencoba
mencari solusi dengan suatu metode pemotongan alternatif dan mereka merumuskan bahwa
pemesinan kering (dry cutting) yang dari sudut pandang ekologi disebut dengan pemesinan hijau
(green machining) merupakan jalan keluar dari masalah tersebut. Melalui pemesinan kering
diharapkan disamping aman bagi lingkungan, juga bisa mereduksi ongkos produksi.
Pemesinan kering di akui mampu mengatasimasalah pada dampak yang telah di uraikan diatas.
Pilihan alternatif dari pemesinan basah adalah pemesinan kering, karena selain tidak ada cairan
pemotongan bekasdalam jumlah besar yang akan mencemari lingkungan juga tidak ada kabut
partikelcairan pemotongan yang akan membahayakan operator dan juga serpihan pemotongan
tidak terkontaminasi oleh residu cairan pemotongan. Pemesinan kering mempunyai beberapa
masalah yang antara lain, gesekan antara permukaan bendakerja dan pahat potong, kecepatan
keluar geram, serta temperatur potong yang tinggidan hal tersebut semuanya terkait dengan
parameter pemesinan
Konsep pemesinan kering ini sebenarnya biasa dilakukan oleh industri manufaktur. Dari aspek
proses pemesinan, pemesinan kering berarti pemotongan logam dilakukan pada suhu dan
gesekan yang relative tinggi. Sejak akhir tahun 1970 penggunaan proses pembubutan keras (hard
turning) dijadikan inovasi berikutnya untuk mengatasi permasalahan yang ada, hal ini terbukti
melalui proses pembubutan keras dapat mereduksi waktu pemesinan hingga 60 % (Thonsoff,
et.al, 1995).
Sebagai ganti fungsi cairan pendingin, proses pemesinan kering dilakukan dengan metodemetode berikut ini:
2. Penanganan produk dan gram lebih mudah karena tidak tercampur dengan cairan pendingin.
3. Ongkos produksi yang lebih murah karena tidak memerlukan pembelian, penyimpanan, dan
penanganan limbah cairan pendingin.
4. Tidak diperlukan pompa untuk memompa cairan pendingin sehingga dapat menghemat
listrik.
5. Dapat digunakan secara luas pada hampir seluruh pemesinan seperti pembubutan,
pengefreisan sampai penggrindaan.
6. Dapat digunakan dalam pemotongan berbagai material, dari yang lunak sampai yang keras,
dengan berbagai jenis pahat,
Pada proses pemesinan material yang sangat keras, harus digunakan pahat yang jauh lebih keras
daripada pahat yang umum digunakan untuk memotong material yang sama pada metode
pemesinan basah. Selain itu pada proses pemesinan kering kedalaman potong (depth of cut) harus
dikurangi agar gesekan yang timbul tidak terlalu besar, hal ini bertujuan untuk mengurangi panas
yang timbul akibat gesekan antara pahat dan benda kerja. Masalah lain yang muncul pada
pemesinan kering biasanya pada material tertentu kekasaran permukaan produk dengan metode
pemesinan kering tidak sehalus produk dengan metode pemotongan dengan menggunakan cairan
pendingin.
BAB V
SIMPULAN
Dari hasil pembahasan pemesinan kering terbukti mampu memberikan solusi yang baik demi
terwujudnya clean production, diantaranya: