Anda di halaman 1dari 45

mbangan Kehidupan Sosial, Budaya, Eko

dan Kepercayaan Masyarakat


Prasejarah

Perkembangan Kehidupan Sosial, Budaya,


Ekonomi, dan Kepercayaan Masyarakat Pada
Masa Berburu (Food Gathering) dan Masyarakat
Pertanian (Food Producing)
Standard Kompetensi:

Menganalisis peradaban Indonesia dan dunia

Kompetensi Dasar :

Kemampuan menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia

Indikator :

Memahami kehidupan masyarakat berburu dan


mengumpulkan makanan
Memahami masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut
Memahami masa bercocok tanam
Memahami masa bercocok tanam tingkat lanjut

Dalam perkembangan sosial, ekonomi dan budaya


masyarakat prasejarah melalui tahap-tahap
kehidupannya, yaitu:

masa berburu dan


mengumpulkan makanan,
masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat
lanjut,
masa bercocok tanam
masa bercocok tanam tingkat
lanjut

Kerangka Teoritis
Challenge and
Response

(Arnorld J Toynbee)
: manusia menjawab tantangan
yang ada pada alam sekitarnya

Kebudayaan timbul dan berkembang sebagai upaya


manusia menjawab tantangan yang ada pada alam
sekitarnya

Kehidupan Masyarakat Berburu dan


Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana

Keadaan Alam
Keadaan bumi pada masa mengumpulkan makanan
masih labil, karena perubahan bentuk permukaannya,
sungai masih sering berpindah-pindah aliran, keadaan
ini berlangsung selama kurang lebih 600.000 tahun.
Perkembangan kebudayaan masa ini masih sangat
lambat, ditambah lagi manusia yang hidup pada saat ini
termasuk manusia purba seperti Pithecantropus Erectus,
Homo Soloensis, Homo Wajakensis, kehidupan mereka
sangat bergantung kepada alam.

Kehidupan Sosial
Upaya-upaya yang dilakukan oleh
manusia purba pada masa
mengumpulkan makanan dalam
mempertahankan dan
mengembangkan kehidupannya,
antara lain dengan :
Hidup berkelompok antara 10-15
orang
Hidup berpindah-pindah tempat
(Nomaden) di daerah yang dekat
dengan sumber air, seperti sungai
atau danau.
Kelompok berburu tersusun dalam
keluarga kecil.

Satu hal yang sangat


membantu kehidupan
manusia purba ketika
mereka menemukan
api. Mereka
menggunakan api
untuk
menghangatkan
badan pada musim
dingin dan memasak
makanan sehingga
daging binatang
buruan menjadi lebih
lunakuntuk dikunyah

Kehidupan Ekonomi
Masih tergantung pada alam
Berburu dan mengumpulkan makanan
(umbi-umbian, biji-bijian, buah-buahan dan
daun-daunan)
Hidup berpindah-pindah tempat di daerah
yang dekat dengan sumber air, seperti
sungai atau danau agar mudah mencari
makanan.
Menciptakan alat dari batu dan tulang
untuk membantu kekurangan fisik mereka
Pembagian kerja berdasarkan jenis
kelamin. Laki-laki bertugas melakukan
perburuan dan kaum wanita
mengumpulkan makanan (tumbuhan dan
hewan kecil) yang tidak memerlukan
tenaga besar dan juga bertugas mengurus
anak.

Hasil Budaya
Kebuayaan Pacitan berupa kapak
genggam, kapak perimbas, flake,
kapak penetak.
Kebudayaan Ngandong berupa alatalat dari tulang dan tanduk, kapak
gengam, kapak perimbas dan flake.

Tehnologi
Menciptakan alat dari batu dan tulang
untuk membantu kekurangan fisik mereka

Reconstruct
ion

Seorang ahli arkeologi Francois Bordes dari Bordeaux


University, Perancis, melakukan percobaan membuat alat
seperti yang dipergunakan manusia pada zaman purba.
Perhatikan rangkaian percobaan pembuatan alat berikut ini!
Bordes memulai
dengan sebongkah
kuarsit bulat dan
batu palu yang lebih
kecil.
Dengan dua tiga kali pukulan ia dapat menghasilkan
pinggiran yang cukup baik untuk memotong, meskipun
masih kasar. Alat ini merupakan senjata dasar dan alat
berburu selama sejuta tahun lebih, dan ditemukan di Afrika,
Timur Tengah, Asia dan Eropa.

Setelah memotong ujung sebungkah batu api, Bordes


mempersiapkan landasan batu yang akan dipukul, dengan
batu pula ia memukul lepas beberapa serpihan besar.
Hasilnya belum berupa alat.
Dengan menggunakan palu dari tanduk rusa, dia mengolah
alat itu supaya menjadi tipis dan sempurna tepinya.
Hasil akhirnya berupa salah satu alat yang digunakan oleh
Homo erectus dan pemburu-pemburu sapiens purba
selama ribuan tahun. Pinggiran alat tersebut panjang, lurus
serta tajam.

Lithic
flakes

Pacitan

Kehidupan Masyarakat Berburu dan


Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Keadaan Alam
Tahapan selanjutnya adalah berburu, meramu tingkat
lanjut, berlangsung pada zaman pasca Pleistosen. Pada
zaman Mesolithikum yang berlangsung pada kala Holosen,
perkembangan kebudayaannya berlangsung lebih cepat
daripada zaman Batu Tua, hal disebabkan antara lain oleh :
Keadaan alam yang lebih stabil, sehingga memungkinkan
manusia untuk hidup lebih tenang dan dapat
mengembangkan kebudayaannya
Manusia pendukungnya adalah Homo Sapiens, mahluk
yang lebih cerdas dari pendahulunya.

Kehidupan Sosial
Hidup berkelompok 10-15
orang bahkan lebih.
Semi sedenter (setengah
menetap)
hidup di goa-goa sebagai
tempat tinggal (abris sous
roche) sementara, tempat
berlindung dari Iklim dan
ancaman binatang buas.
Yang hidup di daerah
pesisir menghasilkan
kebudayaan
Kjonkenmoddinger (sampah
dapur)

Kehidupan Sosial
Kaum wanita tidak banyak
terlibat dalam perburuan
dan lebih banyak berada
di sekitar goa-goa tempat
tinggal mereka. Oleh
karena perhatian wanita
ditujukan pada lingkungan
yang terbatas , maka ia
mampu memperluas
pengetahuannya tantang
seluk beluk tumbuhan
yang dapat dibudidayakan

Kehidupan Ekonomi
Masih bergantung pada alam
Hidup berburu didalam hutan,
menangkap ikan dan
mengumpulkan makanan
seperti umbi-umbian, buahbuahan, biji-bijian dan daundaunan
Yang tinggal di pesisir pantai
makanan pokok mereka
adalah kerang dan ikan laut
Mereka juga sudah
menyimpan dan mengawetkan
daging dengan cara dijemur
setelah diberi ramuan

Mereka
juga
sudah
mengenal berbagai tanaman
untuk dibudidayakan.
Bercocok
tanam
mulai
dikerjakan dengan amat
sederhana dan dilakukan
secara
berpindah-pindah
(berhuma). Hutan yang akan
ditanami
mereka tebang,
dibakar dan dibersihkan.
Setelah tidak subur lagi,
tanah
tersebut
mereka
tinggalkan untuk mencari
lahan yang baru.

Hasil Budaya
Hasil budaya mereka
merupakan bendabenda dari zaman
Mesolitikum berupa:
Kjonkenmoddinger
(sampah dapur)
Abris Sous Roche (goa
sebagai tempat tinggal)
Kapak Genggam dan
alat dari tulang masih
dikembangkan
Gerabah mempunyai
peranan dasar sebagai
wadah

Hasil kebudayaan:
Banyak ditemukan di abris sous
roche, hasil penelitian yang dilakukan
oleh Van Stein Callenfels di Goa
Lawa dekat Sampung, Ponorogo
Jawa Timur. Bersamaan dengan
penemuan alat-alat dari Sampung ini
ditemukan pula fosil manusia Papua
Melanesoide yang merupakan nenek
moyang
Bangsa
Papua
dan
Melanesia sekarang
SAMPUNG BONE
CULTURE

FLAKES
CULTURE

Kebudayaan ini merupakan hasil penelitian dua saudara


sepupu berkebangsaan Swiss bernama Fritz Sarasin dan
Paul Sarasin. Penelitian dilakukan sekitar tahun 1893-1896 di
goa-goa Lumancong Sulawesi Selatan yang didiami oleh
suku bangsa Toala, mereka berhasil menemukan alat-alat
serpih (flakes) mata panah bergerigi dan alat-alat tulang.
Penelitian lanjutan dilakukan di wilayah Maros, Bone,
Bantaeng Sulawesi Selatan

Kehidupan
Kerohanian
Mereka sudah mengenal
penguburan dengan menata
mayat dengan posisi jongkok
sesuai posisi ketika manusia ada
di dalam kandungan ibunya
dengan diberi bekal kubur.
Kehidupan kerohanian mereka
sebatas pada pemahaman bahwa
orang yang meninggal rohnya
akan hidup disekitarnya/dunia lain
di sekitar yang hidup

Lukisan yang mereka buat berkaitan dengan


kepercayaan, penghormatan kepada nenek
moyang, menggambarkan binatang buruan,
binatang yang mereka anggap suci dan
upacara penguburan.

LUKISAN DINDING
GOA

Dalam goa tempat tinggal, banyak dijumpai lukisanlukisan


di dindingnya,
yang menggambarkan
kehidupan dan kepercayaan adanya kekuatan magis,
seperti goa Leang-leang di Sulawesi Selatan, terdapat
cap
tapak
tangan
berwarna
merah,
yang
mengandung symbol kekuatan pelindung untuk
Lukisan di goa juga
mencegah roh jahat.
terdapat di Irian Jaya, yakni
lukisan-lukisan binatang
seperti kadal dan cap jari
tangan yang tidak lengkap,
mungkin sebagai tanda
berkabung

Tehnologi
Kehidupan semi sedenter
membuat mereka
mempunyai waktu luang
yang mereka gunakan
untuk menghaluskan alatalat dan membuat lukisan
di dinding goa.
Mereka juga sudah
menghaluskan makanan
dan membuat pakaian
dari kulit binatang dan
kulit kayu

Kehidupan Masyarakat Bercocok


Tanam Tingkat Sederhana
Keadaan Alam
Masa bercocok tanam merupakan masa penting
bagi perkembangan masyarakat dan peradaban.
Beberapa penemuan baru dalam rangka
penguasaan sumber alam berlangsung cepat.
Keadaan alam yang lebih stabil, sehingga
memungkinkan manusia untuk hidup lebih
tenang dan dapat mengembangkan
kebudayaannya

Kehidupan
Sosial
Pada masa ini juga ditemukan
tanda-tanda kehidupan menetap di
suatu perkampungan. Sudah ada
desa-desa kecil semacam
perdukuhan. Di setiap dukuh ada
beberapa tempat tinggal yang
dibangun secara tidak beraturan.
Membangun rumah, menebang,
membakar hutan, menanam, me
manen, berburu, menangkap ikan
mereka lakukan secara bergotong
royong.
Pembagian kerja berdasarkan jenis
kelamin dan usia.

Kehidupan
Sosial
Pekerjaan yang menghabiskan
tenaga dan beresiko dikerjakan
oleh kaum laki-laki, seperti:
membuat rumah, menggali
lubang untuk benih dan
menangkap ikan di laut. Kaum
wanita merawat bayi, menabur
benih, merawat rumah dan
membuat gerabah. Anak-nak
membantu ibunya membuat
gerabah dan pekerjaan ringan
lainnya.

Kecenderungan mendiami tempattempat terbuka yang dekat dengan


sumber air. Ada juga yang
mendiami temapt-tempat agak
tinggi dan bukit-bukit kecil yang
dikelilingi sungai atau jurang serta
dipagar hutan. Tujuanya untuk
melindungi diri dari serangan
musuh atau gangguan binatang
buas.

Kehidupan
Ekonomi
Pada masa ini manusia sudah
menghasilkan makanan sendiri (foood
producing) dengan cara bercocok tanam
dengan berhuma (ladang berpindah)
Pada mulanya jenis tanamannya: keladi,
ubi, pisang, manggis, rambutan, salak
dan kelapa.
Tahap selanjutnya sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman mereka
sudah mengenal irigasi dan tanaman
rumput-rumputan (jewawut dan padi
gaga) yang ditanam di tanah kering
dengan hanya menabur biji-bijinya.

Kehidupan
Ekonomi
Mereka juga sudah menjinakkan
dan memelihara binatang.
Binatang yang pertama kali
dijinakkan adalah anjing yang
dipergunakan sebagai teman dalam
berburu dan sebagai penjaga.
Kemudian mereka juga
menjinakkan babi, ayam dan
kerbau untuk dimakan. Babi dan
kerbau selain untuk dimakan juga
sebagai hewan korban.

Kehidupan
Ekonomi
Telah muncul perdagangan barter,
barang yang dipertukarkan adalah
hasil bercocok tanam, hasil
kerajinan(gerabah, kapak dan
perhiasan) dan ikan laut yang
dikeringkan.
Barang-barang tersebut diangkut
melalui jalan darat, laut dan
sungai. Sehingga perahu dan rakit
pada masa ini memegang peranan
penting sebagai alat transportasi.

Kehidupan
Budaya
Di tempat-tempat tandus dan berbatu
telah mulai kelompok-kelompok kerja
dari industri-industri lokal yang
menghasilkan alat-alat kerja seperti
kapak persegi dan kapak lonjong.
Kelebihan waktu antara masa tanam
dengan masa panen memungkinkan
berkembangnya kegiatan lain di luar
sektor pertanian yang mereka gunakan
untuk membuat alat pemukul kulit
kayu, membuat anyam-anyaman
membuat gerabah dan lainnya

Tehnologi
KAPAK LONJONG
Kapak lonjong
adalah kapak yang
penampangnya
berbentuk lonjong
atau bulat telur.
Di Indonesia kapak
lonjong
persebarannya
hanya terbatas di
wilayah Indonesia
bagian timur.

KAPAK PERSEGI
Pemberian nama kapak
persegi berasal dari
peneliti berkebangsaan
Belanda, Von Heine
Geldern, di Indonesia
Barat terutama ditemukan
di Sumatera, Jawa dan
Bali, juga di Indonesia
bagian timur yaitu,
Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan sedikit di
Kalimantan

GERABAH
Pada zaman ini peranan penting gerabah adalah
sebagai wadah atau tempat keperluan alat-alat
rumah tangga. Gerabah di gunakan sebagai akalt
sehari-hari. Banyak ditemukan di lapisan teratas bukit
kerang Sumatera dan bukit pasir pantai selatan Jawa,
antara Yogyakarta dan Pacitan, Kendeng Lembu
(Banyuwangi), Tangerang, dan Minanga Sipakka
(Sulawesi). Di Melolo (Sumba) banyak ditemukan
gerabah yang berisi tulang belulang manusia

Gerabah zaman neolitik dari situs Kelapa


Dua. Bentuknya sangat sederhana tidak
banyak variasi tidak memiliki hiasan dan
mempunyai tingkat kerapuhan yang sangat
tinggi sehingga sulit ditemukan dalam kondisi
yang utuh.

Kehidupan
Kerohanian
Mereka sudah mengenal
upacara penguburan
dengan menggunakan peti
batu (sarkofagus, waruga,
peti kubur batu)
Kebudayaan megalithikum
sangat mewarnai pada
jaman ini. Dengan adanya
bangunan megalithik
seperti menhir, dolmen
dan punden berundak

Kehidupan Masyarakat Bercocok Tanam Tingkat


Lanjut (Artisan-Pertukangan-Perundagian)
Keadaan Alam
Masa bercocok tanam tingkat lanjut
merupakan masa dimana manusia
sudah sepenuhnya mengeksplorasi
alam ditandai dengan beberapa
penemuan baru seperti diketahuinya
kegunaan biji logam untuk bahan
pembuatan alat.
Keadaan alam yang lebih stabil,
sehingga memungkinkan manusia
untuk hidup lebih tenang dan dapat
mengembangkan kebudayaannya

Kehidupan
Sosial
Pada masa ini mereka hidup di
desa-desa di daerah pegunungan,
dataran rendah dan tepi pantai
dalam tata kehidupan yang makin
teratur dan terpimpin.
Dimungkinkan mereka sudah
mengenal hukum adat mereka
sendiri.
Dikenal juga sistem
kepemimpinan kesukuan dengan
dipimpin kepala suku dari suatu
suku yang tinggal satu lingkungan
kerabat.

Kehidupan
Sosial
Sudah dikenal keahlian
membuat alat dari logam
sehingga membuat
mereka bekerja sesuai
dengan keahliannya
Sistem sosial semakin
komplek sesuai dengan
kebutuhan yang
semakin bertambah

Kehidupan
Ekonomi
Kemampuan mengolah biji logam untuk
membuat peralatan membuat mereka
lebih intens dalam mengolah lahan
pertanian.
Lahan pertanian tidak lagi berpindah tetapi
sudah membuat sawah-sawah dengan
sistem irigasi.
Pertanian dalam bentuk perladangan dan
persawahan menjadi mata pencaharian
utama.
Kemajuan dalam persawahan membuat
surplus bahan pangan sehingga kelebihan
bahan pangan ini kemudia mereka
perdagangkan di luar desanya.

Kehidupan
Budaya
Kemampuan melebur biji logam
untuk dibuat peralatan dari
perunggu maupun besi seperti
kapak, pisau, sabit dan bajak.
Tehnik pembuatan gerabah juga
sudah maju dengan berbagai
ragam hiasnya.
Alat-alat dari logam juga dibuat
untuk kepentingan kepercayaan
seperti nekara, candrasa, moko,
perhiasan, arca perunggu dan
bejana perunggu

Tehnologi
Kemampuan melebur
biji logam untuk dibuat
peralatan dari perunggu
maupun besi.
Tehnik pembuatan alat
dari logam
menggunakan tehnik A
cire Perdua dan tehnik
Bivalve

Kehidupan Kerohanian
Kehidupan kepercayaan semakin
berkembang pada jaman ini. Upacara
penguburan dengan menggunakan
peti batu (sarkofagus, waruga, peti
kubur batu) semakin beragam.
Kebudayaan megalithikum sangat
berkembang pada jaman ini. Dengan
adanya bangunan megalithik seperti
menhir, dolmen dan punden berundak

Studi kasus

Homo Floresiensis, dibanding jenis


lainnya, homo ini memiliki
keistimewaan karena tubuhnya yang
kerdil. Ditemukan oleh seorang pastur
bernama Verhoeven pada tahun
1958 di goa Liang Bua Manggarai,
Flores, dan baru di umumkan sebagai
temuan yang menghebohkan pada
tahun 2004. Diperkirakan hidup
sekitar 30.000 18.000 tahun yang
lalu, telah mampu membuat peralatan
dari batu, pemburu handal dan
memasak dengan api, tetapi ukuran
tangannya masih panjang. Manusia
kerdil ini memiliki tinggi tubuh sekitar
1m, dan ukuran tengkorak seperti
anak kecil. Dari cerita rakyat
setempat, masyarakat Flores
menyebut
manusia
kerdilgambaran
ini dengan
Wacana
di atas
merupakan
nama
Ebu Gogo.
dari
kehidupan
Homo Floresiensis yang
hidup pada zaman
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
b)
c)

Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan
jelas!

Bagaimanakah pola hidup manusia purba di


zaman Palaeolithikum?

Kebudayaan apa sajakah yang berkembang pada


zaman Mesolithikum?

Hasil budaya apa sajakah yang berasal dari


zaman Neolithikum?

Disebut apakah tempat yang digunakan untuk


memasak, terbuat dari tanah liat dalam
masyarakat bercocok tanam dan beternak?

Pada zaman apakah api pertama kali dikenal?

Anda mungkin juga menyukai