2009-2-00541-AK Bab 2
2009-2-00541-AK Bab 2
LANDASAN TEORI
II.1.
Konsep Auditing
untuk
memperbaiki
jalannya
operasi
perusahaan
yang
pelaksanaan
audit
dan
penyusunan
laporannya,
auditor
wajib
memadai untuk
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia.
2. Laporan
auditor
harus
menunjukkan
atau
menyatakan,
jika
ada,
II.2.
Audit Operasional
dari
audit
operasional
adalah
mengungkapakan
kekurangan
dan
ketidakberesan dalam setipa unsure yang diuji ol;eh auditor operasional dan untuk
menunjukkan perbaikan apa yang memungkinkan untuk memperoleh hasil yang
terbaik dari operasi yang bersangkutan.
2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien.
dan
Pengujian
atas
Sistem
Pengendalian
Manajemen,
untuk
4. Pengembangan Laporan
Dalam menyusun laporan pemeriksaan, auditor tidak memberikan opini mengenai
kewajaran laporan keuangan. Laporan yang dibuat mirip dengan management letter,
karena berisi temuan audit megenai penyimpangan yang terjadi terhadap kriteria
yang berlaku yang menimbulkan inefisiensi, inefektifitas, dan pemborosan dan
kelemahan dalam sistem pengendalian manajemen yang terdapat di perusahaan.
Selain itu auditor juga memberikan rekomendasi perbaikan. (h. 11)
3. Standar terekayasa
Dalam
banyak
tipe
penugasan
audit
operasional,
mungkin
tepat
untuk
mengembangkan kriteria sebagai standar rekayasa. Sebagai contoh, studi waktu dan
gerak untuk menentukan tingkat keluaran produksi.
4. Pembahasan dan persetujuan
Kadang-kadang kriteria
atau
memakan
biaya
dalam
II.3
Program Audit
Menurut Arrens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf
(2003), program audit dalam kebanyakan audit, dirancang dalam tiga bagian :
1. Pengujian transaksi
Program audit pengujian atas transaksi biasanya mencakup bagian penjelasan yang
mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai pengendalian intern. (h.
319)
2. Prosedur analitis
Prosedur analitis digunakan untuk menetapkan kelayakan transaksi dan saldo secara
keseluruhan (h. 133). Prosedur analitis dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda:
dalam tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan bahan bukti lain
yang diperlukan untuk memenuhi resiko audit yang diinginkan (disyaratkan), selama
II.4.
Prosedur Audit
merupakan
bentuk
penyelidikan
yang
memungkinkan
auditor
memperoleh secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Prosedur yang biasa
ditempuh oleh auditor dalam konfirmasi ini adalah sebagai berikut:
a. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak
luar.
b. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan
jawaban langsung kepada auditor mengenai informasi yang ditanyakan oleh
auditor tersebut.
c. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.
5. Penelusuran (tracing). Dalam melakukan audit ini, auditor melakukan penelusuran
informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen,
dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
6. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) merupakan prosedur audit yang meliputi:
a. Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data
keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.
b. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
7. Perhitungan (counting) meliputi : (1) perhitungan fisik terhadap sumber daya
berwujud seperti kas atau sediaan di tangan, dan (2) pertanggungjawaban semua
formulir bernomor urut tercetak.
8. Scanning merupakan penelaahan secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar
untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan
penyelidikan lebih dalam.
9. Pelaksanaan
ulang
(reperforming)
merupakan
pengulangan
aktivitas
yang
II.5
II.6.
Bukti Audit
Menurut Arrens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf
(2003), bukti audit adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor dalam
menentukan kesesuian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang ditetapkan.
(h. 2)
Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan
langsung kepada auditor.
Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam
arsip klien.
Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
c. Perhitungan sebagai bukti:
Pembuktian
ketelitian
perhitungan
biaya
depresiasi
dengan
cara
Perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk
membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang
mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.
f. Bukti dari spesialis. Beberapa contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut
pertimbangan auditor memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak
terbatas pada hal-hal berikut:
Penilaian (misalnya karya seni, obat-obatan khusus, dan restricted
securities).
Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kualitas yang
tersedia atau kondisi (misalnya, cadangan mineral atau tumpukan bahan baku
yang ada di gudang).
Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode
khusus (misalnya, beberapa perhitungan actuarial).
Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya,
pengaruh potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak atas
property). (h.7)
II.7.
3. Periksa
bukti
digunakannya
formulir
bernomor
urut
tercetak
dan
II.8
II.9.
4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun kas.
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun kas ke jurnal yang bersangkutan.
(h.374)