Anda di halaman 1dari 19
Di'BIDANG KEAT DITINJAUDARISEGI... © _UNDANG UNDANG PENANAMAN MODAL Asitic OLEH « KHOLIS ROISAH, SH MER GET ATUL HURLM INTERNASIONAL IAKALAH INI DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN DISKUS! J IRUSAN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG, 20 April 2000 USAHA INDONESTANISASI DIBIDANG KEAHLIAN DALAM PERUSAHAAN PATUNGAN DITINJAU DARL SEG? UNDANG-UNDANG. PENANAMAN MODAL ASING 1 PENDARULUAN Banyak yang borpenndapat bahwa alih (eknologi merupakan suatu bai yang sangat penting dalam rangka memperkecil jurang ieknologi yang membenting di antara negare-negara majtt ceagan negars-negara yang sedang berkembang. Bukan hanye bagi negara-negara yang sedang berkembang saja (cknologi flu penting, tetapi juga bagi negara maiu itu sendiri, sebab hubungan- hubungars indus i, dagang dan kebndayaan tidak akan terjembatani apabila terdapal jurang di antara kedvanya ?, Selain itu secara de facto, teknologi merupakan alat yang penting bagi kemajuan ekonomi >. Bagi negara yang sedang berkembang sendiri terdapat suatu mitos bahwa untuk menjadi negara makmur heruslah memiliki industri yeng maju, Dan industri menucut anggapan mercka identik dengan teknologi, schingga hnegara- negara yang sedung berkembeng memerlukan teknologi yang tidak dimilikinya ” “Fetapi betulkah wekuologi itu akan membantu memajukas ekonomi suata negara dan karcna itu akan memakinurkan negara yang bersangkutan ? Hal ini akan sangal tergantung dari beberapa faktor, yai(u terutama kesiapan dari negara ang sedang berkembang sendiri dalam menerima teknologi itu. Kesiapan negara Rdgk. Bhutasali, B.N. transfer of Technology Among the Developing Countries, Asian Productivity Oiganization, Tokyo, 1972. Halan.an V — Introduction. | Blais, Roger A, dalam pengantamya tethadap buku Meximo Halty-Carere : Technological Development Stratexies for Developing Coentries, institute for Research oa Plubie policy, 1979. Halaman ix © Liat Charles bimawan, bahan kutiag *Veranan Hukusa dalam ‘Transfer of Technology “, pata pondidikan Pasca Sarjana Hukum insernesional, targugal 25 Juni 1982 bukan hanya terbatas pada keadsan sarana fisik saja, aeltinkan juga yang teculama adalah kesiapan mental karen harus menerima teknologi yang tidak pernah djwmpai sebelumnya di dalam kehiaupan keoudayaan, Di samping itu negara yang sedang berkemiang harus 1p dengan ketentuan-ketentuan mengenai alih «sknologi tersebut supaya tidak akan timbul helhal yang tidak diinginkan di kemudian hari sebagai akibat adanya teknologi asing itu Namun demikian, sekalipun negara penerima tektiologi itu telah siap, belum tentu juga kemajuan di bidang ekonomi itu akan tercapai. Ada faktor-faktor tain diluar yang telah disebutkan tadi, seprii misalnya kemiskinan dati negaca penerima, padahal teknologi yang ingin dimilikinya itu sedemikian mahalnya. Tetapi karena ingin membangun pabrik misaltya negata tersebut harus meudatangkan teknologi dau untuk iut ia harus membayat mahal, karona harga teknologi ity diukur atau ditentukan berdasarkan standar hidup di negata maju itu. Dengan demikian keuntungan mengalic ke negara maj yang memitiki teknologi itu sedangkan yang miskin tetap datam kemiskitannya, bakkan woungkia menjadi lebih mahal lagi karena harus ditambah dengan membayar teknologi itu. Faktor lainnya adalah berupa kontrol dari pihak pemberi teknelogi itu senditi betupa keahlian di dalam menyimpan cabasia yang menyangkut teknologi itu dan keinginan untuk mendapatkan keuntungan teknologi dengan memberikan teknologi usang kepada negara yang sedang berkembang, padahal di negaranya sendiri dipskai teknologi mutakhir. Sehingga karena rahasia teknologi dimiiki sendiri oleh negara maju, maka delam bal keablian pemanfaatan teknologi itu negara yang sedang berkembang akan sangat tergantung kopada negara maju, baik dalam hat k lian teknik maupun manajemen Atas dagar pemikican itulah penulis mongambil judul tulisan diatas, terlebih tagi apabila dihubungkan dengan peresahaan patungan dimana ada kewajiban bagi pihak asing untuk membagi keahliannya baik keahlian teknik maupun keablian dalam bidang menajemen dengan negara pencrima dengen care memberikan pendidiken khusus berdasarkan petjanjian yang mereka bust, Berdasarkan penelitian di suatu perusehaan patungan yang bergerak dibidang tekstil antata swasta asing dengan perusahaan negara, penulis mendapatkan keterangan mongenai praktek pendidikan keahlian ini, Scbubungan dengan praktek tersebut penulis ingin menganalisanya baik dari Undang- Undang peranaman Modal Asing No. | tahun 1967, siaupun berdasarkan beberapa literatur, juga berdaserkan wawancara dengan beberapa pihak, dengan pejabat BKPMD dan pejabat perusahaan patungan antara swasla asing dengan swasta Indonesia yang bergerak dalam bidang keagenan tenggal kendaraan dermotor, Analisa di dalam iulisan ini menyanykut pasat 12 Undang-undang Moda Asing hwdonesia, praktek yang terdapat di datim perusahaan patungan dalam bidang tekstil di Jawa Barat dao kebijaksaraan yang diambil untuk meningkatkan keabtian dari toknisiteknisi dan akhirnya apa yang dapat dilakuken oleh hukum untuk mongatasi Kesulitan-kesulitan di dalam praktek yang tidak sesuai dengan undang- undang yang mengaturnye, . KETENTUAN MENGENAL PENDIDIKAN KEANLIAN MENURUT UNDANG-UNDANG PEXANAMAN MODAL ASING DIHUBUNGKAN DENGAN PRAKTEK YANG TERDAPAT Di DALAM PERUSAHAAN PATUNGAN Undang-undang Penanaman Modal Asing no. 1 tehun 1967 mengalur masalah pendidikan keahtian ini di dalam pasal 12 yang berbunyi sebagai berikut © Pecusahman-perusahaan ‘ndel asing berkewajiban menyclenggarakan dan / atau menyediakan fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan di dalam dan / atau diluar negeri secara teratur dan terarah bagi warga negara Indonesia dengan twjuan agar berangsur- angsur tenaga-tenaga wavga negara asing dapat diganti oleh tenaga-tenaga warga negara Indonesia“ Dengan adanya keteoluan diatas maka perusahaan asing itu berkewajiben untuk memberikan petunjuk di dalam bidang teknik dan jugh hacus menyediakan fasilitas untuk mengadakan latihan dan pendidikan dalant bidang manajemen dan [UPT-PUSTAK-UUDIP adiinistrast perusahaan yang menyelenggarakannya dapal dilakukan di dalam negeri maupun di fuar negesi Tentunya karena yang dimaksudkan di dalam undang-undang itu untuk mendapetkan tenaga ahli yang akan mengyantikan tenage-tonaga abli bangsa asing, inake fasilitas pendidiken dan jatihan yang dipertukan bukan hanya sekedae fasilitas pendidikan dan latihan yang bersifit umum soperti mulai Taman Kenak-Kanak sump Sekolah Menengah Atas atau Sckolah-sekalah Kejuruan, melainkan pondidikan dan latihan yang mengorah kepada keablian di bidang teknik, wanajenven dan adeninistrasi perusahaan yang dibutuhxan untuk menggantikan tenage-tenaga ali asing dalam perusahann yang bersangkutan, Adanya kekurangan di dalam Keahlian akan dirasakan oleh negara-negara yang, sedang berkewbang karena mereka scbelumaya tidak mengenal teknologi yang mereka terima itu sohingga segala rakasia dant seluk beluknya juga tidak diketahuinya Tanpa adanya informasi dari negara maju yang memberikan teknologi itu, tidak maungkin negara berkembang akan dapat menggunakannya dan pada akhimnya akan sangat (ergantung pada abli yang berasal dari negara maju ity, Keedaan demikian yang terus-mencrus terjadi tidak akan memibawa perubahan yang diinginkan untuk adanya Kemajuan dalam bidang ekonomi, Oleh karena ity negara-negara yang sedang berkembang mencantumkan di dalam keteotuannya mengenai alih teknologi itu keharusan bagi model asing itu untuk mengadakan pendidikas alli dengen jalan menyediakan segala fasilitas untuk mengadakan latihan dan pendidiken abli tersebut, baik abli teknik maupun abi maajemen dan administrast perusahean. Suan etentuan yang tidak discrtai dengan pengawasan yang baik tentu tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan, schingga dibutuhkan pengawasen dari pihak pemerintah mengenai berapa jauh kewajiban tersebut dijalankan oleh modal asing Inilah satah satu masala yang timbul setubungan dengan modal asing. Misalnya adalah walaupun telah ada ketentuan dari negara yang bersangkutan mengenai ke ban cari modal using itu untuk menyclenggarakan fasititas penclidikan dan latihan abli, masih menimbulkan pertanyaan ; sampai dimanskah kewajiban tervebut ditaksanakan. Apabila kewajiban itu dijalankan, sudahkah dijalankan dengan baik sehingga tereapai tjusn yang dikehendekd yaitu mendapatkan tenaga ahli dari bangse sendiri untuk menggantikan tenaya abti dari pihak modal asing. Masala lain yang akan timbul sehubungan dengan pendidikan ahli ini adalah bagaimana mengatasi hal-hal tersebut. Apakoh hukum dapat berperan datas hal ini. Kasus Dalam Suatu Perusaiaan PMA Di Jawa Barat Suatu proyek patungan ( joint-venture ) antara Republik indonesia dengan petusahaan asing, yang disdakan sesuai dengan Undang-undang no, | / 1967, di dalam © Basic Agreement * nya terdapat ketentuan mengenai Technical Assistence, yaitu yang berburyi sebagai berikut : * The first party shati assist with experts investasi technical and administrative fields, the number of with shall be determined in accordance with requirement and developnient of the undertaking based on the lebour regulations effective in Indonesia, The undertaking should provide and arrange residence, means of transportation, etc, for the first party’s persounel, The first party shall provide the fasilities abroad for the upgrading, research, and ‘raining of Indonesian personnel in technical and administrative fields, in accordance with requirement and development of the undertaking, ‘The expenses incurred there fore shall be borne by the undertaking. bn the reasonable lime, whenever japanese technicians adnrit that Indonedian experts are alveady able to replace Jaoanese onos in the technical fields, the Japanese side shall hand over the tasks as much as possible to the programme on Indonesianization in the field of labour. “ * Asticle 7° Basic Agreement *. Apabila ditihat dari isi pegianjian terséout kita akon menilai bahwa tidak ada yang salah di dalamnya, bahkan uai dengan yang diharuskan di dalam Undang- undang no. 1 tahun 1967, Tetapi di dalam prakieknya justra limbul suatu kesulitan, Li perusahaan terscbut diadakan dua macam pendidikan keahtian, baik teknik maupun manajemen, yaitu : suatu job training yang secara tetep dilaksanakan ; dan yang kedua adalah pendidiken yang dilakukan baik di dalam egeri maupun di Juar negeri. Pendidikan di luar negeri dilakukan di Jepang Pihak Indonesia senditi merasa tidak pws apabila pendidikan hanya berdasarkan job training tersebut. hanya ditujukkan bagaimana ceranya menanggulangi masalah teknologi yang tecjadi pada saat itu dan tidak memberikun disain teknologi itu secata keselurthan, Misalnya apabila terjadi kerusakan pada sebuah mesin, maka hanya ditujukkan bagaimana cata memperbaiki yang rusak itu saja dengan tidak memberitahukan mengapa kerusakan itu dapat teqadi, sehingga apabila dikemudian hari terjadi kerusakan pada begian lain dari mesin tersebut, tenaga ahli Indonesia itu tidak tahu cae memperbaikinya. ongan demikian maka dia tidak dapat berditi sendiri di dalam menyelesaikan masala teknologi itu dan senantiasa harus didasnping! olch tenaga anti pihak modal asing saja. Jadi benarlah apa yang dikatakan oleh Ctnydson > bahwa : “ The transfer of * show how “ rather than “ know how “ might be said to be more, accurate desoription of much of the activity of many companies dealing mith technologically stabel “ law technology “ industries which have reached the later stages of the “ product cycle “. this is the essence of the transfer of technology by many Japanese firms in developing countries “ Dengan demikian sckalipun job training itu dilaksanaken dengan tetap, namun apabila dilakukan dengan cara begitu tidak akan mendatangkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan oleh pemerintah Indonesia 5 Chodson, Waiter A. The International Transfer of Commercial Technology to Development Counties. UNITAR Research. Reports 20 3, 1971, Halaman 43-49 UNITAR : United Nations Institute for Training avd Research, Kerudian di dalan hal pendidikan yang dilakukan di luar negeri diperoleh keterangan sebagai berikut : pentdidikan i lar negeri diperoleh dengan bantuan suatu Jembaga bantyan training di tuar negeri untuk pendidikan. Dikatekan bahwa pendidikan tersebut hanya semacam promosi saja, yang hanya memberikan pelajaran mengenai bahasa, ndatistiadat dan kebudayaan bangsa tersobut dan sebagainya yang Kurang sekali kaitannya dengan pengembangan veknologi di Indonesia. Ada juga diadakan job training di pabrik-pabrik, tetapi tidak diberikan teori, Ini merupakan suatu fakta yang membuktikan bahwa memang ada delam praktok apa yang dikatakan sebagai “ restrictive business practices “® yang dilakukan oleh negara-negara maja di dalam melakukan alih toknologi ni adalah salah satu masalah yang dihadapi oto& pihak Indonesia. Anggeran untuk pendidikan memang tersedia, namun peleksanaan pendidikan tidak sebagaimana dibarapkan, Axkhitnya pitak Indonesia mengadakan cara laist untuk mencapai tujuan, yaitu dengan mengadakan kelompok diskusi ( “ discussion group “ ) yang diikuti olely tenagatenaga Indonesia dengan mengundang ahli-ahli dari luar perusahaan sondiri, yaitu stars lain dari Institut Teknologi Bandung, Gari Institut Teknologi Teksti? Bandung dan dari Universitas Padjadjaran Bandung Schagai hasil dari diskusi ini kemudian diambil model sendisi di dalam oendidikan di luar negeri, yaitu ealon ‘enaga ahli tidak hanya dikirim ke Jepang, tetapi juga dikirim ke Manila, Philiping, dimana terdapat Asian Institute af Management. Di dalam institut tersebut diajarkan berbagai macam model manajcmen perusahaan dant beberapa negara, termasuk manajemen Jepang yang memiliki keunikan, sebab manajomen sistem Jepang itu adalah merupskan campuran antara mangjemen Jopang dengan keurikan kebudayaannya yang dipadukan dengan manajemen dari Amerika, fuitley, LI. Seatt dan Rowsliffe, Peter J, The UNCTAD Code of Conduct for the International Transter of ‘Technology ; Problema and Praspects TheCanadian Yearbook of International Law, 1980, halaman 221, foouote 10, UPT-PUSTAK-UNDIP trulah yang terjadi di perusahaan tersebut dalam bidang pendidikan keablian, Nampaknya pihak Indon senditi tidak dapat berbuat banyak, Indonesia selalu berada di pihak yang dirugikan, Indonesia membutubkan teknologi tetapi menghadaps masatah kekurangan ahli kadang-kadang juga taining di luar negeri diberikan untuk melitih menjalankan pabriknya dan bukan untuk metskukan “ Research and Development “, jadi kembali keuntungan di pihak modal asing,” Til, USAHA-USARA YANG DILAKUKAN OLEH BERBAGAI NEGARA DALAM MENGATASI MASALAL PENDIDIKAN KEAHLIAN Seorang pejabat dari suatu perusahaan keageran di Jakarta menyatakan, bahwa untuk dapat menumtut diadakannya pendidikan Kealvlian bagi bangsa Indonesia itu, kita sorditi harus mawas dizi apakah kita sudah mampu untuk menerimanya. Janganlah torlalu menyalahkan pihak modal asing dalam bal ini sebab untuk mendapatkannya hatus mengukut kemampuan diti sendiri.” Pendapat yang terlalu merendahkan dir ini Gdak dapat diterima dengan seponuhnya, sebab apabila tidak dimutai sckarang, kapan lagi akan didapatkan kgsempatan untuk mendapatkin pendidikan terscbul. Bukankah sudah banyak orang: ovang Indonesia. yang mampu menerima kepandaiannya dari 1uar vegeri dan berbasil dengan gemilang ? Ini menunjukkan atau membuktikan bahwa orang Indonesia mampu mendapatkan kepandaian yang diberiken kepadanya, Kita telah dapat melihat juga pengalihan teknologi yang dilakukan semata-mata karena melihat gantbaran orang Indonesia. yang telah mempunyai nama di negara-negara maju. Untuk hal-hal tersebut kita tidak dapat menutup mata. Justru apabila kita terpaku pada ‘kctidakmamipuan, maka pihak modal asing akan memanfaatkan kesempatan itu untuk febih menarik Keuntungan, scbab dengan belum mampunya tenaga abli Indonesia 7 Ainir Parnwntjk. * Pengaturan Penyeteaggarann Pengalihan teknologi ( Suatu Anilisa Tentang tnta kerja Pongalihan Teknologi di Luar dan Daan Negeri )". Seminar Aspek-aspek Hokum dari Pengaliban Teknologi. BPHN, 1978. Halaman 216. * Wawancara dengan seorang pejabat peausabaan keagenat! cH Jakarta. menggantikan keahfian mereka beratti mercka masih ada kesempatan untuk memperpanjang waktu mereka untuk berusaha di Indonesia Namun tidak dapat disangkal bahwa biaya untuk mengadakan research itu mahal sekali sedangkan kemampuan Indonesia dalam bidang pembiayaan ini masib Kurang. Di samping itu pejabat terscbut juga menilai kesigpan mental bangsa kita chum kuat, kerena kita baru mufai dengan penanaman modal asing ini tahun 1970. Kenyataan menugjukkan betapa masih panjarg jalan yeng herus ditempoh Indonesia di dalam hal ini. Namun dengan mencontoh usaba-usiha yang pemah ditempuh beberapa negara untuk mengatasi Kesulitan keablian ini, tentu masih ada harapan akan tercapai tujuan utama deti alih teknologi bagi Indonesia, yaitu untuk mengurangi ketorgantungan Indenesia akan teknologi [uar atau teknologi asing. Dengan tidak mengurangi arti pentingnya memproduksi sendin (home manufacture “), cata mendapatkan tenaga abli yang dilakukan oleh beberapa negara pun dapat dijadikan model, seperti antara lain 1. Thailand.” Pemerintah Thaitand melakukan pengawasan terhadap penggunaan angkatan kerja yang terdidik (~* skill generation “) dengan cara sebagai berikut : Karen ukuran pegawal terdiGk di dalam tinp-tiap perusahaan yang molakukan alift leknologi_menyangkut berbagai tingkatan, maka kepada tiap-tiap perusahaan tersebut diwajibkan untuk mendaftarkan semua tenaga kerja yang dipakei di dalam petusnhaannya, lengkap dengan upth yang mereka perolch dan pendidikan yang pernah didapatkan, Mereka menyusunnya di dalam suatu statistik. Dari statistik yang werkumpul itu Kemadian dapat disimpulken adanya tiga ‘ketegoti tenage kerja, yang dipakai dalam perusuhsan-perusehasn itu, yaita: a, Tenaga kerja terdidik yang digolongkan ke dalam tingkatan tertinggi yang, termasuk ke dalamnya mereka yang memegang peranan manajemen tertingyi manajer dan asisten manajer yang memegang pimpinan dalam proses industri, 9 UPY~pys NIP pimpinan dibidang mesin dan ahli mesin, pimpinan-pimpinan departemen ( bagian ) dan mereka yang berpendidikan universitas dan yang setingkat dan bepenghasilan diatas 3,890 baht ($175 ); b, Tenaga kerja terdidik dan tenaya pengawas yang dimasukkan ke dalam satu kelompok karena dlidalam beberapa perusaaan digunakan tenaga teknik, yang rerdidik sebagai pengawas, Mereka ini adalah tenaga-tenaga abli teknik, staf manajer tingkatan menengah seperti pengawas, yang mendapat pendidikan format selama lebih dari sepuluh tahun dan berpenghasiian antara 1,500 sampai 3,590 baht ; c. Kelompok tenaga kerja yang somi-terdidik dan tidak terdidik yang terdiri dari tenaga kerja bawahan yang berpenghasilan dibawah 1,500 baht sebulan, Dengan cura dernikian maka pemerintah akan dapat meliltat tenaga-tenaga abli apa saja yang dipergunakan di dalam suatu perusahaan yang menggunakan modal dan teknologt asing dan sampai di mana perusahaan tersebut membina tenage ahli pribumi dalam rangka meningkaikan keabiian mereka. Hanya sayang sckali di dalam melakukan pengelompokan tenaga kerja lersebul tidak digambarkan bagaimana cara pihak modal asing di ‘Thailand mendidik tenaga abli pribumi itu, 2, Noparu-negara Andean, |" Negara-negara Amerika Latin, yaitu . Bolivia, Chili, Colombia, Ecuador, Peru. dan Venezuela, membeatuk sualu perjanjian yang discbut ~ Andvean Pact Integration Process“. salah satu kebijakan yang diambil di dalam pact «ni adalah satu sikap bersama di dalam menghadgpi penanaman modal asing. Teknologi merupaken suatu faktor dasar dari semua kebijakan yang diambil. Menyadari akan peranan dan arti pentingnya teknologi di dalam proses dan perkembangan masyarakat, Andean Pact secara tegas menentukan kebijakan © Sontikarn, Minangsarn, " Technology ransfer. A Case Sluly *, Singapove University Press, 1984 Halaman 240 - 242 * Andean Pact Technology Policies, hunta del Acuerto de Canagena. International Development Research, Centre, ottawa, Canada, 1976, IDRC-S60e, Halaman 24-73. 1 mengenai tekoatagi sebayi suatu bagian yang sangat penting dari proses integrasi di antara anggota-anggotanya Di dalam rangka mengasimilasikan teknologi asing agar dapat diadaptasi di dalam proses produksi, maka penggunaan teknologi itu harus dipersiapkan untuk dapat menguasai teknologi tersebut, Untuk itu dipertukan adanya program latihan yang khusus untuk memberikan dorongan kepada lembaga-lembaga dan perusahaan-perusahaan ‘Andean di delam metakukan kegiatan-kegiatan iimiah dan teknologi. Dalam tiap-tiap teknologi inipor yang terpilin harus terdapat empat sekior yang bekerja secara alsif, yaitu a. Orang-orang yang terdidik yang harus melaksanaken riset, perkernbangan daa design engineering yang dipadukan dengan ( berada di dalam ) unit produksi 6. Konsultan ahli mesin (“ cngineering consuttancy “ ) dan perusahaan jasa yang mampu memberikan jasa khusus dalam bidang ini dalam taraf subregional, , Lembaga penclitian nesional ( yang sowaktuwaktu dapat diintegrasikan ke dalam s islem subregional ), yang dapat melengkapi kegiatan-kegiatan ilmiah dan teknologi dari penggunean teknologi. 4. Badan nasional yang Kompeten mendorong industri di dalam melakukan negosias! dengan penyedia teknologi yang dapat membantu: menetapkan pedoman dan pengawasan secara hukum yang penting di dalam proses asimilasi dan adaptasi teknologi: Apabila kita perbandingkan apa yang, difakukan Thailand dengan negart- negara Andean, maka nampak sckali bahwa negara-nopara Andean telah Icbilt maju di dalam menetapkan langkab-langkah yang harus éitempuh di dalam usaha mendapatkan senage ahli pribumi dalam rangka mengasimilasikan dan mengaday nsiken teknologi asing yang mereka pergunaken, yaitu dengm menclapkan badan-badat atau lembaga-lembaga apa saja yang harus dimiliki olch suatu teknologi yang terpilih akan dipergunakan, Korea Utara. Negara iti telah bertsaha mengembangkan suatu program untuk imemperbanyak jumlah itmuwan dan ahlisahli mesin yang cakap dengan menitikberatkan pada universitas, sebagai contoh dapat dikemukakan South Korean Advanced Institute of Science { KAIS ).'? 4. India. Di sini, sektor clektrontk telah bekerja sama dengan universitas dan industri elektronik untuk menetapkan pedoman dan persiapan tonaga ahi dari tingkatan atas, dengan memperhatikan kualitas dan materi daripada kursus dart karikulum., §, Indonesia, Sebenarnya di Indonesia telah ada suatu badan yang dapat Gimunfaatken untuk mendapatkan tenage ahli dalam hubungan dengan alih tcknologi, yaitu Badan Pengembangan dan Penclitian Teknologi. Demikian juga Lombaga lima Pengetahuan Indonesia, setidak-tidaknya dapat membanta untuk menunjukkan lembaga mana yang dapat dihubungi. Lembaga ini telah mongadekan suatu penciitian atau suatu studi kebijakan Nasional tmu pengetahuan dan teknologi ', Studi Kebijaksanaan Nasional IPTEK pada dasamya merupakan uscha memantapkan metodologi STPIR ( Science and Technotogy Poticy Instrument Research ) sebagai Jangkah awal untuk menelaah masalah-masalah IPTEK sektoral seoara terperined yang akan dikembangkan di ‘eemmudian hati. Dari BPPT dan LIPt dapat menggantungkan harapan bahwe akan dapat terpecatkan masatah yang menyangkut alih teknologi yang antara lain adalah mengenal masalah mendapatan tenaga abli Indonesia yang diharapkan dapat mengganli tenaga-tenaga asing, schingga akan terkurangi ketergantungan Indanesia akan modal asing, Khususnya tenaga alti tersebut aast, Francisca, Science and Technology for Development : Main Comparative Report of the Science and ‘Yeebnology Policy Insttuments Project. International Development Research Contre, Canada, 1978, do 2. IDRC-t00e. Halaman 79. 3d, bataman 86. 1» ™ Studi Kebijakan time Pengetahuan das Teknologi, Tinjauan terhedap pihak pengguna, pihak penyedia, pibak penghubury*. Lembaga Jimu Pugetahuan Indonesia, 1982, IAKTEK No, 05/ 1982. Halaman ¥. Dengan melihat apa yang dilakukan oleh negarenegera lain dalam meaghadapi hal semacam ini, ditambah dengan keinginan untuk melepaskan diri dati fergantungan kepada model asing dan keyakinan akan kemampuan diti senditi, juga adaava keinginan untuk tidak mengulangi sejarah pahit peraah dilalui bangsa Indonesia di zaman penjajahan, ‘ sudah saatnyalah kita bangkit dan membuka inata untuk mendapatken jalan ke arah kemajuan hangsa, Sarana yang telah ada di indonesia dapat dipadukan dengan kebijaksanaan yang telah diambil oleh negaracnegara Iain yang telah disosuaikan dengan kondisi Indonesia dan didukung oleh kebijaksanaan pemerintah yang bersifat membantu untuk mengembangkan genelitian dan pengembangan (R & D ) akan merupakan perpadvan yang dapat diandalkan, Secara iclasnya perpaduan itu adalah sebagai berikut : !") Untuk mendapatkin basil yang baik (“effect * ) yang diinginkan, maka pertama-tama harus ada kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah delam tingkat tinggi becupa pernyataan mengenai keputusan yang diambil di dalam ilmu dan tcknologi. Termasuk di dalain keputasan ini adalah maksud, tujuan, hasit yang diinginkan dan jumlah yang ingin dicapai, Selain ditetapkan steh pemerintah, kebijakan juga dapat ditentukan oleh wakil dari sektor swasta. Kebijakan (“ Policy “ } ini harus disatai dengan sual potensi untuk dapat mengimplementasikan dan merestisasikannya, Dan untuk itu kita harus snanyerlakan beberaps hal, yang disebut sebagai “ policy instrument “. Policy instrument ini terdisi dari“ togal device “ ( sarana hukum ) yang mencakup : ketentuan fukum ( undang-undang }. Juga kontrak, petsetujusn, dan perjanjian tormasuk ke dalamnya. Hal yang penting adalah menempatkan sarana, 1 jhet Charles Himawan, “ The Fareigs Investatent Process in indonesia. The Role of Law in the Reanomie Development cf'a Third World Country. “ Gunung Agung - Singapore MCMLXXX. Halaman 272-271, \9 Science and Technology Poticy Implementaticn in Less Developed Countries : Methodological Guidelines for the STPI Project % International Developmest Research Centre, 1976. No. | IDRC — 067e. Halaman 13 dan seterusnya, 13 hukum tersebut selingkat di bawab “ policy “ dengan menetapkan hak-hak, kewajiban-kewajiban, sanksi-sanksi supaya “ policy “ itu dipatuhi, Ingiraraen yang lain adalah * an organizational structure “, yang terdiri dari lembaga pelaksanaan hebijakan tessebut scbapai aspek “ hardware " atau pitanti keras, dan piranti tunek ( “ sofware ) yoitu terdici dari prosedut, metodologi dan program yang termasuk ke dalam manajemen, Instrumen yang terakhir adalah " a set of operational mechanism * atau sain perangkat mekanisms operasional yang benar-benar nyata melaksanékan kebijakan yang telah ditetapkan. &. Policy Legal Devide, C Organicational structure Operational Medhanisms Policy Instruments Apobila susunam instrursen kebijakan ini digambarkan secara visual, akan terlihat sebagai berikut : Apabila kemudian hat ini diterapkan kepada masalah pendidikan keabfian, maka akan nampak bahwa apa yang menjadi kebijakan di dalam bidang ini harus Jetas, apa tujuan dan apa yang hendak dicapainya. Sarana hukum yang ada apa yang mengenai hal inj hanyalah Undang-undang nomor 1/1976. Itu pan kurang jelas dan tegas, sehing; 2 sebagai salah satit alat untuk melaksanakan kebijakan dirasakan karang memadai. Dergan adanya fakta yang terjadi di perusahaan di Jawa barat tersebut nampak bahwa sarana hukum yang lebih tinggi kedudukannya daripada “ Basic Agreement “ tersebut, sangat tidak memadai, karena tidak adanya sanksi yang, tegas yang dapat dihandalkan oleh pihak Indonesia untuk memaksakan hak haknya kepada pihak esing Sehingga kekurangtegasan ini dimanfuatkan olch pihak asing untuk menarik ketmiungan berupa perpanjangan waktu tinggal bagi para ahli bangsanya senditi. Melangkah tebih fanjut ke “ policy instrument “ yang lain, yaitu * organizational structure “, maka disinipun nampak adanya kekurangan sarana hulum yang akan mendasari sogala tak dan kewajiban deri badan pelaksana tersebut sehingga akan menjadi jelas juga tindakan apa yang akan diambitaya apubila tetjadi ketidakcocokan antara kebijakan yang ditetapkan dengan hasit ( “ etfect “ ) yang didanat. Berapa jauh pengawasan yang dapat dilakukannya, miselnya oleh BKPM / BKPMD, di dalam hal ini, Sebagai organisasi yang menjalankan Kebjjakan secata nyata, maka haruslah jelas apa yang menjadi wewenangnya, yang merupdkan baik sebagai aspek piranti keras (““ hardware “ ), maupun sebagai pelaksana dengan wewenang aspek piranti lunak, yang berwenang untuk menentukan secara adiainistratif mengenai prosedur dan metode yang diambil di dalam rangka melaksatakan kebijakan itu, Wid, heelaman 17, Sebagai lembaga yang ditunjuk untuk’ melaksanakan kebijakan tersebot suduh sewajamya juga dite-apkan berdasarkan sarana hukum yang pasti demikien juga mengenai segala hak dan kewajibannya Sebagni mekanisme operasional yang mclaksanakan kebjjakan schari-heri juga harus ditetapkan berdasarkan hukum yang pasti. Apabila seluruh vangkaion struktur pelaksanaan kebijakan tersebut Aijalankan dengan sehaik-baiknya maka aken dapat dicapai aga yang ditunjukkan data kasus di atas, TV. KESIMPULAN DAN SARAN Dati uraian diatas temyata denyan jelis apa peranan yang dimainkan olch bukum dalam masalah yang menyangkut penanaman modal asing itu, khususnya yang mengonai masalah pendidikan keahlian yang menjadi tagas dan kewajibaa dari pihak modal asing Scjak saat menontukan pola kebijakan yang akan diambil, hukum sudah berporan, yaitu pada Saat negosiasi dilakukan ¢ntara pihak modal asing dengan pihak Indonesia. Pada saal itu sudeh direncanakan hasi) ape yang dtharapkan akan dicapai dengan adanya kerjasama antara modal asing dengan modal dalam negeri tersebut Kemudian dalam meretapkan kebijakan umuiti gan hukum memegang peranan penting, sebab hal ini merupakan pengambilan kepudusan (“ decision making “ ). ‘Tindakar-tindaken pemerintah maupun badanbadan yang merupakan wakifnya adalah merupekan rangkaian peranan yang dipegang oleh hukum, Demikian juga dalam penetapao badan-badan atau lembaga-lembaga yang akaa metaksanakan kebijakan pemerintah tersebut harnslab ditetapkan berdasarkan hukum, lengkap dengan segala hak dan kewajibannys yang dimiliki lembaga-lembaga dan badan-badan tersebut, sehingga dalam pelaksanaan kewajibannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara bukum. Apalagi di dalam penetapan sauksi bagi pelanggaran terhadap hukum yang mengatur penanaman mods) asing itu. Berapa jauh sanksi yang telah ditetapken di 16 (UPT-PUSTAK UNDP] dalam undang-undang tersebut dapat dilaksanakan dengan tidak menimbutkan kerugian bagi pihak Indonesia scnditi 17 DAFTAR PUSTAKA Bdgk Bhatasali B.N. Transfer of Technology Among The Developing Countries, Asian Productivity Organization, Tokyo 1972 Blais, Roger A. dalam pengantamya buku Maximo Halley Carrere, Technologieat Develapment Strategies for Developing Countries, Institute for Research on Public Policy 1979 Farley, H, Scott & Rowcliffe, Pcter J, The UNTAC Cade of Conduct for the International Trasfer of Technology, Problent and Prospect, The Canadian Yearbook of International Law 1980 Himawan Charles, Peranan Hukum dalam Tranter of technology. Bahan kuliah pada pendidikan Pasca Sarjana HD, Juni 1983Chudson Walter A, The Intemational Tranfer of Commercial Technology to Developing Countries UNITAR Research Report 1971 Pamuncak Amir, Pengaturan Penyelenggaraan Pengalihan Tectinolagi (suatu analisa tentang Tata kerja Pengalitian Teknologi Luar Negeri dan Dalam Negeri } Seminer Aspek-aepek Hakurt dan Alih Teknologi, BPHN 1978 Santikarn, Minarigsmn. Technology Transfer A Case Study, Singapore University Press, 1981 Sagasti. Fransisco. Science and Technology for Development: Main Comparative, Report of the Science and Technlogy Policy Instrument project International Development Research Centre, Canada 1978

Anda mungkin juga menyukai