Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Susunan sel saraf pusat (SSP) manusia mengandung sekitar 1011 (100 miliar)
neuron. Juga terdapap sel-sel glia sebanyak 10-5- kali jumlah tersebut. Neuron, yang
merupakan unit dasar sitem saraf merupakan evolusi dari sel-sel neuroefektor primitive
yang berespons terhadap berbagai rab\ngsang dengan cara berkontraksi. Sistem saraf
sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan makhluk hidup dapat
menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan. Sistem saraf mempunyai
tiga fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk rangsangan atau stimulus;
memproses informasi yang diterima; serta memberi tanggapan (respon) terhadap
rangsangan.
Untuk dapat terus beraktivitas, sel akan memelihara kondisi internal sel ada dalam
kisaran tertentu yang sangat sempit. Pemeliharaan keadaan internal tersebut antara lain
pada pH, kadar ion-ion, banyaknya mikro dan makromolekul. Jika kondisi internal
dipelihara disekitar nilai konstan, tidak demikian halnya dengan lingkungan sel (cairan
ekstraselular). Keadaan ekstraselular senantiasa berubah, tidak selalu sama dari waktu ke
waktu.
Membran sel merupakan barrier terhadap perubahan lingkungan sekaligus
penyeleksi lalu lintas bahan dari dan ke luar sel. Membran sel dengan struktur dasar
bilayer lipid hanya permeabel terhadap bahan-bahan yang hidrofobik dan molekulmolekul hidrofilik berkuran kecil, tetapi tidak permeabel terhadap molekul-molekul polar
berukuran cukup besar, molekul-molekul kompleks dan ion-ion. Molekul-molekul polar
berukuran cukup besar, molekul-molekul kompleks dan ion-ion dapat melintas membran
melalui protein membran yang membentuk saluran (protein channel) atau menggunakan
protein carrier.

Perpindahan ion-ion dan sifat permeabilitas membran yang berbeda-beda


mengakibatkan distribusi muatan antara bagian luar dan bagian dalam membran.
Perbedaan distribusi muatan menimbulkan beda potensial antara bagian dalam dan luar
membran.
Stimulus tertentu dapat mengakibatkan perubahan potensial membran. Perubahan
potensial membran dapat menjadi stimulus bagi protein channel tertentu sehingga
permeabilitas membran terhadap ion tertentu

meningkat. Peningkatan permeabilitas

membran tersebut akan mengakibatkan laju ion tertentu tersebut melintas membran
meningkat. Perpindahan ini akan mengubah beda potensial membran. Jika perpindahan
ion tersebut mengakibatkan depolarisasi membran hingga nilai potensial tertentu, akan
menimbulkan lonjakan potensial yang kemudian kembali ke potensial awal, yang disebut
potensial aksi. Pada sel saraf (neuron), potensial aksi dapat dijalarkan, sehingga stimulus
yang diberikan, merupakan informasi yang dapat ditransmisikan dari organ sensorik
(penerima stimulus) ke sistem saraf pusat (untuk diintegrasikan) dan kemudian ke
organ/jaringan sasaran sehingga timbul respons individu terhadap stimulus tersebut.
Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul karya
tulis ini Potensial Membran dan Potensi Aksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan proses yang terjadi pada perubahan keelektrikan
membran (Potensial istirahat, depolarisasi, potensial aksi)
2. Bagaimana peranan impuls dan sirkulasi ion pada fisiologis keelektrikan
membran sel?
3. Apa saja fungsi-fungsi fisiologis yang terjadi dengan diawali oleh perubahan
keelektrikan membran sel?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi potensial istirahat, depolarisasi, potensial aksi.
2. Mengetahui dan memahami peranan impuls dan sirkulasi ion pada fisiologis
keelektrikan membran sel.
3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi fisiologis yang terjadi dengan diawali oleh
perubahan keelektrikan membran sel.
1.4 Manfaat Penulisan

1. Penulisan ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan wawasan


tentang bagaimana definisi dari macam-macam perubahan keelektrikan
membran dan peranan impuls serta sirkulasi ion pada fisiologis keelektrikan
membran sel.
2. Untuk menambah kajian ilmu pengetahuan potensial membran dan potensi
aksi.

BAB II

HASIL danPEMBAHASAN
2.1 Proses Perubahan Keelektrikan Membran
A. Anantomi dan Fisiologi Membran Sel
Membran

sel

adalah

selaput yang terletak paling luar dan

tersusun dari senyawa kimia

lipoprotein

(gabungan dari senyawa lemak

atau

dengan senyawa protein). Membran sel disebut juga


plasma

atau

selaput

Lemak

bersifat

lipid

membran

plasma.

hidrofobik

karena

tidak larut dalam air, sedangkan

protein

bersifat hidrofilik karena larut dalam air. Oleh

karena itu, selaput

plasma bersifat selektif permeabel (hanya dapat memasukkan/dilewati molekul tertentu saja)
atau semipermeabel.

Beberapa Macam Fungsi Membran Sel adalah sebagai berikut:


1. Melekatkan membran pada sitoskeleton tau rangka sel
2. Membentuk junction (pertemuan) diantara dua sel yang bertetangga
3. Sejumlah protein membran berperan sebagai enzim
4. Sejumlah protein membran berfungsi sebagai resptor permukaan bagi
pesuruh-pesuruh kimia dari sel-sel lain
5. Beberapa protein membran membantu pergerakan subtansi melintasi
membrann, membran sel memiliki peranan yang sangat penting dalam
transpor berbagai molekul, baik mikromolekul maupun makromolekul.
Transpor mikromolekul dapat berlangsung secara pasif, misalnya melalui
difusi, difusi terbantu dan osmosis dan dapat pula berlangsung secara aktif.
Transpor makromolekul dapat berlangsung secara endositosis, eksositosis
dan pertunasan. Ciri khas transport makromolekul adalah subtansi atau

materi yang diangkut selalu dikemas dalam suatu vesikula yang berbatas
membran.
B. Transpor Zat melalui Membran Sel
Fungsi membran sel yaitu sebagai pengatur keluar masuknya zat. Pengaturan
itu memungkinkan sel untuk memperoleh pH yang sesuai, dan konsentrasi zat-zat
menjadi terkendali. Sel juga dapat memperoleh masukan zat-zat dan ion-ion yang
diperlukan serta membuang zat-zat yang tidak diperlukan. Semua pengontrolan itu
bergantung pada transpor lewat membran. Transpor zat terdiri atas dua yakni:
a. Transpor pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan energi
sel. Perpindahan molekul tersebut terjadi secara spontan, dari konsentrasi tinggi ke
rendah. Jadi, pejalan itu terjadi secara spontan. Contoh transpor pasif adalah difusi,
osmosis, dan difusi terfasilitasi.
b. Transpor aktif adalah perpindahan molekul atau ion dengan menggunakan energi
dari sel itu. Perpindahan tersebut dapat terjadi meskipun menentang konsentrasi.
Contoh transpor aktif adalah pompa Natrium (Na+)-Kalium (K+), endositosis, dan
eksositosis.

1. Difusi
Difusi adalah penyebaran molekul zat dari konsentrasi (kerapatan)
tinggi ke konsentrasi rendah tanpa menggunakan energi. Secara spontan,
molekul zat dapat berdifusi hingga mencapai kerapatan molekul yang sama
dalam satu ruangan. Sebagai contoh, setetes parfum akan menyebar ke seluruh
ruangan (difusi gas di dalam medium udara). Molekul dari sesendok gula akan
menyebar ke seluruh volume air di gelas meskipun tanpa diaduk (difusi zat
padat di dalam medium air), hingga kerapatan zat tersebut merata.

2.

Osmosis
Osmosis
adalah
perpindahan ion

atau
molekul air (dari kerapatan tinggi ke kerapatan

rendah

dengan melewati satu membran. Osmosis dapat


didefinisikan sebagai difusi lewat membran.

a.

Zat yang dapat melewati membran sel


Membran sel dapat dilewati zat-zat tertentu yang larut dalam

lemak, zat-zat yang tidak bermuatan (netral), molekul-molekul asam


amino, asam lemak, gliserol, gula sederhana, dan air. Zat-zat yang
merupakan elektrolit lemah lebih cepat melewati membran daripada
elektrolit kuat. Contoh zat-zat yang dapat melewati membran dari yang
paling cepat hingga yang paling lambat antara lain: Na+, K+, Cl-, Ca2+,
Mg2+, SO42-, Fe3+. Membran sel bersifat permeabel terhadap zat-zat
yang mudah melewati membran.
b.

Zat yang tidak dapat melewati membran


Membran sel tidak dapat melewati zat-zat gula (seperti pati,

polisakarida), protein, dan zat-zat yang mudah larut dalam pelarut


organik. Membran bersifat impermeabel terhadap zat-zat tersebut. Oleh
karena membran permeabel terhadap zat tertentu dan impermeabel
terhadap terhadap zat yang lain maka dikatakan bersifat semipermeabel
atau selektif permeabel.
c. Plasmolisis, Krenasi, dan Lisis
Adakalanya, proses osmosis dapat membahayakan sel. Sel yang
mempunyai sitoplasma pekat (berarti kerapatan airnya rendah), jika

berada dalam kondisi hipotonis akan kemasukan air hingga tekanan


osmosis sel menjadi tinggi. Keadaan yang demikian dapat memecah sel
tersebut. Dikatakan bahwa sel tersebut mengalami lisis, yaitu
hancurnya sel karena rusak atau robeknya membran plasma.
Sebaliknya, jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonis
dibandingkan sel tersebut, maka air di dalam sel akan mengalami
osmosis keluar sel. Sel akan mengalami krenasi yang menyebabkan sel
berkeriput karena kekurangan air. Kondisi yang ideal bagi sel tentu saja
jika konsentrasi larutan sitoplasma seimbang dengan lingkungan
sekitarnya (isotonis).

3. Difusi Terfasilitasi

Difusi dapat diperlancar oleh adanya


protein pada membran sel . misalnya
pada waktu proses pengangkutan glukosa
dari lumen usus ke dalam pembuluh
darah usus halus. Glukosa tidak dapat
berdifusi secara spontan tanpa adanya
protein pembawa. Prosesnya adalah sebagai berikut. Mula-mula molekul glukosa
diikat oleh protein yang ada di membran sel. Selanjutnya, protein pembawa ini
mengalami perubahan informasi dan mendorong glukosa ke dalam sel. Setelah itu
protein pembawa kembali pada informasi semula.Protein pembawa juga dapat
membuat celah yang dapat dilalui oleh ion-ion seperti Cl- dan Ca2+.

4. Pompa Natrium-Kalium
Pompa Natrium-Kalium tergolong transpor aktif, artinya sel mengeluarkan
energi untuk mengangkut kedua macam ion tersebut. Pada transpor aktif, zat dapat
berpindah dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Jadi perjalanan zat dapat
melawan gradien konsentrasi atau gradien kadar.
Ion K+ penting untuk mempertahankan kegiatan listrik di dalam sel saraf dan
memacu transpor aktif zat-zat lain. Meskipun ion Na+ dan K+ dapat melewati
membran. Karena kebutuhan akan ion K+ sangat tinggi, maka diperlukan lagi
pemasukan ion K+ ke dalam sel dan pengeluaran ion Na+ ke luar sel. Konsentrasi ion
K+ di luar sel rendah, dan di dalam sel tinggi. Sebaliknya konsentrasi ion Na + di dalam
sel rendah dan di luar sel tinggi. Jika terjadi proses osmosis, maka akan terjadi
osmosis ion K+ dari dalam sel ke luar dan osmosis ion Na+ dari luar ke dalam sel.
Akan tetapi yang terjadi bukanlah osmosis, karena pergerakan ion-ion itu melawan
gradien kadar, yaitu terjadi pemasukan ion K+ dan pengeluaran ion Na+. Untuk
melawan gradien kadar itu diperlukan energi ATP dengan pertolongan protein yang
terdapat pada membran. Setiap pengeluaran 3 ion Na+ dari dalam sel diimbangi
dengan pemasukan 2 ion K+ dari luar sel. Karena itu disebut pompa natrium-kalium.

Zat-zat yang dapat diangkut secara transpor aktif misalnya gula, protein, enzim
dan hormon.
5. Endositosis dan Eksositosis
Endositosis artinya pemasukan zat ke dalam sel, sedangkan eksostosis artinya
pengeluaran zat dari dalam sel. Proses ini tergolong transpor aktif dan melawan dapat
gradien kadar (dari konsentrasi rendah ke tinggi). Contoh endositosis adalah
fagositosis dan pinositosis.
8

Fagositosis (phagein = memakan; chytos = sel) adalah proses di mana


membran plasma satu sel membungkus partikel dari lingkungan luar dan
menangkapnya dalam satu vakuola makanan. Vakuola kemudian menyatu dengan
lisosom membentuk heterofagosom dan lisosom mencerna atau menghancurkan
partikel tersebut. Contohnya sel darah putih dan sel ameba yang memakan bakteri.
Sel-sel tersebut membungkus bakteri dan menangkapnya dalam satu vakuola
makanan. Selanjutnya bakteri akan dicerna oleh lisosom.
Pinositosis (pinein = meminum) adalah peristiwa sel memakan sel memakan
zat cair dan membentuk sebuah gelembung. Cairan yang dimakan itu dimasukkan
dalam vakuola makanan.

Contoh eksostosis adalah proses pengeluaran zat dari dalam sel-sel kelenjar
ada peristiwa sekresi, misalnya sel-sel penghasil enzim pencernaan mensekresikan
enzim itu ke dalam usus. Caranya adalah enzim-enzim itu dimasukkan ke dalam
vakuola atau kantong-kantong kecil. Vakuola itu menuju tepi sel, membrannya
membuka dan mengeluarkan enzim-enzim tersebut dari sel. Proses pengeluaran enzim
ini memerlukan energi sel. Tanpa energi, sel tidak akan mampu mengeluarkannya.
C. Potensial Membran

Potensial

membran

(bahasa Inggris: membrane potential, ) adalah beda potensial elektrik antara


dinding sebelah luar dan sebelah dalam dari suatu membran sel yang berkisar dari
sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di dalam sel
bersifat negatif dibandingkan dengan di luarnya). Semua sel memiliki tegangan
melintasi membran plasmanya, di mana tegangan ialah energi potensial listrikpemisahan muatan yang berlawanan. Sitoplasma sel bermuatan negatif dibandingkan
dengan fluida ekstraseluler disebabkan oleh distribusi anion dan kation pada sisi
membran yang berlawanan yang tidak sama. Potensial membran bertindak seperti
baterai, suatu sumber energi yang memengaruhi lalulintas semua substansi bermuatan
yang melintasi membran. Karena di dalam sel itu negatif dibandingkan dengan di
luarnya, potensial membran ni mendukung transpor pasif kation ke dalam sel dan
anion ke luar sel. Dengan demikian, dua gaya menggerakkan difusi ion melintasi suatu
membran: gaya kimiawi (gradien konsntrasi ion) dan gaya listrik (pengaruh potensial
membran pada pergerakan ion). Kombinasi kedua gaya yang bekerja pada satu ion ini
disebut gradien elektrokimiawi. Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi potensial
membran dan sel itu sendiri, sebagai contohnya adalah depolarisasi dari membran
plasma diduga memicu apoptosis.

10

D. Potensial Istirahat Sel

Dalam keadaan istirahat, antara sisi


dalam dan luar membran sel terdapat suatu
beda potensial yang disebut dengan potensial
istirahat sel (cell resting potential). Potensial
ini berpolaritas negatif di sisi dalam dan positif
di sisi luar membran sel. Berikut ini akan
diuraikan

bagaimana

terjadinya

potensial

istirahat sel tersebut.


Dalam keadaan istirahat, di sisi dalam
dan luar membran sel sama-sama terdapat ionion potasium dan sodium, tetapi dengan konsentrasi yang berbeda. Gambar 2
mengilustrasikan komposisi ion di kedua sisi membran sel. Konsentrasi ion potasium
(K+) di sisi dalam membran sekitar 35 kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di
sisi luar. Sebaliknya, konsentrasi ion sodium (Na+) di sisi luar membran sel sekitar 10
kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di sisi dalam. Adanya perbedaan
konsentrasi ion di sisi dalam dan luar membran ini mendorong terjadinya difusi ionion tersebut menembus membran sel.
Difusi ion-ion potasium dan sodium menembus membran sel akan
mempengaruhi potensial di sisi dalam dan luar membran sel. Untuk melihat pengaruh
kedua jenis ion tersebut pada potensial membran sel, akan dilihat pengaruh masingmasing jenis ion tersebut secara sendiri-sendiri terlebih dahulu, setelah itu baru
diperhitungkan interaksi keduanya secara bersamaan. Untuk itu akan dilihat terlebih
dahulu pengaruh difusi ion potasium.
Misalkan membran sel hanya permeabel terhadap ion potasium. Karena
konsentrasi ion potasium lebih tinggi di sisi dalam sel maka menurut Hukum Fick
untuk difusi, ion potasium akan bergerak menembus keluar membran sel. Gerakan ion
potasium keluar membran sel ini menimbulkan arus listrik, yang karena terjadinya
melalui peristiwa difusi, maka disebut arus difusi.

11

Keluarnya ion positif potasium dari dalam sel akan meninggalkan muatan
negatif (anion) yang sama besar di dalam sel. Hal ini mengakibatkan terjadinya beda
potensial antara sisi dalam dan sisi luar sel, dengan sisi dalam lebih negatif dibanding
sisi luar. Adanya beda potensial ini akan menimbulkan medan listrik dengan arah dari
luar ke dalam sel. Medan listrik yang mengarah dari luar ke dalam sel menimbulkan
gaya elektrostatik yang mempengaruhi ion-ion yang ada di sekitar membran sel. Ion
potasium, karena bermuatan positif, didorong oleh gaya elektrostatik ke arah dalam
membran sel. Aliran ion potasium dari sisi luar ke sisi dalam membran sel
menimbulkan arus listrik yang disebut arus drift (drift current).
Gaya elektrostatik ini akan melawan gaya difusi pada ion potasium. Interaksi
kedua gaya ini suatu saat akan mencapai kesetimbangan, yaitu besarnya gaya
elektrostatik yang ditimbulkan oleh adanya beda potensial antara kedua sisi membran
sama dengan besarnya gaya difusi (atau dengan kata lain besarnya arus drift sama
dengan besarnya arus difusi). Keadaan setimbang ini akan menghasilkan beda
potensial antara kedua sisi membran bernilai konstan.
Untuk komposisi ion potasium seperti dalam Tabel 1 dan suhu tubuh 310 K
(37oC), maka diperoleh potensial membran sekitar -94 mV (sisi dalam lebih negatif
dibanding sisi luar membran).
Dalam kenyataannya, yang mempengaruhi nilai potensial membran tidak
hanya ion potasium saja, tetapi juga ion sodium. Pengaruh ion sodium pada potensial
membran dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan Nernst. Jika dimisalkan
hanya terdapat ion sodium saja, maka akan diperoleh potensial membran sebesar +61
mV.
Ion potasium dan ion sodium secara serentak mempengaruhi besarnya
potensial membran sel. Meskipun demikian, pengaruh keduanya bukan merupakan
penjumlahan secara langsung kedua potensial membran yang diperoleh secara sendirisendiri tersebut. Untuk jenis ion lebih dari satu, ada parameter lain yang juga
berpengaruh pada besarnya potensial membran sel, yaitu perbedaan permeabilitas
membran terhadap masing-masing ion.

12

Permeabilitas membran sel terhadap ion potasium jauh lebih besar (sekitar 100
kali) dibandingkan permeabilitas terhadap ion sodium. Hal ini mengakibatkan
pengaruh ion potasium lebih dominan dibandingkan ion sodium.
Disamping transportasi ion secara difusi, terdapat juga transportasi ion secara
aktif yang juga mempengaruhi besarnya membran potensial sel. Transportasi ion
tersebut adalah Pompa Na+-K+ ( Na+-K+ Pump), seperti yang diilustrasikan dalam
Gambar 3. Transport ini secara kontinyu memompa 3Na+ keluar sel dan 2K+ ke dalam
sel. Karena lebih banyak ion positif yang dipompa ke luar sel, maka hal ini akan
mengakibatkan tambahan potensial sekitar -4 mV, sehingga potensial akhir membran
sel menjadi -90 mV. Potensial membran sel tersebut terdapat pada sel yang sedang
istirahat, karena itu disebut sebagai potensial istirahat sel.

E. Potensi Aksi
Selama membran serabut syaraf tetap tidak terganggu, potensial membran
tetap kira-kira -85 milivolt, dinamakan potensial istirahat. Akan tetapi setiap faktor
yang dengan tiba-tiba meningkatkan permeabilitas membran terhadap natrium
mengakibatkan serangkaian perubahan yang cepat pada potensial membran yang
berlangsung kurang dari satu detik setelah itu segera diikuti dengan kembalinya
potensial membran ke nilai normal. Rangkaian perubahan potensial ini dinamakan
potensial aksi.
Atau dapat dikatakan dengan lain potensial aksi adalah pembalikan singkat
potensial membran akibat perubahan cepat permeabilitas membran atau potensial aksi
merupakan perubahan yang cepat pada potensial membran suatu sel otot atau sel saraf.
Di mana terjadinya potensial aksi ditandai dengan perubahan mendadak dari potensial
membran istirahat normal menjadi potensial membran positif (depolarisasi) lalu
kemudian berakhir dengan kecepatan yang hampir sama kembali ke potensial
membran negatif (repolarisasi).
Dalam potensial aksi, faktor-faktor yang mempengaruhi dan terkait
diantaranya kanal Na+, pompa Na-K, ion Na+, ion K+, kanal K+, dan faktor-faktor

13

yang lain. Setiap jenis kanal tersebut memiliki fungsi spesifik dalam aktifitas elektrik
saraf. Kanal-kanal ion tersebut berfungsi menjaga potensial sel.

Ion Na+
Ion Na+ merupakan ion yang bermuatan positif. Ion Na+ berada

dibagian luar sel dari sistem saraf. Hanya sedikit ion Na + yang berada di dalam
sel. Perbedaan jumlah ini membuat perbedaan gradien konsentrasi dan dapat
menyebabkan ion Na melewati membran. Ion Na+ membantu dalam potensial
aksi ketika penghantaran sel saraf.

Ion K+
Ion K+ merupakan ion yang bermuatan positif,kebanyakan ion K +

berada di dalam sel. Pada keadaan tertentu ion K+ ini akan keluar sel sehingga
akan mengurangi muatan positif di dalam sel.

Kanal ion Na+


Kanal ini berfungsi dalam meneruskan potensial aksi dengan membuka

jika terjadi depolarisasi membran. Pembukaan kanal ion ini menyebabkan ion
Na+ dapat masuk melintasi membran dan menyebabkan depolarisasi.

Kanal ion K+
Kanal ini berperan sebagai kekuatan penstabil (stabilizing force).

Beberapa fungsinya antara lain repolarisasi setelah terjadinya potensial aksi


dan mengatur potensial istirahat (resting potensial).

Komponen Potensial aksi


Untuk memahami lebih mendalam mengenai potensial aksi ini, kita perlu

megetahui tentang kanal-kanal yang berperan. Pelaku utama yang menyebabkan


peristiwa depolarisasi dan repolarisasi membran saraf selama potensial aksi adalah
14

kanal natrium bergerbang voltase. Namun bukan berarti hanya kanal tersebut yang
berperan. Kanal kalium bergerbang voltase juga berperan penting dalam
meningkatkan kecepatan repolarisasi membran. Dan kedua kanal ion ini akan
menunjang pompa Na-K serta kanal kebocoran Na-K.
a. Kanal natrium bergerbang voltase
Kanal natrium bergerbang voltase ini memiliki 3 keadaan yang berbeda.
Kanal ini sendiri memiliki 2 gerbang, yaitu gerbang aktivasi yang berada dekat
dengan sisi luar kanal, dan gerbang inaktivasi yang letaknya dekat dengan sisi
dalam kanal. Keadaan saat potensial membran memiliki nilai -90 milivolt
(potensial membran istirahat), gerbang aktivasi dari kanal ini tertutup, dengan
tujuan untuk mencegah masuknya ion natrium melalui kanal ke bagian dalam
serabut saraf.
b.

Aktivasi
Ketika potensial membran istirahat menjadi kurang negatif bila
dibandingkan dengan pada saat keadaan istirahat, potensial akan meningkat dari
-90 milivolt menjadi 0, dan akhirnya mencapai suatu voltase (biasanya berkisar
antara -70 dan -50 milivolt). Keadaan ini menyebabkan perubahan bentuk yang
tiba-tiba pada gerbang aktivasi, yang mambalikkan gerbang sepenuhnya hingga
posisi terbuka yang maksimal. Inilah yang disebut sebagai keadaan teraktivasi,
yaitu ion natrium berdifusi melalui kanal, yang dapat meningkatkan permeabilitas
natrium membran sebesar 500 5000 kali lipat.

c. Inaktivasi
Kenaikan voltase yang sama besarnya dengan yang membuka gerbang
aktivasi juga akan menutup gerbang inaktivasi. Walau begitu, gerbang inaktivasi
menutup dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik setelah gerbang aktivasi
terbuka. Dengan kata lain, perubahan bentuk yang membalikkan gerbang
inaktivasi menaajdi tertutup merupakan proses yang lebih lambat daripada proses
perubahan bentuk yang membuka gerbang akivasi. Setelah kanal natrium tersebut
terbuka dalam seperbeberapa puluh ribu detik, gerbang inaktivasi akan menutup
dan ion natrium tidak lagi dapat berdifusi melewati membran. Pada saat iniliah
potensial membran mulai pulih kembali ke keadaan istirahat, atau yang biasa
disebut debagai tahap repolarisasi.
Sifat penting lainnya mengenai potensial aksi adalah bahwa gerbang yang
inaktif tidak akan membuka lagi, hingga potensial membran kembali ke atau
15

mendekati nilai potensial membran istirahat yang normal. Oleh karena itu, tidaklah
mungkin bahwa kanal ion natrium akan kembali terbuka sebelum adanya repolarisasi
pada serabut saraf.
d. Kanal kalium bergerbang voltase
Selama keadaan istirahat, gerbang kanal ion kalium berada dalam keadaaan
tertutup, dan ion kalium terhalangi untuk melewati kanal ini menuju keluar. Namun
ketika potensial membran meningkat dari -90 milivolt menuju 0, perubahan voltase ini
menyebabkan perubahan bentuk yang membuka gerbang dan memudahkan
peningkatan difusi kalium keluar akson melewati kanal. Namun diakibatkan oleh
sedikit lambatnya pembukaan kanal ionkalium ini, pada banyak bagian, kanal kalium
hany aterbuka secara bersamaan ketika kanal natrium mulai tertutup akibat inaktivasi.
Jadi, menurunnya jumlah natrium yang masuk ke dalam sel dan peningkatan
pengeluaran kalium yang bersamaan waktunya dari sel secara bersama-sama
mempercepat proses repolarisasi, dan menimbulkan pemulihan sempurna pada
potensial membran dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik kemudian.

Proses Timbulnya Potensial Aksi

1. Perangsangan listrik pada membran,


Perangsangan listrik juga dapat menimbulkan potensial aksi. Induksi
muatan listrik secara artefisial melalui membran menyebabkan aliran ion yang
berlebihan melalui membran ; hal ini selanjutnya menimbulkan potensial aksi.
Akan tetapi, tidak semua metoda yang menggunakan rangsang listrik
mengakibatkan eksitasi, dan karena perangsangan listrik adalah cara yang umum
digunakan dimana serabut syaraf dirangsang bila diselidiki dalam laboratorium
proses eksitasi listrik diberikan keterangan yang lebih mendalam.
2. Perangsangan kimia atau Pemberian zat kimia pada membran sehingga
permeabilitasnya terhadap natrium meningkat
Pada dasarnya, setiap faktor yang menyebabkan ion natrium mulai
berdifusi masuk melalui membran dalam jumlah yang cukup akan

16

menyebabkan timbulnya mekanisme pengaktifan regeneratif automatis. Yang


akhirnya akan menimbulkan potensial aksi. Jadi zat-zat kimia tertentu dapat
merangsang serabut saraf dengan meningkatkan permeabelitas membran. Zatzat kimia seperti ini adalah asam, basa, dan yang paling penting adalah
asetilkolin.
3. Kerusakan mekanik pada membran
Serabut saraf yang hancur, terjepit atau yang tertusuk dapat dengan
tiba-tiba menyebabkan gellombang pemasukan natrium dan karena alasan yang
jelas dapat menimbulkan potensial aksi. Sedikit tekanan pada beberapa ujung
4.

saraf khusus dapat merangsang saraf ini.


Suhu
Panas , dingin atau hampir setiap faktor yang untuk sementara
mengganggu keadaan istirahat membran.

Kecepatan Suatu Potensial Aksi Berjalan disepanjang Neuron Tergantung oleh


dua faktor yakni sebagai berikut:
1. Ada tidaknya mielin pada serabut syaraf
Serabut yang bermielin seperti diisyaratkan oleh namanya
dibungkus mielin pada interval-interval yang teratur di sepanjang
akson. Serabut bermielin memilkiki inti sentral serabut yaitu aksonda
membran akson sebenarnya membran konduktif.
Mielin terutama terdiri dari lipid. Karena ion-ion larut air ini
berperan membawa arus menembus membran tidak dapat menembus
sawar lipid yang tebal ini, selaput mielin berfungsi sebagai insulator
seperti karet yang membungkus kabel listrik.
Di tengah akson terdapat aksoplasma. Disekitar akson terdapat
selubung mielin yang tebalnya kira-kira sama seperti tebal askon,
selubung mielin terputus oleh nodus ranvier.
Pada nodus ranvier inilah bisa terjadi potensial membran dan
arus dapt mengalir melalui membran. Dimana saluran-saluran natrium
terkonsentrasi di daerah-daerah nodus : daerah yang terlindungi oleh
mielin hampir tidak memiliki saluran tersebut.sewaktu suatu potensial
aksi muncul di salh satu nodus muatan muatan yang berlawanan
tertarik dari nodus inaktif di sebelahnya (jarak setiap nodus hanya
sekitar 1 mm)mengurangi potensial mendekati ambang sehingga nodus
tersebut mengalami potenbsial aksi dan demikian seterusnya .
akibatnya pada serat bermielin impuls meloncat dari satu nodus ke
17

nodus berikutnya melewati bagian-bagian bermielin pada akson, proses


ini disebut hantaran saltatorik. Serat-serat bermielin menghantarkan
impuls sekitar 50 kali lebih cepat dari serat tidak bermielin dalam
ukuran yang sama
2.

Garis tengah serat


Besarnya aliran arus ysitu jumlah muatan yang berpindah juga

bergantung pada resistensi atau rintangan terhadap gerakan muatan


listrik diantara dua daerah. Jika garis tengah besar maka resistensi
berkurang . denga demikian semakin besar garis tengah serabut saraf
semakin cepat serabut tersebut menghantarkan potensial aksi.
Serat-serat bermielin berukuran besar misalnya serat yang
mempersarafi otot rangka dapat menghantarkan potensial aksi dengan
kecepatan 120 meter /det, dibandingkan dengan kecepatan hantaran
serat tidak bermielin kecil 0,7 m/s, seperti yang mempersarafi saluran
cerna perbedaan kecepatan penjalaran potensial aksi ini berkaitan
dengan urgensi informasi yang akan disampaikan. Suatu sinyal ke otototot rangka untuk melekukan gerakan tertentu (misalnya mencegah
anda jatuh sewaktu menginjak sesuatu ) harus disampaikan lebih cepat
dibandingkan dengan sinyal untuk memodifikasi proses pencernaan
yang berjalan lambat.
Mekanisme Potensi Aksi
a. Tahap Istirahat (Resting Membrane Potential)
Pada tahap ini adalah tahap potensial membran istirahat, sebelum terjadinya
potensial aksi. Membran dikatakan menjadi terpolarisasi selama tahap ini karena
adanya potensial memban negatif yang besar.
b. Tahap Depolarisasi
Membran tiba-tiba menjadi permeable terhadap ion NA sehingga banyak sekali
ion NA mengalir ke dalam akson. Keadaan polarisasi normal sebesar -90mV akan
hilang dan potensial meningkat dengan arah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi.
Pada saraf besar, potensial membran mempengaruhi nilai nol dan menjadi lebih sedikit
positif namun pada serat yang lebih kecil juga banyak neuron sistem saraf pusat,
potensial hanya mendekati nilai nol dan tidak melampaui sampai keadaan positif.

18

c. Tahap Repolarisasi
Pada tahap ini, dalam waktu yang sangat singkat sekali (sekitar satu per
beberapa puluh ribu detik) sesudah membran menjadi permeable terhadap ion NA,
saluran NA mulai tertutup dan saluran K terbuka lebih daripada normal. Kemudian
difusi ion K yang berlangsung cepat ke bagian luar akan membentuk kembali
potensial membran istirahat negatif yang normal. Peristiwa ini disebut repolarisasi
membran.
d. Hiperpolarisasi
Setelah tahap repolarisasi berakhir, dikenal suatu kondisi yang disebut positive
after potential. Keadaan ini merupakan kondisi potensial membran yang lebih negatif
dari kondisi istirahat. Terjadi beberapa milidetik setelah berakhirnya potensial aksi,
terjadi akibat lambatnya penutupan kanal ion K dan merupakan istilah yang salah
kaprah akibat faktor historis dalam pengukuran para ilmuan terhadap aksi potensial
membran.
1. Respons all-or-none
a. Stimulus ambang untuk depolarisasi biasanya terjadi saat pada perubahan
sekitar 15 mV sarnpai 20 mV dari keadaan potensial istirahat
b. Begitu ambang depolartsasi tercapai, potensial aksi akan terbentuk. Inilah
yang disebut respons all-or-none: Neuron akan merespon secara keseluruhan
atau tidak merespons sarna sekali.
2.

Periode refraktori
a.

Periode refraktori absolut,


adalah waktu selama gerbang ion tertutup, dan gerbang K+ masih terbuka,

dan serabut saraf s: sekali tidak res pons if terhadap kekuatan stimulus lain. Masa
berlangsung selama 1 milidetik.
b.

Periode refraktori relatif


adalah masa setelah masa refraktori ini berlangsung kurang dari 2

milidetik, dan merupakan waktu dimana stimulus dengan kekuatan yang lebih
tinggi memicu potensial aksi yang kedua.
Pada beberapa potensial aksi, di grafiknya kita dapat melihat suatu garis
mendatar yang disebut plateau. Hal ini disebabkan karena membran yang
tereksitasi tidak segera mengalami repolarisasi setelah depolarisasi, dan justru
tetap pada keadaan mendatar mendekati puncak potensial layak (spike potential)

19

selama beberapa milidetik, dan baru kemudian memulai tahap repolarisasi.


Pendataran ini akan sangat memperpanjang tahap depolarisasi. Misalnya pada
potensial aksi di dalam serabut otot jantung, pendatarannya berlangsung selama
0,2 sampai 0,3 detik dan menyebabkan kontraksi otot jantung pada periode waktu
yang sama.

2.2
Peranan Impuls dan Sirkulasi Ion pada Keelektrikan Membran
A. Pengertian Impuls
Impuls adalah rangsang atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa
elektrik yang menjalari serabut saraf.
Selain itu juga, impuls merupakan Sel-sel saraf bekerja secara kimiawi. Sel saraf yang
sedang tidak aktif mempunyai potensial listrik yang disebut potensial istirahat. Jika ada
rangsang, misalnya sentuhan, potensial istirahat berubah menjadi potensial aksi. Potensial aksi
merambat dalam bentuk arus listrik yang disebut impuls yang merambat dari sel saraf ke sel
saraf berikutnya sampai ke pusat saraf atau sebaliknya. Jadi, impuls adalah arus listrik yang
timbul akibat adanya rangsang. Contoh rangsang adalah sebagai berikut:
a. Perubahan dari dingin menjadi panas.
b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
d. Suatu benda yang menarik perhatian.

20

e. Suara bising.
f. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.
B. Mekanisme Penghantar Impuls Saraf
1. Penghantaran Impuls Saraf melalui Membran Plasma
Di dalam neuron, sebenarnya terdapat membran plasma yang sifatnya
semipermeabel. Membran plasma neuron tersebut berfungsi melindungi cairan
sitoplasma yang berada di dalamnya. Hanya ion-ion tertentu akan dapat
bertranspor aktif melewati membran plasma menuju membran plasma neuron
lain.
Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan istirahat,
sitoplasma di dalam membran plasma bermuatan listrik negatif, sedangkan
cairan di luar membran bermuatan positif. Keadaan yang demikian dinamakan
polarisasi atau potensial istirahat. Perbedaan muatan ini terjadi karena adanya
mekanisme transpor aktif yakni pompa natrium-kalium. Konsentrasi ion
natrium (Na+) di luar membrane plasma dari suatu akson neuron lebih tinggi
dibandingkan konsentrasi di dalamnya. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium
(K+) di dalamnya lebih besar daripada di luar. Akibatnya, mekanisme transpor
aktif terjadi pada membran plasma.
Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas
membran plasma terhadap ion Na+ berubah meningkat. Peningkatan
permeabilitas membran ini menjadikan ion Na+ berdifusi ke dalam membran,
sehingga muatan sitoplasma berubah menjadi positif. Fase seperti ini
dinamakan depolarisasi atau potensial aksi.
Sementara itu, ion K+ akan segera berdifusi keluar melewati membrane
Fase ini dinamakan repolarisasi. Perbedaan muatan pada bagian yang
mengalami polarisasi dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik.
kondisi depolarisasi ini akan berlangsung secara terus-menerus,
sehingga menyebabkan arus listrik. Dengan demikian, impuls saraf akan

21

terhantar sepanjang akson. Setelah impuls terhantar, bagian yang mengalami


depolarisasi akan meng alami fase istirahat kembali dan tidak ada impuls yang
lewat. Waktu pemulihan ini dinamakan fase refraktori atau undershoot.

2.
2.
Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron
lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk
tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur
kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula
sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron prasinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis
disebut post-sinapsis.
Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan
melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan
neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia
yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di
seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin
serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati
celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran postsinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel
saraf berikutnya.
Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan
oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.

22

2.3 Fungsi- fungsi Fisiologi yang terjadi yang diawali perubahan kelektrikan membran
sel
20% dari potensial membran secara langsung dihasilkan oleh pompa Na- + K+
mekanisme ini memompa keluar 3Na+ untuk setiap 2K+ yang dibawanya masuk ke sel.
Karena Na+ dan K+ adalah ion+ maka transport menjadi tidak seimbang sehingga
menimbulkan potensial membran. Membran luar menjadi lebih positif dari pada
bagian dalam. 80% sisanya terdifusi pasif oleh K+ dan Na+. Karena itu, sebagian besar
Na+ dan K+ menghasilkan potensial membran bersifat tak langsung.
A. Efek Perpindahan Kalium saja pada potensial membrane: Potensial
Keseimbangan K
Gradient konsentrasi K cendrung memindahkan ion keluar sel karena
membrane permeable terhadap K maka ion cepat menembus membrane
sewaktu berpindah keluar ion membawa muatan positif keluar sehingga
muatan positif berada diluar. Sewaktu perpindahan keluar muatan negative
akan tinggal didalam karena anion protein besar sehingga tidak dapat
berdifusi meskipun gradient konsentrasinya besar sehingga terbentuk
potensial membrane. Karena akan terbentuk gradient listrik maka K yang
bermuatan positif akan tertarik kedalam sel. Sedangkan gradient konsentrasi
mendorong K keluar sel sehingga terdapat dua gaya yang bekerja pada K.
B. Efek perpindahan Natrium saja pada potensial membrane: Potensial
Keseimbangan Na
Gradient konsentrasi Na akan memindahkan ion kedalam sel
menyebabkan timbulnya muatan positif didalam sel dan meninggalkan
muatan negative diluar. Perpindahan ini akan berlanjut hingga tercapainya
23

keseimbangan akibat terbentuknya gradient listrik yang berlawanan yang


sama besarnya dengan gradient konsentrasi.
C. Efek bersama Kalium dan Natrium pada Potensial Membran
Semakin besar permeabilitas membrane terhadap ion maka semakin
besar kecendrungan ion tersebut mendorong potensial membrane kearah
potensial keseimbangann potensial ion tersebut. Karena membrane dalam
keadaan istirahat 50-7- kali lebih permeable terhadap K dari pada Na maka K
lebih mudah menembus membrane dari pada Na.

2.4

Aplikasi Potensial Membran dan potensi Aksi


A. POTENSIAL AKSI JANTUNG

Aktivitas Listrik Jantung


Untuk dapat memompa darah, jantung harus berkontraksi yang dicetuskan

oleh potensial aksi yang menyebar melalui membran sel sel otot. Jantung
berkontraksi secara berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri,
disebut sebagai otoritmisitas.
Terdapat dua jenis sel otot jantung :
1. Sel kontraktil (99 %) merupakan sel yang memiliki fungsi mekanik (memompa
darah), dalam keadaan normal tidak dapat menghasilkan sendiri potensial
aksinya.
2. Sel otoritmik berfungsi mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang
bertanggung jawab untuk kontraksi sel sel pekerja. Sel otoritmik ini dapat
ditemukan di lokasi lokasi berikut :

Nodus sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan


dekat muara vena cava superior

Nodus atrioventrikel (AV), terletak di dasar atrium kanan dekat septum,


tepat di atas hubungan antara atrium dan ventrikel

24

Berkas His (berkas atrioventrikel), suatu jaras sel sel khusus yang
berasal dari nodus AV dan masuk ke septum interventrikular. Pada
septum interventrikular jaras ini bercabang dua (kanan dan kiri),
kemudian berjalan ke bawah melalui septum, melingkari ujung
ventrikel dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar.

Serat Purkinje, merupakan serat terminal halus yang berjalan dari


berkas His dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel.

Sel sel otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat melainkan


mereka memiliki aktivitas pacemaker yaitu depolarisasi yang terjadi secara
perlahan pada membrane sel sel tersebut hingga mencapai ambang dan
kemudian menimbulkan potensial aksi. Penyebab terjadinya depolarisasi ini
diperkirakan sebagai akibat dari :
1. Arus keluar K+ yang berkurang diirngi dengan arus masuk Na+ yang
konstan membrane terhadap K+ menurun antara potensial
potensial aksi, karena saluran K+ diinaktifkan sehingga aliran keluar
ion positif menurun. Sementara itu, influks pasif Na+ dalam jumlah
kecil tidak berubah akibatnya bagian dalam membrane menjadi
lebih positif dan secara bertahap mengalami depolarisasi hingga
mencapai ambang.
2. Peningkatan arus masuk Ca2+, Setelah mencapai ambang dan
saluran Ca2+ terbuka, terjadi influks Ca2+ secara cepat
menimbulkan fase naik dari potensial aksi spontan.

25

Sel sel otoritmik berbeda kecepatannya untuk menghasilkan


potensial aksi karena terdapat perbedaan kecepatan depolarisasi. Sel
sel jantung yang terletak di nodus SA memiliki kecepatan
pembentukan potensial aksi tertinggi. Sekali potensial aksi timbul
di salah satu sel otot jantung, potensial aksi tersebut akan menyebar
ke seluruh miokardium melalui gap junction dan penghantar

khusus.
Penjalaran Impuls Jantung ke Seluruh Jantung
Potensial aksi dimulai di nodus SA kemudian menyebar ke seluruh jantung. Agar

jantung berfungsi secara efisien, penyebaran eksitasi harus memenuhi 3 kriteria :


1. Eksitasi dan kontraksi atrium harus selesai sebelum kontraksi ventrikel dimulai.
2. Eksitasi serat serat otot jantung harus dikoordinasi untuk memastikan bahwa
setiap bilik jantung berkontraksi sebagai suatu kesatuan untuk menghasilkan daya
pompa yang efisien. Apabila serat serat otot di bilik jantung tereksitasi dan
berkontraksi secara acak, tidak simultan dan terkoordinasi (fibrilasi) maka darah
tidak akan dapat terpompa.
3. Pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus secara fungsional terkoordinasi,
sehingga kedua pasangan tersebut berkontaksi secara simultan. Hal ini
memungkinkan darah terpompa ke sirkulasi paru dan sistemik Eksitasi atrium.
Suatu potensial aksi yang berasal dari nodus SA pertama kali menyebar ke kedua
atrium, terutama dari sel ke sel melalui gap junction. Selain itu, terdapat jalur
penghantar khusus yang mempercepat penghantaran impuls dari atrium, yaitu :
a. Jalur antaratrium, berjalan dari nodus SA di atrium kanan ke atrium kiri.
b. Jalur antarnodus, berjalan dari nodus SA ke nodus AV. Karena atrium dan
ventrikel dihubungkan oleh jaringan ikat yang tidak menghantarkan listrik,
maka satu satunya cara agar potensial aksi dapat menyebar ke ventrikel
adalah dengan melewati nodus AV.
Transmisi antara Atrium dan Ventrikel. Potensial aksi dihantarkan relative
lebih lambat melalui nodus AV. Kelambanan ini memberikan waktu untuk

26

memungkinkan atrium mengalami depolarisasi sempurna dan berkontraksi


sebelum depolarisasi dan kontraksi ventrikel terjadi. Hal ini bertujuan agar
ventrikel dapat terisi sempurna. Eksitasi ventrikel. Setelah perlambatan itu,
kemudian impuls dengan cepat berjalan melalui berkas His dan ke seluruh
miokardium ventrikel melalui serat serat purkinje. Sistem penghantar ventrikel
lebih terorganisasi dan lebih penting daripada jalur antaratrium dan antarnodus,
karena massa ventrikel jauh lebih besar daripada massa atrium.
Gelombang rangsang listrik jantung tersebar dari nodus SA melalui sistem
penghantar menuju miokardium untuk merangsang kontraksi otot. Rangsangan
listrik ini dikenal dengan depolarisasi, yang diikuti pemulihan listrik kembali yang
disebut repolarisasi. Respon mekaniknya adalah sistolik yaitu kontraksi otot dan
diastolik yaitu relaksasi otot. Aktifitas listrik dari sel yang dicatat secara grafik
dengan perantaraan elektroda intrasel mempunyai bentuk yang khas. Ini disebut
potensial aksi. Tiga ion yang mempunyai fungsi sangat penting dalam
elektrofisiologi seluler adalah kalium, natrium dan kalsium. Kalium adalah kation
intrasel utama sedangkan kadar ion natrium dan kalsium paling tinggi pada
lingkungan ekstrasel.

Potensial aksi terdiri dari 5 fase yang sesuai dengan peristiwa elektrofisiologi tertentu
yakni sebagai berikut:
1. Fase istirahat / fase 4 :
Pada keadaan istirahat, bagian dalam sel relatif negatif
sedangkan bagian luarnya relatif positif. Dengan demikian sel tersebut
mengalami depolarisasi. Dalam keadaan istirahat membran sel lebih
permeabel terhadap kalium dibandingkan dengan natrium. Karena itu
sejumlah kecil ion kalium merembes keluar sel dari daerah yang
mempunyai kadar kalium yang tinggi menuju cairan ekstrasel dimana
kadar kalium lebih rendah. Dengan hilangnya ion kalium yang
bermuatan positif dalam sel maka muatan listrik bagian dalam sel
tersebut relatif negatif.
2. Depolarisasi cepat / fase 0 (upstroke)
Depolarisasi sel terjadi akibat permeabilitas membran terhadap
natrium sangat meningkat. Natrium yang terdapat di luar sel mengalir
cepat masuk ke dalam. Masuknya ion natrium yang bermuatan positif

27

mengubah muatan negatif sepanjang membran sel, sehingga bagian luar


sel menjadi negatif sedangkan bagian dalamnya menjadi positif.
3. Repolarisasi parsial / Fase-1 (spike)
Segera sesudah depolarisasi maka terjadi sedikit perubahan
mendadak dari kadar ion dan timbul suatu muatan listrik relatif.
Tambahan muatan negatif di dalam sel menyebabkan muatan positifnya
agak berkurang. Sebagai efeknya sebagian dari sel itu mengalami
repolarisasi. Secara normal kadar klorida ekstrasel lebih besar dari
intrasel. Disini jumlah natrium berkurang sedangkan jumlah klorida
bertambah sehingga klorida akan masuk kedalam sel. Akibatnya
peristiwa potensial pada membrane lebih bertambah besar dan bagian
dalam sel lebih negative.
4. Fase Plateau / Fase 2
Selama fase ini, tidak terjadi perubahan muatan listrik melalui
membran sel. Jumlah bermuatan positif yang masuk dan yang keluar
berada dalam keseimbangan. Plateau terutama disebabkan oleh aliran
ion kalsium ke dalam sel secara perlahan-lahan. Normal kadar kalsium
ekstrasel lebih besar dari kalium intrasel. Disini terjadi peningkatan
jumlah K dan Ca dimana Ca++ masuk kedalam sel. Masuknya Ca++
kedalam sel diimbangi dengan keluarnya kalium dari sel, sehingga
terjadi perubahan potensial membran. Masuknya kalsium kedalam sel
merupakan suatu trigger terjadinya kontraksi otot jantung.
5.

Fase Repolarisasi cepat / Fase 3


Merupakan repolarisasi cepat ke membran potensial istirahat
(MPI). Selama repolarisasi cepat maka aliran muatan kalsium dan
natrium ke dalam sel secara lambat diinaktifkan dan permeabilitas
membran terhadap kalium sangat meningkat. Kalium keluar dari sel
dengan demikian mengurangi muatan positif di dalam sel. Bagian
dalam sel akhirnya kembali ke keadaan yang relatif negatif dan bagian
luar sel kembali keadaan yang relatif positif.

28

BAB III
PENUTUP
1.2 Kesimpulan
Membran sel adalah selaput yang terletak paling luar dan tersusun dari senyawa kimia

lipoprotein (gabungan dari senyawa lemak atau lipid dengan senyawa protein).
Transport zat melalui membran sel yakni :
1. Difusi
2. Osmosis
3. Difusi Terfasilitasi
4. Pompa Kalium-Natrium
5. Endositosis
6. Eksositosis
Potensial membran (bahasa Inggris: membrane potential, ) adalah beda potensial
elektrik antara dinding sebelah luar dan sebelah dalam dari suatu membran sel yang

29

berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di

dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di luarnya).


Sel saraf yang sedang beristirahat, seperti sel lain dalam tubuh, mempertahankan
perbedaan potensial listrik (voltase) pada membran sel di antara bagian dalam sel dan

cairan ekstraselular di sekeliling sel.


Potensi Aksi merupakan merupakan perubahan cepat pada potensial membran yang
menyebar secara cepat di sepanjang membran serabut saraf.
Komponen potensial aksi yaitu :
a. Kanal natrium bergerbang voltase
b. Aktivasi
c. Inaktivasi
d. Kanal kalium bergerbang voltase
Urutan tahap potensial aksi yaitu :
a. Tahap Polarisasi(Istirahat)
b. Tahap Depolarisasi
c. Tahap Repolarisasi
d. Hiperpolarisasi
Impuls adalah rangsang atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa

elektrik yang menjalari serabut saraf.


Mekanisme Penghantar Impuls Saraf ada 2 yakni:
1. Penghantaran Impuls Saraf melalui Membran Plasma
2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Fungsi- fungsi Fisiologi yang terjadi yang diawali perubahan kelektrikan membran
sel:
1. Efek Perpindahan Kalium saja pada potensial membrane: Potensial
Keseimbangan K
2. Efek perpindahan Natrium saja pada potensial membrane: Potensial

Keseimbangan Na
3. Efek bersama Kalium dan Natrium pada Potensial Membran
Potensial aksi pada jantung terdiri dari 5 fase yang sesuai dengan peristiwa
elektrofisiologi tertentu yakni sebagai berikut:
1. Fase istirahat / fase 4
2. Depolarisasi cepat / fase 0 (upstroke)
3. Repolarisasi parsial / Fase-1 (spike)
4. Fase Plateau / Fase 2
5. Fase Repolarisasi cepat / Fase 3

30

DAFTAR PUSTAKA

http://blogkputih.wordpress.com/2011/11/16/potensial-aksi/
Diakses pada Rabu, 16 November 2011
http://sandurezu.wordpress.com/2010/01/01/aktifitas-elektrik-jantung/

Diakses pada 01 Januari 2010


http://kopikola.wordpress.com/2011/04/02/fisiologi-jantung/

Diakses pada 02 April 2011


http://muslimahsakura90.wordpress.com
Diakses tanggal 25 November 2012.
http://faedah-fms03.blogspot.com/potensi-aksi/
Diakses pada sabtu, 6 Oktober 2012
http://senjadisoreitu.blogspot.com/2011/08/sistem-saraf.html
Diakses pada 08 Februari 2011
http://systembiosaraf.wordpress.com/2010/04/11/impuls/
Diakses pada 04 November 2011
http://oktavianipratama.wordpress.com/science/biology/sistem-syarafpada-manusia/
Diakses pada 12 April 2013
http://biologi.fst.unair.ac.id
Diakses pada 05 Mei 2010

31

Anda mungkin juga menyukai