REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Semoga buku ini bermanfaat bagi penanggulangan krisis akibat bencana di
Indonesia dan bagi peningkatan kesejahteraan Rakyat Indonesia.
Negara Republik Indonesia terletak di daerah rawan bencana. Berbagai jenis
Jakarta,S Desember 2011
MENTERI KESEHATAN Rl
~.
ii
iii
..-
Puj; syukur kehadirat Allah SWT karena atas perkenan-Nya, Buku Pedoman
Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Revisi pedoman yang melibatkan lintas program
maupun lintas seldor telah melewati beberapa tahapan proses.
Kegiatan penanggulangan bencana, dimulai dari kegiatan pencegahan
mitigasi dan kesiapsiagaan yang dilakukan pada fase pra-bencana; kegiatan
tanggap darurat pada saat bencana; dan fase pemulihan sebagai masa
transisi menuju ke keadaan normal yang didukung oleh kegiatan pemantauan
dan pengumpulan informasi sehingga menuntut sebuah pedoman teknis yang
praktis, komprehensif dan mudah digunakan oleh para pelaku yang berperan
di dalamnya. OJ sisi lain, bencana dengan segala karakteristiknya merupakan
peristiwa yang juga selalu menuntut pembelajaran dari hari ke hari, tidak
terkecuali untuk Indonesia yang telah sejak lama menyandang predikat
sebagai negara supermarket bencana. Selain itu dengan adanya UU No. 24
tahun 2007 yang menempatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) sebagai koordinator penanggulangan bencana di Indonesia, turut
mengubah mekanisme penanggulangan bencana menjadi lebih terintegrasi
dan terkoordinasi. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan berbagai
perkembangan yang terjadi saat ini, baik dari segi peraturan maupun
mekanisme penanggulangan bencana, maka buku Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana yang ada saat ini dipandang
perlu untuk di revisi dalam rangka meningkatkan upaya penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana.
Kami mengucapkan terima kasih kepada unit-unit terkait di lingkungan
Kementerian Kesehatan, Unit Pelaksana Teknis, kalangan profesional, WHOEHA (Emergency and Humanitarian Action) dan semua pihak yang telah
membantu memberik.an masukan dan saran dalam penyempurnaan buku
pedoman ini.
;v
Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bekerja
dalam penanganan krisis kesehatan, khususnya bagi para pelaksana di jajaran
kesehatan, lembaga donor, LSM/NGO nasional dan internasional.
Mudjiharto, SKM, MM
v;
vii
DAFTARTABEL
Tabel2.1
KarakteristikBencana
10
Tabel2.2
KlasteryangadadiIndonesiabesertaorganisasiketuadananggotanya
17
Tabel2.3
25
Tabel2.4
Jenisobatdanjenispenyakitsesuaidenganjenisbencana
28
Tabel3.1
Jenispenyakit,obat,danperbekalankesehatanpadatahaptanggapdarurat
berdasarkanbencana
127
Tabel3.2
ContohObatuntukPosKesehatandanPustu
dengantenagamedisdanparamedis
129
ix
DAFTARGAMBAR
Gambar2.1
SiklusPenangananBencana
Gambar2.2
13
Gambar2.3
HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan
14
Gambar2.4
PetaLokasiPPKRegional
15
Gambar2.5
Alurpenyampaianinformasiprabencana
30
Gambar2.6
Alurpenyampaiandankonfirmasiinformasiawalkejadianbencana
31
Gambar2.7
Alurpenyampaianinformasipenilaiancepatkesehatan
34
Gambar2.8
37
Gambar3.1
Pembagianareakerja
47
Gambar3.2
Pospelayananmedisdepan
51
Gambar3.3
Pospelayananmedislanjutanstandar
52
Gambar3.4
Alurevakuasikorbandengansistemnoria
53
Gambar3.5
Permintaandanpendistribusianobatdanperbekalankesehatan
123
Gambar3.6
Alurpelaporantahaptanggapdarurat
126
DAFTARGAMBAR
Gambar2.1
SiklusPenangananBencana
Gambar2.2
13
Gambar2.3
HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan
14
Gambar2.4
PetaLokasiPPKRegional
15
Gambar2.5
Alurpenyampaianinformasiprabencana
30
Gambar2.6
Alurpenyampaiandankonfirmasiinformasiawalkejadianbencana
31
Gambar2.7
Alurpenyampaianinformasipenilaiancepatkesehatan
34
Gambar2.8
37
Gambar3.1
Pembagianareakerja
47
Gambar3.2
Pospelayananmedisdepan
51
Gambar3.3
Pospelayananmedislanjutanstandar
52
Gambar3.4
Alurevakuasikorbandengansistemnoria
53
Gambar3.5
Permintaandanpendistribusianobatdanperbekalankesehatan
123
Gambar3.6
Alurpelaporantahaptanggapdarurat
126
DAFTARISTILAH
AngkaKematianIbu(AKI):kematianperempuanpadasaat
hamil atau selama 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya
atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab
sebablain,per100.000kelahiranhidup.
Antipiretik:obatpenurundemam.
xi
Daerahrawanbencana:Suatudaerahyangmemilikirisiko
tinggi terhadap suatu bencana akibat kondisi
geografis, geologis, dan demografis serta akibat
ulahmanusia.
Diare:Buangairlembekatauencerbahkanberupaairsaja
lebihseringdaribiasanyadanmerupakanpenyakit
yangsangatberbahayaterutamabagibalita.
Diaredisertaidarah(bloodydiarrhea):Buangairbesarlebihdari
tigakaliselama24jamdengankonsistensitinja lembek
Endemis:suatukeadaandimanasuatupenyakitatauagen
infeksi tertentu secara terus menerus ditemukan
disuatu wilayah tertentu, bisa juga dikatakan
sebagai suatu penyakit yang umum ditemukan
disuatuwilayah.
xiii
xiv
ISPAnonpneumonia:Batukataupilekdisertaidemam<2
minggu.
Keadaankritisgizi(riskysituation):Keadaanyangditandai
denganprevalensigizikurangbalitapengungsilebih
besaratausamadengan1014,9%,atau59,9%dan
disertaifaktorpemburuk.
xv
Kesiapsiagaan:Serangkaiankegiatanyangdilakukanuntuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
sertamelaluilangkahyangtepatgunadanberdaya
guna.
muntahdandiare,nyerikepala,nyeripunggung,dan
penyakitinfeksilainnyadapatdikesampingkan.
Malariaklinis(clinicalmalaria):
Demam atau ada
riwayat demam disertai gejala menggigil, mual,
Masa
inkubasi:waktu
berlalu
antara
paparan
suatupatogenorganisme,
suatu
bahan
kimiaatauradiasi, dan ketikagejaladan tandatanda
yangpertamajelas.
Neonatal:bayiyangberumur028hari
xvii
xviii
Obatesensial:Obatyangdiperlukandanseringdigunakan.
PONED : PelayananObsterikdanNeonatalEmergensiDasar,
meliputikemampuanuntukmenanganidanmerujuk:
a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
xix
PusatPenanggulanganKrisis(PPK)Regional:Unitfungsional
di daerah yang ditunjuk untuk mempercepat dan
mendekatkan fungsi bantuan pelayanan kesehatan
dalam penanggulangan kesehatan pada kejadian
bencana.
Penilaianrisiko:
Suatu evaluasi terhadap semua unsur
yang berhubungan dengan pengenalan bahaya serta
dampaknyaterhadaplingkungantertentu.
xx
PenanggulanganBencana:Serangkaianupayayangmeliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggapdaruratdanrehabilitasi.
Penanggulangankrisiskesehatanakibatbencana:
Serangkaian kegiatan bidang kesehatan untuk
mencegah, menjinakkan (mitigasi) ancaman/bahaya
yang berdampak pada aspek kesehatan masyarakat,
mensiapsiagakan
sumber
daya
kesehatan,
menanggapikedaruratankesehatan,danmemulihkan
membangun
kembali
(rehabilitasi),
serta
(rekonstruksi) infrastruktur kesehatan yang rusak
akibat bencana secara lintasprogram dan lintas
sektor.
xxi
Peringatandini:Serangkaiankegiatanpemberianperingatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat
olehlembagayangberwenang.
Pneumonia:
Proses infeksi akut yang mengenai
jaringanparuparu(alveoli).
Psikoedukasi: Sebuah sub disiplin ilmu piskologi yang
berkaitandenganteoridanmasalahkependidikan
xxiii
xxiv
SistemPeringatanDini:
Sistem (rangkaian proses)
pengumpulan dan analisis data serta diseminasi
informasitentangkeadaandaruratataukedaruratan.
xxv
Suspekdemamberdarahdengue/DBD(denguehemorrhagic
fever): Demam tinggi mendadak, berlangsung terus
menerusselama>2hari,disertaisalahsatuataulebih
gejala antara lain, uji torniquet positif; petekia,
ekimosis purpura; perdarahan mukosa, epitaksis,
perdarahangusi;hematemesis;danmelena.
xxvi
Tanggap darurat bencana: Serangkaian kegiatan yang
dilakukandengansegerapadasaatkejadianbencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda , pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan,sertapemulihansaranadanprasarana.
Tersangkahepatitis(suspectedhepatitis):Penderitadengan
warnakuningpadaskleramatanya.
TimBantuanKesehatan:
Tim yang diberangkatkan
untuk menangani masalah kesehatan berdasarkan
laporanTimRHA.
xxvii
Triase:Pengelompokankorbanyangdidasarkanatasberat
ringan
trauma/penyakit
serta
kecepatan
penanganan/pemindahannya.
DAFTARISI
SambutanMenteriKesehatanRepublikIndonesia
KataPengantar
UcapanTerimakasih
SambutanPerwakilanWHOIndonesia
DaftarTabel
DaftarGambar
DaftarIstilah
DaftarIsi
I
PENDAHULUAN
1.
LatarBelakang
2.
Tujuan
3.
Sasaran
4.
DasarHukum
II MANAJEMENPENANGGULANGANKRISISKESEHATAN
1.
KonsepDasardanKarakteristikBencana
1.1. Konsepdasarmanajemenpenanggulanganbencana
1.2. Karakteristikbencana
2.
KebijakanPenangananKrisisKesehatan
2.1. Pengorganisasian
a. Tingkatpusat
b. Tingkatdaerah
2.2. Mekanismepengelolaanbantuan
a. Sumberdayamanusia
b. Obatdanperbekalankesehatan
c. PengelolaanbantuanSDMinternasional
d. Pengelolaandonasiobatdaridonorinternasional
2.3. PengelolaanDatadanInformasiPenanggulanganKrisis
a. Informasiprabencana
b. Informasisaatdanpascabencana
III PELAYANANKESEHATANSAATBENCANA
1. PelayananKesehatanKorban
1.1. Pusatpengendalioperasikesehatan
1.2. Tahappenyiagaan
1.3. Tahapupayaawal(initialaction)
1.4. Tahaprencanaoperasi
a. Menyusunrencanaoperasi
b. Keselamatan
1.5. Tahapoperasitanggapdaruratdanpemulihandarurat
i
iii
v
vii
ix
x
xi
xxix
1
1
4
4
4
6
6
6
9
11
11
12
19
20
20
23
24
25
29
29
30
39
39
39
41
42
43
43
44
45
xxix
IV
a. Pencariandanpenyelamatan
b. Triase
c. Pertolonganpertama
d. Prosespemindahankorban
e. Perawatandirumahsakit
f. Evakuasiposmedissekunder
2. PelayananKesehatanPengungsi
2.1. Pengendalianpenyakitdanpenyehatanlingkungan
a. Surveilanspenyakitdanfaktorresiko
b. Proseskegiatansurveilans
c. Imunisasi
d. Pengendalianvektor
e. Pencegahandanpengendalianpenyakit
2.2. Airbersihdansanitasi
a. Airbersih
b. Pembuangankotoran
c. Sanitasipengelolaansampah
d. Pengawasandanpengamananmakanandanminuman
2.3. Pelayanankesehatangizi
a. Surveilansgizidarurat
b. Penanganangizidarurat
c. PemberianMakananBayidanAnak(PMBA)usia024bulan
2.4. Pengelolaanobatbencana
a. Tahapkesiapsiagaan
b. Tahaptanggapdarurat
c. Tahaprehabilitasidanrekonstruksi
d. Evaluasi
2.5. Kesehatanreproduksidalamsituasidaruratbencana
2.6. Penanganankesehatanjiwa
a. Fasekedaruratanakut
b. Faserekonsiliasi
c. Faserekonsolidasi
45
47
49
52
54
60
60
60
61
63
67
68
70
97
97
103
104
105
107
107
108
114
120
120
121
130
131
133
140
140
143
146
PENATALAKSANAANKORBANMATI
1. ProsesDisasterVictimIdentification
1.1. Fase1:faseTKP
1.2. Fase2:fasepostmortem
1.3. Fase3:faseantemortem
1.4. Fase4:faserekonsiliasi
1.5. Fase5:fasedebriefing
2. MetodedanTeknikIdentifikasi
151
151
151
153
155
155
156
156
xxx
3.
4.
5.
6.
PrinsipIdentifikasi
SetelahKorbanTeridentifikasi
JikaKorbanTakTeridentifikasi
BeberapaHalPentingBerkaitandenganTataLaksana
V MONITORINGDANEVALUASI
DAFTARPUSTAKA
LAMPIRAN
158
158
159
160
162
xxxi
BABI
PENDAHULUAN
1. LatarBelakang
Indonesiamemilikikondisigeografis,geologis,hidrologis,dandemografisyang
memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor
nonalam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa
manusia,kerusakanlingkungan,kerugianhartabenda,dandampakpsikologisyang
dalamkeadaantertentudapatmenghambatpembangunannasional.
Wilayah Indonesia secara geografis dan geologis dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng
tektonik,yaitu:lempengEuroasia,Australia,Pasifik,danFilipina.
b. terdapat130gunungapiaktifdiIndonesiayangterbagidalamTipeA,TipeB,dan
Tipe C. Gunung api yang pernah meletus sekurangkurangnya satu kali sesudah
tahun1600danmasihaktifdigolongkansebagaigunungapitipeA,tipeBadalah
gunung api yang masih aktif tetapi belum pernah meletus sedangkan tipe C
adalahgunungapiyangmasihdiindikasikansebagaigunungapiaktif.
c. terdapatlebihdari5.000sungaibesardankecilyang30%diantaranyamelewati
kawasan padat penduduk dan berpotensi terjadinya banjir, banjir bandang dan
tanahlongsorpadasaatmusimpenghujan.
BeberapakejadianbencanabesardiIndonesiaantaralain:
a. Gempa bumi dan tsunami. Gempa bumi dan tsunami terbesar terjadi pada
tanggal 26 Desember 2004, melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
sebagian wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah korban yang sangat
besar,yaitu120.000orangmeninggal,93.088oranghilangdan4.632orangluka
luka.Kemudianpadatanggal17Juli2006,peristiwayangsamakembalimelanda
pantai Selatan Jawa (Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Banjar, Cilacap,
Kebumen, Gunung Kidul dan Tulung Agung) yang menelan korban 684 orang
meninggaldunia,82orang oranghilangdankorbandirawat inapsebanyak477
orangdari 11.021orangyanglukaluka.Empattahunkemudian,tepatnya pada
1
25 Oktober 2010, peristiwa gempa bumi dan tsunami kembali terjadi di Kab.
MentawaiProvinsiSumateraBaratdenganjumlahkorbansebanyak509orang;
b. Gempa bumi. Gempa bumi Nias, Sumatera Utara terjadi pada 28 Maret 2005
denganjumlahkorbanmeninggal1745orang,korbanhilang25orangdankorban
lukalukasebanyak1.987orang.Setahunkemudian,tepatnyapada27Mei1976
gempa bumi kembali mengguncang DI Yogyakarta dan Jawa Tengah yang
menelankorbansebanyak5.778orangmeninggal,26.013orangrawatinapdan
125.195 orang rawat jalan. Kemudian pada 30 September 2009, gempa bumi
Sumatera Barat dengan kekuatan 7,6 Skala Richter kembali lagi terjadi di lepas
pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB mengakibatkan korban
meninggalduniasebanyak1.117orang,korbanlukaberatsebanyak 788orang,
korbanlukaringansebanyak2.727orangdanpengungsisebanyak2.845orang.
Selainitu,sebanyak279.201unitrumahmengalamikerusakan.Saranakesehatan
yang rusak sebanyak 292 unit, terdiri dari 10 rumah sakit, 53 puskesmas, 137
pustu, 6 kantor dinas, 15 polindes/poskesdes, 2 gudang farmasi dan 69 rumah
dinas;
c. Ledakan bom. Ledakan bom Bali I 12 Oktober 2002, ledakan bom Bali II 1
Oktober2005danledakanbomdiwilayahJakarta(bomGerejaSantaAnnadan
HKBP 22 Juli 2001, bom Plaza Atrium Senen 23 September 2001, bom sekolah
Australia 6 November 2001, bom tahun baru Bulungan 1 Januari 2002, bom
kompleks Mabes Polri Jakarta 3 Februari 2003, bom bandara SoekarnoHatta
Jakarta 27 April 2003, bom JW Marriott 5 Agustus 2003, bom Pamulang
Tangerang8Juni2005,bomdiHotelJWMarriottdanRitzCarltonJakarta17Juli
2009) mengakibatkan permasalahan kesehatan yang juga berdampak kepada
aspeksosial,politik,ekonomi,hukumdanbudayadiIndonesia;
d. Letusan gunung berapi. Letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah 15 Mei 2006
mengakibatkan 4 orang meninggal, 5.674 orang pengungsian dengan
permasalahan kesehatannya. Meletusnya Gunung Merapi di Provinsi Jawa
TengahdanDIYogyakarta25Oktober2010,mengakibatkankorbanmeningggal
duniasebanyak347orang yangterdiridari 249orangdiProvinsi DI Yogyakarta
dan98orangdiProvinsiJateng,korbanrawatinapsebanyak258orang,korban
rawatjalansebanyak52.272orangdanjumlahpengungsisebanyak61.154jiwa
2
yang tersebar di 550 titik. Adapun fasilitas kesehatan yang rusak sebanyak 65
unit;
e. Kegagalan teknologi. Kasus kegagalan teknologi yang pernah terjadi adalah
ledakanpabrikpupukPetroWidadaGresikpadatanggal20Januari2004dengan
jumlahkorbanmeninggal2orangdan70oranglukabakar;
f. Banjir lumpur panas. Banjir lumpur panas yang sampai kini masih menjadi
permasalahandiIndonesiasejak29Mei2006adalahlumpurlapindodiSidoarjo
di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc, Dusun Balongnongo, Desa
Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur yang
mengakibatkanpengungsiansebanyak10.574jiwa;
g. Banjir bandang. Banjir bandang di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua
Barat 4 Oktober 2010, mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 161
orang, korban rawat inap 36 orang, pulang sembuh 129 orang, korban rawat
jalan 5.154 orang, dan pengungsi sebanyak 7.950 jiwa yang tersebar di empat
kabupaten/kota di Prov. Papua Barat dan satu kabupaten di Provinsi Papua.
Adapunfasilitaskesehatanyangrusaktercatatsebanyak42unit;
h. Konflik.Sejakawaltahun1999telahterjadikonflikvertikaldankonflikhorizontal
di Indonesia, ditandai dengan timbullnya kerusuhan sosial, misalnya di Sampit
Sambas,KalimantanBarat,Maluku,Aceh,Poso,Sulawesi,NusaTenggaraTimur,
Papua, Tarakan dan berbagai daerah lainnya yang berdampak pada terjadinya
pengungsianpenduduksecarabesarbesaran.
e. keterbatasan sumber daya yang akan dikirim maupun yang tersedia di daerah
bencana;
f. pengelolaanbantuanlokalmaupuninternasionalyangbelumbaik.
Oleh karena itu perlu adanya standar bagi petugas kesehatan, LSM/NGO
nasional maupun internasional, lembaga donor dan masyarakat yang bekerja atau
berkaitandalampenanganankrisiskesehatan.
2. Tujuan
Tujuanumum:
Memberikanacuanbagipetugaskesehatandalampenanganankrisiskesehatan.
Tujuankhusus:
1. tersedianya standar teknis pelayanan kesehatan dalam penanganan krisis
kesehatan;
2. tersedianya standar pengelolaan bantuan kesehatan, data dan informasi
penanganankrisiskesehatan.
3. Sasaran
Seluruhpetugasdijajarankesehatan,lembagadonor,LSM/NGOnasionaldan
internasional serta pihak lain yang bekerja/berkaitan dalam penanganan krisis
kesehatan.
4. DasarHukum
a. Undangundang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4723);
b. Undangundang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun2009Nomor144,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor
5063);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3637);
Ketiga
atas
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
Keputusan
Bersama
Menteri
Kesehatan
dan
Kapolri
Nomor
KeputusanMenteriKesehaanNomor205/Menkes/SK/III/1999tentangProsedur
PermintaanBantuandanPengirimanBantuan
BABII
MANAJEMENPENANGGULANGANKRISISKESEHATAN
1. KonsepDasardanKarakteristikBencana
1.1. Konsepdasarmanajemenpenanggulanganbencana
penanggulangan
bencana
adalah
pengelolaan
Gambar2.1.SiklusPenanggulanganBencana
Tanggap
Darurat
Kesiapsiagaan
Mitigasi
PraBencana
SaatBencana
Pencegahan
PascaBencana
Rekonstruksi
Pemulihan
Berbagaiupayapenanggulanganbencanayangdapatdilakukanpada
setiaptahapdalamsiklusbencanaantaralain:
a. pencegahandanmitigasi;
Upaya ini bertujuan menghindari terjadinya bencana dan
mengurangirisikodampakbencana.Upayaupayayangdilakukanantara
lain:
1) penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan
standar;
2) pembuatanpetarawanbencanadanpemetaanmasalahkesehatan
3) pembuatanbrosur/leaflet/poster
4) analisisrisikobencana
5) pembentukantimpenanggulanganbencana
6) pelatihandasarkebencanaan
7) membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis
masyarakat.
b. kesiapsiagaan;
Upaya
kesiapsiagaan
dilaksanakan
untuk
mengantisipasi
c. tanggapdarurat;
menyelamatkannyawadanmencegahkecacatan.Upayayangdilakukan
antaralain:
1) penilaiancepatkesehatan(rapidhealthassessment);
2) pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana
kesehatan;
3) pemenuhankebutuhandasarkesehatan;
4) perlindunganterhadapkelompokrisikotinggikesehatan.
d. pemulihan.
1) perbaikanlingkungandansanitasi;
2) perbaikanfasilitaspelayanankesehatan;
3) pemulihanpsikososial;
4) peningkatanfungsipelayanankesehatan;
1.2. Karakteristikbencana
Setiapjenisbencanamemilikikarakteristikdansangatberkaitanerat
denganmasalahyangdapatdiakibatkannya.Denganmengenalkarakteristik
setiap ancaman, kita dapat mengetahui perilaku ancaman tersebut dan
menyusun langkahlangkah pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan
termasuk dalam penyusunan rencana operasional saat terjadi bencana.
Berikutbeberapakarakteristikjenisbencana:
,,
"
3~
,'
,o
"
o
; ';
n, ~
"'-~"'-"~"l31-;;:
!~ _S-~3"l3 "'''!.
"i
.. g ~1:;-~
ii'
!I~~3~
;;"1,
"l1--~1(
'
~
f:
:-
,..-
;io~~ ;-~L'i
O~_"3"'-g.
,"lo1(~"l
"
,.,3 3
<II
:0.
~
~
"
~ ~ ~ ;,.~~::
.;
"' ..
''l!JSII-
-or
c.
"' ;::;.!fI:1-
3"'~"l
~ "- ,,
-
",-
,",
-<
!I!
..-~
~~- ;-i~"!.,.,
~
_.~,,~
"'
o,,:
.:!"
COO
.,.III
!-"'''''
-
0;:
II~
III
"'''-0''-3''''''''11- 0 1-''''''
,g"l,g;II-;lI~!I!~:;:,giii
~~II- ~'!"l"'!l~:':.
iII-!l
~ " 3sC.ii"I-~"l:~"l~"l",'!13_"' -
3",-.>: _ "l'--~~.:':!.
~"ll- ;"!I","'-.~'i
,-,
o e
--
"
"-"'-!l~
"
",-~"3
"
'" ..
;-~~~"l~~
,
,
,[
'" ~
"
"
i- - .;:
,
<II
o
!II'-~
"
~ ,
.. ' ,.- =
0 "
;;- ';l.
"l
,"
."
"le-3
'!:;:~
~ .. E
-~,...
"--,
,,
-@I"
<
l!-
10
,
~
~
"
,,
~
,o
~e.
.,,-[
.,.~
. ., e
~ii
~~
." g
e..,.
-
II- ..
"'- '!!
.~
IIl ;o
""
"l"
,.
.>:
1~
;- i-
,- .
,,
.,.-
__
~", ,,.,.-It~~
3-:i
~".
<',g
- , -!-
II- 3
If :;
j! ]I
~ !II ~
,!> t ''
,
'l
":
-"
, <
,
c
,,
<
<II
IIC. l+
,
0
~ ~
.,
II-
", ;;i.
~~.:;-~
!!_ !1.
~ ~ ~ ~
"
;:
"i i.:
0
_
0~ ~
~
0
'
;'[~
~ ~.'
...
i~
~ ~
,.
1-':
"
o
:;:
~
..
-.
<
",
~~
"
~
"
II0
it
f~
- ......... , .
"' '' 3 ' ' ' ' ' 3 3 0 : : ' ' 3 ' ' ; : ' 3 : ; :
~
~
:E ['
~
-< " "12 "~ "-"-~"1I~"'
~j!;!~ ~
j!'l"
:;: '"- ~~;r ~
"'-"
_:;:
"0
<
_ .. 'l" c 3~ C " " ..-~!II:;:
3~
ii:
~ ~ <II o
o
'l..
"
'"' 0""
; !: ~ o
o
,
"'- "l
- ..... . .
<II I-
'-
;~
;i!
, _ ,L~" !,
, 0
,
~'
;- ~ ~ ik
q.
i
-
,..:
~
.,.- "'-
,,
e, "'-
SI
"
o
""
'
., ,.
. - , ,'0, ,
~.
..,.~'l!fJl
" :;- :;: ~
.,.-" 11 ..
III <II - , ~
"
... <:>
,, "'C"l~
!!- ! III ~
~i~;
-,,""
~
'"
~ [ [~
.. ...,
~ ~ -@I
,
,_
,
", E
,,
II-
~;';:'o""3:;:
"o
o
o
.'-
,,
, ,
~
~, ~
~.,,-::II-::-~,, '"
~~-@I"..-;;~~.
....
!II-
",,-
"" :: - ll!ll3-@13
> --". .--<. . . ....- .. ..
"It"
:!, - ~t
"'" -<
~ 'l
,'lo
;;' ..
.1Il
~~
-@I
"l -<
... ;;.
~ ~
::
~!I':::'
"'''',
!t
-@I
Ill.
3~"'-"l~
__ "-,' ~!II-;;;
"l
-@I >;:
... 3 ..
~
= "'--
!(~~3
~
"l g.
If
..
....
;
~;.
;'
.<
,
., ., ,"
-- ",.-",.. ,
t
Tabel2.1.KarakteristikBencana
, .,
2. KebijakanPenangananKrisisKesehatan
Kejadian bencana dapat menimbulkan krisis kesehatan, maka
penanganannyaperludiaturdalambentukkebijakansebagaiberikut:
a. setiap korban akibat bencana mendapatkan pelayanan kesehatan sesegera
mungkinsecaramaksimaldanmanusiawi;
b. prioritas selama masa tanggap darurat adalah penanganan gawat darurat
medikterhadapkorbanlukadanidentifikasikorbanmatidisaranakesehatan;
c. pelayanan kesehatan yang bersifat rutin di fasilitasfasilitas kesehatan pada
masatanggapdaruratharustetapterlaksanasecaraoptimal;
d. pelaksanaanpenanganankrisiskesehatandilakukansecaraberjenjangmulai
dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat dan dapat dibantu oleh
masyarakat nasional dan internasional, lembaga donor, maupun bantuan
negarasahabat;
e. bantuankesehatandaridalammaupunluarnegerimengikutiketentuanyang
berlakuyangdikeluarkanolehKementerianKesehatandanKementerianatau
lembagaterkait;
f. penyediaan informasi yang berkaitan dengan penanggulangan kesehatan
pada bencana dilaksanakan oleh dinas kesehatan setempat selaku anggota
BPBD;
g. monitoring dan evaluasi berkala pelaksanaan penanggulangan krisis
kesehatan dilakukan dan diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaanpenanggulangankesehatan.
2.1. Pengorganisasian
11
a. Tingkatpusat
1) BadanNasionalPenanggulanganBencana(BNPB)
BNPB merupakan lembaga pemerintah non departemen
setingkat menteri yang memiliki fungsi merumuskan dan
menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi secara cepat, tepat, efektif dan efisien serta
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secaraterencana,terpadudanmenyeluruh.AdapuntugasdariBNPB
adalahsebagaiberikut:
a. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganantanggapdarurat,rehabilitasi,danrekonstruksisecara
adildansetara;
b. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang
undangan;
c. menyampaikaninformasikegiatankepadamasyarakat;
d. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada
setiapsaatdalamkondisidaruratbencana;
e. menggunakan
dan
mempertanggungjawabkan
sumbangan/bantuannasionaldaninternasional;
f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima
dariAnggaranPendapatandanBelanjaNegara;
g. melaksanakankewajibanlainsesuaidenganperaturanperundang
undangan;dan
h. menyusunpedomanpembentukanBPBD.
2) KementerianKesehatan
Tugas dan kewenangan Kementerian Kesehatan adalah
merumuskan kebijakan, memberikan standar dan arahan serta
mengkoordinasikan penanganan krisis dan masalah kesehatan lain,
12
Menkes
(Penanggung Jawab)
Sekjen
(Koordinator)
Pj
Esel
Pj.Eselon
Pj
Esel I
PPK
(Pelaksana Koordinasi)
(Unsur teknis)
(Unsur teknis)
(Unsur teknis)
(Unsur teknis)
(Unsur teknis)
(Unsur teknis)
a) HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan
Dalam Peraturan Presiden No 8 tahun 2008 tentang Badan
Nasional Penanggulangan Bencana dinyatakan bahwa dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, BNPB dikoordinasikan oleh
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan salah
satu unsur pengarah BNPB adalah pejabat eselon 1 Kementerian
Kesehatan. Hubungan antara BNPB dan Kementerian Kesehatan
terlihatpadadiagramdibawah.
13
Gambar2.3.HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan
Presiden
MenkoKesra
Kementerian
Kesehatan
BNPB
PPKRegional
/DinkesProvinsi/
Kab/Kota
BPBD
Kementerian/
Lembagalain
b) PusatPenanggulanganKrisisRegional
Kementerian Kesehatan membentuk 9 (sembilan) Pusat
BantuanRegionalPenangananKrisisKesehatanyangberperanuntuk
mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan kesehatan dan
masingmasing dilengkapi dengan SDM kesehatan terlatih dan
sarana,bahan,obatsertaperlengkapankesehatanlainnya,yaitudi:
1. regional Sumatera Utara berkedudukan di Medan dengan
wilayah pelayanan Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara,
Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau dan Sub Regional
SumateraBarat;
2. regional Sumatera Selatan berkedudukan di Palembang dengan
wilayah pelayanan Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi,
ProvinsiBangkaBelitung,danProvinsiBengkulu;
3. regional DKI Jakarta kedudukan di Jakarta dengan wilayah
pelayanan Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi
Banten,ProvinsiJawaBaratdanProvinsiKalimantanBarat;
4. regional Jawa Tengah di Semarang dengan wilayah pelayanan
ProvinsiDIYogyakartadanProvinsiJawaTengah;
14
NT B, N TT)
KALTIM)
(JATENG,YOGYAKATA)
(JAWA T IMUR)
15
PusatRegionalPenangananKrisisKesehatanberfungsi:
1. sebagai pusat komando dan pusat informasi (media centre)
kesiapsiagaan dan penanggulangan kesehatan akibat bencana
dankrisiskesehatanlainnya;
2. fasilitasi buffer stock logistik kesehatan (bahan, alat dan obat
obatan);
3. menyiapkan dan menggerakkan Tim Reaksi Cepat dan bantuan
SDMkesehatanyangsiapdigerakkandidaerahyangmemerlukan
bantuanakibatbencanadankrisiskesehatanlainnya;
4. sebagai pusat networking antara 3 komponen kesehatan dalam
regional tersebut yaitu dinas kesehatan, fasilitas kesehatan dan
perguruantinggi.
Sementara ini Kementerian Kesehatan telah memiliki 9 Pusat
Bantuan Regional dan 2 Sub Regional. Namun demikian tidak
menutup kemungkinan di masa datang akan dikembangkan lagi
pusatpusat bantuan regional lainnya yang bertujuan mempercepat
akses penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kedekatan
wilayahdankemudahanaksesbantuan.
c) UnitPelaksanaTeknisKementerianKesehatan
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Balai Teknis Kesehatan
Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL) serta
Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) merupakan unitunit
pelaksana teknis Kemenkes di daerah. KKP berperan dalam
memfasilitasi penanganan keluar masuknya bantuan sumber daya
kesehatanmelaluipelabuhanlaut/udaradandaerahperbatasanserta
karantina kesehatan. BTKL berperan dalam perkuatan sistem
kewaspadaandinidanrujukanlaboratorium.
16
d) HubunganantaraPemerintahdenganKomunitasInternasional
Pendekatan klaster (cluster approach) adalah suatu model
koordinasi dengan mengelompokkan para pelaku kemanusiaan
berdasarkanguguskerjauntukmemberikanrespondaruratyanglebih
dapat diperkirakan dengan penetapan pimpinan kelompok/ klaster.
Pimpinan klaster bersamasama dengan sektorsektor pemerintah
membangun
koordinasi
baik
dalam
perencanaan
maupun
KlasterKesehatan
Pada saat bencana dan sistem klaster digunakan, pertemuan
koordinasiuntukklasterdipimpinolehKementrianKesehatandengan
dukungan WHO. Klaster kesehatan dapat dibagi menjadi beberapa
subklaster sesuai dengan kebutuhan di lapangan, subklaster
tersebutakandipimpinolehunitterkaitdalamKementrianKesehatan
ataudinaskesehatandilokasibencana.
17
Gambar.2.5Skemaoperasionalklasterkesehatan
b. Tingkatdaerah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah perangkat
daerah yang dibentuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi
penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Pada tingkat
provinsi BPBD dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah
gubernur atau setingkat eselon Ib dan pada tingkat kabupaten/kota
dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupati/walikota atau
setingkateselonIIa.
Kepala BPBD dijabat secara rangkap (exofficio) oleh Sekretaris
Daerahyangbertanggungjawablangsungkepadakepaladaerah.
BPBDmempunyaifungsi:
1) perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penangananpengungsidenganbertindakcepatdantepat,efektifdan
efisien;
2) pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secaraterencana,terpadudanmenyeluruh.
BPBDmempunyaitugas:
18
dan
kewenangan
dinas
kesehatan
provinsi
dan
19
2.2. Mekanismepengelolaanbantuan
a. Sumberdayamanusia
PadasaatterjadibencanaperluadanyamobilisasiSDMkesehatan
yangtergabungdalamsuatuTimPenanggulanganKrisisyangmeliputi:
1) TimReaksiCepat/TRC;
2) TimPenilaianCepat/TPC(RHAteam);
3) TimBantuanKesehatan.
Sebagai koordinator tim adalah Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota (sesuai Surat Kepmenkes Nomor 066 tahun
2006).
1) TimReaksiCepat
Timyangdiharapkandapatsegerabergerakdalamwaktu024
jam setelah ada informasi kejadian bencana. Kompetensi TRC
disesuaikan dengan jenis bencana spesifik di daerah dan dampak
kesehatan yang mungkin timbul. Sebagai contoh untuk bencana
gempa bumi dengan karakteristik korban luka dan fraktur,
kompetensiTRCterdiridari:
a) pelayananmedik;
1. dokterumum
2. dokterspesialisbedah/orthopedi
3. dokterspesialisanestesi
4. perawatmahir(perawatbedah,gadar)
5. tenagaDisasterVictimsIdentification(DVI)
6. apoteker/tenagatekniskefarmasian
7. sopirambulans
20
b) surveilansepidemiolog/sanitarian;
c) petugaskomunikasi;
d) petugaslogistik.
2) TimPeniaianCepat(RHAteam)
Tim yang bisa diberangkatkan dalam waktu 024 jam atau
bersamaan dengan TRC dan bertugas melakukan penilaian dampak
bencana dan mengidentifikasi kebutuhan bidang kesehatan, minimal
terdiridari:
a) dokterumum
b) epidemiolog
c) sanitarian
3) TimBantuanKesehatan
Tim yang diberangkatkan berdasarkan rekomendasi Tim RHA
untukmemberikanpelayanankesehatandenganperalatanyanglebih
memadai,minimalterdiridari:
a) dokterumumdanspesialis
b) apotekerdantenagatekniskefarmasian
c) perawat
d) perawatMahir
e) bidan
f)
sanitarian
g) ahligizi
h) tenagasurveilans
i)
entomolog
21
Estimasikebutuhantenagakesehatandilokasibencana:
1. Untukjumlahpenduduk/pengungsiantara10.00020.000orang:
Dokterumum
:4org
Perawat
:1020org
Bidan
:816org
Apoteker
:2org
Tenagateknis
3. n/Rumah sakit, dapat dilihat dalam rumus kebutuhan tenaga di fasilitas
rujukan/rumahsakit
Kebutuhandokterumum=(pasien/40)drumumditempat
KebutuhandokterspesialisBedah=[(pasiendrbedah/5)/5]drbedahdi
tempat
Kebutuhan dokter spesialis anestesi = [( pasien dr bedah/15) / 5] dr
anestesiditempat
Pendayagunaantenagamencakup:
1. distribusi;
2. mobilisasi.
b. ObatdanPerbekalanKesehatan
Masalahutamayangseringberkaitandenganobatdanperbekalan
kesehatandonasisebagaiberikut:
1) obat dan perbekalan kesehatan donasi sering tidak sesuai dengan
situasi darurat yang terjadi, baik dari aspek pola penyakit maupun
22
tingkatpelayanankesehatanyangtersedia.Obattersebutseringtidak
dikenal oleh tenaga kesehatan setempat maupun pasien, bahkan
kadangkadangtidakmemenuhistandarpengobatanyangberlaku;
2) obat dan perbekalan kesehatan donasi sering tiba tanpa terlebih
dahulu disortir dan diberi label dalam bahasa lokal/inggris, bahkan
tanpaadanamageneriknya;
3) kualitas obat dan perbekalan kesehatan donasi kadangkala tidak
sesuaidenganstandaryangberlakudinegaradonor;
4) pihakdonorkadangtidakmenghiraukanproseduradministrasinegara
penerima;
5) pihak donor sering menyebutkan nilai obat lebih tinggi dari yang
semestinya;
6) obat dan perbekalan kesehatan donasi dalam jumlah yang tidak
sesuai kebutuhan, akibatnya beberapa obat berlebih harus
dimusnahkan. Hal ini dapat menimbulkan masalah pada negara
penerima;
c. PengelolaanbantuanSDMinternasional
Prinsip utama dalam pengelolaan sumber daya manusia
internasionalyangefektifadalahsebagaiberikut:
1) dapat membedakan antara kebutuhan yang bersifat segera untuk
menyelamatkan nyawa (pencarian, penyelamatan dan pelayanan
medis darurat) dan tipe bantuan kesehatan yang dibutuhkan untuk
rehabilitasi jangka panjang. setiap tipe membutuhkan kebijakan dan
pendekatanstrategisyangberbeda;
2) memastikanbahwatimmedisdariluardapatsegeraberoperasipada
24 jam pertama (golden hours), tepat waktu untuk menyelamatkan
nyawa.keterlambatanuntukmembantukorbanbencanaseringsekali
disebabkan oleh hambatan logistik (akses, transportasi, cuaca)
daripadakurangnyapersonelmedis.dalamhalinitimbantuanmedis
dariluarhanyaakanmenambahmasalah;
23
24
Tabel 2.3. Koordinasi serta pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam
pengelolaanobatdanperbekalankesehatanpadapenanggulanganbencana.
No
InstitusiyangDikoordinasi
Tingkat
Koordinator
Koordinasi
Kabupaten Dinas
/Kota
Kesehatan
Institusi
Terkait
Pustu,Puskesmas,Instalasi BPBD
Kab/Kota
FarmasiKabupaten/Kota
BPBD
PosKesehatan,Pustu,
Kab/Kota
Puskesmas,Instalasi
FarmasiKabupaten/Kota,
RSU,RSSwasta,RSTNI,RS
POLRIdanLSM
Pustu,Puskesmas,Instalasi BPBD
Kab/Kota
FarmasiKabupaten/Kota
2.
Provinsi
Dinas
Kesehatan
Nasional
PPKdengan
Leading
Program
DitjenBinfar
danAlkes
DinasKesehatan
Kabupaten/Kota
DinasKesehatan
Kabupaten/Kota,RSU,RS
TNI,RSPOLRItingkat
Provinsi,RSSwastadikota
Provinsi,BPOM
DinasKesehatan
Kabupaten/Kota,RSU
Provinsi
DitjenPP&PL,DitjenBina
Yanmedik,DitjenBina
Kesmas,BPOM
1.
BPBD
Provinsi
BPBD
Provinsi
BPBD
Provinsi
BNPB
Tahapan
Bencana
Kesiapsiagaan
Tanggap
darurat
Rehabilitasi,
rekonstruksi
Kesiapsiagaan
Tanggap
darurat
Rehabilitasi,
rekonstruksi
Kesiapsiagaan
Tanggap
darurat
Rehabilitasi,
rekonstruksi
25
26
5) semuaobatdanperbekalankesehatanmenggunakanlabelberbahasa
IndonesiaataubahasaInggris;
6) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan sebaiknya memenuhi
aturan internasional pengiriman barang yaitu setiap obat dan
perbekalankesehatanyang dikirimhendaknya disertai dengan detail
isi kartonyang menyebutkansecaraspesifikbentuksediaan,jumlah,
nomor batch, tanggal kadaluarsa (expire date), volume, berat dan
kondisipenyimpananyangkhusus;
7) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan donor bisa mendapat
fasilitas pembebasan tarif pajak sesuai ketenyuan perundang
undanganyangberlaku;
8) obat dan perbekalan kesehatan donasi yang rusak/kadaluwarsa
dilakukan pemusnahan sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku.
Tabel2.4.Jenisobatdanjenispenyakitsesuaidenganjenisbencana
27
2.3. PengelolaanDatadanInformasiPenanggulanganKrisis
28
a. InformasiPraBencana
Dalam rangka mendukung upayaupaya sebelum terjadi bencana
diperlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai
bahanmasukanpengelolaprogramdidalammengambilkeputusanterkait
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Salah satu bentuk
informasi yang cukup penting adalah adanya profil yang mengambarkan
kesiapsiagaan sumber daya dan upayaupaya yang telah dilakukan terkait
dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah,
khususnyaditingkatkabupaten/kota.
Informasiyangdikumpulkandalambentukprofilterdiridari:
1) gambaran umum wilayah, yang meliputi letak geografis, aksesibilitas
wilayah gambaran wilayah rawan bencana, geomedic mapping, data
demografi,daninformasibencanayangpernahterjadi;
2) Upayapencegahan,mitigasidankesiapsiagaan,yangpernahdilakukan;
3) Upayatanggapdaruratdanpemulihan,yangpernahdilakukan;
4) Gambaranpengelolaandatadaninformasi.
Dinas
kesehatan
provinsi/kabupaten/kota
diharapkan
dapat
menyusuninformasiprofilpenanggulangankrisiskesehatanakibatbencana
ini yang dikumpulkan secara berkala setahun sekali. Informasi profil ini
diharapkansudahtersediapadasetiapbulanApril.
Sumber informasi prabencana yang dituangkan kedalam bentuk
profil tersebut berasal dari dinas kesehatan, rumah sakit, instansi terkait
danpuskesmas.
Alurpenyampaianinformasiprabencanaadalahsebagaiberikut:
29
Gambar2.4.AlurPenyampaianInformasiPraBencana
b. Informasisaatdanpascabencana
Informasisaatdanpascabencanainiterdiridari:
1)
Informasipadaawalkejadianbencana;
Informasiiniharusdisampaikansegerasetelahkejadianawaldiketahui
serta dikonfirmasi kebenarannya dengan menggunakan formulir
penyampaianinformasiFormB1atauB4(terlampir).
30
Keterangan:
ArusPenyampaianInformasi
ArusKonfirmasi
Gambar2.5AlurPenyampaiandanKonfirmasiInformasiAwalKejadian
Bencana
31
fORM 8-1
FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN 8Et.;CANA
A. JE~JS BEkCA~A
B. DESKRJPSJ
BEkCA~A
C. LOKASI DENCANA
1.Ousun
1.D~ ~;r oelurahZlll
~.Fo!..:matlll'l
-I.F~~lp~-I1:n;F .... ta
S.PrO'.-m::'
>5-.ldaL ';o!(lWaf'.
Poe'l1ununl13n .'
D. WAKTU KEJADJAk BENCAkA
............. : .............. ilL.
pu)."I ............ .
~. epuJ~lan
E.JUMLAH KORBAN
1.M-I1:nmggal
: .......................... Jt:.a
J. Lul.i!ll'.uat
........................... J":.a
S.Pencunp
. ...........
n"
Ji:. ~ ........
2. Hllang
.......................... JI-:. a
01. luLl! Rmpn
.......................... JI:. i!I
L(l~a$i l~en'ul\c,=Jan . ............. .............
f. fASJLJTAS UMUM
1. t..L~s: I.oe 1.:.l.asi I.o!),a.jian boe n(;!IIla:
o t.1udah dlJanllatl 1')l!!nftllnai.an .............. .
r"Ma."IIl
[] BaiL
h..triL
[] TI!rputus
J;VlnM
ad~
1.Jurllah
danJ'I!msf~sdltas
Fl!s'I!hatan
.$arana Kl!sehet'8:1l
.....
Kandisi Bangunan
~I mk
Trdak
Fu'lgS"iPehiyanan
rod",
\'a
b. PUske-smas
Co Purtu
d GudangFannas(
. Pall'ndOl-s
1.SuPlh.o!r air b.o!r~h :- M' .:IigunaL:!f'I
[] (ul.up
D TJdal. (~I~UP
H. UPAYA PEU~GGULA~GA~ YANG TElAH DJlAKUKAk
I ............................. " ...................................................." ......................................... ..
Z............................. " .......................... .................................................................... ..
J. BAkTUAN SEGERA YANG DJPERlUKAN
1............................................................................................................................ .
2............................. ".................................................... " ......................................... .
.............: ............ :lll .... .
32
33
2)
Informasipenilaiankebutuhancepat.
Informasiinidikumpulkansegerasetelahinformasiawalkejadian
bencana diterima oleh Tim Penilaian Kebutuhan Cepat dengan
menggunakanformulirisianformB2(terlampir).Sumberinformasinya
dapat berasal dari masyarakat, sarana pelayanan kesehatan, dinas
kesehatanprovinsi/kabupaten/kotadanlintassektor.
Alurpenyampaianinformasipenilaiankebutuhancepatadalahsebagai
berikut:
Gambar2.6.AlurPenyampaianInformasiPenilaianCepatKesehatan
34
35
36
3)
Informasiperkembangankejadianbencana
Informasi ini dikumpulkan setiap kali terjadi perkembangan
informasi terkait dengan upaya penanganan krisis kesehatan akibat
bencana
yang
terjadi.
Formulir
penyampaian
informasinya
menggunakanformB3(terlampir).
Sumber informasi berasal dari sarana pelayanan kesehatan dan
dinaskesehatanprovinsi/kabupaten/kota.
Alur penyampaian dan konfirmasi informasi perkembangan kejadian
bencanaadalahsebagaiberikut:
Keterangan:
ArusPenyampaianInformasi
ArusKonfirmasi
Gambar2.7.AlurPenyampaiandanKonfirmasiInformasi
PerkembanganKejadianBencana
4)
Saranapenyampaianinformasi
a. Informasiprabencana
Profil yang mengambarkan kesiapsiagaan sumber daya dan
upayaupayayangtelahdilakukanterkaitdenganpenanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana di daerah, khususnya di tingkat
kabupaten/kotadapatdisampaikanmelaluiemaildansecaraonline
melaluiwebsite.
37
b. Informasisaatdanpascabencana
Informasi pada awal kejadian bencana yang menggunakan
FormB1dapatdisampaikanmelaluitelepondanmelaluifaksimil.
InformasipadaawalkejadianbencanayangmenggunakanFormB
4dapatdisampaikanmelaluismsgateway.
InformasipenilaiankebutuhancepatyangmenggunakanForm
B2 dapat disampaikan email dan secara online melalui website
sertamelaluifaksimil.
Informasi
perkembangan
kejadian
bencana
yang
38
BABIII
PELAYANANKESEHATANSAATBENCANA
1.
PelayananKesehatanKorban
1.1. Pusatpengendalikesehatan(Pusdalkes)
Pusat pengendali kesehatan (pusdalkes) merupakan organisasi
komandotanggapdaruratbencanayangmemilikistrukturterdiridari:
a. ketuapusdalkes;
Ketuabertugasdanbertanggungjawabuntuk:
1) mengaktifkanpusatpengendaliankesehatan(pusdalkes);
2) membentukpospengendalikesehatandilokasibencana;
3) membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengendalikan operasi kesehatan saat tanggap
daruratbencana;
4) melaksanakankomandodanpengendalianuntukpengerahansumber
daya manusia kesehatan, peralatan dan logistik kesehatan serta
berwenang
memerintahkan
para
pejabat
yang
mewakili
39
b. bidangoperasi;
Bidang operasi bertugas dan bertanggung jawab atas penilaian cepat
masalah kesehatan, pelayanan kesehatan pra rumah sakit dan rumah
sakit, evakuasi medis, perlindungan kesehatan pengungsi, serta
pemulihan prasarana dan sarana kesehatan dengan cepat, tepat, efisien
dan efektif berdasarkan satu kesatuan rencana tindakan penanganan
tanggapdaruratbencana.
c. bidangperencanaan;
Bidangperencanaanbertugasdanbertanggungjawabataspengumpulan,
analisisdatadaninformasiyangberhubungandenganmasalahkesehatan
saat penanganan tanggap darurat bencana dan menyiapkan dokumen
rencanasertalaporantindakanoperasitanggapdarurat.
d. bidanglogistikdanperalatan;
Bidanglogistikdanperalatanbertugasdanbertanggungjawab:
e. bidangadministrasikeuangan;
BidangAdministrasiKeuanganbertugasdanbertanggungjawab:
1) melaksanakanadministrasikeuangan;
2) menganalisa kebutuhan dana dalam rangka penanganan tanggap
daruratbencanadibidangkesehatan;
3) mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka komando
tanggapdaruratbencanayangterjadi.
40
1.2. Tahappenyiagaan
Tahap ini bertujuan untuk menyiagakan semua sumber daya baik
manusia maupun logistik yang sudah disiapkan pada masa sebelum terjadi
bencana. Tahap ini dimulai sejak informasi kejadian bencana diperoleh
hingga mulai tahap upaya awal. Tahap ini mencakup peringatan awal,
penilaiansituasidanpenyebaraninformasikejadian.
Peringatanawalberupainformasikejadianbencanadapatberasaldari
laporan masyarakat, media massa, perangkat pemerintah daerah atau
berbagaisumberlainnya.Sesaatsetelahterjadibencana,petugaskesehatan
yang berada di lokasi bencana segera melakukan penilaian awal (initial
assessment) untuk mengidentifikasi krisis kesehatan. Penilaian awal ini
berupainformasisingkatyangsegeradilaporkankePusdalkes.Contohform
penilaianawaldapatdilihatpadaFormB1.
Jika informasi kurang memadai, segera dikirim Tim Rapid Health
Assessment (RHA) untuk memastikan kejadian, menilai besarnya dampak
kejadiandankebutuhanyangharussegeradipenuhiyangkurangatautidak
tersedia di lokasi bencana. Informasi kurang memadai yang diakibatkan
karena kerusakan infrastruktur yang ditandai dengan putusnya jalur
komunikasi harus direspon sebagai tanda peringatan bahaya sehingga Tim
Reaksi Cepat (TRC) dapat disiapkan untuk segera dikirim ke lokasi bersama
dengan Tim RHA. Tim RHA dan TRC dimobilisasi dalam waktu 0 24 jam
setelahkejadian.
Setelahmemastikankejadianbencana,Pusdalkes segeramenyebarkan
informasikejadianketingkatyanglebihtinggidanmemobilisasisumberdaya
sesuai kebutuhan. Informasi kejadian harus bersirkulasi mengikuti
perkembangan dan disampaikan dengan menggunakan media komunikasi
darilokasikejadiansampaiketingkatpusat.
1.3. Tahapupayaawal(initialaction)
RHA merupakan salah satu upaya awal saat tanggap darurat yang
dilakukanuntukmengetahuibesarmasalah,potensimasalahkesehatanyang
mungkin terjadi saat bencana serta kebutuhan sumber daya yang harus
41
segeradipenuhiagarpenangananbencanadapatberdayagunadanberhasil
guna.
Tim RHA melakukan serangkaian aktivitas untuk memastikan kejadian
bencana, waktu dan lokasi kejadian, mengetahui jumlah korban, potensi
risiko krisis kesehatan, dan kebutuhan sumber daya yang harus segera
dipenuhi. Hasil akhir dari kegiatan RHA adalah sebuah rekomendasi bagi
pengambilkeputusanuntukmenentukanlangkahlangkahdalampenanganan
suatubencana.Kompetensidanjumlahanggotatimtergantungkepadajenis
bencanadanluasnyadampakbencana.
Aspek yang dinilai pada kegiatan RHA meliputi aspek medis,
epidemiologis dan kesehatan lingkungan. Anggota tim sebaiknya memiliki
pengalamandanpengetahuandibidangnya,memilikiintegritasdanmampu
bekerja dalam situasi bencana. Apabila dampak bencana sangat luas, dapat
dibentukbeberapatim.
Aspek medis yang dinilai meliputi masalah serta kebutuhan pelayanan
medis korban pra rumah sakit, rumah sakit dan rujukan. Penilaian ini harus
dilakukan dan dilaporkan sesegera mungkin untuk penanganan yang cepat
dantepat.Kegiataniniharusdilakukanolehorangyangmemilikipengalaman
dan pengetahuan di bidang kegawatdaruratan medis. Aspek yang dinilai
antaralain:
a. mengidentifikasi lokasi bencana, meliputi daerah pusat bencana, akses
transportasidankomunikasidaridankelokasi,lokasiposmedislapangan
(dapatberupapuskesmasatautendaperawatansementara)dansumber
dayayangberadadilokasi;
b. mengidentifikasiposmedisdepanbesertasumberdayanya,yaiturumah
sakit terdekat, yang akan dijadikan sebagai tempat rujukan awal. Data
mengenai rumah sakit setempat seharusnya sudah tersedia sebelum
terjadibencana;
c. mengidentifikasi pos medis belakang beserta sumber dayanya, yaitu
rumah sakit rujukan bagi korban yang memerlukan perawatan lebih
lengkap.Datamengenaisumberdayarumahsakitrujukaniniseharusnya
sudahtersediasebelumterjadibencana;
42
1.4. Tahaprencanaoperasi
a. Menyusunrencanaoperasi
Rencana operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat harus
merujukpadahasilrekomendasiRHAdaninformasipentinglainnyadari
sektor terkait, seperti masalah keamanan, pencemaran bahanbahan
berbahaya dan lainlain. Kompetensi tenaga medis dan perlengkapan
yang disiapkan harus sesuai dengan rekomendasi RHA. Jika dalam
rekomendasi diperlukan dokter spesialis bedah dan anestesi untuk
penanganankorbanlukaberatyangmemerlukanpembedahan,TRCatau
tim bantuan kesehatan minimal harus terdiri dari dokter bedah, dokter
anestesi, dokter umum, perawat mahir bedah dan UGD. Jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah perkiraan kasus bedah dan ketersediaan
tenagamedisdilokasibencana.
43
Perludisiapkantimpenolongterlatihuntukmelakukanperawatan
medis pra rumah sakit secara baik di lapangan. Tim medis lapangan ini
memilikikemampuanuntuk:
1) memberikanpertolonganlifesupport;
2) melakukantriasedenganbaik;
3) melakukankomunikasiradiodenganbaik.
Sebelum TRC dan Tim Bantuan Kesehatan bertugas, dilakukan
briefing untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi di lokasi
bencanadanmenetapkankegiatankegiatanyangakandilakukandilokasi
bencana. Ditetapkan pula perlengkapan yang perlu dibawa untuk
mendukungkegiatankegiatanyangakandilakukan.
b. Keselamatan
Dalam semua tahap operasi, keamanan dan keselamatan
merupakan faktor paling utama yang harus diperhatikan semua petugas
kesehatan. Perlu dilakukan koordinasi dengan sektor terkait untuk
memastikan keamanan dan keselamatan petugas di lokasi agar petugas
dapatbekerjadenganoptimal.
Tindakan keselamatan diterapkan untuk memberi perlindungan
kepada tim penolong, korban dan masyarakat yang terpapar dari segala
risiko yang mungkin terjadi dan dari risiko potensial yang diperkirakan
dapat terjadi (meluasnya bencana, material berbahaya, kemacetan lalu
lintas, dan lainlain). Langkahlangkah penyelamatan yang dilakukan,
antaralain:
1) aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko, misalnya
dengan cara memadamkan kebakaran, isolasi material berbahaya,
penggunaan pakaian pelindung, dan evakuasi masyarakat yang
terpaparolehbencana;
2) aksipencegahanyangmencakuppenetapanarealaranganberupa:
a) daerah pusat bencanaterbatas hanya untuk tim penolong
profesionalyangdilengkapidenganperalatanmemadai;
44
b) areasekunderhanyadiperuntukanbagipetugasyangditugaskan
untuk operasi penyelamatan korban, perawatan, komando dan
kontrol, komunikasi, keamanan/keselamatan, pos komando, pos
medissekunder,pusatevakuasidantempatparkirbagikendaraan
yangdipergunakanuntukevakuasidankeperluanteknis;
c) areatersiermediamassadiijinkanuntukberadadiareaini,area
juga berfungsi sebagai penahan untuk mencegah masyarakat
memasukidaerahberbahaya.
Luas dan bentuk area larangan ini bergantung pada jenis bencana
yang terjadi (gas beracun, material berbahaya, kebakaran, kemungkinan
terjadinyaledakan),arahangindantopografi.
Langkah pengamanan diterapkan dengan tujuan untuk mencegah
campurtanganpihakluardengantimpenolongdalammelakukanupaya
penyelamatan korban. Akses ke setiap area penyelamatan dibatasi
dengan melakukan kontrol lalulintas dan keramaian. Langkah
pengamananinimempengaruhipenyelamatandengancara:
1) melindungitimpenolongdaricampurtanganpihakluar;
2) mencegah terjadinya kemacetan dalam alur evakuasi korban dan
mobilisasisumberdaya;
3) melindungi masyarakat dari kemungkinan risiko terpapar oleh
kecelakaanyangterjadi.
1.5. Tahapoperasitanggapdaruratdanpemulihandarurat
a. Pencariandanpenyelamatan
KegiatanpencariandanpenyelamatanterutamadilakukanolehTim
SAR(BasarnasatauBasarda)dandapatberasaldaritenagasukarelabila
dibutuhkan.Timiniakan:
1) melokalisasikorban;
2) memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
pengumpulan/penampungan;
3) memeriksastatuskesehatankorban(triaseditempatkejadian);
4) memberipertolonganpertamajikadiperlukan;
45
5) memindahkankorbankeposmedislapanganjikadiperlukan.
Bergantung pada situasi yang dihadapi seperti gas beracun atau
bahan/materialberbahaya,timiniakanmenggunakanpakaianpelindung
dan peralatan khusus. Jika tim ini bekerja di bawah kondisi yang sangat
berat,penggantiananggotatimdengantimpendukungharuslebihsering
dilakukan.
Pada situasi tertentu, lokalisasi korban sulit dilakukan seperti
korbanyangterjebakdalambangunanruntuh,pembebasankorbanakan
membutuhkan waktu yang lebih lama. Jika kondisi korban memburuk,
pimpinan Tim SAR, melalui Pos Komando dapat meminta bantuan tim
medis untuk melakukan stabilisasi korban selama proses pembebasan
dilakukan.Tenagamedisyangmelakukanproseduriniharussudahdilatih
khusus untuk itu, dan prosedur ini hanya boleh dilakukan pada situasi
situasiyangsangatmendesak.
Jika daerah pusat bencana cukup luas mungkin perlu untuk
membaginya menjadi daerahdaerah yang lebih kecil dan menugaskan
satutimuntuksetiapdaerahtersebut.Dalamsituasisepertiini,ataujika
daerahpusatbencanatidakamanbagikorban,timdapatmembuatsuatu
tempat penampungan di dekat daerah pusat bencana dimana korban
akandikumpulkansebelumpemindahanselanjutnya.Ilustrasipembagian
areakerjatersebutdapatdilihatpadaGambar3.1.
DaerahPusatbencana
Daerah
Kerja
Daerah
Kerja
Daerah
Kerja
Tempatpenampungansementara (posmedis
lapangan)untukperawatandilapangan
Pelayananmedisdepandanbelakang
Gambar3.1.Pembagianareakerja
46
Tempatpenampunganinidiorganisasikanolehtenagamedisgawat
darurat bersama para sukarelawan dimana akan dilakukan triase awal,
pertolongan pertama dan pemindahan korban ke Pos Medis Depan dan
Belakang.
b. Triase
Setelah memastikan keamanan dan keselamatan, TRC yang berada
di lokasi segera melakukan triase lapangan. Triase ini utamanya
didasarkan pada urgensi (tingkat keparahan), kemungkinan hidup dan
ketersediaansaranaperawatan.Dengandemikiantujuantriaseadalah:
1) identifikasisecaracepatkorbanyangmembutuhkanstabilisasisegera
(perawatandilapangan);
2) identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahandarurat(lifesavingsurgery)
Triaselapangandilakukanpadatigatingkat,yaitu:
1) triaseditempat;
Triase dilakukan di tempat korban ditemukan atau tempat
penampungan korban sementara di lapangan. Karena terbatasnya
tenagamedisdanakses,triaselapangandapatdilakukanolehtenaga
awam terlatih yang lebih dahulu berada di lokasi, seperti polisi dan
pemadam kebakaran. Para awam terlatih ini diharapkan minimal
mampumengidentifikasikelompokkorbangawatdarurat(merahdan
kuning) dan non gawat darurat (hijau). Setiap korban diberi tanda
sesuaitingkatkegawatdaruratannyayangdapatberupapitaberwarna
(merah untuk gawat darurat, hijau untuk non gawat darurat dan
hitamuntukkorbanmeninggal).
2) triasemedik;
Triase ini dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih serta
berpengalamandipos medislapangandanposmedisdepandengan
tujuan untuk menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh
korban. Prioritas perawatan sesuai dengan tingkat kedaruratannya
47
Tenagamedisdiposmedislapangan,posmedisdepandanposmedis
belakang harus terus berkomunikasi sesuai jenjang rujukan untuk
berkonsultasi mengenai kondisi korban yang akan dievakuasi, rumah
sakittujuandanjeniskendaraanyangakandigunakansaatevakuasi.
Dalam triase digunakan kartu merah, hijau dan hitam sebagai kode identifikasi korban dengan
uraiansebagaiberikut:
1. merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan korban yang
mengalami:
a) syokolehberbagaikausa;
b) gangguanpernapasan;
c) traumakepaladenganpupilanisokor;
d) perdarahaneksternalmasif.
2. kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan
dapatditundasementara.Termasukdalamkategoriini:
a) korbandenganrisikosyok(korbandengangangguanjantung,traumaabdomen);
b) frakturmultipel;
c) frakturfemur/pelvis;
48
d) lukabakarluas;
e) gangguankesadaranatautraumakepala;
f) korbandenganstatusyangtidakjelas.
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat terhadap
kemungkinantimbulnyakomplikasidandiberikanperawatansesegeramungkin.
3. hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberianpengobatandapatditunda,mencakupkorbanyangmengalami:
a) frakturminor;
b) lukaminor,lukabakarminor;
c) korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai dapat
dipindahkanpadaakhiroperasilapangan;
d) Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi lapangan, juga
akandipindahkankefasilitaskesehatan.
4) hitam,sebagaipenandakorbanyangtelahmeninggaldunia.
c. Pertolonganpertama
Pertolongan pertama dilakukan oleh para sukarelawan terlatih,
petugas pemadam kebakaran, polisi terlatih, SAR, tim medis gawat
darurat. Pertolongan pertama dapat diberikan di lokasi bencana (pos
medis lapangan), sebelum korban dipindahkan, tempat penampungan
sementara(posmedisdepan),padatempathijaudiposmedisbelakang
sertadalamambulanssaatkorbandipindahkankefasilitaskesehatan.
Pos medis lapangan adalah tempat pertolongan pertama di lokasi
bencana, dapat berupa tenda perawatan dan puskesmas. Pemilahan
korban (triase) dilakukan di pos medis lapangan dan dikelompokkan
sesuaitag(warna)tingkatkegawatdaruratan.
Pos medis depan adalah fasilitas kesehatan terdekat dengan lokasi
bencana, dapat berupa rumah sakit atau puskesmas rawat inap. Korban
yang membutuhkan stabilisasi segera dan pengawasan intensif dapat
dirawat di pos medis depan sebelum di rujuk ke pos medis belakang.
Apabila pos medis depan adalah rumah sakit yang memiliki fasilitas
lengkapmakaposmedisbelakangmenjadirujukansekunderjikajumlah
korbanmelampauikapasitasposmedisdepan.
49
50
Strukturfisikposmedisdepan,terdiriatas:
1) satupintumasukyangmudahditemukanataudiidentifikasi;
2) satu tempat penerimaan korban/tempat triase yang dapat menampung paling banyak dua
orangkorbansecarabersamaan;
3) satutempatperawatanyangdapatmenampung25orangkorbansecarabersamaan.
Hitam
Hijau
AREA
EVAKUASI
TRIASE
TRIASE
Merah
Kuning
Gambar3.2.PosPelayananMedisDepan
Tempatperawataninidibagilagimenjadi:
1) tempatperawatankorbangawatdarurat(korbanyangdiberitandadenganlabelmerahdan
kuning).Lokasiinimerupakanproporsiterbesardariseluruhtempatperawatan;
2) tempat perawatan bagi korban non gawat darurat (korban yang diberi tanda dengan label
hijaudanhitam).
Posmedisdepan,terdiriatas:
1) satupintukeluar;
2) dua buah pintu masuk (gawat darurat dan non gawat darurat). Untuk memudahkan
identifikasi, kedua pintu ini diberi tanda dengan bendera merah (untuk korban gawat
darurat)danbenderahijau(untukkorbannongawatdarurat);
3) dua tempat penerimaan korban/triase yang saling berhubungan untuk memudahkan
pertukaran/pemindahankorbanbiladiperlukan;
4) tempat perawatan gawat darurat yang berhubungan dengan tempat triase gawat darurat,
tempatinidibagimenjadi:
a) tempatperawatankorbandengantandamerah(berhubunganlangsungdengantempat
triase);
b) tempatperawatankorbandengantandakuning(setelahtempatperawatanmerah);
NON AKUT
Hijau
Hitam
NON AKUT
AREA
EVAKUASI
TRIASE
AKUT
Merah
Kuning
AKUT
Gambar3.3.Pospelayananmedislanjutanstandar
5) tempatperawatannongawatdarurat,dibagimenjadi:
a) tempatkorbanmeninggal(langsungberhubungandengantempattriase);
51
b) tempatperawatankorbandengantandahijau(setelahtempatkorbanmeninggal);
setiaptempatperawatan iniditandaidenganbenderasesuaidengankategorikorban yang
akandirawatditempattersebut;
6) sebuahtempatevakuasiyangmerupakantempatkorbanyangkondisinyatelahstabiluntuk
menunggupemindahankerumahsakit.
d. Prosespemindahankorban
Pengaturanketatterhadaplajudantujuanevakuasikorbankepos
medisdepandanposmedisbelakangsangatdiperlukanuntukmencegah
dilampauinya kapasitas fasilitas kesehatan tujuan. Pemindahan korban
dilakukansecarasatuarahtanpaadayangsalingbersilangan.Darilokasi
bencana ke pos medis depan, kemudian ke pos medis belakang dan
selanjutnya ke pos medis sekunder. Dalam suatu bencana massal tidak
mungkinmelakukanpemindahandengansatukendaraanbagisatuorang
penderita.
Di setiap tingkat pos medis akan dijumpai keterbatasan sumber
daya termasuktransportasisehinggaperludisiapkansaranatransportasi
yang memadai untuk merujuk korban ke pos medis selanjutnya. Setiap
kalisatuambulandariposmedislapanganselesaimerujukkeposmedis
depan, ambulan tersebut harus segera kembali ke pos medis lapangan.
Begitupun dengan pos medis depan dan pos medis belakang. Sistem ini
dikenal dengan sistem noria yang berarti roda atau dikenal dengan
manajemensistembanberjalan(conveyorbeltmanagement).
Daerah
pusat
bencana
PosMedis
Lapangan
Keterangan
Alurkorban
Alurpetugas
PosMedis
Depan
PosMedis
Belakang
52
Gambar3.4.AlurevakuasikorbandenganSistemNoria
Sebelumevakuasi,petugaskesehatanharusmelakukan:
1) pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan memantau tanda
tandavital;
2) pemeriksaanperalatanyangmelekatpadatubuhpasiensepertiinfus,
pipaventilator/oksigen,peralatanimmobilisasidanlainlain.
Korbantidakbolehdipindahkansebelum:
1) korbanberadapadakondisiyangpalingstabil;
2) korbantelahdisiapkanperalatanyangmemadaiuntuktransportasi;
3) fasilitaskesehatanpenerimatelahdiinformasikandansiapmenerima
korban;
4) kendaraanyangdigunakandalamkondisilayakpakai.
e. Perawatandirumahsakit
1) Mengukurkapasitasperawatanrumahsakit;
Jika di daerah kejadian bencana tidak tersedia fasilitas
kesehatan yang cukup untuk menampung dan merawat korban
bencanamassal(misalnyahanyatersediasaturumahsakittipeC/tipe
B), memindahkan seluruh korban ke sarana tersebut hanya akan
menimbulkanhambatanbagiperawatanyangharussegeradiberikan
kepada korban dengan cedera serius. Lebih jauh, hal ini juga akan
sangat
mengganggu
aktivitas
rumah
sakit
tersebut
dan
dijumpai
keterbatasan
daya
keterbatasan
tampung
dan
sumber
daya,
kemampuan
utamanya
perawatan,
pemindahankorbankerumahsakitdapatditundasementara.Dengan
iniharusdilakukanperawatandilapanganyangadekuatbagikorban
53
fasilitas
kesehatan
lapangan
(faskeslap).
Dalam
2) Lokasiperawatandirumahsakit
Tempat penerimaan korban di rumah sakit adalah tempat
dimanatriasedilakukan.Untukhalitudibutuhkan:
a) akseslangsungdengantempatambulansmenurunkankorban;
b) merupakantempattertutupbagiyangtidakberkepentingan;
c) aksesyangmudahketempatperawatanutamasepertiunitgawat
darurat,kamaroperasi,danunitperawatanintensif.
3) Hubungandenganperawatandilapangan
Apabila penatalaksanaan pra rumah sakit dilakukan secara
efisien, jumlah korban yang dikirim ke rumah sakit akan terkontrol
sehinggasetelahtriasekorbandapatsegeradikirimkeunitperawatan
55
yangsesuaidengankondisimereka.Akantetapijikahalinigagalakan
sangat banyak korban yang dibawa ke rumah sakit sehingga korban
korbantersebutharusditampungterlebihdahuludalamsaturuangan
sebelum dapat dilakukan triase. Dalam situasi seperti ini daya
tampungdankapasitasrumahsakitakansegeraterlampaui.
Petugas triase di rumah sakit akan memeriksa setiap korban
untukkonfirmasitriaseyangtelahdilakukansebelumnya,atauuntuk
melakukan kategorisasi ulang status penderita. Jika penatalaksanaan
prarumahsakitcukupadekuat,triasedirumahsakitdapatdilakukan
olehperawatberpengalamandiunitgawatdarurat.Jikapenanganan
prarumahsakittidakefektifsebaiknyatriasedirumahsakitdilakukan
olehdokterunitgawatdaruratataudokterahliyangberpengalaman.
Jikasistempenataksanaankorbanbencanamassaltelahberjalan
baik akan dijumpai hubungan komunikasi yang konstan antara
koordinator penanggulangan bencana rumah sakit dan pos medis
depandanposmedislapangan.Dalamlingkunganrumahsakit,perlu
adanya aliran informasi yang konstan antara tempat triase, unitunit
perawatan utama dan koordinator penanggulangan bencana rumah
sakit. Begitu pula dengan petugas ambulans harus menghubungi
tempattriasedirumahsakitlimamenitsebelumtiba.
TriasediRumahSakit
a. Tempatperawatanmerah;
Untuk penanganan korban dengan trauma multipel umumnya dibutuhkan
pembedahan sedikitnya selama dua jam. Di kotakota atau daerahdaerah
kabupaten dengan jumlah kamar operasi yang terbatas, hal ini mustahil untuk
dilakukan sehingga diperlukan tempat khusus dimana dapat dilakukan perawatan
yang memadai bagi korban dengan status merah. Tempat perawatan ini disebut
tempat perawatan merah yang dikelola oleh ahli anestesi atau dokter ahli yang
berpengalamandansebaiknyabertempatdiunitgawatdaruratyangtelahdilengkapi
dengan peralatan yang memadai dan disiapkan untuk menerima penderita gawat
darurat.
a. Tempatperawatankuning;
Di tempat perawatan ini secara terus menerus akan dilakukan monitoring,
56
b. Tempatperawatanhijau;
Korban dengan kondisi hijau sebaiknya tidak dibawa ke rumah sakit, tetapi
cukupkepuskesmasatauposkesehatan.Jikapenatalaksanaanprarumahsakittidak
efisien, banyak korban dengan status ini akan dipindahkan ke rumah sakit. Harus
tercantum dalam rencana penatalaksanaan korban bencana massal di rumah sakit
upayauntukmencegahterjadinyahalsepertiinidenganmenyediakansatutempat
khusus bagi korban dengan status hijau ini. Tempat ini sebaiknya berada jauh dari
unit perawatan utama lainnya. Jika memungkinkan, korban dapat dikirim ke
puskesmasatauposkesehatanterdekat.
c. Tempatkorbandenganprognosisjelek;
Korbankorban seperti ini, yang hanya membutuhkan perawatan suportif,
sebaiknya ditempatkan di perawatan/bangsal yang telah dipersiapkan untuk
menerimakorbankecelakaanmassal.
d. Tempatkorbanmeninggal.
Sebagaibagiandarirencanapenatalaksanaankorbanbencanamassaldirumah
sakit, harus disiapkan suatu ruang yang dapat menampung sedikitnya sepuluh
korban yang telah meninggal dunia. Proses identifikasi jenazah dapat dilakukan di
ruang ini oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI). Penatalaksanaan korban
meninggalakandibahaslebihlanjutdilampiranDVI.
PelaksanadanPerlengkapanTriasediRumahSakit
1. Tenagatriasedirumahsakit:
1) pelaksana triase, terdiri dari seorang dokter yang telah berpengalaman (dianjurkan
dokteryangbekerjadiunitgawatdaruratrumahsakit,ahlianestesiatauahlibedah);
2) dibantuolehperawat,tenagamedisgawatdarurat,atautenagapertolonganpertama;
3) petugasadministrasiyangbertugasuntukmeregistrasikorban.
2. Tempatperawatan,tenaganyaterbagisesuai:
1) tempatperawatangawatdarurat;
a. penanggung jawab perawatan gawat darurat, merupakan seorang dokter spesialis,
konsultanataudokterterlatih.Penanggungjawabperawatangawatdaruratiniakan
bekerjauntukmenjaminsuplaikePosMedisBelakang,melakukankoordinasidengan
bagianlaindalamPosMedisBelakang,mengaturpembuanganalatdanbahanyang
telahdipakaidankomunikasiradio.Iajugaakanberfungsisebagaimanajerbagipos
medislanjutantersebut.
b. tempatperawatanmerahterdiridari:
ketua tim, merupakan seorang ahli anestesi, dokter unit gawat darurat atau
seorangperawatyangberpengalaman;
57
perawat/penataanestesidan/atauperawatdariunitgawatdarurat;
sebagai tenaga bantuan adalah tenaga medis gawat darurat atau para tenaga
pertolonganpertama;
tenagapengangkuttandu.
c. tempatperawatankuningterdiridari:
(1) ketua tim, merupakan seorang perawat (penata anestesi atau perawat dari unit
gawatdarurat)atauseorangperawat;
(2) sebagai tenaga bantuan adalah tenagatenaga medis gawat darurat atau para
tenagapertolonganpertama;
(3) tenagapengangkuttandu.
2) tempatperawatannongawatdarurat
a. timperawatanareahijau;
ketuatim,merupakantenagamedisgawatdaruratyangberpengalaman;
sebagai tenaga bantuan adalah tenaga medis gawat darurat atau para tenaga
pertolonganpertama;
tenagapengangkuttandu.
b. daerah penempatan korban yang telah meninggal dunia (korban yang diberi tanda
dengankartuhitam).Tidakdiperlukanpetugasdibagianini.
3. Peralatan(kebutuhanminimum)untuk:
1) tempattriase;
a) tandapengenaluntukmenandaisetiaptempat/bagiandanpetugas;
b) kartutriase;
c) peralatanadministrasi;
d) tandu(empatbuah);
e) sfigomanometer,stetoskop,lampusenter,sarungtangan.
2) tempatperawatangawatdarurat(minimumuntukkebutuhan25orangkorban);
a) tandapengenaluntukketua(jaketmerahdengantulisanketua),danuntuksetiap
ketuatim(kainberwarnamerah/kuningyangdipergunakandilengan);
b) alatpenerangan;
c) tandu;
d) selimut;
e) peralatanadministrasi;
f) sfigomanometer,stetoskop,lampusenter,sarungtangan;
g) peralatankegawatdaruratanmedis,terdiridari:
(1) peralatanresusitasijalannapas;
a. oksigentabung;
b. peralatanintubasi;
c. peralatantrakeostomi;
d. peralatandrainthorax;
e. ambubag;
f. alatcricothiroidectomy.
(2) peralatanresusitasijantung;
a. infusset+cairan;
b. obatobatanuntukpenalaksanaansyok;
c. alatfiksasipadatraumathoraks(mastrousers).
(3) peralatanlistrik/pneumatic;
a. penghisaplendir(suction);
58
b. lampukhusus;
c. defibrilator;
d. ventilator;
e. bateraiataugenerator.
(4) perlengkapanperalatanlukakapas,perbanelastik.
a. peralatanpenjahitanluka;
b. sarungtangan;
c. obatantiseptik;
d. selimutpengaman;
e. bidai(termasukkolarleher);
f. ATS/ABU.
f. Evakuasiposmedissekunder
Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung rumah
sakit terlampaui, atau korban membutuhkan perawatan khusus (mis.
bedah saraf), korban harus dipindahkan ke rumah sakit lain yang
menyediakanfasilitasyangdiperlukanpenderita.Pemindahansepertiini
dapat dilakukan ke rumah sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah atau
provinsilain,ataubahkankenegaralain.
Pelayananmedisspesialistik,sepertibedahsaraf,mungkintersedia
padarumahsakitdiluarareabencana.Namun,evakuasimedissemacam
ini harus dengan hatihati dikontrol dan terbatas bagi pasien yang
memerlukan penanganan spesialistik yang tidak tersedia pada area
bencana.Kebijakanmengenaievakuasiharusdistandarisasiantaratenaga
kesehatan yang memberikan bantuan pemulihan di area bencana dan
rumahsakityangakanmenerimapasien.
2.
PelayananKesehatanPengungsi
2.1. PengendalianPenyakitdanPenyehatanLingkungan
Pengendalian penyakit dilaksanakan dengan pengamatan penyakit
(surveilans), promotif, preventif dan pelayanan kesehatan (penanganan
kasus)yangdilakukandilokasibencanatermasukdipengungsian.Baikyang
dilaksanakandisaranapelayanankesehatanyangmasihadamaupundipos
kesehatanyangdidirikandalamrangkapenanggulanganbencana.
59
kerusakanlingkungandanpencemaran;
padaumumnyatempatpenampunganpengungsitidakmemenuhisyarat
kesehatan;
diantaraparapengungsibanyakditemuiorangorangyangmemilikirisiko
tinggi,sepertibalita,ibuhamil,berusialanjut;
KurangnyaPHBS(PrilakuHidupBersihdanSehat);
a. SurveilansPenyakitdanFaktorRisiko
Surveilans penyakit dan faktor risiko pada umumnya merupakan
suatu upaya untuk menyediakan informasi kebutuhan pelayanan
kesehatan di lokasi bencana dan pengungsian sebagai bahan tindakan
kesehatan segera. Secara khusus, upaya tersebut ditujukan untuk
menyediakaninformasikematiandankesakitanpenyakitpotensialwabah
60
pengumpulandata;
a) datakesakitandankematian:
(1) data kesakitan yang dikumpulkan meliputi jenis penyakit
yang diamati berdasarkan kelompok usia (lihat Lampiran 8
dan10untukformBA3danBA5);
(2) data kematian adalah setiap kematian pengungsi, penyakit
yangkemungkinanmenjadipenyebabkematianberdasarkan
kelompok usia (lihat Lampiran 11 dan 12 untuk form BA6
danBA7);
(3) data denominator (jumlah korban bencana dan jumlah
penduduk
beresiko)
diperlukan
untuk
menghitung
pengolahandanpenyajiandata;
61
analisisdaninterpretasi;
Kajian epidemiologi merupakan kegiatan analisis dan interpretasi
data epidemiologi yang dilaksanakan oleh tim epidemiologi .
Langkahlangkahpelaksanaananalisis:
a) menentukanprioritasmasalahyangakandikaji;
b) merumuskan pemecahan masalah dengan memperhatikan
efektifitasdanefisiensikegiatan;
c) menetapkanrekomendasisebagaitindakankorektif.
4)
penyebarluasaninformasi.
Penyebaraninformasihasilanalisisdisampaikankepadapihakpihak
yangberkepentingan.
b. ProsesKegiatanSurveilans
1)
Kegiatandiposkesehatan
Pos kesehatan di lokasi pengungsi adalah sarana kesehatan
sementara
yang
diberi
tanggungjawab
menyelenggarakan
kesehatan
bertujuan
untuk
memulihkan
dan
b)
c)
d)
sesuaidenganasaspenyelenggaraanpuskesmas,poskesehatan
yang dikelola oleh swasta atau lsm, harus sepengetahuan dan
dibawah
koordinasi
puskesmas/dinas
kesehatan
kabupaten/kotasetempat;
e)
f)
g)
pelayananyangdiselenggarakanmeliputipelayanankesehatan
dasar,yanguntukbeberapahaldisesuaikandengankondisidan
situasisetempat;
h)
surveilans
epidemiologi
penanggulanganklb;
(4) menyelenggarakan
kegiatan
pencegahan
dan
penanggulanganklb;
(5) menyelenggarakankegaiatanpenyehatanlingkungan.
i)
disampingpenyakityangberpotensiklb,penyakittidakmenular
jugadiamatisepertitraumadanlukaluka;
63
j)
Kegiatandipuskesmas
Kegiatansurveilansyangdilakukandipuskesmas,antaralain:
a)
danrawatinapposkesehatanyangadadiwilayahkerja(form
ba3,ba6);
b)
validasidataagardatamenjadisahihdanakurat;
c)
d)
3)
pembuatandanpengirimanlaporan(formba5danba7).
Kegiatandirumahsakit
Kegiatansurveilansyangdilakukandirumahsakit,antaralain:
a) pengumpulan data kesakitan penyakit yang diamati dan
kematian melalui pencatatan rujukan kasus harian kunjungan
rawatjalandanrawatinapdariparakorbanbencana(formba3,
ba6);
b) validasidataagardatamenjadisahihdanakurat;
c)pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan
usiadantempattinggalperminggu(formba4);0
d) pembuatandanpengirimanlaporan(formba5danba7).
4)
Kegiatandidinaskesehatankabupaten/kota
Kegiatan surveilans yang dilakukan di tingkat Kabupaten/Kota,
antaralain:
a) pengumpulan data berupa jenis bencana, lokasi bencana,
keadaanbencana,kerusakansaranakesehatan,angkakesakitan
penyakityangdiamatidanangkakematiankorbanbencanayang
berasaldari puskesmas,rumah sakit,atauPoskeskhusus(form
BA1,BA2);
b) surveilansaktifuntukpenyakittertentu(formBA3danBA6);
c) validasidataagardatamenjadisahihdanakurat;
d) pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan
umurdantempattinggalperminggu(formBA4);
e) pertemuan tim epidemiologi kabupaten/kota untuk melakukan
analisis data dan merumuskan rekomendasi rencana tindak
lanjutPenyebarluasaninformasi.
5)
Kegiatandidinaskesehatanprovinsi
65
Kegiatansurveilansyangdilakukanditingkatprovinsi,antaralain:
a) pengumpulan data kesakitan penyakitpenyakit yang diamati
dankematiankorbanbencanayangberasaldaridinaskesehatan
kabupaten/kota(formBA1,BA2,BA6danBA7)
b) surveilansaktifuntukpenyakitpenyakittertentu;
c) validasidataagardatamenjadisahihdanakurat;
d) pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan
umurdantempattinggalperminggu(formBA4);
e) pertemuan tim epidemiologi provinsi untuk melakukan analisis
Hasil
Adanya rekomendasi dari hasil kajian analisis data oleh tim
epidemiologi diharapkan dapat menetapkan rencana kegiatan
korektifyangefektifdanefisiensesuaidengankebutuhan.Rencana
kegiatankorektifinitentunyadapatmenekanpeningkatanpenyakit
khususnya penyakit menular di lokasi bencana yang akhirnya
menekanangkakematianakibatpenyakitpadapascabencana.
c. Imunisasi
Dalam situasi bencana/di lokasi pengungsian, upaya imunisasi harus
dipersiapkan dalam mengantisipasi terjadinya KLB PD3I terutama campak.
Dalammelakukanimunisasiinisebelumnyadilakukanpenilaiancepatuntuk
mengidentifikasihalhalsbb:
1) dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat di wilayah
bencana/lokasi pengungsian terutama para pengungsi, lingkungan,
saranaimunisasi,sumberdayamenusia(petugaskesehatan/imunisasi)
2) data cakupan imunisasi dan epidemiologi penyakit, sebelum bencana
dalam 3 tahun terakhir, untuk menentukan kebutuhan upaya imunisasi
berdasarkananalisasituasidalamrangkapencegahanklbpd3i
66
dan
penanggulangannya
mengacu
pada
Pedoman
d. PengendalianVektor
Pelaksanaan pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian
di lokasi pengungsi adalah pengelolaan lingkungan, pengendalian dengan
insektisida,sertapengawasanmakanandanminuman.
Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya
pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat
besar seperti lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan
pengendalian vektor dapat berupa penyemprotan, biological control,
pemberantasansarangnyamuk,danperbaikanlingkungan.
67
2)
Menghindarikontakdenganvektorsehinggapenyakityangditularkan
melaluivektortersebutdapatdicegah.
3)
surveicepatdanmetodepengendalian.Pengendalianvektordilakukandari
cara yang paling sederhana seperti perlindungan personal dan perbaikan
rumah sampai pada langkahlangkah yang lebih kompleks yang
membutuhkanpartisipasidariparaahlipengendalianvektor.
Metodepengendaliandapatdiklasifikasikansebagaiberikut:
1)
2)
3)
Pengendaliankimiawidapatdilakukandenganbeberapacara;
a) Insektisidauntukpenyemprotan(IRS,spray,fogging)untukvektor
dewasa;
b) Larvicida untuk pengendalian larva; data resistensi terhadap
insektisida akan berguna dalam membantu memastikan
insektisidayangakandipilih.
c) Penggunaanrepellents;banyakmasyarakatterbiasamenggunakan
berbagai bahan sebagai repellents. Penggunaan repellents ini
efektif dan tidak berbahaya, mereka dianjurkan untuk
menggunakannya dalam situasi darurat, dan hal ini sebenarnya
sudah umum pada sebagian masyarakat untuk memakai
repellentsyangterbuktimanfaatnya.
e. PencegahandanPengendalianPenyakit
Penyakit menular merupakan masalah yang perlu mendapat
perhatian besar, mengingat potensi munculnya KLB/wabah penyakit
menular sebagai akibat banyaknya faktor risiko yang memungkinkan
terjadinyapenularanpadasaatbencanabaikdipengungsianmaupunpada
masyarakat.Umumnyapenyakitinitimbul1minggusetelahbencana.
KLB/wabah penyakit dapat menyebabkan korban jiwa, jumlah
penderita yang banyak dalam kurun waktu yang singkat, sehingga
mengakibatkan lonjakan kebutuhan dana dan tenaga dalam upaya
pengedalianKLB/wabah.UntukmencegahterjadinyaKLB/wabahpenyakit,
maka pada saat bencana perlu dilakukan upaya pencegahan dan
pengendalianpenyakitmenular.Upayatersebutmeliputi:
mengidentifikasifaktorresiko;
upayapencegahandanpengendalian/meminimalisirfaktorresiko;
69
kalkulasikebutuhanlogistikuntukpenatalaksanaankasus;
1) PencegahandanPenanggulanganPenyakitDiare
Penyakit diare merupakan penyakit menular yang sangat
potensialterjadididaerahpengungsianmaupunwilayahyangterkena
bencana, yang biasanya sangat terkait erat dengan kerusakan,
keterbatasan penyediaan air bersih dan sanitasi dan diperburuk oleh
perilakuhidupbersihdansehatyangmasihrendah.
Pencegahan penyakit diare dapat dilakukan sendiri oleh para
pengungsi,antaralain:
a)
gunakanairbersihyangmemenuhisyarat;
b)
c)
berilahairsusuibu(asi)sajasampaibayiberusia6bulan;
d)
e)
f)
g)
semuaanggotakeluargabuangairbesardijamban;
h)
buangtinjabayidananakkecildijamban.
Penyediaan air bersih yang cukup dan sanitasi lingkungan yang
memadaimerupakantindakanpencegahanpenyakitdiare,sedangkan
pencegahan kematian akibat diare dapat dilakukan melalui
70
PenatalaksanaanDiare
Bilamana ditemukan adanya penderita diare di lokasi bencana atau penampungan pengungsi,
langkahlangkahpenatalaksanaankasuspenderitadiareadalah:
1.
menentukanderajatdehidrasi;
Tabelpenilaianderajatdehidrasi
A
PENILAIAN
Bilaada2tandaataulebih
Lihat:
KeadaanUmum
Baik,sadar
Gelisah,rewel
Lesu,lunglaiatau
tidaksadar
Mata
Normal
Cekung
Cekung
minum)
TidakHaus
banyak
tidakbisaminum
Raba/Periksa:
TurgorKulit
Kembalicepat
Kembalilambat
Kembalisangat
Lambat(lebihdari
2detik)
TentukanDerajat Tanpadehidrasi
Dehidrasi
Sedang (dehidrasi
tidakberat)
RencanaPengobatan
RencanaTerapiA
RencanaTerapiB
RencanaTerapiC
2. Menentukanpengobatandehidrasiyangtepat.
RencanaterapiA
:untukmengobatipenderitadiaretanpadehidrasi.
RencanaterapiB
:.untukmengobatipenderitadiaredengandehidrasiringan/sedang.
RencanaterapiC
:untukmengobatipenderitadiaredengandehidrasiberat.
2.1. RencanaTerapiA(pengobatandiaredirumahuntukpenderitadiaretanpadehidrasi)
Tigacarapengobatandiaredirumah:
71
a. berikananaklebihbanyakcairandaripadabiasanyauntukmencegahdehidrasi;
1) gunakancairanrumahtanggayangdianjurkansepertilarutanoralit,makananyang
cair (seperti sup, air tajin). gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan
dalamdibawah;
(catatan: jika anak yang sakit berusia <6 bulan dan belum makan makanan padat,
lebihbaikdiberioralitdanairmatangdaripadamakananyangcair).
2) berikan larutan ini sebanyak anak mau. berikan jumlah larutan oralit seperti
dibawahsebagaipenuntun;
3) teruskanpemberianlarutaninihinggadiareberhenti.
b. berianakmakananuntukmencegahkuranggizi;
1) teruskanasi;
2) bilaanaktidakmendapatasiberikansusuyangbiasadiberikan.untukanak<dari6
bulan dan belum mendapat makanan padat, dapat diberikan susu yang dicairkan
denganairyangsebandingselama2hari;
3) bilaanak6bulanataulebihatautelahmendapatkanmakananpadat:
a) berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan
kacangkacangan, sayur, daging atau ikan. tambahkan 1 atau 2 sendok teh
minyaksayurtanpaporsi;
b) berikansaribuahsegarataupisanghalusuntukmenambahkalium;
c) berikan makanan yang segar. masak dan haluskan atau tumbuk makanan
denganbaik;
d) doronganakuntukmakan,berikanmakanansedikitnya6kalisehari;
e) berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan
tambahansetiaphariselama2minggu.
c. bawaanakkepetugaskesehatanbilaanaktidakmembaikdalam3hariataumenderita
sebegaiberikut.
1) buangairbesarcairseringsekali;
2) muntahberulangulang;
3) sangathaussekali;
4) makanatauminumsedikit;
5) demam;
6) tinjaberdarah.
Gunakancarainiuntukmengajariibu:
1) teruskanmengobatianakdiaredirumah;
72
2) berikanpengobatanawalbilaterkenadiarelagi.
Periksaadatidaknyadarahpadatinja,bilaada,maka:
1) obatipenderitaselama5haridenganantibiotikaoralyangdianjurkanuntukshigella
(kotrimoksasol);
2) ajariibucaramemberimakanpadaanaksepertidijelaskandalamrencanaterapia;
3) periksaanakkembalisetelah2hari,apabilaanak(penderita):
-
usianyakurangdari1tahun;
sebelumnyapernahmenderitadehidrasi;
masihadadarahdalamtinja.
4) tidakmembaik;
5) apabila tinja masih berdarah setelah 2 hari ganti dengan antibiotika kedua yang
dianjurkanuntukshigella.berikanselama5hari;
6) apabila mungkin lakukan pemeriksaan untuk e. histolitica (bentuk tropozoid a
denganseldarahmerahdidalamnya).apabilapositif,beriobatantiamoeba.
2.2. RencanaterapiB(untukterapidehidrasiringan/sedang)
a. Jumlahoralityangdiberikandalam3jampertama
OralityangdiberikandihitungdenganmengalikanBERATBADANpenderita(kg)dengan
75ml.
Bila berat badan anak tidak diketahui dan/atau untuk memudahkan di lapangan,
berikanobatsesuaitabelberikut:
Usia
<1tahun
14tahun
>5tahun
Dewasa
Volume
300ml
800ml
1.200ml
2.400ml
Oralit
1) bilaanakmenginginkanlebihbanyakoralit,berikan;
2) bujukibuuntukmeneruskanasi;
3) untukbayiusiakurangdari6bulanyangtidakmendapatkanasi,berikanjuga100
200mlairmasakselamamasaitu.
b. Amatianakdenganseksamadanbantuibumemberikanoralit:
1) tunjukkanjumlahcairanyangharusdiberikan;
2) tunjukkan cara memberikannya sesendok teh setiap 12 menit untuk anak usia di
bawah2tahun,beberapategukdaricangkiruntukanakyanglebihtua;
73
3) periksadariwaktukewaktujikaadamasalah;
4) bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian teruskan pemberian oralit tetapi
lebihlambat,misalnyasesendoktiap23menit;
5) bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oral dan berikan air masak
atauasi,berioralitsesuairencanaterapiabilapembengkakantelahhilang.
c. Setelah 34 jam, nilai kembali anak dengan menggunakan bagan penilaian, kemudian
pilihrencanaterapia,b,ataucuntukmelanjutkanterapi:
1) bilaadadehidrasi,gantirencanaterapia.biladehidrasitelahhilang,anakbiasanya
kencingdanlelah,kemudianmengantukdantidur;
3) bilatandamenunjukkandehidrasiberat,gantidenganrencanaterapic.
d. Bilaibuharuspulangsebelumselesairencanaterapib:
1) tunjukkanjumlahoralityangharusdihabiskandalamterapi3jamdirumah;
2) berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana
terapia;
3) tunjukkancaramelarutkanoralit;
4) jelaskan3caradalamrencanaterapiauntukmengobatianakdirumah:
a) memberikanoralitataucairanlainhinggadiareberhenti;
b) memberikanmakananaksebagaimanabiasanya.
e. Periksaadatidaknyademamdanukursuhutubuh:
1) apabilaanakberusiakurangdari2bulan,berikancairansesuaiyangdibutuhkan;
2) apabila suhu anak mengalami panas (suhu tubuh 38c atau lebih) sesudah
direhidrasi, rujuk ke rumah sakit. jangan beri anak parasetamol atau obat anti
malaria;
3) apabila anak berusia 2 tahun atau lebih, bila demam (39c atau lebih) atau ada
riwayat demam pada hari sebelumnya, berikan obat antimalaria (berikan
tatalaksanaprogrampemberantasanmalaria).
f.
Apabiladiaretelahberlangsungselama14hariataulebih:
1) rujukkerumahsakitbilaanak(penderita):
a) usianyakurangdari6bulantahun;
b) mengalamidehidrasi(rujukanaksetelahdehidrasinyadiatasi).
2) apabila diare belum berlangsung selama 14 hari, ajari ibu cara memberi makan
sesuaiterapiadisampingjuga:
74
a) berikanporsisusuyangbiasadiberikanditambahbuburnasi+tempe;
b) berikan bubur ditambah minyak sayur, kacang, daging atau ikan (makanan
pendampingasi)6kalisehari.
3) anjurkanibuuntukmembawakembalianaknyasetelah5hari:
a) biladiaretidakberhenti,rujukkerumahsakit;
b) biladiareberhenti,anjurkanibuuntuk:
(1) meneruskanmakananyangbiasadiberikan
(2) sesudah1minggu,mulaidenganmemberikansusuyangsepertibiasa
(3) memberikanmakananekstrasetiaphariselama1bulan.
2.3. RencanaTerapiC(untukterapidehidrasiberat)
Bilapenderitadalamkeadaandehidrasiberat,rehidrasiharussegeradimulai.Setelahitu
pemeriksaanlainnyadapatdilanjutkan.
a. Memberikanterapizincselama10hariberturutturut
SemuapenderitadiareBalitaharusmendapatkantabletzincselama10hariberturut
turutmeskipundiaresudahberhenti.Tabletzincdapatdiberikandengancaradikunyah
atau dilarutkan dalam sesendok air matang/ ASI sebelum diberikan pada anak. Dosis
untukanak<6bulansebanyaktablet(10mg)/hari,sekalidalamsehari.Dosisuntuk
anak > 6 bulan sebanyak 1 tablet (20 mg)/ hari, sekali dalam sehari. Seluruh petugas
kesehatan harus memahami dosis dan cara pemberian tablet zinc yang tepat serta
menjelaskannyakepadakeluargapasien.
b. Mencari masalah lain, seperti, kurang gizi, adanya darah dalam tinja dan diare yang
lebih dari 14 hari. Selain diperiksa status dehidrasinya harus pula diperiksa gejala
lainnya untuk menentukan adanya penyakit lain seperti adanya darah dalam tinja,
demam,kuranggizidanlainsebagainya.
1) bila tinja penderita mengandung darah berarti penderita mengalami disentri yang
memerlukanpengobatanantibiotik;
2) bila ditemukan tersangka kolera dengan gejala diare terusmenerus, cair seperti
cucianberas,berbauamis,tanpasakitperutdanpadagejalaawaldisertaimualdan
muntah segera dilakukan pengambilan specimen hapus dubur ( rectal swab) rujuk
specimenkeLabkesdaatauBTKL.DanpenderitadirawatinapdanberiAntibiotika.
Bilahasilpemeriksaanlaboratorium(+),segeralaporkeDinasKesehatanKab/Kota;
3) bilapenderita diare 14hariatau lebih berartimenderitadiare persisten dan perlu
pertimbangkan pengobatan dengan antibiotika, karena kecil kemungkinan
75
disebabkanolehvirus;
4) bilapenderitademam(>38C)danberumur>2bulandapatdiberikanobatpenurun
panas;
5) biladidaerahtersebutendemikmalariadananakadariwayatdemamsebelumnya
dapat diberikan pengobatan sesuai program malaria. Keterangan lengkap tentang
masalahlainlihatpadagambartatalaksanapenderitadiare.
c. Langkahlangkahpemberianantibiotika,antaralain:
1) tentukanjenisantibiotikyangtepatsesuaidenganpenyebabdiare;
2) tentukan dosis yang tepat sesuai dengan usia anak atau berat badan anak, sesuai
tabeldibawah;
a) untukdisenteri:beriantibiotikyangdianjurkanuntukshigella:
(1) antibiotikpilihanpertama:kotrimoksasol;
(2) antibiotikpilihankedua:asamnalidiksat.
Tabel.Dosisantibiotikkotrimoksasol
Dosisantibiotikkotrimoksasol
Berikandosispertamaantibiotikditempatberobat
Tabel.Dosisantibiotikasamnalidiksatdanmetronidazol
KOTRIMOKSASOL
Usia / berat
2kalisehariselama5hari
badan
2bl4bl
tabletdewasa
tabletanak
sirupanak/5mlsirup
(80mgtrimetoprim
(20mgtrimetoprim
(40mgtrimetoprim
+400mg
+100mg
+200mg
sulfametoksazol)
sulfametoksazol)
sulfametoksazol)
(sendoktakar)
(4<6kg)
4bl12bl
(10<16kg)
3th<5th
(16<19kg)
5ml
(1sendoktakar)
(6<10kg)
12bl<3th
2,5ml
7,5ml
(1sendoktakar)
10ml
(2sendoktakar)
76
Usia / berat
badan
ASAMNALIDIKSAT
METRONIDAZOL
4kalisehariselama5hari
3kalisehariselama10hari
tabletdewasa
untukdisenteriamuba
(500mg/tablet)
tabletdewasa
(500mg/tab)
2bl4bl
50mg(1/8tablet)
50mg(1/8tablet)
100mg(1/4tablet)
100mg(1/4tablet)
200mg(1/2tablet)
200mg(1/2tablet)
(4<6kg)
4bl12bln
(6<10kg)
12bln<5th
(10<19kg)
b) Untukkolera:beriantibiotikyangdianjurkanuntukkoleraselama3hari:
(1) antibiotikpilihanpertama:tetrasiklin;
(2) antibiotikpilihankedua:kotrimoksasol(trimetoprim+sulfametoksasol).
Tabel.DosisAntibiotikuntukKolera
USIA
TETRASIKLIN
KOTRIMOKSASOL
2Kalisehariselama5hari
250mg
Tablet
Tablet
Tablet
SirupAnak/
Dewasa
Anak
5mlsirup
480mg
120mg
(40mgTrimetoprim
0bl4bl
JANGANDIBERI
1/4
+200mgSulfametoksazol)
1
(sendoktakar)
(4<6kg)
4bl12bln
1/2
5ml
(1sendoktakar)
(6<10kg)
3th<5th
2,5ml
(16<19kg)
10ml
(2sendoktakar)
Seseorangdicurigaikoleraapabila:
77
Tabel.DosisAntibiotikAsamNalidiksatdanMetronidazol
Usia / berat
badan
ASAMNALIDIKSAT
METRONIDAZOL
4kalisehariselama5hari
3kalisehariselama10hari
tabletdewasa
untukdisenteriamuba
(500mg/tablet)
tabletdewasa
(500mg/tab)
2bl4bl
50mg(1/8tablet)
50mg(1/8tablet)
100mg(1/4tablet)
100mg(1/4tablet)
200mg(1/2tablet)
200mg(1/2tablet)
(4<6kg)
4bl12bln
(6<10kg)
12bln<5th
(10<19kg)
3) campurkan tablet antibiotika yang telah digerus dengan air matang untuk
mempermudah anak menelannya. bila anak minum asi, mintalah ibu untuk
mencampurkanpuyerdenganasisecukupnyapadamangkukyangbersih;
4) persilahkanibunyauntukmencobamemberikanantibiotikatersebutpadaanaknya.
biasanyaanak akan lebih mudahminum obat jikadisuapioleh ibunya.hal inijuga
merupakan cara untuk memastikan bahwa ibunya sudah bisa memberikan
antibiotika sebelum meninggalkan puskesmas. bila anak memuntahkan obat yang
diminumsebelumsetengahjam,ulangipemberianantibiotikanya.
d. Halhal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ulang 2 hari kemudian pada anak
dengandiareyangdiberiantibiotika,antaralain:
1) setiapanak dengan diare yang mendapatantibiotika, harus dibawakembali 2 hari
78
TatalaksanaDiaredikenaldenganLintas5(LimaLangkahTuntaskanDiare)
1. OralitOsmolaritasRendah
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan
oralit. Bila tidak tersedia, berikan minuman lebih banyak cairan rumah tangga yang
mempunyaiosmolaritasrendahyangdianjurkansepertiairtajin,kuahsayurdanairmatang.
Macamcairanyangdigunakanbergantungpada:
a) kebiasaansetempatdalammengobatidiare;
b) tersedianyacairansarimakananyangcocok;
c) jangkauanpelayanankesehatan.
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas
kesehatanatausaranakesehatanuntukmendapatkanpengobatanyangcepatdantepat.
Kandunganoralitdenganosmolaritasrendah(200ml)sebagaiberikut:
Natriumklorida/Sodiumchloride
...........0,52gram
Kaliumklorida/Potassiumchloride
...........0,3gram
Trisodiumsitratdihidrat/Trisodiumcitratedihydrate`...........0,58gram
Glukosaanhidrat/Glucoseanhydrate
...........2,7gram
79
Caramenyiapkanoralit:
a) cucitanganpakaisabun;
b) siapkanair1gelas(200cc)yangsudahdimasak,sampaimendidih;
c) masukkan1bungkusoralitkedalamgelasyangberisiairmatang;
d) aduksampailarut;
e) minumkankependerita.
TakaranMembuatOralit
Usia
3Jam
Selanjutnyasetiapkali
Pertama
mencret
<1tahun
1gelas
gelas
14tahun
3gelas
1gelas
512tahun
6gelas
11gelas
>12tahun
12gelas
12gelas
Jika anak akan diberi larutan oralit dirumah, tunjukkan kepada ibu jumlah oralit yang
diberikansetiaphabisbuangairbesardanberikanoralitcukupuntuk2hari:
Usia
Jumlahoralityang
Jumlahoralitsesuaiyang
diberikantiapbab
disediakandirumah
*12Bulan
50100ml
400ml/hari(2bungkus)
14tahun
100200ml
600800ml/hari,34bungkus
*5tahun
200300ml
8001000ml/hari,45bungkus
Dewasa
300400ml
12002800ml/hari
TUNJUKKANKEPADAIBUCARAMENCAMPURORALIT
TUNJUKKANKEPADAIBU CARAMEMBERIORALIT
a) perkirakankebutuhanoralituntuk2hari;
b) berikansesendokthetiap12menituntukanakdibawahumur2tahun;
c) berikanbeberapategukdarigelasuntukanaklebihtua;
d) bilaanakmuntah,tunggulah10menit.kemudianberikancairanlebihsedikit(misalnya
80
sesendoktiap12menit);
e) biladiareberlanjutsetelahbungkusoralithabis,beritahuibuuntukmemberikancairan
lain seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali kepada petugas kesehatan
untukmendapattambahanoralit.
2. Zinc
ZincdiberikanpadasetiapBalitayangmenderitadiaredengan dosis;untuk anakberumur
kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg ( tablet) zinc per hari, sedangkan untuk anak
berumur lebih dari 6 bulan diberikan 1 tablet zinc 20 mg. Pemberian zinc diteruskan
sampai 10 hari, walaupun diare sudah membaik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
kejadiandiareselanjutnyaselama3bulankedepan.
Carapemberiantabletzinc:
larutkantabletdalam1sendokmakanairmatang,atauASI.
3. PemberianASI/Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu
formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yangtelahmendapatmakananpadatharusdiberikanmakananyangmudahdicernasedikit
demi sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan
selama2mingguuntukmembantupemulihanberatbadananak
4. PemberianAntibiotikaHanyaAtasIndikasi
Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare yang
memerlukannya (8,4%). Antibiotik hanya bermanfaat pada anak dengan diare berdarah
(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera, dan infeksiinfeksi di luar saluran
pencernaanyangberat,sepertipneumonia.Walaupundemikian,pemberianantibiotikyang
irasional masih banyak ditemukan. Sebuah studi melaporkan bahwa 85% anak yang
berkunjung ke Puskesmas di 5 propinsi di Indonesia menerima antibiotik (Dwiprahasto,
1998).
Obatobatan antidiare tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena
terbuktitidakbermanfaat.Obatantimuntahtidakdianjurkankecualimuntahberat.Obat
obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
81
sebagian menimbulkan efek samping yang berbahaya, dan bisa berakibat fatal. Obat
antiprotozoadigunakanbilaterbuktidiaredisebabkanolehparasit(amuba,giardia).
5. PemberianNasihat
Ibuataukeluargayangberhubunganeratdenganbalitaharusdiberinasihattentang:
a) caramemberikancairandanobatdirumah;
b) kapanharusmembawakembalibalitakepetugaskesehatan:
1) diarelebihsering;
2) muntahberulang;
3) sangathaus;
4) makanatauminumsedikit;
5) timbuldemam;
6) tinjaberdarah;
7) tidakmembaikdalam3hari.
BilaAnakmenderitagiziburuk:
a) Janganberusahamerehidrasisendiri,rujuklangsungkerumahsakit.
b) Beri oralit 5 ml/kg BB/jam selama dalam perjalanan dan tunjukkan cara
memberikannya.
KesiapsiagaanterhadapkemungkinanKLB
PadafaseiniTimReaksiCepatmelakukankesipasiagaanyangberupakegiatanyangdilakukan
terusmenerusdengankegiatanutamanya:
1 mempersiapkanmasyarakatpengungsiuntukpertolonganpertamabilaterjadidiareseperti
rencanaterapia;
2 membuatdanmenganalisakasushariandiare;
3 menyiapkan kebutuhan logistik khususnya oralit, zinc, cairan ivrl, antibiotika (tetrasiklin,
kotrimoksasol)danperalatanmedislainnya;
4 mengembangkanprosedursederhanakewaspadaandinidimasyarakatpengungsi.
2) PencegahandanPenanggulanganPenyakitISPA
PenyakitInfeksiSaluranPernapasanAkut(ISPA)merupakansalah
satu penyebab utama kematian bayi dan anak balita. Kematian
82
PenatalaksanaanpenderitaISPA
KlasifikasipenyakitISPApadaanakusia2bulansampai<5tahundapatdilihatpadaTabel3.
Selaintigaklasifikasitersebut,terdapattandabahayapadaanakusia2bulansampai5tahun
yangperludiperhatikan,antaralain:
1. tidakbisamakan/minum;
2. anakkejang;
3. terdengarstridorwaktutenang;
4. anakdengangiziburuk.
Anak yang mempunyai salah satu tanda bahaya, harus segera dirujuk ke
Puskesmas/RumahSakitsecepatmungkindengancatatan:
1.
2.
berikansatukalidosisantibiotiksebelumanakdirujuk(bilamemungkinkan).
83
Tabel.KlasifikasipenyakitISPApadaanakusia2bulansampai<5tahun
TANDA
bawah
ke
ada
dinding
dalam
tarikan TakadaTDDK,dan
ke Tidak Disertai nafas
dada
dalam(TDDK)
cepat:
Nafascepat:
2bl12bl:50x
2 bl12 bl : 50x
/menit
/menit
1 th 5 th: 40x
1 th 5 th : 40x
/menit
/menit
<2bl:< 0x
<2bl:60
KLASIFIKASI PNEUMONIABERAT
TINDAKAN
Rujuk
PNEUMONIA
segera
perawatandirumah
saranarujukan
bila
BUKANPN UMONIA
jarak
saranarujukanjauh
antibiotika
rujuk
untuk
pemeriksaan
lanjutan.
selama5hari
Bilademam,obati
Bilawheezing,obati
lebih
bilaada
cepat
keadaan
anak
perawatandirumah
Bilademam,obati
memburuk
Bilademam,obati
Bilawheezing,obati
Bilawheezing,obati
PERIKSALAHDALAM2HARIANAKYANGDIBERIANTIBIOTIKA
MEMBURUK
MEMBAIK
TANDA
Takdapatminum
TIDAKBERUBAH
Nafasmembaik
TINDAKAN
AdaTDDK
Panasturun
Adatandabahaya
Nafsumakanmembaik
pemberian
84
PERHATIANdalamPemberianANTIBIOTIKA
Jangan memberikan kotrimoksasol pada bayi yang ikterik atau bayi prematur usia kurang
dari1tahun.
Janganmemberikanamoksisilin,ampisilin,prokainpenisilinataubenzatinpenisilinbilaanak
adariwayatmengalamianafilaksis/alergisetelahpemberianpenisilin.
Langkahlangkahpemberianantibiotika,antaralain:
1. tentukandosisyangtepatsesuaidenganusiaanak;
Tabel.DosisAntibiotikKotrimoksasol
DOSISANTIBIOTIKKOTRIMOKSASOL
Berikandosispertamaantibiotikditempatberobat
Tunjukkepadaibucarapemberianantibiotikdirumah2kalisehariselama5hari
USIA
KOTRIMOKSASOL
2Kalisehariselama5hariTabletDewasa
(80mgTrimetoprin+400mgSulfametoksasol)
2bl6bl
6bl3th
35th
2. campurkan tablet antibiotika yang telah digerus dengan makanan untuk mempermudah
anakmenelannya.bilaanakminumasi,mintalahibuuntukmencampurkanpuyerdenganasi
secukupnyapadamangkukyangbersih;
3. persilahkanibunyauntukmemberiantibiotikatersebutpadaanaknyakarenabiasanyalebih
mudah disuapi oleh ibunya. hal ini juga merupakan cara untuk memastikan bahwa ibunya
sudah bisa memberikan antibiotika sebelum meninggalkan puskesmas. bila anak
memuntahkanobatyangdiminumsebelumsetengahjam,ulangipemberianantibiotikanya.
Halhal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ulang 2 hari kemudian pada anak dengan
pneumoniayangdiberiantibiotika,antaralain:
1. setiapanakdenganpenyakitpnemoniayangmendapatantibiotika,harusdibawakembali2
harikemudian.pemeriksaankeduasamadenganpemeriksaanpertama,untukmenentukan
apakahpenyakitnya:tidakmembaik,tetapsamaataumembaik;
2. penyakit anak memburuk bila anak menjadi sulit bernafas, tak mampu minum, timbul
85
tarikan dinding dada kedalam, atau tanda bahaya yang lain. anak yang demikian dirujuk
untukrawattinggal;
3. anak yang membaik pernafasannya akan melambat. tandatanda lain juga akan berkurang,
misalnya demam menurun atau menghilang, nafsu makan bertambah. mungkin masih
batuk.beritahuibunyauntukmeneruskanpemberianantibitikasampai5hari;
4. bila keadaan anak masih tetap sama seperti pada pemeriksaan sebelumnya, tanyakan
tentang pemberian antibitikanya. mungkin ada masalah yang mengakibatkan anak belum
minumantibiotikatersebut,atauminumdengantakarandanjadwalpemberianyangkurang
semestinya.apabilademikianteruskanlagipemberianantibiotikayangsama.bilaanaktelah
minum antibiotik dengan benar, obat tersebut harus diganti dengan antibiotika yang lain
(kalautersedia).kalautidakadaantibiotikayanglain,rujukkerumahsakit.
SaranbagiibutentangpengobatanISPAdirumah:
Perawatan di rumah sangat penting dalam penatalaksanaan anak dengan penyakit ISPA,
dengancara:
1. Pemberianmakanan;
berilahmakanansecukupnyaselamasakit;
tambahlahjumlahnyasetelahsembuh;
bersihkanhidungagartidakmengganggupemberianmakanan.
2. Pemberiancairan;
berilahanakminumanlebihbanyak;
tingkatkanpemberianasi.
3. Pemberian obat pelega tenggorokan dan pereda batuk dengan ramuan yang aman dan
sederhana;
4. Palingpenting:amatilahtandatandapneumonia
bawalahkembalikepetugaskesehatan,bila:
nafasmenjadisesak;
nafasmenjadicepat;
anaktidakmauminum;
sakitanaklebihparah.
86
3) PencegahandanPenanggulanganPenyakitMalaria
Di lokasi penampungan pengungsi penyakit malaria sangat
mungkin terjadi. Hal ini terutama penampungan pengungsi terletak
pada daerah yang endemis malaria atau pengungsi dari daerah
endemisdatangkelokasi penampunganpengungsipadadaerahyang
tidakadakasusnyatetapiterdapatvektor(daerahreseptifmalaria).
Beberapa cara pencegahan penularan malaria antara lain,
mencegahgigitannyamukdengancara:
a)
tidurdalamkelambu(kelambubiasaatauyangberinsektisida);
b)
memasangkawatkasa;
c)
menggunakanrepelen;
d)
membakarobatnyamuk;
e)
pencegahandenganobatantimalaria(profilaksis).
Pengobatan pencegahan malaria diberikan kepada kelompok
87
PenatalaksanaanKasusMalaria
Langkahlangkahdalampenatalaksanaanmalariaringan/tanpakomplikasi,antaralain:
1. Anamnesa;
Padaanamnesasangatpentingdiperhatikan,adalah:
a. keluhanutama,adanya:
1) demam;
2) menggigil;
3) berkeringat;
4) dapatdisertaiolehsakit kepala,mualataumuntahataudisertaiolehgejala
khas daerah, seperti diare pada balita dan nyeri otot atau pegalpegal pada
orangdewasa.
b. riwayatbepergian12mingguyanglalukedaerahmalaria;
c. riwayattinggaldidaerahmalaria;
d. pernahmenderitamalaria(untukmengetahuiimunitas);
e. riwayat pernah mendapat pengobatan malaria (untuk mengetahui pernah
mendapatobatpencegahanataupengobatanterapeutik).
2. Pemeriksaanfisik;
a. suhu38c;
b. adanyapembesaranlimpa(splenomegali);
c. pembesaranhati(hepatomegali);
d. anemia.
3. Pengambilansediaandarah;
Puskesmas pembantu dapat melakukan pengambilan sediaan darah dan dikirim ke
puskesmasuntukpemeriksaanlaboratorium.
4. Diagnosamalaria;
a. Secara klinis (tanpa pemeriksaan laboratorium): malaria klinis ringan/tanpa
komplikasidanmalariaklinisberat/dengankomplikasi;
b. secaralaboratorium(denganpemeriksaansediaandarah);
1) malariaklinisringan/tanpakomplikasi;
a) malaria falciparum (tropika), disebabkan oleh parasit plasmodium
88
falciparum;
b) malaria vivax/ovale (tertiana, disebabkan oleh parasit plasmodium
vivax/ovale);
c) malariamalariae,disebabkanolehparasitplasmodiumfalciparum.
2) malariaberat/komplikasi,disebabkanolehparasitplasmodiumfalciparum.
5. Diagnosabanding.
Diagnosisbandinguntukpenyakitmalaria,antaralain:
a. demamtifoid;
demam terus menerus 5 7 hari dengan keluhan abdominal (diare, obstipasi)
lidahkotor,bradikardirelatif,roseola,leukopenia,limfositosisrelatif.
b. demamdengue;
demam lebih 5 hari, disertai manifestasi sakit kepala, nyeri tulang, perdarahan
padakulit(patekie,purpura,hematom).
c. ISPA(InfeksiSaluranPernapasanAkut);
penyakityangdisertaidengangejalabatuk,beringus,dansakitmenelan.
d. pengobatanmalariaklinis.
Penatalaksanaanmalariaberatataudengankomplikasi:
1) anamnesa;
a) adanyagejalamalariaringandisertaidengangejalamalariaberat/dengan
komplikasidiatas;
b) riwayatbepergian/tinggaldidaerahmalaria12mingguyanglalu;
c) riwayatpernahdapatpengobatanmalaria;
d) riwayatpernahmenderitamalaria;
e) pernahdikunjungiolehorangyangdatangdaridaerahmalaria.
2) pemeriksaanfisik;
a) temperatur40c;
b) tekanandarahsistolik<70mmhgpadaorangdewasadanpadaanakanak
<50mmhg;
c) nadicepatdanlemah/kecil;
d) frekuensinafas>35xpermenitpadaorangdewasaatau>40xpermenit
padabalita,anakdibawah1tahun>50xpermenit;
89
kering,produksiurineberkurang);
f)
tandatandaanemiaberat(konjungtivapucat,telapaktanganpucat,lidah
pucatdanlainlain);
g) pembesaranlimpadanatauhepar;
h) gagalginjalditandaidenganoligurisampaidengananuria;
i)
terlihatmatakuning;
j)
tandatandaperdarahandikulit(peteki,purpura,hematom).
3) pemeriksaanlaboratorium;
g) Sepsis;
a) tindakanumum;
persiapan penderita malaria berat sebelum dirujuk ke puskesmas rawat
90
inapataurumahsakit:
perbaikikeadaanumumpenderita(bericairan,nutrisidanperawatan
umum);
ukursuhu,nadi,nafasdantekanandarah/tensisetiap30menit.
b) pemberianobatantimalaria;
Sebelum penderita dirujuk ke Puskesmas rawat inap atau Rumah Sakit
bilamemungkinkandilakukanpengobatansebagaiberikut:KinaHCl25%
(1ampulberisi500ml/2cc).
Sebelum dirujuk, 1 ampul Kina HCl, dosis 10 mg/kg BB dilarutkan dalam
500 ml dektrose 5% diberikan selama 8 jam diulang dengan cairan yang
samasetiap8jamsampaipenderitasadarataudapatminumobat.
Apabilatidakdapatdilakukaninfus,KinaHCLdapatjugadiberikansecara
intramuskuler tiap 8 jam pada dosis yang sama dengan pemberian
intravena(infus).
c) tindakankomplikasiorganumum.
Apabila ada kejangkejang, tindakan Phenobarbital (luminal) 100 mg
intramuskuler
kali
atau
Diazepam
10
20
mg
(intramuskuler/intravenus).
7) prognosa;
a) tingkatrujukan
91
apabilapenderitatidakbersediadirujukkerumahsakitpalingkurang
maupundirujukkePuskesmasrawatinap.
b) caramerujuk
apabiladibuatpreparatsediaandarahmalariaharusdiikutsertakan.
4) PencegahandanPenanggulanganPenyakitCampak
Pada dasarnya upaya pencegahan penyakit campak adalah
pemberian imunisasi pada usia yang tepat. Pada saat bencana,
kerawananterhadappenyakitinimeningkatkarena:
a) memburuknyastatuskesehatan,terutamastatusgizianakanak.
b) konsentrasipendudukpadasuatutempat/ruang(pengungsi).
c) mobilitaspendudukantarwilayahmeningkat(kunjungankeluarga).
d) cakupan imunisasi rendah yang akan meningkatkan kerawanan
yangberat.
Oleh karena itu pada saat bencana tindakan pencegahan
terhadap penyakit campak ini dilakukan dengan melaksanakan
imunisasi,dengankriteria:
a) jika cakupan imunisasi campak didesa yang mengalami bencana
<80%,tidakdilaksanakanimunisasimassal(sweeping).
b) jika cakupan imunisasi campak di desa bencana meragukan maka
dilaksanakan imunisasi tambahan massal (crash program) pada
setiap anak usia kurang dari 5 tahun (659 bulan), tanpa
memandang status imunisasi sebelumnya dengan target cakupan
95%.
Bilapadadaerahtersebutbelummelaksanakanimunisasicampak
secara rutin pada anak sekolah, imunisasi dasar juga diberikan pada
kelompok usia sekolah dasar kelas 1 sampai 6. Seringkali karena
suasanapadasaatdanpascabencanatidakmemungkinkandilakukan
imunisasimassal,makadiambillangkahsebagaiberikut:
92
a)
pengamatanketatterhadapmunculnyapenderitacampak.
b)
c)
TatalaksanapenderitaCampak
Berikutadalahsistemtatalaksanapenderitacampak.
1. Rujukanpenderitacampakdarimasyarakatposkesehatan
Padasaatbencana,setiapkeluarga,ketuakelompokpengungsi,kepaladesamendorong
setiap anggota keluarganya yang menderita sakit panas untuk segera berobat ke pos
kesehatanterdekat(termasukpenderitacampak).
Petugas menetapkan diagnosis dan tatalaksana penderita campak dengan benar dan
segeramelaporkankepetugaspengamatanpenyakit.
2. Tatalaksanakasus
Batasankasuscampak:
a. menderitasakitpanas(dirabaataudiukurdengantermometer39c)
b. bercakkemerahan
c. dengansalahsatugejalatambahan:batuk,pilek,matamerah,diare
Komplikasiberatcampak
a. bronchopneumonia
b. radangtelingatengah
c. diare
93
3. Langkahlangkahtatalaksana
a. penetapandiagnosaberdasarkanbatasandiagnosadankomplikasi.
b. panas kurang dari 3 hari, atau panas tanpa bercak kemerahan dan tidak diketahui
adanyadiagnosalain,maka:
1) berikan:obatpenurunpanas(parasetamol)
2) anjuran:
a) makandanminumyangbanyak
b) membersihkanbadan
c) jikatimbulbercakkemerahanatausakitnyasemakinmemberat/belumsembuh,
berobatkembalikeposkesehatan.
c. panasdanbercakkemerahandengansalahsatugejalatambahan(panas37hari).
a. berikan:
a) penurunpanas(parasetamol)
b) antibiotik(ampisilin,kotrimoksasol),lihattatalaksanaispa
c) vitamina
d) oralit
b. anjuran:
a) makandanbanyakminum
b) membersihkanbadan
c) jika timbul komplikasi: diare hebat, sesak napas atau radang telinga tengah
(menangis,rewel),segerakembalikeposkesehatan.
d) jika3haripengobatanbelummembaik,segerakembalikeposkesehatan.
PenyelidikandanPenanggulanganKLBCampak
Halhal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan dan penanggulangan KLB campak,
antaralain:
1. sumberinformasikasuscampak;
a. pelaksanaanpengamatanpenyakit;
b. laporanpetugaspenanggulanganbencana;
c. laporan masyarakat(kepaladesa,ketuakelompokpengungsi atauanggota masyarakat
lain).
94
2. kriteriaKLB;
Satu kasus di daerah bencana pada keadaan bencana adalah KLB (masa darurat, masa
rehabilitasi).
3. langkahlangkahpenyelidikan;
a. penetapandiagnosa;
b. mencari kasus tambahan dengan pelacakan lapangan, informasi semua kepala desa,
ketuakelompokpengungsidankeluargadidaerahbencana;
c. membuatgrafikpenderitaberdasarkanwaktukejadiankasus;
d. membuatpemetaankasus;
e. menetapkandaerahdankelompokyangbanyakpenderita;
f. menetapkan daerah atau kelompok yang terancam penularan, karena alasan
kemudahanhubungandanalasanrendahnyacakupanimunisasi;
g. melaksanakan upaya pencegahan dan melaksanakan sistem tatalaksana penderita
campak;
h. pengamatanselamaduakalimasainkubasi.
Catatan:Padasaatimunisasimassal,pisahkanantarayangsakitdanyangsehat.
5. penggerakkankewaspadaanterhadappenderitacampakdanpentingnyapencegahan;
a. kepalawilayah:pengarahanpenggerakkankewaspadaan;
b. menyusunsistemtatalaksanapenderitacampak;
c. dukunganupayapencegahan(imunisasimassal).
5) PenyakitMenularSpesifikLokal
PenyakitspesifiklokaldiIndonesiacukupbervariasiberdasarkan
daerah Kabupaten/Kota, seperti penyakit hepatitis, leptospirosis,
penyakit akibat gangguan asap, serta penyakit lainnya. Penyakit ini
95
2.2. AirBersihdanSanitasi
a. Airbersih
Sepertidiketahuiairmerupakankebutuhanutamabagikehidupan,
demikianjugadenganmasyarakatpengungsiharusdapatterjangkauoleh
ketersediaan air bersih yang memadai untuk memelihara kesehatannya.
Bilamana air bersih dan sarana sanitasi telah tersedia, perlu dilakukan
upayapengawasandanperbaikankualitasairbersihdansaranasanitasi.
Pada tahap awal kejadian bencana atau pengungsian ketersediaan
air bersih perlu mendapat perhatian, karena tanpa adanya air bersih
sangat berpengaruh terhadap kebersihan dan meningkatkan risiko
terjadinyapenularanpenyakitsepertidiare,typhus,scabiesdanpenyakit
menularlainnya.
Tujuanutamaperbaikandanpengawasankualitasairadalahuntuk
mencegah timbulnya risiko kesehatan akibat penggunaan air yang tidak
memenuhipersyaratan.
1) Standarminimumkebutuhanairbersih
Prioritas pada hari pertama/awal kejadian bencana atau
pengungsian kebutuhan air bersih yang harus disediakan bagi
pengungsi adalah 5 liter/orang/hari. Jumlah ini dimaksudkan hanya
untuk memenuhi kebutuhan minimal, seperti masak, makan dan
minum.
Padaharikeduadanseterusnyaharussegeradiupayakanuntuk
meningkatkan volume air sampai sekurang kurangnya 1520
liter/orang/ hari. Volume sebesar ini diperlukan untuk memenuhi
kebutuhanminum,masak,mandidanmencuci.Bilamanahalinitidak
terpenuhi,sangatbesarpotensirisikoterjadinyapenularanpenyakit,
terutamapenyaktpenyakitberbasislingkungan.
96
2) Sumberairbersihdanpengolahannya
Bila sumberairbersihyangdigunakanuntukpengungsiberasal
dari air permukaan (sungai, danau, laut, dan lainlain), sumur gali,
sumur bor, mata air dan sebagainya, perlu segera dilakukan
pengamananterhadapsumbersumberairtersebutdarikemungkinan
terjadinya pencemaran, misalnya dengan melakukan pemagaran
ataupun pemasangan papan pengumuman dan dilakukan perbaikan
kualitasnya.
Bila sumber air diperoleh dari PDAM atau sumber lain yang
cukup jauh dengan tempat pengungsian, harus dilakukan
pengangkutandenganmenggunakanmobiltangkiair.
Untukpengolahandapatmenggunakanalatpenyulingair(water
purifier/watertreatmentplant).
3) Beberapacarapendistribusianairbersihberdasarkansumbernya
Pendistribusian air permukaan (sungai dan danau) diperlukan
pompauntukmemompaairketempatpengolahanairdankemudian
ketangkipenampunganairditempatpenampunganpengungsi.
Pendistribusiansumurgalibilamanadiperlukandapatdipasang
pompa untuk menyalurkan air ke tangki penampungan air. Apabila
menggunakan Sumur Pompa Tangan (SPT) bila lokasinya agak jauh
dari tempat penampungan pengungsi harus disediakan alat
pengangkutsepertigerobakairdansebagainya.
Pendistribusian dengan sumber mata air perlu dibuat bak
penampungan air untuk kemudian disalurkan dengan menggunakan
pompaketangkiair
97
4) Tangkipenampunganairbersihditempatpengungsian
Tempat penampungan air di lokasi pengungsi dapat berupa
tangki air yang dilengkapi dengan kran air. Untuk mencegah
terjadinyaantrianyangpanjangdaripengungsiyangakanmengambil
air,perludiperhatikanjaraktangkiairdaritendapengungsiminimum
30meterdanmaksimum500meter.
Untukkeperluanpenampunganairbagikepentinganseharihari
keluarga pengungsi, sebaiknya setiap keluarga pengungsi disediakan
tempatpenampunganairkeluargadalambentukemberataujerigen
volume20liter.
5) PerbaikandanPengawasanKualitasAirBersih
Pada situasi bencana dan pengungsian umumnya sulit
memperoleh air bersih yang sudah memenuhi persyaratan, oleh
karenaituapabilaairyangtersediatidakmemenuhisyarat,baikdari
segifisikmaupunbakteriologis,perludilakukan:
buangatausingkirkanbahanpencemar;
lakukanpenjernihanairsecaracepatapabilatingkatkekeruhanair
yangadacukuptinggi;
periksakadarsisaklorbilamanaairdikirimdariPDAM;
a) PerbaikanKualitasAir
Bilamanaairyangtersediatidakmemenuhisyarat,baikdari
segi fisik maupun bakteriologis dapat dilakukan upaya perbaikan
kualitasairantaralainsebagaiberikut:
(1) penjernihanaircepat,menggunakan:
(a) alumuniumsulfat(tawas);
98
(b) polyalumuniumchlorida(PAC).
Lazimdisebutpenjernihaircepatyaitupolimerdarigaram
alumunium chloride yang dipergunakan sebagai koagulan
dalam proses penjernihan air sebagai pengganti
alumuniumsulfat.KemasanPACterdiridari:
cairan
yaitu
koagulan
yang
berfungsi
untuk
menggumpalkankotoran/lumpuryangadadidalamair;
bubuk putih yaitu kapur yang berfungsi untuk
menetralisirpH.
Penjernihaircepat,menggunakan:
1. Alumuniumsulfat(tawas)
Carapenggunaan:
a.
sediakanairbakuyangakandijernihkandalamember20liter;
b. tuangkan/campurantawasyangsudahdigerussebanyaksendoktehdan
langsungdiadukperlahanselama5menitsampailarutanmerata;
c.
d. bilaakandigunakanuntukairminumagarterlebihdahuludirebussampai
mendidihataudidesinfeksidenganaquatabs.
2. PolyAlumuniumChlorida(PAC)
Lazimdisebutpenjernihaircepatyaitupolimerdarigaramalumuniumchloride
yang dipergunakan sebagai koagulan dalam proses penjernihan air sebagai
penggantialumuniumsulfat.
KemasanPACterdiridari:
a.
b. bubukputihyaitukapuryangberfungsiuntukmenetralisirpH.
99
Carapenggunaan:
a.
sediakanairbakuyangakandijernihkandalamembersebanyak100liter;
b. bila air baku tersebut ph nya rendah (asam), tuangkan kapur (kantung
bubuk putih) terlebih dahulu agar ph air tersebut menjadi netral (pH=7).
bilaphairbakusudahnetraltidakperludigunakanlagikapur;
c.
tuangkanlarutanpac(kantunga)kedalamemberyangberisiairlaluaduk
perlahanlahanselama5menitsampailarutantersebutmerata;
bilaakandigunakansebagaiairminmagarterlebihdahuludirebussampai
mendidihataudidesinfeksidenganaquatabs.
(2) desinfeksiair
Prosesdesinfeksiairdapatmenggunakan:
(a) kaporit(Ca(OCl)2)
airyangtelahdijernihkandengantawasatauPACperlu
untukdesinfeksiairkarenamurah,mudahdidapatdan
mudahdalampenggunaanya;
banyaknya kaporit yang dibutuhkan untuk desinfeksi
tablet
aquatabs
(8,5
mg)
digunakan
untuk
100
mendesinfeksi20literairbersih,dengansisakloryang
dihasilkan0,10,15mg/liter;
setiap 1 KK (5 jiwa) dibutuhkan 5 tablet aquatabs per
hariuntukmendesinfeksi100literairbersih.
air rahmat, merupakan bahan desinfeksi untuk
memperbaikikualitasairbersih.
b) Pengawasankualitasair
Pengawasan kualitas air dapat dibagi menjadi beberapa
tahapan,antaralain:
(1) padaawaldistribusiair
(a) airyangtidakdilakukanpengolahanawal,perludilakukan
perlutidaknyadilakukanpengolahanawal;
(c) Perlu dilakukan test pH air, karena untuk desinfeksi air
padakadarklordikranterakhir(rantaiakhir),yaitu0,61
mg/literair;
(2) pada distribusi air (tahap penyaluran air), seperti di mobil
tangkiairperludilakukanpemeriksaankadarsisaklor;
(3) pada akhir distribusi air, seperti di tangki penampungan air,
bila air tidak mengandung sisa klor lagi perlu dilakukan
pemeriksaanbakteriColiform;
Pemeriksaankualitasairsecaraberkalaperludilakukanmeliputi:
(1) sisa klor, pemeriksaan dilakukan beberapa kali sehari pada
setiaptahapandistribusiuntukairyangmelewatipengolahan;
101
b. Pembuangankotoran
Jikatidakterjadipengungsiantetapisaranayangadatergenangair
sehingga tidak dapat digunakan, maka harus disediakan jamban mobile
atau jamban kolektif darurat dengan memanfaatkan drum atau bahan
lain.Padasaatterjadipengungsianmakalangkahlangkahyangdiperlukan
adalahsebagaiberikut:
1) pada awal terjadinya pengungsian perlu dibuat jamban umum yang
dapat menampung kebutuhan sejumlah pengungsi. Contoh jamban
yang sederhana dan dapat disediakan dengan cepat adalah Jamban
dengangalianparit, jambankolektif(jambanjamak),Jambankolektif
dengan menggunakan drum bekas dan Jamban mobile (dapat
dikuras). Untuk jamban mobile pemeliharaan dan pemanfaatannya,
dilakukan kerjasama antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Dinas Kebersihan/Dinas Pekerjaan Umumn, terutama dalam
pengurasan jamban bilamana perlu. Pada awal pengungsian 1 (satu)
jamban dipakai oleh 50 100 org. Pemeliharaan terhadap jamban
harus dilakukan dan diawasi secara ketat dan lakukan desinfeksi di
areasekitarjambandenganmenggunakankapur,lisoldanlainlain;
2) pada hari hari berikutnya setelah masa emergency berakhir,
pembangunan jamban darurat harus segera dilakukan dan 1 (satu)
jambandisarankandipakaitidaklebihdari20orang.
Jambanyangdibangundilokasipengungsidisarankan:
1) adapemisahanperuntukannyakhususlakilakidanwanita;
2) lokasimaksimal50meterdaritendapengungsidanminimal30meter
darisumberair;
102
c. Sanitasipengelolaansampah
Komposisi sampah di tempat pengungsian pada umumnya terdiri
dari sampah yang dihasilkan oleh pengungsi (domestic waste) dan
kegiatanpelayanankesehatan(medicalwaste).
Pengelolaan sampah di tempat penampungan pengungsi harus
mendapat perhatian dari semua pihak, mengingat risiko yang dapat
ditimbulkannya bilamana tidak dikelola dengan baik seperti munculnya
lalat, tikus, bau, serta dapat mencemari sumber/persediaan air bersih
yang ada. Dalam pengelolaan sampah di pengungsian, harus dilakukan
kerjasama antara pengungsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas
kebersihan
kabupaten/kota
untuk
proses
pengumpulan
dan
pengangkutanketempatpembuanganakhirsampah.
Kegiatanyangdilakukandalamupayasanitasipengelolaansampah,
antaralain:
1) pengumpulansampah;
a) sampah yang dihasilkan harus ditampung pada tempat sampah
keluargaatausekelompokkeluarga;
b) disarankanmenggunakantempatsampahyangdapatditutupdan
mudah dipindahkan/diangkat untuk menghindari lalat serta bau,
103
d. Pengawasandanpengamananmakanandanminuman
Dalam pengelolaan makanan dan minuman pada bencana (untuk
konsumsi orang banyak), harus memperhatikan kaedah hygiene sanitasi
104
makanandanminuman(HSMM),untukmenghindariterjadinyapenyakit
bawaanmakanantermasukdiare,disentri,korela,hepatitisAdantifoid,
atau keracunan makanan dan minuman, berdasarkan pedoman WHO
Ensuring food safety in the aftermath of natural disasters antara lain
yaitu:
1) semuabahanmakanandanmakananyangakandidistribusikanharus
sesuaiuntukkonsumsimanusiabaikdarisegigizidanbudaya;
2) makanan yang akan didistribusikan sebaiknya dalam bentuk kering
danpenerimamengetahuicaramenyiapkanmakanan;
3) stokharusdiceksecarateraturdanpisahkanstokyangrusak;
4) petugasyangmenyiapkanmakananharusterlatihdalamhigienedan
prinsipmenyiapkanmakanansecaraaman;
5) petugas yang menyiapkan makanan sebaiknya tidak sedang sakit
dengan gejala berikut : sakit kuning, diare, muntah, demam, nyeri
tenggorok (dengan demam), lesi kulit terinfeksi atau keluarnya
dischargedaritelinga,mataatauhidung;
6) petugas kebersihan harus terlatih dalam menjaga dapur umum dan
areasekitarnyatetapbersih;
7) airdansabundisediakanuntukkebersihanpersonal;
8) makanan harus disimpan dalam wadah yang melindungi dari tikus,
seranggaatauhewanlainnya;
9) di daerah yang terkena banjir, makanan yang masih utuh harus
dipindahkanketempatkering;
10) buanglahmakanankalengyangrusak,ataubocor;
11) periksasemuamakanankeringdarikerusakanfisik,tumbuhnyajamur
darisayuran,buahdanserealkering;
12) airbersihuntukmenyiapkanmakanan;dan
13) saranacucitangandanalatmakanharusdisiapkan.
105
2) pisahkanbahanmentahdanmakananyangsudahdimasak;
3) masaksecaramenyeluruh;
4) jagamakananpadasuhuaman;
5) gunakanairdanbahanmentahmakananyangaman.
.
Termasuk dalam hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya
untuk
mengendalikan
faktor
makanan,
orang,
tempat,
dan
perlengkapannyayangdapatataumungkindapatmenimbulkanpenyakit
ataugangguankesehatan.
2.3. Pelayanankesehatangizi
a. Surveilansgizidarurat
1) Registrasipengungsi
Registrasiperludilakukansecepatmungkinuntukmengetahuijumlah
kepalakeluarga,jumlahjiwa,jeniskelamin,usiadankelompokrawan
(balita, bumil, buteki, dan usila). Di samping itu diperlukan data
penunjanglainnyamisalnya:luaswilayah,jumlahtempatpengungsian
dan sarana air bersih. Data tersebut digunakan untuk menghitung
kebutuhan bahan makanan pada tahap penyelamatan dan
merencanakantahapansurveilansberikutnya.
2) Pengumpulandatadasargizi
Data yang dikumpulkan adalah data antropometri yang meliputi,
berat badan, tinggi badan dan umur untuk menentukan status gizi,
dikumpulkanmelaluisurveidenganmetodologisurveilansatausurvei
cepat.Disampingitudiperlukandatapenunjanglainnyaseperti,data
penyakit yang berpotensi KLB (diare, ISPA, pneumonia, campak,
malaria),angkakematiankasardankematianbalita.Datapenunjang
inidiperolehdarisumberterkaitlainnya,sepertisurveipenyakitdari
P2PL. Dataini digunakanuntuk menentukantingkat kedaruratan gizi
danjenisintervensiyangdiperlukan.
3) Penapisan
106
107
b. Penanganangizidarurat
1) Penanganangizidaruratpadabayidananak
Penanganangizi umum dalamsituasidaruratterdiridari2tahapyaitu
tahappenyelamatandantahaptanggapdarurat.
a) TahapPenyelamatan
Tahap penyelamatan terdiri dari 2 fase, setiap fase sebaiknya ada
rentangwaktunya.
(1) Fasepertama
pengungsian;
(b) petugas belum sempat mengidentifikasi korban secara
lengkap;
(c) bantuanpangansudahmulaiberdatangan;
(d) adanyapenyelenggaraandapurumum;
(e) tenaga gizi mulai terlibat sebagai penyusun menu dan
mengawasipenyelenggarandapurumum.
Padafaseinimenentukankebutuhangizidilakukandengancara:
(a) menghitungjumlahkorbanberdasarkankelompokumurdan
senilai2.100Kkal,dan50gramproteinperhari;
(c) pemeriksaan Cepat untuk mendapatkan informasi adanya
108
kelompoksasaran.
Menentukanjenisintervensigizi,dilakukandengancara:
(a) melakukanskriningstatusgizibayidanbalitasertaibuhamil
menggunakanpitaLila;
(b) menentukan pengelolaan makanan di dapur umum yang
meliputi:
tempatpengolahan;
sumberbahanmakanan;
petugaspelaksana;
caramengolah;
caradistribusi;
peralatanmakandanpengolahan;
pengawasanpenyelenggaraanmakanan.
korbanbencanadaridampakburukakibatbantuantersebut
seperti diare, infeksi, keracunan, dan lainlain, yang
meliputi:
109
bantuanbahanmakananyanglangsungberasaldariluar
negeri harus diteliti bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan
carapenyiapandantargetkonsumen,
(2) Fasekedua
Fase kedua dimulai setelah fase pertama selesai. Pada fase ini
sudah ada gambaran lebih rinci tentang keadaan pengungsi
seperti jumlah menurut golongan umur dan jenis kelamin,
keadaan lingkungan, keadaan penyakit, dan sebagainya,
sehingga perencanaan pemberian makanan sudah lebih terinci.
Kegiatanyangdilakukanmeliputi:
(a) pengumpulan dan pengolahan data status gizi sebagai
tindaklanjuthasilskriningpadafasepertama;
(b) status gizi ditentukan dengan menggunakan indeks berat
badanmenuruttinggibadanataupanjangbadan(BB/TBPB);
(c) menentukan strategi intervensi berdasarkan hasil analisis
statusgizi,termasukrencanapemantauandenganmemakai
indikatorBB/TBPB;
(d) merencanakankebutuhansuplementasigizi,khususnyabagi
kelompoksasaranyangmembutuhkan;
(e) menyediakan paket bantuan pangan (ransum) yang cukup
danmudahdikonsumsiolehsemuagolonganumurdengan
standarminimal:
110
b) TahapTanggapDarurat
Tahapinidimulaisetelahtahappenyelamatanselesaidilaksanakan,
dengantujuanmenanggulangimasalahgizimelaluiintervensisesuai
tingkat kedaruratan. Kegiatan dalam tahap tanggap darurat
meliputi:
(1) menghitung prevalensi status gizi balita berdasarkan indeks
BB/TBPB dan menganalisis adanya faktor pemburuk seperti
kejadiandiare,campak,demamberdarah,danlainlain.
(2) melaksanakan
pemberian
makanan
sesuai
dengan
perkembangankondisikedaruratan.
(a) Usia 25 tahun, makanan utama yang diberikan sebaiknya
300kkaldanprotein17gram,sedangkanibumenyusuiperlu
penambahanenergi500Kkaldanprotein17gram;
(c) Usialanjut,perlumakanandalamporsikeciltetapipadatgizi
111
(3) melaksanakanpemberianmakanantambahandansuplementasi
gizi.
(a) khusus anak yang menderita gizi kurang, perlu diberikan
makanan tambahan disamping makanan keluarga, seperti
kudapan/jajanan, dengan nilai energi 350 Kkal dan protein
15gperhari;
(b) ibu hamil perlu diberikan 1 tablet Fe setiap hari, selama 90
hari;
(c) ibu nifas (042 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis
200.000IU(1kapsulpadaharipertamadan1kapsullagihari
berikutnya,selangwaktuminimal24jam);
(d) melakukan modifikasi/perbaikan intervensi sesuai dengan
perubahantingkatkedaruratan:
2) Penanganangizipadakelompokdewasa
Polapemberianmakan:
112
113
c. PemberianMakananBayidanAnak(PMBA)usia024Bulan
Anak usia 024 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus
mengalami situasi darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan
denganperubahankonsumsimakanandankondisilingkunganyangterjadi
tibatiba. Oleh karena itu, dari aspek penanganan gizi perlu perhatian
khusus.
1) PrinsipPMBApadasituasidarurat
PrinsippenyelenggaraanPMBAdalamsituasidaruratsebagaiberikut:
a) pemberian ASI pada bayi/baduta sangat penting tetap diberikan
padasituasidarurat;
b) PMBA merupakan bagian dari penanganan gizi dalam situasi
darurat;
c) PMBA dalam situasi darurat harus dilakukan dengan benar dan
tepatwaktu;
d) institusi penyelenggara PMBA adalah Dinas Kesehatan setempat
yangmempunyaitenagaterlatihpenyelenggaraPMBAdalamsituasi
darurat;
e) dinas kesehatan setempat yang belum memiliki atau keterbatasan
tenaga pelaksana PMBA dalam situasi darurat, dapat meminta
bantuantenagadaridinaskesehatanlainnya;
f) PMBAharusdiintegrasikanpadapelayanankesehatanibu,bayidan
anak;
g) penyelenggaraanPMBAdiawalidenganPenilaianCepat(RHA)untuk
mengidentifikasi kedaaan ibu, bayi dan anak termasuk bayi dan
anakpiatu;
h) ransumpangandaruratharusmencakupkebutuhanmakananyang
tepat dan aman dalam memenuhi kecukupan gizi bayi dan anak
denganmencantumkankodeproduksisertatanggalkadaluarsanya;
i) susu formula, produk susu lainnya, botol dan dot tidak termasuk
dalampengadaanransumdarurat.
2) PelaksanaanPMBApadasituasidarurat
a) Penilaiancepat
114
Penilaiancepatdilakukansebagaiberikut:
(1) dilakukanuntukmendapatkandatatentangjumlahdankeadaan
ibumenyusui,bayidananaktermasukbayipiatu;
(2) dilakukan pada tahap penyelamatan fase sebagai bagian dari
menghitungkebutuhangizi;
(3) dilakukan oleh tenaga gizi/ nutrisionis yang terlibat dalam
penangananbencana;
(4) dilakukan dengan mencatat, mengolah dan melaporkan data
bayi,anak,ibuhamildananakyangkehilangankeluarga);
(2) kebiasaan penduduk dalam PMBA, termasuk pemberian ASI
eksklusifdanbayipiatu;
(3) keberadaansusuformula,botoldandot;
(4) dataASIeksklusifdanPMASIsebelumbencana;
(5) resikokeamananpadaibudananak.
(a) aksesketersediaanpanganterutamabagibayidananak;
(b) kondisi lingkungan misalnya sumber air dan kualitas air
bersih, bahan bakar, sanitasi, MCK, perumahan, fasilitas
penyelenggaraanmakanan;
(c) dukungan pertolongan persalinan, pelayanan postnatal
(ibu nifas dan bayi neonatus) serta perawatan bayi dan
anak;
(d) faktorfaktorpenghambatbayimenyusuidanPMBA;
115
PMBA
termasuk
cara
pemberiannya
(a) jumlah bayi dan anak baduta dengan atau tanpa keluarga
menurut kelompok umur; 0<6 bulan, 611 bulan, 1223
bulan;
(b) jumlahibumenyusuiyangsudahtidakmenyusuilagi;
(c) angka kesakitan dan kematian bayi dan anak di
pengungsian.
b) IntervensiGizi
(1) Bayi
(a) TetapdiberiASI;
(b) Bilabayipiatu,bayiterpisahdariibunyaatauibutidakdapat
memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu
susu/donor;
(c) Bila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor,
bayi diberikan susu formula dengan pengawasan atau
didampingiolehpetugaskesehatan.
(2) Baduta
(a) TetapdiberiASI;
(b) Pemberian MPASI yang difortifikasi dengan zat gizi mikro,
pabrikanataumakananlokalpadaanakusia623bulan;
(c) Pemberian makanan olahan yang berasal dari bantuan
ransumumumyangmempunyainilaigizitinggi;
(d) PemberiankapsulvitaminAwarnabirupadabayiusia611
bulandankapsulvitaminAwarnamerahpadaanakusia12
59bulan;
116
3) DukunganuntukkeberhasilanPMBA
Untuk mendukung keberhasilan PMBA di pengungsian dan fasilitas
kesehatan:
a) penyediaantenagakonselormenyusuidipengungsian;
b) tenaga kesehatan, relawan kesehatan dan LSM/NGO kesehatan
memberikan perlindungan, promosi dan dukungan kepada ibuibu
untukkeberhasilanmenyusuitermasukrelaktasi;
c) memberikankonselingmenyusuidanpemberianmakananbayidan
anak (PMBA) di pengungsian, Rumah Sakit lapangan dan tempat
pelayanankesehatanlainnyayangadadilokasibencana;
d) pembentukan pos pemeliharaan dan pemulihan gizi bayi dan
baduta;
e) melakukanpendampingankepadakeluargayangmemilikibayiatau
anakyangmenderitamasalahgizi.
4) Penangananbantuandanpersediaansusuformula/PASI
a) memberikan informasi kepada donor dan media massa bahwa
bantuan berupa susu formula/PASI, botol dan dot pada korban
bencanatidakdiperlukan;
b) bantuanberupasusuformula/PASIharusmendapatizindariKepala
DinasKesehatansetempat;
c) pendistribusian dan pemanfaatan susu formula/PASI harus diawasi
secara ketat oleh petugas kesehatan, puskesmas dan dinas
kesehatansetempat.
117
Kriteriabayidanbadutayangmendapatsusuformula/PASI:
a) bayi dan baduta yang benarbenar membutuhkan sesuai
pertimbangan profesional tenaga kesehatan yang berkompeten
(indikasimedis);
b) bayi dan baduta yang sudah menggunakan susu formula sebelum
situasidarurat;
c) bayidanbadutayangtidakmendapatibuASI/donor;
d) bayidanbadutayangibunyameninggal,ibusakitkeras,ibusedang
menjalanirelaktasi,ibumenderitaHIV+danmemilihtidakmenyusui
bayinya serta ibu korban perkosaan yang tidak mau menyusui
bayinya.
Carapenyiapandanpemberiansusuformula:
a) gunakan cangkir atau gelas yang mudah dibersihkan, diberikan
sabununtukmencucialatyangdigunakan;
b) gunakan selalu alat yang bersih untuk membuat susu dan
menyimpannyadenganbenar;
c) sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk (jangan menakar
menggunakanbotolsusu);
d) sediakan bahan bakar untuk memasak air dan gunakan air bersih,
jikamemungkinkangunakanairminumdalamkemasan;
e) lakukanpendampinganuntukmemberikankonselingmenyusui.
5) Pemantauanstatusgizikorbanbencana
a) pemantauan
status
gizi
diperlukan
untuk
mengetahui
perkembanganstatusgizibayidanbalitakorbanbencana;
b) pemantauan status gizi dilakukan sejak terjadinya bencana
dilanjutkansecaraberkala(2minggusekali)sampaikeadaandarurat
dinyatakanberakhirolehpemerintahdaerahsetempat;
c) pemantauan status gizi dilakukan oleh tenaga gizi/nutrisionis yang
terllibatdalampenangananbencana;
118
6) PeranLSMInternasionaldanLokal
LSMinternasionalmaupunlokalyangmempunyaiposkesehatanuntuk
memberikanpelayanankesehatankepadaparakorbanbencanasangat
diharapkan bisa menginformasikan kepada petugas kesehatan yaitu
melaporkanpenyakitpenyakityangtelahdisebutdalampetunjukteknis
inikepadaPuskesmasatauDinasKesehatanKabupaten/Kotasetempat
sesuaidenganformatyangadadalambukupetunjukini.
119
2.4. PengeloaanObatBencana
a. Tahapkesiapsiagaan
Pada tahap kesiapsiagaan pengelolaan berjalan secara normal, tetapi
dilakukan persiapan untuk mengantisipasi bila terjadi bencana.
Perencanaankebutuhanobatdanperbekalankesehatanterkaitbencana
dalamtahapkesiapsiagaanperlumemperhatikan:
1) jumlahdanjenisobatdanperbekalankesehatanbilaterjadibencana;
2) pembuatan paketpaket obat bencana untuk daerah disesuaikan
denganpotensibencanadidaerahnya;
3) jenisdankompetensiTRC;
4) koordinasilintassektordanprogram.
b. Tahaptanggapdarurat
1) Pengelolaanobatdanperbekalankesehatan
a) Perencanaankebutuhan
berdasarkanRapidHealthAssesmentyangmeliputi:
(1) ketersediaanobatdanperbekalankesehatan
(2) sumberdayamanusia
(3) kondisigudangpenyimpanan
(4) fasilitasdaninfrastruktur
(5) pendanaan
b) Penyediaankebutuhanobatdanperbekalankesehatan
(3) stokobatyangdimiliki.
c) Penyimpanandanpendistribusian
distribusiobatpadasaatbencana:
(1) adanyapermintaandaridaerahbencana;
(2) apabila obat dan perbekalan kesehatan tidak tersedia di
provinsi yang mengalami bencana maka diusahakan dari
provinsiterdekatatauKementerianKesehatan;
(3) provinsi terdekat wajib membantu daerah yang terkena
bencana;
(4) adanya estimasi tingkat keparahan bencana, jumlah korban
danjenispenyakit;
(5) pemerintah pusat dan daerah perlu mengalokasikan biaya
distribusi sehingga tidak mengalami kesulitan dalam
mendistribusikanobatdanperbekalankesehatan;
(6) Kerjasamalintassektordanprogrammutlakdiperlukan.
121
KEMENKES
Dinkes Provinsi
DINKES KAB/KOTA
PKM
RSU
Yankes Swasta
Yankes TNI/Polri
Poskes
Pustu
Keterangan :
Jalur Permintaan
Jalur Pengiriman
Gambar1.Permintaandanpendistribusianobatdanperbekalankesehatan
(1) PendistribusianObatBufferStokNasionalPadaKeadaanBencana
Ditjen Binfar dan Alkes selaku Unit utama di Kemkes
bertanggung jawab melakukan penyediaan obat dan perbekalan
kesehatan bagi korban bencana. Obat dan perbekalan kesehatan
yang berasal dari buffer stok ini dapat dikirimkan ke tempat
bencana dengan syarat: adanya surat permohonan dari Kepala
Dinas Kabupaten/Kota atau Provinsi berdasarkan hasil Tim Rapid
Health Assesment dengan mempertimbangkan data jumlah
korbandanjenispenyakit.
Untuk itu pendistribusian obat Buffer Stok Nasional
dilakukandengantahapanprosedursebagaiberikut:
(a) Surat pemohonan kebutuhan obat yang berasal dari Dinas
KesehatanKabupaten/KotamaupunProvinsiditujukankepada
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
122
(2) PendistribusianObatdariProvinsikeKabupaten/Kota
Bila di tingkat provinsi tersedia Buffer Stok Provinsi atau
mendapat bantuan dari pusat dan pihak lain yang sifatnya tidak
mengikat,makapendistribusiandilakukansebagaiberikut:
(a) Adanya surat permohonan dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota
berdasarkanhasilTimRapidHealthAssesmentyangdilengkapi
dengandatajumlahkorbandanjenispenyakityangterjadi;
(b) Surat permohonan kebutuhan obat yang berasal dari Dinas
KesehatanKabupaten/KotaditujukankepadaDinasKesehatan
Provinsi;
(c) DinasKesehatanProvinsisetelahmenerimasuratpermohonan
palinglambatdalamwaktu1x24jamtelahmenyiapkanobat
dan perbekalan kesehatan untuk didistribusikan ke
Kabupaten/Kota;
(d) Jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang diberikan akan
disesuaikan dengan sisa stok obat yang ada di Buffer Stok
Provinsi.
(3) PendistribusianObatdariKabupaten/KotakePuskesmas,RSU,RS
Lapangan,SaranaYankesTNIPOLRI,SaranaYankesSwasta
Obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota disalurkan kepada Unit Pelayanan Kesehatan
123
(4) pencatatandanpelaporan
(a) Pencatatan
Mengingat tahap tanggap darurat sering mengalami
kekurangan tenaga di sarana pelayanan kesehatan, maka
untuk
memudahkan
pencatatan
disarankan
minimal
menggunakankartustok.
(b) Pelaporan
Pelaporan dilakukan secara harian, mingguan, atau bulanan
yang meliputi penerimaan, pemakaian dan sisa stok.
Pelaporaninimerupakanbentukpertanggungjawabanmasing
masing tingkat pelayanan kepada organisasi di atasnya dan
sebagai bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan
obatdanperbekalankesehatandidaerahbencana.
UnitPelayananKesehatan:
Kemkes
Dinkes Provinsi
Dinas
Kesehatan
Kab/Kota
Puskesmas
RSU/ RS
Lapangan
Yankes Swasta
Yankes TNI-Polri
Pos Kesehatan
Pustu
Gambar2.Alurpelaporantahaptanggapdarurat
2) JenisPenyakitdanObatnya
Agar penyediaan obat dan perbekalan kesehatan dapat
membantu pelaksanaan pelayanan kesehatan pada tahap tanggap
darurat, maka jenis obat dan perbekalan kesehatan harus sesuai
denganjenispenyakitdanPedomanPengobatanyangberlaku.
125
Tabel4:Jenispenyakit,obatdanperbekalankesehatanpadatahaptanggapdarurat
berdasarkanjenisbencana
No JenisBencana JenisPenyakit
ObatyangDibutuhkan
1
Banjir
Oralit, Infus R/L, NaCl 0,9%, Metronidazol, Infus
Diare/Amubiasis
Set,Abocath,WingNeedle
Oralit,CairanRL
CTM tablet, Prednison, Salep 24, Hidrokortison
Dermatitis:
salep, Betametason krim, Deksametason tab,
Kontak
Prednison tab, Anti bakteri DOEN Salep,
Jamur
Oksitetrasiklinsalep3%.
Bakteri
SerbukPK,SalisilTalk,LarutanRivanol
PovidonIodinsalep,Asiklovirtab,Asiklovirkrim,
Amoksisilin tab, Penisilin Prokain, Griseofulvin
Injeksi, Nistatin, Mikonazol Topikal Dan
Ketokonazol.
Kotrimoksazol480mg,120mgtabdansuspensi,
ISPA:
Amoxycillin,OBH,Parasetamol,
Pneumonia
PILIHANI
PILIHANII
Amoksisilin
Kotrimoksazol
Parasetamol
Dewasa,
tablet/syrup dan
Kotrimoksazol
tabletdansyrup
Dekstrometorphantab,GG,CTM
NonPneumonia
Parasetamol tablet & syrup, dextromethorphan
tablet/syrup,efedrintablet.
Asetosaltab,Antibiotik
PILIHANI
PILIHANII
PILIHANIII
Asma
Aminofillin Tab, Aminofilin Prednison
Tab,
EfedrinTab
Salbutamol
Adrenalin
injeksi, Teofilin Tab
tab,Efedrin
Amoxycillin1000mgtab,Ampisillin1000mg
Leptospirosis
Penisilin,TetrasiklinAtauEritromisin
Sulfasetamidt.m,Kloramfenikolsalepmata,
Conjuctivitis
Oksitetrasiklin salep mata, tetes mata
BakteridanVirus
Sulfasetamid,SteroidTopikal
PILIHANI
PILIHANII
Gastritis
Antasida tab/ suspensi ( MetoklopramidTab
Al. Hidroksida, Mg Kombinasi
hidroksida)
Simetidin
Atau
Raniditin
126
Trauma/Memar
2.
Tanahlongsor Idemdenganbanjir
Frakturtulang
Lukamemar
Lukasayatan
Hipoksia
Gempa / Lukamemar
Gelombang
Lukasayatan
Tsunami
ISPA
Gastritis
PatahTulang
MeninggalDunia
Malaria,
Konflik sosial
(kerusuhan)/
HuruHara
GangguanJiwa
Gunung
Meletus
Asma
PenyakitMata
PenyakitKulit
Lukamemar
Lukasayat
Lukabacok
Patahtulang
Diare
ISPA
Malaria
Gastritis
PenyakitKulit
Campak
Hipertensi
ISPA
Diare
Conjunctivitis
LukaBakar
Idem
Idem
Idem
Idem
PembalutGips,softband
Clorindankantongjenazah
PILIHANI
Artesunate
tab+
Amodiaguin
tab
+
primakuintab
Klorokuin tab dosis
tunggal+Primakuintab
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
PILIHANII
Kina Terasiklin tab /
Doksisiklin
tab
+
Primakuintab
VaksinCampak(bilaadakasusbaru),VitaminA
Hidroklorotiazid tab(Hct) , Reserpin tab
Propanololtab,Kaptopriltab,Nifedipintab
Klorpromazin tab, Haloperidol tab, Flufenazin
Dekanoatinjeksi,Diazepamtab,Amitriptilintab,
THPtab
Idem+masker
Idem
Idem
Aquadeststeril,Kasasteril40/40,BetadinSalep,
Sofratule,Abocath,CairanInfus(RL,Na,Cl),VitC
tab,
Amoxycillin/Ampicillin
tab,
Kapas,
Handschoen,Wingneedle,Alkohol70%
127
Kebakaran:
Hutan
Pemukiman
Bom
Asap
Conjunctivitis
Lukabakar
Mialgia
Gastritis
Asma
ISPA
Idem
Idem
Metampiron,VitB1,B6,B12oral
Idem
Idem
Idem+masker
3) PenyiapanObatBerdasarkanTingkatPelayananKesehatan
Pada masa tanggap darurat jenis obat yang disiapkan
disesuaikan dengan tingkat kompetensi petugas yang ada. Secara
umum WHO dalam buku New Emergency Health Kits membuat
klasifikasipenyediaanobatdanperbekalankesehatansebagaiberikut:
Diposkesehatandansaranakesehatandidaerahbencanadengan
tenaga medis dapat disediakan obat simptomatik, antibiotik
tertentu dan obat suntik dalam jumlah terbatas. Contoh obat
antalgin tablet, parasetamol tablet dan syrup, lidocaine,
amoksisilin,kloramfenikoldanmetronidazole(lihatlampiran).
Tabel6.ContohObatuntukPosKesehatandanPustu
dengantenagamedisdanparamedis
128
a) PenyediaanobatuntukUPK(puskesmas,RSU,RSlapangan,sarana
yankes swasta, dan sarana yankes TNIPOLRI) Daftar obat yang
disediakan untuk unit pelayanan kesehatan sebaiknya mengacu
kepada DOEN. Tenaga medis pada umumnya tersedia di Unit
Pelayanan Kesehatan, oleh karena itu daftar obat untuk
Puskesmas,RSU,RSLapangan,SaranaYankesSwasta,danSarana
Yankes TNIPOLRI harus lebih lengkap. Pertimbangan lainnya
adalah yankes tersebut berfungsi sebagai rujukan untuk pos
kesehatanmaupunpustu.
129
c. TahapRehabilitasidanRekonstruksi`
Agarobatsisabantuandapatdipergunakansebagaimanamestinya,
makadiperlukanlangkahlangkahpenatalaksanaansebagaiberikut:
1) Inventarisasi
Inventarisasi dilakukan segera setelah tahap tanggap darurat
dinyatakan berakhir. Mekanisme inventarisasidilakukan dengan cara
sebagaiberikut:
a) setiap sarana pelayanan kesehatan di kab/ kota melakukan
inventarisasiobat dan perbekalankesehatan, dan melaporkanke
dinaskesehatankab/kota;
b) dinas kesehatan kabupaten/kota menunjuk instalasi farmasi
kab/kotauntukmelaksanakanrekapitulasihasilinventarisasiobat
danperbekalankesehatan;
c) hasil rekapitulasi obat dan perbekalan kesehatan dilaporkan ke
dinaskesehatanprovinsi;
d) dinas kesehatan provinsi menindaklanjuti hasil rekapitulasi
tersebut dengan cara memfasilitasi apabila perlu dilakukan
relokasiataupemusnahansesuaidenganketentuanyangberlaku;
e) instrumen yang dipergunakan untuk melakukan inventarisasi
adalah formulir 10 untuk masingmasing sarana kesehatan dan
formulir11untukrekapitulasi.
2) PenarikankembaliobatdanPerbekalanKesehatan.
Hasil inventarisasi obat dan perbekalan kesehatan ditindaklanjuti
dinaskesehatanKab/Kotadengancarasebagaiberikut:
a) SemuaobatdanperbekalankesehatandiPosKesehatanditarikke
Puskesmas;
b) Kelebihan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas/Pustu
ditarikkeDinkesKab/Kota.
130
d. Evaluasi
Untuk mengevaluasi pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, digunakan instrumen sebagai
berikut:
1) kesesuaianjenisobatyangdibutuhkandenganobatyangditerima;
Untuk mendukung pelayanan kesehatan disaat bencana,maka
dibutuhkan kesesuaian jenis obat yang dibutuhkan sesuai masalah
kesehatan yang timbul saat bencana dan jenis obat bantuan yang
diterima.
Jenisobatygdibutuhkan
Kesesuaianjenisobat=x100%
Jenisobatygditerima
Caramemperolehdata:
Jumlahjenisobatygdibutuhkan,lihatkasuspenyakit.
Jumlahjenisobatygditerima,lihatberitaacarapengirimanobat.
2) tingkatketersediaanobat;
Untuk mendukung pelayanan kesehatan disaat bencana,maka
dibutuhkan kesesuaian jumlah obat yang dibutuhkan sesuai masalah
kesehatanyangtimbulsaatbencana.
Jumlahobatygtersedia
Tingkatketersediaanobat=
Rataratapemakaianobatperhari
Caramemperolehdata:
Jumlahobatyangtersedia,lihatdikartustokmasingmasingunit
Rataratapemakainobatperperiode,lihatpemakaianobat.
3) prosentaseobatkadaluwarsa;
Terjadinya obat kadaluwarsa mencerminkan ketidaktepatan
bantuan dan/atau kurang baik sistem distribusi dan atau kurangnya
131
pengamatanmutudalampenyimpananobatdanatauperubahanpola
penyakit.
Totalitemobatygkadaluwarsa
Prosentaseobatkadaluwarsa=x100%
Totalitemobatyangtersedia
Caramemperolehdata:
totalitemobatygED,lihatberitaacarapengirimanobat;
totalitemobatygtersedia,lihatberitaacarapengirimanobat.
4) prosentasedannilaiobatrusak;
Terjadinyaobatrusakmencerminkanketidaktepatanbantuan,
dan/atau kurang baiknya sistem distribusi, dan/atau kurangnya
pengamatan mutu dalam penyimpanan obat dan/atau perubahan
polapenyakit.
Totalitemobatyangrusak
Prosentaseobatrusak=x100%
Totalitemobatygtersedia
Nilaiobatrusak=jumlahobatyangrusakxhargaperkemasan
Caramemperolehdata:
Totalitemobatygrusak,lihatsisaobat;
Totalitemobatygtersedia,lihatberitaacarapengirimanobat;
Hargaperkemasan,lihatdaftarhargaSKMenkes.
5) pemusnahanobatobatan;
Proses
pemusnahan
mengacu
pada
Pedoman
Teknis
132
Secaragarisbesar,prosespemusnahanobatterdiridari:
a. memilah, memisahkan dan menyusun daftar obat yang akan
dimusnahkan
b. menentukancarapemusnahan
c. menyiapkanpelaksanaanpemusnahan
d. menetapkanlokasipemusnahan
e. pelaksanaanpemusnahan
f. membuatberitaacarapemusnahan
g. melaporkankepadagubernur/bupati/walikota
2.5. KesehatanReproduksiDalamSituasiDaruratBencana
133
saat darurat tetap ada ibu hamil yang membutuhkan layanan dan akan
melahirkanbayinyakapansaja
risikokekerasanseksualmeningkatdalamkeadaansosialyangtidakstabil
kurangnyaakseskelayanangawatdaruratkebidanankomprehensifakan
meningkatkanrisikokematianibu
Penerapankesehatanreproduksidalamsituasidaruratbencanaadalah
sama untuk setiap jenis bencana, yaitu melalui penerapan Paket Pelayanan
Awal Minimum (PPAM), yang merupakan seperangkat kegiatan prioritas
untuk dilaksanakan pada fase awal kondisi darurat untuk menyelamatkan
nyawa dan mencegah kesakitan terutama pada perempuan. Segera setelah
kondisimemungkinkandanlebihstabildapatdiberikanpelayanankesehatan
reproduksiyangkomprehensifyangterintegrasidalampelayanankesehatan
dasar. Pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif adalah pelayanan
kesehatanreproduksilengkapsepertiyangbiasadiberikanpadasaatkondisi
normal.
134
PPAMKesehatanReproduksidalamsituasidaruratbencanaterdiridari
5komponen,yangmerupakantujuandariPPAM,yakni:
1) memastikan cluster/sektor kesehatan mengidentifkasi lembaga untuk
memimpinpelaksanaanPPAM;
a) menentukankoordinatorkesehatanreproduksi;
b) menyelenggarakan pertemuan untuk mendiskusikan masalah
kesehatanreproduksi;
c) melaporkan hasil pertemuan kepada cluster/sektor kesehatan (oleh
koordinatorkesehatanreproduksi);
d) menyediakanalatdanbahankesehatanreproduksiuntukpenerapan
PPAM;
2) mencegah terjadinya kekerasan seksual dan memberikan pertolongan
bagikorbannya:
135
tersedianya
pelayanan
kesehatan
reproduksi
komprehensifyangterintegrasikedalamlayanankesehatandasarsegera
setelahsituasimenjadilebihstabilataumemungkinkan;
a) mengumpulkandatalatarbelakangsebelumbencana;
b) pemetaanwilayahyangmemerlukanpelayanankesehatanreproduksi
saatbencana;
c) mengidentifikasi staf untuk memberikan layanan kesehatan
reproduksikomprehensif;
d) menilaikapasitasstafdanmerencanakanpelatihan;
e) memesan/mengadakanperalatankesehatanreproduksi;
136
UntukmendukungpelaksanaandanpencapaiantujuanPPAMpadafase
awal darurat bencana dibutuhkan dukungan obatobatan dan peralatan
berupakitkesehatanreproduksi,yakni:seperangkatalatdanobatyangtelah
dikemas secara khusus sesuai jenis tindakan yang dilakukan. Di samping kit
kesehatan reproduksi, sebaiknya disediakan juga kit higienis yang ditujukan
bagikelompoktertentuyangpadakondisidaruratseringkalitidakterrsedia,
seperti: kit untuk wanita usia subur (1549 tahun) yang antara lain berisi
pembalutwanita,kituntukibuhamil,kituntukibumelahirkan,dankituntuk
bayi baru lahir. Sementara ini kit kesehatan reproduksi masih didatangkan
secara internasional melalui UNFPA Indonesia, sedangkan kit higienis dapat
diperoleh dari UNFPA Indonesia. Namun ke depannya, kit kesehatan
reproduksidankithigienistersebutdiupayakanakanmenjadibagiandarialat
danobatsertasaranayangtersediadalampenanggulanganbencanabidang
kesehatan.
Dalam kondisi darurat, kit kesehatan reproduksi dipesan jika bencana
berskala besar, dimana alat dan bahan untuk penerapan PPAM di daerah
yang terkena bencana sudah tidak ada atau tidak dapat dipakai lagi.
Pendistribusian kit kesehatan reproduksi dilakukan dengan berkoordinasi
dengan dinas kesehatan setempat. Kit kesehatan reproduksi disusun untuk
dipakaiolehmasyarakatdanfasilitaskesehatantertentusesuaijenistindakan
yangdilakukan:
137
Blok1
Enamkituntukdipakaiditingkatmasyarakatdanfasilitaskesehatandasaruntuk
melayanikebutuhanpenduduksejumlah10,000orangdalamjangkawaktu3bulan
NoKit
NamaKit
Kit0
Kitadministrasi
Kit1
Kitkondom
Kit2
Kitpersalinanbersih
Kit3
Kitpascaperkosaan
Kit4
Kitkontrasepsioraldaninjeksi
Kit5
KitpengobatanIMS/InfeksiMenularSeksual
Blok2
Limakituntukdipakaiditingkatpelayanankesehatandasardanrumahsakitrujukan.
Tiapkitdapatmelayanikebutuhanpenduduksejumlah30,000orangdalamjangka
waktu3bulan.
NoKit NamaKit
Kit6
Kitpersalinandiklinik
Kit7
KitIUD
Kit8
Kitpenanganankegugurandankomplikasiaborsi
Kit9
Kit10
Kitjahitanrobekanserviksdanvaginadankitpemeriksaan
vagina
Kitpersalinandenganekstraksivakum
Blok3
Duakituntukdipergunakanditingkatrujukanatauoperasikebidanan.Kitinidapat
melayanikebutuhanpenduduksebanyak150,000orangselama3bulan.
NoKit NamaKit
Kit11 KittingkatrujukanKesehatanReproduksi(bagianAdanB)
Kit12 Kittransfusidarah
138
Kitbayi
a. Popokkatunyangdipakaiulang12buah
b. Bajubayikatun12buah
c. Sarungtangandankaki12set
d. Selimutbayi1buah
e. Kainbedong,flanelhalus12buah
f. Topibayi(flannel)1buah
g. Kelambubayiyangbisadilipat1buah
h. Sabunbayi1buah(80gr)
i. Bedakbayi1buah(100gr)
j. Handukbayi1buah(halus,ukuransedang)
k. Babyoil/Minyaktelon1botol(50ml)
l. TaskanvaswarnamerahdengantulisanKitBayi
Kitibubersalin:
a. Braibumenyusui:3buah(ukuranbesar)
b. Sarung/kainpanjang1buah
c. Pembalutibumelahirkan:3pak(@12buah)
d. Bajumenyusui1buah(ukuranbesar,katun)
e. Bajudengankancingbukaandepanuntukmenyusui,ukuranbesar,
katun
f. Celanadalam,3buah,ukuranbesar
g. TaskanvaswarnahijaudengantulisanKitIbuBersalin
Kitibuhamil
a. Braibuhamil3buahukuranbesar
b. Kainpanjang1buah
c. Celanadalamibuhamil(denganukuranyangbisadisesuaikansesuai
besarkehamilan)3buah
d. Bajuibuhamil,katun,lenganpanjang,ukuranbesar
e. TaskanvaswarnahijaudengantulisanKitIbuHamil
KitHigieneuntukperempuan
a. Sarung1buah
b. Tshirt2buah
c. Handuk1buah
d. Sabunmandi80gram
e. Pastagigi
f. Sikatgigi
g. Shampoo
h. Sisirplastik
i. Pembalut3pak(isi1012)
j. CelanadalamdanBraallsize,3buah
k. Sandal
l. TaskanvaswarnabirudengantulisanKitHigiene
139
2.6. PenangananKesehatanJiwa
Pada bencana aspek kesehatan jiwa merupakan aspek yang penting
karena pada saat bencana terjadi perubahan situasi dari situasi normal ke
situasi tidak normal dimana seseorang akan mengalami kehilangan yang
berdampakpadaterganggunyakeseimbangankondisipsikologisseseorang.
Dalam memberikan
intervensi untuk
kesehatan
jiwa
pada
penanggulanganbencanaterdapatfasefasesepertiberikut,antaralain:
a. fasekedaruratanakut;
Selama Fase kedaruratan akut dianjurkan untuk melakukan
intervensi sosial yang tidak mengganggu kebutuhan akut, seperti
pengadaanmakanan,tempatberlindung,pakaian,pelayananpuskesmas
dan mungkin penanggulangan penyakit menular. Intervensi sosial dini
yangberharga,mencakup:
1) menjamindanmenyebarkanarusinformasiyangkredibeltentang;
a) kedaruratan;
b) upayamenjaminkeselamatanfisikmasyarakat;
c) informasiupayabantuan;
2) mengorganisasipelacakankeluargauntukanakyangsendirian,lansia
dankolompokrentanlain;
140
Intervensipsikologikdalamfaseakut:
a) Membuat kontak dengan puskesmas atau pelayanan darurat di area
setempat.
Menangani
keluhan
psikiatrik
yang
mendesak
(misalnya
keberbahayaanterhadapdirisendiriatauoranglain,psikosis,depresi
berat, mania dan epilepsy) di Puskesmas tanpa melihat apakah
puskesmas tersebut dijalankan oleh pemerintah atau LSM. Menjaga
ketersediaan obat psikotropik esensial di Puskesmas. Banyak orang
dengan keluhan psikiatrik yang mendesak mempunyai gangguan
psikiatrikyangsudahadasebelumnyadanterputusnyamedikasiharus
dihindari. Sebagai tambahan, sebagian orang mungkin mencari
pengobatan karena masalah kesehatan mental akibat terpapar
stressor yang ekstrim. Kebanyakan masalah kesehatan mental akut
selama fase kedaruratan akut paling baik ditangani tanpa medikasi
dengan mengikuti prinsip pertolongan pertama psikologik (yaitu,
mendengarkan, menyatakan keprihatinan, menilai kebutuhan,
menjaga terpenuhinya kebutuhan fisik dasar dan tidak memaksa
berbicara,menyediakanataumengerahkanpendampingdarikeluarga
atau orang yang dekat, mendorong tetapi tidak memaksakan
dukungansocial,melindungidaricederalebihlanjut
b) Dengan mengasumsikan adanya pekerja masyarakat relawan/non
relawan, mengorganisasikan dukunganemosional yang tidak bersifat
intrusivedanmenjangkaumasyarakatdenganmenyediakan,jikaperlu
pertolonganpertamapsikologikkarenakemungkinanefeknegative
142
tidakdianjurkanuntukmengadakandebriefingpsikologiksesitunggal
(singlesessionpsychologicaldebriefing)yangmemaksaoranguntuk
berbagi pengalaman pribadi melebihi yang akan dilakukan secara
alami
c) Jikafaseakutberkepanjangan,mulaipelatihandansupervisepekerja
Yankes Primer dan pekerja kemasyarakatan (untuk deskripsi aktifitas
ini,lihatseksi2.2)
b. Faserekonsiliasi;
1) Berikutinisarantentangaktivitasintervensisosial:
a) melanjutkan intervensi sosial yang relevan seperti digambarkan
padaseksi1.1;
b) mengorganisasi kegiatan psikoedukasi yang menjangkau ke
masyarakat untuk memberi edukasi tentang ketersediaan pilihan
pelayanan kesehatan mental. dilakukan tidak lebih awal dari
empatminggusetelahfaseakut,beripenjelasandenganhatihati
tentang perbedaan psikopatologi dan distress psikologik normal,
dengan menghindari sugesti adanya psikopatologi yang luas dan
menghindariistilahatauidiomyangmembawastigma;
c) mendorongdilakukannyacaracopingyangpositifyangsudahada
sebelumnya. informasi itu harus menekankan harapan terjadinya
pemulihanalamiah;
d) dengan berlalunya waktu, jika kemiskinan adalah masalah yang
berlanjut, dorong upaya pemulihan ekonomi. Contoh inisiatif
semacaminiadalah
(1) skemakreditmikro;
(2) aktifitas yang mendatangkan penghasilan jika pasar lebih
menjanjikansumberpenghasilanyangberkelanjutan.
2) Dalamhalintervensipsikologikselamafaserekonsolidasi,dianjurkan
melakukanaktifitasberikut:
143
144
rujukan
e) bekerjasamadenganpenyembuhtradisional(traditionalhealers)
jikamungkin.dalambeberapakeadaandimungkinkankerjasama
antarapraktisitradisionaldankedokteran;
f) menfasilitasi terbentuknya kelompok dukungan tolong diri yang
berbasis komunitas. Fokus dari kelompok tolong diri ini biasanya
berbagi pengalaman dan masalah, curah pendapat untuk solusi
atau cara yang lebih efektif untuk coping (termasuk caracara
tradisional), menimbulkan dukungan emosional timbal balik dan
kadangkalamenimbulkaninisiatifditingkatmasyarakat.
c) intervensimasalahpsikososialdinidilakukanbersamadengantim
lainyangterkaitdimulaisetelah48jamkejadianbencana;
d) intervensikesehatanjiwa:
(1) menangani keluhan psikiatrik yang mendesak (misalnya
keadaan yang membahayakan diri sendiri atau orang lain,
psikosis,depresiberat,mania,epilepsi)diposkesehatan;
(2) melaksanakan prinsip 'pertolongan pertama pada kelainan
psikologik
akut'
yaitu,
mendengarkan,
menyatakan
c. Faserekonsolidasi.
1) Melanjutkanintervensisosialyangrelevan
2) Mengorganisasi kegiatan psikoedukasi yang menjangkau ke
masyarakat untuk memberi pendidikan tentang ketersediaan pilihan
pelayanan kesehatan jiwa. Dilakukan tidak lebih awal dari empat
minggu setelah fase akut, beri penjelasan dengan hatihati tentang
perbedaan psikopatologi dan distres psikologik normal, dengan
menghindarisugestiadanyapsikopatologiyangluasdanmenghindari
istilahatauidiomyangmembawastigma.
3) Mendorong dilakukannya cara coping mechanism yang positif yang
sudah ada sebelumnya. Informasi itu harus menekankan harapan
terjadinyapemulihanalamiah.
4) Melatihpetugaskemanusiaanlaindanpemukamasyarakat(misalnya
kepala desa, guru dll.) dalam ketrampilan inti perawatan psikologik
(seperti 'pertolongan pertama psikologik', dukungan emosional,
menyediakan informasi, penenteraman yang simpatik, pengenalan
masalah kesehatan mental utama) untuk meningkatkan pemahaman
146
147
148
Reaksiinitampakhampirpadasetiaporangdidaerahbencanadanini
dipertimbangkansebagaireaksialamiahpadasituasiabnormal,TIDAK
membutuhkanintervensipsikologiskhusus.
b) reaksiterjadidalamharisampaiminggusetelahbencana;
(1) ketakutan,waspada,siagaberlebihan;
(2) mudahtersinggung,marah,tidakbisatidur;
(3) khawatir,sangatsedih;
(4) Flashbacks berulang (ingatan terhadap peristiwa yang selalu
datangberulangdalampikiran);
(5) Menangis,rasabersalah;
(6) Kesedihan;
(7) Reaksipositiftermasukpikiranterhadapmasadepan;
(8) MenerimabencanasebagaisuatuTakdir.
Semua itu adalah reaksi alamiah Dan HANYA membutuhkan
intervensipsikososial.
c) terjadikirakira3minggusetelahbencana;
Reaksiyangsebelumnyaadadapatmenetapdengangejalaseperti:
(1) gelisah;
(2) perasaanpanik;
(3) kesedihan yang mendalam dan berlanjut, pikiran pesimistik yang
tidakrealistik;
(4) tidakmelakukanaktivitaskeluar,isolasi,perilakumenarikdiri;
(5) ansietas atau kecemasan dengan manifestasi gejala fiisk seperti
palpitasi,pusing,mual,lelah,sakitkepala.
ReaksiiniTIDAKPERLUdiperhitungkansebagaigangguanjiwa.Gejala
inidapatdiatasiolehtokohmasyarakatyangtelahdilatihagarmampu
memberikanintervensipsikologikdasar.
Responsdariorangorangyangterkenabencanadibagiatas3kategori
utama:
149
(1) responpsikologisnormal,tidakmembutuhkanintevensikhusus;
(2) respon psikologis disebabkan distres atau disfungsi sesaat,
kesehatanjiwa.
CopingskillsyangSEHAT,antaralain:
(1) kemampuanuntukmenghadapisendirimasalahdengancepat;
(2) tepatdalamperencanaandanpelaksanaankegiatan;
(3) tepatmenggunakanbantuan;
(4) tepatmengekpresikanemosiyangmenyakitkan;
(5) toleransiterhadapketidakjelasantanpamemilihperilakuagresif.
150
BABIV
PENATALAKSANAANKORBANMATI
PenatalaksanaankorbanmatimengacupadaSuratKeputusanBersamaMenteri
Kesehatan dan Kapolri No. 1087/Menkes/SKB/IX/2004 dan No. Pol Kep/40/IX/2004
PedomanPelaksanaanIdentifikasiKorbanMatipadaBencanaMassal.
1.
ProsesDisasterVictimIdentification
PenanggungjawabDVIadalahKepolisianyangdalampelaksanaanoperasinya
dapatbekerjasamadenganberbagaipihaklintasinstitusi,sektoraldanfungsi.Ketua
tim dan koordinator fase berasal pihak kepolisian. Pada kasus yang lebih
mementingkanaspekpenyidikan,kecepatandanhotissuessepertipadamanmade
disaster, ketua tim DVI lebih mengedepankan timnya sesuai dengan keahlian dan
pengalaman,sedangkanpadakasusyanglebihmengedepankanaspekkemanusiaan
padanaturaldisastermakaketuaDVIdapatmelibatkanbeberapatimdariberbagai
institusi.
Prinsip dalam bekerja bagi tim DVI adalah team work sesuai dengan
keahlian/kompetensi dan pengalaman. Masingmasing tim yang bekerja dalam
masingmasing fase mempunyai tanggung jawab, keahlian dan pengalaman yang
berbedayangmenjadipertimbanganbagiseorangketuatimDVI.MisalnyatimDVI
fase I diperuntukkan bagi tim yang telah terlatih dan mempunyai pengalaman di
TKP dibandingkan dengan seorang dokter forensik/dokter gigi forensik yang lebih
berkompetendiDVIfase2untukmemeriksajenasah.ProsesDVIterdiridari5fase.
1.1. Fase1:faseTKP
DilaksanakanolehtimDVIunitTKPdenganaturanumumsebagaiberikut:
a. tidak diperkenankan seorang pun korban meninggal yang dapat
dipindahkandarilokasi,sebelumdilakukanolahTKPaspekDVI;
b. pada kesempatan pertama label anti air dan anti robek harus diikat pada
setiap tubuh korban atau korban yang tidak dikenal untuk mencegah
kemungkinantercampuratauhilang;
151
membuatsektorsektoratauzonapadaTKP;
2.
memberikantandapadasetiapsektor;
3.
memberikanlabelorange(humanremainslabel)padajenazahdanpotonganjenazah,label
diikatkanpadabagiantubuh/ibujarikirijenazah;
4.
memberikanlabelhijau(propertylabel)padabarangbarangpemilikyangtercecer.
5.
membuatsketsadanfotosetiapsektor;
6.
fotomayatdarijarakjauh,sedangdandekatbesertalabeljenasahnya;
7.
isi dan lengkapi pada formulir Interpol DVI PM halaman B dengan keterangan sebagai
berikut:
a. pada setiap jenazah yang ditemukan, maka tentukan perkiraan umur, tanggal dan
tempattubuhditemukan,akanlebihbaikapabiladifotopadalokasidenganreferensi
koordinatdansektorTKP;
b. selanjutnyatentukanapakahjenazahlengkap/tidaklengkap,dapatdikenaliatautidak,
atauhanyabagiantubuhsajayangditemukan;
c.diskripsikan keadaannya apakah rusak, terbelah, dekomposisi/membusuk, menulang,
hilangatauterlepas;
d. keteranganinformasilainnyasesuaidenganisidariformulirInterpolDVIPMhalaman
B.
8.
masukkan jenazah dalam kantung jenazah dan atau potongan jenazah di dalam karung
plastikdandiberilabelsesuaijenazah;
9.
formulirInterpolDVIPMturutdimasukkankedalamkantongjenasahdengansebelumnya
masukkanplastikagarterlindungdaribasahdanrobek;
10. masukkan barangbarang yang terlepas dari tubuh korban ke dalam kantung plastik dan
diberilabelsesuainomorproperti;
11. evakuasi jenasah dan barang kepemilikan ke tempat pemeriksaan dan penyimpanan
jenazahkemudiandibuatkanberitaacarapenyerahankolektif.
152
1.2. Fase2:fasepostmortem
Kegiatanpadafase2sebagaiberikut:
a. menerimajenazah/potonganjenazahdanbarangbuktidariunitTKP;
b. mengelompokkan kiriman tersebut berdasarkan jenazah utuh, tidak utuh,
potonganjenazahdanbarangbarang;
c. mebuatfotojenazah;
d. mengambilsidikjarikorbandangolongandarah;
e. melakukan pemeriksaan korban sesuai formulir interpol DVI PM yang
tersedia;
f. melakukanpemeriksaanterhadappropertyyangmelekatpadamayat;
g. melakukanpemeriksaangigigeligikorban;
h. membuatrontgenfotojikaperlu;
i.
mengambilsampelDNA;
j.
menyimpanjenasahyangsudahdiperiksa;
mengirimkandatadatayangtelahdiperolehkeunitpembandingdata.
pemeriksaan dari berbagai keahlian antara lain dokter ahli forensik, dokter
umum, dokter gigi forensik, sidik jari, fotografi, DNA dan ahli antropologi
forensik.
Urutanpemeriksaanpadajenazahadalahsebagaiberikut:
1.
mayatdiletakkanpadamejaotopsiataumejalain;
2.
dicatatnomorjenazah;
3.
fotokeseluruhansesuaiapaadanya;
4.
ambilsidikjari(biladimungkinkankeadaannya);
5.
diskripsi pakaian satu persatu mulai dari luar, kemudian dilepas dan dikumpulkan serta
diberinomorsesuainomorjenazah (biladiperlukan untukmengambil fotojikadianggap
pentingdankhusus);
153
6.
barang milik pribadi dan perhiasan difoto dan didiskripsi kemudian dikumpulkan dan
diberinomorsesuainomorjenazah;
7.
periksasecaratelitimulaidariujungrambutsampaiujungkakiyangmeliputi:
a. identifikasiUmum(JenisKelaminUmurBBTB,dll);
b. identifikasiKhusus(Tato,jaringanparut,cacat,dll).
8.
9.
ambilsampeluntukpemeriksaanserologi,DNAataulainlain;
10.
fotoakhirkeseluruhansesuaikondisikorban;
11.
buatkesimpulanberdasarkanpemeriksaanpatologiforensik.
Urutanpemeriksaangigigeligi:
1.
pemeriksaandilakukanolehdoktergigiataudoktergigiforensik;
2.
jenazahdiletakkanpadamejaataubrankar;
3.
untuk memudahkan pemeriksaan jenazah, jenazah diberi bantalan kayu pada punggung
atas/bahusehinggakepalajenazahmenengadahkeatas;
4.
pemeriksaandilakukanmulaidaribibir,pipi,danbagianbagianlainyangdianggapperlu;
5.
guna memperoleh hasil pemeriksaan yang maksimal, maka rahang bawah harus
dilepaskandanjaringankulitatauototpadarahangatasdikupaskeatasagargigitampak
jelaskemudiandibersihkan.Haliniuntukmempermudahmelakukanpemeriksaansecara
telitibaikpadarahangatasmaupunbawah;
6.
apabila rahang atas dan bawah tidak dipisahkan dan rahang kaku, maka dapat diatasi
denganmembukapaksamenggunakantangandanapabilatidakbisadapatmenggunakan
`TChisselyangdimasukkanpadaregiongigimolaratasdanbawahkiriataukanan atau
dapat dilakukan pemotongan Musculus Masetter dari dalam sepanjang tepi mandibula
sesudahitucondylusdilepaskandarisendi;
7.
catatkelainankelainansesuaiformuliryangada;
8.
lakukanroentgengigi;
9.
bilaperluroentgentengkorakjenazah;
10. selanjutnyabilaperludibuatcetakangigijenazahuntukanalisalebihlanjut.
154
1.3. Fase3:FaseAnteMortem
Kegiatan:
a. menerimakeluargakorban;
b. mengumpulkan datadata korban semasa hidup seperti foto dan lain
lainnyayangdikumpulkandarikeluargaterdekatyangkehilangananggota
keluarganyadalambencanatersebut;
c. mengumpulkan datadata korban dari instansi tempat korban bekerja,
RS/Puskesmas/Klinik,dokterpribadi,dokteryangmerawat,dokterdokter
gigipribadi,polisi(sidikjari),catatansipil,dll;
d. datadataAnteMortemgigigeligi;
1) datadata Ante Mortem gigigeligi adalah keterangan tertulis atau
gambaran dalam kartu perawatan gigi atau keterangan dari keluarga
atauorangyangterdekat;
2) sumberdatadataAnteMortemtentangkesehatangigidiperolehdari:
a) klinikgigiRSPemerintah,TNI/PolridanSwasta;
b) lembagalembagapendidikanPemerintah/TNI/Polri/Swasta;
c) praktekpribadidoktergigi.
e. mengambilsampelDNApembanding;
f. apabila diantara korban ada warga Negara asing maka Datadata Ante
MortemdapatdiperolehmelaluiperantaraSetNCBInterpolIndonesiadan
perwakilanNegaraasing(kedutaan/konsulat);
g. memasukkandatadatayangadadalamformulirInterpolDVIAM;
h. mengirimkandatadatayangtelahdiperolehkeUnitPembandingData.
1.4. Fase4:FaseRekonsiliasi
Kegiatan:
a) mengkoordinasikan rapatrapat penentuan identitas korban mati antara
UnitTKP,UnitPostMortemdanUnitAnteMortem;
b) mengumpulkan datadata korban yang dikenal untuk dikirim ke Rapat
Rekonsiliasi;
155
c) mengumpulkandatadata tambahandariUnitTKP,UnitPostMortemdan
UnitAnteMortemuntukkorbanyangbelumdikenal;
d) membandingkandataAnteMortemdanPostMortem;
e) checkandRecheckhasilUnitPembandingData;
f) mengumpulkanhasilidentifikasikorban;
g) membuat sertifikat identifikasi, surat keterangan kematian untuk korban
yangdikenaldansuratsuratlainnyayangdiperlukan;
h) publikasi yang benar dan terarah oleh Unit Rekonsiliasi sangat membantu
masyarakatuntukmendapatkaninformasiyangterbarudanakurat.
1.5. Fase5:FaseDebriefing
Kegiatan:
1) melakukan analisa dan evaluasi terhadap keseluruhan proses identifikasi
dariawalhinggaakhir;
2) mencari hal yang kurang yang menjadi kendala dalam operasi DVI untuk
diperbaiki pada masa mendatang sehingga penanganan DVI selanjutnya
dapatmenjadilebihbaik;
3) mencari hal yang positif selama dalam proses identifikasi untuk tetap
dipertahankandanditingkatkanpadaoperasiDVImendatang.
2.
Metodedantehnikidentifikasi
Dahuludikenal2metodepokokidentifikasiyaitu:
a.
metodeSederhana
1) visual;
2) kepemilikan(perhiasandanpakaian);
3) dokumentasi.
b. metodeIlmiah
1) sidikjari;
2) serologi;
3) odontologi;
4) antropologi;
5) biologimolekuler.
156
Saat ini berdasarkan standar Interpol untuk proses identifikasi pada DVI telah
ditentukanmetodeidentifikasiyangdipakaiyaitu:
a. metodeidentifikasiprimer:
1) sidikjari;
2) gigigeligi;
3) DNA.
b. metodeidentifikasisekunder:
1) medik;
2) properti.
Metode visual tidak dipakai di dalam metode identifikasi untuk DVI saat ini
karenametodeinitidakdapatditerapkanbilamayattelahbusuk,terbakar,mutilasi
serta tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah oleh karena melibatkan
faktorpsikologikeluargayangmelakukannya(sedangberduka,stress,sedihdll).
Gigimerupakansuatusaranaidentifikasiyangdapatdipercaya,khususnyabila
rekamdanfotogigipadawaktumasihhidupyangpernahdibuatmasihtersimpan
denganbaik.Pemeriksaangigiinimenjadiamatpentingapabilamayatsudahdalam
keadaan membusuk atau rusak, seperti halnya kebakaran. Adapun dalam
melaksanakanidentifikasimanusiamelaluigigi,kitadapatkan2kemungkinan:
a. memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut untuk membatasi atau
menyempitkanidentifikasi;
Informasi ini dapat diperoleh antara lain mengenai umur, jenis kelamin, ras,
golongan darah, bentuk wajah dan salah satu sampel DNA. Dengan adanya
informasi mengenai perkiraan batasbatas umur korban misalnya, maka
pencarian dapat dibatasi pada datadata orang hilang yang berada di sekitar
umurkorban.Dengandemikianpenyidikanakanmenjadilebihterarah.
b. mencariciriciriyangmerupakantandakhususpadakorbantersebut;
Disini dicatat ciriciri yang diharapkan dapat menentukan identifikasi secara
lebih akurat dari pada sekedar mencari informasi tentang umur atau jenis
kelamin. Ciriciri demikian antara lain : misalnya adanya gigi yang dibungkus
logam,gigiyangompongataupatah,lubangpadabagiandepanbiasanyadapat
157
lebih mudah dikenali oleh kenalan atau teman dekat atau keluarga korban.
Disamping ciriciri di atas, juga dapat dilakukan pencocokan antara tengkorak
korban dengan foto korban semasa hidupnya. Tehnik yang digunakan dikenal
sebagai Superimpossed Technique yaitu untuk membandingkan antara
tengkorakkorbandenganfotosemasahidupnya.
3.
PrinsipIdentifikasi
Prinsip dari proses identifikasi adalah mudah yaitu dengan membandingkan
datadata korban (data Post Mortem) dengan data dari keluarga (data Ante
Mortem), semakin banyak kecocokan akan semakin baik. Data gigi, sidik jari, atau
DNA secara tersendiri sudah dapat digunakan sebagai faktor determinan primer,
sedangkandatamedis,propertyharusdikombinasikanuntukdianggapsebagaiciri
identitasyangpasti.
Identifikasiterhadapmayatdapatdikatakanpositifapabilaminimalsatudari
metodeidentifikasiprimeradalahcocokataujikatidakadayangcocokdarimetode
identifikasi primer, maka seluruh metode identifikasi sekunder harus cocok.
Penentuanidentifikasiinidilakukandidalamrapatrekonsiliasi.
Adalah sangat penting untuk tetap memperhatikan file record dan segala
informasiyangtelahdibuatuntukdikelompokkandandisimpandenganbaik.
Dokumentasi berkas yang baik juga berkepentingan agar pihak lain (Interpol
misalnya)dapatmelihat,mereviewkasusnya,sehinggamenunjukkanbahwaproses
identifikasiinidikerjakansesuaiprosedurdanberdasarkanprinsipilmiah.
4.
Setelahkorbanteridentifikasi
Setelah korban teridentifikasi sedapat mungkin dilakukan perawatan jenazah
yangmeliputiantaralain:
a.
perbaikanataurekonstruksitubuhjenazah;
b. pengawetanjenazah(bilamemungkinkan);
c.
perawatansesuaiagamakorban;
d. memasukkandalampetijenazah.
158
tanggal(hari,bulan,tahun)danjamnya;
b. nomorregistrasijenazah;
c.
diserahkankepadasiapa,alamatlengkappenerima,hubungankeluargadengan
korban;
d. dibawakemanaatauakandimakamkandimana.
Perawatan jenazah setelah teridentifikasi dapat dilaksanakan oleh unsur
Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Sosial dan Dinas Pemakaman dengan
dibantuseorangdokterspesialisforensikdalamteknispelaksanaannya.
5.
Jikakorbantakteridentifikasi
Salah satu keterbatasan yang akan timbul di lapangan adalah adanya
kemungkinan korban yang tak teridentifikasi. Hal ini mungkin saja disebabkan
seringkali begitu banyaknya laporan korban atau orang hilang sedangkan yang
diperiksa tidak sama jumlahnya seperti yang dilaporkan. Atau pada kecelakaan
pesawat misalnya, pada passenger list terdapat sejumlah penumpang termasuk
crew pesawat, namun setelah terjadi bencana dan pada waktu korban ditemukan
untuk diperiksa ternyata kurang dari jumlahnya dari daftar penumpang pesawat
tersebut.
Dalamprosesidentifikasipadakenyataannyatidaklahselalumudahwalaupun
data ante mortemnya lengkap. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor
antaralain:
a. keadaanjenazahyangditemukandalamkondisi:
1) mayatmembusuklanjut,tergantungderajatpembusukannyadankerusakan
jaringannya,ataumayattermutilasiberatdankerusakanjaringanlunakyang
banyak maka metode identifikasi yang digunakan sidik jari bila masih
mungkin atau dengan ciri anatomis dan medis tertentu, serologi, DNA atau
odontologi;
2) mayat yang telah menjadi kerangka, identifikasi menjadi terbatas untuk
sedikitmetodesajayaitu:serologis,cirianatomistertentudanodontologi.
159
b. tidak adanya data antemortem, tidak adanya data orang hilang atau sistem
pendataanyanglemah;
c. jumlah korban yang banyak, baik pada populasi yang terbatas ataupun pada
populasiyangtakterbatas.
Menjadi suatu masalah, jika ahli waris keluarga korban meminta surat
kematian untuk kepentingan administrasinya seperti akta kematian, pengurusan
warisan, asuransi dan sebagainya, sedangkan Tim DVI tidak mempunyai data post
mortemnyaolehkarenamemangtidakdilakukanpemeriksaanatautidakditemukan
jasadataubagiantubuhnya.
Lalu sampai berapa lama orang yang hilang dalam suatu bencana jika tidak
ditemukan atau tidak diperiksa bisa dikatakan meninggal dan dikeluarkan surat
kematiannya? Salah satu solusi adalah dilakukannya kesepakatan bersama antara
beberapa ahli hukum dengan Tim DVI untuk berdiskusi dari situasi dan kondisi
bencana, alasan tidak ditemukannya dan sebagainya. Selanjutnya hasil keputusan
tersebut diajukan ke pengadilan dan menghasilkan suatu ketetapan, yang
berdasarkan keputusan pengadilan inilah kemudian dipakai sebagai acuan untuk
menentukan orang tadi dinyatakan sudah meninggal serta dikeluarkannya surat
kematian.
Apabila dalam proses tersebut ada yang tidak teridentifikasi, maka Tim DVI
Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan penguburan massal
dengan beberapa ketentuan antara lain mayat harus diambil sampel DNA nya
terlebih dahulu dan dikuburkan dengan dituliskan nomor label mayat pada bagian
nisannya.
6.
Beberapahalpentingberkaitandengantatalaksana
a.
Legalitasdanpengaturanpada:
1) organisasidanprosedurDVI;
2) pendataanantemortem,yaitusidikjaridanodontologi.
b. Networkingyangdapatterdiridarikerjasama,koordinasi,pelatihan,pembagian
informasidanlainlain;
160
c.
Sarana dan fasilitas seperti lemari pendingin atau tempat agar mayat tidak
cepatmembusuk(coldstorage),fasilitastempatpemeriksaanjenazah,kantung
jenazah,insektisida,peralatanotopsidanalatpendukunglainnya;
d. Sebagai catatan kamar mayat rumah sakit, untuk korban mati dalam jumlah
yang banyak, melebihi kapasitas tampung jenazah di rumah sakit tersebut,
makadapatdipilih:
menggunakanfasilitaskamarjenazahyangdimilikiolehrumahsakitsekitar;
mendatangkankontainerdenganfasilitaspendingin;
untuk korban mati dengan dugaan tidak wajar/man made disaster (seperti
kasuskasus teroris, kerusuhan massal, dll), pemindahan jenazah dalam
pengawalanpetugaskeamanan.
161
BABV
MONITORINGDANEVALUASI
Kegiatanmonitoringdanevaluasisaatbencanadilakukandenganmenyelaraskan
kebijakanteknisbidangkesehatandenganupayaupayadanpermasalahanyangterkait
dengan penanganan tanggap darurat dan pemulihan. Halhal yang dimonitor dan
dievaluasiantaralainsebagaiberikut:
No
Kebijakan
1. Setiapkorban
mendapatkanpelayanan
kesehatansesegera
mungkinsecaramaksimal
danmanusiawiuntuk
menyelamatkannyawa
danmencegahkecacatan
2.
Pelayanankesehatan
lingkungan,gizi,
kesehatanjiwa,
kesehatanibudananak
maupunkesehatan
Aspekyangdimonitordandievaluasi
a. pelayananprarumahsakit
1) triaselapangan;
2) poskesehatan(poskes)statisdanbergerak;
3) jumlahdanjenistenagadiposkes;
4) distribusiobatdanperbekalankesehatandiposkes;
5) ketersediaanalatdanjejaringkomunikasi;
6) kegiatansurveilansdilokasipengungsi.
b. pelayananrumahsakit
1) jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan yang
tersedia;
2) jumlahdanjenisobatspesialistik dan ketersediaan
alatkesehatanyangtersedia;
3) kemampuanmengelolakorbanmassal;
4) kegiatansurveilansdirumahsakit.
c. pelayananrujukan
1) sistemrujukanantarrumahsakit;
2) ketersediaanalatdanjejaringkomunikasi;
3) jumlahdanjenissaranarujukanmedik.
162
No
Kebijakan
reproduksidilakukan
secaraterpadu
c.
d.
e.
f.
3.
4.
5.
6.
Identifikasikorban
meninggalakibatbencana
dilakukansemaksimal
mungkindanoleh
petugasyangberwenang
Pelayanankesehatan
sehariharidifasilitas
kesehatanharustetap
terlaksanasecaraoptimal
a.
b.
c.
Aspekyangdimonitordandievaluasi
3) pengendalianpenyakitpotensialKLB;
4) airbersihdansanitasidarurat;
5) ketersediaanbahandanalatkesling.
6) pengawasanterhadappenderitaHIV/AIDS,dll.
pelayanangizi:
1) tenagasurveilansgizi;
2) pelayanangizidarurat;
3) ketersediaanMPASI;
4) pemantauan dan pengendalian bantuan susu
formula,dll
kesehatanjiwa:
1) ketersediaantenagakesehatanjiwa;
2) pelayanankesehatanjiwadipengungsian;
3) pelayananrujukan,dll.
kesehatanibudananak
1) jumlahtenagapendampingASI;
2) kampanyeASI,dll.
kesehatanreproduksi
1) ketersediaan Paket Pelayanan Awal Minimum
kesehatanreproduksi;
2) ketersediaanalatkontrasepsi;
3) tenagakesehatanreproduksi
tenagaDVIdanforensik;
kesiapan fasilitas kesehatan dalam pengelolaan
jenazah;
ketersediaankantongjenazah,dll
lembagadonor.
No
7.
Kebijakan
yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan
dan Kementerian atau
lembagaterkait.
Penyediaaninformasi
yangberkaitandengan
penanggulangan
kesehatanpadabencana
dilaksanakanolehdinas
kesehatansetempat
selakuanggota
BPBD/Satkorlak/Satlak.
Aspekyangdimonitordandievaluasi
d. pemetaantitikdistribusibantuankesehatan;
e. pencatatan dan pelaporan distribusi bantuan
kesehatan.
a.
b.
c.
d.
sisteminformasi;
formatpelaporankejadianbencana;
alurdanmekanismeinformasi;
disseminasiinformasikeinstansi/lembagaterkait.
164
DAFTAR PUSTAKA
BNPB. (2007) Pengenalan Karakteristik Bencana dan
Upaya Mitigasinya. Edisi 2. Jakarta.
Carter, W.N. (1991) Disaster Management: A disaster
managers handbook. Manila, Asian Development
Bank.
Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (2003)
Pedoman Kesehatan Reproduksi bagi Pengungsi.
Direktoran
Bina
Kesehatan
Ibu.
Jakarta,
Kementerian Kesehatan RI
Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (2008)
P1
Dirjen
Bina
Pelayanan
Medik
(2005)
Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).
Seri PPGD: Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat/General Emergency Life Support (GELS).
Cetakan ke-2. Jakarta, Depkes RI.
Depkes RI dan Kepolisian Negara RI (2006) Pedoman
Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati pada
Bencana Massal. Cetakan ke-2. Jakarta, Depkes
2006.
Idrus AP, Aryono DP, dan Guntur BH, ed. (2002)
Penatalaksanaan Korban Bencana Massal. Jakarta,
Depkes RI.
Keputusan Menkes RI No. 1228/Menkes/SK/XI/2007.
Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 783/Menkes/SK/X/2006
tentang Regionalisasi Pusat Bantuan Penanganan
Krisis Kesehatan akibat Bencana. Jakarta, Depkes
RI.
Keputusan Menkes RI No. 1227/Menkes/SK/XI/2007.
Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 679/Menkes/SK/VI/2007
tentang Organisasi Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan Regional. Jakarta, Depkes RI.
Keputusan Menkes RI No. 064/Menkes/SK/II/ 2006.
Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis
akibat Bencana. Jakarta, Depkes RI.
Keputusan Menkes RI No. 066/Menkes/SK/II/ 2006.
Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta,
Depkes RI.
P2
P3
Lampiran1
PetaIndeksAncamanBencanaBanjirdiIndonesia
"
!
." , ~
"'. 1"';:::;",
~
8==
----
D __
D _
".
".
"
, . '.
"....
",.. ,
),11".
Sumber:BNPB
............"
"
,,~
Lampiran2
PetaIndeksAncamanBencanaGunungapidiIndonesia
,,- - - - , .-
."",....;,..""....
".,
.~.
,
..,.-
""'"
'
.. t .,.,...
'
;
.. ...... ....,.
c".;"
... .
)011".
-=
---
Sumber:BNPB
'.",
--'. - -
..... ",.. ,
Lampiran3
PetaIndeksAncamanBencanaTsunamidiIndonesia
"
M, ...... . .;,
..
' ~
'
'
,.,
. ...
~n
. . . , An
eo.G,
Sumber:BNPB
Lampiran4
PetaIndeksAncamanBencanaGempaBumidiIndonesia
"t_
,,,..
ou
<OUT , . . . . . . . . .
"
.".
0_ _ _
---0
_ _
t:
". ..
__
"
'.
..........
....._ ._.
...
,;."
.........
I.,e..d.
..
.. ....
~
,.
-=
Sumber:BNPB
- --
-- -
Lampiran5
PetaJumlahKejadianBencanaDiIndonesiaTahun2010
"
A
Sumber:PusatPenanggulanganKrisisKesehatan,KementerianKesehatan
KONTRIBUTOR
TIMPENYUSUN
Mudjiharto,SKM,MM
dr.LuckyTjahjono,M.Kes
drg.ElsMangunap,MM
YusRizal,DCN,M.Epid
dr.M.ImranS.Hamdani
dr.IndroMurwoko
EdyS.Purba,SKM,MKM
Yuniati,S.S,M.Si
dr.IraCyndiraTresna
dr.RienPramindari
dr.dr.TriWahyuMurni,Sp.B,Sp.BTKV(K),MH.Kes
dr.KoesmediPriharto
AKBPdr.LastriRiyanti
RitaDjupuri,M.Epid
SaidaSimanjuntak,S.Kp,MARS
dr.Christina
dr.AsihWidowati,MARS
Hasnawati,SKM,M.Kes
dr.MarolopBinsar
DadingSetiawan,SKM,M.Epid
IwanHalwani,SKM,M.Si
GdeYulianYogadita
TIMEDITOR
dr.WidianaKusumasari
dr.EkoMedistianto
dr.WilyPanduAriawan
YanaIrawati,SKM,MKM
dr.RuckyNurulWursantyDewi,MKM