Anda di halaman 1dari 193

MENTERIKESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Indonesia terletak di wilayah yang rawan bencana, baik


bencana alam, non alam maupun bencana sosiaL
Berbagai jenis bencana ini dapat menimbulkan krisis
kesehatan. Seperti timbulnya korban massal, masalah
masalah pangan dan gizi, masalah
pengungsi,
ketersediaan air bersih, masalah sanitasi lingkungan,
penyebaran vektor penyakit, penyebaran penyakit
menular, lumpuhnya pelayanan kesehatan, munculnya
kasus stress pasca trauma dan kelangkaan tenaga kesehatan. Hal ini tentu
akan mengganggu jalannya pelayanan publik, termasuk pelayanan kesehatan.
Salah satu peran Kementerian Kesehatan adalah mempersiapkan standar dan
pedoman agar tugas dan tanggung jawab penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana dapat dilaksanakan dengan baik, terpadu dan sinergis dengan
pengelola program sektor kesehatan maupun sektor diluar kesehatan. Pada
tahun 2007, Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Buku Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat 8encana yang mengacu pada
standar intemasionaL Namun dengan adanya perkembangan di bidang
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dan adanya masukan dari
daerah, dari lintas program dan dari lintas sektor, maka Kementerian
Kesehatan melakukan revisi terhadap buku pedoman tersebut.
Saya menyambut baik terbitnya revisi buku pedoman ini dan saya berharap
agar buku pedoman ini dapat disebarluaskan untuk digunakan sebagai acuan
oleh seluruh institusi kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana di Indonesia, Kepada semua phak yang telah berperan dalam
penyusunan dan penerbitan buku ini, saya sampaikan terima kasih dan
apresiasi.

Pedoman Teknis PenongguJongon Krisis Kesehatan Akibot 8encana

KATA PENGANTAR
Semoga buku ini bermanfaat bagi penanggulangan krisis akibat bencana di
Indonesia dan bagi peningkatan kesejahteraan Rakyat Indonesia.
Negara Republik Indonesia terletak di daerah rawan bencana. Berbagai jenis
Jakarta,S Desember 2011
MENTERI KESEHATAN Rl

~.

kejadian bencana telah terjadi di Indonesia, baik bencana alam (natural


disasfet'), bencana karena kegagalan teknologi maupun bencana karena ulah
manusia (manmade disastel). Kejadian bencana biasanya menimbulkan
jatuhnya korban manusia (meninggal, luka -Iuka dan pengungsian) maupun

kerugian harta benda. Adanya korban manusia dapat menimbulkan krisis


kesehatan pada masyarakat yang terkena bencana dan masyarakat yang

berada di sekitar daerah bencana.


dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH

Permasalahan yang sering terjadi di lapangan adalah masalah kurangnya


koordinasi serta keterlambatan respon tanggap darurat dalam pemenuhan
sumber daya dalam penanggulangan krisis kesehatan. Oleh karena itu, dalam
rangka pengurangan dampak risiko bencana perlu adanya peningkatan
kapasitas dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Keberhasilan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ditentukan
oleh kesiapan masing-masing unit kesehatan yang terlibat, manajemen
penanganan bencana serta kegiatan pokok seperti penanganan korban
massal, pelayanan kesehatan dasar di pengungsian, penanggulangan dan
pengendalian penyakit, penyediaan air bersih dan sanitasi, penanganan gizi
darurat, penanganan kesehatan jiwa, serta pengelolaan lagistik dan
perbekalan kesehatan.
Mengingat permasalahan akibat bencana sangat kompleks maka perlu
dilakukan revisi pedoman yang sudah ada. Revisi ini dilakukan untuk
melengkapi dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada saat ini. Pedoman
sebelumnya belum ditetapkan dalam keputusan Menteri Kesehatan, oleh
karena itu revisi ini sekaligus untuk menetapkan pedoman ini dalam suatu
keputusan Menteri Kesehatan.
Dengan dilakukannya revisi Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis
Kesehatan akibat Bencana ini diharapkan petugas di jajaran kesehatan,
lembaga donor, LSM/NGO nasional dan internasional serta pihak lain yang

ii

Pedaman Teknis Penanggulongon Krisis Kesehatan Akibat Bencono

Pedomon Teknis Penonggulongan Krisis Kesehoton Akibot Bencono

iii

bekerja/berkaitan dalam penanganan krisis kesehatan akibat bencana di


Indonesia menjadi lebih jelas perannya masing*masing secara terintegrasi
sehingga dapat melakukan upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana dengan lebih optimal.
Akhirnya kepada semua pihak dan instansi yang terkait baik pemerintah
maupun non pemerintah, kami sampa jkan penghargaan dan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas peran sertanya sehingga revisi buku pedoman ini
dapat terwujud.
Oemikian, semoga buku ini dapat bermanfaat bag; kita semua.

Jakarta, 5 Oesember 2011


Sekretaris lenderal

..-

dr. Ratna Rosita, MPHM

UCAPAN TERIMA KASIH

Puj; syukur kehadirat Allah SWT karena atas perkenan-Nya, Buku Pedoman
Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Revisi pedoman yang melibatkan lintas program
maupun lintas seldor telah melewati beberapa tahapan proses.
Kegiatan penanggulangan bencana, dimulai dari kegiatan pencegahan
mitigasi dan kesiapsiagaan yang dilakukan pada fase pra-bencana; kegiatan
tanggap darurat pada saat bencana; dan fase pemulihan sebagai masa
transisi menuju ke keadaan normal yang didukung oleh kegiatan pemantauan
dan pengumpulan informasi sehingga menuntut sebuah pedoman teknis yang
praktis, komprehensif dan mudah digunakan oleh para pelaku yang berperan
di dalamnya. OJ sisi lain, bencana dengan segala karakteristiknya merupakan
peristiwa yang juga selalu menuntut pembelajaran dari hari ke hari, tidak
terkecuali untuk Indonesia yang telah sejak lama menyandang predikat
sebagai negara supermarket bencana. Selain itu dengan adanya UU No. 24
tahun 2007 yang menempatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) sebagai koordinator penanggulangan bencana di Indonesia, turut
mengubah mekanisme penanggulangan bencana menjadi lebih terintegrasi
dan terkoordinasi. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan berbagai
perkembangan yang terjadi saat ini, baik dari segi peraturan maupun
mekanisme penanggulangan bencana, maka buku Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana yang ada saat ini dipandang
perlu untuk di revisi dalam rangka meningkatkan upaya penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana.
Kami mengucapkan terima kasih kepada unit-unit terkait di lingkungan
Kementerian Kesehatan, Unit Pelaksana Teknis, kalangan profesional, WHOEHA (Emergency and Humanitarian Action) dan semua pihak yang telah
membantu memberik.an masukan dan saran dalam penyempurnaan buku
pedoman ini.

;v

Pedomon Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Pedoman Teknis Penanggu/angan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bekerja
dalam penanganan krisis kesehatan, khususnya bagi para pelaksana di jajaran
kesehatan, lembaga donor, LSM/NGO nasional dan internasional.

Jakarta, 5 Desember 2011


Kepala Pusat Penanggulangan Krisis

Mudjiharto, SKM, MM

Remark WHO Representative to Indonesia


The first edition of Technical guideline of Health Action in Crisis has served as
the platform for governments, donor agencies, national and international
humanitarian agencies to work. more effectively and efficiently based on
standards for the people affected. During the implementation, we faced
dynamic changes in disaster management based on lesson learnt on the
recent disasters occurred in Indonesia such as the type and severity of
disaster; recent policies of Government of Indonesia (GoI) and revision on
health policy, law and regulations based on the updated version of Standard
Operating Procedure (SOP) in each sector related to disaster management.
In 2007, Gol released law no.24 on Disaster Management and established
National Disaster Management Agency (NDMA) based on the Presidential
Regulation no.S Year 200S on 26 January 200S. This agency provides one line
command during disaster phase, coordinative function in pre and post
disaster phase. The task and function of NOMA is supported by line
ministries/departments including Ministry of Health (MOH) and related
organizations based on their tasks and functions.
This guideline has been modified based on the updated SOP from each unit in
MOH and UN agencies. It is expected to strengthen the Disaster Risk.
Reduction Programme in Health Sector (DRR-PHS) and disaster emergency
management as a whole in various sectors, enabling self sustainability in
reducing risk. by having good preparations and effective response to
emergencies and disasters according to updated Standard Operating
Procedures in 446 districts, Indonesia by 2012.
WHO will always provide necessary supports for MOH in addressing Disaster
Management. I would like to thank everyone involved in making this work.
possible.

Dr. Khanchit Limpakarnjanarat


WHO Representative to Indonesia

v;

Pedomon Teknis Penanggulongon Krisis Kesehaton Akibot Bencano

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibot Bencona

vii

DAFTARTABEL

Tabel2.1

KarakteristikBencana

10

Tabel2.2

KlasteryangadadiIndonesiabesertaorganisasiketuadananggotanya

17

Tabel2.3

Koordinasi serta pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam


pengelolaanobatdanperbekalankesehatanpadapenanggulanganbencana

25

Tabel2.4

Jenisobatdanjenispenyakitsesuaidenganjenisbencana

28

Tabel3.1

Jenispenyakit,obat,danperbekalankesehatanpadatahaptanggapdarurat
berdasarkanbencana

127

Tabel3.2

ContohObatuntukPosKesehatandanPustu
dengantenagamedisdanparamedis

129

ix

DAFTARGAMBAR

Gambar2.1

SiklusPenangananBencana

Gambar2.2

Struktur Organisasi dalam Kementerian Kesehatan pada Penanggulangan


Bencana

13

Gambar2.3

HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan

14

Gambar2.4

PetaLokasiPPKRegional

15

Gambar2.5

Alurpenyampaianinformasiprabencana

30

Gambar2.6

Alurpenyampaiandankonfirmasiinformasiawalkejadianbencana

31

Gambar2.7

Alurpenyampaianinformasipenilaiancepatkesehatan

34

Gambar2.8

Alur penyampaian dan konfirmasi informasi perkembangan kejadian


bencana

37

Gambar3.1

Pembagianareakerja

47

Gambar3.2

Pospelayananmedisdepan

51

Gambar3.3

Pospelayananmedislanjutanstandar

52

Gambar3.4

Alurevakuasikorbandengansistemnoria

53

Gambar3.5

Permintaandanpendistribusianobatdanperbekalankesehatan

123

Gambar3.6

Alurpelaporantahaptanggapdarurat

126

DAFTARGAMBAR

Gambar2.1

SiklusPenangananBencana

Gambar2.2

Struktur Organisasi dalam Kementerian Kesehatan pada Penanggulangan


Bencana

13

Gambar2.3

HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan

14

Gambar2.4

PetaLokasiPPKRegional

15

Gambar2.5

Alurpenyampaianinformasiprabencana

30

Gambar2.6

Alurpenyampaiandankonfirmasiinformasiawalkejadianbencana

31

Gambar2.7

Alurpenyampaianinformasipenilaiancepatkesehatan

34

Gambar2.8

Alur penyampaian dan konfirmasi informasi perkembangan kejadian


bencana

37

Gambar3.1

Pembagianareakerja

47

Gambar3.2

Pospelayananmedisdepan

51

Gambar3.3

Pospelayananmedislanjutanstandar

52

Gambar3.4

Alurevakuasikorbandengansistemnoria

53

Gambar3.5

Permintaandanpendistribusianobatdanperbekalankesehatan

123

Gambar3.6

Alurpelaporantahaptanggapdarurat

126

DAFTARISTILAH

AngkaKematianIbu(AKI):kematianperempuanpadasaat
hamil atau selama 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya
atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab
sebablain,per100.000kelahiranhidup.

Antihistamin : obat yang digunakan untuk mengurangi


ataumencegahreaksihistamin(misalalergi).

Antipiretik:obatpenurundemam.

Antropometri gizi: cara pengukuran status gizi


berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan,
lingkarlenganatas,lingkarkepala,lingkardadadan
tebaljaringanlunak.

Apotek: Tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan


kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,
perbekalankesehatanlainnyakepadamasyarakat.

Apoteker: Sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan


profesi dan telah mengucapkan sumpah
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
IndonesiasebagaiApoteker.

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

xi

Bahaya: Faktorfaktor yang dapat mengganggu dan


mengancamkehidupanmanusia.

Buffer stock: Persediaan obatobatan dan perbekalan


kesehatan di setiap gudang farmasi provinsi dan
kabupaten/kota yang ditujukan untuk menunjang
pelayanankesehatanselamabencana.

Bencana: Suatu kejadian peristiwa atau rangkaian


peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampakpsikologis.

Bencana Alam : Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa


atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan
dantanahlongsor.

Bencana Non Alam : Bencana yang diakibatkan oleh


peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi,epidemidanwabahpenyakit.

Bencana Sosial: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa


atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh
manusia yang meliputi konflik sosial antar
xii

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan


teror.

atau cair, disertai lendir dan/atau darah yang terlihat


padatinja.

Brigade siaga bencana (BSB): Suatu satuan tugas


kesehatan yang terdiri dari petugas medis (dokter
dan perawat), paramedis, dan awam khusus yang
memberikan pelayanan kesehatan berupa
pencegahan,penyiagaan,maupunpertolonganbagi
korbanbencana.

Bronkodilator : alat yang dapat memperlebar lubang


saluran napas yang menyempit ketika seseorang
mendapatseranganasma.

Campak (measles): Ruam kulit (skin rash) yang sifatnya


maculopapular
dengan
demam,
disertai
conjungtivitisdan/ataubatukpilek.

Daerahrawanbencana:Suatudaerahyangmemilikirisiko
tinggi terhadap suatu bencana akibat kondisi
geografis, geologis, dan demografis serta akibat
ulahmanusia.

Dekongestan : penyembuh pengembangan pembuluh


darah.

Diare:Buangairlembekatauencerbahkanberupaairsaja
lebihseringdaribiasanyadanmerupakanpenyakit
yangsangatberbahayaterutamabagibalita.

Diaredisertaidarah(bloodydiarrhea):Buangairbesarlebihdari
tigakaliselama24jamdengankonsistensitinja lembek

Endemis:suatukeadaandimanasuatupenyakitatauagen
infeksi tertentu secara terus menerus ditemukan
disuatu wilayah tertentu, bisa juga dikatakan
sebagai suatu penyakit yang umum ditemukan
disuatuwilayah.

Evakuasi: Upaya untuk memindahkan korban dari lokasi


yangtertimpabencanakewilayahyanglebihaman
untukmendapatkanpertolongan.

HIV: Human Immunodeficiency Virus yang dapat


menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel
darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat
merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang
pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan
penyakitwalaupunyangsangatringansekalipun.

Infeksi Menular Seksual (IMS): penyakit yang menyerang


manusia melalui transmisi hubungan seksual, seks
oraldanseksanal.

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA): Penyakit infeksi


akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih
darisaluran napas mulai dari hidung (saluranatas)
sampai alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga bawah,
danpleura.

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

xiii

xiv

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

ISPAnonpneumonia:Batukataupilekdisertaidemam<2
minggu.

Gizi buruk: Pengukuran status gizi buruk menggunakan


antropometri dengan indeks BB/TB atau BB/PB.
Disebut gizi buruk apabila hasil perhitungan BB/TB
atauBB/PB<3SD.

Keadaan gawat gizi (serious situation): Keadaan yang


ditandai dengan prevalensi gizi kurang balita
pengungsilebihbesaratausamadengan15%,atau
1014,9%dandisertaifaktorpemburuk.

Keadaankritisgizi(riskysituation):Keadaanyangditandai
denganprevalensigizikurangbalitapengungsilebih
besaratausamadengan1014,9%,atau59,9%dan
disertaifaktorpemburuk.

Kedaruratan: Kejadian tibatiba yang memerlukan


tindakan segera karena dapat menyebabkan
epidemi, bencana alam, atau teknologi, kerusuhan
ataukarenaulahmanusialainnya.(WHO)

Kejadian Luar Biasa (KLB): meningkatnya kejadian


kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktutertentu.

Rawan Bencana : kondisi atau karakteristik geologis,


biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial,
budaya,politik,ekonomi,danteknologipadasuatu
wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

xv

mengurangi kemampuan mencegah, meredam,


mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan
untukmenanggapidampakburukbahayatertentu.

Kesehatan reproduksi: suatu keadaan fisik, mental dan


sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi
serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana
manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya
serta mampu menjalankan fungsi dan proses
reproduksinyasecarasehatdanaman.

Kesiapsiagaan:Serangkaiankegiatanyangdilakukanuntuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
sertamelaluilangkahyangtepatgunadanberdaya
guna.

Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU)


atauUniversalPrecautions(UP):adalahsuatucara
untuk mencegah penularan penyakit dari cairan
tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan
sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya (Dr.
Akhmad Wiryawan, 2007). Menurut Prof. Dr.
Sulianti Saroso (2006) Kewaspadaan Universal
adalah suatu cara penanganan baru untuk
meminimalkanpajanandarahdancairantubuhdari
semuapasien,tanpamemperdulikanstatusinfeksi.

Kit Kesehatan Reproduksi: bahan yang dibutuhkan untuk


melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi
xvi

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

dalam situasi darurat sesuai dengan tujuan dari


PPAM.

muntahdandiare,nyerikepala,nyeripunggung,dan
penyakitinfeksilainnyadapatdikesampingkan.

Lembaga swadaya masyarakat (LSM, nongovernmental


organization/NGO):
Suatu
lembaga
non
pemerintah yang dibiayai sendiri oleh masyarakat
danbergerakyangdalambidangtertentu.

Leptospirosis: Penderitaan dengan demam mendadak


tinggidisertaisakitkepala,nyeriotot,hiperaestesia
pada kulit, mual, muntah, diare. Bradikardi relatif,
ikterus,infeksisiliermata.

LILA: Lingkar Lengan Atas, merupakan salah satu metode


pengukuranstatusgizi.

Lumpuh layuh akut (acute flaccid paralysis, AFP):


Kelumpuhanmendadak(progresif)yangsifatnyalayuh
(flaccid,floppy)padasatuataulebihanggotagerak
termasukGuillainBarreSyndrome,padaanakusia<15
tahun atau Kelumpuhan mendadak (progresif) yang
sifatnyalayuh(flaccid,floppy)padapendudukusia>15
tahundandidugakuatsebagaipolio.

Manajemen SDM kesehatan: Serangkaian kegiatan


perencanaan dan pendayagunaan tenaga yang
bekerja secara aktif di bidang kesehatan dalam
melakukanupayakesehatan.

Malariaklinis(clinicalmalaria):
Demam atau ada
riwayat demam disertai gejala menggigil, mual,

Masalah gizi darurat: Keadaan gizi dimana jumlah kurang


gizi pada sekelompok masyarakat pengungsi
meningkatdanmengancammemburuknyakehidupan

Masa
inkubasi:waktu
berlalu
antara
paparan
suatupatogenorganisme,
suatu
bahan
kimiaatauradiasi, dan ketikagejaladan tandatanda
yangpertamajelas.

Mitigasi: Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko


bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran
dan
peningkatan
kemampuan
menghadapibencana.

Mobilisasi: Penggerakan bantuan, tenaga, dan sumber daya


lainkelokasibencana.

Neonatal:bayiyangberumur028hari

Obat: Sediaan atau paduan bahanbahan yang siap untuk


digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
menetapkan diagnosa, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan,peningkatankesehatan,dankontrasepsi.

Obat bantuan: Obatobat yang berasal dari sumber dana


selain dari kabupaten/kota yang bersangkutan, baik
dari pemerintah (pusat dan provinsi) maupun pihak
swastadanbantuanluarnegeri.

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

xvii

xviii

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana


Obatesensial:Obatyangdiperlukandanseringdigunakan.

Obat rusak: Obat yang tidak memenuhi standar yang


ditetapkan.

Paket Layanan Awal Minimum (Minimum Initial Service


Package/MISP) untuk Kesehatan Reproduksi:
seperangkat kegiatan prioritas terkoordinasi yang
dirancang untuk: mencegah dan menangani akibat
dari kekerasan seksual; mengurangi penyebaran HIV;
mencegahkelebihanangkamortalitasdanmorbiditas
ibudanbayi;danmerencanakanlayananKesehatan
Reproduksi lengkap pada harihari dan minggu
mingguawaldarisituasidaruratdanbertujuanuntuk
meningkatkanpengetahuanparapelakukemanusiaan
mengenai layanan Kesehatan Reproduksi prioritas ini
agardapatdimulaidiawalsituasikrisis.

Penghapusan/pemusnahan obat: Serangkaian kegiatan


dalam rangka pembebasan obatobatan milik atau
kekayaan Negara dari tanggung jawab berdasarkan
peraturanperundangundanganyangberlaku.

Kegiatan Pencegahan Bencana : Serangkaian kegiatan yang


dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan
dan/ataumengurangiancamanbencana.

PONED : PelayananObsterikdanNeonatalEmergensiDasar,
meliputikemampuanuntukmenanganidanmerujuk:
a) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

xix

eklampsia), b) Tindakan pertolongan Distosia Bahu


dan Ekstraksi Vakum pada Pertolongan Persalinan, c)
Perdarahanpostpartum,d)infeksinifas,e)BBLRdan
Hipotermi, Hipoglekimia, Ikterus, Hiperbilirubinemia,
masalahpemberianminumpadabayi,f)Asfiksiapada
bayi,g)Gangguannafaspadabayi,h)Kejangpadabayi
baru lahir, i) Infeksi neonatal, j) Persiapan umum
sebelum tindakan kedaruratan Obstetri Neonatal
antaralainKewaspadaanUniversalStandar.

PONEK: Pelayan Obstetrik dan Neonatal Emergensi


Komprehensif di Rumah Sakit, meliputi kemampuan
untuk melakukan tindakan a) seksia sesaria, b)
Histerektomi, c) Reparasi Ruptura Uteri, cedera
kandung/salurankemih,d)PerawatanIntensifibudan
Neonatal,e)Tranfusidarah.

PusatPenanggulanganKrisis(PPK)Regional:Unitfungsional
di daerah yang ditunjuk untuk mempercepat dan
mendekatkan fungsi bantuan pelayanan kesehatan
dalam penanggulangan kesehatan pada kejadian
bencana.

Penilaianrisiko:
Suatu evaluasi terhadap semua unsur
yang berhubungan dengan pengenalan bahaya serta
dampaknyaterhadaplingkungantertentu.

Pencegahan: segala upaya yang dilakukan untuk mencegah


terjadinya bencana dan/atau bila memungkinkan
meniadakan sebagian atau seluruh bencana yang
mungkinterjadi

xx

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

PenanggulanganBencana:Serangkaianupayayangmeliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggapdaruratdanrehabilitasi.

Penanggulangankrisiskesehatanakibatbencana:
Serangkaian kegiatan bidang kesehatan untuk
mencegah, menjinakkan (mitigasi) ancaman/bahaya
yang berdampak pada aspek kesehatan masyarakat,
mensiapsiagakan
sumber
daya
kesehatan,
menanggapikedaruratankesehatan,danmemulihkan
membangun
kembali
(rehabilitasi),
serta
(rekonstruksi) infrastruktur kesehatan yang rusak
akibat bencana secara lintasprogram dan lintas
sektor.

Pengungsi: Orang atau kelompok orang yang terpaksa atau


dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka
waktuyangbelumpastisebagaiakibatdampakburuk
bencana.

Penilaian cepat masalah kesehatan (Rapid Health


Assessment,RHA): Serangkaian kegiatan yang
meliputipengumpulaninformasisubjektifdanobjektif
guna mengukur kerusakan dan mengidentifikasi
kebutuhandasarpendudukyangmenjadikorbandan
memerlukanketanggapdaruratansegera.Kegiatanini
dilakukan secara cepat karena harus dilaksanakan
dalam waktu yang terbatas selama atau segera
setelahsuatukedaruratan.

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

xxi

Peringatandini:Serangkaiankegiatanpemberianperingatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat
olehlembagayangberwenang.

Perbekalan kesehatan: Semua bahan selain obat dan


peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
upayakesehatan.

PMT darurat (blanket supplementary feeding programme):

Pemberian makanan tambahan kepada


seluruh kelompok rentan: anak balita, wanita hamil,
danibumeneteki(khususnyasampai6bulansetelah
melahirkan)yangbertujuanmencegahmemburuknya
keadaangizipengungsi.

PMT darurat terbatas (targeted supplementary feeding


programme): Pemberian makanan tambahan
kepadakelompokrentanyangmenderitagizikurang.

PMT terapi (therapeutic feeding programme): Pemberian


makanan tambahan dengan terapi diet dan medis
pada anak yang menderita gizi buruk (sangat kurus)
yangbertujuanmenurunkanangkakematian.

Pneumonia:
Proses infeksi akut yang mengenai
jaringanparuparu(alveoli).

Profilasis: langkahlangkah yang dirancang untuk menjaga


kesehatan dan mencegah penyebaranpenyakit atau
pencegahanpenyakitkederajatsakityanglebihberat
ataumengendalikanpenyakit.
xxii

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana


Psikoedukasi: Sebuah sub disiplin ilmu piskologi yang
berkaitandenganteoridanmasalahkependidikan

Psikopatologi: Bagian Psikologi yang menjadikan gejala


kejiwaansebagaiobjeknya

Psikososial: sebuah cabang ilmu psikologi yang mempelajari


atribu2 sosial dalam perilaku manusia sehari hari
dalam kaitan interaksi di dalam lingkungan
kesehariannya

Psikotropika: Suatu zat atau obat baik alamiah maupun


sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh efektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mentaldanperilaku

Public Safety Center (PSC): Pusat pelayanan yang menjamin


kebutuhan masyarakat dalam halhal yang
berhubungan dengan kegawatdaruratan, termasuk
pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu
singkat di manapun berada, dan merupakan ujung
tombak pelayanan yang bertujuan untuk
mendapatkan respons cepat (quick response)
terutamapelayananprarumahsakit.

Rehabilitasi: Perbaikan dan pemulihan semua aspek


pelayananpublikataumasyarakatsampaitingkatyang
memadaipadawilayahpascabencanadengansasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

xxiii

wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan


masyarakatpadawilayahpascabencana.

Rekonstruksi: Pembangunan kembali semua prasarana dan


sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana,
baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat
dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta
masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakatpadawilayahpascabencana.

Rencana kontinjensi: Suatu proses perencanaan ke depan,


dalamkeadaanyangtidakmenentu,dimanaskenario
dantujuandisepakati,tindakanteknisdanmanajerial
ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengerahan
potensi disetujui bersama untuk mencegah, atau
menanggulangisecaralebihbaikdalamsituasidarurat
ataukritis.

Resusitasi: Upaya pertolongan pada korban dengan


memberikan bantuan hidup dasar untuk
menyelamatkanjiwakorban.

Risiko Bencana : Potensi kerugian akibat yang ditimbulkan


akibat bencana padasuatu wilayah dan kurun waktu
tertentuyangdapatberupakematian,luka,sakit,jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan
kegiatanmasyarakat.

xxiv

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

RS PONEK 24 Jam: RS yang memiliki kemampuan serta


fasilitas PONEK siap 24 jam untuk meberikan
pelayananterhadapibuhamil,bersalin,nifasdanbayi
baru lahir dengan nkomplikasi baik yang datang
sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di
desa,PuskesmasdanPuskesmasPONED.

Sediaan farmasi: Obat, bahan obat, obat tradisional dan


kosmetika

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT):

Suatu sistem penanggulangan pasien gawat


darurat yang terdiri dari unsur pelayanan prarumah
sakit,pelayanandirumahsakit,danpelayananantar
rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respons
cepatyangmenekankanpadaTimeSavingisLifeand
Limb Saving, yang melibatkan masyarakat awam
umum,awamkhusus,petugasmedis,ambulansgawat
darurat,dansistemkomunikasi.

SistemPeringatanDini:
Sistem (rangkaian proses)
pengumpulan dan analisis data serta diseminasi
informasitentangkeadaandaruratataukedaruratan.

Sistem rujukan upaya kesehatan: suatu tatanan kesehatan


yangmemungkinkanterjadinyapenyerahantanggung
jawabsecaratimbalbalikatastimbulnyamasalahdari
suatukasusataumasalahkesehatanmasyarakat,baik
secara vertikal maupun horizontal, kepada yang
berwenangdandilakukansecararasional.

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

xxv

Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan: Seseorang yang


bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang
memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
dalammelakukanupayakesehatan.

Surveilans epidemiologi: kegiatan analisis secara sistematis


dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalahmasalah kesehatan tersebut, agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepadapenyelenggaraprogramkesehatan.

SurveilansGizi Pengungsi: Proses pengamatan keadaan gizi


pengungsi secara terus menerus untuk pengambilan
keputusandalammenentukantindakanintervensi.

Surveilans penyakit: proses pengumpulan, pengolahan,


analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan
terusmenerussertapenyebaraninformasisuatujenis
penyakitkepadaunityangmembutuhkanuntukdapat
mengambiltindakan.(WHO)

Suspekdemamberdarahdengue/DBD(denguehemorrhagic
fever): Demam tinggi mendadak, berlangsung terus
menerusselama>2hari,disertaisalahsatuataulebih
gejala antara lain, uji torniquet positif; petekia,
ekimosis purpura; perdarahan mukosa, epitaksis,
perdarahangusi;hematemesis;danmelena.
xxvi

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana


Tanggap darurat bencana: Serangkaian kegiatan yang
dilakukandengansegerapadasaatkejadianbencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda , pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan,sertapemulihansaranadanprasarana.

Tersangkahepatitis(suspectedhepatitis):Penderitadengan
warnakuningpadaskleramatanya.

Tim Reaksi Cepat (TRC): Tim yang sesegera mungkin


bergerak ke lokasi bencana setelah ada informasi
bencana untuk memberikan pelayanan kesehatan
bagikorban.

Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Rapid Health


assessment/RHA team): Tim yang dapat
diberangkatkan bersamaan dengan Tim Reaksi Cepat
atau menyusul untuk menilai kondisi dan kebutuhan
pelayanankesehatan.

TimBantuanKesehatan:
Tim yang diberangkatkan
untuk menangani masalah kesehatan berdasarkan
laporanTimRHA.

Timrescue: Tim yang dibentuk khusus untuk


menyelamatkankorbandilokasibencanayangterdiri
daritenagamedis,petugaspemadamkebakaran,dan
SAR.

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

xxvii

Tenaga Disaster Victim Identification (DVI): Tenaga yang


bertugas melakukan pengenalan kembali jati diri
korbanyangmeninggalakibatbencana.

Triase:Pengelompokankorbanyangdidasarkanatasberat
ringan
trauma/penyakit
serta
kecepatan
penanganan/pemindahannya.

xxviii Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

DAFTARISI

SambutanMenteriKesehatanRepublikIndonesia

KataPengantar

UcapanTerimakasih

SambutanPerwakilanWHOIndonesia

DaftarTabel

DaftarGambar

DaftarIstilah

DaftarIsi

I
PENDAHULUAN

1.
LatarBelakang

2.
Tujuan

3.
Sasaran

4.
DasarHukum

II MANAJEMENPENANGGULANGANKRISISKESEHATAN

1.
KonsepDasardanKarakteristikBencana

1.1. Konsepdasarmanajemenpenanggulanganbencana
1.2. Karakteristikbencana

2.
KebijakanPenangananKrisisKesehatan

2.1. Pengorganisasian

a. Tingkatpusat

b. Tingkatdaerah

2.2. Mekanismepengelolaanbantuan

a. Sumberdayamanusia

b. Obatdanperbekalankesehatan

c. PengelolaanbantuanSDMinternasional

d. Pengelolaandonasiobatdaridonorinternasional
2.3. PengelolaanDatadanInformasiPenanggulanganKrisis
a. Informasiprabencana

b. Informasisaatdanpascabencana

III PELAYANANKESEHATANSAATBENCANA

1. PelayananKesehatanKorban

1.1. Pusatpengendalioperasikesehatan

1.2. Tahappenyiagaan

1.3. Tahapupayaawal(initialaction)

1.4. Tahaprencanaoperasi

a. Menyusunrencanaoperasi
b. Keselamatan

1.5. Tahapoperasitanggapdaruratdanpemulihandarurat

i
iii
v
vii
ix
x
xi
xxix

1
1
4
4
4

6
6
6
9
11
11
12
19
20
20
23
24
25
29
29
30

39
39
39
41
42
43
43
44
45

xxix


IV

a. Pencariandanpenyelamatan

b. Triase

c. Pertolonganpertama

d. Prosespemindahankorban

e. Perawatandirumahsakit

f. Evakuasiposmedissekunder

2. PelayananKesehatanPengungsi

2.1. Pengendalianpenyakitdanpenyehatanlingkungan

a. Surveilanspenyakitdanfaktorresiko

b. Proseskegiatansurveilans

c. Imunisasi

d. Pengendalianvektor

e. Pencegahandanpengendalianpenyakit

2.2. Airbersihdansanitasi

a. Airbersih

b. Pembuangankotoran

c. Sanitasipengelolaansampah

d. Pengawasandanpengamananmakanandanminuman
2.3. Pelayanankesehatangizi

a. Surveilansgizidarurat

b. Penanganangizidarurat

c. PemberianMakananBayidanAnak(PMBA)usia024bulan
2.4. Pengelolaanobatbencana

a. Tahapkesiapsiagaan

b. Tahaptanggapdarurat

c. Tahaprehabilitasidanrekonstruksi

d. Evaluasi

2.5. Kesehatanreproduksidalamsituasidaruratbencana

2.6. Penanganankesehatanjiwa
a. Fasekedaruratanakut

b. Faserekonsiliasi

c. Faserekonsolidasi

45
47
49
52
54
60
60
60
61
63
67
68
70
97
97
103
104
105
107
107
108
114
120
120
121
130
131
133
140
140
143
146

PENATALAKSANAANKORBANMATI
1. ProsesDisasterVictimIdentification
1.1. Fase1:faseTKP

1.2. Fase2:fasepostmortem
1.3. Fase3:faseantemortem
1.4. Fase4:faserekonsiliasi

1.5. Fase5:fasedebriefing

2. MetodedanTeknikIdentifikasi

151
151
151
153
155
155
156
156

xxx

3.
4.
5.
6.

PrinsipIdentifikasi

SetelahKorbanTeridentifikasi

JikaKorbanTakTeridentifikasi

BeberapaHalPentingBerkaitandenganTataLaksana

V MONITORINGDANEVALUASI
DAFTARPUSTAKA

LAMPIRAN

158
158
159
160

162

xxxi

BABI
PENDAHULUAN

1. LatarBelakang
Indonesiamemilikikondisigeografis,geologis,hidrologis,dandemografisyang
memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor
nonalam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa
manusia,kerusakanlingkungan,kerugianhartabenda,dandampakpsikologisyang
dalamkeadaantertentudapatmenghambatpembangunannasional.
Wilayah Indonesia secara geografis dan geologis dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng
tektonik,yaitu:lempengEuroasia,Australia,Pasifik,danFilipina.
b. terdapat130gunungapiaktifdiIndonesiayangterbagidalamTipeA,TipeB,dan
Tipe C. Gunung api yang pernah meletus sekurangkurangnya satu kali sesudah
tahun1600danmasihaktifdigolongkansebagaigunungapitipeA,tipeBadalah
gunung api yang masih aktif tetapi belum pernah meletus sedangkan tipe C
adalahgunungapiyangmasihdiindikasikansebagaigunungapiaktif.
c. terdapatlebihdari5.000sungaibesardankecilyang30%diantaranyamelewati
kawasan padat penduduk dan berpotensi terjadinya banjir, banjir bandang dan
tanahlongsorpadasaatmusimpenghujan.

BeberapakejadianbencanabesardiIndonesiaantaralain:
a. Gempa bumi dan tsunami. Gempa bumi dan tsunami terbesar terjadi pada
tanggal 26 Desember 2004, melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
sebagian wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah korban yang sangat
besar,yaitu120.000orangmeninggal,93.088oranghilangdan4.632orangluka
luka.Kemudianpadatanggal17Juli2006,peristiwayangsamakembalimelanda
pantai Selatan Jawa (Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Banjar, Cilacap,
Kebumen, Gunung Kidul dan Tulung Agung) yang menelan korban 684 orang
meninggaldunia,82orang oranghilangdankorbandirawat inapsebanyak477
orangdari 11.021orangyanglukaluka.Empattahunkemudian,tepatnya pada
1

25 Oktober 2010, peristiwa gempa bumi dan tsunami kembali terjadi di Kab.
MentawaiProvinsiSumateraBaratdenganjumlahkorbansebanyak509orang;
b. Gempa bumi. Gempa bumi Nias, Sumatera Utara terjadi pada 28 Maret 2005
denganjumlahkorbanmeninggal1745orang,korbanhilang25orangdankorban
lukalukasebanyak1.987orang.Setahunkemudian,tepatnyapada27Mei1976
gempa bumi kembali mengguncang DI Yogyakarta dan Jawa Tengah yang
menelankorbansebanyak5.778orangmeninggal,26.013orangrawatinapdan
125.195 orang rawat jalan. Kemudian pada 30 September 2009, gempa bumi
Sumatera Barat dengan kekuatan 7,6 Skala Richter kembali lagi terjadi di lepas
pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB mengakibatkan korban
meninggalduniasebanyak1.117orang,korbanlukaberatsebanyak 788orang,
korbanlukaringansebanyak2.727orangdanpengungsisebanyak2.845orang.
Selainitu,sebanyak279.201unitrumahmengalamikerusakan.Saranakesehatan
yang rusak sebanyak 292 unit, terdiri dari 10 rumah sakit, 53 puskesmas, 137
pustu, 6 kantor dinas, 15 polindes/poskesdes, 2 gudang farmasi dan 69 rumah
dinas;
c. Ledakan bom. Ledakan bom Bali I 12 Oktober 2002, ledakan bom Bali II 1
Oktober2005danledakanbomdiwilayahJakarta(bomGerejaSantaAnnadan
HKBP 22 Juli 2001, bom Plaza Atrium Senen 23 September 2001, bom sekolah
Australia 6 November 2001, bom tahun baru Bulungan 1 Januari 2002, bom
kompleks Mabes Polri Jakarta 3 Februari 2003, bom bandara SoekarnoHatta
Jakarta 27 April 2003, bom JW Marriott 5 Agustus 2003, bom Pamulang
Tangerang8Juni2005,bomdiHotelJWMarriottdanRitzCarltonJakarta17Juli
2009) mengakibatkan permasalahan kesehatan yang juga berdampak kepada
aspeksosial,politik,ekonomi,hukumdanbudayadiIndonesia;
d. Letusan gunung berapi. Letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah 15 Mei 2006
mengakibatkan 4 orang meninggal, 5.674 orang pengungsian dengan
permasalahan kesehatannya. Meletusnya Gunung Merapi di Provinsi Jawa
TengahdanDIYogyakarta25Oktober2010,mengakibatkankorbanmeningggal
duniasebanyak347orang yangterdiridari 249orangdiProvinsi DI Yogyakarta
dan98orangdiProvinsiJateng,korbanrawatinapsebanyak258orang,korban
rawatjalansebanyak52.272orangdanjumlahpengungsisebanyak61.154jiwa
2

yang tersebar di 550 titik. Adapun fasilitas kesehatan yang rusak sebanyak 65
unit;
e. Kegagalan teknologi. Kasus kegagalan teknologi yang pernah terjadi adalah
ledakanpabrikpupukPetroWidadaGresikpadatanggal20Januari2004dengan
jumlahkorbanmeninggal2orangdan70oranglukabakar;
f. Banjir lumpur panas. Banjir lumpur panas yang sampai kini masih menjadi
permasalahandiIndonesiasejak29Mei2006adalahlumpurlapindodiSidoarjo
di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc, Dusun Balongnongo, Desa
Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur yang
mengakibatkanpengungsiansebanyak10.574jiwa;
g. Banjir bandang. Banjir bandang di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua
Barat 4 Oktober 2010, mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 161
orang, korban rawat inap 36 orang, pulang sembuh 129 orang, korban rawat
jalan 5.154 orang, dan pengungsi sebanyak 7.950 jiwa yang tersebar di empat
kabupaten/kota di Prov. Papua Barat dan satu kabupaten di Provinsi Papua.
Adapunfasilitaskesehatanyangrusaktercatatsebanyak42unit;
h. Konflik.Sejakawaltahun1999telahterjadikonflikvertikaldankonflikhorizontal
di Indonesia, ditandai dengan timbullnya kerusuhan sosial, misalnya di Sampit
Sambas,KalimantanBarat,Maluku,Aceh,Poso,Sulawesi,NusaTenggaraTimur,
Papua, Tarakan dan berbagai daerah lainnya yang berdampak pada terjadinya
pengungsianpenduduksecarabesarbesaran.

Semua kejadian tersebut menimbulkan krisis kesehatan, antara lain:


lumpuhnyapelayanankesehatan,korbanmati,korbanluka,pengungsi,masalahgizi,
masalah ketersediaan air bersih, masalah sanitasi lingkungan, penyakit menular,
gangguankejiwaandangangguanpelayanankesehatanreproduksi.
Secara umum, upaya penanggulangan krisis kesehatan masih menghadapi
berbagaimacamkendala,antaralain:
a. sisteminformasiyangbelumberjalandenganbaik;
b. mekanismekoordinasibelumberfungsidenganbaik;
c. mobilisasibantuankelokasibencanamasihterhambat;
d. sistempembiayaanbelummendukung;
3

e. keterbatasan sumber daya yang akan dikirim maupun yang tersedia di daerah
bencana;
f. pengelolaanbantuanlokalmaupuninternasionalyangbelumbaik.
Oleh karena itu perlu adanya standar bagi petugas kesehatan, LSM/NGO
nasional maupun internasional, lembaga donor dan masyarakat yang bekerja atau
berkaitandalampenanganankrisiskesehatan.

2. Tujuan
Tujuanumum:
Memberikanacuanbagipetugaskesehatandalampenanganankrisiskesehatan.
Tujuankhusus:
1. tersedianya standar teknis pelayanan kesehatan dalam penanganan krisis
kesehatan;
2. tersedianya standar pengelolaan bantuan kesehatan, data dan informasi
penanganankrisiskesehatan.

3. Sasaran
Seluruhpetugasdijajarankesehatan,lembagadonor,LSM/NGOnasionaldan
internasional serta pihak lain yang bekerja/berkaitan dalam penanganan krisis
kesehatan.

4. DasarHukum
a. Undangundang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4723);
b. Undangundang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun2009Nomor144,TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor
5063);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3637);

d. Peraturan Pemerintah nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah


danKewenanganPropinsiSebagaiDaerahOtonom(LembarNegaraTahun2000
Nomor54,TambahanLembaranNegaraNomor3952);
e. PeraturanPresidenNomor47Tahun2009tentangPembentukandanOrganisasi
KementerianNegara;
f. PeraturanPresidenNomor24Tahun2010tentangKedudukan,TugasDanFungsi
kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I
KementerianNegara;
g. Peraturan Menteri Kesehaan Nomor 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang
PedomanPenyelenggaraanSistemKewaspadaanDiniKejadianLuarBiasa(KLB)
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Perubahan

Ketiga

atas

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Nomor

1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen


Kesehatan;
i.

Keputusan

Bersama

Menteri

Kesehatan

dan

Kapolri

Nomor

1087/Menkes/SKB/IX/2004 dan nomor Pol. : Kep/40/IX/2004 tentang Pedoman


PenatalaksanaanIdentifikasiKorbanMatipadaBencanaMassal
j.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 448 /Menkes/SK/VII/1993 tentang


PembentukantimKesehatanPenanggulanganBencanadisetiapRumahSakit

k. Keputusan Menteri Kesehaan Nomor 28/Menkes/SK/I/1995 tentang Petunjuk


PelaksanaanUmumPenanggulanganMedikKorbanBencana
l.

KeputusanMenteriKesehaanNomor205/Menkes/SK/III/1999tentangProsedur
PermintaanBantuandanPengirimanBantuan

m. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 066/MENKES/SK/II/2006 tentang


PedomanManajemenSumberDayaManusiaKesehatanDalamPenanggulangan
Bencana
n. KeputusanMenteriKesehatannomor145/MENKES/SK/I/2007tentangPedoman
PenanggulanganBencanaBidangKesehatan

BABII
MANAJEMENPENANGGULANGANKRISISKESEHATAN

1. KonsepDasardanKarakteristikBencana
1.1. Konsepdasarmanajemenpenanggulanganbencana

Manajemen penanggulangan bencana memiliki kemiripan dengan


sifatsifat manajemen lainnya secara umum. Meski demikian terdapat
beberapaperbedaan,yaitu:
a. nyawadankesehatanmasyarakatmerupakanmasalahutama;
b. waktuuntukbereaksiyangsangatsingkat;
c. risiko dan konsekuensi kesalahan atau penundaan keputusan dapat
berakibatfatal;
d. situasidankondisiyangtidakpasti;
e. petugasmengalamistresyangtinggi;
f. informasiyangselaluberubah.
Manajemen

penanggulangan

bencana

adalah

pengelolaan

penggunaan sumber daya yang ada untuk menghadapi ancaman bencana


dengan melakukan perencanaan, penyiapan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi di setiap tahap penanggulangan bencana yaitu pra, saat dan
pascabencana.Padadasarnya,upayapenanggulanganbencanameliputi:
a. Tahapprabencana,terdiriatas:
1) Situasi tidak terjadi bencana, kegiatannya adalah pencegahan dan
mitigasi
2) Situasipotensiterjadibencana,kegiatannyaberupakesiapsiagaan
b. Tahap saat bencana, kegiatan adalah tanggap darurat dan pemulihan
darurat
c. Tahappascabencana,kegiatannyaadalahrehabilitasidanrekonstruksi

Setiap tahapan bencana tersebut dapat digambarkan dalam suatu


siklussepertidibawah.

Setiap tahap penanggulangan tersebut tidak dapat dibatasi secara


tegas. Dalam pengertian bahwa upaya prabencana harus terlebih dahulu
diselesaikan sebelum melangkah pada tahap tanggap darurat dan
dilanjutkanketahapberikutnya,yaknipemulihan.Siklusiniharusdipahami
bahwa pada setiap waktu, semua tahapan dapat dilaksanakan secara
bersamasama pada satu tahapan tertentu dengan porsi yang berbeda.
Misalnya, tahap pemulihan kegiatan utamanya adalah pemulihan tetapi
kegiatan pencegahan dan mitigasi dapat juga dilakukan untuk
mengantisipasibencanayangakandatang.

Gambar2.1.SiklusPenanggulanganBencana

Tanggap
Darurat

Kesiapsiagaan

Mitigasi

PraBencana

SaatBencana

Pencegahan
PascaBencana
Rekonstruksi

Pemulihan

Berbagaiupayapenanggulanganbencanayangdapatdilakukanpada
setiaptahapdalamsiklusbencanaantaralain:
a. pencegahandanmitigasi;
Upaya ini bertujuan menghindari terjadinya bencana dan
mengurangirisikodampakbencana.Upayaupayayangdilakukanantara
lain:
1) penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan
standar;
2) pembuatanpetarawanbencanadanpemetaanmasalahkesehatan
3) pembuatanbrosur/leaflet/poster
4) analisisrisikobencana

5) pembentukantimpenanggulanganbencana
6) pelatihandasarkebencanaan
7) membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis
masyarakat.

b. kesiapsiagaan;
Upaya

kesiapsiagaan

dilaksanakan

untuk

mengantisipasi

kemungkinan terjadinya bencana. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada


saatbencanamulaiteridentifikasiakanterjadi.Upayaupayayangdapat
dilakukanantaralain:
1) penyusunanrencanakontinjensi;
2) simulasi/gladi/pelatihansiaga;
3) penyiapandukungansumberdaya;
4) penyiapansisteminformasidankomunikasi.

c. tanggapdarurat;

Upaya tanggap darurat bidang kesehatan dilakukan untuk

menyelamatkannyawadanmencegahkecacatan.Upayayangdilakukan
antaralain:
1) penilaiancepatkesehatan(rapidhealthassessment);
2) pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana
kesehatan;
3) pemenuhankebutuhandasarkesehatan;
4) perlindunganterhadapkelompokrisikotinggikesehatan.

d. pemulihan.

Upaya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya

rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena


bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik.
Upaya rekonstruksi bertujuan membangun kembali sarana dan
prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna.
Upayaupayayangdilakukanantaralain:
8

1) perbaikanlingkungandansanitasi;
2) perbaikanfasilitaspelayanankesehatan;
3) pemulihanpsikososial;
4) peningkatanfungsipelayanankesehatan;

1.2. Karakteristikbencana

Setiapjenisbencanamemilikikarakteristikdansangatberkaitanerat
denganmasalahyangdapatdiakibatkannya.Denganmengenalkarakteristik
setiap ancaman, kita dapat mengetahui perilaku ancaman tersebut dan
menyusun langkahlangkah pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan
termasuk dalam penyusunan rencana operasional saat terjadi bencana.
Berikutbeberapakarakteristikjenisbencana:

,,

"

3~

,'

,o

"
o

; ';
n, ~

~- .,~!t~~I1- .... :':.

"'-~"'-"~"l31-;;:

!~ _S-~3"l3 "'''!.

"i

.. g ~1:;-~
ii'
!I~~3~
;;"1,

"l1--~1(

'
~

f:

:-

,..-

;io~~ ;-~L'i

O~_"3"'-g.

,"lo1(~"l
"
,.,3 3

<II

:0.

~
~
"

~ ~ ~ ;,.~~::

.;

"' ..
''l!JSII-

-or

c.

"' ;::;.!fI:1-

3"'~"l
~ "- ,,
-

",-

,",

-<

!I!

..-~

~~- ;-i~"!.,.,
~

_.~,,~
"'

o,,:

.:!"

COO
.,.III

!-"'''''
-

0;:

II~

III

"'''-0''-3''''''''11- 0 1-''''''
,g"l,g;II-;lI~!I!~:;:,giii
~~II- ~'!"l"'!l~:':.
iII-!l

~ " 3sC.ii"I-~"l:~"l~"l",'!13_"' -

3",-.>: _ "l'--~~.:':!.

~"ll- ;"!I","'-.~'i

,-,

: ~ ~.@I,!: -.< I-;.ii:


1l:;"'-<Il~";:"11~
"l
_ _ ..
"'. "111-

o e

--

"

"-"'-!l~

"

",-~"3

"

'" ..

;-~~~"l~~

,
,

,[

'" ~

"

"

i- - .;:

,
<II
o

!II'-~

"
~ ,
.. ' ,.- =

0 "

;;- ';l.

"l

,"

."

"le-3

'!:;:~
~ .. E

-~,...

"--,

,,

-@I"
<
l!-

10

,
~

~
"

,,
~

,o

~e.
.,,-[

.,.~

. ., e

~ii

~~

." g

e..,.
-

II- ..

"'- '!!

.~

IIl ;o
""

"l"

,.
.>:
1~
;- i-
,- .
,,
.,.-

__

~", ,,.,.-It~~

3-:i
~".
<',g

- , -!-

II- 3

If :;

j! ]I

~ !II ~

,!> t ''
,

'l

":

-"
, <

,
c

,,
<

<II

IIC. l+
,
0
~ ~

.,
II-

", ;;i.
~~.:;-~
!!_ !1.

~ ~ ~ ~
"

;:

"i i.:
0

_
0~ ~
~
0

'

;'[~

~ ~.'
...
i~

~ ~

,.

1-':

"
o

:;:
~

..

,,- !II;;; "l "


~

-.
<

",

~~

"
~
"

II0

it

f~

- ......... , .

"' '' 3 ' ' ' ' ' 3 3 0 : : ' ' 3 ' ' ; : ' 3 : ; :

~
~
:E ['
~
-< " "12 "~ "-"-~"1I~"'
~j!;!~ ~
j!'l"
:;: '"- ~~;r ~
"'-"
_:;:
"0
<
_ .. 'l" c 3~ C " " ..-~!II:;:

3~

ii:

~ ~ <II o
o

'l..
"
'"' 0""
; !: ~ o

o
,

"'- "l

- ..... . .

<II I-

'-

;~

;i!
, _ ,L~" !,
, 0

,
~'

;- ~ ~ ik

q.

i
-

" ",-.fl "'III ! II- "l

,..:

~
.,.- "'-

,,

e, "'-

SI
"
o

""

'

., ,.

. - , ,'0, ,

~.

..,.~'l!fJl
" :;- :;: ~

.,.-" 11 ..
III <II - , ~

"

... <:>

,, "'C"l~

!!- ! III ~
~i~;
-,,""
~

'"

'I 'I ;. " ,g

~ [ [~

.. ...,

~ ~ -@I
,

,_

,
", E

,,

II-

~;';:'o""3:;:

"o

o
o

~~;'; ~:- l~~ ~

.'-

,,

, ,
~

~, ~

~.,,-::II-::-~,, '"
~~-@I"..-;;~~.

....

!II-

",,-

"" :: - ll!ll3-@13
> --". .--<. . . ....- .. ..

"It"

:!, - ~t
"'" -<
~ 'l
,'lo
;;' ..
.1Il

~~

-@I

"l -<

... ;;.

~ ~
::
~!I':::'
"'''',
!t
-@I
Ill.

3~"'-"l~
__ "-,' ~!II-;;;
"l
-@I >;:
... 3 ..
~

= "'--

!(~~3
~
"l g.

If

..

....
;

~;.

;'
.<
,
., ., ,"

-- ",.-",.. ,
t

Tabel2.1.KarakteristikBencana

, .,


2. KebijakanPenangananKrisisKesehatan
Kejadian bencana dapat menimbulkan krisis kesehatan, maka
penanganannyaperludiaturdalambentukkebijakansebagaiberikut:
a. setiap korban akibat bencana mendapatkan pelayanan kesehatan sesegera
mungkinsecaramaksimaldanmanusiawi;
b. prioritas selama masa tanggap darurat adalah penanganan gawat darurat
medikterhadapkorbanlukadanidentifikasikorbanmatidisaranakesehatan;
c. pelayanan kesehatan yang bersifat rutin di fasilitasfasilitas kesehatan pada
masatanggapdaruratharustetapterlaksanasecaraoptimal;
d. pelaksanaanpenanganankrisiskesehatandilakukansecaraberjenjangmulai
dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat dan dapat dibantu oleh
masyarakat nasional dan internasional, lembaga donor, maupun bantuan
negarasahabat;
e. bantuankesehatandaridalammaupunluarnegerimengikutiketentuanyang
berlakuyangdikeluarkanolehKementerianKesehatandanKementerianatau
lembagaterkait;
f. penyediaan informasi yang berkaitan dengan penanggulangan kesehatan
pada bencana dilaksanakan oleh dinas kesehatan setempat selaku anggota
BPBD;
g. monitoring dan evaluasi berkala pelaksanaan penanggulangan krisis
kesehatan dilakukan dan diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaanpenanggulangankesehatan.

2.1. Pengorganisasian

Tugas penyelenggaraan penanggulangan bencana ditangani oleh


BadanNasionalPenanggulanganBencana(BNPB)ditingkatpusatdanBadan
PenanggulanganBencanaDaerah(BPBD)ditingkatdaerah.

11

a. Tingkatpusat
1) BadanNasionalPenanggulanganBencana(BNPB)
BNPB merupakan lembaga pemerintah non departemen
setingkat menteri yang memiliki fungsi merumuskan dan
menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi secara cepat, tepat, efektif dan efisien serta
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secaraterencana,terpadudanmenyeluruh.AdapuntugasdariBNPB
adalahsebagaiberikut:
a. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganantanggapdarurat,rehabilitasi,danrekonstruksisecara
adildansetara;
b. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang
undangan;
c. menyampaikaninformasikegiatankepadamasyarakat;
d. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada
setiapsaatdalamkondisidaruratbencana;
e. menggunakan

dan

mempertanggungjawabkan

sumbangan/bantuannasionaldaninternasional;
f. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima
dariAnggaranPendapatandanBelanjaNegara;
g. melaksanakankewajibanlainsesuaidenganperaturanperundang
undangan;dan
h. menyusunpedomanpembentukanBPBD.

2) KementerianKesehatan
Tugas dan kewenangan Kementerian Kesehatan adalah
merumuskan kebijakan, memberikan standar dan arahan serta
mengkoordinasikan penanganan krisis dan masalah kesehatan lain,
12

baik dalam tahap sebelum, saat maupun setelah terjadinya. Dalam


pelaksanaannya dapat melibatkan instansi terkait, baik pemerintah
maupun non pemerintah, LSM, lembaga internasional, organisasi
profesimaupunorganisasikemasyarakatansesuaidenganperaturan
perundanganyangberlaku.SelainituKementerianKesehatansecara
aktif membantu mengoordinasikan bantuan kesehatan yang
diperlukan oleh daerah yang mengalami situasi krisis dan masalah
kesehatanlain.
Gambar2.2.StrukturorganisasidalamKementerianKesehatanpada
penanggulanganbencana

Menkes
(Penanggung Jawab)

Sekjen
(Koordinator)

Pj
Esel
Pj.Eselon
Pj
Esel I

PPK
(Pelaksana Koordinasi)

(Unsur teknis)

(Unsur teknis)

(Unsur teknis)

(Unsur teknis)

(Unsur teknis)

(Unsur teknis)

a) HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan
Dalam Peraturan Presiden No 8 tahun 2008 tentang Badan
Nasional Penanggulangan Bencana dinyatakan bahwa dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, BNPB dikoordinasikan oleh
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan salah
satu unsur pengarah BNPB adalah pejabat eselon 1 Kementerian
Kesehatan. Hubungan antara BNPB dan Kementerian Kesehatan
terlihatpadadiagramdibawah.

13

Gambar2.3.HubunganantaraBNPBdanKementerianKesehatan

Presiden

MenkoKesra

Kementerian
Kesehatan

BNPB

PPKRegional
/DinkesProvinsi/
Kab/Kota

BPBD

Kementerian/
Lembagalain

b) PusatPenanggulanganKrisisRegional
Kementerian Kesehatan membentuk 9 (sembilan) Pusat
BantuanRegionalPenangananKrisisKesehatanyangberperanuntuk
mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan kesehatan dan
masingmasing dilengkapi dengan SDM kesehatan terlatih dan
sarana,bahan,obatsertaperlengkapankesehatanlainnya,yaitudi:
1. regional Sumatera Utara berkedudukan di Medan dengan
wilayah pelayanan Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara,
Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau dan Sub Regional
SumateraBarat;
2. regional Sumatera Selatan berkedudukan di Palembang dengan
wilayah pelayanan Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi,
ProvinsiBangkaBelitung,danProvinsiBengkulu;
3. regional DKI Jakarta kedudukan di Jakarta dengan wilayah
pelayanan Provinsi Lampung, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi
Banten,ProvinsiJawaBaratdanProvinsiKalimantanBarat;
4. regional Jawa Tengah di Semarang dengan wilayah pelayanan
ProvinsiDIYogyakartadanProvinsiJawaTengah;
14

5. regional Jawa Timur di Surabaya sebagai Posko wilayah tengah


denganwilayahpelayananJawaTimur;
6. regional Kalimantan Selatan di Banjarmasin dengan wilayah
pelayanan Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan
TengahdanProvinsiKalimantanSelatan;
7. regionalBalidiDenpasardenganwilayahpelayananProvinsiBali,
ProvinsiNusaTenggaraBaratdanProvinsiNusaTenggaraTimur;
8. regional Sulawesi Utara di Manado dengan wilayah pelayanan
Provinsi Gorontalo,ProvinsiSulawesiUtaradan ProvinsiMaluku
Utara;
9. regional Sulawesi Selatan di Makasar, sebagai Posko Wilayah
Timur dengan wilayah pelayanan Provinsi Sulawesi Tengah,
Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi
Sulawesi Barat, Provinsi Maluku serta Sub Regional Papua. Sub
Regional Papua berpusat di Jayapura dengan wilayah pelayanan
ProvinsiPapuadanProvinsiIrianJayaBarat.
Gambar2.4.PetaLokasiPPKRegional

PPK Regional Sumatera Utara ( NAD,


SUMUT, RIAU , KEPRI, SUMBAR )

PPK Regional Bali (BAL I,

PPK Regional Sumatera Selatan

NT B, N TT)

(SUMSEL, JAMBI, BENGK ULU, BABEL)

PPK Regional Kalimantan


Selatan (KAL SEL, K ALT EN G,

PPK Regional DKI Jakarta (JAKARTA, L AMPUNG,

KALTIM)

BANT EN , JAB AR, KALBA R)

PPK Regi onal Sulawesi Utara

PPK Regional Jawa Tengah

(SUL UT, GORONTALO, MALUT )

(JATENG,YOGYAKATA)

PPK Regi onal Sulawesi Selatan

PPK Regional Jaw a Ti mur

(SUL SEL , SULTENG, SU LT RA,


SULBAR , MALUKU, PAPUA BAR AT,
PAPUA)

(JAWA T IMUR)

15


PusatRegionalPenangananKrisisKesehatanberfungsi:
1. sebagai pusat komando dan pusat informasi (media centre)
kesiapsiagaan dan penanggulangan kesehatan akibat bencana
dankrisiskesehatanlainnya;
2. fasilitasi buffer stock logistik kesehatan (bahan, alat dan obat
obatan);
3. menyiapkan dan menggerakkan Tim Reaksi Cepat dan bantuan
SDMkesehatanyangsiapdigerakkandidaerahyangmemerlukan
bantuanakibatbencanadankrisiskesehatanlainnya;
4. sebagai pusat networking antara 3 komponen kesehatan dalam
regional tersebut yaitu dinas kesehatan, fasilitas kesehatan dan
perguruantinggi.
Sementara ini Kementerian Kesehatan telah memiliki 9 Pusat
Bantuan Regional dan 2 Sub Regional. Namun demikian tidak
menutup kemungkinan di masa datang akan dikembangkan lagi
pusatpusat bantuan regional lainnya yang bertujuan mempercepat
akses penanggulangan krisis kesehatan berdasarkan kedekatan
wilayahdankemudahanaksesbantuan.

c) UnitPelaksanaTeknisKementerianKesehatan
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Balai Teknis Kesehatan
Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL) serta
Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) merupakan unitunit
pelaksana teknis Kemenkes di daerah. KKP berperan dalam
memfasilitasi penanganan keluar masuknya bantuan sumber daya
kesehatanmelaluipelabuhanlaut/udaradandaerahperbatasanserta
karantina kesehatan. BTKL berperan dalam perkuatan sistem
kewaspadaandinidanrujukanlaboratorium.

16

d) HubunganantaraPemerintahdenganKomunitasInternasional
Pendekatan klaster (cluster approach) adalah suatu model
koordinasi dengan mengelompokkan para pelaku kemanusiaan
berdasarkanguguskerjauntukmemberikanrespondaruratyanglebih
dapat diperkirakan dengan penetapan pimpinan kelompok/ klaster.
Pimpinan klaster bersamasama dengan sektorsektor pemerintah
membangun

koordinasi

baik

dalam

perencanaan

maupun

pelaksanaan. Pendekatan klaster bertujuan agar bantuan respon


darurat dapat dilaksanakan secara lebih terkoordinasi antar pelaku
baik dari pemerintah maupun non pemerintah. Pendekatan klaster
dilaksanakan pada kejadian bencana berskala besar atau
membutuhkan bantuan internasional dalam respon multisektor
dengan partisipasi luas dari para pelaku kemanusiaan internasional
(Pedoman Peran Serta Lembaga Internasional Dan Lembaga Asing
NonpemerintahPadaSaatTanggapDarurat,BNPB,2010)
Rapat koordinasi klaster rutin bersama lembaga internasional
dan lembaga asing nonpemerintah yang dapat dilakukan di tingkat
nasional, atau di tingkat provinsi, dan di lapangan untuk membahas
progres bantuan yang dilakukan oleh pihak internasional dan
dikoordinasikanolehBNPBsertalembaga/instansiyangberwenang.

KlasterKesehatan
Pada saat bencana dan sistem klaster digunakan, pertemuan
koordinasiuntukklasterdipimpinolehKementrianKesehatandengan
dukungan WHO. Klaster kesehatan dapat dibagi menjadi beberapa
subklaster sesuai dengan kebutuhan di lapangan, subklaster
tersebutakandipimpinolehunitterkaitdalamKementrianKesehatan
ataudinaskesehatandilokasibencana.

17

Gambar.2.5Skemaoperasionalklasterkesehatan

b. Tingkatdaerah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah perangkat
daerah yang dibentuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi
penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Pada tingkat
provinsi BPBD dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah
gubernur atau setingkat eselon Ib dan pada tingkat kabupaten/kota
dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah bupati/walikota atau
setingkateselonIIa.
Kepala BPBD dijabat secara rangkap (exofficio) oleh Sekretaris
Daerahyangbertanggungjawablangsungkepadakepaladaerah.
BPBDmempunyaifungsi:
1) perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penangananpengungsidenganbertindakcepatdantepat,efektifdan
efisien;
2) pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secaraterencana,terpadudanmenyeluruh.

BPBDmempunyaitugas:

18

1) menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan


pemerintah daerah dan BNPB terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat,
rehabilitasi,sertarekonstruksisecaraadildansetara;
2) menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang
undangan;
3) menyusun,menetapkan,danmenginformasikanpetarawanbencana;
4) menyusundanmenetapkanprosedurtetappenangananbencana;
5) melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
wilayahnya;
6) melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
kepaladaerahsetiapsebulansekalidalamkondisinormaldansetiap
saatdalamkondisidaruratbencana;
7) mengendalikanpengumpulandanpenyaluranuangdanbarang;
8) mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
AnggaranPendapatandanBelanjaDaerah;
9) melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang
undangan.

Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota sebagai salah satu


anggota unsur pengarah penanggulangan bencana memiliki tanggung
jawab dalam penanganan kesehatan akibat bencana dibantu oleh unit
teknis kesehatan yang ada di lingkup provinsi dan kabupaten/kota.
Pelaksanaan tugas penanganan kesehatan akibat bencana di lingkungan
dinas kesehatan dikoordinasikan oleh unit yang ditunjuk oleh Kepala
DinasKesehatandengansuratkeputusan.
Tugas

dan

kewenangan

dinas

kesehatan

provinsi

dan

kabupaten/kota adalah melaksanakan dan menjabarkan kebijakan,


memberikan standar dan arahan serta mengkoordinasikan kegiatan
penanganankesehatanakibatbencanadiwilayahkerjanya.

19

Dalam hal memerlukan bantuan kesehatan karena ketidak


seimbangan antara jumlah korban yang ditangani dengan sumber daya
yangtersediaditempat,dapatmemintabantuankeKemenkescqPusat
PenanggulanganKrisismaupunkepusatbantuanregional.

2.2. Mekanismepengelolaanbantuan
a. Sumberdayamanusia
PadasaatterjadibencanaperluadanyamobilisasiSDMkesehatan
yangtergabungdalamsuatuTimPenanggulanganKrisisyangmeliputi:
1) TimReaksiCepat/TRC;
2) TimPenilaianCepat/TPC(RHAteam);
3) TimBantuanKesehatan.
Sebagai koordinator tim adalah Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota (sesuai Surat Kepmenkes Nomor 066 tahun
2006).

1) TimReaksiCepat
Timyangdiharapkandapatsegerabergerakdalamwaktu024
jam setelah ada informasi kejadian bencana. Kompetensi TRC
disesuaikan dengan jenis bencana spesifik di daerah dan dampak
kesehatan yang mungkin timbul. Sebagai contoh untuk bencana
gempa bumi dengan karakteristik korban luka dan fraktur,
kompetensiTRCterdiridari:
a) pelayananmedik;

1. dokterumum

2. dokterspesialisbedah/orthopedi

3. dokterspesialisanestesi

4. perawatmahir(perawatbedah,gadar)

5. tenagaDisasterVictimsIdentification(DVI)

6. apoteker/tenagatekniskefarmasian

7. sopirambulans

20

b) surveilansepidemiolog/sanitarian;
c) petugaskomunikasi;
d) petugaslogistik.

2) TimPeniaianCepat(RHAteam)
Tim yang bisa diberangkatkan dalam waktu 024 jam atau
bersamaan dengan TRC dan bertugas melakukan penilaian dampak
bencana dan mengidentifikasi kebutuhan bidang kesehatan, minimal
terdiridari:
a) dokterumum

b) epidemiolog

c) sanitarian

3) TimBantuanKesehatan
Tim yang diberangkatkan berdasarkan rekomendasi Tim RHA
untukmemberikanpelayanankesehatandenganperalatanyanglebih
memadai,minimalterdiridari:
a) dokterumumdanspesialis
b) apotekerdantenagatekniskefarmasian
c) perawat
d) perawatMahir
e) bidan
f)

sanitarian

g) ahligizi
h) tenagasurveilans
i)

entomolog

21

Estimasikebutuhantenagakesehatandilokasibencana:
1. Untukjumlahpenduduk/pengungsiantara10.00020.000orang:
Dokterumum

:4org
Perawat

:1020org
Bidan

:816org
Apoteker

:2org
Tenagateknis
3. n/Rumah sakit, dapat dilihat dalam rumus kebutuhan tenaga di fasilitas
rujukan/rumahsakit
Kebutuhandokterumum=(pasien/40)drumumditempat
KebutuhandokterspesialisBedah=[(pasiendrbedah/5)/5]drbedahdi
tempat
Kebutuhan dokter spesialis anestesi = [( pasien dr bedah/15) / 5] dr
anestesiditempat

Pendayagunaantenagamencakup:
1. distribusi;

Penanggung jawab dalam pendistribusian SDM kesehatan untuk


tingkatprovinsidankabupaten/kotaadalahdinaskesehatan.Pada
saat bencana, bantuan kesehatan yang berasal dari dalam/luar
negeriditerimaolehdinaskesehatanberkoordinasidenganKantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan didistribusikan oleh dinas
kesehatan.

2. mobilisasi.

Mobilisasi SDM kesehatan dilakukan dalam rangka pemenuhan


kebutuhan SDM kesehatan pada saat dan pasca bencana bila
masalah kesehatan yang timbul akibat bencana tidak dapat
ditangani oleh daerah tersebut sehingga memerlukan bantuan
dariregional,nasionaldaninternasional.

b. ObatdanPerbekalanKesehatan
Masalahutamayangseringberkaitandenganobatdanperbekalan
kesehatandonasisebagaiberikut:
1) obat dan perbekalan kesehatan donasi sering tidak sesuai dengan
situasi darurat yang terjadi, baik dari aspek pola penyakit maupun

22

tingkatpelayanankesehatanyangtersedia.Obattersebutseringtidak
dikenal oleh tenaga kesehatan setempat maupun pasien, bahkan
kadangkadangtidakmemenuhistandarpengobatanyangberlaku;
2) obat dan perbekalan kesehatan donasi sering tiba tanpa terlebih
dahulu disortir dan diberi label dalam bahasa lokal/inggris, bahkan
tanpaadanamageneriknya;
3) kualitas obat dan perbekalan kesehatan donasi kadangkala tidak
sesuaidenganstandaryangberlakudinegaradonor;
4) pihakdonorkadangtidakmenghiraukanproseduradministrasinegara
penerima;
5) pihak donor sering menyebutkan nilai obat lebih tinggi dari yang
semestinya;
6) obat dan perbekalan kesehatan donasi dalam jumlah yang tidak
sesuai kebutuhan, akibatnya beberapa obat berlebih harus
dimusnahkan. Hal ini dapat menimbulkan masalah pada negara
penerima;
c. PengelolaanbantuanSDMinternasional
Prinsip utama dalam pengelolaan sumber daya manusia
internasionalyangefektifadalahsebagaiberikut:
1) dapat membedakan antara kebutuhan yang bersifat segera untuk
menyelamatkan nyawa (pencarian, penyelamatan dan pelayanan
medis darurat) dan tipe bantuan kesehatan yang dibutuhkan untuk
rehabilitasi jangka panjang. setiap tipe membutuhkan kebijakan dan
pendekatanstrategisyangberbeda;
2) memastikanbahwatimmedisdariluardapatsegeraberoperasipada
24 jam pertama (golden hours), tepat waktu untuk menyelamatkan
nyawa.keterlambatanuntukmembantukorbanbencanaseringsekali
disebabkan oleh hambatan logistik (akses, transportasi, cuaca)
daripadakurangnyapersonelmedis.dalamhalinitimbantuanmedis
dariluarhanyaakanmenambahmasalah;
23

3) pada saat kekurangan sumber daya manusia menjadi masalah,


permintaan ditargetkan terutama pada negara tetangga atau negara
laindalamsubregionalyangsama;
4) menerima sukarelawan atau tim medis dari luar dengan kriteria
sebagaiberikut:
a) disponsori oleh organisasi yang dikenal dengan baik dan dapat
menjaminkualifikasisukarelawanatautimmedisyangdikirimkan;
b) mengetahui atau familier dengan bahasa, kebudayaan dan level
teknologiyangsesuaiuntuksituasibencanadidaerahtersebut;
c) dapatbekerjatanpadukunganyangberlebihandarioranglain;
d) mau dan dapat tinggal selama periode waktu yang sesuai dan
layak;
e) informasikankepadamedia,misidiplomatik,konsulat,danagensi
lain mengenai kriteria, kebijakan dan menjelaskan prosedur
registrasi, kewajiban, cakupan kerja dan supervisi sebelum
menerimaataumengirimkantimmedis.
d. Pengelolaandonasiobatdaridonorinternasional.
WHOtelahmenerbitkanGuidelinesforDrugDonations,dalambuku
tersebut ada empat prinsip utama yang harus dipenuhi dalam proses
pemberian sumbangan obat. Adapun empat prinsip tersebut adalah
sebagaiberikut:
1) prinsip pertama: obat sumbangan harus memberikan keuntungan
yangsebesarbesarnyabaginegarapenerima,sehinggabantuanharus
didasarkan pada kebutuhan, sehingga kalau ada obat yang tidak
diinginkan,makakitadapatmenolaknya;
2) prinsip kedua: obat sumbangan harus mengacu kepada keperluan
dansesuaidenganotoritaspenerimadanharusmendukungkebijakan
pemerintah di bidang kesehatan dan sesuai dengan persyaratan
administrasiyangberlaku;

24

3) prinsip ketiga: tidak boleh terjadi standar ganda penetapan kualitas.


Jika kualitas salah satu item obat tidak diterima di negara donor,
sebaiknyahalinijugadiberlakukandinegarapenerima;
4) prinsip keempat: harus ada komunikasi yang efektif antara negara
donor dan negara penerima, sumbangan harus berdasarkan
permohonan dan sebaiknya tidak dikirimkan tanpa adanya
pemberitahuan.

Tabel 2.3. Koordinasi serta pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam
pengelolaanobatdanperbekalankesehatanpadapenanggulanganbencana.
No

InstitusiyangDikoordinasi

Tingkat
Koordinator
Koordinasi
Kabupaten Dinas
/Kota
Kesehatan

Institusi
Terkait
Pustu,Puskesmas,Instalasi BPBD
Kab/Kota
FarmasiKabupaten/Kota

BPBD
PosKesehatan,Pustu,
Kab/Kota
Puskesmas,Instalasi
FarmasiKabupaten/Kota,
RSU,RSSwasta,RSTNI,RS

POLRIdanLSM

Pustu,Puskesmas,Instalasi BPBD
Kab/Kota
FarmasiKabupaten/Kota

2.

Provinsi

Dinas
Kesehatan

Nasional

PPKdengan
Leading
Program
DitjenBinfar
danAlkes

DinasKesehatan
Kabupaten/Kota

DinasKesehatan
Kabupaten/Kota,RSU,RS
TNI,RSPOLRItingkat
Provinsi,RSSwastadikota
Provinsi,BPOM
DinasKesehatan
Kabupaten/Kota,RSU
Provinsi
DitjenPP&PL,DitjenBina
Yanmedik,DitjenBina
Kesmas,BPOM

1.

BPBD
Provinsi

BPBD
Provinsi

BPBD
Provinsi
BNPB

Tahapan
Bencana
Kesiapsiagaan

Tanggap
darurat

Rehabilitasi,
rekonstruksi
Kesiapsiagaan

Tanggap
darurat

Rehabilitasi,
rekonstruksi
Kesiapsiagaan
Tanggap
darurat
Rehabilitasi,
rekonstruksi

25

Koordinasi obat dan perbekalan kesehatan yang berasal dari pihak


donorharusdiverifikasioleh:
1) pihak dinas kesehatan kabupaten/kota berkoordinasi dengan BPBD
kabupaten/kotabilaobatdanperbekalankesehatanlangsungdikirim
kekabupaten/kota;
2) dinas Kesehatan Provinsi berkoordinasi dengan BPBD Provinsi bila
obatdanperbekalankesehatandonasilangsungdikirimkeProvinsi;
3) pihakKementerianKesehatan(DitjenBinfardanAlkes)bilaobatdan
PerbekalanKesehatanditerimaditingkatNasional;
4) bila obat dan perbekalan kesehatan diterima oleh BPBD atau BNPB,
maka BPBD atau BNPB memberikan informasi bantuan ke Dinas
KesehatanProvinsiditingkatprovinsiatauKementerianKesehatandi
tingkatnasional.
Berdasarkan hasil verifikasi dapat disimpulkan menerima atau
menolakobatdanperbekalankesehatandonasi.
Persyaratanteknisobatsumbangan,antaralain:
1) masakadaluarsaobatdanperbekalankesehatansumbanganminimal
2 (dua) tahun pada saat diterima oleh penerima bantuan. Hal ini
dimaksudkan agar obat dan perbekalan kesehatan tersebut dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan program maupun situasi
darurat;
2) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan yang diterima harus
berasal dari sumber resmi dan terdaftar/mempunyai izin edar di
negeri pemberi atau mendapat pengakuan dari WHO atau lembaga
independen lainnya. Hal ini diperlukan untuk menjamin keamanan
dariobatdanperbekalankesehatanyangakanditerima;
3) obat yang diterima sebaiknya sesuai dengan DOEN (Daftar Obat
EsensialNasional),halinidiperlukanagartidakmenggangguProgram
PenggunaanObatEsensialdisaranakesehatan);
4) kekuatan/potensi/dosis dari obat sebaiknya sama dengan obat yang
biasadigunakanolehpetugaskesehatan;

26

5) semuaobatdanperbekalankesehatanmenggunakanlabelberbahasa
IndonesiaataubahasaInggris;
6) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan sebaiknya memenuhi
aturan internasional pengiriman barang yaitu setiap obat dan
perbekalankesehatanyang dikirimhendaknya disertai dengan detail
isi kartonyang menyebutkansecaraspesifikbentuksediaan,jumlah,
nomor batch, tanggal kadaluarsa (expire date), volume, berat dan
kondisipenyimpananyangkhusus;
7) obat dan perbekalan kesehatan sumbangan donor bisa mendapat
fasilitas pembebasan tarif pajak sesuai ketenyuan perundang
undanganyangberlaku;
8) obat dan perbekalan kesehatan donasi yang rusak/kadaluwarsa
dilakukan pemusnahan sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku.

Tabel2.4.Jenisobatdanjenispenyakitsesuaidenganjenisbencana

27

2.3. PengelolaanDatadanInformasiPenanggulanganKrisis

Informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana harus


dilakukandengancepat,tepat,akuratdansesuaidengankebutuhan.Padasaat
pra, saat dan pascabencana pelaporan informasi penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana dimulai dari pengumpulan sampai penyajian
informasi dan ditujukan untuk mengoptimalisasikan upaya penanggulangan
krisiskesehatanakibatbencana.

28

Dalam pengumpulan data sebaiknya terpilah, sesuai dengan keharusan


untuk mengarusutamakan gender dalam semua kebijakan/program/kegiatan
yangmemerlukandataterpilah

a. InformasiPraBencana
Dalam rangka mendukung upayaupaya sebelum terjadi bencana
diperlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai
bahanmasukanpengelolaprogramdidalammengambilkeputusanterkait
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Salah satu bentuk
informasi yang cukup penting adalah adanya profil yang mengambarkan
kesiapsiagaan sumber daya dan upayaupaya yang telah dilakukan terkait
dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah,
khususnyaditingkatkabupaten/kota.
Informasiyangdikumpulkandalambentukprofilterdiridari:
1) gambaran umum wilayah, yang meliputi letak geografis, aksesibilitas
wilayah gambaran wilayah rawan bencana, geomedic mapping, data
demografi,daninformasibencanayangpernahterjadi;
2) Upayapencegahan,mitigasidankesiapsiagaan,yangpernahdilakukan;
3) Upayatanggapdaruratdanpemulihan,yangpernahdilakukan;
4) Gambaranpengelolaandatadaninformasi.

Dinas

kesehatan

provinsi/kabupaten/kota

diharapkan

dapat

menyusuninformasiprofilpenanggulangankrisiskesehatanakibatbencana
ini yang dikumpulkan secara berkala setahun sekali. Informasi profil ini
diharapkansudahtersediapadasetiapbulanApril.
Sumber informasi prabencana yang dituangkan kedalam bentuk
profil tersebut berasal dari dinas kesehatan, rumah sakit, instansi terkait
danpuskesmas.

Alurpenyampaianinformasiprabencanaadalahsebagaiberikut:

29

Gambar2.4.AlurPenyampaianInformasiPraBencana

b. Informasisaatdanpascabencana
Informasisaatdanpascabencanainiterdiridari:
1)

Informasipadaawalkejadianbencana;

Informasiiniharusdisampaikansegerasetelahkejadianawaldiketahui
serta dikonfirmasi kebenarannya dengan menggunakan formulir
penyampaianinformasiFormB1atauB4(terlampir).

Sumber informasi dapat berasal dari masyarakat, sarana pelayanan


kesehatan,dinaskesehatanprovinsi/kabupaten/kotadanlintassektor.

Alur penyampaian dan konfirmasi informasi awal kejadian bencana


adalahsebagaiberikut:

30

Keterangan:
ArusPenyampaianInformasi
ArusKonfirmasi

Gambar2.5AlurPenyampaiandanKonfirmasiInformasiAwalKejadian
Bencana

31

fORM 8-1
FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN 8Et.;CANA

A. JE~JS BEkCA~A
B. DESKRJPSJ

BEkCA~A

C. LOKASI DENCANA

1.Ousun
1.D~ ~;r oelurahZlll
~.Fo!..:matlll'l

-I.F~~lp~-I1:n;F .... ta

S.PrO'.-m::'
>5-.ldaL ';o!(lWaf'.

Poe'l1ununl13n .'
D. WAKTU KEJADJAk BENCAkA
............. : .............. ilL.
pu)."I ............ .

~. epuJ~lan

; Pantal ; lalnl ... n l$<!butl.an: ................ .

E.JUMLAH KORBAN

1.M-I1:nmggal

: .......................... Jt:.a

J. Lul.i!ll'.uat

........................... J":.a

S.Pencunp

. ...........

n"

Ji:. ~ ........

2. Hllang
.......................... JI-:. a
01. luLl! Rmpn
.......................... JI:. i!I
L(l~a$i l~en'ul\c,=Jan . ............. .............

f. fASJLJTAS UMUM
1. t..L~s: I.oe 1.:.l.asi I.o!),a.jian boe n(;!IIla:
o t.1udah dlJanllatl 1')l!!nftllnai.an .............. .

as,uLar LZII'ena ........................................... ..


2.JaJur lOI)UDlI.~ ",-ane rlCISJh dapat d1c:unaJ,.0i!Ih
~

r"Ma."IIl
[] BaiL

h..triL
[] TI!rputus

J;VlnM

[] Bl!lurl b!rSJe:~ha ;bl!llIIl

ad~

G. SARMA KESEHATAN YANG RU5AK

1.Jurllah

danJ'I!msf~sdltas

Fl!s'I!hatan

.$arana Kl!sehet'8:1l

.....

Kandisi Bangunan
~I mk

Trdak

Fu'lgS"iPehiyanan
rod",
\'a

b. PUske-smas
Co Purtu
d GudangFannas(

. Pall'ndOl-s
1.SuPlh.o!r air b.o!r~h :- M' .:IigunaL:!f'I

[] (ul.up
D TJdal. (~I~UP
H. UPAYA PEU~GGULA~GA~ YANG TElAH DJlAKUKAk
I ............................. " ...................................................." ......................................... ..
Z............................. " .......................... .................................................................... ..
J. BAkTUAN SEGERA YANG DJPERlUKAN
1............................................................................................................................ .
2............................. ".................................................... " ......................................... .
.............: ............ :lll .... .

rl!p3l3Pusl'i!sr13s ........ _......... .


Harla
"JP.

32

33

2)

Informasipenilaiankebutuhancepat.
Informasiinidikumpulkansegerasetelahinformasiawalkejadian
bencana diterima oleh Tim Penilaian Kebutuhan Cepat dengan
menggunakanformulirisianformB2(terlampir).Sumberinformasinya
dapat berasal dari masyarakat, sarana pelayanan kesehatan, dinas
kesehatanprovinsi/kabupaten/kotadanlintassektor.
Alurpenyampaianinformasipenilaiankebutuhancepatadalahsebagai
berikut:

Gambar2.6.AlurPenyampaianInformasiPenilaianCepatKesehatan

34

35

36

3)

Informasiperkembangankejadianbencana
Informasi ini dikumpulkan setiap kali terjadi perkembangan
informasi terkait dengan upaya penanganan krisis kesehatan akibat
bencana

yang

terjadi.

Formulir

penyampaian

informasinya

menggunakanformB3(terlampir).
Sumber informasi berasal dari sarana pelayanan kesehatan dan
dinaskesehatanprovinsi/kabupaten/kota.
Alur penyampaian dan konfirmasi informasi perkembangan kejadian
bencanaadalahsebagaiberikut:

Keterangan:
ArusPenyampaianInformasi
ArusKonfirmasi

Gambar2.7.AlurPenyampaiandanKonfirmasiInformasi
PerkembanganKejadianBencana

4)

Saranapenyampaianinformasi
a. Informasiprabencana
Profil yang mengambarkan kesiapsiagaan sumber daya dan
upayaupayayangtelahdilakukanterkaitdenganpenanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana di daerah, khususnya di tingkat
kabupaten/kotadapatdisampaikanmelaluiemaildansecaraonline
melaluiwebsite.

37


b. Informasisaatdanpascabencana
Informasi pada awal kejadian bencana yang menggunakan
FormB1dapatdisampaikanmelaluitelepondanmelaluifaksimil.
InformasipadaawalkejadianbencanayangmenggunakanFormB
4dapatdisampaikanmelaluismsgateway.
InformasipenilaiankebutuhancepatyangmenggunakanForm
B2 dapat disampaikan email dan secara online melalui website
sertamelaluifaksimil.
Informasi

perkembangan

kejadian

bencana

yang

menggunakan Form B3 dapat disampaikan melalui email dan


secaraonlinemelaluiwebsitesertamelaluifaksimil.

38

BABIII
PELAYANANKESEHATANSAATBENCANA

1.

PelayananKesehatanKorban

Pelayanan kesehatan pada saat bencana bertujuan untuk menyelamatkan


nyawa, mencegah atau mengurangi kecacatan dengan memberikan pelayanan
yang terbaik bagi kepentingan korban. Untuk mencapai tujuan tersebut,
penanganan krisis kesehatan saat bencana dalam pelaksanaannya melalui lima
tahap pelaksanaan, yaitu tahap penyiagaan, upaya awal, perencanaan operasi,
operasitanggapdaruratdanpemulihandaruratsertatahappengakhiranmisi.
Pelaksanaan kelima tahap di lingkungan kesehatan dikoordinasi oleh Pusat
PengendaliKesehatan(Pusdalkes)dinaskesehatansetempatyangdiaktivasisesaat
setelahinformasikejadianbencanaditerima.

1.1. Pusatpengendalikesehatan(Pusdalkes)
Pusat pengendali kesehatan (pusdalkes) merupakan organisasi
komandotanggapdaruratbencanayangmemilikistrukturterdiridari:
a. ketuapusdalkes;
Ketuabertugasdanbertanggungjawabuntuk:
1) mengaktifkanpusatpengendaliankesehatan(pusdalkes);
2) membentukpospengendalikesehatandilokasibencana;
3) membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengendalikan operasi kesehatan saat tanggap
daruratbencana;
4) melaksanakankomandodanpengendalianuntukpengerahansumber
daya manusia kesehatan, peralatan dan logistik kesehatan serta
berwenang

memerintahkan

para

pejabat

yang

mewakili

instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam memfasilitasi


aksesibilitaspenanganantanggapdaruratbencana.

39

b. bidangoperasi;
Bidang operasi bertugas dan bertanggung jawab atas penilaian cepat
masalah kesehatan, pelayanan kesehatan pra rumah sakit dan rumah
sakit, evakuasi medis, perlindungan kesehatan pengungsi, serta
pemulihan prasarana dan sarana kesehatan dengan cepat, tepat, efisien
dan efektif berdasarkan satu kesatuan rencana tindakan penanganan
tanggapdaruratbencana.

c. bidangperencanaan;
Bidangperencanaanbertugasdanbertanggungjawabataspengumpulan,
analisisdatadaninformasiyangberhubungandenganmasalahkesehatan
saat penanganan tanggap darurat bencana dan menyiapkan dokumen
rencanasertalaporantindakanoperasitanggapdarurat.

d. bidanglogistikdanperalatan;
Bidanglogistikdanperalatanbertugasdanbertanggungjawab:

1) menyediakan fasilitas, jasa, dan bahanbahan serta perlengkapan


untukpelayanankesehatansaatmasatanggapdarurat;
2) melaksanakankoordinasi,penerimaan,penyimpanan,pendistribusian
dantransportasibantuanlogistikdanperalatankesehatan;
3) melaksanakan penyelenggaraan dukungan, air bersih dan sanitasi
umum;

e. bidangadministrasikeuangan;
BidangAdministrasiKeuanganbertugasdanbertanggungjawab:
1) melaksanakanadministrasikeuangan;
2) menganalisa kebutuhan dana dalam rangka penanganan tanggap
daruratbencanadibidangkesehatan;
3) mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka komando
tanggapdaruratbencanayangterjadi.

40

1.2. Tahappenyiagaan
Tahap ini bertujuan untuk menyiagakan semua sumber daya baik
manusia maupun logistik yang sudah disiapkan pada masa sebelum terjadi
bencana. Tahap ini dimulai sejak informasi kejadian bencana diperoleh
hingga mulai tahap upaya awal. Tahap ini mencakup peringatan awal,
penilaiansituasidanpenyebaraninformasikejadian.
Peringatanawalberupainformasikejadianbencanadapatberasaldari
laporan masyarakat, media massa, perangkat pemerintah daerah atau
berbagaisumberlainnya.Sesaatsetelahterjadibencana,petugaskesehatan
yang berada di lokasi bencana segera melakukan penilaian awal (initial
assessment) untuk mengidentifikasi krisis kesehatan. Penilaian awal ini
berupainformasisingkatyangsegeradilaporkankePusdalkes.Contohform
penilaianawaldapatdilihatpadaFormB1.
Jika informasi kurang memadai, segera dikirim Tim Rapid Health
Assessment (RHA) untuk memastikan kejadian, menilai besarnya dampak
kejadiandankebutuhanyangharussegeradipenuhiyangkurangatautidak
tersedia di lokasi bencana. Informasi kurang memadai yang diakibatkan
karena kerusakan infrastruktur yang ditandai dengan putusnya jalur
komunikasi harus direspon sebagai tanda peringatan bahaya sehingga Tim
Reaksi Cepat (TRC) dapat disiapkan untuk segera dikirim ke lokasi bersama
dengan Tim RHA. Tim RHA dan TRC dimobilisasi dalam waktu 0 24 jam
setelahkejadian.
Setelahmemastikankejadianbencana,Pusdalkes segeramenyebarkan
informasikejadianketingkatyanglebihtinggidanmemobilisasisumberdaya
sesuai kebutuhan. Informasi kejadian harus bersirkulasi mengikuti
perkembangan dan disampaikan dengan menggunakan media komunikasi
darilokasikejadiansampaiketingkatpusat.

1.3. Tahapupayaawal(initialaction)
RHA merupakan salah satu upaya awal saat tanggap darurat yang
dilakukanuntukmengetahuibesarmasalah,potensimasalahkesehatanyang
mungkin terjadi saat bencana serta kebutuhan sumber daya yang harus
41

segeradipenuhiagarpenangananbencanadapatberdayagunadanberhasil
guna.
Tim RHA melakukan serangkaian aktivitas untuk memastikan kejadian
bencana, waktu dan lokasi kejadian, mengetahui jumlah korban, potensi
risiko krisis kesehatan, dan kebutuhan sumber daya yang harus segera
dipenuhi. Hasil akhir dari kegiatan RHA adalah sebuah rekomendasi bagi
pengambilkeputusanuntukmenentukanlangkahlangkahdalampenanganan
suatubencana.Kompetensidanjumlahanggotatimtergantungkepadajenis
bencanadanluasnyadampakbencana.
Aspek yang dinilai pada kegiatan RHA meliputi aspek medis,
epidemiologis dan kesehatan lingkungan. Anggota tim sebaiknya memiliki
pengalamandanpengetahuandibidangnya,memilikiintegritasdanmampu
bekerja dalam situasi bencana. Apabila dampak bencana sangat luas, dapat
dibentukbeberapatim.
Aspek medis yang dinilai meliputi masalah serta kebutuhan pelayanan
medis korban pra rumah sakit, rumah sakit dan rujukan. Penilaian ini harus
dilakukan dan dilaporkan sesegera mungkin untuk penanganan yang cepat
dantepat.Kegiataniniharusdilakukanolehorangyangmemilikipengalaman
dan pengetahuan di bidang kegawatdaruratan medis. Aspek yang dinilai
antaralain:
a. mengidentifikasi lokasi bencana, meliputi daerah pusat bencana, akses
transportasidankomunikasidaridankelokasi,lokasiposmedislapangan
(dapatberupapuskesmasatautendaperawatansementara)dansumber
dayayangberadadilokasi;
b. mengidentifikasiposmedisdepanbesertasumberdayanya,yaiturumah
sakit terdekat, yang akan dijadikan sebagai tempat rujukan awal. Data
mengenai rumah sakit setempat seharusnya sudah tersedia sebelum
terjadibencana;
c. mengidentifikasi pos medis belakang beserta sumber dayanya, yaitu
rumah sakit rujukan bagi korban yang memerlukan perawatan lebih
lengkap.Datamengenaisumberdayarumahsakitrujukaniniseharusnya
sudahtersediasebelumterjadibencana;
42

d. mengidentifikasi pos medis sekunder, yaitu rumah sakit lainnya seperti


rumah sakit TNI, Polri atau swasta yang dapat dijadikan sebagai tempat
rujukan bagi korban yang memerlukan perawatan lebih lengkap. pos
medissekunderiniuntukmengantisipasibanyaknyajumlahkorbanyang
dirujukkeposmedisbelakang;
e. mengidentifikasialurevakuasimedisdarilokasisampaiposmedisdepan,
posmedisbelakangdanposmedisekunder.
Identifikasiidentifikasidiatasmemungkinkansemuatimbantuanuntuk
mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja mereka secara cepat dan
efisien. Salah satu cara terbaik untuk proses identifikasi ini adalah dengan
membuat suatu peta sederhana lokasi bencana yang mencantumkan
topografi utama daerah tersebut, seperti jalan raya, batasbatas wilayah
alamidanartifisial,sumberair,sungai,bangunan,danlainlain.Denganpeta
ini dapat dilakukan identifikasi daerahdaerah risiko potensial, daerah
lokalisasi korban, aksesuntuk mencapai lokasi, dan untukmenetapkan area
kerja.Hasilpenilaiantersebutharusdilakukandandilaporkandengancepat.

1.4. Tahaprencanaoperasi
a. Menyusunrencanaoperasi
Rencana operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat harus
merujukpadahasilrekomendasiRHAdaninformasipentinglainnyadari
sektor terkait, seperti masalah keamanan, pencemaran bahanbahan
berbahaya dan lainlain. Kompetensi tenaga medis dan perlengkapan
yang disiapkan harus sesuai dengan rekomendasi RHA. Jika dalam
rekomendasi diperlukan dokter spesialis bedah dan anestesi untuk
penanganankorbanlukaberatyangmemerlukanpembedahan,TRCatau
tim bantuan kesehatan minimal harus terdiri dari dokter bedah, dokter
anestesi, dokter umum, perawat mahir bedah dan UGD. Jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah perkiraan kasus bedah dan ketersediaan
tenagamedisdilokasibencana.

43

Perludisiapkantimpenolongterlatihuntukmelakukanperawatan
medis pra rumah sakit secara baik di lapangan. Tim medis lapangan ini
memilikikemampuanuntuk:
1) memberikanpertolonganlifesupport;
2) melakukantriasedenganbaik;
3) melakukankomunikasiradiodenganbaik.
Sebelum TRC dan Tim Bantuan Kesehatan bertugas, dilakukan
briefing untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi di lokasi
bencanadanmenetapkankegiatankegiatanyangakandilakukandilokasi
bencana. Ditetapkan pula perlengkapan yang perlu dibawa untuk
mendukungkegiatankegiatanyangakandilakukan.

b. Keselamatan
Dalam semua tahap operasi, keamanan dan keselamatan
merupakan faktor paling utama yang harus diperhatikan semua petugas
kesehatan. Perlu dilakukan koordinasi dengan sektor terkait untuk
memastikan keamanan dan keselamatan petugas di lokasi agar petugas
dapatbekerjadenganoptimal.
Tindakan keselamatan diterapkan untuk memberi perlindungan
kepada tim penolong, korban dan masyarakat yang terpapar dari segala
risiko yang mungkin terjadi dan dari risiko potensial yang diperkirakan
dapat terjadi (meluasnya bencana, material berbahaya, kemacetan lalu
lintas, dan lainlain). Langkahlangkah penyelamatan yang dilakukan,
antaralain:
1) aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko, misalnya
dengan cara memadamkan kebakaran, isolasi material berbahaya,
penggunaan pakaian pelindung, dan evakuasi masyarakat yang
terpaparolehbencana;
2) aksipencegahanyangmencakuppenetapanarealaranganberupa:
a) daerah pusat bencanaterbatas hanya untuk tim penolong
profesionalyangdilengkapidenganperalatanmemadai;

44

b) areasekunderhanyadiperuntukanbagipetugasyangditugaskan
untuk operasi penyelamatan korban, perawatan, komando dan
kontrol, komunikasi, keamanan/keselamatan, pos komando, pos
medissekunder,pusatevakuasidantempatparkirbagikendaraan
yangdipergunakanuntukevakuasidankeperluanteknis;
c) areatersiermediamassadiijinkanuntukberadadiareaini,area
juga berfungsi sebagai penahan untuk mencegah masyarakat
memasukidaerahberbahaya.
Luas dan bentuk area larangan ini bergantung pada jenis bencana
yang terjadi (gas beracun, material berbahaya, kebakaran, kemungkinan
terjadinyaledakan),arahangindantopografi.
Langkah pengamanan diterapkan dengan tujuan untuk mencegah
campurtanganpihakluardengantimpenolongdalammelakukanupaya
penyelamatan korban. Akses ke setiap area penyelamatan dibatasi
dengan melakukan kontrol lalulintas dan keramaian. Langkah
pengamananinimempengaruhipenyelamatandengancara:
1) melindungitimpenolongdaricampurtanganpihakluar;
2) mencegah terjadinya kemacetan dalam alur evakuasi korban dan
mobilisasisumberdaya;
3) melindungi masyarakat dari kemungkinan risiko terpapar oleh
kecelakaanyangterjadi.

1.5. Tahapoperasitanggapdaruratdanpemulihandarurat
a. Pencariandanpenyelamatan
KegiatanpencariandanpenyelamatanterutamadilakukanolehTim
SAR(BasarnasatauBasarda)dandapatberasaldaritenagasukarelabila
dibutuhkan.Timiniakan:
1) melokalisasikorban;
2) memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
pengumpulan/penampungan;
3) memeriksastatuskesehatankorban(triaseditempatkejadian);
4) memberipertolonganpertamajikadiperlukan;
45

5) memindahkankorbankeposmedislapanganjikadiperlukan.
Bergantung pada situasi yang dihadapi seperti gas beracun atau
bahan/materialberbahaya,timiniakanmenggunakanpakaianpelindung
dan peralatan khusus. Jika tim ini bekerja di bawah kondisi yang sangat
berat,penggantiananggotatimdengantimpendukungharuslebihsering
dilakukan.
Pada situasi tertentu, lokalisasi korban sulit dilakukan seperti
korbanyangterjebakdalambangunanruntuh,pembebasankorbanakan
membutuhkan waktu yang lebih lama. Jika kondisi korban memburuk,
pimpinan Tim SAR, melalui Pos Komando dapat meminta bantuan tim
medis untuk melakukan stabilisasi korban selama proses pembebasan
dilakukan.Tenagamedisyangmelakukanproseduriniharussudahdilatih
khusus untuk itu, dan prosedur ini hanya boleh dilakukan pada situasi
situasiyangsangatmendesak.
Jika daerah pusat bencana cukup luas mungkin perlu untuk
membaginya menjadi daerahdaerah yang lebih kecil dan menugaskan
satutimuntuksetiapdaerahtersebut.Dalamsituasisepertiini,ataujika
daerahpusatbencanatidakamanbagikorban,timdapatmembuatsuatu
tempat penampungan di dekat daerah pusat bencana dimana korban
akandikumpulkansebelumpemindahanselanjutnya.Ilustrasipembagian
areakerjatersebutdapatdilihatpadaGambar3.1.

DaerahPusatbencana

Daerah
Kerja

Daerah
Kerja

Daerah
Kerja

Tempatpenampungansementara (posmedis
lapangan)untukperawatandilapangan

Pelayananmedisdepandanbelakang

Gambar3.1.Pembagianareakerja

46


Tempatpenampunganinidiorganisasikanolehtenagamedisgawat
darurat bersama para sukarelawan dimana akan dilakukan triase awal,
pertolongan pertama dan pemindahan korban ke Pos Medis Depan dan
Belakang.

b. Triase
Setelah memastikan keamanan dan keselamatan, TRC yang berada
di lokasi segera melakukan triase lapangan. Triase ini utamanya
didasarkan pada urgensi (tingkat keparahan), kemungkinan hidup dan
ketersediaansaranaperawatan.Dengandemikiantujuantriaseadalah:
1) identifikasisecaracepatkorbanyangmembutuhkanstabilisasisegera
(perawatandilapangan);
2) identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahandarurat(lifesavingsurgery)
Triaselapangandilakukanpadatigatingkat,yaitu:
1) triaseditempat;
Triase dilakukan di tempat korban ditemukan atau tempat
penampungan korban sementara di lapangan. Karena terbatasnya
tenagamedisdanakses,triaselapangandapatdilakukanolehtenaga
awam terlatih yang lebih dahulu berada di lokasi, seperti polisi dan
pemadam kebakaran. Para awam terlatih ini diharapkan minimal
mampumengidentifikasikelompokkorbangawatdarurat(merahdan
kuning) dan non gawat darurat (hijau). Setiap korban diberi tanda
sesuaitingkatkegawatdaruratannyayangdapatberupapitaberwarna
(merah untuk gawat darurat, hijau untuk non gawat darurat dan
hitamuntukkorbanmeninggal).
2) triasemedik;
Triase ini dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih serta
berpengalamandipos medislapangandanposmedisdepandengan
tujuan untuk menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh
korban. Prioritas perawatan sesuai dengan tingkat kedaruratannya

47

ditandai dengan kartu triase warna merah (untuk korban yang


membutuhkan stabilisasi segera), kuning (untuk korban yang
memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat ditunda
sementara),hijau(untukkorbanyangtidakmemerlukanpengobatan
atau pemberian pengobatan dapat ditunda) dan hitam (korban yang
meninggaldunia).
3) triaseevakuasi.
Triaseiniditujukanpadakorbanyangmembutuhkanperawatan
lebihlanjutdirumahsakitdengansaranayanglebihlengkapataupos
medis belakang. Rumah sakit tersebut sudah harus disiapkan untuk
menerima korban massal dan apabila daya tampungnya tidak
mencukupikarenajumlahkorbanyangsangatbanyak,perludisiapkan
rumahsakitrujukanalternatif.

Tenagamedisdiposmedislapangan,posmedisdepandanposmedis
belakang harus terus berkomunikasi sesuai jenjang rujukan untuk
berkonsultasi mengenai kondisi korban yang akan dievakuasi, rumah
sakittujuandanjeniskendaraanyangakandigunakansaatevakuasi.

Dalam triase digunakan kartu merah, hijau dan hitam sebagai kode identifikasi korban dengan
uraiansebagaiberikut:

1. merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan korban yang
mengalami:
a) syokolehberbagaikausa;
b) gangguanpernapasan;
c) traumakepaladenganpupilanisokor;
d) perdarahaneksternalmasif.

Pemberian perawatan lapangan intensif ditujukan bagi korban yang mempunyai


kemungkinanhiduplebihbesar,sehinggasetelahperawatandilapanganinipenderitalebih
dapat mentoleransi proses pemindahan ke rumah sakit, dan lebih siap untuk menerima
perawatan yang lebih invasif. Triase ini korban dapat dikategorisasikan kembali dari status
merah menjadi kuning (misalnya korban dengan tension pneumothorax yang telah
dipasangdrainthorax(WSD)).

2. kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan
dapatditundasementara.Termasukdalamkategoriini:
a) korbandenganrisikosyok(korbandengangangguanjantung,traumaabdomen);
b) frakturmultipel;
c) frakturfemur/pelvis;

48

d) lukabakarluas;
e) gangguankesadaranatautraumakepala;
f) korbandenganstatusyangtidakjelas.

Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat terhadap
kemungkinantimbulnyakomplikasidandiberikanperawatansesegeramungkin.

3. hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberianpengobatandapatditunda,mencakupkorbanyangmengalami:
a) frakturminor;
b) lukaminor,lukabakarminor;
c) korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai dapat
dipindahkanpadaakhiroperasilapangan;
d) Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi lapangan, juga
akandipindahkankefasilitaskesehatan.

4) hitam,sebagaipenandakorbanyangtelahmeninggaldunia.

c. Pertolonganpertama
Pertolongan pertama dilakukan oleh para sukarelawan terlatih,
petugas pemadam kebakaran, polisi terlatih, SAR, tim medis gawat
darurat. Pertolongan pertama dapat diberikan di lokasi bencana (pos
medis lapangan), sebelum korban dipindahkan, tempat penampungan
sementara(posmedisdepan),padatempathijaudiposmedisbelakang
sertadalamambulanssaatkorbandipindahkankefasilitaskesehatan.
Pos medis lapangan adalah tempat pertolongan pertama di lokasi
bencana, dapat berupa tenda perawatan dan puskesmas. Pemilahan
korban (triase) dilakukan di pos medis lapangan dan dikelompokkan
sesuaitag(warna)tingkatkegawatdaruratan.
Pos medis depan adalah fasilitas kesehatan terdekat dengan lokasi
bencana, dapat berupa rumah sakit atau puskesmas rawat inap. Korban
yang membutuhkan stabilisasi segera dan pengawasan intensif dapat
dirawat di pos medis depan sebelum di rujuk ke pos medis belakang.
Apabila pos medis depan adalah rumah sakit yang memiliki fasilitas
lengkapmakaposmedisbelakangmenjadirujukansekunderjikajumlah
korbanmelampauikapasitasposmedisdepan.

49

Pertolongan pertama yang diberikan pada korban di setiap pos


dapat berupa kontrol jalan nafas, fungsi pernafasan dan jantung,
pengawasan posisi korban, kontrol perdarahan, imobilisasi fraktur,
pembalutan dan usahausaha untuk membuat korban merasa lebih
nyaman.Halhalpentingyangharusdiingatapabilakorbanmasihberada
di lokasi adalah memindahkan korban sesegera mungkin, membawa
korban gawat darurat ke fasilitas kesehatan sambil melakukan usaha
pertolongan pertama, seperti mempertahankan jalan nafas dan kontrol
perdarahan. Resusitasi kardiopulmoner (jantung dan paru) tidak boleh
dilakukan di lokasi bencana pada bencana massal karena membutuhkan
waktudantenaga.

Yang perlu diingat apabila korban masih berada di lokasi adalah


memindahkankorbansesegeramungkin,membawakorbangawatdaruratke
fasilitaskesehatansambilmelakukanusahapertolonganpertama.Resusitasi
kardiopulmoner (jantung dan paru) tidak boleh dilakukan di lokasi bencana
(posmedislapangan)padabencanamassalkarenamembutuhkanwaktudan
tenaga.

Pos medis belakang didirikan sebagai upaya untuk menurunkan


jumlah kematian dengan memberikan perawatan efektif (stabilisasi)
terhadap korban secepat mungkin. Upaya stabilisasi korban mencakup
intubasi,trakeostomi,pemasangandrainthorax,pemasanganventilator,
penatalaksanaan syok secara medikamentosa, analgesia, pemberian
infus, fasiotomi, imobilisasi fraktur, pembalutan luka, pencucian luka
bakar. Fungsi pos medis lanjutan ini dapat disingkat menjadi Three T
rule(Tag,Treat,Transfer)atauhukumtiga(label,rawat,evakuasi).
Padabeberapakeadaantertentu,misalnyaadanyapaparanmaterial
berbahaya,pos medis didirikan di tempatyang aman, diusahakan untuk
didirikansedekatmungkindengandaerahbencana.

50

Strukturfisikposmedisdepan,terdiriatas:
1) satupintumasukyangmudahditemukanataudiidentifikasi;
2) satu tempat penerimaan korban/tempat triase yang dapat menampung paling banyak dua
orangkorbansecarabersamaan;
3) satutempatperawatanyangdapatmenampung25orangkorbansecarabersamaan.

Hitam

Hijau

AREA

EVAKUASI
TRIASE
TRIASE

Merah

Kuning

Gambar3.2.PosPelayananMedisDepan
Tempatperawataninidibagilagimenjadi:
1) tempatperawatankorbangawatdarurat(korbanyangdiberitandadenganlabelmerahdan
kuning).Lokasiinimerupakanproporsiterbesardariseluruhtempatperawatan;
2) tempat perawatan bagi korban non gawat darurat (korban yang diberi tanda dengan label
hijaudanhitam).

Posmedisdepan,terdiriatas:
1) satupintukeluar;
2) dua buah pintu masuk (gawat darurat dan non gawat darurat). Untuk memudahkan
identifikasi, kedua pintu ini diberi tanda dengan bendera merah (untuk korban gawat
darurat)danbenderahijau(untukkorbannongawatdarurat);
3) dua tempat penerimaan korban/triase yang saling berhubungan untuk memudahkan
pertukaran/pemindahankorbanbiladiperlukan;
4) tempat perawatan gawat darurat yang berhubungan dengan tempat triase gawat darurat,
tempatinidibagimenjadi:
a) tempatperawatankorbandengantandamerah(berhubunganlangsungdengantempat
triase);
b) tempatperawatankorbandengantandakuning(setelahtempatperawatanmerah);

NON AKUT

Hijau
Hitam

NON AKUT

AREA

EVAKUASI

TRIASE
AKUT

Merah
Kuning

AKUT

Gambar3.3.Pospelayananmedislanjutanstandar

5) tempatperawatannongawatdarurat,dibagimenjadi:
a) tempatkorbanmeninggal(langsungberhubungandengantempattriase);

51

b) tempatperawatankorbandengantandahijau(setelahtempatkorbanmeninggal);
setiaptempatperawatan iniditandaidenganbenderasesuaidengankategorikorban yang
akandirawatditempattersebut;
6) sebuahtempatevakuasiyangmerupakantempatkorbanyangkondisinyatelahstabiluntuk
menunggupemindahankerumahsakit.

d. Prosespemindahankorban
Pengaturanketatterhadaplajudantujuanevakuasikorbankepos
medisdepandanposmedisbelakangsangatdiperlukanuntukmencegah
dilampauinya kapasitas fasilitas kesehatan tujuan. Pemindahan korban
dilakukansecarasatuarahtanpaadayangsalingbersilangan.Darilokasi
bencana ke pos medis depan, kemudian ke pos medis belakang dan
selanjutnya ke pos medis sekunder. Dalam suatu bencana massal tidak
mungkinmelakukanpemindahandengansatukendaraanbagisatuorang
penderita.
Di setiap tingkat pos medis akan dijumpai keterbatasan sumber
daya termasuktransportasisehinggaperludisiapkansaranatransportasi
yang memadai untuk merujuk korban ke pos medis selanjutnya. Setiap
kalisatuambulandariposmedislapanganselesaimerujukkeposmedis
depan, ambulan tersebut harus segera kembali ke pos medis lapangan.
Begitupun dengan pos medis depan dan pos medis belakang. Sistem ini
dikenal dengan sistem noria yang berarti roda atau dikenal dengan
manajemensistembanberjalan(conveyorbeltmanagement).

Daerah

pusat

bencana

PosMedis

Lapangan

Keterangan

Alurkorban

Alurpetugas

PosMedis
Depan

PosMedis
Belakang

52

Gambar3.4.AlurevakuasikorbandenganSistemNoria

Sebelumevakuasi,petugaskesehatanharusmelakukan:
1) pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan memantau tanda
tandavital;
2) pemeriksaanperalatanyangmelekatpadatubuhpasiensepertiinfus,
pipaventilator/oksigen,peralatanimmobilisasidanlainlain.
Korbantidakbolehdipindahkansebelum:
1) korbanberadapadakondisiyangpalingstabil;
2) korbantelahdisiapkanperalatanyangmemadaiuntuktransportasi;
3) fasilitaskesehatanpenerimatelahdiinformasikandansiapmenerima
korban;
4) kendaraanyangdigunakandalamkondisilayakpakai.

e. Perawatandirumahsakit
1) Mengukurkapasitasperawatanrumahsakit;
Jika di daerah kejadian bencana tidak tersedia fasilitas
kesehatan yang cukup untuk menampung dan merawat korban
bencanamassal(misalnyahanyatersediasaturumahsakittipeC/tipe
B), memindahkan seluruh korban ke sarana tersebut hanya akan
menimbulkanhambatanbagiperawatanyangharussegeradiberikan
kepada korban dengan cedera serius. Lebih jauh, hal ini juga akan
sangat

mengganggu

aktivitas

rumah

sakit

tersebut

dan

membahayakan kondisi para penderita yang dirawat di sana. Perlu


dipertimbangkan jika memaksa memindahkan 200 orang korban ke
satu rumah sakit yang hanya berkapasitas 300 tempat tidur, dengan
tiga kamar operasi dan mengharapkan hasil yang baik dari
pemindahanini.
Jika

dijumpai

keterbatasan

daya

keterbatasan
tampung

dan

sumber

daya,

kemampuan

utamanya
perawatan,

pemindahankorbankerumahsakitdapatditundasementara.Dengan
iniharusdilakukanperawatandilapanganyangadekuatbagikorban

53

dapat lebih mentoleransi penundaan ini. Jika diperlukan dapat


didirikan

fasilitas

kesehatan

lapangan

(faskeslap).

Dalam

mengoperasikan sebuah faskeslap, diperlukan tenaga medis (dokter,


dokter spesialis, perawat mahir, bidan) dan non medis (radiolog,
farmasis, ahli gizi, laboran, teknisi medis, teknisi non medis, dan
pembantu umum) dengan organisasi seperti layaknya rumah sakit
permanenagarfaskeslapdapatberoperasionaldenganbaik.
Di rumah sakit, struktur perintah yang jelas diperlukan dan
pelaksanaan triase harus menjadi tanggung jawab dari klinisi yang
berpengalamandanbertugasmenetapkanprioritasdanaktivitasdari
keseluruhan petugas. Prosedur terapeutik harus dipertimbangkan
secara ekonomis baik mengenai sumber daya manusia maupun
material. Penanganan medis ini pertama harus disederhanakan dan
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan menghindari komplikasi
ataumasalahsekunderyangbesar,seperti:
a) melakukanproseduryangsudahdistandarisasidapatmenurunkan
mortalitas dan kecacatan jangka panjang yang berarti, seperti
tindakandebridementyangdiperluas,penundaanpenutupanluka
primer,penggunaanbidaidibandingkanperbansirkuler;
b) individu dengan pengalaman yang terbatas, dapat melakukan
prosedur sederhana secara cepat dan efektif, dalam beberapa
keadaan. Mengutamakan teknik canggih yang membutuhkan
individu terlatih serta peralatan yang kompleks dan banyak
(seperti perawatan luka bakar yang besar) bukan merupakan
investasi sumber daya yang bijaksana dalam penanganan cedera
massal.
Jikabencanaterjadidalamwaktutempuh20menitdarirumah
sakit, tim penanggulangan bencana di rumah sakit dapat segera
diberangkatkankelokasikejadian.Namunapabilaterjadidalamjarak
lebih dari 20 menit dari rumah sakit, tim tersebut hanya akan
diberangkatkanberdasarkanpermintaantimkesehatandilokasi.Pada
situasi tertentu yang cenderung menimbulkan banyak korban
54

(kecelakaan pesawat terbang, kebakaran di atas kapal) tim ini harus


segeradiberangkatkankelokasikecelakaantersebut.
Harus diusahakan untuk menyediakan tempat di rumah sakit
untuk menampung korban bencana massal yang akan dibawa ke
rumah sakit tersebut. Untuk menampung korban, koordinator
penanggulangan bencana di rumah sakit harus segera memindahkan
para penderita rawat inap yang kondisinya telah memungkinkan
untukdipindahkan.
Dayatampungrumahsakitditetapkantidakhanyaberdasarkan
jumlah tempat tidur yang tersedia, tetapi juga berdasarkan
kapasitasnyauntukmerawatkorban.Dalamsuatukecelakaanmassal,
masalah yang sering muncul dalam penanganan korban adalah
kapasitas perawatan bedah dan unit perawatan intensif. Korban
dengantraumamultipel,umumnyaakanmembutuhkanpalingsedikit
dua jam pembedahan. Jumlah kamar operasi efektif (mencakup
jumlahkamaroperasi,dokterbedah,ahlianestesidanperalatanyang
dapat berjalan secara simultan) merupakan penentu kapasitas
perawatan bedah dan lebih jauh kapasitas rumah sakit dalam
merawatkorban.

2) Lokasiperawatandirumahsakit
Tempat penerimaan korban di rumah sakit adalah tempat
dimanatriasedilakukan.Untukhalitudibutuhkan:
a) akseslangsungdengantempatambulansmenurunkankorban;
b) merupakantempattertutupbagiyangtidakberkepentingan;
c) aksesyangmudahketempatperawatanutamasepertiunitgawat
darurat,kamaroperasi,danunitperawatanintensif.

3) Hubungandenganperawatandilapangan
Apabila penatalaksanaan pra rumah sakit dilakukan secara
efisien, jumlah korban yang dikirim ke rumah sakit akan terkontrol
sehinggasetelahtriasekorbandapatsegeradikirimkeunitperawatan
55

yangsesuaidengankondisimereka.Akantetapijikahalinigagalakan
sangat banyak korban yang dibawa ke rumah sakit sehingga korban
korbantersebutharusditampungterlebihdahuludalamsaturuangan
sebelum dapat dilakukan triase. Dalam situasi seperti ini daya
tampungdankapasitasrumahsakitakansegeraterlampaui.
Petugas triase di rumah sakit akan memeriksa setiap korban
untukkonfirmasitriaseyangtelahdilakukansebelumnya,atauuntuk
melakukan kategorisasi ulang status penderita. Jika penatalaksanaan
prarumahsakitcukupadekuat,triasedirumahsakitdapatdilakukan
olehperawatberpengalamandiunitgawatdarurat.Jikapenanganan
prarumahsakittidakefektifsebaiknyatriasedirumahsakitdilakukan
olehdokterunitgawatdaruratataudokterahliyangberpengalaman.
Jikasistempenataksanaankorbanbencanamassaltelahberjalan
baik akan dijumpai hubungan komunikasi yang konstan antara
koordinator penanggulangan bencana rumah sakit dan pos medis
depandanposmedislapangan.Dalamlingkunganrumahsakit,perlu
adanya aliran informasi yang konstan antara tempat triase, unitunit
perawatan utama dan koordinator penanggulangan bencana rumah
sakit. Begitu pula dengan petugas ambulans harus menghubungi
tempattriasedirumahsakitlimamenitsebelumtiba.

TriasediRumahSakit

a. Tempatperawatanmerah;
Untuk penanganan korban dengan trauma multipel umumnya dibutuhkan
pembedahan sedikitnya selama dua jam. Di kotakota atau daerahdaerah
kabupaten dengan jumlah kamar operasi yang terbatas, hal ini mustahil untuk
dilakukan sehingga diperlukan tempat khusus dimana dapat dilakukan perawatan
yang memadai bagi korban dengan status merah. Tempat perawatan ini disebut
tempat perawatan merah yang dikelola oleh ahli anestesi atau dokter ahli yang
berpengalamandansebaiknyabertempatdiunitgawatdaruratyangtelahdilengkapi
dengan peralatan yang memadai dan disiapkan untuk menerima penderita gawat
darurat.

a. Tempatperawatankuning;
Di tempat perawatan ini secara terus menerus akan dilakukan monitoring,
56

pemeriksaan ulang kondisi korban dan segala usaha untuk mempertahankan


kestabilannya.Jikakemudiankondisikorbanmemburuk,iaharussegeradipindahkan
ketempatmerah.Tempatkuninginidikelolaolehseorangdokter.

b. Tempatperawatanhijau;
Korban dengan kondisi hijau sebaiknya tidak dibawa ke rumah sakit, tetapi
cukupkepuskesmasatauposkesehatan.Jikapenatalaksanaanprarumahsakittidak
efisien, banyak korban dengan status ini akan dipindahkan ke rumah sakit. Harus
tercantum dalam rencana penatalaksanaan korban bencana massal di rumah sakit
upayauntukmencegahterjadinyahalsepertiinidenganmenyediakansatutempat
khusus bagi korban dengan status hijau ini. Tempat ini sebaiknya berada jauh dari
unit perawatan utama lainnya. Jika memungkinkan, korban dapat dikirim ke
puskesmasatauposkesehatanterdekat.

c. Tempatkorbandenganprognosisjelek;
Korbankorban seperti ini, yang hanya membutuhkan perawatan suportif,
sebaiknya ditempatkan di perawatan/bangsal yang telah dipersiapkan untuk
menerimakorbankecelakaanmassal.

d. Tempatkorbanmeninggal.
Sebagaibagiandarirencanapenatalaksanaankorbanbencanamassaldirumah
sakit, harus disiapkan suatu ruang yang dapat menampung sedikitnya sepuluh
korban yang telah meninggal dunia. Proses identifikasi jenazah dapat dilakukan di
ruang ini oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI). Penatalaksanaan korban
meninggalakandibahaslebihlanjutdilampiranDVI.

PelaksanadanPerlengkapanTriasediRumahSakit

1. Tenagatriasedirumahsakit:
1) pelaksana triase, terdiri dari seorang dokter yang telah berpengalaman (dianjurkan
dokteryangbekerjadiunitgawatdaruratrumahsakit,ahlianestesiatauahlibedah);
2) dibantuolehperawat,tenagamedisgawatdarurat,atautenagapertolonganpertama;
3) petugasadministrasiyangbertugasuntukmeregistrasikorban.

2. Tempatperawatan,tenaganyaterbagisesuai:
1) tempatperawatangawatdarurat;
a. penanggung jawab perawatan gawat darurat, merupakan seorang dokter spesialis,

konsultanataudokterterlatih.Penanggungjawabperawatangawatdaruratiniakan
bekerjauntukmenjaminsuplaikePosMedisBelakang,melakukankoordinasidengan
bagianlaindalamPosMedisBelakang,mengaturpembuanganalatdanbahanyang
telahdipakaidankomunikasiradio.Iajugaakanberfungsisebagaimanajerbagipos
medislanjutantersebut.

b. tempatperawatanmerahterdiridari:

ketua tim, merupakan seorang ahli anestesi, dokter unit gawat darurat atau
seorangperawatyangberpengalaman;
57

perawat/penataanestesidan/atauperawatdariunitgawatdarurat;
sebagai tenaga bantuan adalah tenaga medis gawat darurat atau para tenaga
pertolonganpertama;
tenagapengangkuttandu.

c. tempatperawatankuningterdiridari:

(1) ketua tim, merupakan seorang perawat (penata anestesi atau perawat dari unit
gawatdarurat)atauseorangperawat;
(2) sebagai tenaga bantuan adalah tenagatenaga medis gawat darurat atau para
tenagapertolonganpertama;
(3) tenagapengangkuttandu.
2) tempatperawatannongawatdarurat
a. timperawatanareahijau;

ketuatim,merupakantenagamedisgawatdaruratyangberpengalaman;
sebagai tenaga bantuan adalah tenaga medis gawat darurat atau para tenaga
pertolonganpertama;
tenagapengangkuttandu.
b. daerah penempatan korban yang telah meninggal dunia (korban yang diberi tanda
dengankartuhitam).Tidakdiperlukanpetugasdibagianini.

3. Peralatan(kebutuhanminimum)untuk:
1) tempattriase;
a) tandapengenaluntukmenandaisetiaptempat/bagiandanpetugas;
b) kartutriase;
c) peralatanadministrasi;
d) tandu(empatbuah);
e) sfigomanometer,stetoskop,lampusenter,sarungtangan.

2) tempatperawatangawatdarurat(minimumuntukkebutuhan25orangkorban);
a) tandapengenaluntukketua(jaketmerahdengantulisanketua),danuntuksetiap
ketuatim(kainberwarnamerah/kuningyangdipergunakandilengan);
b) alatpenerangan;
c) tandu;
d) selimut;
e) peralatanadministrasi;
f) sfigomanometer,stetoskop,lampusenter,sarungtangan;
g) peralatankegawatdaruratanmedis,terdiridari:
(1) peralatanresusitasijalannapas;
a. oksigentabung;
b. peralatanintubasi;
c. peralatantrakeostomi;
d. peralatandrainthorax;
e. ambubag;
f. alatcricothiroidectomy.
(2) peralatanresusitasijantung;
a. infusset+cairan;
b. obatobatanuntukpenalaksanaansyok;
c. alatfiksasipadatraumathoraks(mastrousers).
(3) peralatanlistrik/pneumatic;
a. penghisaplendir(suction);

58

b. lampukhusus;
c. defibrilator;
d. ventilator;
e. bateraiataugenerator.
(4) perlengkapanperalatanlukakapas,perbanelastik.
a. peralatanpenjahitanluka;
b. sarungtangan;
c. obatantiseptik;
d. selimutpengaman;
e. bidai(termasukkolarleher);
f. ATS/ABU.

f. Evakuasiposmedissekunder
Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung rumah
sakit terlampaui, atau korban membutuhkan perawatan khusus (mis.
bedah saraf), korban harus dipindahkan ke rumah sakit lain yang
menyediakanfasilitasyangdiperlukanpenderita.Pemindahansepertiini
dapat dilakukan ke rumah sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah atau
provinsilain,ataubahkankenegaralain.
Pelayananmedisspesialistik,sepertibedahsaraf,mungkintersedia
padarumahsakitdiluarareabencana.Namun,evakuasimedissemacam
ini harus dengan hatihati dikontrol dan terbatas bagi pasien yang
memerlukan penanganan spesialistik yang tidak tersedia pada area
bencana.Kebijakanmengenaievakuasiharusdistandarisasiantaratenaga
kesehatan yang memberikan bantuan pemulihan di area bencana dan
rumahsakityangakanmenerimapasien.

2.

PelayananKesehatanPengungsi
2.1. PengendalianPenyakitdanPenyehatanLingkungan
Pengendalian penyakit dilaksanakan dengan pengamatan penyakit
(surveilans), promotif, preventif dan pelayanan kesehatan (penanganan
kasus)yangdilakukandilokasibencanatermasukdipengungsian.Baikyang
dilaksanakandisaranapelayanankesehatanyangmasihadamaupundipos
kesehatanyangdidirikandalamrangkapenanggulanganbencana.

59

Tujuan pengendalian penyakit pada saat bencana adalah mencegah


kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular potensi wabah, seperti penyakit
diare, ISPA, malaria, DBD, penyakitpenyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (P3DI), keracunan dan mencegah penyakitpenyakit yang spesifik
lokal.
Permasalahanpenyakit,terutamadisebabkanoleh:

kerusakanlingkungandanpencemaran;

jumlah pengungsi yang banyak, menempati suatu ruangan yang sempit,


sehinggaharusberdesakan;

padaumumnyatempatpenampunganpengungsitidakmemenuhisyarat
kesehatan;

ketersediaan air bersih yang seringkali tidak mencukupi jumlah maupun


kualitasnya;

diantaraparapengungsibanyakditemuiorangorangyangmemilikirisiko
tinggi,sepertibalita,ibuhamil,berusialanjut;

pengungsian berada pada daerah endemis penyakit menular, dekat


sumberpencemaran,danlainlain;

KurangnyaPHBS(PrilakuHidupBersihdanSehat);

Kerusakan pada sarana kesehatan yang seringkali diikuti dengan


padamnyalistrikyangberesikoterhadapkualitasvaksin.
Potensi munculnya penyakit menular sangat erat kaitannya dengan

faktor risiko, khususnya di lokasi pengungsian dan masyarakat sekitar


penampungan pengungsi, seperti campak, diare, pnemonia, malaria dan
penyakitmenularlainspesifiklokal.

a. SurveilansPenyakitdanFaktorRisiko
Surveilans penyakit dan faktor risiko pada umumnya merupakan
suatu upaya untuk menyediakan informasi kebutuhan pelayanan
kesehatan di lokasi bencana dan pengungsian sebagai bahan tindakan
kesehatan segera. Secara khusus, upaya tersebut ditujukan untuk
menyediakaninformasikematiandankesakitanpenyakitpotensialwabah

60

yang terjadi di daerah bencana; mengidentifikasikan sedini mungkin


kemungkinan terjadinya peningkatan jumlah penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB/wabah; mengidentifikasikan kelompok risiko tinggi
terhadap suatu penyakit tertentu; mengidentifikasikan daerah risiko
tinggiterhadappenyakittertentu;danmengidentifikasistatusgiziburuk
dansanitasilingkungan.
Langkahlangkahsurveilanspenyakitdidaerahbencanameliputi:
1)

pengumpulandata;
a) datakesakitandankematian:
(1) data kesakitan yang dikumpulkan meliputi jenis penyakit
yang diamati berdasarkan kelompok usia (lihat Lampiran 8
dan10untukformBA3danBA5);
(2) data kematian adalah setiap kematian pengungsi, penyakit
yangkemungkinanmenjadipenyebabkematianberdasarkan
kelompok usia (lihat Lampiran 11 dan 12 untuk form BA6
danBA7);
(3) data denominator (jumlah korban bencana dan jumlah
penduduk

beresiko)

diperlukan

untuk

menghitung

pengukuran epidemiologi, misalnya angka insidensi, angka


kematian,dsb.
b) sumberdata;
Data dikumpulkan melalui laporan masyarakat, petugas pos
kesehatan, petugas Rumah Sakit, koordinator penanggulangan
bencanasetempat.
c) Jenisform
(1) formBA3:registerharianpenyakitpadakorbanbencana
(2) formBA4:rekapitulasiharianpenyakitkorbanbencana.
(3) formBA5:laporanmingguanpenyakitkorbanbencana
(4) formBA6:registerhariankematiankorbanbencana
(5) formBA7:laporanmingguankematiankorbanbencana
2)

pengolahandanpenyajiandata;

61

Data surveilans yang terkumpul diolah untuk menyajikan informasi


epidemiologi sesuai kebutuhan. Penyajian data meliputi deskripsi
maupun grafik data kesakitan penyakit menurut umur dan data
kematianmenurutpenyebabnyaakibatbencana.
3)

analisisdaninterpretasi;
Kajian epidemiologi merupakan kegiatan analisis dan interpretasi
data epidemiologi yang dilaksanakan oleh tim epidemiologi .
Langkahlangkahpelaksanaananalisis:
a) menentukanprioritasmasalahyangakandikaji;
b) merumuskan pemecahan masalah dengan memperhatikan
efektifitasdanefisiensikegiatan;
c) menetapkanrekomendasisebagaitindakankorektif.

4)

penyebarluasaninformasi.
Penyebaraninformasihasilanalisisdisampaikankepadapihakpihak
yangberkepentingan.

b. ProsesKegiatanSurveilans
1)

Kegiatandiposkesehatan
Pos kesehatan di lokasi pengungsi adalah sarana kesehatan
sementara

yang

diberi

tanggungjawab

menyelenggarakan

pelayanan kesehatan dasar untuk masyarakat yang bertempat


tinggaldilokasipengungsidansekitarnya.
Pos

kesehatan

bertujuan

untuk

memulihkan

dan

meningkatkan kesehatan masyarakat di lokasi pengungsi dan


sekitarnyasertaterselenggaranyapelayananrawatjalan,pelayanan
kesehatanibudananak,kesehatanreproduksiIainnyatermasukKB,
pelayanankesehatanjiwadanpsikososial,pelayanangizi,kesehatan
Iingkungan dan terselenggaranya pmantauan dan pencegahan
penyakitmenulardilokasipengungsi.
Pengorganisasianposkesehatanmeliputi:
a)

penanggungjawab pos kesehatan di lokasi pengungsi adalah


kepalapuskesmassetempat;
62

b)

sasaran pos kesehatan di lokasi pengungsi adalah masyarakat


yangberadadilokasipengungsidanmasyarakatdisekitarnya;

c)

pelaksana pos kesehatan adalah puskesmas setempat. apabila


puskesmastidakmampuataurusakkarenabencana,pelaksana
pos kesehatan di lokasi pengungsi adalah puskesmas yang
diperbantukan, tim relawan, swasta dan lsm yang berminat
dibawahkoordinasidinkeskabupaten/kota;

d)

sesuaidenganasaspenyelenggaraanpuskesmas,poskesehatan
yang dikelola oleh swasta atau lsm, harus sepengetahuan dan
dibawah

koordinasi

puskesmas/dinas

kesehatan

kabupaten/kotasetempat;
e)

mekanisme kerja pos kesehatan di lokasi pengungsi mengikuti


mekanismekerjapuskesmas;

f)

pos kesehatan harus melaporkan seluruh kegiatannya kepada


puskesmassetempat(ba3,ba4,ba5,ba6,ba7);

g)

pelayananyangdiselenggarakanmeliputipelayanankesehatan
dasar,yanguntukbeberapahaldisesuaikandengankondisidan
situasisetempat;

h)

pelayanan tersebut mencakup promosi kesehatan, pelayanan


gizi, pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga
berencana serta pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular:
(1) menyelenggarakanpelayananimunisasi;
(2) menyelenggarakankegiatanpenemuanpenderitapenyakit
menular;
(3) menyelenggarakan

surveilans

epidemiologi

penanggulanganklb;
(4) menyelenggarakan

kegiatan

pencegahan

dan

penanggulanganklb;
(5) menyelenggarakankegaiatanpenyehatanlingkungan.
i)

disampingpenyakityangberpotensiklb,penyakittidakmenular
jugadiamatisepertitraumadanlukaluka;
63

j)

apabila petugas kesehatan di pos kesehatan menemukan atau


mencurigai kemungkinan adanya peningkatan kasuskasus
tersangka penyakit yang ditularkan melalui makanan
(foodborne diasease) ataupun penyakit lain yang jumlahnya
meningkat dalam kurun waktu singkat, maka petugas yang
bersangkutan harus melaporkan keadaan tersebut secepat
mungkin ke puskesmas terdekat atau dinas kesehatan
kabupaten/kota.

Kegiatan surveilans yang dilakukan di pos kesehatan, antara


lain:
(1) pengumpulan data kesakitan penyakit yang diamati dan
kematian melalui pencatatan harian kunjungan rawat jalan
(formba3danba6);
(2) validasi data agar data menjadi sahih dan akurat, pengolahan
data kesakitan menurut jenis penyakit dan golongan umur per
minggu(formba4);
(3) pembuatandanpengirimanlaporan(formba5danba7).dalam
kegiatan pengumpulan data kesakitan yang ditujukan pada
penyakitpenyakit yang mempunyai potensi menimbulkan
terjadinya wabah, dan masalah kesehatan yang bisa
memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan
dan/ataumemilikifatalitastinggi.

Jenis penyakit yang diamati antara lain diare berdarah,


campak, diare, demam berdarah dengue, pnemonia, lumpuh layuh
akut (AFP), ISPA nonpneumonia, difteri, tersangka hepatitis,
malariaklinis,giziburuk,tetanus,dsb.
2)

Kegiatandipuskesmas
Kegiatansurveilansyangdilakukandipuskesmas,antaralain:
a)

pengumpulan data kesakitan penyakitpenyakit yang diamati


dankematianmelaluipencatatanhariankunjunganrawatjalan
64

danrawatinapposkesehatanyangadadiwilayahkerja(form
ba3,ba6);
b)

validasidataagardatamenjadisahihdanakurat;

c)

pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan


usiadantempattinggalperminggu(formba4);

d)
3)

pembuatandanpengirimanlaporan(formba5danba7).

Kegiatandirumahsakit
Kegiatansurveilansyangdilakukandirumahsakit,antaralain:
a) pengumpulan data kesakitan penyakit yang diamati dan
kematian melalui pencatatan rujukan kasus harian kunjungan
rawatjalandanrawatinapdariparakorbanbencana(formba3,
ba6);
b) validasidataagardatamenjadisahihdanakurat;
c)pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan
usiadantempattinggalperminggu(formba4);0
d) pembuatandanpengirimanlaporan(formba5danba7).

4)

Kegiatandidinaskesehatankabupaten/kota
Kegiatan surveilans yang dilakukan di tingkat Kabupaten/Kota,
antaralain:
a) pengumpulan data berupa jenis bencana, lokasi bencana,
keadaanbencana,kerusakansaranakesehatan,angkakesakitan
penyakityangdiamatidanangkakematiankorbanbencanayang
berasaldari puskesmas,rumah sakit,atauPoskeskhusus(form
BA1,BA2);
b) surveilansaktifuntukpenyakittertentu(formBA3danBA6);
c) validasidataagardatamenjadisahihdanakurat;
d) pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan
umurdantempattinggalperminggu(formBA4);
e) pertemuan tim epidemiologi kabupaten/kota untuk melakukan
analisis data dan merumuskan rekomendasi rencana tindak
lanjutPenyebarluasaninformasi.

5)

Kegiatandidinaskesehatanprovinsi
65

Kegiatansurveilansyangdilakukanditingkatprovinsi,antaralain:
a) pengumpulan data kesakitan penyakitpenyakit yang diamati
dankematiankorbanbencanayangberasaldaridinaskesehatan
kabupaten/kota(formBA1,BA2,BA6danBA7)
b) surveilansaktifuntukpenyakitpenyakittertentu;
c) validasidataagardatamenjadisahihdanakurat;
d) pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan
umurdantempattinggalperminggu(formBA4);
e) pertemuan tim epidemiologi provinsi untuk melakukan analisis

data dan merumuskan rekomendasi rencana tindak lanjut,


penyebarluasan informasi, pembuatan dan pengiriman laporan
(formBA5danformBA7).
6)

Hasil
Adanya rekomendasi dari hasil kajian analisis data oleh tim
epidemiologi diharapkan dapat menetapkan rencana kegiatan
korektifyangefektifdanefisiensesuaidengankebutuhan.Rencana
kegiatankorektifinitentunyadapatmenekanpeningkatanpenyakit
khususnya penyakit menular di lokasi bencana yang akhirnya
menekanangkakematianakibatpenyakitpadapascabencana.

c. Imunisasi
Dalam situasi bencana/di lokasi pengungsian, upaya imunisasi harus
dipersiapkan dalam mengantisipasi terjadinya KLB PD3I terutama campak.
Dalammelakukanimunisasiinisebelumnyadilakukanpenilaiancepatuntuk
mengidentifikasihalhalsbb:
1) dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat di wilayah
bencana/lokasi pengungsian terutama para pengungsi, lingkungan,
saranaimunisasi,sumberdayamenusia(petugaskesehatan/imunisasi)
2) data cakupan imunisasi dan epidemiologi penyakit, sebelum bencana
dalam 3 tahun terakhir, untuk menentukan kebutuhan upaya imunisasi
berdasarkananalisasituasidalamrangkapencegahanklbpd3i

66

Sasaran imunisasi untuk mencegah KLB PD3I di daerah bencana/lokasi


pengungsianadalah:
1)

Semua anak usia 959 bulan diberi imunisasi campak tambahan.


Pemberian imunisasi campak tambahan diberikan sebanyak 1 dosis
atausatukalipemberian.Pemberianimunisasiiniterintegrasidengan
pemberian Vit A untuk memberikan peningkatan perlindungan pada
anak.Apabiladitemukankasuscampakpascabencana,walaupunsatu
kasus, maka dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa pada daerah
tersebut

dan

penanggulangannya

mengacu

pada

Pedoman

Penatalaksanaan KLB (diterbitkan oleh Ditjen PP dan PL Kementerian


Kesehatan).Perkiraanjumlahanakusia959bulanadalahsekitar11%x
jumlahpenduduk.
2)

Kelompok populasi yang berisiko tinggi terhadap penyakit tertentu,


berdasarkanhasilpenilaiancepatpascabencana.Contoh:imunisasiTT
terhadap petugas kesehatan, sukarelawan, petugas penyelamat,
pengungsi dll. Untuk mendapatkan perlindungan, maka pemberian
Imunisasitetanusdiberikan2kalidenganintervalminimal1bulan.Bila
tersedia dapat dipertimbangkan menggunakan vaksin Td ( Tetanus
Difteri Toxoid), agar memberikan perlindungan terhadap difteri selain
tetanus.Bagipenderitalukaterbukayangdalam,tertusukpaku/benda
tajam,segeraberikanATS(AntiTetanusSerum)

d. PengendalianVektor
Pelaksanaan pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian
di lokasi pengungsi adalah pengelolaan lingkungan, pengendalian dengan
insektisida,sertapengawasanmakanandanminuman.
Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya
pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat
besar seperti lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan
pengendalian vektor dapat berupa penyemprotan, biological control,
pemberantasansarangnyamuk,danperbaikanlingkungan.

67

Banyaknya tendatenda darurat tempat penampungan sementara


para pengungsi yang diperkirakan belum dilengkapi dengan berbagai
fasilitas sanitasi dasar yang sangat diperlukan, akibatnya banyak kotoran
dan sampah yang tidak tertangani dengan baik dan akan menciptakan
breeding site terutama untuk lalat dan serangga pangganggu lain. Hal ini
akanmenambahfaktorresikoterjadinyapenularanberbagaipenyakit.
Keberadaan lalatdanseranggaseranggapengganggulainmerupakan
vektormekanikdariberbagaipenyakittertentudandarisisilainkeberadaan
serangga tersebut menyebabkan gangguan bagi sebagian orang.
Pengendaliandilakukansecepatnyasetelahkegiatansurveivektordilakukan
denganberbagaicaratermasukmenggunakaninsektisida.
Tujuanpengendalianvektordalamkeadaandarurat:
1)

Menurunkan populasi vektor serendah mungkin secara cepat


sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya
penularanpenyakitdisuatuwilayahatau

2)

Menghindarikontakdenganvektorsehinggapenyakityangditularkan
melaluivektortersebutdapatdicegah.

3)

Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh binatang atau


seranggapengganggu
Kegiatan pengendalian vektor dan binatang pengganggu meliputi

surveicepatdanmetodepengendalian.Pengendalianvektordilakukandari
cara yang paling sederhana seperti perlindungan personal dan perbaikan
rumah sampai pada langkahlangkah yang lebih kompleks yang
membutuhkanpartisipasidariparaahlipengendalianvektor.
Metodepengendaliandapatdiklasifikasikansebagaiberikut:
1)

Pengendalian lingkungan: breeding mengubah situs dengan


mengeringkan atau mengisi situs, pembuangan sampah secara
teratur,menjagatempatpenampunganbersih,dankebersihan.

2)

Pengendalian secara mekanis: menggunakan bednets, perangkap,


penutupmakanan

3)

Pengendalian biologis: menggunakan organisme hidup untuk


pengendalian larva, seperti ikan yang makan larva (misalnya, nila,
68

ikan mas, guppies), Bakteri (bacillus thuringiensis israelensis) yang


menghasilkan racun terhadap larva dan Pakis mengambang bebas
yangmencegahpembiakan,danlainlain
4)

Pengendaliankimiawidapatdilakukandenganbeberapacara;
a) Insektisidauntukpenyemprotan(IRS,spray,fogging)untukvektor
dewasa;
b) Larvicida untuk pengendalian larva; data resistensi terhadap
insektisida akan berguna dalam membantu memastikan
insektisidayangakandipilih.
c) Penggunaanrepellents;banyakmasyarakatterbiasamenggunakan
berbagai bahan sebagai repellents. Penggunaan repellents ini
efektif dan tidak berbahaya, mereka dianjurkan untuk
menggunakannya dalam situasi darurat, dan hal ini sebenarnya
sudah umum pada sebagian masyarakat untuk memakai
repellentsyangterbuktimanfaatnya.

e. PencegahandanPengendalianPenyakit
Penyakit menular merupakan masalah yang perlu mendapat
perhatian besar, mengingat potensi munculnya KLB/wabah penyakit
menular sebagai akibat banyaknya faktor risiko yang memungkinkan
terjadinyapenularanpadasaatbencanabaikdipengungsianmaupunpada
masyarakat.Umumnyapenyakitinitimbul1minggusetelahbencana.
KLB/wabah penyakit dapat menyebabkan korban jiwa, jumlah
penderita yang banyak dalam kurun waktu yang singkat, sehingga
mengakibatkan lonjakan kebutuhan dana dan tenaga dalam upaya
pengedalianKLB/wabah.UntukmencegahterjadinyaKLB/wabahpenyakit,
maka pada saat bencana perlu dilakukan upaya pencegahan dan
pengendalianpenyakitmenular.Upayatersebutmeliputi:

mengidentifikasi penyakit menular potensial klb berdasarkan jenis


bencana;

mengidentifikasifaktorresiko;

upayapencegahandanpengendalian/meminimalisirfaktorresiko;
69

kalkulasikebutuhanlogistikuntukpenatalaksanaankasus;

kalkulasi kebutuhan tenaga medis/ perawat untuk penatalaksanaan


kasus.

1) PencegahandanPenanggulanganPenyakitDiare
Penyakit diare merupakan penyakit menular yang sangat
potensialterjadididaerahpengungsianmaupunwilayahyangterkena
bencana, yang biasanya sangat terkait erat dengan kerusakan,
keterbatasan penyediaan air bersih dan sanitasi dan diperburuk oleh
perilakuhidupbersihdansehatyangmasihrendah.
Pencegahan penyakit diare dapat dilakukan sendiri oleh para
pengungsi,antaralain:
a)

gunakanairbersihyangmemenuhisyarat;

b)

menggunakan alat alat untuk memasak dan peralatan makan


yangbersih;

c)

berilahairsusuibu(asi)sajasampaibayiberusia6bulan;

d)

berilah makanan pendamping asi dengan benar setelah bayi


berusia6bulandanpemberianasiditeruskansampaibayiberusia
24bulan;

e)

bila terpaksa menggunakan susu formula misalnya pada bayi


piatu, asi tidak keluar, maka dalam hal pemberian susu formula,
perhatikan tanggal kadaluwarsa produk, petunjuk pembuatan
susuformula,kelayakanairyangdigunakansertakebersihanalat
alatpembuatsusuformula;

f)

cucilah tangan dengan sabun dengan air yang mengalir sebelum


menjamah/memasak sesudah buang air besar dan sebelum
memberimakananak;

g)

semuaanggotakeluargabuangairbesardijamban;

h)

buangtinjabayidananakkecildijamban.
Penyediaan air bersih yang cukup dan sanitasi lingkungan yang

memadaimerupakantindakanpencegahanpenyakitdiare,sedangkan
pencegahan kematian akibat diare dapat dilakukan melalui
70

penatalaksanaan kasus secara tepat dan kesiapsiagaan akan


kemungkinantimbulnyaKLBdiare.

PenatalaksanaanDiare
Bilamana ditemukan adanya penderita diare di lokasi bencana atau penampungan pengungsi,
langkahlangkahpenatalaksanaankasuspenderitadiareadalah:
1.

menentukanderajatdehidrasi;
Tabelpenilaianderajatdehidrasi
A

PENILAIAN
Bilaada2tandaataulebih
Lihat:

KeadaanUmum

Baik,sadar

Gelisah,rewel

Lesu,lunglaiatau

tidaksadar

Mata

Normal

Cekung

Cekung

Rasa Haus (beri air Minumbiasa,

Haus,ingin minum Malasminumatau

minum)

TidakHaus

banyak

tidakbisaminum

Raba/Periksa:

TurgorKulit

Kembalicepat

Kembalilambat

Kembalisangat
Lambat(lebihdari
2detik)

TentukanDerajat Tanpadehidrasi

Dehidrasi Ringan Dehidrasiberat

Dehidrasi

Sedang (dehidrasi
tidakberat)

RencanaPengobatan

RencanaTerapiA

RencanaTerapiB

RencanaTerapiC

2. Menentukanpengobatandehidrasiyangtepat.

RencanaterapiA

:untukmengobatipenderitadiaretanpadehidrasi.

RencanaterapiB

:.untukmengobatipenderitadiaredengandehidrasiringan/sedang.

RencanaterapiC

:untukmengobatipenderitadiaredengandehidrasiberat.

2.1. RencanaTerapiA(pengobatandiaredirumahuntukpenderitadiaretanpadehidrasi)
Tigacarapengobatandiaredirumah:

71

a. berikananaklebihbanyakcairandaripadabiasanyauntukmencegahdehidrasi;
1) gunakancairanrumahtanggayangdianjurkansepertilarutanoralit,makananyang
cair (seperti sup, air tajin). gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan
dalamdibawah;
(catatan: jika anak yang sakit berusia <6 bulan dan belum makan makanan padat,
lebihbaikdiberioralitdanairmatangdaripadamakananyangcair).
2) berikan larutan ini sebanyak anak mau. berikan jumlah larutan oralit seperti
dibawahsebagaipenuntun;
3) teruskanpemberianlarutaninihinggadiareberhenti.
b. berianakmakananuntukmencegahkuranggizi;
1) teruskanasi;
2) bilaanaktidakmendapatasiberikansusuyangbiasadiberikan.untukanak<dari6
bulan dan belum mendapat makanan padat, dapat diberikan susu yang dicairkan
denganairyangsebandingselama2hari;
3) bilaanak6bulanataulebihatautelahmendapatkanmakananpadat:
a) berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan
kacangkacangan, sayur, daging atau ikan. tambahkan 1 atau 2 sendok teh
minyaksayurtanpaporsi;
b) berikansaribuahsegarataupisanghalusuntukmenambahkalium;
c) berikan makanan yang segar. masak dan haluskan atau tumbuk makanan
denganbaik;
d) doronganakuntukmakan,berikanmakanansedikitnya6kalisehari;
e) berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan
tambahansetiaphariselama2minggu.
c. bawaanakkepetugaskesehatanbilaanaktidakmembaikdalam3hariataumenderita
sebegaiberikut.
1) buangairbesarcairseringsekali;
2) muntahberulangulang;
3) sangathaussekali;
4) makanatauminumsedikit;
5) demam;
6) tinjaberdarah.
Gunakancarainiuntukmengajariibu:
1) teruskanmengobatianakdiaredirumah;

72

2) berikanpengobatanawalbilaterkenadiarelagi.

Periksaadatidaknyadarahpadatinja,bilaada,maka:
1) obatipenderitaselama5haridenganantibiotikaoralyangdianjurkanuntukshigella
(kotrimoksasol);
2) ajariibucaramemberimakanpadaanaksepertidijelaskandalamrencanaterapia;
3) periksaanakkembalisetelah2hari,apabilaanak(penderita):
-

usianyakurangdari1tahun;

sebelumnyapernahmenderitadehidrasi;

masihadadarahdalamtinja.

4) tidakmembaik;
5) apabila tinja masih berdarah setelah 2 hari ganti dengan antibiotika kedua yang
dianjurkanuntukshigella.berikanselama5hari;
6) apabila mungkin lakukan pemeriksaan untuk e. histolitica (bentuk tropozoid a
denganseldarahmerahdidalamnya).apabilapositif,beriobatantiamoeba.

2.2. RencanaterapiB(untukterapidehidrasiringan/sedang)
a. Jumlahoralityangdiberikandalam3jampertama
OralityangdiberikandihitungdenganmengalikanBERATBADANpenderita(kg)dengan
75ml.
Bila berat badan anak tidak diketahui dan/atau untuk memudahkan di lapangan,
berikanobatsesuaitabelberikut:
Usia

<1tahun

14tahun

>5tahun

Dewasa

Volume

300ml

800ml

1.200ml

2.400ml

Oralit

1) bilaanakmenginginkanlebihbanyakoralit,berikan;
2) bujukibuuntukmeneruskanasi;
3) untukbayiusiakurangdari6bulanyangtidakmendapatkanasi,berikanjuga100
200mlairmasakselamamasaitu.
b. Amatianakdenganseksamadanbantuibumemberikanoralit:
1) tunjukkanjumlahcairanyangharusdiberikan;
2) tunjukkan cara memberikannya sesendok teh setiap 12 menit untuk anak usia di
bawah2tahun,beberapategukdaricangkiruntukanakyanglebihtua;

73

3) periksadariwaktukewaktujikaadamasalah;
4) bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian teruskan pemberian oralit tetapi
lebihlambat,misalnyasesendoktiap23menit;
5) bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oral dan berikan air masak
atauasi,berioralitsesuairencanaterapiabilapembengkakantelahhilang.
c. Setelah 34 jam, nilai kembali anak dengan menggunakan bagan penilaian, kemudian
pilihrencanaterapia,b,ataucuntukmelanjutkanterapi:

1) bilaadadehidrasi,gantirencanaterapia.biladehidrasitelahhilang,anakbiasanya
kencingdanlelah,kemudianmengantukdantidur;

2) bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi rencana terapi b, tetapi


tawarkanmakanan,susu,dansaribuahsepertirencanaterapia;

3) bilatandamenunjukkandehidrasiberat,gantidenganrencanaterapic.
d. Bilaibuharuspulangsebelumselesairencanaterapib:

1) tunjukkanjumlahoralityangharusdihabiskandalamterapi3jamdirumah;
2) berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana
terapia;

3) tunjukkancaramelarutkanoralit;
4) jelaskan3caradalamrencanaterapiauntukmengobatianakdirumah:
a) memberikanoralitataucairanlainhinggadiareberhenti;
b) memberikanmakananaksebagaimanabiasanya.
e. Periksaadatidaknyademamdanukursuhutubuh:

1) apabilaanakberusiakurangdari2bulan,berikancairansesuaiyangdibutuhkan;
2) apabila suhu anak mengalami panas (suhu tubuh 38c atau lebih) sesudah
direhidrasi, rujuk ke rumah sakit. jangan beri anak parasetamol atau obat anti
malaria;

3) apabila anak berusia 2 tahun atau lebih, bila demam (39c atau lebih) atau ada
riwayat demam pada hari sebelumnya, berikan obat antimalaria (berikan
tatalaksanaprogrampemberantasanmalaria).
f.

Apabiladiaretelahberlangsungselama14hariataulebih:
1) rujukkerumahsakitbilaanak(penderita):
a) usianyakurangdari6bulantahun;
b) mengalamidehidrasi(rujukanaksetelahdehidrasinyadiatasi).
2) apabila diare belum berlangsung selama 14 hari, ajari ibu cara memberi makan
sesuaiterapiadisampingjuga:

74

a) berikanporsisusuyangbiasadiberikanditambahbuburnasi+tempe;
b) berikan bubur ditambah minyak sayur, kacang, daging atau ikan (makanan
pendampingasi)6kalisehari.
3) anjurkanibuuntukmembawakembalianaknyasetelah5hari:
a) biladiaretidakberhenti,rujukkerumahsakit;
b) biladiareberhenti,anjurkanibuuntuk:
(1) meneruskanmakananyangbiasadiberikan
(2) sesudah1minggu,mulaidenganmemberikansusuyangsepertibiasa
(3) memberikanmakananekstrasetiaphariselama1bulan.

2.3. RencanaTerapiC(untukterapidehidrasiberat)
Bilapenderitadalamkeadaandehidrasiberat,rehidrasiharussegeradimulai.Setelahitu
pemeriksaanlainnyadapatdilanjutkan.
a. Memberikanterapizincselama10hariberturutturut
SemuapenderitadiareBalitaharusmendapatkantabletzincselama10hariberturut
turutmeskipundiaresudahberhenti.Tabletzincdapatdiberikandengancaradikunyah
atau dilarutkan dalam sesendok air matang/ ASI sebelum diberikan pada anak. Dosis
untukanak<6bulansebanyaktablet(10mg)/hari,sekalidalamsehari.Dosisuntuk
anak > 6 bulan sebanyak 1 tablet (20 mg)/ hari, sekali dalam sehari. Seluruh petugas
kesehatan harus memahami dosis dan cara pemberian tablet zinc yang tepat serta
menjelaskannyakepadakeluargapasien.
b. Mencari masalah lain, seperti, kurang gizi, adanya darah dalam tinja dan diare yang
lebih dari 14 hari. Selain diperiksa status dehidrasinya harus pula diperiksa gejala
lainnya untuk menentukan adanya penyakit lain seperti adanya darah dalam tinja,
demam,kuranggizidanlainsebagainya.
1) bila tinja penderita mengandung darah berarti penderita mengalami disentri yang
memerlukanpengobatanantibiotik;
2) bila ditemukan tersangka kolera dengan gejala diare terusmenerus, cair seperti
cucianberas,berbauamis,tanpasakitperutdanpadagejalaawaldisertaimualdan
muntah segera dilakukan pengambilan specimen hapus dubur ( rectal swab) rujuk
specimenkeLabkesdaatauBTKL.DanpenderitadirawatinapdanberiAntibiotika.
Bilahasilpemeriksaanlaboratorium(+),segeralaporkeDinasKesehatanKab/Kota;
3) bilapenderita diare 14hariatau lebih berartimenderitadiare persisten dan perlu
pertimbangkan pengobatan dengan antibiotika, karena kecil kemungkinan

75

disebabkanolehvirus;
4) bilapenderitademam(>38C)danberumur>2bulandapatdiberikanobatpenurun
panas;
5) biladidaerahtersebutendemikmalariadananakadariwayatdemamsebelumnya
dapat diberikan pengobatan sesuai program malaria. Keterangan lengkap tentang
masalahlainlihatpadagambartatalaksanapenderitadiare.
c. Langkahlangkahpemberianantibiotika,antaralain:
1) tentukanjenisantibiotikyangtepatsesuaidenganpenyebabdiare;
2) tentukan dosis yang tepat sesuai dengan usia anak atau berat badan anak, sesuai
tabeldibawah;
a) untukdisenteri:beriantibiotikyangdianjurkanuntukshigella:
(1) antibiotikpilihanpertama:kotrimoksasol;
(2) antibiotikpilihankedua:asamnalidiksat.
Tabel.Dosisantibiotikkotrimoksasol
Dosisantibiotikkotrimoksasol

Berikandosispertamaantibiotikditempatberobat
Tabel.Dosisantibiotikasamnalidiksatdanmetronidazol
KOTRIMOKSASOL

Usia / berat

2kalisehariselama5hari

badan

2bl4bl

tabletdewasa

tabletanak

sirupanak/5mlsirup

(80mgtrimetoprim

(20mgtrimetoprim

(40mgtrimetoprim

+400mg

+100mg

+200mg

sulfametoksazol)

sulfametoksazol)

sulfametoksazol)

(sendoktakar)

(4<6kg)
4bl12bl

(10<16kg)
3th<5th
(16<19kg)

5ml
(1sendoktakar)

(6<10kg)
12bl<3th

2,5ml

7,5ml
(1sendoktakar)

10ml
(2sendoktakar)

76

Usia / berat
badan

ASAMNALIDIKSAT

METRONIDAZOL

4kalisehariselama5hari

3kalisehariselama10hari

tabletdewasa

untukdisenteriamuba

(500mg/tablet)

tabletdewasa
(500mg/tab)

2bl4bl

50mg(1/8tablet)

50mg(1/8tablet)

100mg(1/4tablet)

100mg(1/4tablet)

200mg(1/2tablet)

200mg(1/2tablet)

(4<6kg)
4bl12bln
(6<10kg)
12bln<5th
(10<19kg)

b) Untukkolera:beriantibiotikyangdianjurkanuntukkoleraselama3hari:
(1) antibiotikpilihanpertama:tetrasiklin;
(2) antibiotikpilihankedua:kotrimoksasol(trimetoprim+sulfametoksasol).
Tabel.DosisAntibiotikuntukKolera
USIA

TETRASIKLIN

KOTRIMOKSASOL
2Kalisehariselama5hari

250mg
Tablet

Tablet

Tablet

SirupAnak/

Dewasa

Anak

5mlsirup

480mg

120mg

(40mgTrimetoprim

0bl4bl

JANGANDIBERI

1/4

+200mgSulfametoksazol)
1

(sendoktakar)

(4<6kg)
4bl12bln

1/2

5ml
(1sendoktakar)

(6<10kg)
3th<5th

2,5ml

(16<19kg)

10ml
(2sendoktakar)

Seseorangdicurigaikoleraapabila:

77

(1) penderitaber>5tahunmenjadidehidrasiberatkarena diareakutsecaratiba


tiba(biasanyadisertaimualdanmuntah),tinjanyacairsepertiaircucianberas,
tanparasasakitperut(mulas);atau
(2) setiap penderita diare akut berumur >2 tahun di daerah yang terjangkit klb
kolera;
(3) kasuskoleraditegakkandenganpemeriksaansediaantinjadilaboratorium.

Tabel.DosisAntibiotikAsamNalidiksatdanMetronidazol
Usia / berat
badan

ASAMNALIDIKSAT

METRONIDAZOL

4kalisehariselama5hari

3kalisehariselama10hari

tabletdewasa

untukdisenteriamuba

(500mg/tablet)

tabletdewasa
(500mg/tab)

2bl4bl

50mg(1/8tablet)

50mg(1/8tablet)

100mg(1/4tablet)

100mg(1/4tablet)

200mg(1/2tablet)

200mg(1/2tablet)

(4<6kg)
4bl12bln
(6<10kg)
12bln<5th
(10<19kg)

3) campurkan tablet antibiotika yang telah digerus dengan air matang untuk
mempermudah anak menelannya. bila anak minum asi, mintalah ibu untuk
mencampurkanpuyerdenganasisecukupnyapadamangkukyangbersih;
4) persilahkanibunyauntukmencobamemberikanantibiotikatersebutpadaanaknya.
biasanyaanak akan lebih mudahminum obat jikadisuapioleh ibunya.hal inijuga
merupakan cara untuk memastikan bahwa ibunya sudah bisa memberikan
antibiotika sebelum meninggalkan puskesmas. bila anak memuntahkan obat yang
diminumsebelumsetengahjam,ulangipemberianantibiotikanya.

d. Halhal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ulang 2 hari kemudian pada anak
dengandiareyangdiberiantibiotika,antaralain:
1) setiapanak dengan diare yang mendapatantibiotika, harus dibawakembali 2 hari

78

kemudian. Pemeriksaan kedua sama dengan pemeriksaan pertama, untuk


menentukanapakahpenyakitnya:tidakmembaik,tetapsamaataumembaik;
2) penyakit anak memburuk, ditandai dengan adanya tanda dehidrasi berat ( mata
cekung, cubitan perut kembali sangat lambat), tak mampu makan minum, atau
tandabahayayanglain.Anakyangdemikianharussegeradirujukkerumahsakit;
3) anakyangmembaikdiarenyaakanberkurangatauberhenti.Tandatandalainjuga
akanberkurang,misalnyasudahmampumakandanminum,matatidaklagicekung,
turgor kulit perut kembali normal, demam turun atau hilang, nafsu makan
membaik.Beritahuibunyauntukmeneruskanpemberianantibiotikasampai5hari;
4) bila keadaan anak masih tetap sama seperti pada pemeriksaan sebelumnya,
tanyakan tentang pemberian antibiotikanya. Mungkin ada masalah yang
mengakibatkan anak belum minum antibiotika tersebut, atau minum dengan
takaran dan jadwal pemberian yang tidak tepat. Apabila demikian, teruskan
pemberian antibiotikayang sama.Bilaanak telah minum antibiotikdengan benar,
namun tidak ada perbaikan, maka obat tersebut harus diganti dengan antibiotika
yanglain(kalautersedia).Kalautidakadaantibiotikalain,rujukkerumahsakit.

TatalaksanaDiaredikenaldenganLintas5(LimaLangkahTuntaskanDiare)
1. OralitOsmolaritasRendah
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan
oralit. Bila tidak tersedia, berikan minuman lebih banyak cairan rumah tangga yang
mempunyaiosmolaritasrendahyangdianjurkansepertiairtajin,kuahsayurdanairmatang.
Macamcairanyangdigunakanbergantungpada:
a) kebiasaansetempatdalammengobatidiare;
b) tersedianyacairansarimakananyangcocok;
c) jangkauanpelayanankesehatan.

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas
kesehatanatausaranakesehatanuntukmendapatkanpengobatanyangcepatdantepat.
Kandunganoralitdenganosmolaritasrendah(200ml)sebagaiberikut:
Natriumklorida/Sodiumchloride

...........0,52gram

Kaliumklorida/Potassiumchloride

...........0,3gram

Trisodiumsitratdihidrat/Trisodiumcitratedihydrate`...........0,58gram
Glukosaanhidrat/Glucoseanhydrate

...........2,7gram

79


Caramenyiapkanoralit:
a) cucitanganpakaisabun;
b) siapkanair1gelas(200cc)yangsudahdimasak,sampaimendidih;
c) masukkan1bungkusoralitkedalamgelasyangberisiairmatang;
d) aduksampailarut;
e) minumkankependerita.

TakaranMembuatOralit
Usia

3Jam

Selanjutnyasetiapkali

Pertama

mencret

<1tahun

1gelas

gelas

14tahun

3gelas

1gelas

512tahun

6gelas

11gelas

>12tahun

12gelas

12gelas

Jika anak akan diberi larutan oralit dirumah, tunjukkan kepada ibu jumlah oralit yang
diberikansetiaphabisbuangairbesardanberikanoralitcukupuntuk2hari:
Usia

Jumlahoralityang

Jumlahoralitsesuaiyang

diberikantiapbab

disediakandirumah

*12Bulan

50100ml

400ml/hari(2bungkus)

14tahun

100200ml

600800ml/hari,34bungkus

*5tahun

200300ml

8001000ml/hari,45bungkus

Dewasa

300400ml

12002800ml/hari

TUNJUKKANKEPADAIBUCARAMENCAMPURORALIT
TUNJUKKANKEPADAIBU CARAMEMBERIORALIT

a) perkirakankebutuhanoralituntuk2hari;
b) berikansesendokthetiap12menituntukanakdibawahumur2tahun;
c) berikanbeberapategukdarigelasuntukanaklebihtua;
d) bilaanakmuntah,tunggulah10menit.kemudianberikancairanlebihsedikit(misalnya

80

sesendoktiap12menit);

e) biladiareberlanjutsetelahbungkusoralithabis,beritahuibuuntukmemberikancairan
lain seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali kepada petugas kesehatan
untukmendapattambahanoralit.

2. Zinc
ZincdiberikanpadasetiapBalitayangmenderitadiaredengan dosis;untuk anakberumur
kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg ( tablet) zinc per hari, sedangkan untuk anak
berumur lebih dari 6 bulan diberikan 1 tablet zinc 20 mg. Pemberian zinc diteruskan
sampai 10 hari, walaupun diare sudah membaik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
kejadiandiareselanjutnyaselama3bulankedepan.
Carapemberiantabletzinc:
larutkantabletdalam1sendokmakanairmatang,atauASI.

3. PemberianASI/Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu
formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yangtelahmendapatmakananpadatharusdiberikanmakananyangmudahdicernasedikit
demi sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan
selama2mingguuntukmembantupemulihanberatbadananak

4. PemberianAntibiotikaHanyaAtasIndikasi
Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare yang
memerlukannya (8,4%). Antibiotik hanya bermanfaat pada anak dengan diare berdarah
(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera, dan infeksiinfeksi di luar saluran
pencernaanyangberat,sepertipneumonia.Walaupundemikian,pemberianantibiotikyang
irasional masih banyak ditemukan. Sebuah studi melaporkan bahwa 85% anak yang
berkunjung ke Puskesmas di 5 propinsi di Indonesia menerima antibiotik (Dwiprahasto,
1998).
Obatobatan antidiare tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena
terbuktitidakbermanfaat.Obatantimuntahtidakdianjurkankecualimuntahberat.Obat
obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan

81

sebagian menimbulkan efek samping yang berbahaya, dan bisa berakibat fatal. Obat
antiprotozoadigunakanbilaterbuktidiaredisebabkanolehparasit(amuba,giardia).

5. PemberianNasihat
Ibuataukeluargayangberhubunganeratdenganbalitaharusdiberinasihattentang:
a) caramemberikancairandanobatdirumah;
b) kapanharusmembawakembalibalitakepetugaskesehatan:

1) diarelebihsering;
2) muntahberulang;
3) sangathaus;
4) makanatauminumsedikit;
5) timbuldemam;
6) tinjaberdarah;
7) tidakmembaikdalam3hari.

BilaAnakmenderitagiziburuk:
a) Janganberusahamerehidrasisendiri,rujuklangsungkerumahsakit.
b) Beri oralit 5 ml/kg BB/jam selama dalam perjalanan dan tunjukkan cara
memberikannya.

KesiapsiagaanterhadapkemungkinanKLB
PadafaseiniTimReaksiCepatmelakukankesipasiagaanyangberupakegiatanyangdilakukan
terusmenerusdengankegiatanutamanya:
1 mempersiapkanmasyarakatpengungsiuntukpertolonganpertamabilaterjadidiareseperti
rencanaterapia;
2 membuatdanmenganalisakasushariandiare;
3 menyiapkan kebutuhan logistik khususnya oralit, zinc, cairan ivrl, antibiotika (tetrasiklin,
kotrimoksasol)danperalatanmedislainnya;
4 mengembangkanprosedursederhanakewaspadaandinidimasyarakatpengungsi.

2) PencegahandanPenanggulanganPenyakitISPA
PenyakitInfeksiSaluranPernapasanAkut(ISPA)merupakansalah
satu penyebab utama kematian bayi dan anak balita. Kematian
82

tersebut diakibatkan oleh penyakit Pneumonia berat yang tidak


sempat terdeteksi secara dini dan mendapat pertolongan tepat dari
petugas kesehatan. Setiap kejadian penderita pneumonia pada anak
balita di lokasi bencana dan pengungsian harus dapat ditanggulangi
dengantatalaksanakasuspneumoniayangbenar.

PenatalaksanaanpenderitaISPA

KlasifikasipenyakitISPApadaanakusia2bulansampai<5tahundapatdilihatpadaTabel3.
Selaintigaklasifikasitersebut,terdapattandabahayapadaanakusia2bulansampai5tahun
yangperludiperhatikan,antaralain:
1. tidakbisamakan/minum;
2. anakkejang;
3. terdengarstridorwaktutenang;
4. anakdengangiziburuk.
Anak yang mempunyai salah satu tanda bahaya, harus segera dirujuk ke
Puskesmas/RumahSakitsecepatmungkindengancatatan:
1.

sebelum anak meninggalkan puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan memberi


pengobatan seperlunya (misalnya atasi demam, kejang, dsb), tulislah surat rujukan ke
rumahsakitdananjurkanpadaibuagaranaknyadibawakerumahsakitsesegeramungkin;

2.

berikansatukalidosisantibiotiksebelumanakdirujuk(bilamemungkinkan).

83

Tabel.KlasifikasipenyakitISPApadaanakusia2bulansampai<5tahun
TANDA

Tarikan dinding dada Tak


bagian

bawah

ke

ada

dinding

dalam

tarikan TakadaTDDK,dan
ke Tidak Disertai nafas

dada

dalam(TDDK)

cepat:

Nafascepat:

2bl12bl:50x

2 bl12 bl : 50x

/menit

/menit

1 th 5 th: 40x

1 th 5 th : 40x

/menit

/menit

<2bl:< 0x

<2bl:60
KLASIFIKASI PNEUMONIABERAT

TINDAKAN

Rujuk

PNEUMONIA

ke Nasehati ibu untuk Jika batuk 30 hari

segera

perawatandirumah

saranarujukan

Beri antibiotika 1 Beri


dosis

bila

BUKANPN UMONIA

jarak

saranarujukanjauh

antibiotika

rujuk

untuk

pemeriksaan
lanjutan.

selama5hari

Anjurkan ibu untuk Obati penyakit lain

Bilademam,obati

kontrol 2 hari atau

Bilawheezing,obati

lebih

bilaada

bila Nasehati ibu untuk

cepat

keadaan

anak

perawatandirumah

Bilademam,obati

memburuk

Bilademam,obati

Bilawheezing,obati

Bilawheezing,obati

PERIKSALAHDALAM2HARIANAKYANGDIBERIANTIBIOTIKA

MEMBURUK

MEMBAIK

TANDA

Takdapatminum

TIDAKBERUBAH

Nafasmembaik

TINDAKAN

AdaTDDK

Panasturun

Adatandabahaya

Nafsumakanmembaik

Kirimsegera kesarana Ganti antibiotika atau Teruskan


rujukan

pemberian

rujukkesaranarujukan antibiotika sampai 5


hari

84


PERHATIANdalamPemberianANTIBIOTIKA

Jangan memberikan kotrimoksasol pada bayi yang ikterik atau bayi prematur usia kurang
dari1tahun.

Janganmemberikanamoksisilin,ampisilin,prokainpenisilinataubenzatinpenisilinbilaanak
adariwayatmengalamianafilaksis/alergisetelahpemberianpenisilin.

Langkahlangkahpemberianantibiotika,antaralain:
1. tentukandosisyangtepatsesuaidenganusiaanak;
Tabel.DosisAntibiotikKotrimoksasol
DOSISANTIBIOTIKKOTRIMOKSASOL

Berikandosispertamaantibiotikditempatberobat

Tunjukkepadaibucarapemberianantibiotikdirumah2kalisehariselama5hari

USIA

KOTRIMOKSASOL
2Kalisehariselama5hariTabletDewasa
(80mgTrimetoprin+400mgSulfametoksasol)

2bl6bl

6bl3th

35th

2. campurkan tablet antibiotika yang telah digerus dengan makanan untuk mempermudah
anakmenelannya.bilaanakminumasi,mintalahibuuntukmencampurkanpuyerdenganasi
secukupnyapadamangkukyangbersih;
3. persilahkanibunyauntukmemberiantibiotikatersebutpadaanaknyakarenabiasanyalebih
mudah disuapi oleh ibunya. hal ini juga merupakan cara untuk memastikan bahwa ibunya
sudah bisa memberikan antibiotika sebelum meninggalkan puskesmas. bila anak
memuntahkanobatyangdiminumsebelumsetengahjam,ulangipemberianantibiotikanya.

Halhal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ulang 2 hari kemudian pada anak dengan
pneumoniayangdiberiantibiotika,antaralain:
1. setiapanakdenganpenyakitpnemoniayangmendapatantibiotika,harusdibawakembali2
harikemudian.pemeriksaankeduasamadenganpemeriksaanpertama,untukmenentukan
apakahpenyakitnya:tidakmembaik,tetapsamaataumembaik;
2. penyakit anak memburuk bila anak menjadi sulit bernafas, tak mampu minum, timbul

85

tarikan dinding dada kedalam, atau tanda bahaya yang lain. anak yang demikian dirujuk
untukrawattinggal;
3. anak yang membaik pernafasannya akan melambat. tandatanda lain juga akan berkurang,
misalnya demam menurun atau menghilang, nafsu makan bertambah. mungkin masih
batuk.beritahuibunyauntukmeneruskanpemberianantibitikasampai5hari;
4. bila keadaan anak masih tetap sama seperti pada pemeriksaan sebelumnya, tanyakan
tentang pemberian antibitikanya. mungkin ada masalah yang mengakibatkan anak belum
minumantibiotikatersebut,atauminumdengantakarandanjadwalpemberianyangkurang
semestinya.apabilademikianteruskanlagipemberianantibiotikayangsama.bilaanaktelah
minum antibiotik dengan benar, obat tersebut harus diganti dengan antibiotika yang lain
(kalautersedia).kalautidakadaantibiotikayanglain,rujukkerumahsakit.

SaranbagiibutentangpengobatanISPAdirumah:
Perawatan di rumah sangat penting dalam penatalaksanaan anak dengan penyakit ISPA,
dengancara:
1. Pemberianmakanan;

berilahmakanansecukupnyaselamasakit;

tambahlahjumlahnyasetelahsembuh;

bersihkanhidungagartidakmengganggupemberianmakanan.

2. Pemberiancairan;

berilahanakminumanlebihbanyak;

tingkatkanpemberianasi.

3. Pemberian obat pelega tenggorokan dan pereda batuk dengan ramuan yang aman dan
sederhana;
4. Palingpenting:amatilahtandatandapneumonia
bawalahkembalikepetugaskesehatan,bila:

nafasmenjadisesak;

nafasmenjadicepat;

anaktidakmauminum;

sakitanaklebihparah.

86

3) PencegahandanPenanggulanganPenyakitMalaria
Di lokasi penampungan pengungsi penyakit malaria sangat
mungkin terjadi. Hal ini terutama penampungan pengungsi terletak
pada daerah yang endemis malaria atau pengungsi dari daerah
endemisdatangkelokasi penampunganpengungsipadadaerahyang
tidakadakasusnyatetapiterdapatvektor(daerahreseptifmalaria).
Beberapa cara pencegahan penularan malaria antara lain,
mencegahgigitannyamukdengancara:
a)

tidurdalamkelambu(kelambubiasaatauyangberinsektisida);

b)

memasangkawatkasa;

c)

menggunakanrepelen;

d)

membakarobatnyamuk;

e)

pencegahandenganobatantimalaria(profilaksis).
Pengobatan pencegahan malaria diberikan kepada kelompok

berisiko tertular malaria seperti pendatang dan perorangan atau


sekelompok orang yang nonimun yang akan dan sedang di daerah
endemismalariasertaibuibuhamil.
Pengelolaan lingkungan dapat mencegah, mengurangi atau
menghilangkan tempat perindukan vektor, antara lain dengan
pengeringan, pengaliran dan pembersihan lumut. Kegiatan ini
dilakukan untuk mencegah perkembangan larva nyamuk Anopheles
sundaicus, yang merupakan vektor utama malaria di daerah pantai.
Larvanyamukinisukahiduppadalumutdilagunlagundaerahpantai.
Pemberantasan malaria melalui pengobatan penderita yang
tersangka malaria atau terbukti positif secara laboratorium, serta
pengendaliannyamukmelaluiperbaikanlingkungan.

87


PenatalaksanaanKasusMalaria
Langkahlangkahdalampenatalaksanaanmalariaringan/tanpakomplikasi,antaralain:
1. Anamnesa;
Padaanamnesasangatpentingdiperhatikan,adalah:
a. keluhanutama,adanya:
1) demam;
2) menggigil;
3) berkeringat;
4) dapatdisertaiolehsakit kepala,mualataumuntahataudisertaiolehgejala

khas daerah, seperti diare pada balita dan nyeri otot atau pegalpegal pada
orangdewasa.
b. riwayatbepergian12mingguyanglalukedaerahmalaria;
c. riwayattinggaldidaerahmalaria;
d. pernahmenderitamalaria(untukmengetahuiimunitas);
e. riwayat pernah mendapat pengobatan malaria (untuk mengetahui pernah
mendapatobatpencegahanataupengobatanterapeutik).
2. Pemeriksaanfisik;
a. suhu38c;
b. adanyapembesaranlimpa(splenomegali);
c. pembesaranhati(hepatomegali);
d. anemia.
3. Pengambilansediaandarah;
Puskesmas pembantu dapat melakukan pengambilan sediaan darah dan dikirim ke
puskesmasuntukpemeriksaanlaboratorium.
4. Diagnosamalaria;
a. Secara klinis (tanpa pemeriksaan laboratorium): malaria klinis ringan/tanpa
komplikasidanmalariaklinisberat/dengankomplikasi;
b. secaralaboratorium(denganpemeriksaansediaandarah);
1) malariaklinisringan/tanpakomplikasi;
a) malaria falciparum (tropika), disebabkan oleh parasit plasmodium

88

falciparum;
b) malaria vivax/ovale (tertiana, disebabkan oleh parasit plasmodium

vivax/ovale);
c) malariamalariae,disebabkanolehparasitplasmodiumfalciparum.
2) malariaberat/komplikasi,disebabkanolehparasitplasmodiumfalciparum.

5. Diagnosabanding.
Diagnosisbandinguntukpenyakitmalaria,antaralain:
a. demamtifoid;
demam terus menerus 5 7 hari dengan keluhan abdominal (diare, obstipasi)
lidahkotor,bradikardirelatif,roseola,leukopenia,limfositosisrelatif.
b. demamdengue;
demam lebih 5 hari, disertai manifestasi sakit kepala, nyeri tulang, perdarahan
padakulit(patekie,purpura,hematom).
c. ISPA(InfeksiSaluranPernapasanAkut);
penyakityangdisertaidengangejalabatuk,beringus,dansakitmenelan.
d. pengobatanmalariaklinis.
Penatalaksanaanmalariaberatataudengankomplikasi:
1) anamnesa;
a) adanyagejalamalariaringandisertaidengangejalamalariaberat/dengan

komplikasidiatas;
b) riwayatbepergian/tinggaldidaerahmalaria12mingguyanglalu;
c) riwayatpernahdapatpengobatanmalaria;
d) riwayatpernahmenderitamalaria;
e) pernahdikunjungiolehorangyangdatangdaridaerahmalaria.
2) pemeriksaanfisik;
a) temperatur40c;
b) tekanandarahsistolik<70mmhgpadaorangdewasadanpadaanakanak

<50mmhg;
c) nadicepatdanlemah/kecil;
d) frekuensinafas>35xpermenitpadaorangdewasaatau>40xpermenit

padabalita,anakdibawah1tahun>50xpermenit;

89

e) tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas berkurang, lidah

kering,produksiurineberkurang);
f)

tandatandaanemiaberat(konjungtivapucat,telapaktanganpucat,lidah
pucatdanlainlain);

g) pembesaranlimpadanatauhepar;
h) gagalginjalditandaidenganoligurisampaidengananuria;
i)

terlihatmatakuning;

j)

tandatandaperdarahandikulit(peteki,purpura,hematom).

3) pemeriksaanlaboratorium;

tidak dilaksanakan di pustu, petugas pustu mengambil sediaan darah untuk


diperiksadipuskesmas.
4) diagnosamalariaberat;

ditemukan Plamodium falciparum asexual dengan salah satu manifestasi


malaria berat, tanpa penyakit lain yang tidak menyebabkan manifestasi
diatas.
5) diagnosabanding;
a) Meningitis/ensefalitis;
b) Stroke(gangguancerebrovaskuler);
c) Hepatitis;
d) Leptospirosis;
e) Tipoidensefalitis;
f)

Adanya gejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan


tandatandatifoidlainnya;

g) Sepsis;

Adanya demam dengan fokal infeksi yang jelas, penurunan kesadaran,


gangguan sirkulasi, lekositosis dengan toksik granula didukung hasil
biakanmikrobiologi.
h) Gagalginjal.
6) pengobatan;

a) tindakanumum;
persiapan penderita malaria berat sebelum dirujuk ke puskesmas rawat

90

inapataurumahsakit:

perbaikikeadaanumumpenderita(bericairan,nutrisidanperawatan
umum);

ukursuhu,nadi,nafasdantekanandarah/tensisetiap30menit.

b) pemberianobatantimalaria;
Sebelum penderita dirujuk ke Puskesmas rawat inap atau Rumah Sakit
bilamemungkinkandilakukanpengobatansebagaiberikut:KinaHCl25%
(1ampulberisi500ml/2cc).
Sebelum dirujuk, 1 ampul Kina HCl, dosis 10 mg/kg BB dilarutkan dalam
500 ml dektrose 5% diberikan selama 8 jam diulang dengan cairan yang
samasetiap8jamsampaipenderitasadarataudapatminumobat.
Apabilatidakdapatdilakukaninfus,KinaHCLdapatjugadiberikansecara
intramuskuler tiap 8 jam pada dosis yang sama dengan pemberian
intravena(infus).
c) tindakankomplikasiorganumum.
Apabila ada kejangkejang, tindakan Phenobarbital (luminal) 100 mg
intramuskuler

kali

atau

Diazepam

10

20

mg

(intramuskuler/intravenus).
7) prognosa;

a) prognosa malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan


dankecepatanpengobatan;
b) prognosa malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik
daripadakegagalan2fungsiorgan;
c) mortalitasdengankegagalan3fungsiorganadalah>50%;
d) mortalitasdengankegagalan4ataulebihfungsiorganadalah>75%;
e) kepadatan parasit lebih 100.000 mortalitas >1%, kepadatan <100.000
mortalitas<1%,kepadatanparasit>500.000mortalitaslebih50%.
8) rujukanpenderita.

a) tingkatrujukan

semua penderita malaria berat dirujuk ke puskesmas atau rs


kabupaten/kota;

91

apabilapenderitatidakbersediadirujukkerumahsakitpalingkurang
maupundirujukkePuskesmasrawatinap.

b) caramerujuk

setiap merujuk penderita harus disertakan surat rujukan yang berisi


tentangdiagnosa,riwayatpenyakit,pemeriksaanyangtelahdilakukan
dantindakanyangsudahdiberikan;

apabiladibuatpreparatsediaandarahmalariaharusdiikutsertakan.

4) PencegahandanPenanggulanganPenyakitCampak
Pada dasarnya upaya pencegahan penyakit campak adalah
pemberian imunisasi pada usia yang tepat. Pada saat bencana,
kerawananterhadappenyakitinimeningkatkarena:
a) memburuknyastatuskesehatan,terutamastatusgizianakanak.
b) konsentrasipendudukpadasuatutempat/ruang(pengungsi).
c) mobilitaspendudukantarwilayahmeningkat(kunjungankeluarga).
d) cakupan imunisasi rendah yang akan meningkatkan kerawanan
yangberat.
Oleh karena itu pada saat bencana tindakan pencegahan
terhadap penyakit campak ini dilakukan dengan melaksanakan
imunisasi,dengankriteria:
a) jika cakupan imunisasi campak didesa yang mengalami bencana
<80%,tidakdilaksanakanimunisasimassal(sweeping).
b) jika cakupan imunisasi campak di desa bencana meragukan maka
dilaksanakan imunisasi tambahan massal (crash program) pada
setiap anak usia kurang dari 5 tahun (659 bulan), tanpa
memandang status imunisasi sebelumnya dengan target cakupan
95%.
Bilapadadaerahtersebutbelummelaksanakanimunisasicampak
secara rutin pada anak sekolah, imunisasi dasar juga diberikan pada
kelompok usia sekolah dasar kelas 1 sampai 6. Seringkali karena
suasanapadasaatdanpascabencanatidakmemungkinkandilakukan
imunisasimassal,makadiambillangkahsebagaiberikut:

92

a)

pengamatanketatterhadapmunculnyapenderitacampak.

b)

jika ditemukan satu penderita campak di daerah bencana,


imunisasi massal harus dilaksanakan pada kelompok pengungsi
tersebut, dengan sasaran anak usia 559 bulan dan anak usia
sekolah kelas 1 sampai 6 sd (bila belum melaksanakan bias
campak) sampai hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
penderita positif terkena campak. imunisasi tambahan massal
yang lebih luas dilakukan sesuai dengan kriteria imunisasi
tersebut.

c)

jika diterima laporan adanya penderita campak di luar daerah


bencana, tetapi terdapat kemudahan hubungan (kemudahan
penularan) dengan daerah bencana, penduduk di desa tersebut
dan daerah bencana harus diimunisasi massal (sweeping) sesuai
kriteriaimunisasi.

TatalaksanapenderitaCampak
Berikutadalahsistemtatalaksanapenderitacampak.
1. Rujukanpenderitacampakdarimasyarakatposkesehatan
Padasaatbencana,setiapkeluarga,ketuakelompokpengungsi,kepaladesamendorong
setiap anggota keluarganya yang menderita sakit panas untuk segera berobat ke pos
kesehatanterdekat(termasukpenderitacampak).
Petugas menetapkan diagnosis dan tatalaksana penderita campak dengan benar dan
segeramelaporkankepetugaspengamatanpenyakit.

2. Tatalaksanakasus

Batasankasuscampak:
a. menderitasakitpanas(dirabaataudiukurdengantermometer39c)
b. bercakkemerahan
c. dengansalahsatugejalatambahan:batuk,pilek,matamerah,diare

Komplikasiberatcampak
a. bronchopneumonia
b. radangtelingatengah
c. diare

93


3. Langkahlangkahtatalaksana
a. penetapandiagnosaberdasarkanbatasandiagnosadankomplikasi.
b. panas kurang dari 3 hari, atau panas tanpa bercak kemerahan dan tidak diketahui
adanyadiagnosalain,maka:
1) berikan:obatpenurunpanas(parasetamol)
2) anjuran:
a) makandanminumyangbanyak
b) membersihkanbadan
c) jikatimbulbercakkemerahanatausakitnyasemakinmemberat/belumsembuh,
berobatkembalikeposkesehatan.
c. panasdanbercakkemerahandengansalahsatugejalatambahan(panas37hari).
a. berikan:
a) penurunpanas(parasetamol)
b) antibiotik(ampisilin,kotrimoksasol),lihattatalaksanaispa
c) vitamina
d) oralit
b. anjuran:
a) makandanbanyakminum
b) membersihkanbadan
c) jika timbul komplikasi: diare hebat, sesak napas atau radang telinga tengah
(menangis,rewel),segerakembalikeposkesehatan.
d) jika3haripengobatanbelummembaik,segerakembalikeposkesehatan.

PenyelidikandanPenanggulanganKLBCampak

Halhal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan dan penanggulangan KLB campak,

antaralain:
1. sumberinformasikasuscampak;
a. pelaksanaanpengamatanpenyakit;
b. laporanpetugaspenanggulanganbencana;
c. laporan masyarakat(kepaladesa,ketuakelompokpengungsi atauanggota masyarakat
lain).

94

2. kriteriaKLB;
Satu kasus di daerah bencana pada keadaan bencana adalah KLB (masa darurat, masa
rehabilitasi).

3. langkahlangkahpenyelidikan;
a. penetapandiagnosa;
b. mencari kasus tambahan dengan pelacakan lapangan, informasi semua kepala desa,
ketuakelompokpengungsidankeluargadidaerahbencana;
c. membuatgrafikpenderitaberdasarkanwaktukejadiankasus;
d. membuatpemetaankasus;
e. menetapkandaerahdankelompokyangbanyakpenderita;
f. menetapkan daerah atau kelompok yang terancam penularan, karena alasan
kemudahanhubungandanalasanrendahnyacakupanimunisasi;
g. melaksanakan upaya pencegahan dan melaksanakan sistem tatalaksana penderita
campak;
h. pengamatanselamaduakalimasainkubasi.
Catatan:Padasaatimunisasimassal,pisahkanantarayangsakitdanyangsehat.

4. melaksanakan pengamatan (surveilans) ketat selama klb berlangsung, dengan sasaran


pengamatan;
a. penderita: peningkatan kasus, wilayah penyebaran dan banyaknya komplikasi dan
kematian;
b. cakupanimunisasisetelahimunisasimassal;
c. kecukupanobatdansaranapendukungpenanggulanganklb.

5. penggerakkankewaspadaanterhadappenderitacampakdanpentingnyapencegahan;
a. kepalawilayah:pengarahanpenggerakkankewaspadaan;
b. menyusunsistemtatalaksanapenderitacampak;
c. dukunganupayapencegahan(imunisasimassal).

5) PenyakitMenularSpesifikLokal
PenyakitspesifiklokaldiIndonesiacukupbervariasiberdasarkan
daerah Kabupaten/Kota, seperti penyakit hepatitis, leptospirosis,
penyakit akibat gangguan asap, serta penyakit lainnya. Penyakit ini

95

dideteksi keberadaannya apabila tersedia data awal kesakitan dan


kematiandisuatudaerah.

2.2. AirBersihdanSanitasi
a. Airbersih
Sepertidiketahuiairmerupakankebutuhanutamabagikehidupan,
demikianjugadenganmasyarakatpengungsiharusdapatterjangkauoleh
ketersediaan air bersih yang memadai untuk memelihara kesehatannya.
Bilamana air bersih dan sarana sanitasi telah tersedia, perlu dilakukan
upayapengawasandanperbaikankualitasairbersihdansaranasanitasi.
Pada tahap awal kejadian bencana atau pengungsian ketersediaan
air bersih perlu mendapat perhatian, karena tanpa adanya air bersih
sangat berpengaruh terhadap kebersihan dan meningkatkan risiko
terjadinyapenularanpenyakitsepertidiare,typhus,scabiesdanpenyakit
menularlainnya.
Tujuanutamaperbaikandanpengawasankualitasairadalahuntuk
mencegah timbulnya risiko kesehatan akibat penggunaan air yang tidak
memenuhipersyaratan.

1) Standarminimumkebutuhanairbersih
Prioritas pada hari pertama/awal kejadian bencana atau
pengungsian kebutuhan air bersih yang harus disediakan bagi
pengungsi adalah 5 liter/orang/hari. Jumlah ini dimaksudkan hanya
untuk memenuhi kebutuhan minimal, seperti masak, makan dan
minum.
Padaharikeduadanseterusnyaharussegeradiupayakanuntuk
meningkatkan volume air sampai sekurang kurangnya 1520
liter/orang/ hari. Volume sebesar ini diperlukan untuk memenuhi
kebutuhanminum,masak,mandidanmencuci.Bilamanahalinitidak
terpenuhi,sangatbesarpotensirisikoterjadinyapenularanpenyakit,
terutamapenyaktpenyakitberbasislingkungan.
96

Bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka melayani


korban bencana dan pengungsian, volume air bersih yang perlu
disediakandiPuskesmasataurumahsakitadalah50liter/org/hari.

2) Sumberairbersihdanpengolahannya
Bila sumberairbersihyangdigunakanuntukpengungsiberasal
dari air permukaan (sungai, danau, laut, dan lainlain), sumur gali,
sumur bor, mata air dan sebagainya, perlu segera dilakukan
pengamananterhadapsumbersumberairtersebutdarikemungkinan
terjadinya pencemaran, misalnya dengan melakukan pemagaran
ataupun pemasangan papan pengumuman dan dilakukan perbaikan
kualitasnya.
Bila sumber air diperoleh dari PDAM atau sumber lain yang
cukup jauh dengan tempat pengungsian, harus dilakukan
pengangkutandenganmenggunakanmobiltangkiair.
Untukpengolahandapatmenggunakanalatpenyulingair(water
purifier/watertreatmentplant).

3) Beberapacarapendistribusianairbersihberdasarkansumbernya
Pendistribusian air permukaan (sungai dan danau) diperlukan
pompauntukmemompaairketempatpengolahanairdankemudian
ketangkipenampunganairditempatpenampunganpengungsi.
Pendistribusiansumurgalibilamanadiperlukandapatdipasang
pompa untuk menyalurkan air ke tangki penampungan air. Apabila
menggunakan Sumur Pompa Tangan (SPT) bila lokasinya agak jauh
dari tempat penampungan pengungsi harus disediakan alat
pengangkutsepertigerobakairdansebagainya.
Pendistribusian dengan sumber mata air perlu dibuat bak
penampungan air untuk kemudian disalurkan dengan menggunakan
pompaketangkiair

97

4) Tangkipenampunganairbersihditempatpengungsian
Tempat penampungan air di lokasi pengungsi dapat berupa
tangki air yang dilengkapi dengan kran air. Untuk mencegah
terjadinyaantrianyangpanjangdaripengungsiyangakanmengambil
air,perludiperhatikanjaraktangkiairdaritendapengungsiminimum
30meterdanmaksimum500meter.
Untukkeperluanpenampunganairbagikepentinganseharihari
keluarga pengungsi, sebaiknya setiap keluarga pengungsi disediakan
tempatpenampunganairkeluargadalambentukemberataujerigen
volume20liter.

5) PerbaikandanPengawasanKualitasAirBersih
Pada situasi bencana dan pengungsian umumnya sulit
memperoleh air bersih yang sudah memenuhi persyaratan, oleh
karenaituapabilaairyangtersediatidakmemenuhisyarat,baikdari
segifisikmaupunbakteriologis,perludilakukan:

buangatausingkirkanbahanpencemar;

lakukanpenjernihanairsecaracepatapabilatingkatkekeruhanair
yangadacukuptinggi;

lakukan desinfeksi terhadap air yang ada dengan menggunakan


bahanbahandesinfektanuntukair;

periksakadarsisaklorbilamanaairdikirimdariPDAM;

lakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titiktitik


distribusi.

a) PerbaikanKualitasAir
Bilamanaairyangtersediatidakmemenuhisyarat,baikdari
segi fisik maupun bakteriologis dapat dilakukan upaya perbaikan
kualitasairantaralainsebagaiberikut:

(1) penjernihanaircepat,menggunakan:
(a) alumuniumsulfat(tawas);

98

(b) polyalumuniumchlorida(PAC).

Lazimdisebutpenjernihaircepatyaitupolimerdarigaram
alumunium chloride yang dipergunakan sebagai koagulan
dalam proses penjernihan air sebagai pengganti
alumuniumsulfat.KemasanPACterdiridari:
cairan

yaitu

koagulan

yang

berfungsi

untuk

menggumpalkankotoran/lumpuryangadadidalamair;
bubuk putih yaitu kapur yang berfungsi untuk
menetralisirpH.

Penjernihaircepat,menggunakan:
1. Alumuniumsulfat(tawas)

Carapenggunaan:
a.

sediakanairbakuyangakandijernihkandalamember20liter;

b. tuangkan/campurantawasyangsudahdigerussebanyaksendoktehdan
langsungdiadukperlahanselama5menitsampailarutanmerata;
c.

diamkan selama 1020 menit sampai terbentuk gumpalan/flok dari


kotoran/lumpur dan biarkan mengendap. pisahkan bagian air yang jernih
yang berada di atas endapan, atau gunakan selang plastik untuk
mendapatkanairbersihyangsiapdigunakan;

d. bilaakandigunakanuntukairminumagarterlebihdahuludirebussampai
mendidihataudidesinfeksidenganaquatabs.
2. PolyAlumuniumChlorida(PAC)

Lazimdisebutpenjernihaircepatyaitupolimerdarigaramalumuniumchloride
yang dipergunakan sebagai koagulan dalam proses penjernihan air sebagai
penggantialumuniumsulfat.

KemasanPACterdiridari:
a.

cairan yaitu koagulan yang berfungsi untuk menggumpalkan kotoran/


lumpuryangadadidalamair;

b. bubukputihyaitukapuryangberfungsiuntukmenetralisirpH.

99

Carapenggunaan:
a.

sediakanairbakuyangakandijernihkandalamembersebanyak100liter;

b. bila air baku tersebut ph nya rendah (asam), tuangkan kapur (kantung
bubuk putih) terlebih dahulu agar ph air tersebut menjadi netral (pH=7).
bilaphairbakusudahnetraltidakperludigunakanlagikapur;
c.

tuangkanlarutanpac(kantunga)kedalamemberyangberisiairlaluaduk
perlahanlahanselama5menitsampailarutantersebutmerata;

d. setelah diaduk merata biarkan selama 5 10 menit sampai terbentuk


gumpalan/flokflokdarikotoran/lumpurdanmengendap.pisahkanairyang
jernih dari endapan atau gunakan selang plastik untuk mendapatkan air
bersihyangsiapdigunakan;
e.

bilaakandigunakansebagaiairminmagarterlebihdahuludirebussampai
mendidihataudidesinfeksidenganaquatabs.

(2) desinfeksiair
Prosesdesinfeksiairdapatmenggunakan:
(a) kaporit(Ca(OCl)2)
airyangtelahdijernihkandengantawasatauPACperlu

dilakukan desinfeksi agar tidak mengandung kuman


patogen. Bahan desinfektan untuk air yang umum
digunakanadalahkaporit(70%kloraktif);
kaporit adalah bahan kimia yang banyak digunakan

untukdesinfeksiairkarenamurah,mudahdidapatdan
mudahdalampenggunaanya;
banyaknya kaporit yang dibutuhkan untuk desinfeksi

100 liter air untuk 1 KK (5 orang) dengan sisa klor 0,2


mg/literadalahsebesar71,43mg/hari(72mg/hari).
(b) aquatabs(aquatablet)
sesuai namanya Aquatabs berbentuk tablet, setiap

tablet

aquatabs

(8,5

mg)

digunakan

untuk

100

mendesinfeksi20literairbersih,dengansisakloryang
dihasilkan0,10,15mg/liter;
setiap 1 KK (5 jiwa) dibutuhkan 5 tablet aquatabs per

hariuntukmendesinfeksi100literairbersih.
air rahmat, merupakan bahan desinfeksi untuk

memperbaikikualitasairbersih.

b) Pengawasankualitasair
Pengawasan kualitas air dapat dibagi menjadi beberapa
tahapan,antaralain:
(1) padaawaldistribusiair
(a) airyangtidakdilakukanpengolahanawal,perludilakukan

pengawasan mikrobiologi, tetapi untuk melihat secara


visual tempatnya, cukup menilai ada tidaknya bahan
pencemardisekitarsumberairyangdigunakan;
(b) Perlu dilakukan test kekeruhan air untuk menentukan

perlutidaknyadilakukanpengolahanawal;
(c) Perlu dilakukan test pH air, karena untuk desinfeksi air

memerlukan proses lebih lanjut bilamana pH air sangat


tinggi(pH>5);
(d) Kadar klor harus tetap dipertahankan agar tetap 2 kali

padakadarklordikranterakhir(rantaiakhir),yaitu0,61
mg/literair;
(2) pada distribusi air (tahap penyaluran air), seperti di mobil
tangkiairperludilakukanpemeriksaankadarsisaklor;
(3) pada akhir distribusi air, seperti di tangki penampungan air,
bila air tidak mengandung sisa klor lagi perlu dilakukan
pemeriksaanbakteriColiform;
Pemeriksaankualitasairsecaraberkalaperludilakukanmeliputi:
(1) sisa klor, pemeriksaan dilakukan beberapa kali sehari pada
setiaptahapandistribusiuntukairyangmelewatipengolahan;

101

(2) kekeruhan dan pH, pemeriksaan dilakukan mingguan atau


bilamanaterjadiperubahancuaca,misalkanhujan;
(3) bakteriE.colitinja,pemeriksaandilakukanmingguansaatKLB
diaremaupunpadaperiodetanggapdaruratdanpemeriksaan
dilakukan bulanan pada situasi yang sudah stabil atau pada
periodepascabencana.

b. Pembuangankotoran
Jikatidakterjadipengungsiantetapisaranayangadatergenangair
sehingga tidak dapat digunakan, maka harus disediakan jamban mobile
atau jamban kolektif darurat dengan memanfaatkan drum atau bahan
lain.Padasaatterjadipengungsianmakalangkahlangkahyangdiperlukan
adalahsebagaiberikut:
1) pada awal terjadinya pengungsian perlu dibuat jamban umum yang
dapat menampung kebutuhan sejumlah pengungsi. Contoh jamban
yang sederhana dan dapat disediakan dengan cepat adalah Jamban
dengangalianparit, jambankolektif(jambanjamak),Jambankolektif
dengan menggunakan drum bekas dan Jamban mobile (dapat
dikuras). Untuk jamban mobile pemeliharaan dan pemanfaatannya,
dilakukan kerjasama antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Dinas Kebersihan/Dinas Pekerjaan Umumn, terutama dalam
pengurasan jamban bilamana perlu. Pada awal pengungsian 1 (satu)
jamban dipakai oleh 50 100 org. Pemeliharaan terhadap jamban
harus dilakukan dan diawasi secara ketat dan lakukan desinfeksi di
areasekitarjambandenganmenggunakankapur,lisoldanlainlain;
2) pada hari hari berikutnya setelah masa emergency berakhir,
pembangunan jamban darurat harus segera dilakukan dan 1 (satu)
jambandisarankandipakaitidaklebihdari20orang.
Jambanyangdibangundilokasipengungsidisarankan:
1) adapemisahanperuntukannyakhususlakilakidanwanita;
2) lokasimaksimal50meterdaritendapengungsidanminimal30meter
darisumberair;
102

3) jarak minimal antara jamban terhadap lokasi sarana air bersih 10


meter;
4) konstruksi jamban harus kuat dan dilengkapi dengan tutup pada
lubang jamban agar tidak menjadi tempat berkembang biak lalat,
kecoa dan binatang pengganggu lainnya. Selain itu juga harus
mempertimbangkan tinggi permukaan air tanah, musim, dan
komposisitanah;
5) pembuatanjambanharus disesuaikandengan kondisisosial,budaya,
kepercayaan dan kebiasaan dari para pengungsi dengan
memperhatikan Jumlah pengungsi dan penyebarannya juga
ketersediaanmateriallokal.

c. Sanitasipengelolaansampah
Komposisi sampah di tempat pengungsian pada umumnya terdiri
dari sampah yang dihasilkan oleh pengungsi (domestic waste) dan
kegiatanpelayanankesehatan(medicalwaste).
Pengelolaan sampah di tempat penampungan pengungsi harus
mendapat perhatian dari semua pihak, mengingat risiko yang dapat
ditimbulkannya bilamana tidak dikelola dengan baik seperti munculnya
lalat, tikus, bau, serta dapat mencemari sumber/persediaan air bersih
yang ada. Dalam pengelolaan sampah di pengungsian, harus dilakukan
kerjasama antara pengungsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas
kebersihan

kabupaten/kota

untuk

proses

pengumpulan

dan

pengangkutanketempatpembuanganakhirsampah.
Kegiatanyangdilakukandalamupayasanitasipengelolaansampah,
antaralain:
1) pengumpulansampah;
a) sampah yang dihasilkan harus ditampung pada tempat sampah
keluargaatausekelompokkeluarga;
b) disarankanmenggunakantempatsampahyangdapatditutupdan
mudah dipindahkan/diangkat untuk menghindari lalat serta bau,

103

untuk itu dapat digunakan potongan drum atau kantung plastik


sampahukuran1mx0,6muntuk13keluarga;
c) penempatan tempat sampah maksimum 15 meter dari tempat
hunian;
d) sampah ditempat sampah tersebut maksimum 3(tiga) hari harus
sudah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau tempat
pengumpulansementara.
2) pengangkutansampah;
Pengangkutansampahdapatdilakukandengangerobaksampahatau
dengan truk pengangkut sampah untuk diangkut ke tempat
pembuanganakhir.
3) pembuanganakhirsampah;
Pembuangan akhir sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara,
seperti pembakaran, penimbunan dalam lubang galian atau parit
dengan ukuran dalam 2 meter lebar 1,5 meter dan panjang 1 meter
untuk keperluan 200 orang. Perlu diperhatikan bahwa lokasi
pembuangan akhir harus jauh dari tempat hunian dan jarak minimal
darisumberair10meter.
4) pengawasandanpengendalianvektor.
Berbagai jenis vektor seperti lalat, tikus serta nyamuk dapat
berkembang dari pengelolaan sampah yang tidak tepat di lokasi
pengungsi.Upayayangdilakukanberupa:
a) pembuangansampah/sisamakanandenganbaik;
b) bilamanadiperlukandapatmenggunakaninsektisida;
c) tetap menjaga kebersihan individu selama berada di lokasi
pengungsi;
d) penyediaan sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan
pembuangansampahyangbaik.

d. Pengawasandanpengamananmakanandanminuman
Dalam pengelolaan makanan dan minuman pada bencana (untuk
konsumsi orang banyak), harus memperhatikan kaedah hygiene sanitasi
104

makanandanminuman(HSMM),untukmenghindariterjadinyapenyakit
bawaanmakanantermasukdiare,disentri,korela,hepatitisAdantifoid,
atau keracunan makanan dan minuman, berdasarkan pedoman WHO
Ensuring food safety in the aftermath of natural disasters antara lain
yaitu:
1) semuabahanmakanandanmakananyangakandidistribusikanharus
sesuaiuntukkonsumsimanusiabaikdarisegigizidanbudaya;
2) makanan yang akan didistribusikan sebaiknya dalam bentuk kering
danpenerimamengetahuicaramenyiapkanmakanan;
3) stokharusdiceksecarateraturdanpisahkanstokyangrusak;
4) petugasyangmenyiapkanmakananharusterlatihdalamhigienedan
prinsipmenyiapkanmakanansecaraaman;
5) petugas yang menyiapkan makanan sebaiknya tidak sedang sakit
dengan gejala berikut : sakit kuning, diare, muntah, demam, nyeri
tenggorok (dengan demam), lesi kulit terinfeksi atau keluarnya
dischargedaritelinga,mataatauhidung;
6) petugas kebersihan harus terlatih dalam menjaga dapur umum dan
areasekitarnyatetapbersih;
7) airdansabundisediakanuntukkebersihanpersonal;
8) makanan harus disimpan dalam wadah yang melindungi dari tikus,
seranggaatauhewanlainnya;
9) di daerah yang terkena banjir, makanan yang masih utuh harus
dipindahkanketempatkering;
10) buanglahmakanankalengyangrusak,ataubocor;
11) periksasemuamakanankeringdarikerusakanfisik,tumbuhnyajamur
darisayuran,buahdanserealkering;
12) airbersihuntukmenyiapkanmakanan;dan
13) saranacucitangandanalatmakanharusdisiapkan.

Sebagai tambahan, WHO juga mengeluarkan panduan kunci


keamananpangan(WHOFiveKeysforSaferFood):
1) jagakebersihanmakanan;

105

2) pisahkanbahanmentahdanmakananyangsudahdimasak;
3) masaksecaramenyeluruh;
4) jagamakananpadasuhuaman;
5) gunakanairdanbahanmentahmakananyangaman.
.
Termasuk dalam hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya
untuk

mengendalikan

faktor

makanan,

orang,

tempat,

dan

perlengkapannyayangdapatataumungkindapatmenimbulkanpenyakit
ataugangguankesehatan.

2.3. Pelayanankesehatangizi
a. Surveilansgizidarurat
1) Registrasipengungsi
Registrasiperludilakukansecepatmungkinuntukmengetahuijumlah
kepalakeluarga,jumlahjiwa,jeniskelamin,usiadankelompokrawan
(balita, bumil, buteki, dan usila). Di samping itu diperlukan data
penunjanglainnyamisalnya:luaswilayah,jumlahtempatpengungsian
dan sarana air bersih. Data tersebut digunakan untuk menghitung
kebutuhan bahan makanan pada tahap penyelamatan dan
merencanakantahapansurveilansberikutnya.
2) Pengumpulandatadasargizi
Data yang dikumpulkan adalah data antropometri yang meliputi,
berat badan, tinggi badan dan umur untuk menentukan status gizi,
dikumpulkanmelaluisurveidenganmetodologisurveilansatausurvei
cepat.Disampingitudiperlukandatapenunjanglainnyaseperti,data
penyakit yang berpotensi KLB (diare, ISPA, pneumonia, campak,
malaria),angkakematiankasardankematianbalita.Datapenunjang
inidiperolehdarisumberterkaitlainnya,sepertisurveipenyakitdari
P2PL. Dataini digunakanuntuk menentukantingkat kedaruratan gizi
danjenisintervensiyangdiperlukan.
3) Penapisan

106

Penapisan dilakukan apabila diperlukan intervensi PMT darurat


terbatas dan PMT terapi. Untuk itu dilakukan pengukuran
antropometri (BB/TB) semua anak untuk menentukan sasaran
intervensi. Pada kelompok rentan lainnya seperti bumil, buteki dan
usila, penapisan dilakukan dengan melakukan pengukuran Lingkar
LenganAtas/LILA.
Untuk kegiatan surveilans gizi pengungsi, beberapa hal yang perlu
disiapkanadalah:
a) petugas pelaksana adalah tenaga gizi (ahli gizi atau tenaga
pelaksana gizi) yang sudah mendapat latihan khusus
penanggulangan gizi dalam keadaan darurat. Jumlah petugas
pelaksana gizi minimal tiga orang tenaga gizi terlatih, agar
surveilans dapat dilakukan secepat mungkin. Tenaga pelaksana
gizi ini akan bekerja secara tim dengan surveilans penyakit atau
tenagakedaruratanlainnya;
b) alatuntukidentifikasi,pengumpulandatadasar,pemantauandan
evaluasi:
(1) formulir untuk registrasi awal, pengumpulan data dasar,
screening/penapisan serta formulir untuk pemantauan dan
evaluasisecaraperiodik;
(2) alat ukur antropometri untuk balita dan kelompok umur
golongan rawan lainnya. untuk balita diperlukan timbangan
beratbadan(dacin/salter),alatukurpanjangbadan(portable),
danmedline(meteran);
(3) monitoringpertumbuhanuntukbalita(KMS);
(4) jika memungkinkan disiapkan komputer yang dilengkapi
dengansistemaplikasiuntukpemantauansetiapindividu.
c) melakukan kajian data surveilans gizi dengan mengintegrasikan
informasi dari surveilans lainnya seperti data penyakit dan
kematian.

107

b. Penanganangizidarurat
1) Penanganangizidaruratpadabayidananak
Penanganangizi umum dalamsituasidaruratterdiridari2tahapyaitu
tahappenyelamatandantahaptanggapdarurat.
a) TahapPenyelamatan
Tahap penyelamatan terdiri dari 2 fase, setiap fase sebaiknya ada
rentangwaktunya.
(1) Fasepertama

Pemberian makanan pada fase ini bertujuan agar pengungsi


tidaklapardandapatmempertahankanstatusgizinya.
Tahapinidilakukanpadakondisisebagaiberikut:
(a) korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum dalam

pengungsian;
(b) petugas belum sempat mengidentifikasi korban secara

lengkap;
(c) bantuanpangansudahmulaiberdatangan;
(d) adanyapenyelenggaraandapurumum;
(e) tenaga gizi mulai terlibat sebagai penyusun menu dan

mengawasipenyelenggarandapurumum.
Padafaseinimenentukankebutuhangizidilakukandengancara:
(a) menghitungjumlahkorbanberdasarkankelompokumurdan

merencanakan kebutuhan gizi dilakukan oleh tenaga gizi,


yangterlibatdidapurumum;
(b) setiap orang diperhitungkan menerima porsi makanan

senilai2.100Kkal,dan50gramproteinperhari;
(c) pemeriksaan Cepat untuk mendapatkan informasi adanya

masalah gizi pada bayi, balita dan ibu hamil melalui


pengukuranLILA;
(d) menyusun menu menurut kelompok sasaran yang

didasarkan kepada jenis bahan makanan yang tersedia


(menyajikandaftarmenu);

108

(e) menghitung kebutuhan bahan makanan didasarkan kepada

kelompoksasaran.
Menentukanjenisintervensigizi,dilakukandengancara:
(a) melakukanskriningstatusgizibayidanbalitasertaibuhamil

menggunakanpitaLila;
(b) menentukan pengelolaan makanan di dapur umum yang

meliputi:

tempatpengolahan;

sumberbahanmakanan;

petugaspelaksana;

caramengolah;

caradistribusi;

peralatanmakandanpengolahan;

pengawasanpenyelenggaraanmakanan.

(c) pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi

korbanbencanadaridampakburukakibatbantuantersebut
seperti diare, infeksi, keracunan, dan lainlain, yang
meliputi:

tempat penyimpanan bantuan bahan makanan harus


dipisah antara bahan makanan umum dan bahan
makanankhususuntukbayidananak,

jenisjenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk


makanan dalam kemasan, susu formula dan makanan
suplemen,

bantuan bahan makanan produk dalam negeri harus


diteliti nomor registrasi (MD), tanggal kadaluarsa,
sertifikasi halal, aturan cara penyiapan dan target
konsumen,

bantuan bahan makanan produk luar negeri harus


diteliti nomor registrasi (ML), bahasa, tanggal

109

kadaluarsa, aturan cara penyiapan dan target


konsumen,

bantuanbahanmakananyanglangsungberasaldariluar
negeri harus diteliti bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan
carapenyiapandantargetkonsumen,

Jika tidak memenuhi syaratsyarat tersebut, petugas


harus mengeluarkan bahan makanan tersebut dari
daftar logistik, dan segera melaporkan kepada
KoordinatorPelaksana.

(2) Fasekedua

Fase kedua dimulai setelah fase pertama selesai. Pada fase ini
sudah ada gambaran lebih rinci tentang keadaan pengungsi
seperti jumlah menurut golongan umur dan jenis kelamin,
keadaan lingkungan, keadaan penyakit, dan sebagainya,
sehingga perencanaan pemberian makanan sudah lebih terinci.
Kegiatanyangdilakukanmeliputi:
(a) pengumpulan dan pengolahan data status gizi sebagai

tindaklanjuthasilskriningpadafasepertama;
(b) status gizi ditentukan dengan menggunakan indeks berat

badanmenuruttinggibadanataupanjangbadan(BB/TBPB);
(c) menentukan strategi intervensi berdasarkan hasil analisis

statusgizi,termasukrencanapemantauandenganmemakai
indikatorBB/TBPB;
(d) merencanakankebutuhansuplementasigizi,khususnyabagi

kelompoksasaranyangmembutuhkan;
(e) menyediakan paket bantuan pangan (ransum) yang cukup

danmudahdikonsumsiolehsemuagolonganumurdengan
standarminimal:

senilai 2.100 Kkal, dan 50 gram protein per hari,


terlampircontohcontohbahanmakananransum;

110

perhitungan kebutuhan gizi didasarkan data pengungsi


menurutkelompoksasaran;

diusahakan menu makanan dapat sesuai dengan


kebiasaan makan setempat, mudah diangkut, disimpan
dan didistribusikan serta memenuhi kebutuhan vitamin
danmineral.

b) TahapTanggapDarurat
Tahapinidimulaisetelahtahappenyelamatanselesaidilaksanakan,
dengantujuanmenanggulangimasalahgizimelaluiintervensisesuai
tingkat kedaruratan. Kegiatan dalam tahap tanggap darurat
meliputi:
(1) menghitung prevalensi status gizi balita berdasarkan indeks
BB/TBPB dan menganalisis adanya faktor pemburuk seperti
kejadiandiare,campak,demamberdarah,danlainlain.
(2) melaksanakan

pemberian

makanan

sesuai

dengan

perkembangankondisikedaruratan.
(a) Usia 25 tahun, makanan utama yang diberikan sebaiknya

berasal dari makanan keluarga, yang tinggi energi, vitamin


dan mineral. Makanan pokok yang dapat diberikan seperti
nasi, ubi, singkong, jagung, lauk pauk, sayur dan buah.
Bantuan pangan yang dapat diberikan berupa makanan
pokok,kacangkacangandanminyaksayur;
(b) Ibuhamildanmenyusui,perlupenambahanenergisebanyak

300kkaldanprotein17gram,sedangkanibumenyusuiperlu
penambahanenergi500Kkaldanprotein17gram;
(c) Usialanjut,perlumakanandalamporsikeciltetapipadatgizi

dan mudah dicerna. Dalam pemberian makanan pada usia


lanjut harus memperhatikan faktor psikologis dan fisiologis
agarmakananyangdisajikandapatdihabiskan.Dalamsituasi
tertentu, kelompok usia lanjut dapat diberikan bubur atau
biskuit.

111

(3) melaksanakanpemberianmakanantambahandansuplementasi
gizi.
(a) khusus anak yang menderita gizi kurang, perlu diberikan
makanan tambahan disamping makanan keluarga, seperti
kudapan/jajanan, dengan nilai energi 350 Kkal dan protein
15gperhari;
(b) ibu hamil perlu diberikan 1 tablet Fe setiap hari, selama 90
hari;
(c) ibu nifas (042 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis
200.000IU(1kapsulpadaharipertamadan1kapsullagihari
berikutnya,selangwaktuminimal24jam);
(d) melakukan modifikasi/perbaikan intervensi sesuai dengan
perubahantingkatkedaruratan:

prevalensi Balita Kurus >15% atau 10 14,9% dengan


faktor pemburuk, diberikan PMT darurat untuk balita,
ibuhamil,ibumenyusuidanusila.Ketentuankecukupan
gizipadaPMTdaruratterlampir;

prevalensi Balita Kurus 1014,9% atau 59,9% dengan


faktor pemburuk diberikan PMT pada balita, ibu hamil,
ibumenetekidanlansiayangkuranggizi;

prevalensi Balita Kurus <10% tanpa faktor pemburuk


atau <5% dengan faktor pemburuk maka dilakukan
penanganan penderita gizi kurang melalui pelayanan
kesehatansetempat;

melakukan penyuluhan kelompok dan konseling


perorangan dengan materi sesuai dengan kondisi saat
itu;

memantau perkembangan status gizi balita melalui


surveilans.

2) Penanganangizipadakelompokdewasa
Polapemberianmakan:
112

a) pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan ketersediaan bahan


makanandigudang;
b) keragaman menu makanan dan jadwal pemberian disesuaikan
dengankemampuantenagapelaksana,dibawahKoordinatordapur
umum.DaftarMenuHarianditempelditempatyangmudahdilihat
olehpelaksanapengolahanmakanan;
c) pemberianmakanan/minuman/suplemenharusdidasarkankepada
arahanTimDokterdanAhliGiziyangmenanganiagarterhindardari
dampaknegatifyangditimbulkan.
3) PenanganangizipadaAnakusia25tahun,Ibuhamil,Ibumenyusui,dan
usialanjut
Pemilihanjenismakanandilakukandenganmemperhatikan:
a) petugas gizi melakukan identifikasi ketersediaan bahan makanan
yangdiperlukan;
b) petugas gizi menyusun menu dan porsi untuk setiap kelompok
sasaran;
c) hindari penggunaan susu dan makanan lain yang dalam
penyiapannya menggunakan air, penyimpanan yang tidak higienis,
karenaberisikoterjadinyadiare,infeksidankeracunan.
Polapemberianmakan:
a) keragaman menu makanan dan jadwal pemberian disesuaikan
dengankemampuantenagapelaksana,dibawahkoordinatordapur
umum.daftarmenuharianditempelditempatyangmudahdilihat
olehpelaksanapengolahanmakanan;
b) pemberian kapsul vitamin a untuk balita tetap dilaksanakan sesuai
siklusdistribusibulanfebruaridanagustus;
c) ibuhamiltetapmendapatkantabletfesesuaiaturan;
d) lamanyafasepertamatergantungdarisituasidankondisisetempat
didaerahbencana.

113

c. PemberianMakananBayidanAnak(PMBA)usia024Bulan
Anak usia 024 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus
mengalami situasi darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan
denganperubahankonsumsimakanandankondisilingkunganyangterjadi
tibatiba. Oleh karena itu, dari aspek penanganan gizi perlu perhatian
khusus.
1) PrinsipPMBApadasituasidarurat
PrinsippenyelenggaraanPMBAdalamsituasidaruratsebagaiberikut:
a) pemberian ASI pada bayi/baduta sangat penting tetap diberikan
padasituasidarurat;
b) PMBA merupakan bagian dari penanganan gizi dalam situasi
darurat;
c) PMBA dalam situasi darurat harus dilakukan dengan benar dan
tepatwaktu;
d) institusi penyelenggara PMBA adalah Dinas Kesehatan setempat
yangmempunyaitenagaterlatihpenyelenggaraPMBAdalamsituasi
darurat;
e) dinas kesehatan setempat yang belum memiliki atau keterbatasan
tenaga pelaksana PMBA dalam situasi darurat, dapat meminta
bantuantenagadaridinaskesehatanlainnya;
f) PMBAharusdiintegrasikanpadapelayanankesehatanibu,bayidan
anak;
g) penyelenggaraanPMBAdiawalidenganPenilaianCepat(RHA)untuk
mengidentifikasi kedaaan ibu, bayi dan anak termasuk bayi dan
anakpiatu;
h) ransumpangandaruratharusmencakupkebutuhanmakananyang
tepat dan aman dalam memenuhi kecukupan gizi bayi dan anak
denganmencantumkankodeproduksisertatanggalkadaluarsanya;
i) susu formula, produk susu lainnya, botol dan dot tidak termasuk
dalampengadaanransumdarurat.
2) PelaksanaanPMBApadasituasidarurat
a) Penilaiancepat
114

Penilaiancepatdilakukansebagaiberikut:
(1) dilakukanuntukmendapatkandatatentangjumlahdankeadaan

ibumenyusui,bayidananaktermasukbayipiatu;
(2) dilakukan pada tahap penyelamatan fase sebagai bagian dari

menghitungkebutuhangizi;
(3) dilakukan oleh tenaga gizi/ nutrisionis yang terlibat dalam

penangananbencana;
(4) dilakukan dengan mencatat, mengolah dan melaporkan data

tentang jumlah dan keadaan ibu menyusui, bayi dan anak


termasukbayipiatu.
Instrumenpenilaiancepatmeliputi:
(1) profil penduduk terutama kelompok rawan (ibu menyusui,

bayi,anak,ibuhamildananakyangkehilangankeluarga);
(2) kebiasaan penduduk dalam PMBA, termasuk pemberian ASI

eksklusifdanbayipiatu;
(3) keberadaansusuformula,botoldandot;
(4) dataASIeksklusifdanPMASIsebelumbencana;
(5) resikokeamananpadaibudananak.

Jika hasil penilaian cepat memerlukan tambahan informasi,


lakukan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif sebagai
bagian dari analisis faktor resiko penyebab masalah gizi dalam
situasidarurat.
(1) Datakualitatifmeliputi:

(a) aksesketersediaanpanganterutamabagibayidananak;
(b) kondisi lingkungan misalnya sumber air dan kualitas air
bersih, bahan bakar, sanitasi, MCK, perumahan, fasilitas
penyelenggaraanmakanan;
(c) dukungan pertolongan persalinan, pelayanan postnatal
(ibu nifas dan bayi neonatus) serta perawatan bayi dan
anak;
(d) faktorfaktorpenghambatbayimenyusuidanPMBA;

115

(e) kapasitas dukungan potensial pemberian ASI eksklusif


(kelompok Busui, tenaga kesehatan terlatih, konselor
menyusui,LSMperempuanyangberpengalaman);
(f) kebiasaan

PMBA

termasuk

cara

pemberiannya

(cangkir/botol), kebiasaan PMBA sebelum situasi darurat


danperubahannya.
(2) DataKuantitatifmeliputi:

(a) jumlah bayi dan anak baduta dengan atau tanpa keluarga
menurut kelompok umur; 0<6 bulan, 611 bulan, 1223
bulan;
(b) jumlahibumenyusuiyangsudahtidakmenyusuilagi;
(c) angka kesakitan dan kematian bayi dan anak di
pengungsian.

b) IntervensiGizi
(1) Bayi

(a) TetapdiberiASI;
(b) Bilabayipiatu,bayiterpisahdariibunyaatauibutidakdapat
memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu
susu/donor;
(c) Bila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor,
bayi diberikan susu formula dengan pengawasan atau
didampingiolehpetugaskesehatan.
(2) Baduta

(a) TetapdiberiASI;
(b) Pemberian MPASI yang difortifikasi dengan zat gizi mikro,
pabrikanataumakananlokalpadaanakusia623bulan;
(c) Pemberian makanan olahan yang berasal dari bantuan
ransumumumyangmempunyainilaigizitinggi;
(d) PemberiankapsulvitaminAwarnabirupadabayiusia611
bulandankapsulvitaminAwarnamerahpadaanakusia12
59bulan;
116

(e) Dapur umum wajib menyediakan makanan olahan untuk


untukanakusia624bulan(resepterlampir);
(f) Air minum dalam kemasan di upayakan selalu tersedia di
tempatpengungsian.
(3) Anak>5tahun

3) DukunganuntukkeberhasilanPMBA
Untuk mendukung keberhasilan PMBA di pengungsian dan fasilitas
kesehatan:
a) penyediaantenagakonselormenyusuidipengungsian;
b) tenaga kesehatan, relawan kesehatan dan LSM/NGO kesehatan
memberikan perlindungan, promosi dan dukungan kepada ibuibu
untukkeberhasilanmenyusuitermasukrelaktasi;
c) memberikankonselingmenyusuidanpemberianmakananbayidan
anak (PMBA) di pengungsian, Rumah Sakit lapangan dan tempat
pelayanankesehatanlainnyayangadadilokasibencana;
d) pembentukan pos pemeliharaan dan pemulihan gizi bayi dan
baduta;
e) melakukanpendampingankepadakeluargayangmemilikibayiatau
anakyangmenderitamasalahgizi.

4) Penangananbantuandanpersediaansusuformula/PASI
a) memberikan informasi kepada donor dan media massa bahwa
bantuan berupa susu formula/PASI, botol dan dot pada korban
bencanatidakdiperlukan;
b) bantuanberupasusuformula/PASIharusmendapatizindariKepala
DinasKesehatansetempat;
c) pendistribusian dan pemanfaatan susu formula/PASI harus diawasi
secara ketat oleh petugas kesehatan, puskesmas dan dinas
kesehatansetempat.

117

Kriteriabayidanbadutayangmendapatsusuformula/PASI:
a) bayi dan baduta yang benarbenar membutuhkan sesuai
pertimbangan profesional tenaga kesehatan yang berkompeten
(indikasimedis);
b) bayi dan baduta yang sudah menggunakan susu formula sebelum
situasidarurat;
c) bayidanbadutayangtidakmendapatibuASI/donor;
d) bayidanbadutayangibunyameninggal,ibusakitkeras,ibusedang
menjalanirelaktasi,ibumenderitaHIV+danmemilihtidakmenyusui
bayinya serta ibu korban perkosaan yang tidak mau menyusui
bayinya.

Carapenyiapandanpemberiansusuformula:
a) gunakan cangkir atau gelas yang mudah dibersihkan, diberikan
sabununtukmencucialatyangdigunakan;
b) gunakan selalu alat yang bersih untuk membuat susu dan
menyimpannyadenganbenar;
c) sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk (jangan menakar
menggunakanbotolsusu);
d) sediakan bahan bakar untuk memasak air dan gunakan air bersih,
jikamemungkinkangunakanairminumdalamkemasan;
e) lakukanpendampinganuntukmemberikankonselingmenyusui.

5) Pemantauanstatusgizikorbanbencana
a) pemantauan

status

gizi

diperlukan

untuk

mengetahui

perkembanganstatusgizibayidanbalitakorbanbencana;
b) pemantauan status gizi dilakukan sejak terjadinya bencana
dilanjutkansecaraberkala(2minggusekali)sampaikeadaandarurat
dinyatakanberakhirolehpemerintahdaerahsetempat;
c) pemantauan status gizi dilakukan oleh tenaga gizi/nutrisionis yang
terllibatdalampenangananbencana;

118

d) Indikator yang digunakan dalam pemantauan status gizi korban


bencanaadalah:
(1) BB/TBPBuntukbayidanbalita.
(2) LILAuntukibuhamil
Pemantauanstatusgizidilakukandengancara:
a) memanfaatkanhasilpenapisandenganpitaLILA;
b) semua bayi dan balita yang hasil LILA < 11,5 cm dilakukan
penilaianstatusgizidenganBB/TBPB;
c) semua ibu hamil yang hasil LILA < 23,5 cm dinyatakan sebagai
bumilKEK;
d) prevalensi status gizi kurang bayi dan balita dihitung
berdasarkanjumlahyangindeksBB/TBPB<2SDdibagijumlah
seluruhbayidanbalitadipengungsian;
e) prevalensistatusgiziburukbayidanbalitadihitungberdasarkan
jumlahyangindeksBB/TBPB<3SDdibagijumlahseluruhbayi
danbalitadipengungsian;
f) prevalensibumilKEKdihitungberdasarkanjumlahbumildengan
LILA<23,5cmdibagijumlahseluruhbumildipengungsian;
g) pelaksanaan pemantauan status gizi pada bayi dan balita
dilakukansecaraberkala(2minggusekali)yangdimulaidengan
penapisan ulang menggunakan pita LILA. Perhitungan
prevalensistatusgizibayidanbalitasesuaidenganno.c),d)dan
e).

6) PeranLSMInternasionaldanLokal
LSMinternasionalmaupunlokalyangmempunyaiposkesehatanuntuk
memberikanpelayanankesehatankepadaparakorbanbencanasangat
diharapkan bisa menginformasikan kepada petugas kesehatan yaitu
melaporkanpenyakitpenyakityangtelahdisebutdalampetunjukteknis
inikepadaPuskesmasatauDinasKesehatanKabupaten/Kotasetempat
sesuaidenganformatyangadadalambukupetunjukini.

119

2.4. PengeloaanObatBencana
a. Tahapkesiapsiagaan
Pada tahap kesiapsiagaan pengelolaan berjalan secara normal, tetapi
dilakukan persiapan untuk mengantisipasi bila terjadi bencana.
Perencanaankebutuhanobatdanperbekalankesehatanterkaitbencana
dalamtahapkesiapsiagaanperlumemperhatikan:
1) jumlahdanjenisobatdanperbekalankesehatanbilaterjadibencana;
2) pembuatan paketpaket obat bencana untuk daerah disesuaikan
denganpotensibencanadidaerahnya;
3) jenisdankompetensiTRC;
4) koordinasilintassektordanprogram.

b. Tahaptanggapdarurat
1) Pengelolaanobatdanperbekalankesehatan
a) Perencanaankebutuhan

Obat yang dibutuhkan pada tahap tanggap darurat,

berdasarkanRapidHealthAssesmentyangmeliputi:
(1) ketersediaanobatdanperbekalankesehatan
(2) sumberdayamanusia
(3) kondisigudangpenyimpanan
(4) fasilitasdaninfrastruktur
(5) pendanaan

b) Penyediaankebutuhanobatdanperbekalankesehatan

Bahan pertimbangan dalam penyediaan kebutuhan obat

dan perbekalan kesehatan berdasarkan hasil Rapid Health


Assesmentadalah:
(1) jenisbencana;

Berdasarkan jenis bencana yang terjadi, diharapkan


Kabupaten/Kotasudahdapatmemperkirakanjumlahdanjenis
120

obat yang harus disiapkan. Jika kebutuhan obat pada tahap


tanggap darurat tidak tersedia pada paket bencana maka
dilakukanpengadaanobatsesuaikebutuhan.
(2) luasbencanadanjumlahkorban;

Berdasarkan luas bencana dan jumlah korban sesuai dengan


hasil rapid health assesment ditetapkan kebutuhan obat dan
perbekalankesehatan

(3) stokobatyangdimiliki.

Usahakan menggunakan persediaan obat dan perbekalan


kesehatan dari stok Unit Pelayanan Kesehatan atau Dinas
Kesehatan Kab/Kota yang ada, dan jika kurang dapat
menggunakanstokdariKabupaten/Provinsiterdekat.

c) Penyimpanandanpendistribusian

Untuk menjaga mutu maka penyimpanan obat dan

perbekalan kesehatan harus dilakukan pada tempat dan kondisi


yang sesuai persyaratan dan dikelola oleh petugas yang
berkompeten.

Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan

distribusiobatpadasaatbencana:
(1) adanyapermintaandaridaerahbencana;
(2) apabila obat dan perbekalan kesehatan tidak tersedia di
provinsi yang mengalami bencana maka diusahakan dari
provinsiterdekatatauKementerianKesehatan;
(3) provinsi terdekat wajib membantu daerah yang terkena
bencana;
(4) adanya estimasi tingkat keparahan bencana, jumlah korban
danjenispenyakit;
(5) pemerintah pusat dan daerah perlu mengalokasikan biaya
distribusi sehingga tidak mengalami kesulitan dalam
mendistribusikanobatdanperbekalankesehatan;
(6) Kerjasamalintassektordanprogrammutlakdiperlukan.
121

Di bawah ini digambarkan alur permintaan dan distribusi obat dan


perbekalankesehatanpadasaatterjadibencana.

KEMENKES

Dinkes Provinsi

DINKES KAB/KOTA

PKM

RSU

Yankes Swasta

Yankes TNI/Polri

Poskes

Pustu

Keterangan :
Jalur Permintaan
Jalur Pengiriman

Gambar1.Permintaandanpendistribusianobatdanperbekalankesehatan

(1) PendistribusianObatBufferStokNasionalPadaKeadaanBencana
Ditjen Binfar dan Alkes selaku Unit utama di Kemkes
bertanggung jawab melakukan penyediaan obat dan perbekalan
kesehatan bagi korban bencana. Obat dan perbekalan kesehatan
yang berasal dari buffer stok ini dapat dikirimkan ke tempat
bencana dengan syarat: adanya surat permohonan dari Kepala
Dinas Kabupaten/Kota atau Provinsi berdasarkan hasil Tim Rapid
Health Assesment dengan mempertimbangkan data jumlah
korbandanjenispenyakit.
Untuk itu pendistribusian obat Buffer Stok Nasional
dilakukandengantahapanprosedursebagaiberikut:
(a) Surat pemohonan kebutuhan obat yang berasal dari Dinas
KesehatanKabupaten/KotamaupunProvinsiditujukankepada
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

122

dengan tembusan kepada Direktorat Bina Obat Publik dan


PerbekalanKesehatan,danPusatPenanggulanganKrisis.
(b) DirektoratJenderalBinaKefarmasiandanAlatKesehatanakan
mengirimkanobatkepadaKabupaten/KotaatauProvinsiyang
membutuhkandalamwaktu2x24jamsetelahmenerimasurat
permohonan.
(c) Jumlah permintaan obat akan disesuaikan dengan sisa stok
obatyangadadiBufferStokNasional.

(2) PendistribusianObatdariProvinsikeKabupaten/Kota
Bila di tingkat provinsi tersedia Buffer Stok Provinsi atau
mendapat bantuan dari pusat dan pihak lain yang sifatnya tidak
mengikat,makapendistribusiandilakukansebagaiberikut:
(a) Adanya surat permohonan dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota
berdasarkanhasilTimRapidHealthAssesmentyangdilengkapi
dengandatajumlahkorbandanjenispenyakityangterjadi;
(b) Surat permohonan kebutuhan obat yang berasal dari Dinas
KesehatanKabupaten/KotaditujukankepadaDinasKesehatan
Provinsi;
(c) DinasKesehatanProvinsisetelahmenerimasuratpermohonan
palinglambatdalamwaktu1x24jamtelahmenyiapkanobat
dan perbekalan kesehatan untuk didistribusikan ke
Kabupaten/Kota;
(d) Jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang diberikan akan
disesuaikan dengan sisa stok obat yang ada di Buffer Stok
Provinsi.

(3) PendistribusianObatdariKabupaten/KotakePuskesmas,RSU,RS
Lapangan,SaranaYankesTNIPOLRI,SaranaYankesSwasta
Obat dan perbekalan kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota disalurkan kepada Unit Pelayanan Kesehatan

123

sesuai permintaan dilampiri jumlah korban/ pengungsi yang


dilayanisertadatajenispenyakit.
Obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas disalurkan
kepadaposkesehatanmaupunpustusesuaipermintaandilampiri
jumlahkorban/pengungsiyangdilayanisertadatajenispenyakit.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui Instalasi Farmasi
melayani permintaan obat dan perbekalan kesehatan dari Unit
Pelayanan Kesehatan dan jaringannya dengan prinsip one day
service, artinya bila hari ini permintaan dari Unit Pelayanan
KesehatantibadiInstalasiFarmasiKabupaten/Kotamakahariitu
juga harus selesai proses penyiapan dan pengiriman obat dan
perbekalan kesehatan. Pemerintah daerah wajib menyediakan
dana pengiriman obat dan perbekalan kesehatan bila terjadi
bencanadiwilayahnya.

(4) pencatatandanpelaporan
(a) Pencatatan
Mengingat tahap tanggap darurat sering mengalami
kekurangan tenaga di sarana pelayanan kesehatan, maka
untuk

memudahkan

pencatatan

disarankan

minimal

menggunakankartustok.
(b) Pelaporan
Pelaporan dilakukan secara harian, mingguan, atau bulanan
yang meliputi penerimaan, pemakaian dan sisa stok.
Pelaporaninimerupakanbentukpertanggungjawabanmasing
masing tingkat pelayanan kepada organisasi di atasnya dan
sebagai bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan
obatdanperbekalankesehatandidaerahbencana.

UnitPelayananKesehatan:

pos kesehatan/pustu melakukan pelaporan kepada


puskesmas
124

puskesmas melaporkan penggunaan obat dan perbekalan


kesehatan seminggu sekali selama bencana kepada dinas
kesehatan kab/kota disertai jumlah pasien yang dilayani
danjenispenyakityangterjadi.

dinas kesehatan kab/kota melaporkan mutasi obat dan


perbekalan kesehatan kepada dinkes provinsi dengan
tembusankepadaDitjenBinfardanAlkes.

Dinas kesehatan provinsi melaporkan mutasi obat dan


perbekalan kesehatan kepada Ditjen Binfar dan Alkes c.q
DirektoratBinaObatPublikdanPerbekalanKesehatan.

Kemkes

Dinkes Provinsi

Dinas
Kesehatan
Kab/Kota

Puskesmas

RSU/ RS
Lapangan

Yankes Swasta

Yankes TNI-Polri

Pos Kesehatan

Pustu

Gambar2.Alurpelaporantahaptanggapdarurat

2) JenisPenyakitdanObatnya
Agar penyediaan obat dan perbekalan kesehatan dapat
membantu pelaksanaan pelayanan kesehatan pada tahap tanggap
darurat, maka jenis obat dan perbekalan kesehatan harus sesuai
denganjenispenyakitdanPedomanPengobatanyangberlaku.

125

Tabel4:Jenispenyakit,obatdanperbekalankesehatanpadatahaptanggapdarurat
berdasarkanjenisbencana
No JenisBencana JenisPenyakit
ObatyangDibutuhkan
1
Banjir
Oralit, Infus R/L, NaCl 0,9%, Metronidazol, Infus
Diare/Amubiasis
Set,Abocath,WingNeedle
Oralit,CairanRL
CTM tablet, Prednison, Salep 24, Hidrokortison
Dermatitis:
salep, Betametason krim, Deksametason tab,
Kontak
Prednison tab, Anti bakteri DOEN Salep,
Jamur
Oksitetrasiklinsalep3%.
Bakteri
SerbukPK,SalisilTalk,LarutanRivanol
PovidonIodinsalep,Asiklovirtab,Asiklovirkrim,
Amoksisilin tab, Penisilin Prokain, Griseofulvin
Injeksi, Nistatin, Mikonazol Topikal Dan
Ketokonazol.

Kotrimoksazol480mg,120mgtabdansuspensi,
ISPA:
Amoxycillin,OBH,Parasetamol,
Pneumonia
PILIHANI
PILIHANII

Amoksisilin
Kotrimoksazol

Tablet Anak & tablet/syrup,

Parasetamol
Dewasa,

tablet/syrup dan
Kotrimoksazol

Syrup, Parasetamol Salbutamoltablet

tabletdansyrup

Dekstrometorphantab,GG,CTM
NonPneumonia
Parasetamol tablet & syrup, dextromethorphan
tablet/syrup,efedrintablet.
Asetosaltab,Antibiotik

PILIHANI
PILIHANII
PILIHANIII
Asma
Aminofillin Tab, Aminofilin Prednison
Tab,
EfedrinTab
Salbutamol
Adrenalin
injeksi, Teofilin Tab
tab,Efedrin

Amoxycillin1000mgtab,Ampisillin1000mg
Leptospirosis
Penisilin,TetrasiklinAtauEritromisin
Sulfasetamidt.m,Kloramfenikolsalepmata,

Conjuctivitis
Oksitetrasiklin salep mata, tetes mata
BakteridanVirus
Sulfasetamid,SteroidTopikal

PILIHANI
PILIHANII
Gastritis
Antasida tab/ suspensi ( MetoklopramidTab
Al. Hidroksida, Mg Kombinasi
hidroksida)
Simetidin
Atau
Raniditin

126

Trauma/Memar

2.

Tanahlongsor Idemdenganbanjir

Frakturtulang
Lukamemar
Lukasayatan
Hipoksia
Gempa / Lukamemar
Gelombang
Lukasayatan
Tsunami
ISPA
Gastritis
PatahTulang
MeninggalDunia

Malaria,

Konflik sosial
(kerusuhan)/
HuruHara

GangguanJiwa

Gunung
Meletus

Asma
PenyakitMata
PenyakitKulit
Lukamemar
Lukasayat
Lukabacok
Patahtulang
Diare
ISPA
Malaria
Gastritis
PenyakitKulit
Campak
Hipertensi

ISPA
Diare
Conjunctivitis
LukaBakar

Kapas Absorben, kassa steril 40/40, Pov. Iodine,


Fenilbutazon, Metampiron tab,ketoprofen
Parasetamoltab,ATS,disposiblespuit

Kasa, Elastic Perban, Kasa Elastis, Alkohol 70%,


Pov. Iodine 10%, H2O2 Sol, Ethyl Chloride Spray,
JarumJahit,CatGutChromic,TabungOksigen

Idem
Idem
Idem
Idem
PembalutGips,softband
Clorindankantongjenazah
PILIHANI
Artesunate
tab+
Amodiaguin
tab
+
primakuintab
Klorokuin tab dosis
tunggal+Primakuintab
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem
Idem

PILIHANII
Kina Terasiklin tab /
Doksisiklin
tab
+
Primakuintab

VaksinCampak(bilaadakasusbaru),VitaminA
Hidroklorotiazid tab(Hct) , Reserpin tab
Propanololtab,Kaptopriltab,Nifedipintab
Klorpromazin tab, Haloperidol tab, Flufenazin
Dekanoatinjeksi,Diazepamtab,Amitriptilintab,
THPtab
Idem+masker
Idem
Idem
Aquadeststeril,Kasasteril40/40,BetadinSalep,
Sofratule,Abocath,CairanInfus(RL,Na,Cl),VitC
tab,
Amoxycillin/Ampicillin
tab,
Kapas,
Handschoen,Wingneedle,Alkohol70%

127

Kebakaran:
Hutan
Pemukiman
Bom
Asap

Conjunctivitis
Lukabakar
Mialgia
Gastritis
Asma
ISPA

Idem
Idem
Metampiron,VitB1,B6,B12oral
Idem
Idem
Idem+masker

3) PenyiapanObatBerdasarkanTingkatPelayananKesehatan
Pada masa tanggap darurat jenis obat yang disiapkan
disesuaikan dengan tingkat kompetensi petugas yang ada. Secara
umum WHO dalam buku New Emergency Health Kits membuat
klasifikasipenyediaanobatdanperbekalankesehatansebagaiberikut:
Diposkesehatandansaranakesehatandidaerahbencanadengan
tenaga medis dapat disediakan obat simptomatik, antibiotik
tertentu dan obat suntik dalam jumlah terbatas. Contoh obat
antalgin tablet, parasetamol tablet dan syrup, lidocaine,
amoksisilin,kloramfenikoldanmetronidazole(lihatlampiran).

Tabel6.ContohObatuntukPosKesehatandanPustu
dengantenagamedisdanparamedis

128


a) PenyediaanobatuntukUPK(puskesmas,RSU,RSlapangan,sarana
yankes swasta, dan sarana yankes TNIPOLRI) Daftar obat yang
disediakan untuk unit pelayanan kesehatan sebaiknya mengacu
kepada DOEN. Tenaga medis pada umumnya tersedia di Unit
Pelayanan Kesehatan, oleh karena itu daftar obat untuk
Puskesmas,RSU,RSLapangan,SaranaYankesSwasta,danSarana
Yankes TNIPOLRI harus lebih lengkap. Pertimbangan lainnya
adalah yankes tersebut berfungsi sebagai rujukan untuk pos
kesehatanmaupunpustu.

129

c. TahapRehabilitasidanRekonstruksi`

Agarobatsisabantuandapatdipergunakansebagaimanamestinya,
makadiperlukanlangkahlangkahpenatalaksanaansebagaiberikut:
1) Inventarisasi
Inventarisasi dilakukan segera setelah tahap tanggap darurat
dinyatakan berakhir. Mekanisme inventarisasidilakukan dengan cara
sebagaiberikut:
a) setiap sarana pelayanan kesehatan di kab/ kota melakukan
inventarisasiobat dan perbekalankesehatan, dan melaporkanke
dinaskesehatankab/kota;
b) dinas kesehatan kabupaten/kota menunjuk instalasi farmasi
kab/kotauntukmelaksanakanrekapitulasihasilinventarisasiobat
danperbekalankesehatan;
c) hasil rekapitulasi obat dan perbekalan kesehatan dilaporkan ke
dinaskesehatanprovinsi;
d) dinas kesehatan provinsi menindaklanjuti hasil rekapitulasi
tersebut dengan cara memfasilitasi apabila perlu dilakukan
relokasiataupemusnahansesuaidenganketentuanyangberlaku;
e) instrumen yang dipergunakan untuk melakukan inventarisasi
adalah formulir 10 untuk masingmasing sarana kesehatan dan
formulir11untukrekapitulasi.

2) PenarikankembaliobatdanPerbekalanKesehatan.
Hasil inventarisasi obat dan perbekalan kesehatan ditindaklanjuti
dinaskesehatanKab/Kotadengancarasebagaiberikut:
a) SemuaobatdanperbekalankesehatandiPosKesehatanditarikke
Puskesmas;
b) Kelebihan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas/Pustu
ditarikkeDinkesKab/Kota.

130

d. Evaluasi
Untuk mengevaluasi pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, digunakan instrumen sebagai
berikut:
1) kesesuaianjenisobatyangdibutuhkandenganobatyangditerima;
Untuk mendukung pelayanan kesehatan disaat bencana,maka
dibutuhkan kesesuaian jenis obat yang dibutuhkan sesuai masalah
kesehatan yang timbul saat bencana dan jenis obat bantuan yang
diterima.

Jenisobatygdibutuhkan
Kesesuaianjenisobat=x100%

Jenisobatygditerima

Caramemperolehdata:
Jumlahjenisobatygdibutuhkan,lihatkasuspenyakit.
Jumlahjenisobatygditerima,lihatberitaacarapengirimanobat.

2) tingkatketersediaanobat;
Untuk mendukung pelayanan kesehatan disaat bencana,maka
dibutuhkan kesesuaian jumlah obat yang dibutuhkan sesuai masalah
kesehatanyangtimbulsaatbencana.

Jumlahobatygtersedia

Tingkatketersediaanobat=
Rataratapemakaianobatperhari

Caramemperolehdata:
Jumlahobatyangtersedia,lihatdikartustokmasingmasingunit
Rataratapemakainobatperperiode,lihatpemakaianobat.

3) prosentaseobatkadaluwarsa;
Terjadinya obat kadaluwarsa mencerminkan ketidaktepatan
bantuan dan/atau kurang baik sistem distribusi dan atau kurangnya

131

pengamatanmutudalampenyimpananobatdanatauperubahanpola
penyakit.

Totalitemobatygkadaluwarsa

Prosentaseobatkadaluwarsa=x100%
Totalitemobatyangtersedia

Caramemperolehdata:
totalitemobatygED,lihatberitaacarapengirimanobat;
totalitemobatygtersedia,lihatberitaacarapengirimanobat.

4) prosentasedannilaiobatrusak;
Terjadinyaobatrusakmencerminkanketidaktepatanbantuan,
dan/atau kurang baiknya sistem distribusi, dan/atau kurangnya
pengamatan mutu dalam penyimpanan obat dan/atau perubahan
polapenyakit.

Totalitemobatyangrusak
Prosentaseobatrusak=x100%

Totalitemobatygtersedia

Nilaiobatrusak=jumlahobatyangrusakxhargaperkemasan

Caramemperolehdata:
Totalitemobatygrusak,lihatsisaobat;
Totalitemobatygtersedia,lihatberitaacarapengirimanobat;
Hargaperkemasan,lihatdaftarhargaSKMenkes.

5) pemusnahanobatobatan;
Proses

pemusnahan

mengacu

pada

Pedoman

Teknis

Pemusnahan Sediaan Farmasi dengan mempertimbangkan dampak


lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang
berlaku.

132

Secaragarisbesar,prosespemusnahanobatterdiridari:
a. memilah, memisahkan dan menyusun daftar obat yang akan
dimusnahkan
b. menentukancarapemusnahan
c. menyiapkanpelaksanaanpemusnahan
d. menetapkanlokasipemusnahan
e. pelaksanaanpemusnahan
f. membuatberitaacarapemusnahan
g. melaporkankepadagubernur/bupati/walikota

Pada tahap tanggap darurat seluruh institusi harus langsung


terlibat sesuai dengan tugas dan fungsinya. Untuk tahap rehabilitasi
dan rekonstruksi, maka fungsi pelayanan dilakukan kembali seperti
pada situasi normal. Pada tahap kesiapsiagaan tidak semua institusi
kesehatan langsung terlibat dalam pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan, karena pada tahap ini yang diperlukan adalah adanya
rencanakebutuhanobatdanperbekalankesehatan.

2.5. KesehatanReproduksiDalamSituasiDaruratBencana

Memastikan tersedianya layanan kesehatan reproduksi dalam situasi


daruratbencanaadalahsangatpentingkarenamerupakanhakasasimanusia,
dan apabila dilaksanakan pada fase awal bencana akan dapat
menyelamatkannyawadanmencegahkesakitanbagipendudukyangterkena
dampak. Dalam situasi normalpun sudah banyak permasalahan di bidang
kesehatanreproduksi,sepertitingginyaangkakematianibu,kasuskehamilan
yang tidak dikehendaki, kasus HIV/AIDS, dll, dan kondisi ini akan menjadi
lebih buruk dalam situasi darurat bencana. Kesehatan reproduksi jugatelah
menjadi salah satu standard minimum di bidang kesehatan dalam respon
bencanaberdasarkanpiagamkemanusiaaninternasional(SPHERE).

133

Kebutuhan akan kesehatan reproduksi akan tetap ada dan


kenyataannyajustrumeningkatdimasadaruratbencana:

saat darurat tetap ada ibu hamil yang membutuhkan layanan dan akan
melahirkanbayinyakapansaja

risikokekerasanseksualmeningkatdalamkeadaansosialyangtidakstabil

risiko penularan ims/hiv meningkat karena keterbatasan sarana untuk


melaksanakan kewaspadaan universal, meningkatnya risiko kekerasan
seksual, dan bertemunya populasi dengan prevalensi hiv tinggi dan
rendah

kurangnyapelayanankbakan meningkatkanrisiko kehamilan yangtidak


dikehendakiyangseringberakhirdenganaborsiyangtidakaman

kurangnyaakseskelayanangawatdaruratkebidanankomprehensifakan
meningkatkanrisikokematianibu

Penerapankesehatanreproduksidalamsituasidaruratbencanaadalah
sama untuk setiap jenis bencana, yaitu melalui penerapan Paket Pelayanan
Awal Minimum (PPAM), yang merupakan seperangkat kegiatan prioritas
untuk dilaksanakan pada fase awal kondisi darurat untuk menyelamatkan
nyawa dan mencegah kesakitan terutama pada perempuan. Segera setelah
kondisimemungkinkandanlebihstabildapatdiberikanpelayanankesehatan
reproduksiyangkomprehensifyangterintegrasidalampelayanankesehatan
dasar. Pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif adalah pelayanan
kesehatanreproduksilengkapsepertiyangbiasadiberikanpadasaatkondisi
normal.

Karena keterbatasan sumber daya dan banyaknya prioritas masalah


kesehatan lain yang harus ditangani, tidak semua layanan kesehatan
reproduksidapatdiberikanpadasituasidaruratbencana.Prioritasdiberikan
pada dukungan untuk proses persalinan, pencegahan dan penanganan
kekerasanseksualdanpencegahanpenularanIMSdanHIV.

134

Dalam penerapan PPAM tidak perlu dilakukan penilaian untuk


mengumpulkan data sasaran seperti jumlah ibu hamil, jumlah wanita usia
subur, jumlah pria dewasa, dll, karena dalam fase awal situasi darurat
bencanadatadatatersebutsangatsulitdiperoleh.Kitadapatmenggunakan
estimasistatistik,seperti:
1) 4%daripendudukadalahibuhamil(dalamkondisidaruratbencana)
2) 25%adalahwanitausiasubur
3) 20%priadewasa
4) 20%ibuhamilakanmengalamikomplikasi,dll.

Peniliaian yang harus dilakukan adalah menilai kondisi fasilitas


kesehatan seperti kondisi Puskesmas (terutama Puskesmas PONED), Rumah
Sakit PONEK, termasuk kondisi SDM serta ketersediaan obat dan alatnya.
Informasi ini dapat digunakan untuk membangun sistem rujukan maternal
danneonatal.
Namun, segera setelah situasi memungkinkan, data riil kelompok
sasarantetapharusdikumpulkan.

PPAMKesehatanReproduksidalamsituasidaruratbencanaterdiridari
5komponen,yangmerupakantujuandariPPAM,yakni:
1) memastikan cluster/sektor kesehatan mengidentifkasi lembaga untuk
memimpinpelaksanaanPPAM;
a) menentukankoordinatorkesehatanreproduksi;
b) menyelenggarakan pertemuan untuk mendiskusikan masalah
kesehatanreproduksi;
c) melaporkan hasil pertemuan kepada cluster/sektor kesehatan (oleh
koordinatorkesehatanreproduksi);
d) menyediakanalatdanbahankesehatanreproduksiuntukpenerapan
PPAM;
2) mencegah terjadinya kekerasan seksual dan memberikan pertolongan
bagikorbannya:

135

a) memastikan bahwa sistem yang ada berjalan untuk melindungi


pengungsi terutama perempuan dari kekerasan seksual, misalnya
melaluipengaturan/disainkamp;
b) memastikan bahwa pelayanan medis termasuk dukungan psikososial
tersediabagikorban;
c) menginformasikan kepada masyarakat tentang adanya layanan bagi
korbankekerasanseksual;
3) mencegahpenularanIMS/HIV;
a) memastikantersedianyatransfusidarahyangamandanrasional;
b) memastikanditerapkannyastandarkewaspadaanuniversal;
c) menjamintersedianyakondomsecaragratis;
4) mencegahmeningkatnyakesakitandankematianmaternaldanneonatal;
a) memastikan akses ke layanan kegawatdaruratan kebidanan dan
neonatal(PONEDdanPONEK);
b) membangun sistem rujukan kebidanan dan neonatal 24 jam dalam
seharidan7haridalamseminggu;
c) menyediakan kit persalinan bersih bagi ibu hamil dengan usia
kehamilan di atas 6 bulan untuk mengantisipasi situasi sulit, dimana
tidakdapatmengaksestenaga/fasilitaskesehatan;
d) menginformasikan kepada masyarakat tentang adanya layanan
kegawatdaruratankebidanandanneonatalsertarujukannya;
5) merencanakan

tersedianya

pelayanan

kesehatan

reproduksi

komprehensifyangterintegrasikedalamlayanankesehatandasarsegera
setelahsituasimenjadilebihstabilataumemungkinkan;
a) mengumpulkandatalatarbelakangsebelumbencana;
b) pemetaanwilayahyangmemerlukanpelayanankesehatanreproduksi
saatbencana;
c) mengidentifikasi staf untuk memberikan layanan kesehatan
reproduksikomprehensif;
d) menilaikapasitasstafdanmerencanakanpelatihan;
e) memesan/mengadakanperalatankesehatanreproduksi;

136

UntukmendukungpelaksanaandanpencapaiantujuanPPAMpadafase
awal darurat bencana dibutuhkan dukungan obatobatan dan peralatan
berupakitkesehatanreproduksi,yakni:seperangkatalatdanobatyangtelah
dikemas secara khusus sesuai jenis tindakan yang dilakukan. Di samping kit
kesehatan reproduksi, sebaiknya disediakan juga kit higienis yang ditujukan
bagikelompoktertentuyangpadakondisidaruratseringkalitidakterrsedia,
seperti: kit untuk wanita usia subur (1549 tahun) yang antara lain berisi
pembalutwanita,kituntukibuhamil,kituntukibumelahirkan,dankituntuk
bayi baru lahir. Sementara ini kit kesehatan reproduksi masih didatangkan
secara internasional melalui UNFPA Indonesia, sedangkan kit higienis dapat
diperoleh dari UNFPA Indonesia. Namun ke depannya, kit kesehatan
reproduksidankithigienistersebutdiupayakanakanmenjadibagiandarialat
danobatsertasaranayangtersediadalampenanggulanganbencanabidang
kesehatan.
Dalam kondisi darurat, kit kesehatan reproduksi dipesan jika bencana
berskala besar, dimana alat dan bahan untuk penerapan PPAM di daerah
yang terkena bencana sudah tidak ada atau tidak dapat dipakai lagi.
Pendistribusian kit kesehatan reproduksi dilakukan dengan berkoordinasi
dengan dinas kesehatan setempat. Kit kesehatan reproduksi disusun untuk
dipakaiolehmasyarakatdanfasilitaskesehatantertentusesuaijenistindakan
yangdilakukan:

137

Blok1
Enamkituntukdipakaiditingkatmasyarakatdanfasilitaskesehatandasaruntuk

melayanikebutuhanpenduduksejumlah10,000orangdalamjangkawaktu3bulan

NoKit
NamaKit
Kit0
Kitadministrasi

Kit1
Kitkondom

Kit2
Kitpersalinanbersih

Kit3
Kitpascaperkosaan
Kit4
Kitkontrasepsioraldaninjeksi

Kit5
KitpengobatanIMS/InfeksiMenularSeksual

Blok2

Limakituntukdipakaiditingkatpelayanankesehatandasardanrumahsakitrujukan.

Tiapkitdapatmelayanikebutuhanpenduduksejumlah30,000orangdalamjangka
waktu3bulan.

NoKit NamaKit

Kit6
Kitpersalinandiklinik
Kit7
KitIUD

Kit8
Kitpenanganankegugurandankomplikasiaborsi

Kit9

Kit10

Kitjahitanrobekanserviksdanvaginadankitpemeriksaan
vagina
Kitpersalinandenganekstraksivakum

Blok3
Duakituntukdipergunakanditingkatrujukanatauoperasikebidanan.Kitinidapat
melayanikebutuhanpenduduksebanyak150,000orangselama3bulan.
NoKit NamaKit
Kit11 KittingkatrujukanKesehatanReproduksi(bagianAdanB)
Kit12 Kittransfusidarah

Untuk penjelasan lebih lanjut tentang kit kesehatan reproduksi dapat


dilihatpadaBukuManualKitKesehatanReproduksi.
Untukkitbayi,ibubersalin,ibuhamil,higienisuntukperempuanberisisbb:

138


Kitbayi
a. Popokkatunyangdipakaiulang12buah
b. Bajubayikatun12buah
c. Sarungtangandankaki12set
d. Selimutbayi1buah
e. Kainbedong,flanelhalus12buah
f. Topibayi(flannel)1buah
g. Kelambubayiyangbisadilipat1buah
h. Sabunbayi1buah(80gr)
i. Bedakbayi1buah(100gr)
j. Handukbayi1buah(halus,ukuransedang)
k. Babyoil/Minyaktelon1botol(50ml)
l. TaskanvaswarnamerahdengantulisanKitBayi
Kitibubersalin:
a. Braibumenyusui:3buah(ukuranbesar)
b. Sarung/kainpanjang1buah
c. Pembalutibumelahirkan:3pak(@12buah)
d. Bajumenyusui1buah(ukuranbesar,katun)
e. Bajudengankancingbukaandepanuntukmenyusui,ukuranbesar,
katun
f. Celanadalam,3buah,ukuranbesar
g. TaskanvaswarnahijaudengantulisanKitIbuBersalin
Kitibuhamil
a. Braibuhamil3buahukuranbesar
b. Kainpanjang1buah
c. Celanadalamibuhamil(denganukuranyangbisadisesuaikansesuai
besarkehamilan)3buah
d. Bajuibuhamil,katun,lenganpanjang,ukuranbesar
e. TaskanvaswarnahijaudengantulisanKitIbuHamil
KitHigieneuntukperempuan
a. Sarung1buah
b. Tshirt2buah
c. Handuk1buah
d. Sabunmandi80gram
e. Pastagigi
f. Sikatgigi
g. Shampoo
h. Sisirplastik
i. Pembalut3pak(isi1012)
j. CelanadalamdanBraallsize,3buah
k. Sandal
l. TaskanvaswarnabirudengantulisanKitHigiene

139

2.6. PenangananKesehatanJiwa
Pada bencana aspek kesehatan jiwa merupakan aspek yang penting
karena pada saat bencana terjadi perubahan situasi dari situasi normal ke
situasi tidak normal dimana seseorang akan mengalami kehilangan yang
berdampakpadaterganggunyakeseimbangankondisipsikologisseseorang.
Dalam memberikan

intervensi untuk

kesehatan

jiwa

pada

penanggulanganbencanaterdapatfasefasesepertiberikut,antaralain:

a. fasekedaruratanakut;
Selama Fase kedaruratan akut dianjurkan untuk melakukan
intervensi sosial yang tidak mengganggu kebutuhan akut, seperti
pengadaanmakanan,tempatberlindung,pakaian,pelayananpuskesmas
dan mungkin penanggulangan penyakit menular. Intervensi sosial dini
yangberharga,mencakup:
1) menjamindanmenyebarkanarusinformasiyangkredibeltentang;
a) kedaruratan;
b) upayamenjaminkeselamatanfisikmasyarakat;
c) informasiupayabantuan;

termasuk apa yang dilakukan oleh masingmasing organisasi


kemanusiaandandimanalokasinya;

d) keberadaan kerabat untuk mendorong penyatuan keluarga dan


jika mungkin menyediakan akses komunikasi dengan kerabat di
tempatjauh.

Informasi harus disebarkan menurut prinsip komunikasi resiko :


yaituinformasiharussederhana(dapatdimengertiolehpenduduk
lokal diatas 12 tahun) dan empatik (menunjukkan pemahaman
akansituasisurvivorbencana).

2) mengorganisasipelacakankeluargauntukanakyangsendirian,lansia
dankolompokrentanlain;

140

3) memberikan pengarahan kepada petugas lapangan dari sector


kesehatan, distribusi pangan, kesejahteraan sosial dan pendataan
tentang halhal yang menyangkut berkabung, disorientasi dan
kebutuhanuntukpartisipasiaktif;
4) mengorganisasi penampungan dengan tujuan agar anggota keluarga
danmasyarakattetapberkumpulbersama;
5) berkonsultasi kepada masyarakat mengenai keputusan dimana akan
ditempatkan sarana ibadah, sekolah dan suplai air di penampungan.
menyediakanruanguntuk kegiatan agama, rekreasidankebudayaan
dalamdesainkamp;
6) jikadimungkinkan,tidakdianjurkanuntukpenguburanjenazahtanpa
upacara demi pengendalian penyakit menular. berlawanan dengan
mitor, jenasah tidak atau sedikit berisiko untuk penyakit menular.
mereka yang berkabung perlu untuk mengadakan upacara
pemakaman dan apabila jenazah tidak termutilasi atau membusuk
juga untuk melihat jenazah untuk mengucapkan selamat jalan.
sertifikat kematian perlu diadakan untuk mencegah adanya akibat
keuangandanhukumyangtidakperludipihakkerabat;
7) mendorongkebalidilakukannyaaktifitasbudayadankeagamaanyang
normal (termasuk upacara berkabung dalam kerja sama dengan
praktisispiritualdanagama);
8) mendorong aktifitas yang menfasilitasi masuknya yatimpiatu, janda
dudaatauorangyangsebatangkarakedalamjejaringsocial;
9) mendorong pengorganisasian aktivitas rekreasional normal untuk
anakanak. penyedia bantuan harus berhatihati untuk tidak
memberikan keperluan rekreasi (misalnya seragam sepak bola,
mainanmodern)yangdianggapmewahdalamkontekslokalsebelum
kedaruratan;
10) mendorong dimulainya sekolah untuk anakanak, meskipun tidak
penuh;
11) melibatkan orang dewasa dan remaja dalam kegiatan yang konkret,
bertujuan dan diminati bersama (misalnya membangun tempat
141

penampungan, mengorganisasi pelacakan keluarga, pembagian


makanan,mengorganisasivaksinasi,mengajaranakanak);
12) menyebarkansecaraluasinformasiyangsederhana,menenteramkan
dan empatik tentang reaksi stress normal kepada masyarakat luas,
pertemuan dengan pers, siaran radio, poster dan selebaran yang
singkat dan tidak bersifat sensasional akan berguna untuk
menenteramkanmasyarakat.

Intervensipsikologikdalamfaseakut:
a) Membuat kontak dengan puskesmas atau pelayanan darurat di area
setempat.
Menangani

keluhan

psikiatrik

yang

mendesak

(misalnya

keberbahayaanterhadapdirisendiriatauoranglain,psikosis,depresi
berat, mania dan epilepsy) di Puskesmas tanpa melihat apakah
puskesmas tersebut dijalankan oleh pemerintah atau LSM. Menjaga
ketersediaan obat psikotropik esensial di Puskesmas. Banyak orang
dengan keluhan psikiatrik yang mendesak mempunyai gangguan
psikiatrikyangsudahadasebelumnyadanterputusnyamedikasiharus
dihindari. Sebagai tambahan, sebagian orang mungkin mencari
pengobatan karena masalah kesehatan mental akibat terpapar
stressor yang ekstrim. Kebanyakan masalah kesehatan mental akut
selama fase kedaruratan akut paling baik ditangani tanpa medikasi
dengan mengikuti prinsip pertolongan pertama psikologik (yaitu,
mendengarkan, menyatakan keprihatinan, menilai kebutuhan,
menjaga terpenuhinya kebutuhan fisik dasar dan tidak memaksa
berbicara,menyediakanataumengerahkanpendampingdarikeluarga
atau orang yang dekat, mendorong tetapi tidak memaksakan
dukungansocial,melindungidaricederalebihlanjut
b) Dengan mengasumsikan adanya pekerja masyarakat relawan/non
relawan, mengorganisasikan dukunganemosional yang tidak bersifat
intrusivedanmenjangkaumasyarakatdenganmenyediakan,jikaperlu
pertolonganpertamapsikologikkarenakemungkinanefeknegative
142

tidakdianjurkanuntukmengadakandebriefingpsikologiksesitunggal
(singlesessionpsychologicaldebriefing)yangmemaksaoranguntuk
berbagi pengalaman pribadi melebihi yang akan dilakukan secara
alami
c) Jikafaseakutberkepanjangan,mulaipelatihandansupervisepekerja
Yankes Primer dan pekerja kemasyarakatan (untuk deskripsi aktifitas
ini,lihatseksi2.2)

b. Faserekonsiliasi;
1) Berikutinisarantentangaktivitasintervensisosial:
a) melanjutkan intervensi sosial yang relevan seperti digambarkan
padaseksi1.1;
b) mengorganisasi kegiatan psikoedukasi yang menjangkau ke
masyarakat untuk memberi edukasi tentang ketersediaan pilihan
pelayanan kesehatan mental. dilakukan tidak lebih awal dari
empatminggusetelahfaseakut,beripenjelasandenganhatihati
tentang perbedaan psikopatologi dan distress psikologik normal,
dengan menghindari sugesti adanya psikopatologi yang luas dan
menghindariistilahatauidiomyangmembawastigma;
c) mendorongdilakukannyacaracopingyangpositifyangsudahada
sebelumnya. informasi itu harus menekankan harapan terjadinya
pemulihanalamiah;
d) dengan berlalunya waktu, jika kemiskinan adalah masalah yang
berlanjut, dorong upaya pemulihan ekonomi. Contoh inisiatif
semacaminiadalah
(1) skemakreditmikro;
(2) aktifitas yang mendatangkan penghasilan jika pasar lebih
menjanjikansumberpenghasilanyangberkelanjutan.
2) Dalamhalintervensipsikologikselamafaserekonsolidasi,dianjurkan
melakukanaktifitasberikut:

143

a) mendidik pekerja kemanusiaan lain dan pemuka masyarakat


(misalnyakepaladesa,guru,dll)dalamketrampilanintiperawatan
psikologik,seperti:
(1) pertolonganpertamapsikologik;
(2) dukunganemosional;
(3) menyediakaninformasi;
(4) penentramanyangsimpatik;
(5) pengenalanmasalahkesehatanmentalutama.

untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan masyarakat dan


untukmerujukorangkePuskesmasjikadiperlukan.
b) melatih dan mensupervisi pekerja Pelayanan Kesehatan Primer
dalam pengetahuan dan ketrampilan dasar kesehatan mental,
misalnya:
(1) pemberianmedikasipsikotropikyangtepat;
(2) pertolonganpertamapsikologi;
(3) konselingsuportif;
(4) bekerjabersamakeluarga;
(5) mencegahbunuhdiri;
(6) penatalaksanaankeluhansomaticyangtakdapatdijelaskan;
(7) masalahpenggunaanzat;
(8) rujukan.

Kurikulum inti yang dianjurkan adalah kesehatan mental


pengungsi dari WHO/UNHCRs(1996) [tersedia dalam bahasa
Indonesia]
c) menjamin kesinambungan medikasi pasien psikiatrik yang
mungkin tidak mempunyai akses terhadap medikasi selama fase
kedaruratanakut;
d) melatih dan mensupervisi pekerja komunitas (misalnya pekerja
bantuan, konselor) untuk membantu Yankes Primer yang beban
kerjanyaberat.Pekerjakomunitasdapatterdiridarirelawan,para
professional atau professional, tergantung keadaan. Pekerja

144

komunitas perlu dilatih dan disupervisi dengan baik dalam


berbagaiketrampilaninti:
(1) penilaian persepsi individual, keluarga dan kelompok tentang

masalah yang dihadapi, pertolongan pertama psikologik,


menyediakan dukungan emosional, konseling perkabungan
(griefcounseling)
(2) manajemenstresskonselingpemecahanmasalah
(3) memobilisasi sumber daya keluarga dan masyarakat serta

rujukan
e) bekerjasamadenganpenyembuhtradisional(traditionalhealers)
jikamungkin.dalambeberapakeadaandimungkinkankerjasama
antarapraktisitradisionaldankedokteran;
f) menfasilitasi terbentuknya kelompok dukungan tolong diri yang
berbasis komunitas. Fokus dari kelompok tolong diri ini biasanya
berbagi pengalaman dan masalah, curah pendapat untuk solusi
atau cara yang lebih efektif untuk coping (termasuk caracara
tradisional), menimbulkan dukungan emosional timbal balik dan
kadangkalamenimbulkaninisiatifditingkatmasyarakat.

Intervensi diatas dianjurkan untuk diterapkan bersamaan dengan


prioritaspembangunanmentalyangberjalanyaitu:
a) bekerja kearah pembangunan atau penguatan rencana strategis
ke arah yang mungkin dilakukan bagi program kesehatan mental
nasional. Tujuan jangka panjang adalah mengurangi institusi
psikiatri yang ada (asylum), memperkuat pelayanan psikiatrik di
puskesmas dan rumah sakit umum dan memperkuat perawatan
komunitasdankeluargabagiorangdengangangguanmentalyang
kronikdanparah;
b) bekerjakearahlegislasidan kebijakankesehatanmentalnasional
yang relevan dan patut. Tujuan jangka panjang adalah
terbentuknya system kesehatan masyarakat yang fungsional
dengankesehatanmentalsebagaielemeninti;
145

c) intervensimasalahpsikososialdinidilakukanbersamadengantim
lainyangterkaitdimulaisetelah48jamkejadianbencana;
d) intervensikesehatanjiwa:
(1) menangani keluhan psikiatrik yang mendesak (misalnya
keadaan yang membahayakan diri sendiri atau orang lain,
psikosis,depresiberat,mania,epilepsi)diposkesehatan;
(2) melaksanakan prinsip 'pertolongan pertama pada kelainan
psikologik

akut'

yaitu,

mendengarkan,

menyatakan

keprihatinan, menilai kebutuhan, tidak memaksa berbicara,


menyediakan atau mengerahkan pendamping dari keluarga
atauorangyangdekat,melindungidaricederalebihlanjut;
(3) tidak dianjurkan untuk memaksa orang untuk berbagi
pengalaman pribadi melebihi yang akan dilakukan secara
alami.

c. Faserekonsolidasi.
1) Melanjutkanintervensisosialyangrelevan
2) Mengorganisasi kegiatan psikoedukasi yang menjangkau ke
masyarakat untuk memberi pendidikan tentang ketersediaan pilihan
pelayanan kesehatan jiwa. Dilakukan tidak lebih awal dari empat
minggu setelah fase akut, beri penjelasan dengan hatihati tentang
perbedaan psikopatologi dan distres psikologik normal, dengan
menghindarisugestiadanyapsikopatologiyangluasdanmenghindari
istilahatauidiomyangmembawastigma.
3) Mendorong dilakukannya cara coping mechanism yang positif yang
sudah ada sebelumnya. Informasi itu harus menekankan harapan
terjadinyapemulihanalamiah.
4) Melatihpetugaskemanusiaanlaindanpemukamasyarakat(misalnya
kepala desa, guru dll.) dalam ketrampilan inti perawatan psikologik
(seperti 'pertolongan pertama psikologik', dukungan emosional,
menyediakan informasi, penenteraman yang simpatik, pengenalan
masalah kesehatan mental utama) untuk meningkatkan pemahaman
146

dan dukungan masyarakat dan untuk merujuk orang ke puskesmas


jikadiperlukan.
5) Melatihdanmensupervisipetugaspelayanankesehatandasardalam
pengetahuan dan ketrampilan dasar kesehatan jiwa (misalnya
pemberian medikasi psikotropik yang tepat, pertolongan pertama
psikologi, konseling suportif, bekerja bersama keluarga, mencegah
bunuh diri, penatalaksanaan keluhan somatik yang tak dapat
dijelaskan,masalahpenggunaanzatdanrujukan).
6) Menjamin kesinambungan medikasi pasien psikiatrik yang mungkin
tidak mempunyai akses terhadap medikasi selama fase kedaruratan
akut.
7) Melatih dan mensupervisi petugas masyarakat (misalnya petugas
bantuan, konselor) untuk membantu petugas Pelayanan kesehatan
dasar yang beban kerjanya berat. Petugas masyarakat dapat terdiri
darirelawan,paraprofesional,atauprofesional,tergantungkeadaan.
8) Petugas masyarakat perlu dilatih dan disupervisi dengan baik dalam
berbagaiketrampilaninti:penilaianpersepsiindividual,keluargadan
kelompok tentang masalah yang dihadapi, pertolongan pertama
psikologik,menyediakandukunganemosional,konselingperkabungan
(griefcounseling),manajemenstres,'konselingpemecahanmasalah',
memobilisasisumberdayakeluargadanmasyarakatsertarujukan.
9) Bekerjasamadenganpenyembuhtradisional(traditionalhealers)jika
mungkin.Dalambeberapakeadaan,dimungkinkankerjasamaantara
praktisitradisionaldankedokteran.

Berikut langkahlangkah intervensi psikososial terhadap mereka yang


terkenabencana:
a) selamafaseemergensi(3minggupertama)
b) menyediakan informasi yang sederhana dan mudah diakses pada
daerahyangbanyakjenazah
c) tidakmengecilkanartidariupacarapengurusanjenazah

147

d) menyediakan pencarian keluarga untuk yang tinggal sendiri, orang


lanjutusiadankelompokrentanlainnya
e) menganjurkan mereka membentuk kelompokkelompok seperti,
keagamaan,ritualdansosiokeagamaanlainnya
f) menganjurkan anggota tim lapangan untuk secara akif berpartisipasi
selamamasadukacita
g) menganjurkankegiatanbermainuntukanak
h) memberikan informasi tentang reaksi psikologi normal yang terjadi
setelah bencana. Yakinkan mereka bahwa ini adalah NORMAL,
SEMENTARA, dan DAPAT HILANG DENGAN SENDIRINYA, dan SEMUA
AKANMERASAKANHALYANGSAMA
i) tokohagama,gurudantokohsosiallainnyaharusterlibatsecaraaktif
j) menganjurkan mereka untuk bekerja bersamasama menjaga apa
yangmerekabutuhkan
k) libatkankorbanyangsehatdalampekerjaanbantuan
l) motivasi tokoh masyarakat and tokoh kunci lainnya untuk mengajak
mereka dalam diskusi kelompok dan berbagi tentang perasaan
mereka
m) jamindistribusibantuansecaratepat
n) sediakan layanan cara penyembuhan yang dengan orang dan
memperlihatkan sikap peduli terhadap setiap orang (misalnya,
kelemahanatauminoritas)darimasyarakat

Reaksi psikologis yang timbul pada masyarakat yang tertimpa bencana,


antaralain:
a) reaksisegera(dalam24jam);
(1) tegang,cemasdanpanik;
(2) kaget,linglung,syok,tidakpercaya;
(3) gelisah,bingung;
(4) agitasi,menangis,menarikdiri;
(5) rasabersalahpadakorbanyangselamat.

148

Reaksiinitampakhampirpadasetiaporangdidaerahbencanadanini
dipertimbangkansebagaireaksialamiahpadasituasiabnormal,TIDAK
membutuhkanintervensipsikologiskhusus.

b) reaksiterjadidalamharisampaiminggusetelahbencana;
(1) ketakutan,waspada,siagaberlebihan;
(2) mudahtersinggung,marah,tidakbisatidur;
(3) khawatir,sangatsedih;
(4) Flashbacks berulang (ingatan terhadap peristiwa yang selalu
datangberulangdalampikiran);
(5) Menangis,rasabersalah;
(6) Kesedihan;
(7) Reaksipositiftermasukpikiranterhadapmasadepan;
(8) MenerimabencanasebagaisuatuTakdir.
Semua itu adalah reaksi alamiah Dan HANYA membutuhkan
intervensipsikososial.

c) terjadikirakira3minggusetelahbencana;
Reaksiyangsebelumnyaadadapatmenetapdengangejalaseperti:
(1) gelisah;
(2) perasaanpanik;
(3) kesedihan yang mendalam dan berlanjut, pikiran pesimistik yang
tidakrealistik;
(4) tidakmelakukanaktivitaskeluar,isolasi,perilakumenarikdiri;
(5) ansietas atau kecemasan dengan manifestasi gejala fiisk seperti
palpitasi,pusing,mual,lelah,sakitkepala.
ReaksiiniTIDAKPERLUdiperhitungkansebagaigangguanjiwa.Gejala
inidapatdiatasiolehtokohmasyarakatyangtelahdilatihagarmampu
memberikanintervensipsikologikdasar.

Responsdariorangorangyangterkenabencanadibagiatas3kategori
utama:
149

(1) responpsikologisnormal,tidakmembutuhkanintevensikhusus;
(2) respon psikologis disebabkan distres atau disfungsi sesaat,

membutuhkan bantuan pertama psikososial (psychological first


aid);
(3) distressataudisfungsiberatyangmembutuhkanbantuanprofesi

kesehatanjiwa.

CopingskillsyangSEHAT,antaralain:
(1) kemampuanuntukmenghadapisendirimasalahdengancepat;
(2) tepatdalamperencanaandanpelaksanaankegiatan;
(3) tepatmenggunakanbantuan;
(4) tepatmengekpresikanemosiyangmenyakitkan;
(5) toleransiterhadapketidakjelasantanpamemilihperilakuagresif.

150

BABIV
PENATALAKSANAANKORBANMATI

PenatalaksanaankorbanmatimengacupadaSuratKeputusanBersamaMenteri
Kesehatan dan Kapolri No. 1087/Menkes/SKB/IX/2004 dan No. Pol Kep/40/IX/2004
PedomanPelaksanaanIdentifikasiKorbanMatipadaBencanaMassal.

1.

ProsesDisasterVictimIdentification
PenanggungjawabDVIadalahKepolisianyangdalampelaksanaanoperasinya
dapatbekerjasamadenganberbagaipihaklintasinstitusi,sektoraldanfungsi.Ketua
tim dan koordinator fase berasal pihak kepolisian. Pada kasus yang lebih
mementingkanaspekpenyidikan,kecepatandanhotissuessepertipadamanmade
disaster, ketua tim DVI lebih mengedepankan timnya sesuai dengan keahlian dan
pengalaman,sedangkanpadakasusyanglebihmengedepankanaspekkemanusiaan
padanaturaldisastermakaketuaDVIdapatmelibatkanbeberapatimdariberbagai
institusi.
Prinsip dalam bekerja bagi tim DVI adalah team work sesuai dengan
keahlian/kompetensi dan pengalaman. Masingmasing tim yang bekerja dalam
masingmasing fase mempunyai tanggung jawab, keahlian dan pengalaman yang
berbedayangmenjadipertimbanganbagiseorangketuatimDVI.MisalnyatimDVI
fase I diperuntukkan bagi tim yang telah terlatih dan mempunyai pengalaman di
TKP dibandingkan dengan seorang dokter forensik/dokter gigi forensik yang lebih
berkompetendiDVIfase2untukmemeriksajenasah.ProsesDVIterdiridari5fase.

1.1. Fase1:faseTKP
DilaksanakanolehtimDVIunitTKPdenganaturanumumsebagaiberikut:
a. tidak diperkenankan seorang pun korban meninggal yang dapat
dipindahkandarilokasi,sebelumdilakukanolahTKPaspekDVI;
b. pada kesempatan pertama label anti air dan anti robek harus diikat pada
setiap tubuh korban atau korban yang tidak dikenal untuk mencegah
kemungkinantercampuratauhilang;

151

c. semua perlengkapan pribadi yang melekat di tubuh korban tidak boleh


dipisahkan;
d. untuk barangbarang kepemilikan lainnya yang tidak melekat pada tubuh
korbanyangditemukandiTKP,dikumpulkandandicatat;
e. identifikasi tidak dilakukan di TKP, namun ada proses kelanjutan yakni
masukdalamfasekeduadanseterusnya.
RincianyangharusdilakukanpadasaatdiTKPadalahsebagaiberikut:
1.

membuatsektorsektoratauzonapadaTKP;

2.

memberikantandapadasetiapsektor;

3.

memberikanlabelorange(humanremainslabel)padajenazahdanpotonganjenazah,label
diikatkanpadabagiantubuh/ibujarikirijenazah;

4.

memberikanlabelhijau(propertylabel)padabarangbarangpemilikyangtercecer.

5.

membuatsketsadanfotosetiapsektor;

6.

fotomayatdarijarakjauh,sedangdandekatbesertalabeljenasahnya;

7.

isi dan lengkapi pada formulir Interpol DVI PM halaman B dengan keterangan sebagai
berikut:
a. pada setiap jenazah yang ditemukan, maka tentukan perkiraan umur, tanggal dan
tempattubuhditemukan,akanlebihbaikapabiladifotopadalokasidenganreferensi
koordinatdansektorTKP;
b. selanjutnyatentukanapakahjenazahlengkap/tidaklengkap,dapatdikenaliatautidak,
atauhanyabagiantubuhsajayangditemukan;
c.diskripsikan keadaannya apakah rusak, terbelah, dekomposisi/membusuk, menulang,
hilangatauterlepas;
d. keteranganinformasilainnyasesuaidenganisidariformulirInterpolDVIPMhalaman
B.

8.

masukkan jenazah dalam kantung jenazah dan atau potongan jenazah di dalam karung
plastikdandiberilabelsesuaijenazah;

9.

formulirInterpolDVIPMturutdimasukkankedalamkantongjenasahdengansebelumnya
masukkanplastikagarterlindungdaribasahdanrobek;

10. masukkan barangbarang yang terlepas dari tubuh korban ke dalam kantung plastik dan

diberilabelsesuainomorproperti;
11. evakuasi jenasah dan barang kepemilikan ke tempat pemeriksaan dan penyimpanan

jenazahkemudiandibuatkanberitaacarapenyerahankolektif.

152


1.2. Fase2:fasepostmortem
Kegiatanpadafase2sebagaiberikut:
a. menerimajenazah/potonganjenazahdanbarangbuktidariunitTKP;
b. mengelompokkan kiriman tersebut berdasarkan jenazah utuh, tidak utuh,
potonganjenazahdanbarangbarang;
c. mebuatfotojenazah;
d. mengambilsidikjarikorbandangolongandarah;
e. melakukan pemeriksaan korban sesuai formulir interpol DVI PM yang
tersedia;
f. melakukanpemeriksaanterhadappropertyyangmelekatpadamayat;
g. melakukanpemeriksaangigigeligikorban;
h. membuatrontgenfotojikaperlu;
i.

mengambilsampelDNA;

j.

menyimpanjenasahyangsudahdiperiksa;

k. melakukan pemeriksaan barangbarang kepemilikan yang tidak melekat di


mayatyangditemukandiTKP;
l.

mengirimkandatadatayangtelahdiperolehkeunitpembandingdata.

Datadata post mortem diperoleh dari tubuh jenazah berdasarkan

pemeriksaan dari berbagai keahlian antara lain dokter ahli forensik, dokter
umum, dokter gigi forensik, sidik jari, fotografi, DNA dan ahli antropologi
forensik.

Urutanpemeriksaanpadajenazahadalahsebagaiberikut:
1.

mayatdiletakkanpadamejaotopsiataumejalain;

2.

dicatatnomorjenazah;

3.

fotokeseluruhansesuaiapaadanya;

4.

ambilsidikjari(biladimungkinkankeadaannya);

5.

diskripsi pakaian satu persatu mulai dari luar, kemudian dilepas dan dikumpulkan serta
diberinomorsesuainomorjenazah (biladiperlukan untukmengambil fotojikadianggap
pentingdankhusus);

153

6.

barang milik pribadi dan perhiasan difoto dan didiskripsi kemudian dikumpulkan dan
diberinomorsesuainomorjenazah;

7.

periksasecaratelitimulaidariujungrambutsampaiujungkakiyangmeliputi:
a. identifikasiUmum(JenisKelaminUmurBBTB,dll);
b. identifikasiKhusus(Tato,jaringanparut,cacat,dll).

8.

lakukan bedahjenazah dan diskripsikantemuan, prinsipnyamencari kelainan yang khas,


penyakit/patologis,bekaspatahtulang,bekasoperasidanlainlain;

9.

ambilsampeluntukpemeriksaanserologi,DNAataulainlain;

10.

fotoakhirkeseluruhansesuaikondisikorban;

11.

buatkesimpulanberdasarkanpemeriksaanpatologiforensik.

Urutanpemeriksaangigigeligi:
1.

pemeriksaandilakukanolehdoktergigiataudoktergigiforensik;

2.

jenazahdiletakkanpadamejaataubrankar;

3.

untuk memudahkan pemeriksaan jenazah, jenazah diberi bantalan kayu pada punggung
atas/bahusehinggakepalajenazahmenengadahkeatas;

4.

pemeriksaandilakukanmulaidaribibir,pipi,danbagianbagianlainyangdianggapperlu;

5.

guna memperoleh hasil pemeriksaan yang maksimal, maka rahang bawah harus
dilepaskandanjaringankulitatauototpadarahangatasdikupaskeatasagargigitampak
jelaskemudiandibersihkan.Haliniuntukmempermudahmelakukanpemeriksaansecara
telitibaikpadarahangatasmaupunbawah;

6.

apabila rahang atas dan bawah tidak dipisahkan dan rahang kaku, maka dapat diatasi
denganmembukapaksamenggunakantangandanapabilatidakbisadapatmenggunakan
`TChisselyangdimasukkanpadaregiongigimolaratasdanbawahkiriataukanan atau
dapat dilakukan pemotongan Musculus Masetter dari dalam sepanjang tepi mandibula
sesudahitucondylusdilepaskandarisendi;

7.

catatkelainankelainansesuaiformuliryangada;

8.

lakukanroentgengigi;

9.

bilaperluroentgentengkorakjenazah;

10. selanjutnyabilaperludibuatcetakangigijenazahuntukanalisalebihlanjut.

154


1.3. Fase3:FaseAnteMortem
Kegiatan:
a. menerimakeluargakorban;
b. mengumpulkan datadata korban semasa hidup seperti foto dan lain
lainnyayangdikumpulkandarikeluargaterdekatyangkehilangananggota
keluarganyadalambencanatersebut;
c. mengumpulkan datadata korban dari instansi tempat korban bekerja,
RS/Puskesmas/Klinik,dokterpribadi,dokteryangmerawat,dokterdokter
gigipribadi,polisi(sidikjari),catatansipil,dll;
d. datadataAnteMortemgigigeligi;
1) datadata Ante Mortem gigigeligi adalah keterangan tertulis atau
gambaran dalam kartu perawatan gigi atau keterangan dari keluarga
atauorangyangterdekat;
2) sumberdatadataAnteMortemtentangkesehatangigidiperolehdari:
a) klinikgigiRSPemerintah,TNI/PolridanSwasta;
b) lembagalembagapendidikanPemerintah/TNI/Polri/Swasta;
c) praktekpribadidoktergigi.
e. mengambilsampelDNApembanding;
f. apabila diantara korban ada warga Negara asing maka Datadata Ante
MortemdapatdiperolehmelaluiperantaraSetNCBInterpolIndonesiadan
perwakilanNegaraasing(kedutaan/konsulat);
g. memasukkandatadatayangadadalamformulirInterpolDVIAM;
h. mengirimkandatadatayangtelahdiperolehkeUnitPembandingData.

1.4. Fase4:FaseRekonsiliasi
Kegiatan:
a) mengkoordinasikan rapatrapat penentuan identitas korban mati antara
UnitTKP,UnitPostMortemdanUnitAnteMortem;
b) mengumpulkan datadata korban yang dikenal untuk dikirim ke Rapat
Rekonsiliasi;

155

c) mengumpulkandatadata tambahandariUnitTKP,UnitPostMortemdan
UnitAnteMortemuntukkorbanyangbelumdikenal;
d) membandingkandataAnteMortemdanPostMortem;
e) checkandRecheckhasilUnitPembandingData;
f) mengumpulkanhasilidentifikasikorban;
g) membuat sertifikat identifikasi, surat keterangan kematian untuk korban
yangdikenaldansuratsuratlainnyayangdiperlukan;
h) publikasi yang benar dan terarah oleh Unit Rekonsiliasi sangat membantu
masyarakatuntukmendapatkaninformasiyangterbarudanakurat.

1.5. Fase5:FaseDebriefing
Kegiatan:
1) melakukan analisa dan evaluasi terhadap keseluruhan proses identifikasi
dariawalhinggaakhir;
2) mencari hal yang kurang yang menjadi kendala dalam operasi DVI untuk
diperbaiki pada masa mendatang sehingga penanganan DVI selanjutnya
dapatmenjadilebihbaik;
3) mencari hal yang positif selama dalam proses identifikasi untuk tetap
dipertahankandanditingkatkanpadaoperasiDVImendatang.

2.

Metodedantehnikidentifikasi
Dahuludikenal2metodepokokidentifikasiyaitu:
a.

metodeSederhana
1) visual;
2) kepemilikan(perhiasandanpakaian);
3) dokumentasi.

b. metodeIlmiah
1) sidikjari;
2) serologi;
3) odontologi;
4) antropologi;
5) biologimolekuler.
156

Saat ini berdasarkan standar Interpol untuk proses identifikasi pada DVI telah
ditentukanmetodeidentifikasiyangdipakaiyaitu:
a. metodeidentifikasiprimer:
1) sidikjari;
2) gigigeligi;
3) DNA.
b. metodeidentifikasisekunder:
1) medik;
2) properti.
Metode visual tidak dipakai di dalam metode identifikasi untuk DVI saat ini
karenametodeinitidakdapatditerapkanbilamayattelahbusuk,terbakar,mutilasi
serta tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah oleh karena melibatkan
faktorpsikologikeluargayangmelakukannya(sedangberduka,stress,sedihdll).
Gigimerupakansuatusaranaidentifikasiyangdapatdipercaya,khususnyabila
rekamdanfotogigipadawaktumasihhidupyangpernahdibuatmasihtersimpan
denganbaik.Pemeriksaangigiinimenjadiamatpentingapabilamayatsudahdalam
keadaan membusuk atau rusak, seperti halnya kebakaran. Adapun dalam
melaksanakanidentifikasimanusiamelaluigigi,kitadapatkan2kemungkinan:
a. memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut untuk membatasi atau
menyempitkanidentifikasi;
Informasi ini dapat diperoleh antara lain mengenai umur, jenis kelamin, ras,
golongan darah, bentuk wajah dan salah satu sampel DNA. Dengan adanya
informasi mengenai perkiraan batasbatas umur korban misalnya, maka
pencarian dapat dibatasi pada datadata orang hilang yang berada di sekitar
umurkorban.Dengandemikianpenyidikanakanmenjadilebihterarah.
b. mencariciriciriyangmerupakantandakhususpadakorbantersebut;
Disini dicatat ciriciri yang diharapkan dapat menentukan identifikasi secara
lebih akurat dari pada sekedar mencari informasi tentang umur atau jenis
kelamin. Ciriciri demikian antara lain : misalnya adanya gigi yang dibungkus
logam,gigiyangompongataupatah,lubangpadabagiandepanbiasanyadapat
157

lebih mudah dikenali oleh kenalan atau teman dekat atau keluarga korban.
Disamping ciriciri di atas, juga dapat dilakukan pencocokan antara tengkorak
korban dengan foto korban semasa hidupnya. Tehnik yang digunakan dikenal
sebagai Superimpossed Technique yaitu untuk membandingkan antara
tengkorakkorbandenganfotosemasahidupnya.

3.

PrinsipIdentifikasi
Prinsip dari proses identifikasi adalah mudah yaitu dengan membandingkan
datadata korban (data Post Mortem) dengan data dari keluarga (data Ante
Mortem), semakin banyak kecocokan akan semakin baik. Data gigi, sidik jari, atau
DNA secara tersendiri sudah dapat digunakan sebagai faktor determinan primer,
sedangkandatamedis,propertyharusdikombinasikanuntukdianggapsebagaiciri
identitasyangpasti.
Identifikasiterhadapmayatdapatdikatakanpositifapabilaminimalsatudari
metodeidentifikasiprimeradalahcocokataujikatidakadayangcocokdarimetode
identifikasi primer, maka seluruh metode identifikasi sekunder harus cocok.
Penentuanidentifikasiinidilakukandidalamrapatrekonsiliasi.
Adalah sangat penting untuk tetap memperhatikan file record dan segala
informasiyangtelahdibuatuntukdikelompokkandandisimpandenganbaik.
Dokumentasi berkas yang baik juga berkepentingan agar pihak lain (Interpol
misalnya)dapatmelihat,mereviewkasusnya,sehinggamenunjukkanbahwaproses
identifikasiinidikerjakansesuaiprosedurdanberdasarkanprinsipilmiah.

4.

Setelahkorbanteridentifikasi
Setelah korban teridentifikasi sedapat mungkin dilakukan perawatan jenazah
yangmeliputiantaralain:
a.

perbaikanataurekonstruksitubuhjenazah;

b. pengawetanjenazah(bilamemungkinkan);
c.

perawatansesuaiagamakorban;

d. memasukkandalampetijenazah.

158

Kemudian jenazah diserahkan kepada keluarganya oleh petugas khusus dari


TimUnitRekonsiliasiberikutsuratsuratyangdiperlukanpencatatanyangpenting
padaprosesserahterimajenazahantaralain:
a.

tanggal(hari,bulan,tahun)danjamnya;

b. nomorregistrasijenazah;
c.

diserahkankepadasiapa,alamatlengkappenerima,hubungankeluargadengan
korban;

d. dibawakemanaatauakandimakamkandimana.
Perawatan jenazah setelah teridentifikasi dapat dilaksanakan oleh unsur
Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Sosial dan Dinas Pemakaman dengan
dibantuseorangdokterspesialisforensikdalamteknispelaksanaannya.

5.

Jikakorbantakteridentifikasi
Salah satu keterbatasan yang akan timbul di lapangan adalah adanya
kemungkinan korban yang tak teridentifikasi. Hal ini mungkin saja disebabkan
seringkali begitu banyaknya laporan korban atau orang hilang sedangkan yang
diperiksa tidak sama jumlahnya seperti yang dilaporkan. Atau pada kecelakaan
pesawat misalnya, pada passenger list terdapat sejumlah penumpang termasuk
crew pesawat, namun setelah terjadi bencana dan pada waktu korban ditemukan
untuk diperiksa ternyata kurang dari jumlahnya dari daftar penumpang pesawat
tersebut.
Dalamprosesidentifikasipadakenyataannyatidaklahselalumudahwalaupun
data ante mortemnya lengkap. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor
antaralain:
a. keadaanjenazahyangditemukandalamkondisi:
1) mayatmembusuklanjut,tergantungderajatpembusukannyadankerusakan
jaringannya,ataumayattermutilasiberatdankerusakanjaringanlunakyang
banyak maka metode identifikasi yang digunakan sidik jari bila masih
mungkin atau dengan ciri anatomis dan medis tertentu, serologi, DNA atau
odontologi;
2) mayat yang telah menjadi kerangka, identifikasi menjadi terbatas untuk
sedikitmetodesajayaitu:serologis,cirianatomistertentudanodontologi.
159

b. tidak adanya data antemortem, tidak adanya data orang hilang atau sistem
pendataanyanglemah;
c. jumlah korban yang banyak, baik pada populasi yang terbatas ataupun pada
populasiyangtakterbatas.

Menjadi suatu masalah, jika ahli waris keluarga korban meminta surat
kematian untuk kepentingan administrasinya seperti akta kematian, pengurusan
warisan, asuransi dan sebagainya, sedangkan Tim DVI tidak mempunyai data post
mortemnyaolehkarenamemangtidakdilakukanpemeriksaanatautidakditemukan
jasadataubagiantubuhnya.
Lalu sampai berapa lama orang yang hilang dalam suatu bencana jika tidak
ditemukan atau tidak diperiksa bisa dikatakan meninggal dan dikeluarkan surat
kematiannya? Salah satu solusi adalah dilakukannya kesepakatan bersama antara
beberapa ahli hukum dengan Tim DVI untuk berdiskusi dari situasi dan kondisi
bencana, alasan tidak ditemukannya dan sebagainya. Selanjutnya hasil keputusan
tersebut diajukan ke pengadilan dan menghasilkan suatu ketetapan, yang
berdasarkan keputusan pengadilan inilah kemudian dipakai sebagai acuan untuk
menentukan orang tadi dinyatakan sudah meninggal serta dikeluarkannya surat
kematian.
Apabila dalam proses tersebut ada yang tidak teridentifikasi, maka Tim DVI
Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan penguburan massal
dengan beberapa ketentuan antara lain mayat harus diambil sampel DNA nya
terlebih dahulu dan dikuburkan dengan dituliskan nomor label mayat pada bagian
nisannya.

6.

Beberapahalpentingberkaitandengantatalaksana
a.

Legalitasdanpengaturanpada:
1) organisasidanprosedurDVI;
2) pendataanantemortem,yaitusidikjaridanodontologi.

b. Networkingyangdapatterdiridarikerjasama,koordinasi,pelatihan,pembagian
informasidanlainlain;

160

c.

Sarana dan fasilitas seperti lemari pendingin atau tempat agar mayat tidak
cepatmembusuk(coldstorage),fasilitastempatpemeriksaanjenazah,kantung
jenazah,insektisida,peralatanotopsidanalatpendukunglainnya;

d. Sebagai catatan kamar mayat rumah sakit, untuk korban mati dalam jumlah
yang banyak, melebihi kapasitas tampung jenazah di rumah sakit tersebut,
makadapatdipilih:
menggunakanfasilitaskamarjenazahyangdimilikiolehrumahsakitsekitar;
mendatangkankontainerdenganfasilitaspendingin;
untuk korban mati dengan dugaan tidak wajar/man made disaster (seperti
kasuskasus teroris, kerusuhan massal, dll), pemindahan jenazah dalam
pengawalanpetugaskeamanan.

161

BABV
MONITORINGDANEVALUASI

Manajemen penanggulangan krisis kesehatan berhubungan dengan keselamatan


dan kesehatan perorangan, sekelompok orang, atau masyarakat. Maksud dan tujuan
dilakukanmonitoringdanevaluasi(monev)adalahuntukmelakukanpemantauansecara
rutin atau berkala upayaupaya program yang dilakukan dan untuk menilai atau
mengukur keberhasilan kegiatan tanggap darurat dan pemulihan yang telah
dilaksanakan.

Kegiatanmonitoringdanevaluasisaatbencanadilakukandenganmenyelaraskan

kebijakanteknisbidangkesehatandenganupayaupayadanpermasalahanyangterkait
dengan penanganan tanggap darurat dan pemulihan. Halhal yang dimonitor dan
dievaluasiantaralainsebagaiberikut:
No
Kebijakan
1. Setiapkorban
mendapatkanpelayanan
kesehatansesegera
mungkinsecaramaksimal
danmanusiawiuntuk
menyelamatkannyawa
danmencegahkecacatan

2.

Pelayanankesehatan
lingkungan,gizi,
kesehatanjiwa,
kesehatanibudananak
maupunkesehatan

Aspekyangdimonitordandievaluasi
a. pelayananprarumahsakit
1) triaselapangan;
2) poskesehatan(poskes)statisdanbergerak;
3) jumlahdanjenistenagadiposkes;
4) distribusiobatdanperbekalankesehatandiposkes;
5) ketersediaanalatdanjejaringkomunikasi;
6) kegiatansurveilansdilokasipengungsi.
b. pelayananrumahsakit
1) jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan yang
tersedia;
2) jumlahdanjenisobatspesialistik dan ketersediaan
alatkesehatanyangtersedia;
3) kemampuanmengelolakorbanmassal;
4) kegiatansurveilansdirumahsakit.
c. pelayananrujukan
1) sistemrujukanantarrumahsakit;
2) ketersediaanalatdanjejaringkomunikasi;
3) jumlahdanjenissaranarujukanmedik.

a. koordinasi lintas program dan pertemuan kluster


kesehatan;
b. pencegahanpenyakitdanpenyehatanlingkungan:
1) kegiatansurveilans;
2) pengendalianvektor;

162

No

Kebijakan
reproduksidilakukan
secaraterpadu

c.

d.

e.

f.

3.

4.

5.

6.

Identifikasikorban
meninggalakibatbencana
dilakukansemaksimal
mungkindanoleh
petugasyangberwenang

Pelayanankesehatan
sehariharidifasilitas
kesehatanharustetap
terlaksanasecaraoptimal

a.
b.
c.

Aspekyangdimonitordandievaluasi
3) pengendalianpenyakitpotensialKLB;
4) airbersihdansanitasidarurat;
5) ketersediaanbahandanalatkesling.
6) pengawasanterhadappenderitaHIV/AIDS,dll.
pelayanangizi:
1) tenagasurveilansgizi;
2) pelayanangizidarurat;
3) ketersediaanMPASI;
4) pemantauan dan pengendalian bantuan susu
formula,dll
kesehatanjiwa:
1) ketersediaantenagakesehatanjiwa;
2) pelayanankesehatanjiwadipengungsian;
3) pelayananrujukan,dll.
kesehatanibudananak
1) jumlahtenagapendampingASI;
2) kampanyeASI,dll.
kesehatanreproduksi
1) ketersediaan Paket Pelayanan Awal Minimum
kesehatanreproduksi;
2) ketersediaanalatkontrasepsi;
3) tenagakesehatanreproduksi
tenagaDVIdanforensik;
kesiapan fasilitas kesehatan dalam pengelolaan
jenazah;
ketersediaankantongjenazah,dll

a. jumlah dan jenis tenaga kesehatan di fasilitas


pelayanankesehatan;
b. pelayanan kesehatan bagi pasien yang membutuhkan
pengobatanberkalasepertiTB,HIV/AIDS,Kustadll;
c. pelayanankesehatandasar;
d. ketersediaanobatdanalatkesehatan,dll

Pelaksanaanpenanganan a. pembentukan pusat pengendalioperasionalkesehatan


didinaskesehatanprovinsi/kabupaten/kota;
krisiskesehatandilakukan
b. ketersediaan dana operasional tanggap darurat di
secaraberjenjangmulai
daerah;
daritingkat
Kabupaten/Kota,Provinsi c. distribusi dan mobilisasi bantuan tenaga maupun
logsitiksecaraberjenjang;
danPusatdandapat
dibantuolehmasyarakat d. pertemuan berkala koordinasi lintas program dan
nasionaldan
klusterkesehatan;
internasionalserta

lembagadonor.

Bantuan kesehatan dari a. pencatatanbantuankesehatanbaikdaridalammaupun


luarnegeri;
dalam maupun luar
b.
verifikasibantuankesehatansesuaikebutuhan;
negeri
mengikuti
c. pendistribusianbantuankesehatan;
ketentuan yang berlaku
163

No

7.

Kebijakan
yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan
dan Kementerian atau
lembagaterkait.
Penyediaaninformasi
yangberkaitandengan
penanggulangan
kesehatanpadabencana
dilaksanakanolehdinas
kesehatansetempat
selakuanggota
BPBD/Satkorlak/Satlak.

Aspekyangdimonitordandievaluasi
d. pemetaantitikdistribusibantuankesehatan;
e. pencatatan dan pelaporan distribusi bantuan
kesehatan.
a.
b.
c.
d.

sisteminformasi;
formatpelaporankejadianbencana;
alurdanmekanismeinformasi;
disseminasiinformasikeinstansi/lembagaterkait.

164

DAFTAR PUSTAKA
BNPB. (2007) Pengenalan Karakteristik Bencana dan
Upaya Mitigasinya. Edisi 2. Jakarta.
Carter, W.N. (1991) Disaster Management: A disaster
managers handbook. Manila, Asian Development
Bank.
Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (2003)
Pedoman Kesehatan Reproduksi bagi Pengungsi.
Direktoran
Bina
Kesehatan
Ibu.
Jakarta,
Kementerian Kesehatan RI
Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (2008)

Pedoman Praktis Kesehatan Reproduksi pada


PenanggulanganBencana. Direktoran Bina Kesehatan
Ibu. Jakarta, Kementerian Kesehatan RI
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2011)
Pedoman
Pengelolaan
Obat
dan
Perbekalan
Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana. Jakarta,
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat (2003) Buku Pedoman
Kesehatan Jiwa: Pegangan bagi kader kesehatan.
Jakarta, Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat,
Depkes RI.
Dirjen Bina Pelayanan Medik (2005) Materi Teknis Medis
Khusus. Seri PPGD: Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat/General Emergency Life Support
(GELS). Cetakan ke-2. Jakarta, Depkes RI.

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

P1

Dirjen
Bina
Pelayanan
Medik
(2005)
Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).
Seri PPGD: Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat/General Emergency Life Support (GELS).
Cetakan ke-2. Jakarta, Depkes RI.
Depkes RI dan Kepolisian Negara RI (2006) Pedoman
Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati pada
Bencana Massal. Cetakan ke-2. Jakarta, Depkes
2006.
Idrus AP, Aryono DP, dan Guntur BH, ed. (2002)
Penatalaksanaan Korban Bencana Massal. Jakarta,
Depkes RI.
Keputusan Menkes RI No. 1228/Menkes/SK/XI/2007.
Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 783/Menkes/SK/X/2006
tentang Regionalisasi Pusat Bantuan Penanganan
Krisis Kesehatan akibat Bencana. Jakarta, Depkes
RI.
Keputusan Menkes RI No. 1227/Menkes/SK/XI/2007.
Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 679/Menkes/SK/VI/2007
tentang Organisasi Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan Regional. Jakarta, Depkes RI.
Keputusan Menkes RI No. 064/Menkes/SK/II/ 2006.
Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis
akibat Bencana. Jakarta, Depkes RI.
Keputusan Menkes RI No. 066/Menkes/SK/II/ 2006.
Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta,
Depkes RI.

P2

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Keputusan Menkes RI No. 145/Menkes/SK/I/2007.


Pedoman
Penanggulangan
Bencana
Bidang
Kesehatan. Jakarta, Depkes RI.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana No. 4 Tahun 2008. Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana. Jakarta.
Pusat Penanggulangan Krisis (2006) Draft Reference
Material for Participants PHEMAP 6 for the
International
Training
of
Health
Emergency
Management for Disaster. Jakarta, Depkes RI.
Team of Field Hospital (2006) Final Report MOH-PMI Field
Hospital May 28th July 04th 2006, Bantul
Jogjakarta. Bogor, RS PMI Bogor.
The Sphere Project (2004) Humanitarian Charter and
Minimum Standards in Disaster Response. Geneva,
The Sphere Project.
UNHCR (2001) Buku Pegangan Kedaruratan. Edisi ke-2,
Jakarta.
UNHCR and Its NGO Partners (1999) Protecting Refugees:
A Field Guide for NGOs. Geneva, UNHCR.
WHO-WPR
(2003)
Emergency
Response
Manual:
Guidelines for WHO Representatives and Country
Offices in the Western Pacific Region. Provisional
Version. World Health Organization.

Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

P3

Lampiran1
PetaIndeksAncamanBencanaBanjirdiIndonesia

"

!
." , ~

"'. 1"';:::;",
~

"., <. ,.A .... ".

8==

----

D __

D _

".
".

"

, . '.
"....
",.. ,
),11".

Sumber:BNPB

............"

"

,,~

Lampiran2
PetaIndeksAncamanBencanaGunungapidiIndonesia

,,- - - - , .-

."",....;,..""....
".,

.~.
,

..,.-

""'"

'

.. t .,.,...

'

;
.. ...... ....,.

c".;"
... .
)011".

-=
---

Sumber:BNPB

'.",

--'. - -

..... ",.. ,

Lampiran3
PetaIndeksAncamanBencanaTsunamidiIndonesia

"
M, ...... . .;,

<A., ,.. .... ,..

..

' ~

'

'

,.,

. ...

~n

. . . , An

eo.G,

Sumber:BNPB

Lampiran4
PetaIndeksAncamanBencanaGempaBumidiIndonesia

"t_
,,,..

ou

<OUT , . . . . . . . . .

"

.".

0_ _ _

---0

_ _

t:

". ..

__

"

'.

..........

....._ ._.

...
,;."

.........
I.,e..d.

..

.. ....
~

,.

-=

Sumber:BNPB

- --

-- -

Lampiran5
PetaJumlahKejadianBencanaDiIndonesiaTahun2010

"
A

Sumber:PusatPenanggulanganKrisisKesehatan,KementerianKesehatan

KONTRIBUTOR
TIMPENYUSUN
Mudjiharto,SKM,MM
dr.LuckyTjahjono,M.Kes
drg.ElsMangunap,MM
YusRizal,DCN,M.Epid
dr.M.ImranS.Hamdani
dr.IndroMurwoko
EdyS.Purba,SKM,MKM
Yuniati,S.S,M.Si
dr.IraCyndiraTresna
dr.RienPramindari
dr.dr.TriWahyuMurni,Sp.B,Sp.BTKV(K),MH.Kes
dr.KoesmediPriharto
AKBPdr.LastriRiyanti
RitaDjupuri,M.Epid
SaidaSimanjuntak,S.Kp,MARS
dr.Christina
dr.AsihWidowati,MARS
Hasnawati,SKM,M.Kes
dr.MarolopBinsar
DadingSetiawan,SKM,M.Epid
IwanHalwani,SKM,M.Si
GdeYulianYogadita


TIMEDITOR
dr.WidianaKusumasari
dr.EkoMedistianto
dr.WilyPanduAriawan
YanaIrawati,SKM,MKM
dr.RuckyNurulWursantyDewi,MKM

Anda mungkin juga menyukai