PENDAHULUAN
Bahwa anak dapat mengalami kejang bila menderita demam telah lama
diketahui. Hippocrates, pakar ilmu kedokteran asal Yunani yang hidup pada abad
ke empat sebelum Masehi antara lain pernah menulis : kejang dapat
terjadi pada anak bila terdapat demam akut sampai usia 7 tahun anak
yang lebih tua dan orang dewasa tidak sama mudahnya dicekam serangan kejang,
kecuali bila sebelumnya terdapat kelainan yang lebih parah dan buruk .
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi.
Suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (ekstrakranial :
ekstra = di luar, kranium : rongga tengkorak. Ekstrakranial :di luar rongga
tengkorak).1
Jumlah penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2-4% dari jumlah
penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan
penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% diantara jumlah penderita mengalami
kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis
kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki.
Penderita pada umumnya mempunyai riwayat keluarga (orang tua atau saudara
kandung) penderita kejang demam.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal lebih dari 380c) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang
demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3
bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti
adanya Infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang
tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang
demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa demam.3
Klasifikasi
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak dengan umur berkisar antara 6
bulan sampai 5 tahun, insidens tertinggi pada umur 18 bulan.
Kejang demam dibagi atas :
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang bersifat umum (bangkitan kejang tonik klonik), tanpa
gerakan fokal, berlangsung singkat (< 15 menit), dan hanya sekali / tidak
berulang dalam 24 jam. Sebanyak 80 90% diantara seluruh kejang demam
merupakan kejang demam sederhana.5,6
Faktor Resiko
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain
itu, terdapat faktor-faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara
kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam
perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama,
kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-kira
9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih. Risiko rekurensi meningkat
dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul,
temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat
keluarga epilepsi.
Etiologi
Hingga kini etiologi kejang demam belum diketahui dengan pasti. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu
yang tinggi. Kadang-kadang yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.3
Manifestasi Klinik
A. Anamnesis
Adanya kejang, jenis kejang, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang,
frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab kejang di luar SSP.
Riwayat Kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam keluarga,
epilepsi dalam keluarga (kakak-adik, orang tua).
Singkirkan dengan anamnesis penyebab kejang yang lainnya.
B. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningkat, tanda peningkatan tekanan
intrakranial, dan tanda infeksi di luar SSP.
C. Pemeriksaan Nervi Kranialis
Umumnya tidak dijumpai adanya kelumpuhan nervi kranialis
Kriteria Diagnosis
Kejang didahului oleh demam
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab
demam, meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit, serum kalsium,
fosfor, magnesium, ureum, kreatinin, urinalisis, biakan darah, urin dan feses,
walaupun kadang tidak menunjukan kelainan yang berarti.4,5
Fungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak dibawah umur 12 bulan,
dianjurkan pada umur 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak berumur
diatas 18 bulan, atau dicurigai menderita meningitis.
Pemeriksaan pencitraan (CT-scan atau MRI kepala) dapat diindikasikan pada
keadaan adanya riwayat atau tanda klinis trauma kepala, dan kemungkinan lesi
struktural di otak (mikrosefal, spastis).
Elektroensefalografi (EEG) ternyata kurang mempunyai nilai prognostik. EEG
abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya
epilepsi atau kejang demam berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan
EEG tidak dianjurkan untuk pasien kejang demam sederhana. EEG
dipertimbangkan pada keadaan kejang demam atipikal (misalnya kejang
demam komplek pada anak usia 8 tahun).3,4
Diagnosis Banding
Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya
meningitis atau ensefalitis. Adanya sumber infeksi seperti otitis media tidak
Penatalaksanaan
Ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu (1) pengobatan fase akut ; (2) mencari dan
mengobati penyebab ; dan (3) pengobatan profilaksis terhadap berulangnya
kejang demam.
1. Pengobatan fase akut
Sering kali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang, yang perlu
diperhatikan adalah ABC (Airway, Breathing,Circulation). Perhatikan juga
keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi
jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air hangat dan
pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan IV atau intrarektal.
Dosis diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit
dengan dosis meksimal 20 mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis,
hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum
baru dicabut. Bila diazepam IV tidak tersedia atau pemberiannya sulit, dapat
digunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB< 10kg) atau 10 mg (BB > 10 kg).
Bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5-10 menit. Bila tidak berhenti
juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgbb IV perlahan-lahan 1
mg/kgbb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan
dengan NaCl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan dapat menyebabkan
iritasi vena. Pemberian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan
perilaku dan kesulitan belajar pada 40%-50% kasus sedangkan egek samping
dari pemberian asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital
langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal fenobarbital suntikan IM 30 mg
untuk neonatus dan 50 mg untuk yang berusia 1 bulan 1 tahun dan 75 mg
untuk yang berusia lebih dari 1 tahun. 4 jam kemudian berikan dosis rumat
fenobarbital untuk 2 hari pertama 8-10mg/kgbb/ hari dibagi 2 dosis, dan pada
hari berikutnya sampai demam reda sebanyak 4-5 mg/kgbb/ hari dibagi 2
dosis. Dosis total tidak melebihi 200 mg/ hari karena efek samping berupa
hipotensi, penurunan kesadaran, dan depresi pernapasan.
Bila kejang berhenti dengan fenitoin, lanjutkan fenitoin dengan dosis 4-8
mg/kgbb/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.
2. Mencari dan mengobati penyebab.
Pemeriksaan LCS dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun
demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang
dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis atau bila
kejang demam berlangsung lama.
3. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam dan
(2) profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan setiap hari
Untuk profilaksis intermiten diberikan diazepam secara oral dengan
dosis 0,3-0,5mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam
Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, profnosisnya baik dan tidak
menyebabkan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 25-50%,
umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Risiko untuk mendapatkan epilepsi
rendah.3
Kejang
perhatikan jalan nafas, kebutuhan O2 bantuan
pernapasan
Bila kejang menetap dalam 3-5 menit :
Diazepam rektal
< 10 kg : 5 mg
> 10 kg : 10 mg
atau
Diazepam IV (0,2-0,5 mg/kg/dosis.
Dapat diberikan 2 kali dosis dengan
interval 5-10 menit
2. 15-20 menit
(pencarian akses vena dan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi )
Kejang (-)
Kejang (+)
Fenitoin IV (15-20mg/kg) diencerkan
dengan NaC1 0,9% diberikan selama 20
menit atau dengan kecepatan 50 mg/menit
Kejang (-)
Kejang (+)
Fenobarbital IM
10-20 mg/kg
10
Kejang (-)
Kejang (+)
BAB III
PENUTUP
Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat demam (suhu rektal diatas
380c) tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak
diatas umu 1 bulan, dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.4
Klasifikasi dari kejang demam :
1. Kejang demam sederhana
2. Kejang demam kompleks. 3,4,5
Penatalaksanaan yang perlu dikerjakan yaitu :
1. Pengobatan fase akut
2. Mencari dan mengobati penyebab
3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam
Untuk prognosis kejang demam, profnosisnya baik dan tidak menyebabkan
kematian jika ditanggulangi dengan tepat dan cepat.3
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Epilepsy
With
Febrile
Seizures
Plus
available
at:
13