Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PEMBAHASAN
Korosi pada umumnya merupakan peristiwa dimana logam-logam
bereaksi dengan lingkungannya, akibat dari interaksi tersebut terdapat dua
kemungkinan yang dihasilkan oleh interaksi tersebut yaitu keuntungan ataupun
kerugian dari korosi itu sendiri. Untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai
peristiwa korosi tersebut, maka dilakukanlah percobaan mengenai korosi itu
sendiri. Pada percobaan ini terdapat dua fokus utama yang ingin dicapai dimana
fokus pertama yaitu mengetahui pengaruh jenis larutan terhadap laju korosi
sedangkan fokus kedua yang ingin dicapai adalah ingin mengetahui berapa besar
laju korosi pada sampel-sampel yang diuji dengan menggunakan metode weigh
lost. Sampel uji yang digunakan adalah paku dan paku yang tertancap pada seng,
sedangkan jenis larutan yang digunakan terdapat 3 jenis yakni larutan asam, basa
dan netral.
Pemilihan sampel paku dan seng sebagai sampel uji atas beberapa
pertimbangan yakni mudah didapat dan harganya yang relatif murah. Demikian
halnya juga pemilihan larutan asam HCl dan basa NaOH atas pertimbangan yang
sama yakni mudah diperoleh dan harganya yang terjangkau. Dalam praktiknya
terdapat sembilan sampel yang akan diuji dengan 3 variasi jenis larutan serta 2
jenis variasi sampel uji dan satu variasi perlakuan dengan pemberian arus listrik
dalam prosesnya. Dari hasil pengamatan pada saat pencelupan semua sampel
kedalam tiga jenis larutan tersebut dimana pada sampel uji paku yang dimasukan
kedalam larutan netral tidak terdapat perubahan apa-apa secara visual hal ini
dikarenakan karena air tersebut sifatnya netral sehingga laju korosinya sangat
lambat sehingga secara visual tidak terlihat perubahan yang signifikan. Selain itu
juga pada paku yang dialiri listrik yang dicelupkan pada larutan netral yaitu air
ledeng tidak terjadi perubahan yang signifikan juga, hal ini dikarenakan air ledeng
sifat elektrolitnya sangat rendah sehingga laju proses oksidasi reduksi pada paku
tersebut menjadi sangat lambat sehingga tidak terlihat perubahan yang signifikan
saat pencelupan. Dari tiga sampel yang diuji pada larutan netral air ledeng laju

korosi pada sampel ketiga yang paling tinggi dengan massa yang hilang akibat
korosi sebesar 0,35 gram. Hal ini diakibatkan terdapat dua bahan yang mengalami
korosi yakni paku dan seng sehingga laju korosinya lebih tinggi.
Dari sampel uji pada larutan basa NaOH, sampel paku dan paku yang
ditancapkan pada seng laju korosinya sama besar dengan massa yang hilang
sebesar 0,3 gram. Pada paku yang dialiri listrik laju korosinya paling kecil
dibandingkan sampel lainnya, hal ini tidak sesuai dengan teori dikarenakan larutan
NaOH bersifat elektrolit sehingga seharusnya mempermudah proses oksidasi
reduksi pada paku yang dialiri listrik. Ketidaksesuaian ini dimungkinkan karena
pemasangan rangkaian listrik yang tidak sempurna.
Pada sampel uji yang dicelupkan pada larutan HCl dari hasil pengamatan
saat pencelupan tersebut, terdapat gelembung pada sampel paku yang dialiri listrik
dan sampel paku yang ditancapkan pada seng tersebut. Berdasarkan analisa yang
dilakukan ternyata gelembung-gelembung yang dihasilkan tersebut merupakan
gas hidrogen yang dihasilkan dari reaksi antara larutan HCl dengan unsur zink
yang terdapat pada seng. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Zn + 2HCl

ZnCl2 + H2

Gelembung yang paling banyak dihasilkan terdapat pada sampel uji paku yang
tertancap pada seng, hal ini akibat dari gas hidrogen yang dihasilkan oleh unsur
zink yang terdapat pada seng yang bereaksi dengan larutan asam klorida,
sedangkan pada paku yang dialiri listrik laju korosinya paling kecil dibandingkan
sampel lainnya, hal ini tidak sesuai dengan teori mengenai laju korosi dimana
harusnya laju korosinya lebih tinggi karena dialiri listrik khususnya pada larutan
HCl yang bersifat elektrolit. Berdasarkan analisa yang dilakukan penyimpangan
ini dimungkinkan dikarenakan pada aliran listrik yang tidak mengalir dari sumber
listrik baterai akibat pemasangan yang tidak sempurna sehingga laju korosinya
menjadi sangat kecil yakni dengan massa yang hilang sebesar 0,8 gram.
Dari semua sampel yang telah diujikan sampel yang memiliki laju korosi
paling tinggi adalah sampel paku yang tertancap diseng yakni dengan massa yang
hilang setelah mengalami korosi sebesar 2,65 gram. Besarnya laju korosi tersebut
dikarenakan beberapa faktor yaitu karena seng yang bersifat reaktif terhadap

larutan asam klorida, selain itu juga karena adanya dua bahan yang mengalami
korosi yakni paku dan seng, serta sifat larutan asam klorida yang bersifat asam
turut menjadi pengaruh terhadap tingginya laju korosi pada sampel uji tersebut.

Anda mungkin juga menyukai