Anda di halaman 1dari 16

IKK-Luka Tembak

BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai alat
yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang yang
melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati cermat dan teliti di
dalam menafsirkan hasil yang didapatnya, oleh karena pemakaian senjata api untuk maksud
membunuh atau melukai membawa implikasi yang luas, tidak jarang menimbulkan keresahan
dan kesulitan tersendiri bagi mereka yang terlibat.
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya : apakah luka tersebut memang luka tembak, yang mana
luka tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah
tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka
tembak mana yang menyebabkan kematian. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak oleh
para ahli patologi tidak hanya memberikan informasi berharga yang dapat menunjang
pelaksanaan hukum selama investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.
Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang paling umum di
Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab kematian adalah akibat
pembunuhan dan di beberapa daerah bagiannya adalah akibat bunuh diri. Di Amerika Serikat
pertahunnya diperkirakan terdapat sekitar 70.000 jiwa korban luka tembak dengan kasus
kematian sekitar 30.000 jiwa. Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut
menjadi suatu beban berat bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada
umumnya. Evaluasi mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan keahlian baik oleh
seorang dokter yang menangani bagian kegawatdaruratan korban luka tembak maupun para ahli
patologi dan forensik.

Didalam dunia kriminal senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata genggam
yang beralur, sedangkan senjata api dengan laras panjang dan senjata yang biasa dipakai untuk
berburu yang larasnya tidak beralur jarang dipakai untuk maksud-maksud criminal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Luka yang diakibatkan oleh anak peluru pada sasaran atau tubuh manusia.
2. Teori luka
a.

Keparahan luka tembak ditentukan oleh dua faktor:

1.

Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara peluru dan lapisan
otot/jaringan.

2. Pengaruh rongga sementara yang diakibatkan oleh peluru.


b.

Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak memadai untuk
mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan.

1.

Peluru mulai mengoleng, atau terhuyung-huyung pada jalur proyeksinya. Olengannya adalah
sudut antara jalur proyeksi dan poros membujur dari peluru.

2.

Saat peluru meluncur menerobosi jaringan, olengannya bertambah. Kalau jalurnya cukup
panjang, olengannya akan mencapai 90, jadi menonjolkan sisi pembukaan yang maksimum.

3.

Kalau peluru terus meluncur, maka akan terjadi putaran balik 180 dan meluncur dengan
gerakan mundur.

3. Arti Klinis Luka Tembak


Dalam praktek banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh manusia.
Seperti kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru
menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada
epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada dermis
lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring). . . Contusio ring ini
didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung pada arah peluru pada kulit. Peluru
yang masuk tegak lurus, maka contusio ringnya akan besar, sedangkan peluru yang masuknya
miring, contusio ringnya akan lebih lebar dibagian dimana peluru membentuk mulut yang
terkecil pada kulit. Peluru juga mengandung lemak pembersih senjata. Lemak ini juga akan
memberi gambaran pada luka tembak berupa kelim lemak yang berupa pita hitam, tetapi kelim
lemak ini tidak selalu terdapat misalnya pada senjata yang jarang dibersihkan.

Pada waktu senjata ditembakkan, maka yang keluar dari laras senjata api adalah : .
a.

Api

b. Mesiu yang sama sekali terbakar (jelaga,roetneerslag)


c.

Mesiu yang hanya sebagian saja yang terbakar

d. Mesiu yang tidak terbakar


e.

Kotoran minyak senjata, karatan dan lain sebagainya

f.

Anak pelurunya sendiri

4. Mekanisme Luka Tembak


Jika anak peluru mengenai tubuh, maka kelainan yang terjadi merupakan resultante dari
banyak faktor. Pada bagian tubuh tempat masuknya anak peluru, bagian tubuh sebelah dalam
serta pada bagian tubuh tempat keluarnya anak peluru bentuk kelainannya tidak sama karena
faktor-faktor yang mempengaruhinya berbeda.
a. Bagian Tubuh Tempat Masuknya Anak Peluru
Luka-luka yang terjadi pada tempat ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
-

gaya kinetik anak peluru atau proyektil

suhu panas anak peluru atau proyektil

semburan api

ledakan gas dari mesiu (pada jarak tempel)

percikan mesiu yang terbakar


Bentuk dari luka tembak masuk masih tergantung lagi dengan jaraknya, yaitu :
1. jarak kontak (tempel)
ciri cirinya :

a) bentuknya seperti bintang (cruci form) sebagai akibat ledakan gas, terutama jika dibawah kulit
terdapat tulang.
b)

Sering terdapat memar berbentuk sirkuler disekitarnya sebagai akibat hentakan balik dari
moncong senjata.

c) Terdapat jelaga atau derivate dari gas CO pada jaringan tepi luka.
d) Terdapat tatto disekitarnya akibat sisa mesiu yang tidak terbakar.
2. jarak dekat (1 inci 2 kaki)
ciri-cirinya :

a) bentuk luka bulat


b) bagian tengah berupa lubang
c)

bagian tepinya dikelilingi cincin lecet akibat kurang elastisnya kulit dibanding jaringan
dibawahnya

d) diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru
e) terdapat tattoo
f)

rambut disekitarnya terbakar


3. jarak jauh (lebih 2 kaki)
ciri-cirinya :

a) bentuk bulat
b) bagian tengah berupa lubang
c) bagian tepinya dikelilingi oleh cincin lecet
d) diameter cincin lecet sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru
e) tidak ditemukan produk dari ledakan mesiu
b. Bagian Tubuh Sebelah Dalam
Kelainan yang terjadi disini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
-

gaya kinetik anak peluru atau proyektil

penyebaran gaya kinetik ke jarinngan sekitarnya

gerakan giroskopik anak peluru


Faktor-faktor tersebut di atas menyebabkan terjadinya kavitas (rongga) pada lintasan anak
peluru, yang besarnya melebihi ukuran anak peluru. Lintasan anak peluru yang melewati tulang
(misalnya tulang kepala) akan meninggalkan bekas lintasan yang bentuknya seperti corong yang
arahnya menunjukkan arah jalannya anak peluru.

c.

Bagian Tubuh Tempat Keluarnya Anak Peluru


Luka-luka yang terjadi pada tempat ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

gaya kinetik anak peluru.

perubahan bentuk anak peluru sesudah membentur tulang.

perubahan arah anak peluru sesudah membentur tulang.

serpihan tulang yang kemudian berfungsi sebagai anak peluru sekunder (secondary missiles).

Akibat faktor-faktor tersebut maka biasanya luka tembak keluar lebih besar dari diameter
anak pelurunya, tetapi pada tembakan oleh senjata moderen yang kecepatannya sangat tinggi
mempunyai ukuran luka tembak keluarnya lebih kurang sama dengan ukuran anak pelurunya.
Seringkali luka tembak keluar hanya berupa robekan kulit saja.
Ciri-ciri dari luka tembak di tempat keluarnya anak peluru atau proyektil adalah sebagai
berikut :
a) bentuknya bulat, kadang-kadang tak teratur.
b) kadang-kadang hanya berupa robekan kulit.
c) ukurannya biasanya lebih besar dari diameter anak pelurunya, tetapi kadang-kadang sama besar.
d) Tidak ditemui produk-produk dari ledakan mesiu.
5. Pemeriksaan Forensik
Dari suatu luka tembak masuk akan dapat memberikan banyak informasi bagi kepentingan
forensik. Oleh sebab itu pada setiap luka tembak yang ditemukan pada tubuh mayat perlu
dipastikan lebih dahulu luka mana yang merupakan luka tembak masuk dengan melihat ciricirinya, yaitu :
-

terdapat cincin lecet

terdapat memar berbentuk sirkuler bekas sentakan moncong.

Terdapat produk-produk ledakan mesiu (tattoo, jelaga atau sisa-sisa mesiu)

Lintasan berbentuk corong pada tulang di bawahnya menghadap ke dalam tubuh

Terdapat produk-produk ledakan mesiu yang menempel pada baju di sekitar tempat masuknya
anak peluru

Serabut-serabut baju yang terkena tembakan yang mengarah ke arah tubuh.


Jika luka tembak masuk sudah dapat dipastikan maka dengan pemeriksaan yang teliti akan
dapat memberikan informasi untuk kepentingan forensik, yaitu :

1. Proses Terjadinya Tembakan


a. Senjata yang digunakan, meliputi :

jenisnya :
dengan melihat ciri-ciri luka akan dapat ditentukan apakah disebabkan oleh senjata api, senjata
angin atau shotgun.

kalibernya :

kaliber senjata dapat diperkirakan dengan melihat diameter cincin lecet. Kaliber tersebut
ditentukan berdasarkan diameter lumen dari laras, yang tidak selalu sama dengan diameter
peluru.
Akibat adanya elastisitas kulit maka biasanya diameter anak peluru sedikit lebih besar dari
diameter cincin lecet. Pada bagian tubuh yang kulitnya sangat dekat dengan tulang maka
diameter cincin lecet sebab tulang dapat menjadi penahan terhadap elastisitas kulit diatasnya
ketika mendapat dorongan anak peluru.
b. Cara melakukan tembakan, meliputi :

arah tembakan
secara teoritis arah tembakan dapat ditentukan dengan pasti dengan menghubungkan luka
tembak masuk dengan luka tembak keluar. Hanya saja luka tembak keluar tidak selalu
ditemukan. Kalaupun ditemukan kadang-kadang luka tersebut terjadi sesudah arah anak peluru
berubah setelah membentur tulang. Selain itu, kadang-kadang jumlah luka tembak banyak
sehingga sulit menentukan luka tembak masuk dan luka tembak keluar dari anak peluru yang
sama. Dalam keadaan demikian maka perkiraan arah tembakan dapat didasarkan pada posisi
lubang luka terhadap cincin lecet. Bila letaknya konsentris ( sepusat ) berarti arah tembakan
tegak lurus terhadap permukaan sasaran dan bila episentris berarti arahnya miring.

Jarak tembak
Kecuali pada jarak tempel, jarak tembak hanya dapat diperkirakan secara kasar dengan melihat
bentuk lukanya serta ada tidaknya produk-produk dari ledakan mesiu.
Selain itu, ada tidaknya luka tembak keluar juga dapat dijadikan dasar perhitungan secara kasar.
Namun harus diingat bahwa banyak senapan modern sekarang ini yang memiliki kemampuan
tinggi, sehingga dapat menimbulkan luka tembak keluar meskipun ditembakkan dari jarak yang
sangat jauh.

2. Kontak Peristiwa
Pada setiap kasus kematian dengan luka tembak selalu harus dipikirkan kemungkinan kontak
peristiwa yang melatarbelakangi ; yaitu bunuh diri, kecelakaan atau pembunuhan.
a. Bunuh diri
Ciri-ciri bunuh diri dengan menggunakan senjata adalah sebagai berikut :
-

Biasanya menggunakan pistol atau revolver

Jika menggunakan senjata laras panjang biasanya cara menarik picu adalah dengan
menggunakan alat bantu ( batang kayu atau tali ) atau dengan menggunakan jari kaki.
-

Senjata tergeletak di dekatnya atau kadang-kadang masih dalam keadaan digenggam


Bila ditemukan ditempat yang agak jauh selalu harus dipikirkan kemungkinannya dapat
melangkah sejauh itu dengan memperhitungkan organ yang terkena.

Sering terdapat cadaveric spasm dengan senjata masih tetap dalam keadaan tergenggam erat
Cadaveric spasm ini terjadinya amat erat hubungannya dengan emosi sehingga tidak dapat dibuat
secara artificial, misalnya untuk menutupi kasus pembunuhan agar terlihat seperti kasus bunh
diri.

Sasarannya di daerah tertentu yang mematikan


Jika menggunakan pistol atau recolver maka daerah yang dipilih biasanya pelipis kanan ( untuk
right handed ), pelipis kiri ( untuk left handed ), dahi, langit-langit mulut atau bawah mulut.

Jarak tembak temple paling sering sedang jarak tembak sangat dekat jarang sekali.
Untuk lebih memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan pada tangan yang digunakan
untuk menembak. Pemeriksaan ini didasarkan pada asumsi bahwa sesudah menembak pasti ada
residu dari mesiu yang menempel. Tes tradisional yang amat terkenal adalah tes Parrafin ( tes
Gonzalez ), yang menggunakan paraffin cair untuk mengambil residu dari tangan dan kemudian
menambahkannya dengan diphenylamine.
Tes paraffin tersebut sebetulnya merupakan tes yang tak spesifik, sebab hanya dapat
mendeteksi adanya nitrate dan nitrite saja sehingga tes ini juga dapat memberikan hasil positif
jika tangan tercemar tembakau, kacang-kacangan, pupuk atau obat-obatan. Oleh sebab itu
Interpol sejak tahun 1964 tidak lagi merekomendasikan cara ini.
Cara lain yang juga tidak spesifik adalah tes Harrison&Gilory, yang menggunakan kasa
yang telah dibasahi dengan asam chlorida. Bedanya dengan tes paraffin adalah bahwa tes yang
terakhir ini untuk mendeteksi adanya unsure logam mercury, antinomy, barium atau timah hitam.
Tentu harus diperhitungkan apakah pekerjaannya berkaitan dengan logam-logam tersebut.
Tes yang lebih canggih dan lebih sensitive adalah tes yang menggunakan metode neutron
activasion analysis seperti yang pernah dilakukan terhadap tersangka dalam kasus penembakan
Presiden Amerika, Jhon F Kennedy. Lebih sensitive sebab masih dapat mendeteksi antitomy,
barium dan copper walaupun tangan yang digunakan untuk menembak sudah dibersihkan. Tes

lain yang juga sensitive adalah tes yang menggunakan metode atomic absorpsion spectroscopy
(AAS) atau flameless atomic absorpsion spectroscopy (FAAS).

b. Kecelakaan
Kecelakaan senjata api sering terjadi pada saat yang bersangkutan sedang membersihkan senjata.
Pada kasus tersebut sedang membersihkan senjata.pada kasus tersebut gambarannya menyerupai
peristiwa bunuh diri.
Kecelakaan juga dapat terjadi dengan melibatkan pihak lain, misalnya salah sasaran ketika
berburu. Dalam hal ini bentuk lukanya biasanya menggambarkan luka tembak jarak jauh.
c. Pembunuhan
Jika senjata tidak ditemukan didekatnya atau bentuk lukanya tidak menggambarkan jarak temple
atau jarak sangat dekat maka patut dicurigai sebagai kasus pembunuhan.
Tetapi harus dipahami bahwa tidak selalu luka tembak temple merupakan peristiwa bunuh diri.
Pembunuhan juga sering dilakukan dengan menggunakan jarak temple, misalnya pada tengkuk
atau daerah disamping telinga.
6. Deskripsi Luka Tembak
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada
besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan
tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tenggung jawab yang utama untuk memberikan
penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement
dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi dokter.
Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua kondisi gawat darurat
dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal,
seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail.
Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari :
1. Lokasi luka
2. Ukuran dan bentuk defek
3. Lingkaran abrasi
4. Lipatan kulit yang utuh dan robek

5. Bubuk hitam sisa tembakan, jika ada


6. Tato, jika ada
7. Bagian yang ditembus/dilewati
8. Titik hitam atau tanda penyembuhan akibat bedah pengeluaran benda asing dan susunannya.
Penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan, pengguntingan rambut,
pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka.
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun
demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat
dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang
mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk
menerimanya. Di lain pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk
penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa
dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka.
7. Identifikasi Luka Tembak
a. Luka Tembak Masuk
Menembak seseorang dari belakang yang menjauhi anda, dibandingkan dengan menembak
seseorang pada dada, pada saat mempertahankan diri anda dari serangan yang bersifat fatal,
adalah penting untuk membedakan luka masuk dari luka keluar. Dalam hukum kriminal,
membedakan secara tepat, antara kedua hal tersebut, berarti dapat membedakan antara tuntutan
pembunuhan tingkat pertama dan kemungkinan hukuman mati atau tindakan mempertahankan
diri dan tidak ada tuntutan. Untungnya, aplikasi dari beberapa konsep dasar biasanya akan
memperbolehkan diferensiasi akurasi dari luka masuk dan luka keluar.
Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi tepi yang melingkar di
sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi tepi tersebut berupa goresan atau lecet pada
kulit yang disebabkan oleh peluru ketika menekan masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi dapat
bersifat konsentris ataupun eksentris. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit,
maka hal tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan pada kulit
berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama, oleh karena peluru masuk secara tegak lurus
terhadap kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut,
maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih tebal

pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris mengindikasikan arah datangnya
peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi, semakin kecil sudut peluru pada saat
mengenai kulit.
Luka masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki sobekan pada tepi
luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika peluru kehilangan putaran oleh karena
menembak di dalam laras senjata. Bahkan dalam perjalananya dengan terpilin, peluru bergerak
secara terhuyung ketika menabrak kulit sehingga sering memberikan gambaran bentuk D pada
luka. Luka masuk yang tidak khas dapat disebabkan oleh senjata yang tidak berfungsi baik atau
oleh karena amunisi yang rusak, tetapi lebih sering dihasilkan dari peluru jenis Ricochets atau
peluru yang mengenai benda lain terlebih dulu, seperti jendela yang bergerak otomatis, sebelum
mengena tubuh. Kecepatan peluru teredam setelah mengena media perantara, hal ini yang
menyebabkan terbentuknya abrasi tepi yang tidak khas pada luka tembak masuk, ketika peluru
mengena kulit. Jenis lain dari luka masuk yang tidak khas terjadi ketika mulut senjata api
mengalami kontak langsung dengan kulit di atas permukaan tulang, seperti pada tulang
tengkorak atau sternum. Ketika senjata ditembakkan, maka hal ini akan menghentikan gas secara
langsung dari mulut senjata ke dalam luka di sekitar peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke
dalam jaringan subkutan, dimana gas tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit di sekitar luka
tembak masuk menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari bagian
tengah dengan memberikan defek berbentuk stellata atau penampakan seperti bintang.Luka
tembak masuk dapat dibedakan lagi, yaitu :
1. Luka tembak masuk jarak jauh.
Luka tembak masuk ini dibentuk oleh komponen anak peluru.
2. Luka tembak masuk jarak dekat.
Luka tembak masuk ini dibentuk oleh komponen anak peluru dan butir-butir mesin yang tidak
habis terbakar.
3. Luka tembak masuk jarak sangat dekat atau menempel dengan kulit. Dibentuk oleh komponen
anak

peluru,

butir

mesin,

jelaga

dan

panas

api.

Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran yaitu tubuh korban,
maka pada tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan yang
diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut
b. Luka Tembak Keluar

Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak keluar. Ketika senjata
caliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap peluru biasanya tidak cukup untuk
menembus. Luka pada ekstremitas, leher dan kepala akan mudah untuk dilalui. Jarak juga dapat
mempengaruhi efek luka tembak keluar.
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak keluar.
Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk. Bentuknya tidak sirkular
melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti bintang, iregular, atau berjarak (gaping).
Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di prediksi. Latar belakang variasi bentuknya adalah
sebagai berikut:
1. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk
2.

Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga memberi bentuk
iregular saat keluar.

3. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan melainkan dalam
potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket dapat terpisah komplit atau sebagian.
4. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat fragmen tulang tersebut
ikut terlontar keluar bersama anak peluru.
5.

Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi apapun akan
membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan dengan bentuk anak peluru yang
menyebabkannya.
Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tdak teratur, tergantung pada
struktur anatominya serta tulang dan jaringan, khasnya bergerigi,laserasi yang tidak teratur
dengan sisi luar yang membuka dan kemungkinan fraktur komunitf. Luka tembak pada dada dan
perut selalu sulit keluar karena adanya hambatan yang cukup besar. Tidak adanya penahan pada
kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan
dimana kulit memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati
sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi.
Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar.
Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila pada luka tembak luar
terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat pakaian yang menghalangi residu lain,
senjata yang digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di bawah
kulit.

Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian pakaian, pada posisi
bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian ikat pinggang dari celana
panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis sama juga
terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar anak peluru kemudian posisi pasien tiduran,
duduk, atau menempel pada objek yang keras. Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh.
Terdapat banyak tulang dan jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru
jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum
atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan
menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang kedua yang paling
menghalangi lewatnya anak peluru. Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat
menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan.
Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.
8. Pengutaraan Jarak Tembak Dalam Visum Et Repertum
Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras,
kelim api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau penentuan jarak tembak tidak sulit.
Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet. Bila ada kelim
jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 cm. Bila ada kelim tato, berarti
korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm, dan seterusnya. Bila hanya ada kelim lecet,
cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: Berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut
merupakan luka tembak jarak jauh, ini mengandung arti :. -Memang korban ditembak dari jarak
jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau
sebagian

terbakar.

-Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan moncong
senjata

ada

penghalang;

seperti

bantal

dan

lain

sebagainya.

Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu maksimal
15 cm (Idris, 1997). Menurut hadikusumo (1998), luka tembak tempel bentuknya seperti bintang,
dengan gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera,
foresight) akibat panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk
ke dalam luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka. Sementara luka
tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah sekitar luka. Gambaran mesiu ini

tergantung jenis senjata dan panjang laras. Mesiu hitam lebih jauh jangkauannya dari pada mesiu
tanpa asap. Sedangkan luka tembak jarak jauh, luka bersih dengan cincin kontusio, pada arah
tembakan tegak lurus permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya konsentris dan bundar.
9. Jenis Senjata
Penjenisan senjata dapata didasarkan pada berbagai macam hal, anatara lain:
Tenaga pendorong/pelontar
Cara menggunakannya
Bentuk permukaan dalam laras.
A. BERDASARKAN TENAGA PENDORONG/PELONTAR
1. Senjata Api
Yaitu senjata yang menggunakan mesiu sebagai sumber energi kinetiknya, terdiri atas:
a.

Mesiu hitam
Terdiri atas: belerang, arang dan sendawa
Cirri-cirinya:
Menimbulkan asap banyak, berwarna hitam serta sisa-sisa pembakaran
Tenaga lontarnya kurang kuat

b. Mesiu putih
Terdiri atas:
Nitrocellulose saja
Nitrocellulose dan nitroglycerine
Cirri-cirinya:
Menimbulkan asap sedikit
Menimbulkan sisa pembakaran sedikit
Tenaga lontarnya lebih kuat
2. Senjata Angin
Yaitu jenis senjata yang menggunakan kompresi udara atau cairan CO 2 sebagai sumber
energi untuk melontarkan anak pelurunya.

B. BERDASARKAN CARA MENGGUNAKAN


Penjenisan senjata berdasarkan cara menggunakannya dapat dibagi menjadi:
1. Senapan
cara mengoperasikan senjata dari jenis ini ialah dengan kedua tangan sambil memanfaatkan
bahu.
2. Senjata genggam
cara memegang dan menembakkan senjata jenis ini cukup dengan menggunakan satu tangan.
Terdiri atas: pistol dan Revolver.
C. BERDASARKAN BENTUK PERMUKAAN DALAM LARAS
Penjenisan senjata berdasarkan bentuk permukaan dalam dari laras dibagi menjadi:
1. Senjata berlaras rata
Permukaan dalam dari larasnya rata atau tidak beralur melingkar. Laras dari shotgun, senapan
angina, pistol atau revolver sering dibuat tanpa alur melingkar
2. Senjata beralur melingkar
Kegunaan dari alur ini ialah agar anak peluru bergerak memutar sehingga arah dan gerakan
giroskopiknya menjadi lebih stabil. Gerakan memutar sesuai atau berlawanan dengan arah jarum
jam tergantung dari bentuk spiral dari alur.
Sejata militer biasanya dibuat dengan alur melingkar, sedang senjata angina atau pistol kadangkadang dibuat seperti itu.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan,S., 2007, Ilmu Kedokteran Forensik, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, hal. 93 105
Budiyanto, A.,dkk, 1997, Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta
Prawira,H., 2009, Arti Klinis Luka Tembak, www.med-linux.com,
Idres AM, 1997 , Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, edisi 1, Jakarta : Binarupa Aksara
Indah PS,dkk, Gunshot wound, http://www.freewebs.com/gunshot wound/luka tembak.htm

Anda mungkin juga menyukai