Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan komoditas sumber karbohidrat
utama setelah padi, jagung dan ubi kayu, serta mempunyai peranan penting dalam
penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak (Zuraida dan
Supriati, 2001). Ubi jalar dikonsumsi sebagai bahan makanan tambahan atau
sampingan, kecuali Irian Jaya dan Maluku, ubi jalar digunakan sebagai bahan
makanan pokok. Kandungan karbohidrat dalam ubi jalar dapat digunakan sebagai
sumber karbon oleh bakteri L.plantarum (Rukmana, 1997 ; Panda dan Ray, 2008).
Karakteristik fisik ubi jalar seperti ukuran, bentuk dan warna ubi perlu
diketahui, karena berkaitan erat dengan pemanfaatannya (Aini, 2004). Ukuran ubi
jalar terdiri dari tiga jenis yaitu, besar, sedang dan kecil, sedangkan bentuk dari
ubi jalar bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata
(Rukmana, 1997). Warna kulit dan daging ubi jalar tidak selalu sama. Ubi jalar
mempunyai warna kulit putih kotor, kuning, jingga dan ungu tua. Warna daging
ubi jalar yaitu putih, krem, orange, dan jingga, tergantung jenis dan pigmen yang
terdapat didalamnya (Bandech et al., 2005). Ubi jalar berdaging kuning memiliki
pigmen -carotene dan ubi jalar berwarna ungu memiliki pigmen antosianin
(Yamakawa, 1998).Ubi jalar juga mengandung komponen zat gizi yang penting
seperti, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin A (-karoten). Jumlah komponen
zat gizi tergantung pada varietas ubi jalar (Lingga, 1984). Kandungan vitamin A
yang tinggi dicirikan oleh umbi yang berwarna kuning kemerah-merahan.
Secara umum pasaran ubi jalar cukup baik. Ubi jalar banyak diminta oleh
negara-negara tetangga. Namun produktivitas untuk komoditas ini sangat rendah,
bahkan semakin rendah akibat adanya peningkatan produksi padi nasional melalui
intensifikasi maupun ekstensifikasi. Kondisi pengurangan produktivitas ubi jalar
juga terjadi di Sumatera Utara dan beberapa wilayah di Sumatera lainnya. Dalam
kegiatan praktikum teknologi pertanian yang kita lakukan perlakuan terhadap
penanaman ubi jalar kelompok kami menggunakan perlakuan tanpa mulsa dengan
varietas ubi jalar Cilembu, dengan membandingkan perlakuan dari kelompok lain

19

yaitu menggunakan mulsa. Maka hasil yang didapatkan dalam praktikum juga
mempengaruhi setiap masing masing perlakuan.

1.2 Tujuan
Dalam kegiatan praktikum teknologi pertanian bertujuan untuk :
1.
2.
3.
4.
5.

Mengetahui klasifikasi dan Morfologi ubi jalar


Mengetahui syarat pertumbuhan untuk membudidayakan tanaman ubijalar
Mengetahui fase pertumbuhan ubi jalar
Mengetahui teknik budidaya ubi jalar
Mengetahui hubungan perlakuan ubi jalar

1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dalam kegiatan praktikum teknologi pertanian sebagai
berikut :

Agar Mahasiswa dapat mengetahui atau paham tentang klasifikasi ubi jalar
Agar Mahasiswa dapat mengetahui atau paham tentang syarat pertumbuhan

ubi jalar
Agar Mahasiswa dapat mengetahui atau paham tentang fase pertumbuhan ubi

jalar
Agar Mahasiswa dapat mengetahui atau paham tentang teknik budidaya ubi

jalar
Agar Mahasiswa dapat mengetahui atau paham tentang hubungan perlakuan
ubi jalar

20

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ubi Jalar
Ubi jalar atau sweet potato diduga berasal dari benua Australia.
Diperkirakan pada abad ke-16, ubi jalar menyebar ke seluruh dunia terutama
negara-negara

beriklim

tropika.

Orang-orang

spayol

dianggap

berjasamenyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia terutama Filipina, Jepang, dan


Indonesia.
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar (Ipomoe batatas)
Menurut (Rukmana, 1997) sistematika (taksonomi) tanaman ubi
jalar diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 1. Ubi jalar cilembu (anonymousa , 2013)


Kindom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicolyledonae
Ordo
: Convolvulales
Famili
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Spesies
: Ipomoea batatas
2.1.2 Morfologi
Ubi jalar merupakan tanaman ubi-umbian dan tergolong tanaman
semusim (berumur pendek). Tanaman ubi jalartumbuh menjalar pada
permukaan tanah dengan panjang tanaman dapat mencapai 3 meter.

Batang tanaman
Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat, dan
teras bagian tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas ruas dan panjang
ruas antara 1-3 cm. Setiap ruas ditumbuhi daun, akar, dan tunas cabang.
Panjang batang utama amat beragam, tergantung varietasnya, yakni
21

berkisar 2-3 m untuk varietas ubi jalar merambat dan 1-2 m untuk
varietas ubi jalar tidak merambat (bertipe tegak). Diameter batang ubi
jalar juga bervariasi, tergantung pada varietasnya, ada yang berukuran
besar,sedang, dan kecil. Varietas ubi jalar merambat umumnya memiliki
diameter batang berukuran sedang. Sedangkan varietas ubi jalar
merambat umumnya memiliki diameter batang batang berukuran kecil.
Batang tanaman ubi jalar ada yang berbulu dan ada yang tidak berbulu.
Warna ubi jalar bervariasi anatara hijau dan ungu (Bambang, 2000).

Daun
Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong, dan bulat
runcing, tergantung pada varietasnya. Daun ubi jalar yang berbentuk
bulat hati memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal, atau menjari. Daun
ubi jalar yang berbentuk lonjong (oval) memiliki tepi daun rata,
berlekuk dangkal, atau berlekuk dalam. Sedangkan daun ubi jalar yang
berbentuk bulat runcing memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal atau
berlekuk dalam (Bambang, 2000).

Gambar ubi jalar berdaun menjari (Bambang, 2000)

Bunga
Bunga tanaman ubi jalar berbentuk terompet yang
panjangnya antara 3-5 cm dan lebar bagian ujung antara 3-4 cm.
Mahkota bunga berwarna ungu keputih putihan dan bagian dalam
mahkota bunga (pangkal sampai ujung) berwarna ungu muda.
Kepala putik melekat pada bagian ujung tangkai putik. Tangkai

22

putik dan kepala putik terletak diatas bakal buah

(Bambang,

2000).

Gambar : bunga ubi jalar berbentuk terompet (Bambang, 2000)

Buah
Buah ubi jalar berkotak tiga. Buah akan tumbuh setelah
terjadinya penyerbukan. Satu bulan setelah penyerbukan, buah ubi
jlar sudah mask. Didalam buah banyak berisi biji yang sangat
ringan. Biji buah memiliki kulit yang keras. Biji-biji tersebut dapat
digunakan untuk perbanyakan atau pembiakan tanman secara
generatif untuk mengahsilkan varietas ubi jlar yang baru.
(Bambang, 2000).

Gambar: buah ubi jalar (Bambang, 2000)


2.2 Syarat Tumbuh Komoditas Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar memerlukan suhu yang cukup tinggi untuk tumbuh.
Tanaman ini csangat cocok di dataran rendah maupun dataran tinggi, namun
hasil produksi yang dihasilkan juga berbeda tergantung dari ketinggian
tempat penanaman ubi jalar
Persyaratan tumbuh tanaman ubi jalar adalah sebagai berikut:
Iklim
Ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis yang dapat
beradaptasi dengan daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata
tidak turun di bawah 20C dan suhu minimum tinggal di atas 15 C.
Untuk budidaya ubi jalar temperatur antara 15 hingga 33 C diperlukan

23

selama siklus vegetatif, dengan suhu optimal yang antara 20 hingga 25


C. Temperatur rendah pada malam mendukung pembentukan umbiumbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung perkembangan
vegetatif dalam kisaran suhu 20 hingga 30 C, optimum 25 C dan
umumnya berhenti dibawah 10 C) (Radjit B. S., 2008).
Media Tanam
Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan
ubi jalar. Jenis tanah yang paling cocok adalah pasir berlempung,
gembur, banyak mengandung bahan organik, aersai serta draenasenya
baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering
menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek. Sebaliknya,
bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau draenasenya yang jelek,
dapat menyebabkan pertumbuhan ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk,
kadar serat tinggi dan bentuk ubi benjol (Harjadi S.S., 1996).
Tanah
Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang
becek atau berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh
kerdil, daun menguning dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat
tumbuh pada keasaman tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk
pertumbuhan

umbi

pada

pH

5,5-7.

Sewaktu

muda

tanaman

membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sumarwoto dkk., 2008).


Ketinggian Tempat
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang
lembab. Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap
lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan
300 LS. Di Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok
ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi
dengan ketinggian 1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan
baik, tetapi umur panen (Ginting, 2006).
2.3 Fase pertumbuhan ubi jalar

24

Siklus perkembangan dari bibit ditanam sampai umbi siap dipanen


berlangsung 100-150 hari, tergantung varietas dan lingkungan tumbuh. Kurun
waktu pembentukan umbi dapat dibedakan atas tiga fase tumbuh, yaitu fase
awal pertumbuhan, fase pembentukan umbi, dan fase pengisian umbi. Fase
awal pertumbuhan Fase ini berlangsung sejak bibit setek ditanam sampai
dengan umur 4 minggu. Ciri-cirinya, setelah bibit ditanam, pertumbuhan akar
muda berlangsung cepat, sedangkan pembentukan batang dan daun masih
lambat.
Fase pembentukan umbi Fase pembentukan umbi berlangsung sejak
tanaman berumur 4-8 minggu. Rata-rata fase ini berlangsung antara 4-6
minggu setelah tanam, tergantung varietas ubi jalar dan keadaan lingkungan
tumbuh. Pada saat umur 7 minggu paling tidak 80% umbi telah terbentuk.
Ciri pembentukan umbi mulai berlangsung yaitu pertumbuhan batang dan
daun berlangsung cepat. Pada saat ini batang tanaman tampak paling lebat.
Fase pengisian umbi Fase ini berlangsung sejak tanaman berumur 8-17
minggu. Diantara 8-12 minggu, tanaman berhenti membentuk umbi baru
karena mulai membesarkan umbi yang sudah ada. Ciri pembentukan dan
pengisian umbi berlangsung cepat yaitu pertumbuhan batang dan daun
berkurang. Pengisian zat makanan dari daun ke umbi berhenti saat tanaman
berumur 13 minggu. Sementara mulai umur 14 minggu daun tanaman mulai
menguning dan rontok. Tanaman dapat dipanen umbinya saat berumur 17
minggu (Fevi, 2008).

2.4 Teknik Budidaya


Tanaman ubi jalar dapat dibudidayakan secara generatif dengan biji
dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan
tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk
menghasilkan varietas baru.
1. Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji
dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan
25

tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk


menghasilkan varietas baru.
Penyiapan Bibit
Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman
produksi yaitu: (a) memilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2
bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal; (b)
potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk
sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan
dilakukan pada pagi hari; (c) kumpulkan stek pada suatu tempat,
kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan
yang berlebihan; dan (d) ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100
stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan
tidak bertumpuk (Soenarto, 1987).
2. Pengolahan Media Tanam
Pengolahan lahan dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya
adalah sebagai berikut.
1) Persiapan
Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat
tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak
rusak, lengket, atau keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut: (a) tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur,
kemudian dibiarkan selama 1 minggu. Tahap berikutnya, tanah
dibentuk guludan-guludan; (b) tanah langsung diolah bersamaaan
dengan pembuatan guludan-guludan.
2) Pembentukan Bedengan
Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka
pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm.
Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan
dibuat dengan jarak 1 meter. Apabila penanaman dilakukan pada tanahtanah yang miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat
membujur sesuai dengan miringnya tanah. Ukuran guludan disesuaikan
dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan (pasir mengandung liat)

26

ukuran guludan adalah lebar bawah 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak
antar guludan 70-100 cm.
Pada tanah pasir ukuran guludan adalah lebar bawah 40 cm,
tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Arah guludan
sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan
disesuaikan dengan keadaan lahan. Lahan ubi jalar dapat berupa tanah
tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi.
Tata laksana penyiapan lahan untuk penanaman ubi jalar adalah sebagai
berikut :
a) Penyiapan Lahan Tegalan
Penyiapan lahan dimulai dengan membersihkan lahan dari
rumput-rumput liar (gulma). Olahan tanah dengan cangkul atau
bajak hingga gembur sambil membenamkan rumput-rumput liar.
Kemudian biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu.
Selanjutnya buat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60
cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang
guludan disesuaikan dengan keadaan lahan . Setelah itu, rapikan
guludan sambil memperbaiki saluran air diantara guludan.
b) Penyiapan Lahan Sawah Bekas Tanaman Padi
Penyiapan lahan sawah dilakukan dengan membabat jerami
sebatas permukaan tanah. Tumpuk jerami secara teratur menjadi
tumpukan kecil memanjang berjarak 1 meter antar tumpukan.
Kemudian olah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan
cangkul atau bajak, kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan
jerami sambil membentuk guludan-guludan berukuran lebar bawah
60 cm, tinggi 35 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Panjang
disesuaikan dengan keadaan lahan
Rapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar
guludan. Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan,
tata laksana penyiapan lahan dilakukan sebagai berikut : (a) babat
jerami sebatas permukaan tanah; (b) singkirkan jerami ke tempat lain
untuk dijadikan bahan kompos; (c) olah tanah dengan cangkul atau

27

bajak hingga gembur; (d) biarkan tanah kering selama minimal satu
minggu; (e) buat guludan-gululdan berukuran lebar bawah 60 cm,
tinggi 35 cm dan jarak antar guludan 80-100 cm; dan (f) rapikan
guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.
Pemberian pupuk hayati MiG-6PLUS dilakukan saat
pratanam (3hari sebelum tanam) pada permukaan lahan dengan cara
di semprot/disiramkan secara merata di tanah disekitar perakaran,
dosis yang dibutuhkan adalah 2 liter per hektar. Pada lahan kering,
aplikasi MiG-6PLUS sebaiknya pada sore hari (Soenarto, 1987).
3. Teknik Penanaman
Sebelum melakukan penanaman ada banyak kategori yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1) Penentuan Pola Tanam
Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan
tumpang sari dengan kacang tanah.
a. Sistem Monokultur
Tahapan-tahapan yang dilakukan yaitu:

(a) buat larikan-

larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan


dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak
antar lubang 25-30 cm; (b) buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10
cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk tempat pupuk; (c)
Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal
batang (setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan
tanah dekat pangkal setek (bibit); (d) masukkan pupuk dasar berupa
urea 1/3 bagian ditambah TSP seluruh bagian ditambah KCl 1/3
bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang atau larikan, kemudian
ditutup dengan tanah tipis-tipis. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah
45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (50 kg
TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada saat tanam
diberikan pupuk urea 34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCl
34 kg per hektar. Tanaman ubi jalar amat tanggap terhadap
pemberian pupuk N (urea) dan K (KCl).

28

b. Sistem Tumpang Sari


Jenis tanaman yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar
adalah kacang tanah. Tata cara penanaman sistem tumpang sari
prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya di antara barisan
tanaman ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah. Jarak
tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30
x 10 cm.
2) Cara Penanaman
Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas
bedengan. Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun
dengan tanah kemudian disirami air. Bibit sebaiknya ditanam mendatar,
dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan. Dalam satu alur ditanam
satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan.
Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm.
Untuk areal seluas 1 ha dibutuhkan bibit stek kurang lebih 36.000 batang.
(Soenarto, 1987).
4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus
harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara
abnormal. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati,
kemudian diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga
bagian pangkal setek ditimbun tanah. Penyulaman sebaiknya dilakukan
pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan
suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman
sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
2) Penyiangan
Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar
biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Bersama-sama kegiatan
penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah
guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut.
3) Pembubunan

29

Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur


1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan.
Tata cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahapan yaitu: (a)
bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati
agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar; (b) gemburkan tanah disekitar
guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya
diturunkan ke dalam saluran antar guludan; (c)timbunkan kembali tanah
ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup
basah.
4) Pemupukan
Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar
cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N ( 156 kg urea), 20 kg P2O5 (42
kg TSP), dan 110 kg K2O ( 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil
15 ton ubi basah. Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 4590kg N/ha (100-200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (50 kg
TSP/ha) ditambah 50 kg K2O /ha (100 kg KCl/ha). Pemupukan dapat
dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal. Pemupukan
dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang
guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian
sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan
tanah.
Pemberian pupuk MiG-6PLUS pada saat pemeliharaan pada usia 3
minggu, 6 minggu dan 9 minggu setelah tanam. Pemberian masingmasing 2 liter per hektar. Siramkan/semprotkan merata di tanah disekitar
perakaran. Harap diingat jangan bersamaan atau di campur dengan bahan
kimia. Pemberian pupuk hayati MiG-6PLUS, beri tenggang waktu
selama 3 atau 5 hari sebelum atau sesudah aplikasi pupuk kimia atau
pestisida.
5) Pengairan dan Penyiraman
Seusai tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus
diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya
dialirkan ke seluruh pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan

30

secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode
pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum
panen, pengairan dikurangi atau dihentikan. Waktu pengairan yang paling
baik adalah pada pagi atau sore hari. Di daerah yang sumber airnya
memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu sekali. Hal Yang
penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar
tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
(Soenarto, 1987)
2.5 Hubungan perlakuan yang digunakan dengan Komoditas
Tanaman ubi jalar yang kami budidayakan tidak menggunakan mulsa
baik itu mulsa organik seperti jerami dan mulsa anorganik seperti mulsa
plastik hitam perak. Padahal pengaruh pemakaian mulsa pada budidaya
tanaman ubi jalar sangat besar dalam meningkatkan produktivitasnya.
Tanaman yang kami budidayakan lebih lama dan sulit berkembang
dibandingkan dengan kelompok lain yang membudidayakan tanaman ubi
jalar menggunakan mulsa jerami dan mulsa plastik hitam perak. Namun dari
kedua jenis mulsa tersebut, yang lebih baik lagi hasilnya adalah yang
menggunakan mulsa plastik hitam perak.
Secara umum penggunaan mulsa plastik hitam perak meningkatkan
suhu rizosfir yang ditutupi mulsa dibanding tanpa mulsa (Fahrurrozi and
Stewart, 1994 ; Fahrurrozi et al., 2001). Peningkatan suhu tanah di bawah
mulsa plastik hitam perak lebih rendah dibanding dengan suhu tanah di
bawah mulsa plastik hitam. Meskipun di daerah tropis, peningkatan suhu
tanah relatif tidak diinginkan, tetapi peningkatan suhu tanah akan
meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dalam menguraikan bahan
organik yang tersedia (Fahrurrozi et al., 2001), sehingga terjadi penambahan
hara tanah dan pelepasan karbon dioksida melalui lubang tanam.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Suhartina dan Adisarwanto
(1996) juga melaporkan bahwa penggunaan jerami padi sebagai mulsa yang
dihamparkan merata di atas permukaan tanah sebanyak 5 ton ha-1 dapat
menekan pertumbuhan gulma 37-61% dibandingkan dengan tanpa mulsa,
sedangkan apabila jerami padi dibakar maka pertumbuhan gulma hanya akan
menurun 27-31%. Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan akibat

31

pemulsaan tersebut akan bergantung pada dosis mulsa yang digunakan,


sehingga diperlukannya dosis mulsa yang tepat.

BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum lapang Teknologi
Produksi Tanaman komoditas ubi jalar adalah 18 September 2013 hingga 29
November 2013 yang bertempat di Lahan Praktikum Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten
Malang. Dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan laut.
3.2 Alat dan Bahan
a) Alat
32

Cangkil

Gembor
Timbangan analitik
Meteran
Kamera
Catatan
Spidol

Palu

: alat untuk membalikkan tanah dan


menghancurkan tanah
: alat untuk menyiram tanaman
: menimbang jumlah pupuk yang digunakan
: mengukur panjang sulur setiap pengamatan
: mendokumentasikan tanaman
: mencatat hasil pengamatan
: menulis nama komoditas dan nama asisten pada
papan tanda
: melekatkan paku pada papan tanda

b) Bahan
Bibit ubi jalar
Tanah
Pupuk Urea
Pupuk kandang
Pupuk SP36
Pupuk KCl
Kayu dolken

Papan tanda
Paku

: komoditas yang dibudidayakan


: sebagai media tanam
: untuk menambah kesuburan tanah
: untuk menambah kesuburan tanah
: untuk menambah kesuburan tanah
: untuk menambah kesuburan tanah
: sebagai penopang tanda nama komoditas dan
nama asisten
: sebagai tanda nama komoditas dan nama asisten
: melekatkan kayu dolken dengan papan tanda

Cara Kerja
Sebelum melakukan praktikum di lahan Kepuhajro, dilakukan briefing
di kelas oleh asisten kelas. Asisten kelas membagi kelas ke dalam beberapa
komoditi. Kelompok kami, mendapatkan bagian untuk menanam komoditi
ubi jalar. Selanjutnya, materi yang diberikan di kelas merupakan syarat
tumbuh tanaman ubi jalar dan teknik budidaya yang umum dilakukan.
Pembelajaran teknik budidaya yang umum dilakukan dimaksudkan sebagai
dasar atau acuan teknik budidaya yang akan dilakukan pada praktikum. Ubi
jalar dengan varietas Cilembu dan tanpa perlakuan mulsa merupakan jenis
dari penanaman ubi jalar yang kami lakukan.
Persiapan Lahan
Umumnya ubi jalar ditanam di atas guludan-guludan. Penanaman ini
bermaksud untuk menyediakan tempat yang longgar bagi tanaman, agar
umbinya bisa dengan mudah berkembang atau bertambah besar. Guludan
dibuat dengan cangkul. Baik di tanah tegalan, sawah, ataupun
dipekarangan. Ukuran terbagus untuk tanaman ubi jalar adalah lebar 60
33

cm, tinggi 40 cm. Dan diantara guludan dibuat selokan selebar 30 cm,
dengan demikian jarak pertengahan guludan dengan pertengahan guludan
lain adalah 90 cm. Kemudian tanah diistirahatkan beberapa hari, agar
terjemur matahari. Keuntungan pembuatan guludan setelah tanah
dikerjakan adalah rumput-rumput pengganggu bisa lebih mudah
diberantas, dan tanah bisa mendapat kesempatan yang cukup untuk
menghilangkan keasamannya (Rukmana, 1997).
Diaram alir persiapan lahan
Mengemburkan tanah

Membuat guludan

Mengatur jarak guludan

membiarkan tanah kering

Pemberantasan gulma
Di lahan Kepuharjo, yang pertama dilakukan ialah persiapan lahan.
Guludan sepanjang 2 meter dengan lebar guludan sebesar 0,5 meter
telah dipersiapkan guna tempat tumbuh ubi jalar. Guludan dibuat setinggi
0,25 meter diperuntukkan agar tidak terlalu banyak air yang didapat ubi
jalar sehingga umbi yang dihasilkan baik kualitasnya dan tidak busuk
karena kelebihan air. Sesuai dengan hasil briefing di kelas, tidak dilakukan
pemasangan mulsa terlebih dahulu. Dalam persiapan lahan yang pertama
dilakukan ialah menggemburkan tanah menggunakan cangkul kecil
(cangkil) guna membalikkan tanah sehingga nantinya akar dapat leluasa
menyebar dan infiltrasi air dapat dengan mudah ke dalam tiap lapisan
tanah. Setelah dilakukan penggemburan, membuat lubang tanam sedalam

15 cm.
Penanaman

34

Umumnya ubi jalar diperbanyak orang dengan menggunakan stek,


yaitu bagian batangnya dipergunakan untuk bibit. Batang dipenggalpenggal sepanjang 25-30 cmmenggunakan pisau tajam atau ani-ani. Untuk
bibit sebaiknya dipilih dari batangyang masih muda. Bibit yang diperoleh
dari ujung batang merupakan bibittanaman yang paling bagus terletak pada
bagian tanaman yang belummengeluarkan akar. Jika pada batang telah
tumbuh beberapa akar, lebih-lebih akartersebut telah tua dan sering terkena
panas pula, maka akar-akar tersebut tak mampu membentuk umbi-umbi
yang bagus nantinya. Cara mengambil bibitdengan cara stek, yaitu stek
dipotong sepanjang 25-30 cm atau 3-4 ruas. Satu batang tanaman ubi jalar
paling banyak bisa diambil 3 stek (Rukmana, 1997).

Diagram penanaman
Siapkan bibit ubi jalar

Masukkan kedalam lubang

penyiraman

Lakukan penyulaman jika tanaman mati

Bibit ubi jalar yang telah disiapkan, langsung dimasukkan ke dalam


lubang tanam yang dibuat sebelumnya dengan posisi tegak agar akar dapat
langsung tumbuh secara baik didalam tanah dan umbi yang dihasilkan
nantinya dapat. Tanaman yang diamati dalam praktikum Teknologi
Produksi Tanaman berjumlah 10 tanaman. Namun, kelompok kami
menanam sebanyak 13 tanaman, kelebihan 3 tanaman ubi jalar digunakan
sebagai sulaman nantinya atas tanaman yang mati. Setelah tanaman
ditanam,selanjutnya merupakan penyiraman keseluruh bagian guludan
karena pada awal penanaman, tanaman ubi jalar akan sangat membutuhkan
banyak air karena termasuk masa krisis dikarenakan akar tanaman belum

35

dapat beradatapsi dengan tanah. Proses pada minggu selanjutnya adalah


penyulaman terhadap tanaman yang mati. Bibit yang digunakan untuk
penyulaman merupakan tanaman yang telah dipersiapkan sebelumnya

pada awal penanaman.


Pemeliharaan dan Perawatan
Pemeliharaan tanaman ubi jalar berupa penyulaman, pengairan,
penyiangan, pemupukan, pemangkasan daun, pembalikkan batang, dan
pembasmian hama secara baik tentu akan mendapatkan keuntungan
produksi yang berlipat. Penyulaman dilakukan ketika ada bibit tanaman
yang mati. Penyulaman harus secepatnya dilakukan, agar tanaman sisipan
ini pertumbuhannya tidak terlalu tertinggal dari tanaman sebelumnya.
Sampai pada umur satu bulan tanaman ubi jalar masih bisa disulam. Untuk
penyulaman sebaiknya dipergunakan bibit yang sudah berakar. Perairan
tanaman bisa dilakukan pada ubi jalar yang ditanam di sawah dan
dikerjakan setelah bibit ditanam. Ada kalanya tanaman yang masih bibit
ini digenangi air terus-menerus selama satu minggu, dengan maksud agar
bibitnya cepat tumbuh. Penyiangan rumput-rumput dikerjakan setelah
tanaman berumur 3 minggu dan dilakukan setelah tanaman diairi selama
sehari. Setelah tanaman berumur satu bulan, lereng pematang biasa
dibongkar oleh petaninya sampai terlihat akar-akar tanamannya tersembul.
Setelah dibiarkan kena panas dan angin selama 10 hari, kembali akarakar
yang terlihat tertimbun dan guludan pematang dinormalkan kembali
(Rukmana, 1997).
Pembalikkan batang tanaman juga dianjurkan karena bisa membantu
meningkatkan hasil umbi. Pembalikkan dan pengangkatan batang
dikerjakan

tiap

minggu

sekali.

Sebab

pada

tanaman

yang

pertumbuhannya subur dalam waktu satu bulan tanaman akan menjalar


sepanjang 1- 1 meter. Bila batang dibiarkan terus menjalar di tanah,
dengan segera akan tumbuh akar pada ketiak daun. Akar ini akan
membentuk umbi-umbi kecil. Umbi-umbi kecil ini jelas sangat
mengurangi tabungan makanan bagi umbi-umbi besar yang tumbuh di
guludan. Itulah sebabnya batang ubi jalar secara berkala perlu diangkat

36

dan dibalikkan, agar akar tanaman yang tumbuh pada ketiak daun mati
kering kepanasan (Rukmana, 1997).
Diagram Pemeliharaan dan perawatan
Penyulaman

pengairan

Penyiangan gulma

pemupukan

Pemangkasan daun

Pembalikan batang

Pembasmian hama

Pada setiap minggunya, perawatan terhadap tanaman ubi jalar wajib


dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Macam perawatan
yang digunakan diantaranya penyiraman, pembalikkan batang dan
penyiangan terhadap gulma. Penyiraman sudah jelas yaitu memberikan air
bagi tanaman itu sendiri, menghindari matinya tanaman karena
kekeringan. Pembalikkan batang (sulur ubi jalar) dilakukan agar sulur
tersebut tidak membuat tunas (bibit) ubi jalar yang baru jika mengenai
tanah karena tidak dilakukan perlakuan mulsa, selain itu pembalikkan
batang juga untuk memperbesar umbi ubi jalar sehingga hasilnya akan
besar karena nutrisi langsung disalurkan ke satu umbi tanaman saja.
Penyiangan dilakukan menggunakan cangkil disekitar tanaman terhadap
gulma yang dapat mengakibatkan kompetisi antar tanaman, dalam
37

melakukan penyiangan, dapat juga dilakukan proses penggemburan tanah


agar porositas tanah baik sehingga infiltrasi dan pergerakan air sangat baik

terjadi di dalam tanah sehingga akar akan mudah mendapat air dan udara.
Pemupukan
Setelah dilakukan penyulaman dan diyakinkan bahwa tanaman yang
tumbuh pada minggu ke 4 merupakan tanaman yang telah beradatapsi,
maka dilakukan pemupukan terhadap tanaman ubi jalar. Pupuk dasar yang
diberikan pada awal tanam merupakan pupuk KCL dan Urea. Cara
pemberian pupuk dengan membuat lubang yang tidak terlalu dalam sekitar
4 cm, lalu pupuk dimasukkan kedalamnya dan dibenamkan. Lubang
pupuk untuk pupuk urea dan KCL dipisah agar tidak terjadi pencampuran
unsur kimia yang dapat membahayakan tanaman itu sendiri. Setelah
dilakukan penyiraman yang biasa dilakukan setiap minggunya (Rukmana,
1997).
Memasuki minggu ke 5 dilakukan pengamatan dengan menggunakan
parameter yang telah dipersiapkan sebelumnya dari tugas dan literature
yang telah diberikan di kelas. Parameter disini diperuntukkan sebagai
ukuran dari tumbuh tanaman ubi jalar apakah baik atau terhambat.
Parameter yang digunakan ialah tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang
sulur ubi jalar.
Diagram pemupukan
Membuat lubang tanam

Masukkan pupuk kedalam lubang

Kemudian tutup dengan tanah

Panen
Ubi jalar berumur genjah sudah bisa dipungut hasilnya setelah
tanamanberumur 4-6 bulan. Tapi untuk jenis berumur panjang terpaksa
harus menunggu 8-9 bulan. Mula-mula batang tanaman diangkat, lalu
dibabat dengan sabit. Daundaundikumpulkan, dan bisa dimanfaatkan
untuk makanan ternak. Bedenganbedengaanyang telah nampak gundul

38

selanjutnya dibongkar. Pembongkaran bisadikerjakan dengan pacul, sekop,


atau luku. Pembongkaran dengan luku adalah cara kerja yang terbaik
(Rukmana, 1997).
Diagram panen
Pembongkaran ubi

Mengukur bobot umbi


Cuci umbi
dokumentasi

Pada akhir pengamatan yaitu minggu ke 10 dilakukan


pembongkaran tanaman ubi jalar untuk mengukur bobot dari umbi
tanaman itu sendiri. Dilakukan dengan memilih secara acak 1 dari 10
tanaman pengamatan lalu dilakukan dengan mengangkat tanah disekitar
tanaman lalu ditarik akarnya secara perlahan sehingga akan didapat umbi
tanaman.
Brifieng Kelas
Persiapan Lahan
Penanaman

Jika tidak ada


yang tanaman
mati

Jika Tanaman
Mati
Penyulaman

Pemupukan
dengan pupuk
dasar yaitu urea
dan KCL
Perawatan

Penyiraman

Pembalikkan
Batang
Pengukuran bobot
umbi

Penyiangan
39

3.4 Parameter Pengamatan


Pengamatan pada komoditas ubi jalar dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan komoditi tersebut, yaitu:
1. Panjang sulur
Pengamatan panjang sulur dilakukan pada sulur pertama dari
pangkal sulur sampai ujung pucuk sulur ubi jalar. Panjang sulur dan
berat kering tanaman sebagai komponen pertumbuhan dapat digunakan
sebagai salah satu indikator kesuburan tanaman. Sulur yang panjang
dan bobot kering tanaman yang tinggi akan menghasilkan umbi yang
bagus. Panjang sulur sangat menyebar, kemampuan menutup kanopi
tanaman semua tertutup ini dapat menhasilkan umbi yang banyak
setelah lewat umur panen. Pemanfaatan sulur dan daun dilakukan pada
tanaman ubi jalar yang mencapai umur dua minggu setelah tanam
sampai tanaman berumur lima atau enam bulan untuk memenuhi
kebutuhan sayuran
2. Jumlah daun
Pengamatan Jumlah daun dilakukan untuk mengetahui hasil
fotosintesis. DI dalam daun terjadi proses penting bagi tanaman yaitu
proses fotosintesis. Seiring dengan pertumbuhan tanaman maka
jumlah daun juga akan bertambah. Daun berukuran lebih besar,lebih
tipis dan ukuran stomata lebih besar,sel epidermis tipis, tetapi jumlah
daun lebihsedikit, ruang antar sel lebih banyak.Intensitas cahaya yang
terlalu tinggi dapat menurunkan laju fotosintesis hal ini disebabkan
adanya fotooksidasi klorofil yang berlangsung cepat, sehingga
merusak klorofil. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan
rusaknya struktur kloroplas yang membantu proses metabolisme
tanaman, sehingga menyebabkan produktifitas tanaman menurun. Bila

40

terjadi peningkatan total luas daun, maka penerimaan cahaya matahari


sebagai sumber utama dalam proses fotosintesis, akan meningkat.
Dengan meningkatnya fotosintesa diikuti peningkatan respirasi,
menyebabkan proses metabolisme berlangsung lebih baik dan akan
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Pengamatan Panjang Sulur
Table 1 Panjang Sulur Kelompok Cilembu Tanpa Mulsa (Erlend/Rabu)

Tanaman
sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Data Hasil Pengamatan Panjang Sulur


Kelompok Cilembu tanpa Mulsa (Erlend/Rabu)
Pengamata Pengamata Pengamatan Pengamata Pengamatan
n pertama
n kedua
ketiga
n keempat
kelima
( 21 HST/
( 28 HST/
( 35 HST/
( 42 HST/
( 49 HST/
23-1030-106-11-2013)
13-1120-11-2013)
2013)
2013)
2013)
20
32
38
47
63
29
36
45
69
85
16
23
35
52
73
12
25
38
55
64
17
28
38
46
67
19
34
55
58
71
13
26
42
66
83
16
27
52
69
94
15
26
29
38
56
13
21
47
54
86
17,0
27,8
41,9
55,4
74,2

Table 1.1 Panjang Sulur Kelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu)
Data Hasil Pengamatan Panjang Sulur
41

Pengamata
n Keenam
(56 HST/
27-112013)
91
108
95
85
89
93
107
109
78
101
95,6

Tanaman
sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Kelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu)


Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata
n pertama
n kedua
n ketiga
n keempat
n kelima
( 21 HST/
( 28 HST/
( 35 HST/
( 42 HST/
( 49 HST/
23-1030-106-11-2013)
13-1120-112013)
2013)
2013)
2013)
25
40
39
126
187
27
33
46
73
123
30
19
29
98
153
29
27
38
71
107
30
48
52
115
173
35
43
64
103
151
23
50
77
141
213
30
46
68
115
147
24
38
53
69
72
26
47
67
93
131
27,9
39,1
53,3
100,4
145,7

Pengamatan
Keenam
(56 HST/
27-112013)
211
161
183
138
209
221
257
183
95
173
183,1

Table 1.2 Panjang Sulur Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu)

Tanaman
sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Data Hasil Pengamatan Panjang Sulur


Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu)
Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata
n pertama
n kedua
n ketiga
n keempat
n kelima
( 21 HST/
( 28 HST/
( 35 HST/
( 42 HST/
( 49 HST/
23-1030-106-11-2013)
13-1120-112013)
2013)
2013)
2013)
52
65
63
65
89
32
33
54
60
113
22
45
78
92
135
55
69
96
125
145
17
66
82
102
134
45
59
76
85
93
40
60,5
95
101
124
53
66
85
98
107
54
69
85
102
118
59,5
80
120
132
146
42,95
61,25
83,4
96,2
120,4

Pengamatan
Keenam
(56 HST/
27-112013)
102
124
146
265
156
104
142
120
128
158
144,5

Table 1.3 Panjang Sulur Kelompok Cilembu + Mulsa AF1 (Santo/Rabu)

Tanaman
sampel

Data Hasil Pengamatan Panjang Sulur


Kelompok Cilembu + Mulsa AF1 (Santo/Rabu)
Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata
n pertama
n kedua
n ketiga
n keempat
n kelima
( 21 HST/
( 28 HST/
( 35 HST/
( 42 HST/
( 49 HST/
42

Pengamatan
Keenam
(56 HST/

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

23-102013)
22
16
12
11
23
18
16
27
16
13
17,4

30-102013)
60
30
65
30
35
50
40
35
40
50
43,5

6-11-2013)
65
63
90
63
48
60
69
47
51
60
61,6

13-112013)
69
73
98
71
104
68
78
99
66
67
79,3

20-112013)
84
90
108
95
120
89
99
120
91
97
99,3

27-112013)
90
98
122
101
125
95
103
127
100
104
106,5

Grafik 1. Grafik Rata-rata Panjang Sulur


200
150
100
Panjang Sulur

50
0

Cilembu Tanpa Mulsa


Cilembu + Mulsa AF
Gunung Kawi + Mulsa
AF2
Gunung Kawi Tanpa
Mulsa

Hari Setelah Tanam

4.1.2 Data Pengamatan Jumlah Daun


Table 2 Jumlah Daun Kelompok Cilembu Tanpa Mulsa (Erlend/Rabu)

Tanaman
sampel

1
2
3
4

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun


Kelompok Cilembu Tanpa Mulsa (Erlend/Rabu)
Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata
n pertama
n kedua
n ketiga
n keempat
n kelima
( 21 HST/
( 28 HST/
( 35 HST/
( 42 HST/
( 49 HST/
23-1030-106-11-2013)
13-1120-112013)
2013)
2013)
2013)
28
39
54
72
93
31
47
60
97
121
25
32
49
62
94
32
40
55
76
119

43

Pengamatan
Keenam
(56 HST/
27-112013)
123
142
125
142

5
6
7
8
9
10
Rata-rata

18
36
33
41
25
30
29,9

29
52
47
58
38
42
42,4

31
60
55
65
50
61
54,0

56
81
75
93
85
89
78,6

78
121
103
132
122
127
111,0

103
139
127
151
139
141
133,2

Table 2.1 Jumlah Daun Kelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu)

Tanaman
sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun


Kelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu)
Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata
n pertama
n kedua
n ketiga
n keempat
n kelima
( 21 HST/
( 28 HST/
( 35 HST/
( 42 HST/
( 49 HST/
23-1030-106-11-2013)
13-1120-112013)
2013)
2013)
2013)
32
30
35
79
86
18
30
39
88
103
19
41
52
79
97
20
38
46
71
98
30
36
41
84
117
27
44
55
82
106
28
33
44
87
114
26
34
39
84
85
23
41
48
78
83
25
32
40
73
80
24,8
35,9
43,9
80,5
96,9

Pengamatan
Keenam
(56 HST/
27-112013)
97
129
124
116
140
128
139
85
90
87
113,5

Table 2.2 Jumlah DaunKelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu)

Tanaman
sampel

1
2
3
4
5
6
7
8

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun


Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu)
Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata
n pertama
n kedua
n ketiga
n keempat
n kelima
( 21 HST/
( 28 HST/
( 35 HST/
( 42 HST/
( 49 HST/
23-1030-106-11-2013)
13-1120-112013)
2013)
2013)
2013)
36
109
150
198
256
32
42
134
156
223
33
52
142
176
267
90
121
242
267
314
54
72
122
149
198
45
78
156
174
225
58
82
154
187
257
68
92
186
202
263
44

Pengamatan
Keenam
(56 HST/
27-112013)
295
280
316
348
232
265
299
321

9
10
Rata-rata

76
61
55,3

128
77
85,3

256
132
167,4

270
146
192,5

340
197
254

372
236
296,4

Table 2.3Jumlah DaunKelompok Cilembu + Mulsa AF1 (Santo/Rabu)

Tanaman
sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun


Kelompok Cilembu + Mulsa AF (Santo/Rabu)
Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata Pengamata
n pertama
n kedua
n ketiga
n keempat
n kelima
( 21 HST/
( 28 HST/
( 35 HST/
( 42 HST/
( 49 HST/
23-1030-106-11-2013)
13-1120-112013)
2013)
2013)
2013)
25
70
108
126
140
18
50
90
130
154
40
80
110
146
166
16
45
86
167
179
14
38
75
152
161
30
100
150
180
190
23
50
97
187
196
25
47
100
190
201
24
63
90
186
197
24
45
70
200
211
21,4
58,8
97,6
166,4
179,5

Pengamatan
Keenam
(56 HST/
27-112013)
152
168
173
188
170
200
203
208
201
220
188,3

Grafik 2. Rata-rata Jumlah Daun

Jumlah Daun

350
300
250
200
150
100
50
0

Cilembu Tanpa Mulsa


Gunung kawi tanpa mulsa
Gunung kawi + mulsa
AF2
Cilembu + mulsa AF2

Hari Setelah Tanam

4.1.3 Data Pengamatan Jumlah Umbi Pertanaman


Table 3 Tabel Jumlah Umbi PertanamanKelompok Cilembu Tanpa

Mulsa

(Erlend/Rabu)
45

Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi (Tanaman Sampel 8)


Kelompok CilembuTanpa Mulsa (Erlend/Rabu)
Jumlah Umbi
5
Table 3.1 Tabel Jumlah Umbi PertanamanKelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa
(Dinariari/Rabu)
Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi (Tanaman Sampel 8)
Kelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu)
Jumlah Umbi
8
Table 3.2 Tabel Jumlah Umbi Pertanaman Kelompok Cilembu + Mulsa AF
(Santo/Rabu)
Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi (Tanaman Sampel 8)
Kelompok Cilembu + Mulsa AF (Santo/Rabu)
Jumlah Umbi
10
Table 3.3 Tabel Jumlah Umbi Pertanaman Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF
(Siska/Rabu)
Data hasil pengamatan jumlah umbi (tanaman sampel 8)
Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu)
Jumlah Umbi
8

Grafik 3. Rata-rata Jumlah Umbi Pertanaman


12
10

Cilembu Tanpa Mulsa

8
jumlah Umbu

Gunung Kawi Tanpa


Mulsa

Cilembu + Mulsa AF

Gunung Kawi + Mulsa


AF

2
0
Jenis perlakuan

4.1.4 Data Pengamatan Bobot Umbi Pertanaman


Table 4 Tabel Bobot Umbi PertanamanKelompok Cilembu Tanpa Mulsa
(Erlend/Rabu)
Data hasil pengamatan bobot umbi (tanaman sampel 8)
Kelompok Cilembu Tanpa Mulsa (ERLEN/RABU)
Nomor umbi
Bobot umbi
1
150 gram

46

2
30 gram
3
25 gram
4
14 gram
5
8 gram
Bobot umbi
227 gram
Data hasil pengamatan bobot umbi
Table 4.1 Tabel Bobot Umbi PertanamanKelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa
(Dinariari/Rabu)
Data Hasil Pengamatan Bobot Umbi
Kelompok Gunung Kawi Tanpa Mulsa (Dinariari/Rabu)
Bobot umbi
2 ons
Rata-rata
0,2 ons = 20 gram pertanaman
Table 4.2 Tabel Bobot Umbi Pertanaman Kelompok Cilembu + Mulsa AF
(Santo/Rabu)
Data hasil pengamatan bobot umbi
Kelompok Cilembu + Mulsa Af (Santo/Rabu)
Bobot umbi
1,30 gram
Rata-rata
0,13 gram pertanaman
Table 4.3 Tabel Bobot Umbi PertanamanKelompok Gunung Kawi + Mulsa AF
(Siska/Rabu)
Data hasil pengamatan bobot umbi (tanaman sampel 8)
Kelompok Gunung Kawi + Mulsa AF (Siska/Rabu)
Bobot Umbi
102 gram
Rata-rata
10,2 gram pertanaman

47

Grafik 4. Rata-Rata Bobot Umbi Per Tanaman


50
45
40
35
30
bobot umbi 25
20
15
10
5
0

Cilembu tanpa mulsa


gunung kawi tanpa
mulsa
Cilembu + mulsa AF
gunung kawi + mulsa AF

bobot umbi
perlakuan

4.2.1

Pembahasan Parameter Panjang Sulur Tanaman


Berdasarkan pengamatan terhadap panjang sulur keempat
tanaman ubi jalar dengan perlakuan mulsa dan atau tanpa mulsa,
didapatkan hasil bahwa panjang sulur terpanjang dimiliki oleh ubi jalar
Gunung Kawi Tanpa Mulsa dengan total rata rata panjang sulur ke-10
tanaman pada 56 hari setelah tanam ( pengamatan ke -6 ) sebesar 183
cm. Sedangkan panjang sulur terpendek dimiliki oleh ubi jalar Cilembu
Tanpa Mulsa dengan total rata rata panjang sulur ke-10 tanaman ubi
jalar sebesar 95 cm.
Menurut Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Departemen Pertanian Deskripsi varietas Unggul Ubi Jalar

(1997),

panjang sulur (panjang batang) tanaman ubi jalar cilembu pada umumnya
berkisah 80 130 cm. Sedangkan ubi jalar varietas gunung kawi pada
umumnya mempunyai panjang sulur sebesar 75 190cm. Sehingga
berdasarkan pengamatan yang dilakukan, varietas gunung kawi
mempunyai panjang sebesar 183 cm yang merupakan karakteristik dari
varietas gunung kawi itu sendiri. Varietas cilembu yang mempunyai
panjang sulur sebesar 95 cm juga dikarenakan karakteristik varietas itu
sendiri yang lebih pendek panjang batang-nya dibandingkan dengan
varietas gunung kawi. Faktor dari penggunaan varietas unggul ubi jalar

48

yang digunakan setiap kelompok juga mempengaruhi dari panjang


pendeknya morfologi tanaman.
Penelitian Haris dan Krestiani (2009) menjelaskan
kalium

bahwa

diabsorbsi tanaman dalam bentuk K+dan dijumpai dalam

berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk yang tersedia bagi

tanaman

biasanya terdapat dalam jumlah kecil. Tanaman yang mendapatkan


K cukup akan tumbuh lebih cepat karena K dapat memelihara tekanan
turgor sel secara konstan sehingga memacupembesaran sel-sel yang
menyusun jaringan maristem.
Hal ini sesuai pernyataan (Rauf et al., 2000) bahwa fungsi utama
kalium dalam tanaman ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Dengan
adanya kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan ketegaran
tanaman

terjamin,

dan

merangsang pertumbuhan akar. Ketika

melakukan praktikum penanaman ubi jalar, dilakukan pemupukan


dengan menggunakan pupuk kandang dan pupuk KCl, Urea dan SP36
(Pupuk Anorganik). Pupuk tersebut diantaranya mengadung unsur
Kalium, seperti yang telah dijelaskan bahwa tanaman ubi jalar di lahan
mendapatkan K yang cukup sehingga tanamn ubi jalar tumbuh lebih
cepat. Penampilan dari tanamn ubi jalar juga terlat tegak karena adanya
tekanan turgor sehingga dapat memacu pembesaran sel yang menyusun
jaringan meristem tanaman ubi jalar itu sendiri.
Selain untuk memelihara tekanan turgor tanaman, kalium juga
berfungsi merangsang pertumbuhan akar sehingga tanaman ubi jalar
setiap kelompok mempunyai penyebaran akar yang cukup merata serta
terlihat tegak dan cepat pertumbuhannya karena dipengaruhi oleh
pemupukan yang dilakukan. Namun, pemberian pupuk KCl yang kedua
kali tidak terlalu berpengaruh secara nyata terhadap panjang batang
utama dikarenakan bahwa unsur K lebih banyak digunakan untuk
pembentukan

organ

penyimpanan

terutama

pembentukan

umbi

dibandingkan organ vegetatif (Sarief E.S., 1985).


Pemberian mulsa juga dapat mensuplai hara K dari hasil
perombakan bahan organik. Menurut Hairunsyah (1997) kalium hasil
perombakan bahan organik akan memacu pergerakan unsur K ke dalam
larutan tanah melalui komplek pertukaran kation. Kalium tanah yang
49

terlarut (tersedia) akan mudah hilang tererosi/terlarut bersama air hujan.


Mekanisme ini kemungkinan merupakan salah satu sebab serapan K pada
pemberian mulsa lebih rendah dibanding tanpa pemberian mulsa. Melalui
percobaan terhadap ubi jalar dengan perlakuan mulsa dan tanpa mulsa,
ubi jalar dengan perlakuan tanpa mulsa mendapatkan panjang sulur
terpanjang dibanding dengan perlakuan mulsa. Hal ini dapat dikarenakan
tanaman ubi jalar tanpa mulsa mendapat banyak unsur K yang diperlukan
bagi pertumbuhan tanaman terutama perpanjangan batang. Sedangkan
perlakuan mulsa tidak mendapatkan unsur K sebanyak perlakuan tanpa
mulsa sehingga pertumbuhan tanaman ubi jalar dengan mulsa tidak
sebesar dengan ubi dengan perlakuan tanpa mulsa.
4.2.2

Pembahasan Parameter Jumlah Daun


Berrdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap keempat
perlakuan mulsa dan varietas tanaman ubi jalar, didapatkan bahwa Ubi
Jalar Gunung Kawi dengan Perlakuan Mulsa mempunyai jumlah daun
terbanyak dibanding perlakuan lainnya yaitu dengan rata rata jumlah
daun hingga pengamatan ke 6 (56 HST) sebesar 296 daun. Sedangkan
jumlah daun ubi jalar paling sedikit dimiliki oleh Gunung Kawi tanpa
Perlakuan mulsa dengan rata rata jumlah daun hingga pengamatan ke 6
(56 HST) sebesar 113 daun.
Respon nyata jumlah daun terhadap pupuk kandang diduga ada
kaitannya dengan unsur hara (Soepardi, 1983). Unsur hara yang
kemungkinan besar berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah N, K dan
Ca, dimana pupuk kandang memiliki kandungan N dan K yang tinggi.
Pada awal penanaman ubi jalar menggunakan pupuk kandang hingga
pada minggu ke 3, hal ini diduga yang menyebabkan setiap tanaman ubi
jalar di keempat perlakuan mempunyai jumlah daun yang banyak dan
rimbun dikarenakan tiap tanaman ubi jalar mendapatkan unsur N dan K
dari pupuk kandang pada awal penanaman.
Pemberian mulsa cenderung meningkatkan jumlah daun, dalam
penelitian yang dilakukan oleh Sutater (1985) pemberian mulsa
meningkatkan jumlah daun secara nyata dan hal serupa dilaporkan oleh
Midmore (1983). Pada perlakuan mulsa berpengaruh sangat nyata

50

terhadap penurunan suhu tanah dan suhu udara, peningkatan kelembapan


udara dan peningkatan tinggi tanaman dan memperbanyak jumlah daun.
Hal ini sebanding dengan praktikum yang telah dilakukan dimana jumlah
daun terbanyak dimiliki oleh perlakuan mulsa dengan varietas cilembu
ataupun gunung kawi yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan
tanpa mulsa.
Mulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah dan
berfungsi untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan,
menekan pertumbuhan gulma, mempertahankan agregat tanah dari
hantaman air hujan, memperkecil erosi permukaan tanah, mencegah
penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Juga
dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah
sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah (Thomas et al., 1993).
Tingkat intensitas fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman ubi
jalar dengan perlakuan mulsa jauh lebih besar dibandingkan dengan
perlakuan mulsa karena perlakuan mulsa yang digunakan dapat menekan
tingkat penguapan air dan dapat memperoleh unsur yang dipakai dalam
fotosintensis jauh lebih besar karena rendahnya tingkat persaingan
kompetisi unsur hara dengan gulma. Selain itu mulsa yang digunakan
juga dapat melindungi tanah dari terpaan sinar matahari sehingga daun
mendapatkan intensitas cahaya matahari tanpa kurang disetiap tajuk nya (
tidak hanya tajuk bagian atas saja) sehingga intensitas cahaya matahari di
setiap tajuknya merata dan jumlah daun yang dihasilkan makin banyak
karena imbas dari proses fotosintensis yang lebih baik hasilnya. Sifatsifat yang terdapat pada tanaman ubi jalar dikendalikan oleh satu atau
lebih gen, sifat ini berbeda antar varietas seperti halnya bentuk dan warna
batang serta daun, tinggi tanaman, warna bunga, bentuk dan warna umbi,
umur tanaman, ketahanan terhadap penyakit, dan ketahanan terhadap
suhu tinggi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Mariano (2003) bahwa dalam
kondisi suhu tinggi morfologis tanaman berubah menjadi berdaun kecilkecil, cabang tumbuh tegak dan berjumlah banyak Ubi jalar dengan
perlakuan tanpa mulsa mendapatkan suhu yang tinggi karena pada siang

51

hari tanahnya mendapat terik matahari secara langsung tanpa adanya


pelindung sehingga mempengaruhi morfologis tanaman menjadi berdaun
kecil dan sedikitnya jumlah daun. Selain karena faktor iklim mikro juga
dikarenakan varietas tiap tanaman ubi jalar yang digunakan berbeda yaitu
Cilembu dan Gunung Kawi yang mempunyai ciri khas yang berbeda.
4.2.3

Pembahasan Parameter Jumlah Umbi Pertanaman


Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap jumlah
umbi yang dihasilkan, jumlah umbi yang terdapat pada keempat
perlakuan yaitu dengan tanpa mulsa AF dan yang menggunakan mulsa.
Berdasarkan grafik jumlah umbi, dapat diketahui bahwa jumlah umbi
pada budidaya tanaman ubi jalar dengan perlakuan mulsa AF
menghasilkan ubi jalar yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman
ubi jalar yang tidak menggunakan mulsa AF.
Ubi jalar Cilembu yang menggunakan mulsa AF menghasilkan
umbi terbanyak yaitu sebanyak 10 buah, sedangkan jumlah umbi yang
terkecil ada pada perlakuan tanpa mulsa yaitu ubi jalar varietas Cilembu.
Pada ubi jalar varietas Kawi, tidak ditemukan perbedaan jumlah umbi
yang dihassilkan. Pada kedua perlakuan yang menggunakan mulsa dan
yang tanpa mulsa sama-sama menhasilkan umbi sebanyak 8 buah.
Ubi biasanya dihasilkan dalam tanah lapisan atas setebal 25 cm.
Umbi sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan kualitas
atau rasanya, tergantung pada varietas, dan umbi dewasa mengandung
getah. Umbi-umbinya kaya pati dan juga mengdanung sejumlah gula,
protein, dan lemak (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991).
Menurut Jusuf et al. (2002). tanggapan suatu klon ubi jalar pada
umumnya beragam bila di uji pada lingkungan yang berbeda hal ini
disebabkan karena ada interaksi antara varietas dan lingkungan. Hal ini
menunjukkan bahwah pengembangan ubijalar dilahan sawah sesudah
padi akan berbeda hasilnya bila dibandinggkan dengan pada lahan
tegalan atau ladang.

4.2.4

Pembahasan Parameter Bobot Umbi Pertanaman

52

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap bobot umbi jalar


yang dihasilkan, bobot umbi pada keempat perlakuan yang berbeda yaitu
dengan tanpa mulsa dan perlakuan varietas mempunyai hasil (berat) yang
berbeda beda. Berdasarkan grafik perbandingan terhadap keempat
perlakuan yang berbeda, perlakuan Ubi jalar Cilembu Tanpa Mulsa
mempunyai bobot rata rata terberat dengan nilai 45,40 gram per tanaman.
Sedangkan bobot umbi terendah dimiliki oleh Perlakuan Ubi Jalar
Cilembu dengan Mulsa dengan berat rata rata 0,13 gram per tanaman.
Sedangkan pada Ubi Jalar Gunung Kawi dengan Mulsa berat rata rata
sebesar 10,2 gram per tanaman, dan Ubi Jalar Gunung Kawi tanpa mulsa
dengan berat rata rata sebesar 20 gram per tanaman.
Menurut hasil penelitian Sutater (1986) pada penanaman ubi jalar
di dataran medium yang bersuhu tinggi luas daun berkolesi negatif
dengan hasil umbi, hal ini menunjukkan bahwa hasil umbi makin tinggi
dengan makin rendahnya luas daun. Pada proses pengamatan dan
perbandingan antar perlakuan, varietas cilembu memiliki jumlah rata rata
luas daun yang tidak terlalu luas dibandingkan dengan perlakuan lain
sehingga varietas ubi jalar Cilembu dengan perlakuan tanpa mulsa
mempunyai berat bobot umbi terbesar dari keempat perlakuan.
Hasil percobaan Adisarwanto (1990) menunjukkan bahwa suhu
udara tinggi memperpendek lama pengisian umbi karena mengundurkan
saat inisiasi umbi. Pengunduran tersebut terjadi karena suhu tinggi
memacu sintesis asam geberelat sedangkan asam giberelat menghambat
inisiasi umbi. Berdasarkan praktikum lapang, berat bobot dari tanaman
yang mendapat perlakuan dengan mulsa mendapatkan berat terendah
dibandingkan dengan tanpa mulsa. Karena dengan menggunakan mulsa,
suhu tanah 3 lebih tinggi dibandingkan yang tidak diberi mulsa. Cahaya
matahari yang diserap akan dipantulkan dalam bentuk panas ke segala
arah. Sehingga umbi menjadi lebih kecil karena suhu yang tinggi
memperpendek lama pengisian umbi.
Secara garis besar diperkirakan bahwa setiap kenaikan suhu udara
5C di atas 20C akan terjadi penurunan laju fotosintesis pada tanaman
ubi jalar sebesar 25%, sehingga tekanan suhu tinggi dapat menurunkan

53

hasil umbi lewat pengurangan translokasi fotosintat ke umbi. Hal ini


membuktikan bahwa penurunan produksi umbi tidak hanya karena
adanya penurunan produksi bahan kering tanaman akibat dari turunnya
produk karbohidrat ke umbi, tetapi juga karena penurunan distribusi
karbohidrat ke umbi karena pendeknya masa pengisian umbi. Perbedaan
bobot umbi menunjuk-kan bahwa di antara varietas terdapat perbedaan
genetik yang mengendalikan tanggap tersebut terhadap suhu (Nagarajan
dan Minhas, 1995)
Tingginya curah

hujan

menyebabkan

kelembaban

udara

meningkat, pada kondisi ini laju tranpirasi tanaman menurun yang


mangakibatkan laju absorbsi dan translokasi tanaman ikut menurun.
Sehingga dapat dianalisis bahwa pada kondisi curah hujan yang cukup
tinggi pada saat praktikum setiap minggunya, pupuk yang ada tidak
ditranslokasikan secara optimal ke umbi jalar. Hal ini sesuai pernyataan
Lakitan

(2007)

bahwa

kelembaban

berpengaruh

terhadap

laju

transpirasi.Jika kelembaban udara lingkungan di sekitar tumbuhan


tinggi maka difusi air dalam ruang udara pada tumbuhan akan
berlangsung lambat.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari keempat perlakuan mempunyai hasil parameter yang berbeda beda.
Hal ini dikarenakan perbedaan perlakuan pada setiap budidaya ubi jalar tiap
kelompoknya, seperti penggunaan mulsa dan varietas ubi jalar yang berbeda beda.
Dilihat dari panjang sulur, yang terpanjang adalah ubi jalar Gunung Kawi Tanpa
Mulsa. Jumlah daun terbanyak dipunyai oleh ubi jalar Gunung Kawi dengan
perlakuan mulsa. Jumlah Umbi pertanaman dimiliki oleh Ubi Jalar Cilembu
dengan mulsa. Sedangkan bobot umbi terberat dimiliki oleh Ubi Jalar Cilembu

54

tanpa mulsa. Dari keempat hasil parameter dapat disimpulkan bahwa setiap
perlakuan mempunyai kelebihan dan kekurangannya, seperti faktor genetis
bawaan dari varietas cilembu ataupun gunung kawi. Penggunaan mulsa juga
mempengaruhi dari pertumbuhan ubi jalar, namun tetap memberikan hasil yang
tidak sebaik perlakuan tanpa mulsa.
5.2 Saran
Untuk asisten kelas diharapkan lebih mempunyai komitmen yang jelas
dalam memberikan tugas dan memberikan bimbingan selama praktikum di kelas.
Dalam memberikan tugas diharapkan memberikan rincian secara spesifik
sehingga para praktikan dapat mengerjakan dengan hasil yang dapat bermanfaat
kedepannya.
Untuk asisten lapang, sudah sangat baik dalam membimbing praktikan di
lapang dalam memberikan arahan teknik budidaya yang sesuai dengan kegiatan
praktikum.
Untuk praktikm selanjutnya, diharapkan pemilihan tempat yang dapat
membantu praktikan dalam melakukan pengamatan, praktikan merasa terganggu
atau terbebani karena faktor cuaca yang tidak pas dengan saat praktikum lapang.

55

Anda mungkin juga menyukai