Barometer Akh Lak Muli A
Barometer Akh Lak Muli A
www.ibnumajjah.wordpress.com
BAROMETER
AKHLAK MULIA
Oleh:
PENDAHULUAN
Begitu
banyak
orang
keliru
menggunakan
yang
sering
dikategorikan
pertanda
titik
kelemahan.
Sebab
sangat
tidak
demikian
di
tempat
yang
lain,
tergantung kepentingannya.
Lantas, bagaimanakah cara Islam menentukan
kemuliaan akhlak dan pribadi seseorang? Apakah
barometer
bakunya?
Tulisan
sederhana
ini
berusaha
sedikit
mengupas
dan
mengungkap
permasalahan tersebut.
ISLAM, AGAMA AKHLAK
Di antara tujuan utama Nabi Muhammad
diutus, selain untuk menegakkan
tauhid di muka bumi, adalah menyempurnakan
akhlak umat manusia. Nabi
bersabda:
akhlak
besar
perhatian
Islam
terhadap
bahkan
kepada
hewan
dan
tetumbuhan
sekalipun.
Alangkah
indahnya
petunjuk Islam!
Di antara persoalan yang tidak lepas dari
sorotannya ialah penjelasan tentang barometer
akhlak
mulia.
Yakni,
kapankah
seseorang
itu
jawaban
permasalahan
di
atas
Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik
terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling
baik
bermuamalah
dengan
keluargaku.
(HR.
at-Tirmidzi
dan
tentang
barometer
akhlak
mulia.
Mengapa
berakhlak
mulia
kepada
bersandiwara
(berpura-pura)
denganb
Disarikan dari Kitab al-Mauizah al-Hasanah fi Akhlaq alHasanah, Karya Syaikh Abdul Malik Ramadhani (hlm. 7779)
baik
dipertahankan
tengah
di
rumah
lantaran
keluarga
lebih
lebih
sulit
keberadaannya
lama
ketimbang
di
di
saat
dia
dirumah,
tampaklah
seseorang
di
Allah
rumahnya
secara
yang
memang
berakhlak
otomatis
mulia,
ia
akan
yang
notabenenyaadalah
lemah.
kuat,
karena
menjadi
kepala
rumah
tangga.Perbedaan
posisi
tersebut
tentunya
mata
atasan.
Untuk
itu,
ia
berusaha
karena
bagaimanakah
kepentingan
halnya
duniawi.
dengan
orang
Lalu
yang
memberikan
gambaran
betapa
mulianya
bengeknya
memang
merupakan
Urwah bertanya kepada Aisyah, "Wahai Ummul
Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah
tatkala
bersamamu
(di
luar
biasa
padat;
berdakwah,
mengajarkan
keamanan
ilmu,
negara,
menjaga
berjihad,
stabilitas
mengurusi
bisa
menyempatkan
diri
Ingatlah, hendaknya kalian berwasiat yang baik
kepada para istri. (HR. Tirmidzi dan dihasankan
oleh al-Albani)
Timbulnya riak-riak dalam kehidupan rumah
tangga merupakan suatu hal yang lumrah.
Namun,
jika
keharmonisan
hal
itu
jalinan
sampai
kasih
mengotori
sayang
antara
pernikahan,
tentulah
sangat
sebaliknya,
kesalahan-kesalahan
itu
metode
yang
tidak
menyakiti
hati
pasangannya.
PENUTUP
Semoga tulisan sederhana ini bisa dijadikan
sebagai
salah
satu
sarana
instrospeksi
diri
yang
semisalnya-
untuk
terus
berusaha
menjadi
qudwah
(teladan)
dengan