Gordang Sambilan salah satu pesona wisata di Kab. Mandailing Natal (Madina), salah
satu warisan budaya bangsa Indonesia. Bahkan diakui pakar etnomusikologi sebagai satu
ensambel musik teristimewa di dunia. Sebagai alat musik adat dan sakral, Gordang Sambilan
terdiri dari sembilan gendang. Ukuran besar dan panjang ke sembilan gondang itu bertingkat,
mulai paling besar sampai paling kecil. Tabung resonator Gordang Sambilan terbuat dari kayu
yang dilubangi, dan salah satu ujung lobangnya ditutup dengan membran terbuat dari kulit lembu
dan ditegangkan dengan rotan sebagai alat pengikat.
Untuk membunyikan alat kesenian itu digunakan pemukul terbuat dari kayu. Masingmasing gondang mempunyai nama sendiri. dan tidak sama di semua tempat di seluruh Madina,
karena masyarakat Mandailing yang hidup dengan tradisi adat punya kebebasan untuk berbeda.
Disamping itu juga masih banyak alat musik yang merupakan budaya Mandailing Natal,
diantaranya : Membranofon : gordang sambilan dangondang dua. Aerofon : suling, salung,
sordam, tulila, katoid, saleot, dan uyup-uyup. Metalofon : ogung, momongan, doal,
dan talisasayat.
Idiofon
: etek,
dongung-dongung,
pior,
gondang
17. Sampedang; 18. Aek Magodang (Touk); 19. Mamele Begu; 20. Mangido Udan; 21. Tortor;
22. Dll.
3. Ende (Nyanyian)
1. Ungut-ungut. 2. Sitogol. 3. Jeir. 4. Bue-bue
B. Wisata
1. Air Panas Sorik Marapi
Mandi air panas di bekas aliran larva Gunung Sorik Marapi, Di Desa Sibanggor Tonga,
Huta Raja, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Mandailing Natal, Sumatera Utara, ternyata
berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit kronis, rasa hangat suhu air ditambah campuran
belerang alam membuat tubuh menjadi bugar. Para pengunjung percaya, jika mandi di aliran air
panas tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit kronis, seperti reumatik, darah tinggi,
hingga strok.Selain itu belerang alam yang terkandung pada air juga berkhasiat menyembuhkan
berbagai penyakit kulit.
Pemandian air panas bumi ini terbentuk sejak tahun 1923, saat pertama kali Gunung Sorik
Marapi memuntahkan lava pijarnya.Meski saat itu seluruh kampung porak poranda, namun warga
mendapat berkah dengan terbentuknya aliran anak sungai yang airnya berasal dari panas bumi.
2. Kolam Sampuraga
Sampuraga, betapa terkenalnya kisah
ini di Mandailing Natal. Sebuah kolam yang
dinamai dengan legenda ini telah menjadi obyek
wisata di sana.
Dari legenda juga adat istiadat yang bisa
menuntun generasi penerus bangsa harus tetap
dilestarikan dengan berbagai metode pendidikan
sekolah untuk tidak mentiadakan adapt dan
budaya Mandailing yang kini sudah terkikis oleh zaman.
Pemerintah Daerah, DPRD Madina juga pemangku adat harus tetap menjaga anak sebagai
penenerus untuk tetap mengetahui adat istiadat Mandailing yang mempunyai adap yang tinggi
juga alkisah yang harus tetap menjadi bahan contoh untuk semua orang agar tetap menghargai
orang tua sebagaimana legenda sampuraga.
C. Makanan dan Hasil Alam
1. Kopi Mandheling
Kebun kopi Mandailing berusia ratusan tahun, berpotensi
sebagai kawasan ekowisata. Abdul Hamid Damanik, Affan Surya
dan Erikson Sinaga Pakantan, pernah dijuluki sebagai negeri
Gunung Mas. Sebuah kejayaan yang pernah dialami daerah itu
antara tahun 1835-1942. Ini terjadi bersamaan dengan penjajahan
Belanda atas Mandailing waktu itu. Tetapi, julukan sebagai gunung
mas kemudian berakhir seiring dengan masuknya Jepang pada tahun
1942.
Kopi Mandailing atau lebih dikenal dengan Mandeling Coffee menjadi salah satu
komoditas kopi Sumatra yang paling diincar kalangan eksportir. Alasan utamanya ialah karakter
rasa
yang
seolah
tidak
ada
duanya
dibandingkan
kopi
dari
belahan
dunia.
2. Kipang
Kipang
merupakan
makanan
masih
banyak
disukai
oleh
besar.Kipang
ini
merupakan
bawa
kemana-kemana
karna
4. Itak Poul-Poul
Itak
poul-poul salah
satu
sangat
terkenal
dan
Sirih
Sentang (gambir)
Tembakau
Soda
Pinang
Payung rarangan
Momongan (gong)
Alat tiup
Pakaian penganten
E. Rumah Adat
Bagas
Godang
(Rumah
Raja)
senantiasa
dibangun
hula
dohot
dongan
(Balai
Sidang
Agung
tempat
ditempatkan Gordang Sambilan yaitu alat musik tradisional Mandailing yang dahulu dianggap
sakral.
Setiap Bagas Godang yang senantiasa didampingi oleh sebuah Sopo Godang harus
mempunyai sebidang halaman yang cukup luas. Oleh kerana itulah maka kedua bangunan
tersebut ditempatkan pada satu lokasi yang cukup luas dan datar dalam Huta. Halaman Bagas
Godang dinamakan Alaman Bolak Silangse Utang (Halaman Luas Pelunas Hutang). Sesiapa yang
mencari perlindungan dari ancaman yang membahayakan dirinya boleh mendapat keselamatan
dalam halaman ini. Menurut adat Mandailing, pada saat orang yang sedang dalam bahaya
memasuki halaman ini, ia dilindungi Raja, dan tidak boleh diganggu-gugat.
Sesuai dengan fungsi Bagas Godang dan Sopo Godang, kedua bangunan adat tersebut
melambangkan keagungan masyarakat Huta sebagai suatu masyarakat yang diakui sah
kemandiriannya dalam menjalankan pemerintahan dan adat dalam masyarakat Mandailing.
Karena itu, kedua bangunan ter-sebut dimuliakan da-lam kehidupan mas-yarakat. Adat-istiadat
Mandailing menjadi-kan kedua bangunan adat tersebut sebagai milik masyarakat Huta tanpa
mengu-rangi kemulian Raja dan keluarganya yang berhak penuh menem-pati Bagas Godang.
Oleh kerana itu, pada masa lampau Bagas Godang dan Sopo Godang maupun Alaman Bolak
Silangse Utang dengan sengaja tidak berpagar atau bertembok memisahkannya dari rumah-rumah
penduduk Huta.