Tepung Ampas Kelapa
Tepung Ampas Kelapa
Abstrak: Asupan serat menjadi semakin diutamakan dalam membuat formulasi produk pangan
karena perannya dalam memperlancar pencernaan, tempat berkembang bakteri selama diusus dan
mengurangi ketersediaan kolesterol. Kolesterol adalah pemicu munculnya penyakit degeneratif
seperti stroke dan penyakit jantung koroner. Salah satu upaya untuk menekan tingginya kolesterol
darah adalah dengan meningkatkan konsumsi serat larut yang tidak dapat dicerna, namun larut
dalam air panas. Di dalam saluran pencernaan serat larut ini akan mengikat asam empedu dan
kemudian dikeluarkan bersama tinja Anonim (2001) dalam Khomsan (2003). Selanjutnya dijelaskan
semakin tinggi konsumsi serat larut akan semakin banyak asam empedu dan lemak yang
dikeluarkan oleh tubuh.Pemanfaatan hasil samping ampas kelapa sebagai bahan substitusi
makanan kesehatan selama ini belum banyak terungkap. Meskipun ampas kelapa merupakan hasil
samping pembuatan santan, namun ampas kelapa merupakan bahan pangan sumber serat.
Ampas kelapa berasal dari komoditi hasil samping yang memiliki keunggulan sebagai pendukung
kelestarian ketahanan pangan. Hal tersebut ditunjang oleh potensi produksi yang tinggi, proses dan
peralatan yang digunakan dalam produksinya sederhana dan murah, memiliki kemampuan untuk
diolah menjadi produk-produk yang lebih berkualitas, dapat ditambahkan pada produk-produk roti,
resep-resep masakan, dan produk-produk makanan lainnya sebagai makanan kesehatan
sehingga dapat menunjang diversivikasi pangan.
Kata kunci: tepung, ampas kelapa, sumber kesehatan
1. Pendahuluan
Buah kelapa (Cocos nucifera Lin) selain
sebagai sumber karbohidrat juga sebagai
sumber lemak, protein, kalori, vitamin dan
mineral.
Nutrisi
karbohidrat
yang
terkandung dalam daging kelapa sebesar
10-14 g/100g berat basah (Thieme, 1968).
Buah kelapa juga mengandung serat kasar
30, 58% (Rindengan dkk. 1997). Analisis
ampas kelapa kering mengandung 13%
selulosa dapat berperan dalam proses
fisiologi tubuh (Balasubramanian (1976).
Ampas kelapa didapatkan dari parutan
daging kelapa ditambah air diperas hingga
keluar
santannya.
Ampas
kelapa
merupakan hasil samping pembuatan
santan, daging buah kelapa yang diolah
menjadi minyak kelapa dari pengolahan
cara basah akan diperoleh hasil samping
ampas kelapa.
Pemanfaatan tepung ampas kelapa kelapa
dalam pengembangan produk pangan,
98
2. Buah Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera Lin) adalah
komoditas sosial yang mudah tumbuh di
daerah tropis dan merupakan tanaman
yang penting dan melibatkan jutaan
masyarakat tani di negara - negara Asia
Pasifik. Pertanaman kelapa di Indonesia
mencapai luas 3.759.397 ha. Sekitar
92,40% diantaranya berupa kelapa dalam
yang diusahakan sebagai perkebunan
rakyat, sedangkan kelapa hibrida baru
sekitar 4% (Anonim , 1997 cit Abdurahman
dan Mulyani, 2003). Oleh karena itu
Indonesia disebut sebagai negara produsen
kelapa kedua setelah Philipina, tentu dilihat
dari segi total areal maupun potensi
produksinya.
Tanaman kelapa termasuk dalam famili
Palmae dan membutuhkan lingkungan yang
sesuai
untuk
pertumbuhan
dan
produksinya. Kelapa dapat tumbuh pada
berbagai kondisi lahan, tanah dan iklim
sehingga penyebarannya cukup luas.
Kelapa dapat tumbuh pada ketinggian di
bawah 500 m diatas permukaan laut dan di
daerah tertentu masih dijumpai pada
ketinggian 900 m dpl (Darvis, 1986).
Pada dasarnya pertumbuhan kelapa
dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara
lain cahaya, suhu udara, curah hujan,
kelembaban dan tanah. Lama penyinaran,
intensitas dan mutu cahaya mempengaruhi
mutu buah pada waktu pemanenan
terutama pada proses fisiologi buah
(Pantastico, 1986). Suhardiyono (1988),
menyatakan
bahwa
sinar
matahari
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
vegetatif dan pembuahan, karena sinar
matahari berfungsi sebagai sumber energi
pada proses fotosintesa dan akan
meningkatkan suhu yang secara langsung
menyebabkan terbukanya stomata karena
perubahan-perubahan tekanan turgor yang
99
Secara
genetic
kelapa
dalam,
menghasilkan bunga pertama pada umur 7
10 tahun setelah ditanam. Bunga betina
tanaman kelapa akan dibuahi 18 25 hari
setelah bunga berkembang dan buah akan
menjadi masak setelah 12 bulan dihitung
sejak pembuahan berlangsung (Anonim,
2005). Penampilan morfologis kelapa dalam
umumnya sama yaitu memiliki batang
berdiameter besar, umumnya mencapai
kurang lebih 90 tahun dan tingginya
mencapai 20 30 meter.
Tabel 1. Komposisi nutrisi daging buah kelapa pada berbagai tingkat kematangan
Kondisi buah kelapa
Komposisi nutrisi/100 g daging
kelapa
Buah muda
Buah
Buah tua
setengah tua
Kalori (kal)
68,0
180,0
359,0
Protein (g)
1,0
4,0
3,0
Lemak (g)
0,9
13,0
34,0
Karbohidrat (g)
14,0
10,0
14,0
Kalsium (mg)
17,0
8,0
21,0
Fosfor (mg)
30,0
35,0
21,0
Besi (mg)
1,0
1,3
2,0
Aktivitas vitamin A (IU)
0,0
10,0
0,0
Thiamin (mg)
0,0
0,5
0,1
Asam Askorbat (mg)
4,0
4,0
2,0
Air (mg)
83,3
70,3
46,9
Bagian yang dapat dimakan (mg) 53,0
53,0
53,0
Sumber: Thieme (1968) cit Ketare (1986)
100
101
4. Pembuatan
kelapa
Tepung
Ampas
102
5. Serat Pangan
Pemanfaatan ampas kelapa sebagai bahan
substitusi makanan kesehatan selama ini
belum banyak terungkap. Meskipun ampas
kelapa
merupakan
hasil
samping
pembuatan
santan,
namun
memiliki
kandungan serat kasar cukup tinggi. Diet
kaya serat akan membantu melindungi
tubuh dari berbagai penyakit yang
berkembang dinegara-negara maju seperti
diabetes mellitus, jantung koroner, obesitas,
dan kanker usus besar, (Trowell dalam
Astawan dan Wresdiyati 2004). Serat
pangan telah ditunjukkan memiliki peranan
penting
dalam
pencegahan
resiko
karsinogenesis dan arterosklerosis. Serat
pangan ini juga mengontrol pelepasan
glukosa
seiring
waktu,
membantu
pengontrolan dan pengaturan diabetes
melitus dan obesitas (Trinidad dkk., 2001).
Serat pangan dalam jumlah yang cukup
didalam makanan sangat bagus untuk
pencernaan yang baik dalam usus. Oleh
karena itu, serat pangan sangat berperan
dalam kesehatan dan kondisi penyakit
didalam berbagai kelompok populasi
(Ramulu dan Rao, 2003).
Serat pangan yang berasal dari buahbuahan
dan
sayuran
lebih
cepat
terfermentasi dari pada serat pangan yang
berasal dari kacang-kacangan (Astuti,
2005). Serat Pangan umumnya terdiri atas
kompleks karbohidrat dinding sel tumbuhan,
seperti selulosa, hemiselulosa, pektin dan
lignin juga polisakarida intraseluler seperti
gum dan muscilago yang tidak terhidrolisis
oleh enzim pencernaan manusia (Spiller,
2000). Serat pangan tidak dapat dicerna
dan tidak diserap oleh saluran pencernaan
manusia, tetapi memiliki fungsi yang sangat
penting bagi pemeliharaan kesehatan,
pencegahan
penyakit
dan
sebagai
komponen penting dalam terapi gizi
(Astawan, 2004). Dijelaskan pula bahwa
menurut karakteristik fisik dan pengaruhnya
terhadap tubuh, serat pangan dibagi atas
dua golongan yaitu serat pangan larut dan
serat pangan tak larut.
Serat pangan larut merupakan komponen
serat yang dapat larut didalam air dan
103
104
8. Kesimpulan
Pemanfaatan hasil samping ampas kelapa
sebagai
bahan
substitusi
makanan
kesehatan selama ini belum banyak
terungkap.
Meskipun
ampas
kelapa
merupakan hasil samping pembuatan
santan, namun ampas kelapa merupakan
bahan pangan sumber serat. Ampas kelapa
berasal dari komoditi hasil samping yang
memiliki keunggulan sebagai pendukung
kelestarian ketahanan pangan. Hal tersebut
ditunjang oleh potensi produksi yang tinggi,
proses dan peralatan yang digunakan
dalam produksinya sederhana dan murah,
memiliki kemampuan untuk diolah menjadi
produk-produk yang lebih berkualitas, dapat
ditambahkan pada produk-produk roti,
resep-resep masakan, dan produk-produk
makanan
lainnya
sebagai
makanan
kesehatan
sehingga dapat menunjang
diversivikasi pangan.
Daftar Pustaka
Andi Nur Alamsyah. 2205. Virgin Coconut
Oil. Minyak Penakluk Penyakit.
Penerbit: PT. Agro Media Pustaka.
Jakarta.
Anonim. 2005.Virgin Coconut Oil. Trubus
Edisi 427. Juni 2005/XXXVI
Antarlina, S.S. dan J.S. Utomo. 1997.
Proses Pembuatan Dan Penggunaan
Tepung Ubijalar Untuk Produk
Pangan. Balitkabi. Edisi khusus No.
15.
Astawan
M
dan
M.
Wahyuni.
1989.Teknologi Pengolahan Nabati
dan Hewani Tepat Guna. Presindo.
Jakarta.
Badan
Penelitian
dan
Pengembang
Pertanian. 2004. Pasca Panen
105