Anda di halaman 1dari 52

literatur perikanan

PERKEMBANGAN IKAN
Secara umum yang dimaksud dengan ikan adalah hewan vertebrata yang
berdarah dingin yang hidup di air, perkembangan dan keseimbangan menggunkan sirip
pada umumnya bernapas dengan insang sedangkan ilmu pengetahuan yang membahas
tentang ikan dan segala aspek yang berhubungan dengannya adalah Ikhtiologi (Ridwan,
1980).
Ikan adalah hewan yang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin
(poikilothermal) dimana hidupnya dilingkungan air, pergerakan dan keseimbangan
dengan menggunakan sirip serta pada umumnya bernafas dengan insang. (Raharjo,
1980).
Ikan adalah kelompok vertebrata yang paling besar jumlahnya. Ikan
mendominasi kehidupan perairan diseluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang
telah berhasil dicatat adalah sekitar 21000 spesies dan diperkirakan berkembang
mencapai 28000 spesies. Jumlah spesies ikan yang hidup dipermukaan bumi adalah
21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada diperkirakan sekitar 43.173
spsies(NELSON, 1984).
Para Ahli memperkirakan ada sekitar 20.000 spesies malahan ada yang
menduga sampai 40.000 spesies ikan yang mendiami permukaan bumi, menurut Lagler
et al (1977) persentase masing-masing kelompok dalam vertebrata sebagai berikut: Pisces
(48,1%), Aves (20,7%), Reptilia (14,4%), Mammalia (10,8%) dan Amphibia (6%). Ikan
merupakan salah satu organisme yang termasuk kelompok vertebrata yang beraneka
ragam dan mendominasi kehidupan air di permukaan bumi.
Ikan adalah salah satu diantara organisme pada kelompok vertebrata dan yang
paling besar jumlahnya. Ikan mendominasi kehidupan di air seluruh permukaan bumi.
Jumlah spesies ikan yang berhasil dicatat adalah sekitar 21.000 spesies dan diperkirakan
akan berkembang mencapai 28.000 spesies. Jumlah ikan yang hidup dimuka bumi adalah
21.723 spesies (Nelson, 1984)
Nelson (1984) memperkirakan bahwa jumlah spesies ikan yang hidup dimuka
bumi ini adalah 21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada di
perkirakan sekitar 43.173 spesies. Namun hal demikian harus dimaklumi bahwa
penemuan spesies ikan baru terus berlangsung setiap tahun, dan jauh lebih cepat
dibandingkan dengan penemuan spesies hewan lain, seperti bangsa burung atau hewan
vertebrata lain (Davi dan Chounard, 1980).
Ikan merupakan makanan manusia yang paling utama sejak awal abad dari
sejarah manusia. Daging ikan banyak mengandung protein dan lemak, seperti juga pada
daging-daging hewan ternak. Daging ikan mudah dicerna dibandingkan tumbuhtumbuhan. Kadar protein dalam ikan dapat mencapai 13-20%, sedangkan 50-80% berupa

air dan selebihnya lemak. Daging ikan banyak mengandung vitamin terutama hatinya.
Vitamin tersebut dapat diperoleh dari plankton secara langsung maupun tidak langsung,
yang menjadi makanan ikan. Mengingat bahwa dari permukaan bumi tertutup dari
lautan dan banyak perairan tawar yang dihuni bermacam-macam ikan (Djuanda, 1981).
Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai
dengan empat puluh ribu spesies yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat ribu
diantaranya menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan perairan tawar. Jumlah
spesies ikan yang tercatat di daerah Riau diperkirakan mencapai tiga ratus spesies ikan.
Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan yang lainnya sudah tentu memiliki
beberapa kesamaan dan identifikasi, yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai dasar
pengklasifikasian (Manda et al, 2005).
Dalam pereairan Indonesia yang sangat luas ini mengandung 6000 jenis ikan
yang belum teridentifikasi dan ini merupakan Sumberdaya hayati perikanan yang
potensial bila dikelola secara maksimal. Tanpa menggangu kelestarian sumberdaya
tersebut sehingga akan memberikan sumbangan yang berarti bagi kesejahteraan
masyarakat (Effendie, 1979).

Usaha perikanan
Usaha perikanan yang ada di Indonesia merupakan perpaduan antara
usaha perikanan darat dan perikanan laut. Ikan merupakan sumber protein yang
paling murah dibanding dengan sumber protein yang lainnya seperti telur, susu
dan daging (DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS, 1996/1997).
Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas
perairan umum Indragiri Hilir 2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164
Ha, luas perairan umum kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum
Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum
Bengkalis 70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (DINAS
PERIKANAN DAN KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001).
Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah
daratan 94.561 km2 dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah
sungai yaitu sungai Rokan, siak, Kampar dan sungai Indragiri yang merupakan
perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (YUNIARTI,
2000).

Untuk propinsi Riau produksi perikanan umum adalah sebesar


12.706,6 ton atau 7% dari seluruh produksi prikanan Riau, dimana produksi
perikanan tersebut berasal dari kabupaten indragiri hulu, Kampar, Bengkalis dan
Indragiri hilir (EVY, MUJIANTI dan SUJONO, 2001).
Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang
perikanan dan luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta Km atau sektar 81% dari wilayah
seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan Indonesia saat ini lebih kurang 14 juta Ha.
Yang terdiri dari rawa, sungai sebesar 11,9 juta Ha, 1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta
Ha danau buatan hal ini merupakan potensi yang sangat bagus pengembangan usaha
perikanan. (Nazaruddin, 1993).
Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudra pasifik dan
samudra hindia dan mempunyai tatanan geografis yang rumit dilihat dari topografi dasar
lautnya. Dasar perairan Indonesia di berbagai tempat, terutama di kawasan barat,
menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata dan hampir seragam, tetapi di tempat lain,
terutama dikawasan timur, menunujukkan bentuk-bentuk yang lebih majemuk tidak
teratur dan rumit (Feliatra et al, 2003)
Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan daya
rangsang alat untuk organ penglihatan atau organ lateraling sebelum ikan terkait
atau terjerat pada jaring (KLUST, 1987). Semakin kabur suatu benda bagi mta
ikan berarti kemampuan mata ikan untuk menangkap kekontrasan benda itu
terhadap latar belakang semakin berkurang. Selanjutnya dijelaskan bahwa faktor
penglihatan itulah yang paling penting yang menyebabkan ikan menghindar atau
menubruk alat penagkapan (GUNARSO, 1985). Untuk itu bahan gill net harus
mempunyai daya tampak sekecil mungkin.
Mengingat sangat mendesaknya kebutuhan akan protein hewani yang
berasal dari ikan, maka sudah seharusnya memanfaatkan sumber-sumber hayati
perairan yang ada dan dimanfaatkan semaksimal mungkin karena akan dapat
menunjang perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nelayan dan
perbaikan gizi masyarakat. Potensi perikanan tidak ada artinya, apabila tidak
dimanfaatkan secara optimal dengan usaha perencanaan yang baik. Untuk itu
diperlukan adanya suatu perencanaan suatu produksi yang diinginkan dengan
potensi yang ada, demi kelestarian sumberdaya perikanan. (Arsal, 1984).
Untuk memenuhi kebutuhan akan protein maka perlu di kembangkan usaha
dalam sektor perikanan, Syamsudin (1980) mengatakan perikanan merupakan daya
upaya manusia untuk menggali sumber daya hayati perairan guna dimanfaatkan bagi
kepentingan dan memenuhi kebutuhan manusia baik itu dari perairan laut maupun
perairan umum. Dan usaha perikanan rakyat mencakup penangkapan serta budidaya.
Salah satu hasil perikanan tangkap adalah ikan biji nangka (Upeneus mullocensin) yang
biasanya terdapat didaerah perairan pantai dan perairan daerah pelagic. Ikan ini
mempunyai bentuk fisik yang hampir sama dengan ikan merah tetapi mempunyai
ssepasang sungut dan dua sirip punggung.

WARDOYO (1981), mengemukakan bahwa suhu air merupakan faktor yang


cukup penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies atau
kelompok mempunyai batas toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya.
Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untk reaksi metabolisme
dalam tubuh organisme
HAMIDY et al., (1983), menyatakan bahwa kecepatan arus
merupakan parameter kualitas air yang penting karena parameter ini dapat
mempengaruhi parameter lingkungan yang lainnya. Parameter lingkungan yang
dipengaruhinya antar lain kandungan oksigen terlarut, karbondioksida bebas,
suhu dan jumlah makanan. Arus juga memegang peranan penting dalam
menentukan tingkat suatu perairan.
GUNARSO (1985), menyatakan bahwa berhasilnya suatu usaha
penangkapan banyka tergantung pada sejumlah pengetahuan mengenai tingkah
laku ikan agar kiata dapat menemukan adanya ikan sehingga kita dapat
menerapkan metoda, taktik maupun sesuatu desain alat penangkapan yang
sesuai.
Sifat alat dalam menangkap ukuran dan jenis ikan tertentu dalam
suatu populasi disebut selektifitas. Sifat ini terutama tergantung dari prinsip yang
dipakai dalam penangkapan, tapi juga tergantung pada parameter desain alat
seperti mata jaring, beban benang, materila dan ukuran benang, hanging ratio
dan kecepatan menarik. Ukuran mata jaring mempunyai pengaruh yang dalam
selektifitas (FRIDMAN , 1988). Ikan yang tertangkap tergantung dari besar mata
jaring (DJUHANDA, 1981).
Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai salah satu bahan pangan sejak
beberapa abad yang lalu dimana kandungan protein yang terdapat dalam tubuh ikan lebih
besar dibandingkan lemak dan abu yang mempunyai arti penting bagi manusia. Menurut
Hadiwiyono (1993) daging ikan merupakan bahan biologi yang secara kimiawi tersusun
oleh unsur-unsur organik yang merupakan senyawa-senyawa yang terdiri dari protein,
lipid, vitamin dan enzim.
Menurut (WEBER dan BEAUFORT dalam SAANIN, 1968) telah
diidentifikasi lebih kurang 4.000 jenis ikan yang tersebar diseluruh perairan Indonesia.
Untuk perairan umum di Jawa, Kalimantan, dan Sumatera ditemukan sekitar 500 jenis
ikan air tawar yang hidup di rawa-rawa, sungai dan danau.
Widodo(1982) mengemukakan bahwa pengelolaan terhadap sumberdaya
merupakan kegiatan terpadu dan terencana,dimana peningkatan serta pengadaan fasilitas
tempat pendaratan dan pelabuhan ,bantuan penanaman modal berbagai kegiatan teknis
seperti survey lapangan tentang potensi berbagai usaha pengembangan perikanan yang
telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Menurut Welcome(1985) ikan periran umum khususnya daerah aliran


sungaiterdapat 2 kelompok yang penting,yaitu ikan yang hidup di perairan lebak pada
saat air surut(kemarau)dan periaran sungai.Untuk menentukan lokasi reservoir di perairan
lebak dapat di pilih cekungan tanah yang kedalamannya cukup agar dapat pada saat
musim kemarautidak mengalami kekeringan.Di sekeliling cekungan cukup banyak
vegetasi yang berfungsi sebagai nursery ground bagi ikan yang berasaldari induk
memijah pada musim kemarau dan musim penghujan.Selain itu,di daerah yang cukup
tinggi fluktasi airnya antara musim hujan dan kemarau agar pada musim hujan ikan
menyebar luas ke seluruh penjuru perairan untuk melakukan pemijahan.
.

MORFOLOGI IKAN
Ridwan, Chaidir, Budjiono dan lesje, (2006) mengatakan terminology yang
menyangkut bidang (latar) dan arah pada anatomi manusia berbeda yang diterapkan pada
ikan atau hewan. Terminology yang sangat baik digunakan pada ikan adalah terminology
nimina anatomica yang dipubliksdiksn oleh world Association of veterinary
Anatomists (1968), sebap dapat menghindari kemungkinan terjadi kerancuan dengan
anatomi manusia.
Menurut Ridwan, Chaidir, Budjiono dan Lesje, (2006) sirip pada ikan
terdiri dari sirip punggung(D), sirip dada(P), sirip perut(V), sirip anus(A), dan sirip
ekor(C). sirip punggung yang terdapat pada ikan(Kelas Chondrichtyes) disokong oleh
keping-keping tulang rawan yang dinamakan tulang basal yang terletak dibagian bawah
tertumpu apda cucuk Neural. Dan rawan radial yang terletak di rawan basal menunjang
jari-jari keras. Sirip dada chondrichtyes disokong oleh tulang gelang bahu(pectoral girdle)
yang kuat dan dinamakan coracoscapula.
Secara anatomi ikan mempunyai sepuluh sistem yang bekerjasama dalam
membentuk keseluruhan individu, adapun kesepuluh sistem tersebut yaitu sistem saraf,
sistem peredaran darah, sistem integumen, sistem otot, sistem pencernaan, sistem rangka,
sistem ekskresi, sistem pernapasan dan sistem reproduksi, diantara ke sepuluh sistem ini
saling berkaitan satu dengan yang lainnya (RAHARJO, 1980).
Bentuk tubuh setiap individu ikan sangat dipengaruhi oleh sistem
rangka, sistem otot, dan satuan habitat dimana ikan tersebut hidup. Adapun
bentuk-bentuk tubuh ikan beserta tampak lintangnya seperti: Pipih mendatar,
bentuk pipih (compressed), pipih (depressed), torpedo (fusiform), bentuk ular
(anguiliform), pipa (filiform), pita (taeniform), panah (sagitiform), bola (globiform)
dan bentuk kepala picak, badan pipih. (Tim Iktiologi, 1989).
Manda et al (2005), Sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak
ikan yang terdiri dari sirip punggung (D), sirip perut (V), sirip dada (P), sirip anus (A)

dan sirip ekor (C). Tidak semua jenis ikan memiliki secara utuh kelima sirip tersebut
secara sempurna.
Ikan dari ordo Percomorphi mempunyai sirip perut yang terletak di bawah
sirip dada, sirip punggung biasanya ada dua yang didepannya disokong jari-jari keras
sedangkan yang di belakang sebagian disokong jari-jari lunak. Banyak dari jenis-jenis
ordo ini terdapat di pasar seluruh Indonesia. (Djuhanda, 1981).
Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan
gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V),
sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti
pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di
bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang
tidak lengkap.
Saanin (1984) menyatakan untuk mengidentifikasi ikan harus diperhatikan
sifat-sifatnya, tanda-tanda dan bentuk serta bagian-bagian dari tubuh ikan yaitu rumus
sirip, perbandingan panjang dengan tinggi, bentuk garis rusuk dan jumlah garis sisik yang
meliputi garis rusuk tersebut bentuk sisik dan gigi beserta susunan tulang-tulang insang.
Saanin (1984) mengatakan bahwa untuk mengiedntifikasi ikan harus
diperhatikan tanda-tanda, bentuk dan bagian dari tubuh ikan yaitu urmus mulut dan
sungut yang banyak mengalami modifikasi. Oleh karena itu perbedaan ikan disebapkan
oleh umur atau kadang-kadang oleh tempat hidupnya, maka tidak akan mungkin
memberikan ukuran, ukuran yang diberikan adalah perbandingan saja.
Menurut Tim Iktiologi (1989), bahwa bentuk tubuh ikan bervariasi meskipun
demikian mempunyai pola dasar yang sama yaitu kepala-badan-ekor pada umumnya
bilateral simetris. Sebagai kekecualian pada ordo Plauronectiformes yang mempunyai
bentuk non bilateral simetris. Dimana secara garis besar ikan yang ada di alam
dikelompokkan menjadi dua yaitu Agnatha (ikan yang tidak berahang) dan
Gnathostomata (ikan yang memiliki rahang). Secara umum ikan dibagi atas tiga kelas
yaitu: Cephalaspidomorphi, Condrichthyes dan Osteichthyes.
Cephalaspidomorphi, Condrichthyes dan Osteichthyes dimasukkan ke dalam
Pisces, merupakan kelompok hewan yang sangat besar dan banyak diminati orang,
sehingga kelompok hewan ini mendapat perhatian sebagai bidang ilmu khusus yakni
iktiologi. (Romimohtarto, 2005).
PULUNGAN(1985) mengemukakan bahwa jenis-jenis ikan dari family
siluridae merupakan ikan air tawar yang pada umumnya menghuni perairan sungai, anakanak sungai maupun danau-danau ukuran kecil(bekas aliran sungai) dan sangat
bersembunyi disela-sela daun tanaman air yang yang terdapat disekitar tempat hidupnya
Djuhanda (1981) mengatakan ikan-ikan siluridae tubuhnya tidak bersisik,
kulitnya lebih banyak mengandung lender dan berwarna seperti warna Lumpur, kepala

gepeng dank eras dengan mulut yang lebar. Disekitar mulut terdapat 1-4 pasang sungut
peraba.sirip dada
mempunyai jari-jari sirip keras dan ibasanya pinggirannya bergerigi esperti
gergaji. Sirip punggung pada kebanyakan ikan ada dua, yang edpan mempunyai udri
tajam, seperti dada dan kedua macam duri.
HUET (1971) mengatakan pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah keturunan, ketahanan tubuh terhadap penyakit dan
kemampuan untuk memanfaatkan makanan, sedangkan faktor eksternal adalah kondisi
lingkungan dan ketersediaan pakan bagi ikan. Pertumbuhan merupakan perubahan bentuk
baik panjang maupun berat sesuai dengan perubahan waktu. Selanjutnya dijelaskan
bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh makanan, ruang, suhu dan beberapa faktor lainnya.

IKAN SUNGAI

1. ikan Paweh(Osteochilus hasselti)


KOTTELAT, WHITTEN, KARTIKASARI dan WIRDJOATMODJO
(1993), mengklasifikasikan Ikan Paweh (Osteochilus hasselti) kedalam Sub kelas
Teleostei, Ordo Cypriniformes, Famili Cyprindae, Genus Barbodes.
ikan Paweh (Osteochilus hasselti) dengan ciri-ciri bentuk tubuh pipih dan
langsing, bilateral simetris, tubuh berwarna kekuning-kuningan sedangkan bagian
siripnya berwarna kemerah-merahan, memiliki sepasang sungut yang pendek terletak di
sudut mulut, kepalanya tumpul, tubuh diliputi sisik, bentuk mulutnya subterminal, linea
lateralis sempurna, siripnya terdiri dari jari-jari lemah mengeras dan jari-jari lemah,
(KOTTELAT et.al )
Ikan-ikan yang termasuk keluarga Cyprinid nyatanya memiliki bentuk
tubuh yang bervariasi beberapa jenis diantaranya tubuh berbentuk compressed
seperti yang terdapat pada jenis Puntius, Osteochylus dan Amblirychicthys.ikan
Cyprinidae yang memiliki jari-jari lemah yang mengeras dan bergerigi pada
bagian belakangnya hanyalah ikan-ikan yang termasuk pada Genus Puntius.
Jumlah gerigi itu penting artinya untuk membedakan antar spesies yang satu
denga yang lainnya (PULUNGAN, 1987).
Ikan Paweh (Osteochilus hasselti) dengan ciri-ciri bentuk tubuh pipih
dan langsing, bilateral simetris, tubuh berwarna kekuning-kuningan sedangkan
bagian siripnya berwarna kemerah-merahan, memiliki sepasang sungut yang

pendek terletak di sudut mulut, kepalanya tumpul, tubuh diliputi sisik, bentuk
mulutnya subterminal, linea lateralis sempurna, siripnya terdiri dari jari-jari lemah
mengeras dan jari-jari lemah, (KOTTELAT et.al).
Ikan Paweh (Osteochilus hasselti) mempunyai bentuk agak
memanjang dan pipih,batang ekor separuh dari tinggi badan.Kepala kecil dan
moncong tertutup rapatdan mempunyai dua pasang sungut,sisik agak
besar.Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik linea lateralis yang ke
sepuluh.Sirip punggung seperti tiang,jari-kari keempat kuat dan gigi ke
belakang.Warna tubuh coklat kehijau-hijauan pada bagian punggung dan
berwarna putih di bagian perut,sirip ekor,anus serta perut berwarna kemerahmerahan.Jari-jari disokong oleh A.7,D.17.P.9,V.9,C.19 (Delfirahim et el,1997)
2. IKAN SEPET SIAM(Trichogaster pectoralis)
Ikan sepat siam merupakan ikan yang memiliki habitat di perairan
tawar.Ikan
sepat
siam
adalah
ikan
yang
termasuk
dalam
Ordo:Anabantoidea,family:belontiidae,ganus
trichogaster,
dan
spesies
Trichogaster pectoralis(Djuhanda,1981)
Ikan ini memiliki sirip punggung berbentuk sempurna,jumlah sirip
unggung hanya satu,letak sirip punggung di pertengahan,permulaan sirip
punggung di belakang sirip perut,hubungan sirip punggung dengan sirip ekor
terpisah dengan sirip perut.Memiliki sirip perut tetapi yelah termofikasi berbentuk
seperti cambuk.Posisi dasr sirip dada oblique ,di bawah linea lateralis persis di
bawah sudut tutup insang ,posisi sirip perut dibandingkan dengan sirip dada sub
abdominal.Sirip anus terpisah dengan sirip ekor.Bagian pangkal sirip anus diliputi
sisik.D.V11.11,P.11,A.X.38,C.16,V modifikasi.
Ikan Sepat Siam(Trichogaster pectoralis) merupakan kelompok ikan
yang mempunyai pernafasan tambahan berupa tulang tipis yang berlekuk-lekuk
seperti buangan karang yang disebut Labirin dengan mengambil oksigen
lngsung dari udara.Sebagian dapat membangun karang yang berbusa yang
berguna untuk menyimpan telurnya di dalam mulut.Warna tubuh ikan ini
dipengaruhi oleh jenis kelamin reproduksi dan umurnya.Sirip punggung lebih
kecil dari pada sirip dubur,mempunyai 6-8 jari-jari keras dan 8-10 jari-jari
lunak.Sirip duburnya mempunyai 10-12 jari-jaru keras ,33-38 jari-jari lunak.Sirip
perut memiliki 1 jari-jari lunak dan 3-4 jari-jari lunak ,satu diantaranya menjadi
alat peraba yang panjang seperti ijuk .Sirip dada mempunyai 9-10 jari-jari
lunak .Terkadang pada bagian sirip punggung dan sirip ekor yang lunak ada
bulatan hitam.(Djuhanda,1981)
3. IKAN OMPOK(Ompok hypopthalmus)

Saanin(1981) menyatakan bahwa ikan Ompok termasuk ke dalam


Pisces, Sub Kelas Teleostei,Ordo Silunformes, Sub Ordo Siluroidea, Famili
Silunidae, Genus Ompo dan spesies Ompo hypopthalmus
Ikan ompok merupakan ikan air tawar yang terglong dalam famili
Silurudae,Jenis-jenis ikan ini udah dikenali sebagian masyarakat yang berada
dikawasan Sunda plat.Akan tetapi nama yang diberikan kepada ikan selai sangat
berfariasi dengan asal di mana jenis-jenis ikan ompok ini di dapat.
(Pulungan,1985)
Ikan Ompok mempunyai cirri-ciri sebagai berikut bentuk penampang
punggung agak cembung dengan bentuk penampang pungggung agak cembung
dengan bentuk pipih memanjang dibedakan dari semua jenis. Kepalanya
panjang 4.6 5.3 kali lebih pendek dari panjang standar,sungut-sungutnya
memendek, kira-kira sampai setengah atau sepanjang diameter mata. Sirip dada
lebih pendek dari pada kepala, rahang bawah meruncing melampaui rahang
atas. Ketika mulut ditutup, sirip punggung tidak terdapat.(Weber dan
Debeaufort, 1916; Saanin, 1984; Kottelat et al, 1993).
Ikan Ompok di danau merupakan salah satu jenis ikan selais yang ada
di Raiu dan termasuk ikan jenis air tawar yang hidup di sungai,anak sungai dan
danau(oxbow lake) yang terdapat di sekitar aliran sungai utama di daerah
Riau(Pulungan et al,1985).
Ikan Ompok (Ompo hypopthalmus) merupakan ikan air tawar yang
tergolong kedalam Famili Siluridae. Jenis-jenis ikan ini sudah dikenali sebagian
masyakat yang berada dikawsan Sunda plat. Akan tetapi nama yang diberikan
kepada ikan selai sangat berfariasi dengan asal dimana jemnis-jenis Ikan Ompok
ini di dapat (Pulungan, 1985).
4. IKAN TILAN(Mastacembelus naculatus)
Ikan tilan (Mastacembelus naculatus) merupakan salah satu jenis ikan
yang termasuk dalam Ordo :Mastacembeludei,Family : Mastacembeludae,Denus
: Mastacembelus,dan genus (Mastacembelus naculatus) .
Menurut Kottelat et el(1992) ikan tilan mempunyai bentuk tubuh yang
panjang seperti ular,tetapi moncong berdaging besar,dan bentuk perut
cembung.Pada tubuh ikan ini pita warna gelap lonjong melintang,tidak ada
bercak warna pada sirip ekor.
5. IKAN PUYUH/BETOK(Anabas testudineus)
Ikan puyuh (Anabas testudineus)adalah ikan air tawar yang termasuk
kedalam Kelas Teleufei,Ordo Labyrinthisi (SAANIN 1984) , Atau perciformes

(KOTTELAT et al, 1993).Famili Anabantidae, Genus anabas, Pol dan Species


Anabas tustidineus (KOTTELAT et al, 1993).
Ikan puyuh termasuk kedalam kingdom animalia, Phylum Chordata, Kelas
pisces, Ordo Labyrinthisi, Famili Anabantidae, Genus Anabas dan Spesies
Anabas testudineus(SAANIN, 1968).
6. IKAN SUBHAN(Puntius bulu)
Menurut Saanin(1981) ikan Subhan dapat diklasifikasikan ke dalam Kelas Pisces
,Sub Kelas Teleostei, Ordo Ostariophysi, Sub Ordo Cyprinidea , Famili Cyprinidae, Sub
famili Euprininae, Genus Puntius dan spesies Puntiua bula.
Ikan Subhan mempunyai bentuk tubuh pipih compressed, panjang,mulut terminal
dan protractile , tidak bersungut dan mulut sempit ,garis linea lateralisnya sempurna ,sisik
halus ,bentuk sisik cycloid , dan terdapat noktah pada batang ekor.(Kottelate et el ,1993)
Hutaoea(1992)menyatakan bahwa ikan subhan memiliki ciri-ciri termasuk agnayha
,Kelas Osteichtyes,bentuk tubuh bilateral simetris,pipih compressed ,kepala
bersisik,posisi mulut terminal.Teerdapat sepasang lubang hidung,mata terletak di sisi
kanan dan kiri,mempunyai tutup insang , mempunyai squama ,mempunyai tutup
insang,banyak sirip punggung,dada ekor dan anus.
7. IKAN MOTAN(Thynnchtyys valianti)
Saanin (1984) mengklasifikasikan ikan motan sebagai berikut : Ordo
Cypriniformes, Sub Ordo Cypriniodei,Famili Cyprinidae, Genus Thynnchtyys dan
spesies Thynnchtyys valianti.Ikan motan dikenal dengan nama Kendie, Menanngin,
Lambak, Ringan, Lumoh dan Pingan.
Djuhanda (1981) menjelaskan bahwa jenis dari ikan ini adalah ukuran panjang
tubuhnya lebih besar dari pada tinggi tubuhnya,badannya ditutupi oleh sisik cycloid dan
ctenoid ,sirip ekor bercagak dua, bentuk tubuhnya bilateral simetris ,mulutnya sempit
yang terletak di ujung depan depan kepala atau agak ke bawah,moncongnya dapat di
tonjolkan ke depan dan mempunyai gelembung renang yang terbagi dua bagian, di mana
bagian belakang lebih kecil dari pada bagian depan.
8. IKAN LOMEK
Ikan Lomek memiliki bentuk tubuh yang memanjang ,berkepala simetris,tidak
bersisik ,memiliki alat pernafasan tambahan.Bagian depan badannya terdapat penampang
yang membulat sedang bagian tengahmya dan belakang berbentuk pipih.Alat pernafasan
tambahan terdapat di bagian kepala di dalam rongga yang di bentuk oleh dua pelat tulang
kapak.Insangnya berukuran kecil dan terdapat di bagian kepala bagian belakang.Sirip ada
5 jenis yaitu sirip dada,punggung,anus ,ekor danperut.Sirip dadanya berbentuk bulat agak
memanjang dengan ujung meruncing.(Najiyati ,1997)

9. IKAN KATUNG(Peristolepis grooti)


Saanin (1981) mengklasifikasikan Ikan Katung sebagai berikut : Ordo Labyrintichi ,
Genus Peristolepis , dan spesies Peristolepis grooti .Ikan Katung mempunyai ciri-ciri
diantaranya badan berbentuk lonjong ,bibirnya dapat ditonjolkan ke depan (prortactile),
badan dan kepala bersisik kasar ,mata terletak sedikit ke atas dari sudut mulut(Djuhanda
1981).
10. IKAN SIPAKU(Cyclocheilichthys opogon)
Ikan sipaku (Cyclocheilichthys opogon) termasuk ke dalam Kelas Pisces,Ordo
Cypriniformes,
Family
Cyprinadae,Genus
Cyclocheilichthys
dan
spesies
Cyclocheilichthys opogon (Kottelate et al,1993)
Di beberapa daerah ikan sipaku dikenal dengan nama Bebras, Lawak, Lelawat,
Genggehe, Redang, dan Bungut punduk(Saanin,1984).Ikan sipaku memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:kepala berkenyut berurat syaraf, bagian atas kepala berbentuk cekung,
mulut mengarah ke bawah, tidak bersungut, jari-jari keras sirip berggig-gigi,antara garis
rusuk dan sirip pungggung 5-5,7 baris sisik,panjang kurang dari tiga kali tinggi,pangkal
sirip biasanya berbintik hitam,ikan yang masih hidup irisnya berwarna merah darah dan
sirip berwarna merah pucat.Permulaan sirip dorsal di posterior sedikit berbanding dengan
permulaansirppelvis.Spina sirip dubur yang ketiga lembut,batang ekor dikelilingi 16
sisik,titik hitam pada pangkal sirip ekor terdapat bariasan titik hitam di sepanjang barisan
sisik .Ikan ini memiliki ukuran 7-20 cm.
11. IKAN LELE DUMBO(Clarias gariepenus)
Menurut Weber dan Beafort(dalam Simanjuntak dan Waluyo,1989) klasifikasi
ikan lele dumbo adalah sebagai berikut Phylum Chordata, Kelas Pisces, Sub Kelas
Teleostei,Ordo Ostariophysii,Family Clariidea,genus Clarias dan spesies Clarias
gariepenus.Ikan lele dumbo dikenal juga sebagai gian cat fish karena bentuknya besar
dan panjang.
Suyanto(1992) menyatakan bahwa ika lele dumbo (Clarias gariepenus) merupakan
salah satu jenis ikan lele yang merupakan hasil kawin silang antara induk lele jantan asal
Kenya(Clarias mosambicus).Pada mulanya nama ilmiah ikan lele dumbo adalah Clarias
fuscus dan kemuduan diganti menjadi Clarias gariepenus.Penggantian nama ini
berdasarkan atas sifat-sifat ikan jantan yang dominan diturunkan pada anaknya.Dari hasil
penyilangan ini ternyata keturunan ikan lele yang dihasilkan ternyata mempunyai sifatsifat yang unggul.
12. IKAN BETUTU
Klasifikasi ikan Betutu adalah: kelas teleostoi, ordo: perciformes, sub ordo: Gudidae,
genus: oxyeleotris, species: oxyeleotris marmorata. Ikan betutu memiliki cirri-ciri ekor
bundar mulut superior kepala picak mempunyai garis linea lateralis (kottelat et al, 1993.)

13. Ikan gurami


Ikan gurami memiliki bentuk tubuh pipih dan lebar dimana tinggi badannya lebih dari
setengah kali panjang tubuh, sirip punggung panjang, terdiri dari 12-13 jari-jari lemah,
sirip dubur terdiri dari 9-11 jari-jari keras dan 9-21 jari-jari lemah, sirip perut satu jari-jari
keras dan dua diantara jari-jari lemahnya memanjang seperti benang yang berfungsi
sebagai alat peraba, sirip dada terdiri dari 2 jari-jari keras yang kecil dan 13-14 jari-jari
lemah. Gurat sisi sempurna mulai dari pangkal kepala sampai kepangkal ekor yang terdiri
dari 30-33 keping sisik(Kottelat et al,1993). Ikan gurami merupakan ikan yang suka
berdiam diperairan yang tenang dan dalam seperti rawa, danau, dan waduk. Selain
diperairan tawar, ikan gurami dapat juga hidup diperairan payau yang kadar garamnya
rendah(susanto,1987),
Ikan Gurami menyukai keadaan perairan yang sedikit hangat yang biasanya terletak
pada ketinggian 150-750 meter dpl.Kisaran temperatur 25-30C dan pH
netral(Susanto,1987).Bentuk tubuh compressed,osteichtyed ,bentuk kepala tumpul,mulut
terminal ,lubang hidung dua pasang(dirhinous),mempunyai tutup insang, dan lonjong
agak tebal,bibirnya dapat ditonjolkan ke depan,badan dan kepala bersisik keras-keras,
warna tubuh putih kehijauan dan mengkilat waktu terkena matahari,matanya terletak
sedikit keras dari sudut mulut gurat sisi sempurna serta makanan utamanya berupa
tumbuh-tumbuhan.
14. ikan Ingir ingir(makrorer nigriceps)
Bentuk mulut pada ikan ini nonprotactile, ukuran mulutnya sempit posisi sudut mulut
tegak lurus atau sedikit dibelakang bola mata, keuda rahang bibir tidak berlipatan, bibir
atas bersambung dengan bibir bawah, bentuk bibir tidak bergerigi, ukuran sungut
mencapai batang ekor, rostrum ujungnya tumpul jumlah sungut pada rahang atas dua
pasang dan pada rahang bawah juga dua pasang.
Manda et el,(2005) mengatakan bahwa mulut dan sungut pada ikan terdapat di
bagian anterior kepala dengan bentuk dan posisi bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup
dan lingkunan hidup di lingkungannya di mana ikan-ikan itu berada.Sungut pada ikan
bergungsi sebagai alat peraba dan pendeteksi dalam rangka mencari makan.
15. ikan kapiek(Puntius schwanefeldi)
Klasifikasi ikan kapiek yaitu Ordo Ostariophyshi, family cyprinidae, genus Puntius,
spesies puntius schwanepeldi(Kottelate et al,1993).
Cirri-ciri ikan kapiek adalah bentuk tubuh simetris bilateral, bentuk tubuh
pipih(compressed), bubir atas tidak terpisah dengan rahang bawah. Mulut protactile,
mempunyai sepasang lubang hidung.(SAANIN, 1984)
Secara umum ikan Kapiek dijumpai pada kedalaman 1,0 4,0 m, suhu antara 25
30 oC, kecerahan antara 40 120 cm, pH berkisar 5 7 dengan keadaan arus lemah atau

pada tempat tempat yang merupakan lubuk. Hidup pada dasar perairan berpasir Lumpur
dan ditempat tempat berbatu yang banyak ditumbuhi tanaman air (Pulungan, 1987).
Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi Blkr) termasuk spesies ikan air tawar penghuni
daerah tropis yang hidup di perairan sungai, danau dan rawa. Penyebarannya meliputi
negara negara India, Srilangka, Malaysia dan Indonesia. Sedangakan di Indonesia ikan
ini telah lama ditemukan di Sumatera dan Kalimantan Barat ( Weber and de Beafourt,
1961).
Ikan Kapiek dapat diklasifikasikan ke dalam sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi,
sub ordo Cyprinoidea, famili Cyprinidae, genus Puntius, spesies Puntius schwanefeldi
Blkr (Weber and de Beafourt, 1916). Ikan ini tergolong sebagai ikan pemakan segala
makanan (omnivora) dan tidak mengganggu jenis ikan kecil diperairan dimana dia hidup
( Djuhanda, 1981 dan Grazimek, 1973). Dari segi biologi reproduksinya ikan ini
tergolong pada ikan yang mempunyai tipe reproduksi biseksual, dimana sperma dan telur
berkembang secara terpisah pada individu yang berbeda, dengan kata lain ikan jantan dan
ikan betina berkembang sejak lahir atau menetas serta setiap individu akan tetap sebagai
jantan atau betina selama hidupnya ( Siregar, 1999).
Ikan kapiek bentuk tubuh gepeng dan berbadan tinggi. Warna tubuh putih seperti
petak dengan punggungyang abu-abukecoklatan dan perutnya putih mengkilat jumlah
gurat sisiada 35-36 keping. Gurat sisi sempurna, sirip punggung merah dengan bercak
kehitaman. Pada ujungnya, sirip dadqa dan perut berwarna nmerah, sirip ekor berwarma
orange atau merah dengan pinggiran garis hitam atau putihsepanjang cuping sirip ekor.
(SAANIN 1984)
Ikan kapiek hidup di dasar perairan berpasir lumpur dan tempat berbatu yang
banyak ditumbuhi tanaman air.Distribusi ikan kapiek di indonesia terdapat hampir di
seluruh perairan Pulau Sumatera ,di samping itu juga Borneo.Ikan kapiek juga dijumpai
pada kedalaman perairan 1-4 meter,suhu 25-30 derajat celcius,kecerahan 40-120 cm,pH
5-7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat yang merupakan lubuk.
(EFFENDI,1979)
Ikan Kapiek memiliki cirri-ciri sebagai berikut:sirip punggung terdiri dari 4 jarijari keras dan 8 jari-jari lemah.Sirip anus terdiri dari 4 jari keras dan 5 jari-jari
lemah.Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 14-16 jari-jari lemah.Kerangka tubuh
kuat melengkung mulai dari hidung sampai ke punggung.Panjang baku 4,1-4,3 kali
panjang kepala dan tinggi badan 2,3-2,4 kali panjang baku.Mulut di ujung
kepala(terminal)memiliki 2 sungut kecil.Sungut di sungut mulut dan di rahang atas
,daerah pipi sempit terdapat 8-9 sisik antara garis rusuk dan sirip anus.Warna badan
keputih-putihan bagian punggung coklat kehijauan,tepi atas dan bawah sirip ekor terdapat
garis hitam.Pada ikan muda ujung-ujung sirionya berwarna merah,panjang maximum
23,5-24 cm (Webwr dan Beafort, 1916; Djuhanda,1981; Saanin,1984; Pulungan et
al,1986; dan Kottelat et el,1993)

Ikan Kapiek menurut (PULUNGAN, 2000) Adalah moncong menonjol


kedepan dan tumpul,kepalah bersegi tidak bersisik mata di bawah garis segi,
mulut sub terminal, pada rahang atasa terdapat dua lipatan bibir, pada rahang
bawah terdapat satu lipatan bibir, bibir luar rahang atas di sudut mulut menutupi
lipatan bibir bawah, pada pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek di
atas bibir atas terdapat sungut pendek dan kecil, permukaan kepalah licin, garis
rusuk sempurna 34-36 sisik.bentuk tubuh gepeng dan badannya tinggi, warna
tubuh putih seperti perak dan punggung abu-abu kecoklatan dan perutnya putih
mengkilat (DJUHANDA, 1981).
Ikan kapiek (Puntius schwanefeldi) yang termasuk pada golongan Cyprinidae
yang hidup di permukaan air merupakan jenis ikan air tawar yang tergolong masih hidup
secara alami di perairan dan digemari masyarakat dalam keadaan segar maupun salai,
karena rasa dagingnya yang cukup lezat dan gurih sehingga ikan ini dijadikan ikan adat
oleh masyarakat Kampar,dimana harganya itu relative mahal yaitu sekitar Rp.15.000,20.000/kg,dan Rp.20.000,- 25.000/kg dalam bentuk salai.
Ikan Kapiek menurut Pulungan (2000) adalah ikan yang moncong menonjol ke
depan dan tumpul, kepala bersegi tidak bersisik, mulut sub terminal, pada rahang atas
terdapat dua lipatan bibir, pada rahang bawah terdapat satu lipatan bibir,lipatan rahang
atas di sudu mulut menutupi lipatan bibir bawah.Pada pertemuan lipatan bibir atas
terdapat sungut pendek sekali,permukaan kepala licin sekali,garis rusuk sempurna 34-36
sisk,bentuk badan memanjang persegi,perut mendatar dan bersisik.
Bentuk mulutnya protactile, ukuran mulutnya sedang, posisi mulut tegak lurus atau
sedukit dibelakang obla mata, ukuran bibirnya tebal. Keadaan bibirnya, hanya bibir
rahang atas yang berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah dan bentuk vivir
atas tidak bergerigi.
Manda et al(2005). Mulut dan sungut pada ikan terletak pada bagian anterior kepala
dengan bentuk dan posisi bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkungan hidup
dimana ikan-ikan itu berada. Sungut pada ikan berfungsi sebagai alat peraba dan
pendeteksi dalam rangka mencari makanan.
Kriswantoro(1987) mengklasifikasikan ikan dengan ciri-ciri ikan kembung ini tergolong
bilateral simetris, memiliki bentuk seperti torpedo, bentuk kepala agak tumpul dengan
sirip yang lengkap memiliki sirip yang mengalami penyempurnaan seperti adifose fin dan
finlet.
Ikan kapiek hidup pada dasar perairan berpasir dan berlumupur dan tempat
berbatu yang banyak ditumbuhi tanaman air. Effendi (1979) menyatakan bahwa
distribusi ikan kapiek di Indonesia terdapat hampir di seluruh perairan sumatra,
disamping juga borneo. Ikan kapiek juga dijumpai pada kedalaman perairan 1-4 meter.
Suhu 25-30 derajat selsius, kecerahan 40-120 cm, pH 5-7 dengan keadaan arus lemah
atau pada tempat yang merupakan lubuk.

16. IKAN NILA(Oreochromis niloticus)


Djarijah (1995) mengklasifikasikan ikan Nila sebagai berikut : Phylum Chordata,
Subphylum Vertebtara, Klass Osteichtyes, Subklass Achanthoptherigi, Ordo
Percopmorpa, Subordo Perciodea, Family Chiclidea, Genus Oreochromis, dan Spesies
Oreochromis niloticus.
Ikan Nila bersifat omnivora tapi cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang
berasal dari Plankton, Tumbuh-tumbuhan hakus, dedak tepung bungkil kacang, ampas
kelapa dan lain sebagainya ( Asmawi, 1986).
Menurut Sugiarto (1987) ikan Nila Orechromis niloticus termasuk ke dalam
ordo Perciformes,Family Cichlidae,Genus Oreochromis dan spesies Orechromis
niloticus.Santoso(1996) mengatakan bahwa ikan yang termasuk dalam genus orechromis
adalah ikan yang bertugas mengerami telur dan menjaga anaknya adalah sang induk
betina.Contoh spesies lainnya antara lain: Oreochromis spilarus, Oreochromis aereus,
Oreochromis hantari, Oreochrommis mossambicus ,Oreochromis niloticus.
Ikan Nila merupakan ikan nila yang mempunyai bentuk yang agak memanjang
pipih ke samping .Warnanya putih kehitaman, makin ke bagian ventral warnanya akan
semakin terang.Pada tubuh terdapat 10 buah garis vertikal yang berwarna hijau
kebiruan,sedangkan pada sirip ekor terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya
berwarna kemerahan.(Santoso,1996)
Mata ikan Nila tampak menonjol agak besar dan di pinggirnya berwarna hijau
kebiruan.Letak mulut terminal.Gurat sisi(Linea lateralis) terputus menjadi 2 bagian yanng
terletak memanjang di atas sirip dada.(Sugiarto,1987)
Ikan Nila mempunyai nama perdagangan yaitu nile tilapea.Ikan ini memiliki
bentuk tubuh seperti pipih compressed dengan panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar
perairan dan permukaan perairan laut,tergolong ikan Palagis yang menghendaki perairan
bersalinitas tinggi,suka hidup bergerombol baik perairan pantai maupun di lepas pantai
.Kebiasaan makannya adalah memakan plankton besar atau kasar,cepalopoda dan
Sunyoto crustacea(Mandala,2005)
17. IKAN JUARO(Pangasius polyuranodon)
Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae
(SAANIN, 1984). Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari
keras dan tajam (KOTTELAT et al, 1993). Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia
yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk penyebaran genus Pangasius di mulai dari
India, Birma, Thailand (SOETIKNO dalam HENNYWATI, 1998).
18. IKAN jambal siam(Pangsius sutchi)

Jambal siam (patin) terklasifikasikan dalam ordo Ostariophyri, sub ordo Siluroide,
famili Pangasidae, genus Pangasius, spesies Pangsius sutchi. (Saanin, 1984). Ikan
Jambal siam termasuk ke dalam genus Pangasius dan famili Pangasidae (Robert and
Vidthayanon, 1991). Morfologi ikan Jambal siam mempunyai badan memanjang dan
pipih, posisi mulut sub terminal,dan dilengkapi dengan 4 buah sungut. Sirip punggung
berduri dan bersirip tambahan serta terdapat garis lengkung mulai dari kepala sampai
pangkal sirip ekor. Bentuk sirip tersebut agak bercagak dengan bagian tepi berwarna
putih dengan garis hitam ditengah. Ikan ini mempunyai panjang maksimum 150 cm.
(Sumantadinata, 1993).
Selanjutnya Khairuman dan Sudenda(2002) menyatakan genus Pangasius
termasuk golongan ikan karnivora(pemakan hewan).Ikan ini digolongkan sebagai sebagai
ikan dasar atau demersal yang bersifat nocturnal.Makanan ikan genus pangasius di alam
antara lain berupa ikan-ikan kecil ,caving detritus,serangga,udang-udangan dan mollusca.
Kottellate et el (1993) mengemukakan bahwa penyebaran ikan genus Pangasius
dimulai dari India ,Birma,Thailand, Kalimantan, Sumatera dan Jawa.
Kepala Jambal Siam biasanya lebar dengan mulut terletak di ujung dan mata agak
di bawah sudut mulut(Subagyo,1981).Sirip punggung terletak agak ke depan,antara sirip
punggung dan sirip ekor terdapat sirip tambahan yaitu sirip lemak.Panjang sirip dubur
biasanya sepertiga dari panjang tubuh ,berwarna merah dengan sirip tengah berwarna
merah dengan sirip tengan yang berwana hitamdan mempunyai jari-jari yang berkisar
antara 34-36 buah.Jari-jari sirip perutnya 8-9 buah.
19. IKAN SELAIS(kryptopterus apogon)
Ikan selais kryptopterus apogon Blkr, atau lebih dikenal dengan nama Selais
Panjang Lampung merupakan salah satu bagian potensi perairan Riau. Ikan ini masih
tergolong ikan air tawar yang hidup secara liar, namun demikian ikan ini mempunyai
nilai ekonomi yang sangat penting. Ikan ini telah menjadi jenis ikan yang sangat digemari
oleh masyarakat.
20. IKAN LELE DUMBO(clarias gariepinus)
Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus) termasuk kedalam filum Chordata, kelas
Pisces, sub kelas Teleoistei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidae, family Clariidae,
genus Clarias, spesies Clarias gariepinus (SUYANTO, 2002). Pada mulanya nama
ilmiah ikan Lele Dumbo adalah Clarias fuscus dan kemudian diganti menjadi Clarias
gariepinus. Pengganti nama ini berdasarkan atas sifat-sifat induk jantan yang dominan
diturunkan kepada anaknya. Dari hasil penyilangan itu ternyata keturunan ikan Lele yang
dihasilkan mempunyai sifat-sifat yang unggul (SUYANTO, 1992).
WEBER DAN BEAUFORT (1992), serta SAANIN (1984) Mengklasifikasikan
Ikan Gabus (Channa striata) dalam kelas Osteichthyes, ordo Labirinthici, Sub Ordo

Ophiochepaloide, famili Ophiocephilidae, dan genus Ophiochepalus serta spesies


Ophiochepalus striatus.
Menurut VIVIEW et al (1985) bahwa cirri-ciri ikan lele dumbo mempunyai kulit
yang tidak bersisik (licin), berwarna gelap pada bagian punggung dan sisi tubuh.bila
dalam keadaan stress kulitnya seperti mosaic berwarna gelap dan tolol putih
(terang).Mulut lebar sehingga memakan mangsannya yang panjangnyaseperempat
panjang tubuh ikan lele dumbo. Disekitar tubuhnya terdapat delapan buah sungut yang
berfungsi sebagai peraba.
21. IKAN PEPETEK(Leiognathus dussummieri),
Ikan pepetek (Leiognathus dussummieri), tergolong pada keluarga leiognathidae
yang masih berkerabat dengan keluarga Carangiadae. Jenis ini merupakan jenis ikan yang
kecil, Panjang tubuhnya tidak lebih dari 15 cm, Badanya tinggi dan bentuknya pipih.
Daging dari jenis ini tidak begitu banyak, (Djuhanda, 1981).
22. ikan Toman (Ophiocephalus micropeltes)

Saanin
(1986)
mengklasifikasikan ikan Toman
sebagai
berikut
kelas
Osteichthyes, ordo labyrinthici,
subordo
Ophiocephaloidei,
famili Ophiocephalidae, genus
Ophiocephalus dan species
Ophiocephalus micropeltes.
Asmawi (1986) menyatakan bahwa ikan toman memiliki cirri-ciri sebagai berikut
: tubuhnya ditutupi oleh sisik yang berwarna biru kehitam-hitaman pada bagian punggung
dan bagian perut berwarna putih cerah , pada ikan Toman muda disepanjang tubuhnya
terdapat 2 garis hitam yang membujur, tapi pada ikan yang sudah tua kedua garis tersebut
hilang
23. IKAN GABUS(Channa striata.)
Saanin (1984), Ikan gabus diklasifikasikan kedalam ordo Labyrintichi,
family Ophiocephaloidae, genus Channa, Spesies Channa striata.
Ikan Gabus (Channa striata) merupakan ikan liar tawar yang potensial di
dosmestikasi. Ikan ini sejak lama dikenal sebagai ikan kosumsi yang cukup
populer di semua pasar (Cahyono, 2000).

DJUHANDA (1981), mendeskripsikan Ikan Gabus ( Channa striata) memiliki


bentuk tubuh hampir bulat panjang, makin kebelakang makin menjadi gepeng.
Punggungnya cembung, perutnya rata, sirip punggung lebih panjang dari sirip dubur, sirip
yang pertama disokong oleh 38-45 jari-jari lunak, sirip yang disebut belakangan disokong
oleh 23-27 jari-jari sirip dada lebar dengan ujung membulat disokong oleh 15-17 jari-jari
lunak. Gurat sisi ada 52-57 keping, panjang tubuhnya dapat mencapai 100 cm.
Kottelat et al (1993), Menyebutkan bahwa ikan gabus mempunayai
warna gelap dan seluruh tubuhnya ditutupi dengan sisik. Di bagian dadanya kulit
tubuhnya
24. IKAN PANTAU(Rasbora argirotaenia)
Klasifikasi dari ikan pantau adalah sebagai berikut : Ordo : Cypriniformes,
Famili
:
Cyprinidae,
Genus
:
Rasbora,
Spesies
:
Rasbora
argyrotaenia(Saanin,1984).
Menurut Djuhanda (1981) ikan Pantau mempunyai warna dasar
keperakan yang cemerlang.Warna siripnya yang kekunungan ditambah dengan
masing-masing cuping sirip ekornya yang memiliki memiliki pita warna hitam
melintang.Bentuk tubuh dari tubuh ikan ini panjang membulat ,sisik-sisiknya
besar.Warna tubuh bagian atasnya kecoklatan kecoklatan dan bagian
bawahnya kekuning-kuningan dipisahkan oleh gurat sisi yang menghitam mulai
dari belakang tutup insang terus ke belakang badan.Lubang mulut kecil,sekitar
mulut tidak ada sungut peraba ,sepintas lalu kelihatan seperti beunteur.
Ikan Pantau (Rasbora argirotaenia) termasuk dalam genus Rasbora mempunyai
bentuk tubuh memanjang hampir persegi dan ditutupi oleh sisik cycloid yang terdapat
mulai dari belakang kepala sampai kepangkal ekor. Perut membundar, sirip punggung
berukuran pendek tidak memiliki jari-jari lemak yang mengeras serta terletak di belakang
sirip perut bercagak (forked), posisi mulut terminal dan mulut tidak memiliki sungut.
Ikan dengan posisi mulut terminal baik mengarah ke atas maupun kebawah menurut
WHITTEN dan KOTTELAT dalam PAMUNGKAS (2000) kemungkinan besar hidup
di lapisan tengah perairan.
Ikan Pantau memiliki bentuk tubuh mamanjang hampir persegi dan tubuhnya
ditutupi oleh sisik cycloit. Mempunyai bentuk mulut yang non proctractile yaitu mulut
ikan yang tidak dapat disembulkan kedepan. Mulutnya leber, sudut mulut dengan bola
mata sedikit kebelakang bola mata. Bibir tebal dan hanya bibir atas yang berlipatan.
Bentuk bibir atas bergerigi serta moncong ikan yang tumpul. Ikan Pantau ini tidak
memiliki sungut. Ikan ini hidup secara bergerombol, tubuh berwarna putih punggung
agak kehitaman. Pada pertengahan punggung terdapat sirip punggung yang disokong oleh
jari-jari sirip, semua sirp berwarna kemerahan dan mempumyai bercakl hitam, sirip ekor
bercagak panjang hampir sam dengan tinggi badan.

Ciri meristik dari ikan rasbora adalah tidak bersungut, sirip dubur dengan
5 jari yang bercabang, mulut agak kecil dengan berbonggol sambungan, tulang
rahang bawah ,sambungan tulang rahang bawah (di dagu) berbogol dengan
rusuk dengan cekungan pada sambungan tulang rahang atas (SAANIN,1984)
Permulaan sirip punggung tepat dengan atas dasar permulaan sirip
perut, badan dan keping sirip ekor badan berbercak hitam,sirip punggung tidak
berjari-jari keras yang bertulang dan terletak dibelakang sirip perut, garis rusuk
dengan bersiku membengkok kebawah dan legkap melalui bagian ekor sebelah
kebawah.
Ikan Pantau memiliki tubuh yang relatif kecil, Batang ekor dikelilingi 14
sisik, 1-11 sisik antara gurat sisi dan awal sirip perut , garis warna gelap
memanjang berawal dari operculum sampai pangkal sirip ekor dan membatasi
bagian belakang badannya.
25. Ikan tambakan (Hellostoma temmincki)
Ikan tambakan (Hellostoma temmincki) mempunyai bentuk tubuh gepeng
(compressed) dan lonjong agak tebal bibirnya dapat ditonjokna kedepan badan dank
kepala bersisik keras, matanya sedikit keatas dari sudut mulut, gurat sisik sempurna, sirip
punggung, panjang tetapi tidak begitu lebar. Ikan tambakan menyukai keadaan yang
sedikit agak hangat yang biasanya terletak pada ketinggian 150-750 meter dari
permukaan laut kisarann temperature 25-30 drajat celcius dan pada pH netral (Susanto,
1991).
Ikan tambakan menyukai keadaan yang sedikit agak hangat dan biasanya terdapat
pada ketinggian 150-750 meter dari permukaan laut. Kisaran temperature 25-30derajat
selsius dan pH netral (Susanto, 1984).
Ikan tambakan (helostoma temmincki) mempunyai bentuk mulut protactile yaitu bentuk
mukut yang dapat disembulkan, celah mulut horirzontal sangat kecil, rahang atas dan
rahang bawah sama, bibir tebal dan mempunyai gigi yang ujungnya tajam(Susanto,
1997).
26. 10.Ikan Baung(Mystus nemurus)
Ikan Baung (Mystus nemurus CV) adalah jenis ikan perairan umum yang
sedang di domestikasi untuk dijadikan ikan budidaya (Gaffar dan Nasution,
1990).
Ikan Baung (Mystus nemurus CV) secara taksonomi diklasifikasikan
kedalam phylum Chordata, kelas pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi,
sub ordo Siluroidea, famili Bagridae, genus Macrones atau Mystus dan spesies
Mystus nemurus CV ( Kottelat et al, 1993).

Ikan baung yang terdapat didaerah riau mempunyai warna yang Abu-abu
dengan pita tipis memanjang yang berawal dari tutup insang hingga pangkal sirip
ekor. Sungut hidung mencapai mata dan sungut rahang atas memanjang hampir
mencapai sirip ekor. Bagian atas kepala agak kasar, terdapat garis gelap
memanjang dan mempunyai titik hitam di ujung sirip lemah (Djuhanda, 1981).
Menurut Djadjadiredja et al (1977) Ikan baung mempunyai bentuk badan
panjang dan tidak bersisik, pada sirip dada terdapat tulang yang tajam dan
bersungut, memiliki sirip adipose yang panjangnya kira-kira sama dengan sirip
dubur. Ikan Baung sering ditemukan pada daerah pasang surut di hulu sungai
dan tidak gemar dengan air yang jernih atau yang terlalu berlumpur (Inger dan
Chin dalam Mohsin dan Ambak, 1992 ).
Morfologi ikan dari famili Bagridae secara umum adalah tubuh tidak
bersisik, kepala gepeng dan keras, mulut lebar, pada rahag terdapat 3-4 pasang
sungut peraba yang panjang, sirip punggung pendek, mempunyai satu patil dan
mempunyai sirip punggung tambahan atau sirip lemak, sirip ekor bercagak dan
tidak berhubungan dengan sirip punggung dan dubur, sirip dubur pendek, sirip
dada mempunyai jari-jari keras yang tajam dan sirip dada sangat kuat dan
bergerigi (Djuhanda, 1981).
Menurut Kottelat et al, (1993) bahwa Famili Bagridae adalah ikan
berkumis air tawar yang terdapat dikawasan Tropika Afrika, Asia Tenggara dan
Asia Timur. Beberapa jenis memiliki kekhususan pola warna berbentuk bercak
atau garis, mereka tumbuh sangat besar dan bersifat nocturnal, yang hidup di air
keruh aktif sepanjang hari. Beberapa ikan bersuara katak pada waktu ditangkap,
merupakan penghuni dasar air dan memakan segala macam makanan.
Ciri-ciri morfologi ikan baung menurut Mohsin dan Ambak ( 1992 )
adalah : warna tubuhnya kelabu, kepala lebar dan tinggi, rahang atas lebih
sedikit daripada bawah duri sirip punggungdan duri sirip dada bergerigi
kebelakang, sirip adifose lebih pendek daripada sirip punggung, kumis mendibel
memanjang sampai ke sirip dada, kumis mental lebih pendek, sirip ekor
becabang dan cuping atas kurang runcing.
Ikan Baung berwarna keabu-abuan yang terdapat di punggungnya, bentuk tubuh
memanjang, licin dan tidak bersisik. Sirip punggung tambahan berupa sirip lemah yang
terletak terpisah antara sirip punggung dan sirip ekor. Mempunyai satu pasang sungut
(kumis) yang fungsinya sebagai alat peraba dan sungut rahang atas panjangnya hampir
melampaui sirip dubur (Tang dan Effendie, 2000).
Ikan Baung (Mystus nemurus CV) mempunyai empat pasang sungut
perabadan satu diantaranya panjang sekali, terletak pada sudut rahang atas
yang panjangnya mencapai sirip dubur. Sirip punggung mempunyai dua jari-jari
keras, satu diantaranya besar dan rumengmenjadi patil, sedangkan jari-jari
lunaknya ada tujuh buah, sirip dubur mempunyai 12-13 jari-jari lunak, sirip perut

mempunyai 6 jari-jari lunak dan dua jari-jari keras yang menjadi patil serta
kepalanya besar. (Djuhanda, 1981).
Seterusnya Bleeker et al (1965), menambahkan bahwa selain sirip dada,
sirip punggung berjari-jari keras tajam dan berbisa, tulang rahang atas bergerigi,
warna tubuh punggung agak kehitam-hitaman dan bagian dada putih
Ikan Baung (Mystus nemurus) secara taksonomi diklasifikasikan kedalam
phylum Chordata, kelas Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo
Siluroidea, famili Bagridae, genus Macrones atau Mystus dan spesies Mystus
nemurus (Kottelat et al, 1993). Ikan ini hidup didasar perairan dan bersifat
omnivora yang makanan utamanya terdiri atas anak ikan, udang remis, insekta,
molusca dan rumput (Djadjadiredja, Hatimah dan Arifin, 1977).
Raharjo (1980), secara anatomi ikan mempunyai sepuluh sistem yang
bekerjasama dalam membentuk keseluruhan individu, adapun kesepuluh sistem
tersebut yaitu sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem integumen, sistem
otot,
Ikan Baung mempunyai empat sungut peraba dan satu diantaranya panjang sekali
terletak pada sudut rahang atas, panjangnya mencapai sirip dubur. Ikan ini memiliki
kepala yang kasar (Djuhanda, 1981).
Morfologi ikan dari famili Bagridae secara umum adalah tubuh tidak
bersisik, kepala gepeng dan keras, mulut lebar, pada rahang terdapat 3-4
pasang sungut peraba yang panjang, sirip punggung pendek, mempunyai satu
patil dan mempunyai sirip punggung tambahan atau sirip lemak, sirip ekor
bercagak dan tidak berhubungan dengan sirip punggung dan dubur, sirip dubur
pendek, sirip dada mempunyai jari-jari keras yang tajam dan sirip dada sangat
kuat dan bergerigi. (Kottelat et al, 1993).
Ikan ini hidup didasar perairan dan bersifat omnivora yang makanan
utamanya terdiri atas anak ikan, udang remis, insekta, molusca dan rumput
( Djadjadiredja, Hatimah Dan Arifin, 1977)
Ikan Baung sering ditemukan pada daerah pasang surut di hulu sungai
dan tidak gemar dengan air yang jernih atau yang terlalu berlumpur ( Inger dan
Chin Dalam Mohsin Dan Ambak, 1992 ).
27. Ikan Barau
Ikan barau merupakan ikan dari famili Cyprinidae. Menurut Smith (1965).
Famili cyiprinidae terbagi atas empat subfamily yaitu cyprinidae, abraminae, rasborinae,
carrinae. Ukuran ikan cyprinidae beragam antara kurang 3-300 cm. spesies paling besar
dalam famili cyprinidae ditemukan di Thailand yaitu Catlocarpio siamensis yang dapat
mencapai panjang hingga 300 cm. famili cyprinidae merupakan famili ikan dengan

genera terbesar yaitu sebanyak 194 genera dan 2070 spesies. Sejumlah 1850 spesies
ditemukan hidup di Afrika dan Eurasia dan 220 ditemukan hidup di North America
(Robinson et.el, 1980).
Kottelat et.el (1993) menyatakan ikan barau dewasa meiliki garis hitam antara
sirip punggung dan sirip perut dan kemudian menjadi samar-samar pada ikan yang besar.
Pola-pola warna pada ikan dewasa dari ikan muda tergantung pada perairan ikan tersebut
hidup.
Ikan barau merupakan komponen penting sebagai fauna ikan di ekosistem
perairan tawar Malaysia (Abidin, 1986). Makanan ikan barau yaitu phytoplankton dari
kelompok chlorophyta, diatom, cyanophyta, zooplankton dan ikan. Sedangkan makanan
kesukaan ikan ini adalah Synedra acus dari kelompok chlorophyta.
Di Indonesia ikan ini dapat dijumpai di jawa, Sumatra, Kalimantan.
Sedangkan diluar Indonesia ikan ini dapat dijumpai di Malaysia , Thailand, dan
Vietnam. Aktifitas pemijahan ikan barau dihubungkan dengan menurunnya suhu
perairan dan naiknya lapisan permukaan air dan meningkatnya turbiditas. Ikan ini
tergolong ikan yang dapat memijah sepanjang tahun, akan tetapi musim
pemijahannya cenderung ketika permulaan musim hujan yaitu dari bulan
November sampai March tiap tahunnya. (Abidin, 1986).
Ciri utama yang tergolong dalam famili Cyprinidae adalah mempunyai gigi
parinx yang terdiri dari tiga baris dan masing-masing baris terdiri dari delapan
gigi atau kurang, bibir tipis, tidak mempunyai pailla, rahang atas selalu dibatasi
oleh preMaxilla, sirip dorsal mempunyai jari-jari keras (Nelson, 1984).
Kottelat et.el (1993) menyatakan ikan barau dewasa meiliki garis hitam antara
sirip punggung dan sirip perut dan kemudian menjadi samar-samar pada ikan yang besar.
Pola-pola warna pada ikan dewasa dari ikan muda tergantung pada perairan ikan tersebut
hidup.
28. ikan mas (Cyprinus carpio).
Menurut Saanin, (1968) klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut kelas pisces;
ordo ostariophysi; subordo Cyprinoidea; famili cyprinidae; subfamily ciprininae; genus
cyprinusus ;spesies cyprinu carpio.
Ikan mas merupakan ikan yang memunyai nilai ekonomis yang tinggi, dagingnya
banyak disukai orang, mudah berkembang biak, dan mudah beradaptasi (Djatmika,
1986) sedangkan Lovell, Smitherman dan Shel (1974) menyatakan ikan mas merupakan
ikan yang mudah dipijahkan, dapat memanfaatkan makanan buatan, relative tahann
terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat dan mempunyai toleransi yang besar terhadap
kisaran suhu dan terhadap oksigen terlarut.

Huet,(1971) menyatakan habitat ikan mas hidup pada kolam-kolam air tawar dam
didanau-danau serta perairan umum lainnya. Dalam perkembangannya ikan ini sangat
peka terhadap perubahan kualitas
lingkungan dimana ikan mas merupakan salah satu ikan yang hidup di perairan tawar dan
tidak terlalu dalam dan aliran air yang tidak terlalu deras.
IKAN LAUT
29. Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus)
Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) mempunyai klasifikasi yaitu: kelas
Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Scombriformes, genus scomber dan Spesies Scomber
negletus (SAANIN, 1984).
Ikan kembung perempuan(Scomber neglectus) termasuk ke dalam Ordo
Percomorphi.Warna tubuh bagian atas kekuning-kunungan dan pada bagian ventral
berwarna kuning keemasan.Yang membedakan kembung perempuanfengan kembung
jantan adalah kalau ada kembung laki-laki terdapat bintik-bintik hitam pada bagian
dorsalnya sedangkan pada bagian dorsal kembung perempuan tidak ada.Selain tubuhnya
lebih gemuk dari pada ikan kembung laki-laki.Habitat kembung perempuan adalah pada
air laut(Saanin,1984)
Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup di
sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang
mengkehendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik
diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan
plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (KRISWANTORO dan
SUNYOTO,1986).
Ciri lain dari morfologi ikan kembung Perempuan ini adalah memiliki sirip
ekor bercagak dua dan lekukkan dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya.
Pangkal sirip ekor bentuknya bulat kecil. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang
pada pangkalnya. Di belakang sirip punggung dan dubur, terdapat sirip-sirp
tambahan yang kecil (DJUHANDA, 1981).
Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi, (LAGLER et al., 1977)
mengelompokkan fungsi-fungsi tersebut dalam tiga hal yaitu untuk persembunyian,
penyamaran dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian
meliputi pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran
warna, pewarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.
Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) memiliki bentuk tubuh seperti
torpedo dengan panjang tubuh serta hidup disekitar dasar perairan dan permukaan
perairan laut, tergolong ikan pelagis yang menghendaki perairan bersalinitas tinggi, suka

hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun di lepas pantai. Kebiasaan
makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea
(KRISWANTORO dan SUNYOTO,1986).
Menurut TIM IKHTIOLOGI (1989), warna yang terdapat pada tubuh ikan
tersebut disebabkan oleh adanya schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan juga
disebabkan oleh biochrome (pigmen pembawa warna). Warna kuning yang terdapat pada
ikan ini disebabkan karena adanya pigmen chromolipoid, warna putih atau keperakperakan yang terdapat pada tubuh bagian bawah dipengaruhi oleh pigmen purin,
sedangkan warna kebiru-biruan pada bagian atas linnea lateralisnya disebabkan karena
pengaruh pigmen pembawa warna yaitu pigmen indigoid.
30. IKANKAPAS-KAPAS(Geres punctatus)
Secara taksonomi ikan kapas-kapas diklasifikasikan ke dalam Ordo
:Percomorphi, Famili Geridae, Genus Geres dan spesies Geres punctatus yang
merupkan kelompok ikan yang mempunyai ukuran tubuh relative kecil ,bentuk
badan pipih tegak dengan kepala melengkung,mulut terletak di ujung depan
kepala ,moncong dapat ditonjolkan ke depan,tubuh ditutupi oleh sisik berukuran
besar, sirip dada panjang dan runcing, warna tubuh keperakan.(Saanin,1981).
Ikan kapas-kapas mempunyai bentuk tubuh pipih dengan mulut tegak
runcing ke depan,sirip ekor bercagak,sirip dubur lebih pendekdari pada sirip
punggung.Jari-jari kedua sirip punggung memanjang seperti rambut.Jari-Jari sirip
disokong oleh D.1X.10, A.111.7.Tubuh ditutupi oleh sisik yang berukuran
besar.Sirip dada panjang dan runcing.Warna tubuh keperakan(Kottelat et
al,1993)
31. Ikan kembung laki-laki
Ikan kembung laki-laki termasuk kedalam kelas Condircthtyes mempunyai
bentuk tubuh seperti torpedo, tubuh simetris bilateral, sirip ekor bercagak dua dimana
lekukan dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Dibelakan sirip ekor dan sirip anus
terdapat sirip tambahan kecil. Sirip punggung pada bagian depan seluruhnya disokog oleh
jari-jari keras. Posisi mulut terminal dengan sifat nonprotactile.
Sirip-sirip punggung dubur, perut dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan
pada tubuh, sehingga dapat memperkecil daya gesekan pada air waktu ikan tersebut
berenang cepat. (Djuanda, 1981)
32. Ikan kerapu Macan(Epinephelus fuscoguttatus.)
Lagler et al (1977) dalam Mustamin (1997), sistematika pengklasifikasian
ikan Kerapu Macan termasuk kedalam filum: Chordata, Subphylum: Vertebrata, kelas:
Osteichthyes, Subkelas: Ctinopterigii, ordo: Percomorphi, family: Serranidae, genus:
Epinephelus dan spesies: Epinephelus fuscoguttatus.

Menurut Andreas dan Soeharmoko (1997), ciri-ciri morfologis ikan


Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah bentuknya agak bulat
memanjang dan mempunyai ukuran badan lebih tinggi, sirip dada berwarna
kemerahan dan sirip lainnya mempunyai tepi kecoklatan
33. IKAN SELAR KUNING(Caranx leptolepis)
Menurut Saanin(1968) ikan selar kuning diklasifikasikan pada ordo
Percomorphi ,family Carangidae, Genus Caranx ,spesies
Caranx
leptolepis.Bentuk tubuhnya kecil dari pada ikan-ikan lainnya.Panjang tubuh
hanya sampai 16 cm.Jenis ikan ini dikenal dengan adanya garis lebar berwarna
kuning emas dari mata sampai ekor.Ikam selar kuning terdapat hampir di seluruh
lautan daerah indo_Pasifik.Jenis-jenis ikan selar mempunyai arti ekonomi yang
penting,banyak dijual di pasar sebagai ikan segar,akan tetapi lebih banyak lagi
dijual sebagai ikan pindang.
34. IKAN SEBELAH(Psettodes erumei.)
Bentuk tubuhnya pipih dan memanjang seperti lidah, sirip punggung dan anus
menjadi satu dengan sirip ekor. Kedua mata terdapat pada sebelah tubuh tubuh yang
berwarna dan tubuh non bilateral simetris. (Saanin, 1984).
Djuhanda (1981) Ikan sebelah mempunyai rahang dan susunan gigi pada
kedua belah pihak dari tubuh hampir serupa. Tubuhnya non bilateral simetris dan dapat
diklasifikasikan ke dalam ordo: Heterostoma, family: Psettidae, genus: Psettodes dan
spesies: Psettodes erumei.
35. Ikan Lidah(Cynoglossus lingua)
Klasikikasi dari ikan lidah sebagai berikut Ordo:Pleuronectiformes ,Famili:
Cynoglossidae ,Genus:Cynoglossus Spesies: Cynoglossus lingua
Menurut (Kottelat et al,1993) ikan ini hidup dilaut tropika tetapi
beberapa terbatas hidupnya di air tawar. Kedua mata terletak disamping kiri
badan. Tidak memiliki sirip dada hanya sirip punggung yang berkembang. Sirip
punggung , dubur dan ekor bersatu.
Lubang mulut pada ikan ini sempit dan gigi pada sebelah badan yang
tak berwarna lebih baik. Janis ikan lidah di Indonesia tidak memiliki arti ekonomi
penting karena jumlahnya yang sedikit dan besarnya tidak seberapa (Djuhanda,
1981).
Menurut (Kotellat et al, 1993) ikan lidah diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom Animalia, Kelas Pisces, Ordo Pleuronectiformes, Famili Cynoglossidae, Genus
Cynoglossus, Spesies Cynoglossus lingua.

Ikan ini hidup dilaut tropika tetapi beberapa terbatas hidupnya di air
tawar. Kedua mata terletak disamping kiri badan. Tidak memiliki sirip dada hanya
sirip punggung yang berkembang. Sirip punggung , dubur dan ekor bersatu
(Kottelat et al, 1993)
36. Ikan tenggiri (Cybium commersoni)
Djuhanda (1981) mengklasifikasikan ikan Tenggiri dalam kelas Pisces,
ordo Percomorphi, famili Scombridae, genus Cybium dan spesies Cybium
Commersoni. Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu jenis
ikan yang banyak terdapat di Propinsi Riau dari hasil utama bagi para
nelayan. Secara fisik ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu
daging merah (gelap) dan daging putih (terang), sedangkan secara kimia daging
merah banyak mengandung lemak, glikogen dan vitamin dan untuk daging putih
banyak terdapat protein. (Hasan, 1984).
Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang mempunyai
bentuk memanjang, daging kulit yang licin, tidak bersisik kecuali sisik-sisk pada
gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua, letaknay berdekatan sekali
yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak 16-17 buah, yang
belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari lunak. Sirip dubur
sama besar nya dengan sirip punggung yang belakang, dan disebelah
belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan sebanyak 9-10 buah, sama seperti
pada sirp punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam dengan kedua ujung
sirip-siripnya yang panjang. Mulut nya lebar, rahang atas dan rahang bawah
begerigi tajam dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil. Warna punggungnya
kebiru-biruan, pinggiran tubuh dan perut beawarna seperti perak. Jenis ikan ini
tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya dapat sampai 150 cm
(DJUHANDA, 1981).
37. Ikan Belanak(Mugil belanak)
Ikan Belanak bersisik cycloid atau ctenoid, bisa dengan jari-jari kecil di
tepinya atau tidak, ujung rahang atas melengkung ke bawah dan terlihat pada saat
mulutnya tertutup. (FISHER and WHITEHEAD dalam BENGEN, 1982).
Ikan belanak juga merupakan ikan yang habitatnya berasal dari air laut. Ikan
belanak termasuk kedalam Kelas Pisces, Ordo Perciformes, Famili Mugilidae, dan
Spesies Mugil belanak. Jenis-jenis ikan belanak diperairan pantai Indoneia digolongkan
kedalam Genus Mugil (DJUAHANDA, 1981). Warna : Bagian belakang berwarna
kehijau-hijauan atau abu-abu kecoklatan, pada bagian sisi dan perut berwarna keperakan;
pinggiran belakang sirip ekor berwarna hitam; pada permulaan sirip dada terdapat spot
biru {Moolgarda delicatus (Alleyne & Macleay, 1877).
38. IKAN TERI(Stolephorus commersoni)

Ikan Teri (Stolephorus commersoni) tubuhnya ramping kecil, panjang


kurang dari 12 meter, mulutnya lebar sampai lewat belakang mata , rahang
bawah lebih pendek dari pada rahan atas, moncongnya tumpul.sirip dubur
dimulai dari tepat di bawah belakang dari sirip punggung,. Jenis ikan teri ini
umumnya hidup di dekat pantai, tetapi pula yang masuk ke muara muara
sungai di air payau, kebanyakan ikan teri hidup dalam bergerombolan sangat
besar. Sebetulnya banyak sekali nama ikan teri ini atau spesiesnya, ikan teri ini
memmpunyai ari yang besar dalam perdagang indonesia dan bernilai ekonomis
(DJUHANDA ,1981)
39. IKAN MERAH(Lutianus erythropterus)
Menurut Saanin (1984), mengklasifikasikan ikan Merah dalam ordo:
Percomorphi, family: Lucanidae, genus: Lucanus dan spesies: Lutianus erythropterus.
Dengan ciri-ciri kepala tumpul dan ekor berlekuk, tubuh berwarna merah agak keputihan.
Alamsyah(1980) ikan Kakap Merah merupakan ikan yang termasuk ke dalam
Ordo Perciformes, Family Laboridae, dan genud Lutainus dan Spesies Lutianus
erythropterus.Ikan ini merupakan ikan air laut yang mempunyai sirip punggung yang
sempurnayang terletak di depan sirip perut atau di belakang kepala bagian anterior badan
pada ikan tersebut.Sirip dada pada ikan merah oblique dan terletak di bawah linea literalis
di bawah sudut operculum.Sirip perut ikan ini berbentuk thorcic,sedangkan sirip anus
terpisah dengan sirip ekor dan bagian pangkalnya diliputi oleh sisik.Bentuk ekor ikan ini
adalah berlekuk tunggal.
Ikan merah (Lutjanus eryptropterus) adalah ikan yang berada di
perairan luat.bentuk tubuh bilateral simetris dengan klasifikasinya adalah Ordo
Percomorphi, Famili Lucanidae, Genus lutjanus, Spesies Lutjanus eryptropterus.
Pada ikan merah mulutnya besar, dapat disembulkan kedepan, ujung belakang
dari rahang atas terletak dibawah sudut dari depan bola mata. Ikan merah ini
mempunyai empat buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan
ekor. Warna sirip tersebut bewarna merah kelam (DJUHANDA, 1981).
40. IKAN BANDENG(Chanos chanos)
Ikan Bandeng(Chanos chanos) dalam susunan taksonominya mempunyai Ordo
Malacopterygh,
Family
Chanidae,Genus
Chanos
dan
Spesies
Chanos
chanos(Saanin,1984)
Ikan bandeng Menurut Djuhanda (1981) mempunyai tubuh yang ramping dan
ditutupi oleh sisik dengan jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak.
Mulut sedang dan non protractile dengan posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola
mata dan tidak memiliki sungut.
Ikan Bandeng mempunyai bentuk tubuh ramping ,badannya tertutup oleh sisik,
jari-jari semuanya lunak dan jumlah sirip punggung antara 14-16, pada sirip dubur antara

10-11,pada sirip dada antara 16-17 dan pada sirip perut antara 11-12.Sirip ekor panjang
dan bercagak.Jumlah sisik pada gurat sisi ada 75-80 keping.Mulutnya berukuran sedang
dan nono protractile.dimana posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata,bentuk
tubuhnya seperti panah(Djuhanda,1981)
41. IKAN BIJI NANGKA(Upeneus mullocensin)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) tergolong kedalam keluarga mugilidae,
bentuk tubuhnya hampir sama dengan ikan merah,. Kedua macam keluarga ini
mempunyai banyak sifat-sifat yang sama, hanya ada sedikit perbedaan, yaitu pembagian
sirip punggung bagian depan dengan bagian belakang tidak jelas. Gigi-gigi pada rahang
runcing-runcing dan tersebar merata. Sirip punggung dan sirip anus bersisik sedikit,
mulutnya besar, dapat disembulkan ke muka, ujung belakang dari rahang atas terletak
dibawah sudut depan dari mata. Keping tulang lengkung insang depan berlekuk. Sirip
ekor berlekuk, sirip dada tidak lebih panjang dari kepala. Sirip dubur memiliki tiga jarijari keras, dan jumlah jari-jari keras ada antara 7-9. Sirip punggung mempunyai 10 jarijari keras dan 13 jari-jari lunak. Linnea lateralisnya berlekuk keatas dan pada bagian
bawah kepala didekat tenggorakan terdapat sepasang sungut (Djuhanda, 1981).
42. IKAN KERAPU MACAN(Ephinephelus lauvina)
LAGLER et al. dalam ANONIMOUS (1998) Ikan kerapu macan
(Ephinephelus lauvina) adalah ikan yang termasuk kedalam Fanili serranidae.
Ikan ini mempunyai sifat hermaprodite protoginous yaitu pada perkembangan
mencapai dewasa (matang gonat) berjenis kelamin betina dan akan berubah
kelamin jantan setelah dewasa.ikan kerapu macan termasuk kedalam Ordo
Percomorphi, Famili serranidae, Genus ephinephelus, Spesies (Ephinephelus
lauvina).
Murtidyo(1997) menyatakan ikan Kerapu macan lebih populer disebut
predator,ikan kerapu dikelompokkan menjadi dua jenis masing-masing
diidentifikasikan dengan nama kerapu macan(Ephinephelus lauvina).
43. IKAN ALU-ALAU(Sphyraena jello)
Ikan alu-alu terklarifikasi dalam phylum Chordate, kelas Pisces, ordo Perciformes,
family Sphyraenidae, genus Sphyraena, species Sphyraena jello. Bentuk tubuhnya bulat
panjang dengan kepalanya menirus kebagian moncong, mulutnya lebar, rahang bawah
lebih panjang dari pada rahang atas. kedua rahang serta langit-langit mempunyai gigi yan
relatif besar dan tajam, badan dan kepala pada pipi dan tutup insang ditutupi dengan
sisik-sisik kecil, pinggir tubuh dan perutnya berwarna perak dan mengkilat, tetapi
punggungnya berwrna hijau abu-abu, mempunyai dua sirip punggung yang di depan
seluruhnya disokong oleh jari-jari keras dan sebanyak lima buah, dan yang belakang
hanya mempunyai satu jari-jari keras dan sebanyak sembilan jari-jari lunak, sirip ekor
bercagak, berlekuk dua dan mempunyai 17 jari-jari lunak, sirip dubur mempunyai satu

jari-jari keras dan 8-9 jari-jari lunak, sirip dada letaknya lebih ke bawah, biasanya hidup
di laut tropis dan sub tropis. (T. Djuhanda, 1981).
44. IKAN TENGGIRI.( Cybium commersoni)
Dalam Taksonominya ikan Tenggiri diklasifikasikan dalam Phylum
Chordata,Class Osteichtyes, Ordo Percomorphi, Family Scombridae, Genus
Cybium dan Spesies Cybium commersoni(Saanin,1984)
Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu jenis ikn
yang banyak terdapat di Propinsi Riau dari hasil utama bagi para nelayan.
Secara fisik ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu daging merah
(gelap) dan daging putih (terang), sedangkan secara kimia daging merah
banyak mengandung lemak, glikogen dan vitamin dan untuk daging putih
banyak terdapat protein (HASAN, 1984).
Ikan ini termasuk ikan perenang tercepat dan juga termasuk ikan buas,
predator dan karnivor. Penyebarannya terdapat di laut Merah, dekat pantai
Timur Afrika, Laut-laut India, Malaysia, Indonesia dan sekitarnya yang banyak
disukai orang-orang dan dipasar selain dijual segar banyak jua yang diasin
dan dipindang bahkan ada yang dibuat empek-empek dan kerupuk karena
dagingnya yang begitu halus dan gurih.
Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang mempunyai
bentuk memanjang, daging kulit yang licin, tidak bersisik kecuali sisik-sisk
pada gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua, letaknay berdekatan
sekali yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak 16-17
buah, yang belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari lunak.
Sirip dubur sama besar nya dengan sirip punggung yang belakang, dan
disebelah belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan sebanyak 9-10 buah,
sama seperti pada sirp punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam
dengan kedua ujung sirip-siripnya yang panjang. Mulut nya lebar, rahang atas
dan rahang bawah begerigi tajam dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil.
Warna punggungnya kebiru-biruan, pinggiran tubuh dan perut beawarna
seperti perak. Jenis ikan ini tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya
dapat sampai 150 cm (DJUHANDA, 1981).
45. IKAN BAWAL HITAM(Stromateus niger)
Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) tergolong pada keluarga Stromatidae yang
berkerabat dengan keluarga Carangidae. Bentuk tubuhnya pipih dengan badannya yang
tinggi sehingga hampir menyerupai bentuk belah ketupat. Ikan ini tubuhnya berwarna
hitam, sirip punggung hanya satu mempunyai 5 jari-jari keras dan 42-44 jari-jari lunak.
Sirip dubur besarnya hampir sama dengan sirip punggung, disokong oleh 3 jari-jari keras
dan 35-39 jai-jari lunak. Sirip dada mempunyai 22 jari-jari lunak, bentuknya melengkung
dengan ujung-ujungnya yang tirus dan pangkalnya yang kuat dan lebar. Sirip perut tidak

ada. Sirip ekor cagak dua dengan lekukan yang dalam, pangkal sirip ekor bulat kecil.
Gurat sisi dibangunkan oleh sisik-sisik yang lebih besar dari pada sisik-sisik yang lainnya
dari tubuh. Kalau di lihat dari bentuk sirip dada, pangkal siripekor danstruktur gurat sisi,
iakn ini mempunyai persamaan dengan ikan-ikan dari keluarga Carangidae.
Ikan Bawal hitam dapat berenang dalam posisi miring seperti ikan
Sebelah. Panjang tubuhnya dapat mencapai 60 cm, dagingnya baik sebagai bahan
makanan, dan mempunyai pasaran yang baik. Ikan ini tidak banyak terdapat di dekatdekat muara sungai, biasanya bergerombol banyak di tengah-tengah lautan. Jenis ikanikan ini terdapat di laulaut India, Indonesia, Malaysia, dan Cina. (T. Djuhanda, 1981).
Ikan Bawal (Stromateus Sp) ikan tergolong stromatidea yang berkerabat dengan
Carangidae. Bentuk badan pipih dengan badan yang panjang sehigga hampir menyerupai
bentuk belah ketupat . Ikan Bawal ini merupakan herbivora yang cendrung bersifat
omnivora, selain suka melalap tumbuhan ia juga suka memakan udang ataupun ikan-ikan
kecil dan hewan lainnya (Tatang, 1981) .
Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan
sangat besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan
lembaran lebuh panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan
plankton, hidupnya didasar perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100
meter, umumnya dimuara-muara sungai besar. Warnanya abu-abu keunguan
bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak gelap. Perbedaanya
dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini termasuk ikan
ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984)
Ikan Bawal Hitam dapat berenang dengan posisi miring seperti pada ikan
sebelah.Panjang tubuhnya dapat mencapai 60 cm,dagingnya baik sebagai
bahan makanan,dan mempunyai pasaran yang baik.Ikan ini tidak terdapat
banyak di muara-muara sungai biasanya bergerombol banyak di tengah lautan
.Jenis ikan ini terdapat di Lautan India Indonesia,Malaysia,dan Cina
(Djuhanda,1981)
46. IKAN TONGKOL(Euthynnus pelamis)
Ikan tongkol terklasifikasi dalam ordo Goboioida, family Scombridae, genus
Euthynnus, spesies Euthynnus pelamis .Ikan tongkol masih tergolong pada ikan
Scombridae, bentuk tubuh seperti betuto, dengan kulit yang licin .Sirip dada melengkung,
ujngnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Ikan tongkol merupakan perenang yang
tercepat diantara ikan-ikan laut yang berangka tulang. Sirip-sirip punggung, dubur, perut,
dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip-sirip ini dapat
dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekan dari
air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Dan dibelakang sirip punggung dan sirip
dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil yang disebut finlet. (T. Djuhanda,
1981).

47. IKAN HIU(Carcharias menissorah),


Ikan Hiu (Carcharias menissorah), terklasifikasi dalam phylum Chordata, kelas
Pisces, sub kelas Elasmobranchii, ordo Selachi, famili Carcharidae, genus Carcharias, dan
spesies Carcharias menissorah. Ciri-ciri ikan hiu berhabitat di perairan laut di sekitar
gosong-gosong karang dan di depan muara sungai, memiliki satu gigi runcing, memiliki
bentuk tubuh bilateral simetris yang sagitiform, mulut superior, dan memiliki lima
kantung insang. Hiu jenis ini panjang tubuhnya tidak dapat melebihi dari 1 meter. (T.
Djuhanda, 1981)
48. IKAN SELAR COMO(Caranx mate),
Ikan Selar como (Caranx mate), tergolong pada keluarga Carangidae. Tubuh ikanikan dari keluarga ini bentuknya ada yang sedikit gepeng, ada yang lonjong, dan ada juga
yang tinggi. Pangkal ekor kecil, bentuknya bulat panjang. Biasanya mempunyai sisiksisik kecil tipis dari jenis sikloid, atau ada juga yang tidak bersisik. Gurat sisi sempurna,
pada bagian depan melengkug ke atas, pada bagian belakang melurus sampai di ujung
ekor. Ada segolongan ikan-ikan dari keluarga Carangidae yang mempuntai sisik-sisik
gurat sisi yang besar-besar dan pada pinggiran belakangnya seolah-olah merupakan duri.
Gigi-gigi terdapat pada rahang-rahang, lidah dan langit-langit, bentuknya halus dan kecilkecil. Sirip punggung ada dua yang terpisah secara jelas, yang depan disokong oleh jarijari keras saja, sedangkan yang belakang mempunyai satu atau beberapa jari-jari keras
saja dan banyak jari-jari lunak. Pada beberapa jenis terdapat sirip tambahan pada sirip
punggung dan sirip duburnya bagian belakang sekali, yang merupakan jari-jari sirip lunak
yang lepas-lepas dan membentuk sirip kecil-kecil. Sirip ekor cagak dua dengan lekukan
yang sangat dalam. Sirip duburnya lebar dan panjang, sama besarnya dengn sirip
punggung bagaian belakang. Sirip perut terletak tepat di bawah sirip dada dan sirip
dadanya besar dan kuat, terletak lebih ke bawah. Bentuk sirip dada pinggiran depannya
melengkung ciut ke ujung dengan bagaian pangkalnya yang kuat dan lebar. (T.
Djuhanda, 1981).
49. IKAN LAYUR(Trychiurus savala)
Ikan Layur (Trychiurus savala) tergolong kepada keluarga Trichiuridae, bentuk
tubuh panjang gepeng, ekornya panjang seperti pecut. Kulitnya tidak bersisik, warnanya
memutih keperak-perakkan sedikit kuning. Sirip punggungnnya satu, dimulai dari
belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-jari sirip lunaknya antara 140-150 buah.
Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri dari sebaris duri-duri kecil yang lepas-lepas.
Tidak mempunyai sirip perut dan ikan ini bersifat karnivor, (Djuhanda, 1981).
50. IKAN TUNA (Thunnus alalunga )
Menurut Saanin (1984), klasisifikasi ikan tuna adalah sebagai berikut Phylum
Chordata,Sub phylum Vertebrata Thunnus,Kelas Teleostei,Sub kelas Actinopterygii, Ordo
: Perciformes,Sub ordo : Scombroidae,Genus : Thunnus, Species : Thunnus alalunga
(Albacore).

Tuna termasuk perenang cepat dan terkuat di antara ikan-ikan yang berangka
tulang. Penyebaran ikan tuna mulai dari laut merah, laut India,Malaysia, Indonesia dan
sekitarnya. Juga terdapat di laut daerah tropis dan daerah beriklim sedang (Djuhanda,
1981).
Di samping itu ikan tuna mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium,
vitamin A (retinol), dan vitamin B (thiamin, riboflavin dan niasin) Departemen of
Health Education and Walfare (1972 yang diacu Maghfiroh, 2000)
Secara umum bagian ikan yang dapat dimakan (edible portion) berkisar antara 45
50 % dari tubuh ikan (Suzuki, 1981).
Daging merah pada ikan pelagis memungkinkan jenis ikan ini berenang pada
kecepatan yang tetap untuk memperoleh makanan dan untuk bermigrasi (Learson dan
Kaylor, 1990).
Pigmen yang telah diisolasi dari grup ikan tuna adalah tunaxanthin dan
pigmen tersebut merupakan karakterisrtik utama ikan-ikan laut pada umumnya
(Simpson, 1962).
51. Ikan Bawal Putih (Stromateus cinereus)
Ikan Bawal Putih (Stromateus cinereus) merupakan ikan yang tergolong
pada keluarga Stromatidae yang berkerabat dengan keluarga Carangidae.
Bentuk badan pipih dengan badannya yang tinggi sehingga hampir menyerupai
bentuk belah ketupat. Ikan bawal ini merupakan ikan herbivore yang cenderung
bersifat omnivore, selain suka melalap tumbuhan air ia juga suka memakan
udang ataupun ikan-ikan kecil dan hewan-hewan air lainnya. (Nelson,1984).
Ikan Bawal Putih merupakan jenis ikan yang habitatnya dari air laut.
Dimana dapat diklasifikasikan sebagai berikut : ordo Perchomorphi, famili
Stromateidae, genus Stromateus, spesies (Stromateus cinerus).
52. Ikan Tamban
Menurut (Kottelat et al,1993) suku ini umumnya berukuran kecil dan
merupakan ikan - ikan migran. Beberapa jenis hidup terbatas di sungai-sungai
atau muara. Beberapa jenis memiliki gigi tetapi kebanyakan memakan plankton.
Pada perutnya terdapat geligir yang berawal dari kepala sampai kesirip dubur.
Sirip dada berpangkal dekat profil perut dan sirip-sirip lainnya tidak berduri. Sirip
ekor bercagak kedalam, sirip punggung tunggal gurat sisi sangat pendek atau
tidak ada samasekali dan sisik profil perutnya bertaji
Suku ini umumnya berukuran kecil dan merupakan ikan ikan migran.
Beberapa jenis hidup terbatas di sungai-sungai atau muara. Beberapa jenis
memiliki gigi tetapi kebanyakan memakan plankton. Pada perutnya terdapat

geligir yang berawal dari kepala sampai kesirip dubur. Sirip dada berpangkal
dekat profil perut dan sirip-sirip lainnya tidak berduri. Sirip ekor bercagak
kedalam, sirip punggung tunggal gurat sisi sangat pendek atau tidak ada
samasekali dan sisik profil perutnya bertaji (Kottelat, 1993).
53. IKAN GULAMAH (Pseudocienna amovensis)
Ika Gulamah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Ordo Percomorphi, Sub Ordo
Percoidea, Famili Scienidae ,Genus Pseudocienna dan spesies Pseudocienna
amovensis.Menurut Weber et el (1993) ciri ikan Gulamah adalah bermulut lebar ,gigigigi besar dan kecil pada rahangnya.Gigi besar pada pada bagian ujung rahang atas ,tanpa
gigi taring.Memiliki gelembung udara.Bentuknya lonjong atau lebih mirip wortel dan
dilengkapi dengan tonjolan seperti akar pohon yang berjumlah 22-29.Panjang urat sisi
dapat mencapai 3 cm namun pada umumnya 25-30 cm. Sirip punggung berjari-jari keras
10, diikuti dengan 1 jari-jari keras yangbersambung dengan 25-28 jari-jari lemah .Sirip
dubur berjari-jaru keras 2 dan 7 jari-jari lemah.Warna dasar yang dimiliki ikan ini adalah
putih keabuan dengan adanya strip-strip yang bergelombang.Terdapat di bagian atas
badan suatu bentuk kuning pucat memanjang di atas garis rusuk.Total hitam pada pangkal
sirip dada juga pada penutup inang.Sirip-sirip sebagian kuning sebagian gelap dan ukuran
dapat mencapai 38 cm dan umumnya 25-30 cm.
54. IKAN SENANGIN(Polynemus tetradactylus )
Menurut Kriswantoro dan Sunyoto (1986), nama lain Ikan Senangin di Inggris
adalah Giant threadfin (tasselfish), Indian Salmon. Di Indonesia disebut Kurau (Jabar),
Baling, Kuro (Jawa), Laceh (Madura), Senangin (Sumatra), Selangih (Sumatra Timur),
dan Tikus-Tikus (Ambon).
Ikan Senangin (Polynemus tetradactylus ) diklasifikasikan kedalam ordo
Percesoces, famili Polynemidae, genus Polynemus, spesies Polynemus tetradactylus, Ikan
Senangin mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: bentuk mulut non proctractile, ukuran
mulut lebar, posisi mulut didepan bola mata, ukuran bibir tipis dan tidak memiliki sungut.
Siregar (1979), mengatakan bahwa ikan senangin adalah ikan dengan badan yang
panjang dan sedikit gepeng. Tubuh ditutupi oleh sisik yang besar-besar. Sedangkan tutup
insang, moncong dan bagian sirip ditutupi oleh sisik yang halus.
Ikan senangin (Polynemus tetradactylus)tubuhnya berbentuk panjang sedikit
gepeng badan ditutupi sisik yang besar-besar sedangkan tutup insang moncong dan
bagian siripnya ditutupi oleh sisik-sisik yang halus.Warna tubuhnya hijau keperakan yang
menjadi putik kekuning-kuningan pada pinggiran tubuh dan bagian perutnya siripnya
berwarna kekuning-kuningan,sisip punggung depan D.VII dan sirippunggung belakang
D.I.13,sirip ekor bercagak(SIREGAR,1979)
55. IKAN PARI(Trygon sephen)

Menurut Kottelate(1993) ikan Pari adalah ikan air laut yang memiliki sirip ekor
seperti cambuk.Ikan Pari adalah ikan yang termasuk dalam Ordo Batoidea,Family
Trygonidea, dan Genus Trygon sedangkan spesiesnya Trygon sephen.Ikan ini tidak
mempunyai sirip punggung,sirip perut, sirip dada dan sirip anus.Tetapi ikan pari
mempunyai ekor seperti cambuk yang mempunyai duri yang berbisa.Ikan Pari termasuk
ikan Agnatha (Ikan tidak memiliki rahang).Ikan pari mempunyai mata dan lubang hidung
yang terletak pada bagian atas atau bagian depan dari kepalanya.Sedangkan mulut ,celah
insang dan lekuk hidung terletal di bagian bawah dari kepala ikan tersebut.
56. IKAN SARDIN(Sardinella sirin).
Menurut Saanin (1995) mengklasifikaikan ikan sardin berdasarkan sistem
bleeker yatu:phylum chordata, kelas piscas, sub kelas teleostei, ordo percomorfes, sub
ordo combroidea, famili serranidae, genus Sardinella, spesies Sardinella sirin.
Direktorat (1979).
Ikan Sardin (Sardinella sirin). Merupakan ikan yang tergolong pada keluarga
Stromidae yang berkerabat dengan keluarga Carangidae, bentuk badan panah dengan
badan yang rendah. Merupakan ikan herbivora yang cenderung bersifat omnivora, selain
suka melahap tumbuhan air, ia juga suka memakan udang atau ikan-ikan kecil dan
hewan-hewan air lainnya. (Djuhanda, 1981).
Ikan Sarden memiliki bentuk mulut non protaktil dengan ukuran sedang , Posisi
sudut mulut satu garis lurus dengan sisi bawah bola mata, tubuh berbentuk torpedo, sirip
punggung berbentuk sempurna dan terletak dipertengahan dengan permulaan dasar
didepan sirip perut, sirip dada dibawah linea lateralis, sirip perut sub abdominal, sirip
ekor berbentuk bulan sabit )Saanin 1986).
Bentuk badan memanjang, perut agak bulat dengan sisik duri (16-18) + (12-14). Awal
sirip punggung sedikit kemuka dari pertengahan badan, lebih dekat kearah moncong
daripada kebatang sirip ekor. Sirip punggung berjari-jari lemah 15-18, sedang sirip
duburnya 18-20. Terdapat sirip tambahan pada sirip perutnya. Tapisan insang halus
berjumlah 36-42 pada bagian bawah busur insang pertama. Hidup di perairan pantai,
lepas pantai. Pemakan plankton halus, dapat mencapai panjang 23 cm, umumnya 17-18
cm. Warna tubuh biru kehijauan, putih perak bagian bawah, gelap bagian atas badan.
57. IKAN KAKAP(Lutjanus argentimaculatus).
Kottelat (1993) menyatakan ikan kakap lebih populer disebut predator,ikan kakap
dikelompokkan menjadi dua jenis yang masing-masing diidentifikasikan dengan nama
kakap merah(Lutjanus argentimaculatus).
58. Ikan Biji Nangka(Upeneus mullocensin.)

Klasifikasi ikan biji nangka adalah termasuk kedalam ordo: Malacoptergii, famili:
Mugilidae, genus: Upeneus, spesies: Upeneus mullocensin.(Saanin, 1984)
Ikan biji nagka (Upeneus mullocensin) hidup dilaut hangat. Ikan ini sering disebut
belanak merah. Ikan Biji nagka bertubuh panjang dan bersisik besar, bermulut kecil.
Matanya terletak di sisi atas kepala. Dibawah dagunya terdapat dua sungut peraba
panjang untuk mencari makanan didasar laut. Sungut ini dapat dimasukkan kedalam alur
tenggorakannya bila tidak digunakan. biji nangka biasanya berwarna merah dan kuning,
ada yang dapat berubah warna (Shaw, 1990)
Moncong kepalanya tumpul, bibir yang berbentuk V jika dilihat dari depan
terletak pada sudut oncong. sisik-sisiknya besar, sirip punggung pertama memiliki empat
duri dan terpisah dengan sirip kedua yang hanya memiliki satu duri (Ommanney, 1985)
Tulang preorbital bidang antara bibir dan mata, sirip dubur memiliki 3 duri dan
9 jari-jari, 11 baris sisik melintang badan, 27-32 deret ssik sepanjang sisi badan.
(Kottelat et al, 1993)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) memiliki bentuk tubuh pipih agak
panjang. Termasuk kedalam ikan yang memiliki tulang sejati. Warna tubuh keseluruhan
berwarna merah, memiliki jari-jari sirip keras, lemah mengeras dan lemah. Tipe sisik
ctenoid, lengkung insang berjumlah empat pasang, tidak memiliki alat pernafasan
tambahan, termasuk kedalam golongan physostome, bentuk gigi pada mulut canine,
molar dan viliform. Rangka terdiri dari tulang sejati.(Tim Iktiologi, 1989).
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) merupakan ikan yang tergolong sebagai
ikan yang berasal dari perairan laut. ikan ini bersisik dari operculum sampai pada batang
ekor, mempunyai sisik yang berbentuk ctenoid, ukuran mulut sedang, yaitu pada mulut
dapat dimasuki oleh jari kelingking tangan. Bentuk tubuh simetris bilateral yang apabila
dibelah secara membujur maka akan didapat kedua belah bagian tubuh sama dengan
bagaakun yang lain. mempunyai linnea lateralis yang sempurna dari pangkal eprculum
sampai pada pangkal ekor. Ikan ini mempunyai sirip yang sempurna yang terdiri dari siri
punggung, sirip dada, sirip perut,sirip anus, dan sirip ekor, pada sirip punggung
panjangnya mulai dari pangkal sirip dada sampai pada pertengahan sirip anus, sirip
ekornya bercagak.(Lagler et al, 1977)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) tergolong kedalam keluarga mugilidae,
bentuk tubuhnya hampir sama dengan ikan merah,. Kedua macam keluarga ini
mempunyai banyak sifat-sifat yang sama, hanya ada sedikit perbedaan, yaitu pembagian
sirip punggung bagian depan dengan bagian belakang tidak jelas, mulutnya besar, dapat
disembulkan ke muka, ujung belakang dari rahang atas terletak dibawah sudut depan dari
mata. Keping tulang lengkung insang depan berlekuk. Sirip ekor berlekuk, sirip dada
tidak lebih panjang dari kepala. Sirip dubur memiliki tiga jari-jari keras, dan jumlah jarijari keras ada antara 7-9. Sirip punggung mempunyai 10 jari-jari keras dan 13 jari-jari
lunak. Linnea lateralisnya berlekuk keatas dan pada bagian bawah kepala didekat
tenggorakan terdapat sepasang sungut (Djuhanda, 1981).

Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin)mempunyai Ciri-ciri: Memiliki sirip


punggung, bentuk sirip punggung sempurna, jumlah sirip punggung dua, letak sirip
punggung dibelakang kepala bagian anterior badan, permulaan dasar sirip punggung
didepan sirip perut, sirip dada oblique, posisi sirip dada dibawah linea lateralis persis
dibelakang tutup insang, posisi sirip perut sub abdominal, sirip anus terpisah dengan sirip
ekor, sirip anus tidak diliputi sisik, sirip ekor berbentuk bercagak. (Alabaster and
Lloyod, 1982)
Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) termasuk kedalam ordo: Malacoptergii,
famili: Mugilidae, genus: Upeneus, spesies: Upeneus mullocensin. Yang merupakan
kelompok ikan yang mempunyai ukuran tubuh yang cukup bervriasi, bentuk badan pipih
compressed, mulut terletak diujung depan kepala, moncong dapat ditonjolan kedepan.
Tubuh ditutupi oleh sisik-sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing, warna
tubuh kemerah-merahan.(Weber and Beuafort, 1921).
59. Ikan Parang-Parang
Bentuk tubuhnya pipih,sirip punggungnya berjari-jari lemah ,dubur berjari-jari
keras,sirip dada berjari-jari lemah begitu juga dengan sirip perut.Sirip perut jauh ke
belakang ,di muka dubur tidak bergaris tusuk,perut tidak bersisik,gigi seperti
tulang(Indera Syahrir,1993)
Ikan parang-parang tergolong pada kelluarga Trichiuridae, bentuk tubuhnya
panjang gepeng dan hampir menyerupai bentuk pita(taeniform),ekornya panjang seperti
pecut, kulitnya tidak bersisik ,warnanya putih seperti perak,sedikit kekunung-kuningan.
Sirip punggungnya satu dimulai dari belakang kepala terus sampai ke ekor,jumlah jarijari sirip lunaknya 140-150 buah.Sirip ekor tidak tumbuh.Sirip dubur terdiri dari sebaris
duri-duri kecil yang lepas.Sirip dada mempunyai 11 jari-jari lunak.Sirip perut tidak
ada .Rahang bawah lebih panjang dari pada rahang atasnya,kedua rahang bergigi yang
kuat dan tajam-tajam,bersifat carnivore,panjang tubuhnya bisa mencapai lebih dari satu
meter(Djuhanda 1981)
60. ikan Tongkol (Ethynnus pelamis)
SAANIN (1984). Juga menyatakan bahwa ikan Tongkol (Ethynnus pelamis)
adalah jenis ikan Scombridae (ikan pelagis), secara taksonomi ikan tongkol
diklasifikasikan ke dalam filum : Chordata,. Sub filum : Vertebrata. Klas : Pisces. Sub
klas : Feleostei. Ordo : Percomorphi. Famili : Scombridae. Genus : Euthynnus. Spesies :
Euthynnus pelamis.
Ikan Tongkol yang tergolong dalam family Scombridae mempunyai bentuk cerutu
,daging kulit yang licin,sirip dada yang melengkung ,ujung tirus , pangkalnya lebar, sirip
ekor cagak dua dengan kedua ujungnya panjang dan pangkalnya bulat kecil(Djuhanda,
1981)

Menurut. RAHAYU. W. (1992) ikan tongkol termasuk dalam golongan ikan


pelagis, perenang cepat, mempunyai kadar lemak yang rendah, serta
mempunyai komposisi daging yang terdiri daging merah dan putih. Ikan tongkol
masih dalam keluarga Scombridae, bentuk tubuh seperti cerucut, dengan kulit
licin dan sirip dada melengkung.
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh seperti cerutu,
dengan kulitnya yang licin. Sirip dada melengkung, ujungnya tirus dan pangkalnya
lebar.ekor bercagak duadengan kedua ujungnya yang panjang.sirip punggung, dubur,
perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip ini dapat
dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekan
dengan air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Di belakang sirip punggung dan
dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil (DJUHANDA, 1981).
Menurut Kollete dan Nauen(1983) Euthynnus affinis mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:badan berukuran sedang,memanjang seperti torpedo,mempunyai dua sirip
punggung yang dipisahkan oleh celah sempit, sirip pertama diikuti leh celah sempit,sirip
punggung kedua diikuti oleh 8-10 sirip tambahann,tidak memiliki gelembung renang
,warna tubuh pada bagian punggung gelap kebiruan dan terdapat tanda-tanda garis merah
terpecah dan tersusun rapi.
Ikan Tongkol terdapat di seluruh perairan hangat Indo-Pasifik barat, termasuk laut
kepulauan dan laut nusantara. Hidup di periaran epipelagik, merupakan spesies neuritik
yang mendiami perairan dengan kisaran suhu antara 18-29C.Ikan ini cenderung
membentuk kelompok (school) multi spesies berdasarkan ukuran antara lain Thunnus
albaceres kecil,Katsuwanus pelamis,Auxis sp.Terdiri dari 100-5000 individu .Puncak
musim pemijahan bervariasi tergantung pada daerah seperti perairan Filipina bulan
Maret-Mei, Perairan Afrika Timur pada pertengan musim barat daya sampai permulaan
musim musim tenggara atau Januari-Juli dan Perairan Indonesia diperkirakan pada bulan
Agustus-Oktober.Ikan ini merupkan predator yang rakus memakan barbagai ikan
kecil,udang dan cepalopoda sebaliknya juga memakan mangsa dari hiu dan
marlin.Panjang baku maximum 100 cm dengan berat 13,6 kg,umumnya 60 cm .di
Samudera Hindia usia 3 tahun panjang baku 50-65 cm(Kottelate dan Nauen ,1983).
Menurut Rahardjo(1980) Ikan Tongkol merupakan salah satu jenis ikan yang
mempunyai mulut yang berbentuk meruncing,langit-langit bergerigi,posisi D dan D
berjauhan .Ikan Tongkol mempunyai rangka tulang dan mempunyai sirip ekor yang
bercagak.
Ikan Tongkol merupakan ikan yang masih tergolong pada keluarga
Scombridae,yang mempunyai bentuk tubuh seperti torpedo dengan kulit yang licin.Sirip
dada pada ikan ini melengkung,dan mempunyai sirip ekor yang bercagak(Nontji,1993)
SISTEM PENCERNAAN

Berdasarkan macam makanannya ikan dapat dibedakan menjadi lima macam golongan
yaitu pamakan tumbuh-tumbuhan(herbivore atau vegetaris),pemakan hewan (karnivor),
dan pemakan tumbuhan sekaligus pemakan hewan(omnivora) serrta pemakan plankton
dan detricus(hancuran bahan organik) dan pemakan dasar(Effendie ,1997
;Pulungan,Putra,dan Efizon ,2001)
System pencernaan pada ikan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu saluran pencernaan, dan
kelenjar pencernaan. Pada saluran pencernaan pada ikan adalah terdiri dari beberapa
organ yang menyatu menjadi satu saluran. Saluran ini mengelola makanan yang masuk
melalui mulut dan akhirnya sisa dari pemprosesan makanan itu dikeluarkan melalui anus.
Organ-organ yang menyusun saluran pencernaan pada ikan tidak sama untuk semua jenis
ikan. Organ penyusun tersssebut meliputi mulut, pangkal tenggorokan(parinx),
kerongkongan(osophagus), lambung(pentriculus), usus(intestinum)dan dikeluarkan
keanus.(Manda,et al, 2006).
Menurut mudjiman(2001) setiap ikan mempunyai makanan yang berbeda. Jika dilihat
dari jenis makanannya ikan dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu herbivore, karnivor,
dan omnivore. Berdasarkan cara makannya ikan dibedakan menjadi lima golongan yaitu
pemangsa(predator), penggerogot(grazer), penyaring(strainer), penghisap(sucker) dan
parasit.
Berdasarkan bentuknya,gigi rahang dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk
yaiu cardiform,viliform,canine,incisor,dan mola riform.Gigi filiform mirip dengan gigi
cardiform,hanya lebih panjang dan memberikan gambar seperti memberikan rumbairumbai(Tim khtiologi,1989)
Menurut Bond(1979) pada umumnya esofagus ikan adalah pendek dan bisa
membesar agar makanan yang agak besar dapat ditelan,dinding esofagus dilengkapi
dengan lapisan otot dn memanjang,pada ikan tertentu esofagus bersambung dengan usus.
Saluran pencernaan ikan karnivora biasanya lebih pendek dari pada saluran
pencernaan ikan herbivora,sebab bahan makanan nabati lebih sukar dicerna .Denngan
adanya dinding selulosa yang alot pada tumbuh-tumbuhan,maka untuk mempermudah
proses pencernaannya, ikan herbivora memerlukan usus yang lebih panjang yang bisa
mencapai 3X panjang tubuhnya(Mudjiman,2001 an Putra et el, 2001)
SISTEM PERNAFASAN
Hela dan Laevastu (1970), mengemukakan bahwa arus membawa
pengaruh terhadap tingkah laku ikan, migrasi dan distribusi ikan. Selanjutnya
Pescod (1973), mengatakan bahwa kandungan CO2 yang aman dalam perairan
adalah sebesar 12 ppm. Dengan adanya kandungan CO 2 yang stabil dalam
perairan, akan mempengarui sistem pernafasan yang terjadi pada ikan. Ikan
baung termasuk golongan physostomi yang mempunyai ductus pneumaticus.

Kandungan O2 maupun CO2 yang terlarut dalam air mempengaruhi


kehidupan ikan dalam air khususnya dalam bernafas. Kandungan oksigen
sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Menurut Sweeta
( 1975 ), seperti hewan dan tumbuhan darat yang bernafas dengan oksigen,
maka ikan akan juga memerlukan oksigen terlarut dalam air untuk bernafas,
dibandingkan dengan udara yang mengandung 10 cc / liter oksigen pada saat
yang sama.
Darah adalah suatu plasma tempat beberapa bahan terlarut dan tempat
eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain yang tersuspensi. Sistem peredaran
darah ikan disebut peredaran darah tunggal. Sistem peredaran darah pada ikan
baung (Mystus nemurus) terdiri dari Jantung, vena, arteri dan kapiler yang
masing-masing berfungsi untuk memompa darah, membawa darah ke jantung,
membawa darah dari jantung dan menghubungkan arteri dan vena.
Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan seekor ikan
ialah harus adanya persediaan oksigen yang cukup dalam jaringan. Kandungan
oksigen sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Menurut
Sweeta ( 1975 ), seperti hewan dan tumbuhan darat yang bernafas dengan
oksigen, maka ikan akan juga memerlukan oksigen terlarut dalam air untuk
bernafas, dibandingkan dengan udara yang mengandung 10 cc / liter oksigen
pada saat yang sama.
Berdasarkan pernyataan diatas, kandungan O 2 maupun CO2 yang terlarut
dalam air sangat mempengaruhi kehidupan ikan dalam air khususnya dalam
bernafas. Boyd dan Litchkoppepler ( 1982 ), menjelaskan bahwa oksigen
terlarut mencapai nilai terendah pada waktu subuh dan kemudian meningkat
pada waktu siang, akhirnya mencapai nilai tertinggi pada waktu sore hari.
Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan seekor ikan
ialah harus adanya persediaan oksigen yang cukup dalam jaringan. Kandungan
oksigen sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Menurut
Sweeta ( 1975 ), seperti hewan dan tumbuhan darat yang bernafas dengan
oksigen, maka ikan akan juga memerlukan oksigen terlarut dalam air untuk
bernafas, dibandingkan dengan udara yang mengandung 10 cc / liter oksigen
pada saat yang sama.
Ikan-ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan lebih cenderung naik keatas
permukaan air untuk mengambil oxygen bebas dan menyimpannya dalam alat pernafasan
tambahan sehingga apabila sewaktu-waktu kadar oxygen yang terlarut dalam air menurun
maka ikan tersebut akan menggunakan oxygen cadangan yang ada dalam alat pernafasan
tambahan sehingga ikan tersebut dapat bertahan hidup meskipun kadar oxygen rendah
(Kottelat, 1993).
Ikan seperi makluk hidup lain membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme
dan membuang gas CO2 sebagai hasil sisa metabolismenya didalam sel. Alat pernafasan

utama pada ikan adalah insang, yang merupakan tempat oksigen terlarut dalam air masuk
dan gas co2 meninggalkan tubuh. Seperti halnya pada binstsng vertebrata lainnya, sel
darah merah pada ikan berperan sebagai pembawa darah yang efisien. Sel darah merah
ini mengandung hemoglobin yang merupakan pigmen respirasi. Hemoglobin adlah suatu
protein yang mengandung ikatan besi-porfirin dengan berat molekul kira-kira 67000.
pada ikan teleostei, jantung umumnya terdapat dibelakang insang, dibagian depan rongga
badan dan diatas ithmus. Organ jantung ini dilapisi oleh selaput tipis yaitu lapisan
pericardium.(Rahardjo, 1980).
Tiap-tiap filamen insang terdiri dari banyak bagian yang disebut lamella, yang
merupakan tempat terjadinya pertukaran gas. Pinggiran lamella yang tidak menempel
pada lengkung insang sangat tipis, ditutupi oleh epithelium yang mengandung jaringan
pembuluh darah kapiler. (Tim ikhtiologi, 1989).
SISITEM PEREDARAAN DARAH
System peredaran darah pada ikan adalah system peredaran darah
tunggal. Jantung sebagai tempat pemompa darah yang diselimuti oleh
pericardium. Jantung terdiri dari dua bagian yaitu: atrium dan ventricle yang
berdinding tipis dan tebal. Pada jantung terdapat rung tambahan berdinding tipis
yaitu sinus venusus sebagai penampung darah dan duktus cuvieri dan vena
hepaticus yang mengirimnya keatrium, yang berfungsi menghalangi darah yang
masuk keventricle tidak masuk lagi keatrum oleh atrio ventricular(Went, 1979)
Menurut Tim Ikhtiologi(1989) pada umumnya sisitem peredaraan darah
pada ikan adlah peredaraan darah tunggal.Sistem peredaraan darahnya terdiri
dari jantung yang berfungsi sebagai pemompa darah, vena berfungsi sebagai
pembawa darah ke jantung ,dan arteri berfungsi sebagai pembawa darah dari
jantung dan kapiler berfungsi sebagai penghubung antara arteri dan vena
SISTEM SYARAF
Laggler et al (1977), membagi otak menjadi lima bagian yaitu
telencephalon (bulbus olfactorius, tractus olfactarius dan lubus olfactorius).
Diencephalon (badan pineal, kelenjar hipopisis). Mesencephalon (lobus opticus
dan infubullum). Metancephalon (cerebellum). Myelencephalon (medulla
oblongata dan spinal cord).
Efendi (1970) pada ikan embrio otak merupakan organ yang mula-mula
terbentuk, unit terkecil sel syaraf adalah neuron yang terdiri dari penjuluran suatu plasma
dan badan sel.
Pada bagian bawah kepala ikan terdapat kelenjar hipofisa yang disebut
juga sebagai master of gland karena memiliki banyak fungsi. Menurut
Partodihardjo (1987), menyatakan bahwa hipofisa ditemukan oleh Visalius,

seorang ahli anatomi berkebangsaan Yunani. Kelenjar ini awalnya disebut


sebagai pituita dan kemudian berubah menjadi pituitary.
System syaraf pada ikan dapat dibagi dua yaitu sistem cerebro spinal
dan sistem autonomik. Sistem cerebro spinal pada ikan terbagi atas bagian
pusat mencakup otak dan spinal cord dan bagian perifer meliputi syaraf spinal,
syaraf cranial dan organ sensori yang terdiri dari mata.Pada umumnya ikan tidak
mempunyai pelupuk mata,kecuali pada Elasmobranchi yang berupa membran
yang dapat mengejapkan mata.Pada beberapa anggota Teleostei yang termasuk
perenang cepat terdapat adifose cyc_lid yang berfungsi untuk pelindung dan
untuk perampingkan kegembungan mata di bawah permukaan kepala . (Tim
Iktiologi, 1989).
Otak pada ikan terbungkus oleh kotak otak terletak di daerah kepala.
Kotak otak berperanan sebagai pelindung otak, karena otak merupakan organ
yang lunak da lembut. Otak yang terdapat dalam tengkorak kepala dibedakan
menjadi cerebellum (otak kecil) dan cerebrum. (Manda et al, 2005)
Djuhanda (1981), Pada organ sensori terdiri atas mata yang berfungsi untuk
melihat, mata ikan terdiri dari bagian ruang depan, lais, ruang vitrous dan retina. Organ
pembau yang terletak pada kantung di bagian atas rostrum dan biasanya tepat didepan
mata. Dan yang terakhir adalah organ pengecap, bentuknya membulat dan terdiri atas
beberapa sel panjang yang berfungsi sebagai sel penerima impuls rasa, terletak dalam
kulit dan palng banyak dijumpai di daerah mulut, pharinx dan lengkung insang.
Menurut LUKYSTIOWATI (1980), system syaraf pada ikan dibagi menjadi dua
bagian yaitu system cerebro spinal dan system outonomik. System cerebro spinal terdiri
dari syaraf pusat (nervous central) yaitu otak pada sum-sum tulang belakang dan syaraf
tepi (nervous periphericium) yaitu semua syaraf yang berpusat pada medulla spinal).
RAHARJO dan RIDWAN (1980) mengemukakan bahwa system syaraf
terbagi atas syaraf pusat yang mencangkup otak dan spinal cord , susunan
syaraf periferal yang mencangkup cranial, syaraf spinal dan cabang dari
keduanya. Selain itu ada juga organ khusus seperti mata, lensa lateraus, hidung
dan telinga. Dari otak terdapat sebelas syaraf cranial yang menyebar keorganorgan sensori tertentu dan otot-otot tertentu. Sebagian besar syaraf cranial
berhubungan dengan bagian-bagian kepala , tetepi ada juga yang berhubungan
dengan bagian tubuh, sebelas syaraf cranial hanya terdapat pada vertebrata
tingkat rendah.
EFENDI (1970) pada ikan embrio otak merupakan organ yang mula-mula
terbentuk, unit terkecil sel syaraf adalah neuron yang terdiri dari penjuluran suatu plasma
dan badan sel.
LAGGLER et, al (1977), membagi otak menjadi lima bagian yaitu
telencephalon (bulbus olfactorius, tractus olfactarius dan lubus olfactorius).

Diencephalon (badan pineal, kelenjar hipopisis). Mesencephalon (lobus opticus


dan infubullum). Metancephalon (cerebellum). Myelencephalon (medulla
oblongata dan spinal cord).
Pada bagian bawah kepala ikan terdapat kelenjar hipofisa yang disebut juga sebagai
master of gland karena memiliki banyak fungsi. PARTODIHARDJO (1987),
menyatakan bahwa hipofisa ditemukan oleh Visalius, seorang ahli anatomi
berkebangsaan Yunani. Kelenjar ini awalnya disebut sebagai pituita dann kemudian
berubah menjadi pituitary.
Perkembangan embrionik tengkorak ikan berasal dari tiga sumber yaitu
Chondrocranium, Democranium dan splanchhnocranium. Chodrocranium adalah
pembungkus otak yang berasal dari tulang rawan (Tim ikhtiologi, 1989).
SISTEM RANGKA
Menurut Effendi dan Ichsan (1972) bahwa tulang punggung pada ikan
merupakan ruas-ruas tulang yang dilengkapi oleh sepasang tulang ruusk kiri dan tulang
rusuk kanan yang berfungsi melindungi organ-organ dalam tubuh ikan. Pada tulang ekor
terdapat satu cucuk neural, bentuk tulang ekor dan beberapa tulang belakang yang dapat
mempengaruhi bentuk ekor.
Tulang-tulang penyusun rangka pada ikan dibagi menjadi 3 yaitu rangka Axial
yang terdiri dari tulang tengkorak,tulang punggung,dan tulang rusuk.Tulang viscercal
yang terdiri dari seluruh tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya.Tulang
Apendicular yang terdiri dari sirip dan pelekat-pelekatnya.(Manda et el,2006)
Sistem rangka yang terdapat pada ikan pada umumnya memiliki peranan yang
sangat penting yaitu sebagai penegak tubuh ,berfungsi untuk menunjang dan menyokong
organ-organ tubuh dan berperan dalam pembentukan butir darah.Secara tidak langsung
rangka pada ikan menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam.Rangka-rangka
tersebut rangka pada ikan menentukan bentuk ikan yang beragam.Rangka-rangja tersebut
berasal dari mesoderm.Jaringan-jaringan pada rangka adalah jaringan-jaringan pengikat
,tulang rawan dan tulang keras(duri).Rangka pada ikan dibagi atas tiga bagian yaitu
Axial,visceral,dan Apendicular(Tim Ikhtiologi,1989)
Sistem Reproduksi
Ikan terkenal sebagai makhluk yang mempunyai potensi fekunditas yang
tinggi dimana kebanyakan jenis ikan merupakan penghasil telur beribu-ribu
bahkan berjuta-juta butir tiap tahun.Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia
akan sangat padat sekali dengan ikan(Tim Ikhtiologi,1989)
Testis pada ikan terdapat di dalam tubuh ,bentuknya sangat bergantung
pada
rongga
tubuh
yang
tersedia.Pada
umumnya
berbentuk
memanjang,jumlahnya sepasangyang menggantung pada rongga tubuh

.Posisinya persis di bawah tulang punggung di samping


udara,warnanya mulai dari transparan sampai berwarna putih susu.

gelembung

Pembentukan spermatozoa dari spermatogonia didalam testis disebut


spermatogenesis. Proses ini meliputi penggandaan/proliferasi spermatogenia melalui
pembelahan mitosis yang berulang-ulang dan tumbuh membentuk spermatocyt primer,
kemudian melalui pembelahan reduksi (meiosis) membentuk spermatocyt skunder.
Spermatocyt skunder membelah menjadi spermatid, yang mengadakan metamorfosis
menjadi gamet yang motil (dapat bergerak) dengan bantuan ekornya yang dapat
bergerak dan punya potensi faali yang dinamakan spermatozoa. Proses metamorfose
spermatid sering dinamakan spermiogenisis (Tim Iktiologi, 1989).
Seksualitas ikan dapat ditentukan dengan mengamati ciri-ciri seksual skunder dan
seksual primer. Pengamatan seksual primer harus dengan pembelahan diperut ikan.
Sedangkan seksual skunder dengan memperhatikan ciri-ciri morfologi yaitu bentuk
tubuh. Organ pelengkap dan warna (Efendie, 1978).
Berdasarkan tempat ikan memijah, ikan dapat digolongkan kedalam
beberapa golongan, yaitu golongan ikan phytopil yang memijah pada tanaman.
Golongan psampil memijah dipasir, pelagopil memijah pada kolam pada perairan
dan golongan ikan ostracopil pada cangkang binatang yang telah mati (Raharjo,
1980).
Ukuran warna gonad bervariasi tergantung kematangan sel telur tersebut.
Beratnya biasanya mencapai 12 % dari berat tubuhnya. Kebanyakan testis
transparan dan putih. Sedangkan ovari kekuningan (Manda et al, 2005).
Menurut Lagler et al (1977), urutan perkembangan ikan terdiri dari embrio
dini (early embryonic), embrio transisi atau larva pada pasca embrio. Embrialogi
mencakup proses perkembangan setelah fertilisasi sampai dengan
organogenisis sebelum menetas atau lahir.
Pada proses reproduksi, sebelum terjadi ppemijahan sebagian besar hasil
metabolisme terjadi untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah
berat diimbangi dengan bertambahnya besar ukuran ikan (Effendie, 1972)
Ovari pada ikan terdapat didalam tubuh ikan betina. Bentuknya juga sangat
bergantung pada rongga tubuh yang tersedia. Tetapi pada umumnya mempunyai
bentuk yang memanjang. Jumlahnya sepasang dan mengantung pada
mesenteries. Dengan posisi persis tepat dibawah tulang punggung dan ginjal
serta terdapat disamping gelembung udara (Manda et al, 2005).
Menurut Alawi et al (1990). Pada ikan baung jantan lubang genital agak
memanjang dan terdapat bagian yang meruncing kearah caudal. Alat ini mungkin
sebagai alat Bantu dalam mentransfer sperma saat melakukan pemijahan.
Sedangkan pada ikan betina, lubang genital bulat, lubang ini akan berwarna

kemerahan bila ikan tersebut telah mengandung telur pada tingkat kematangan
gonad (TKG) V. Selanjutnya Siregar et al (1992). Menyatakan bahwa ovarium
merupakan bagian alat kelamin betina yang utama, karena menghasilkan telur
sering disebut indung telur. Ovarium mengandung komponen yang sangat
penting yaitu folikel. Folikel pada uvarium berasal dari epitel.
Pulungan et al (1985), menyatakan perbedaan ikan jantan dan betina
pada jenis yang sama dapat dilihat pada ukuran kepala, bentuk kepala,
permukaan tengkorak kepala, bentuk badan, bentuk perut, dasar sirip dada,
bentuk sirip perut, ekor, punggung, anus serta ukuran lobang pelepasan.
Pada seksualitas ikan dipelajari tentang jenis kelamin dari suatu spesies ikan karena
individu setiap spesies ikan memiliki ciri ciri khusus sebagai penentu apakah individu
ikan itu berjenis kelamin jantan atau betina. Penampakan ciri ciri tersebut dapat
diketahui melalui pengamatan terhadap organ reproduksi yang dimiliki dan juga dapat
dilihat melalui penampakan ciri - ciri pada permukaan tubuhnya.(Pulungan, 2005) .
Ikan jantan mempunyai kelenjer yang berwarna putih yang permukaan
licin,berisis sel-sel kelamin jantan(sperma) dan saluran pelepasan disebut
vasdeferens.Saluaran
ini
bertemu
dan
bersatu
dengan
saluran
kencing.Sedangkan pada ikan betina kelenjer kelaminnya mempunyai
permukaan kasar,berbintik-buntik, berisi sel telur dan saluranpelepasan disebut
dengan oviduct.(Soeripto ,1982)
Effendie(1979) menyatakan bahwa sifat seksualitas primer pada ikan
ditandai dengan adanya yang secara langsung berhubungan dengan proses
reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya.Sifat seksual sekunder adalah
tanda-tanda luar yang dipakai untuk membedakan jantan dan betina.Apabila
suatu spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk
membedakan jantan dan betina,maka spesies ini mempunyai sifat
dicromatisme.Pada ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan menarik
pada ikan betina.
Lagler et el(1977)menyatakan bahwa perbedaan ikan jantan dan ikan
betina pada jenis ikan yang samadapat dilihat pada ukuran kepala,bentuk kepala
,permukaan tengkorak kepala, bentuk sirip ekor ,bentuk badan, bentuk perut,
bentuk sirip anus , dasar sirip dada, bentuk sirip perut dan sirip anus beserrta
ukuran lubang pelepasan alat kelamin.
Tingkat kematangan gonad dari suatu spesies ikan ada kaitannya dengan
pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor lingkungan.Tahapan-tahapan perubahan
dan perkembangan gonad dari suatu individu ikan adalah pengetahuan yang
asngat penting dalam biologi perikanan.Dari data perubahan perkembangan
ovari dan testis dapat dibandingkan antara ikan yang belum dewasa dan ikan
yang sudah dewasa, antara ikan yang sudah matang gonad dan yang
belum,antara ikan yang akan bereproduksi dengan yang sudah

bereproduksi.Bahkan dapat diketahui pada ukuran berapa pertama kali ikan itu
mulai matang gonad,memijah dan bisa pula diketahui saat ikan itu selesai
memijah.(Lagler et el,1997)
SISTEM OSMOREGULASI
Stu hal yang menarik dalam penyesuaian ikan terhadap lingkungannya ialah
pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan dalam tubuhnya.Ikanikan mempunyai yekanan osmotik yang berbeda dengan lngkungannya,ini
mengakibatkan mereka harus mencegah kelebihan air atau kekurangan
iar.Cairan tubuh ikan tawar mempunyai tekanan yang lebih besar dari pada
lingkungannya,garam-garam dalam tubuh cenderung keluar.Sebaliknya ikan
yang hidup di laut mempunyai tekanan osmotik yang lebih kecil dari pada
lingkungannya,sehingga terdapat kecenderungan gara-garam masuk ke dalam
tubuh dan air ke luar.(Tim Ikhtiologi ,1989)
Cairan tubuh golongan Elasmobranchii umumnya mempunyai tekanan
osmotik yang lebih besar dari pada lingkungannya.Tekanan osmotik tubuhnya
sebagian besar tidak disebabkan oleh garam-garam melainkan oleh tingginya
kadar urea dan TMAO dalam tubuh.Karena cairan dalam tubuhnya yang
hiperostomik terhadap lingkungannya,golongan ikan ini cenderung menerima air
lewat difusi,terutama melalui insang.(Tim Ikhtiologi ,1989)
Organ pengeluaran pada ikan terdiri dari atas Mesonepros (berjumlah
sepasang berwarna merah tua dan terletak diantara gelembung renang dan
tulang punggung dengan bentuk yang bervariasi agak memanjang dan
mempunyai bagian yang membesar dan terjepit diantara kedua bagian
pneumatocyt ),Ureter(merupakan saluran dari Mesuneprus) dan Vesica
Urinaria(merupakan persatuan ureter kanan dan kiri)(Sumantadinata .K ,1983)
SISTEM OTOT DAN INTEGUMEN
Integumen merupakan sistem pembalut tubuh ikan yang terdiri dari kulit dan
derivat-derivatnya. Kulit selain berfungsi sebagai pembalut tubuh juga berguna
sebagai alat pertahanan pertama terhadap penyaklit, perlindungan dan
penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan, alat ekskresi dan
osmoregulasi dan alat pernafasan tambahan pada bebeapa jenis ikan (TIM
IKHTIOLOGI, 1989).
Jumlah sisik untuk setiap individu selalu tetap, dan jika ikannya tumbuh
sisiknya tumbuh menjadi bertambah besar. Pada ikan-ikan yang hidup di daerah
dua musim, pertumbuhan sisiknya dapat dilihat dengan jelas berupa lingkaranlingkaran tumbuh. Umur ikan dapat ditentukan dengan jalan menghitung
banyaknya lingkaran tumbuh pada sisikk. (Djuhanda, 1981).

Kulit sebagai pembungkus pada ikan terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
luar yang disebut dengan epidermis dan lapisan dalam yang disebut dengan
dermis atau corium. Lapisan dalam dari epidermis merupakan pertumbuhan sel
yang aktif. Lapisan dermis berisi saluran darah, urat saraf, organ peraba dan
jaringan penghubung. Lapisan dermis berperan dalam pembentukan sisik dan
erat kaitannya dalam pembentukan struktur integumen (MANDA et al., 2005).
Jari-jari sirip yang terdapat pada kelima jenis sirip pada ikan tersebut
terdiri dari jari-jari lemah, yaitu jari-jari yang elastis, transparan, beruas-ruas dan
bercabang pada ujungnya. Selanjutnya jari-jari lemah yang mengeras, yaitu jarijari sirip yang telah mengeras hampir menyerupai duri, tetapi masih beruas-ruas.
Dan juga terdapat jarijari keras, yaitu jari sirip yang berbentuk seperti duri, keras,
tidak elastis, tidak beruas-ruas dan tidak bercabang pada ujungnya (MANDA et
al, 2005).
Jumlah sisik untuk setiap individu selalu tetap, dan jika ikannya tumbuh
sisiknya tumbuh menjadi bertambah besar. Pada ikan-ikan yang hidup di daerah
dua musim, pertumbuhan sisiknya dapat dilihat dengan jelas berupa lingkaranlingkaran tumbuh. Umur ikan dapat ditentukan dengan jalan menghitung
banyaknya lingkaran tumbuh pada sisikk. (Djuhanda, 1981).
Ikan mempunyai tiga mcam urat daging yaitu urat daging bergaris, urat
daging licin dan urat daging. Gerakan ikan, sebagai hasil kerja otot (urat daging)
dapat disebut sebagai gerak aktif. Bila dilihat secara keseluruhan, urat daging
bergaris di seluruh tubuh terdiri kumpulan blok urat daging. Tiap-tiap blok urat
daging ini dinamakan myotomo. (Tim Iktiologi, 1989). Pada beberapa jenis ikan
terdapat beberapa bentuk linnea lateralis seperti garis lurus, hampir menyerupai
garis lurus, melengkung ke atas dan melengkung ke bawah.
Jumlah sisik untuk setiap individu selalu tetap, dan jika ikannya tumbuh
sisiknya tumbuh menjadi bertambah besar. Pada ikan-ikan yang hidup di daerah
dua musim, pertumbuhan sisiknya dapat dilihat dengan jelas berupa lingkaranlingkaran tumbuh. Umur ikan dapat ditentukan dengan jalan menghitung
banyaknya lingkaran tumbuh pada sisikk. (Djuhanda, 1981).
Ikan mempunyai tiga mcam urat daging yaitu urat daging bergaris, urat
daging licin dan urat daging. Gerakan ikan, sebagai hasil kerja otot (urat daging)
dapat disebut sebagai gerak aktif. Bila dilihat secara keseluruhan, urat daging
bergaris di seluruh tubuh terdiri kumpulan blok urat daging. Tiap-tiap blok urat
daging ini dinamakan myotomo. (Tim Iktiologi, 1989). Pada beberapa jenis ikan
terdapat beberapa bentuk linnea lateralis seperti garis lurus, hampir menyerupai
garis lurus, melengkung ke atas dan melengkung ke bawah.
Jumlah sisik untuk setiap individu selalu tetap, dan jika ikannya tumbuh
sisiknya tumbuh menjadi bertambah besar. Pada ikan-ikan yang hidup di daerah
dua musim, pertumbuhan sisiknya dapat dilihat dengan jelas berupa lingkaran-

lingkaran tumbuh. Umur ikan dapat ditentukan dengan jalan menghitung


banyaknya lingkaran tumbuh pada sisikk. (Djuhanda, 1981).
Otot rangka lateral yang terdapat di bawah kulit ikan menurut tipe
arsitekturalnya dapat digolongkan kedalam bentuk piscine dan cyclostomine.
Dimana letak dari otot tersebut berada pada bagian atas septum horizontal
(musculus epaxiales) dan pada bagian bawah dari septum horizontal (musculus
hypaxiales).
Raharjo(1980) Mengemukakan system otot disebut juga dengan system urat
daging yang berfungsi sebagai pembentuk tubuh dan penghasil daya gerak terhadap ikan.
Effendi (1979), Ranka yang menjadi penegak pada ikan teleostei terdiri dari tulang sejati,
sebagian dari tulang teloestei pada mulanya dibentuk fase tulang rawan, kemudian
materialnya diubah menjadi tulang sejati bentuk yang khusus. Otak ikan selain disusun
oleh neuron juga dilengkapi jaringan yang lain seperti epitel tulang, jaringan pengikat,
otot dan darah.
Integument merupakan system pembalut tubuh ikan yang terdiri dari kulit dan
edrivat-derivatnya. Kulit selain sebagai pembalut tubuh juga berguna sebagai alt
pertahanan pertama terhadap penyakit, perlindungan dan penyesuaian diri terhadap
faktor-faktor lingkungan, dan juga termasuk alt ekskresi dan osmoregulasi dan alat
pernafasan tambahan pada beberapa jenis ikan (Tim ikhtiologi, 1989).
Linnea Lateralis
Manda et al (2005), Linnea Lateralis pada ikan adalah garis yang
dibentuk oleh pori, jadi linnea lateralis ini terdapat pada ikan yang bersisik
maupun tidak bersisik. Bentuk linnea lateralis umumnya bervariasi demikian juga
jumlah sisik yang membentuk linnea lateralis. Data pengukuran bagian-bagian
dari tubuh suatu spesies ikan penting artinya untuk keperluan determinasi
hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.
sistem pencernaan, sistem rangka, sistem ekskresi, sistem pernapasan dan sistem
reproduksi, diantara ke sepuluh sistem ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Linea lateralis merupakan garis yang terdapat pada badan ikan yang terbentuk
oleh adanya pori, dimana linea lateralis ini dapat ditemukan pada ikan yang bersisik
atupun tidak bersisik. Bentuk linea lateralis pada ikan pada umumnya bervariasi,
demikian juga dengan sisik yang membentuk linea lateralis (Manda et al, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Alawi, H., A. Muchtar, C. P.
Pulungan
dan
Rusliadi,
1990.
Beberapa aspek biologi

ikan baung (Mystus nemurus) yang tertangkap disekitar perairan Teratak


Buluh Sungai Kampar pusat penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 36 hal
(tidak diterbitkan).
Allabaster, J. S. and Lloyd, R. (1982).Water quality criteria for freshwater fish, 2nd ed.
Butterwotrhs, London.
ALLEN,G.R. and COATES,D. 1990. An Ichthyological survei of the Sepik River,
Papua New Guinea
Andreas dan Soeharmoko. 1997. Inventarisasi Jenis Ikan Yang Tertangkap Dengan
Jaring Di Kabupaten Bengkalis. Riau.
ARSYAD, H dan R. E. HARDINI, 1987. Penuntun Praktis Budidaya Perikanan. P.
D. Mahkota. Jakarta. 14 halaman.
Bleeker et al. 1965. Morfologi dan anatomi pada ikan. Bagian I. Surabaya.
Boyd, C.E and F. Litchkoppepler, 1982. Water qualitymanagement in pond fish
reseach and development agriculture exsperiment station Auburn University,
Auburn 30 pp
DAMANIK, N. 2001. Inventarisasi Ikan ordo Cypriniformes yang terdapat di
Waduk PLTA Koto Panjang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek Lapang, Fakultas Peikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau. 44 halaman (tidak Diterbitkan).
Davi, b. F dan a. Chounard, 1980. Induced Fish Breeding In Southeat Asia. IDRC-178.
Ottawa. 48 p.
Davis, C. C. 1995. the Marine and Freshwater Plankton. Michigan States
University Press. New York.
DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI. 1995. Proyek Induk
Pembangkit dan Jaringan Sumatera Barat dan Riau (tidak diterbitkan).
DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS. 1996/1997. Kebijaksanaan
umum tentang perikanan dan kelautan. Bengkalis. 27 hal
DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan
tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45
hal (tidak diterbitkan).
Djadjadiredja, R.,S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya perikanan.
Bagian I. Direktorat jendral perikanan. Jakarta

DJUHANDA, T. 1981. Dunia ikan. Armico Bandung. 190 halaman.


EDMONSON, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc
New York.
Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.
EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001. Usaha Perikanan di
Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.
Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi,
Suparmi,Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan
Press Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal
FRIDMAN, A. L., 1988. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan.
Diterjemahkan Tim Penerjemah BPPI Semarang. Bagian Proyek
Pengembangan
Teknik
Penangkapan
Ikan
Semarang,
Balai
Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang. 304 hal.
Gaffar, A.,K. dan Z., Nasution. 1990. Upaya domistifikasi ikan perairan umum.
Jurnal Litbang, IX (4) : 69-75.
GUNARSO, W., 1985. Suatu Pengantar Tentang Fish Behaviour dalam
Hubungannya dengan Fishing Taktik dan Fishing Teknik. Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 144 hal.
HAMIDY, Y., M. AHMAD, T. DAHRIL, H. ALAWI dan C. P. PULUNGAN. 1983.
Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Ikan di Sungai siak, Riau. Pusat
Penelitian Universita Riau, Pekanbaru. 63 hal (tidak diterbitkan).
HUET, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish Fishing
(New Book) Ltd. London.
KLUST, G., 1987. Bahan jaring untuk alat penangkapan ikan. Balai
pengembangan penangkapan iakn Semarang, Semarang. 188 hal.
KOTTELAT, M., A. J. WHITTEN., S. N. KARTIKASARI dan S. WIROATMODJO.
1993. Freswater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar
Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Editions Limited. Munich,
Germany. 293 hal.
KORDI, 2000. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. 205 halaman.
Lagler, K.F., J. E. Bardech, R.R. Miller,. D.R. Dassino. 1977. Ichthyologi. Jhon Wiley
and Sons, inc. New York. 506 p.

LOVELL, 1988. Nutrition and feeding of fish. Van nostrand Reinhold Now York.
260 p.
Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2005. Penuntun Praktikum
Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
MAKBARINSYAH. 1996. Jenis-jenis ikan penting dan ekonomis disungai rokan
kiri. (tidak diterbitkan). Pekanbaru, 62 hal.
MOHSIN . A.K. M dan M.A. AMBAK 1992. Ikan air tawar di Semenanjung
Malaysia. Dewan Bahasa dan Balai Pustaka Kementerian Pendidikan
Malaysia. Kuala Lumpur. 281 Halaman.
Mohsin dan Ambak 1992. Makanan Ikan penerbit. Penebar Swadaya. Jakarta.
149 hal
Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Situbondo. 190 hal.
Mustamin, 1997. Pemijahan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Dengan
Intervensi Hormon LH-R Analog. Loka Bududaya laut Batam. Batam. 19 hal.
Nelson, J.S., 1984. Fisher Of the Word. John Wiley and Sons, New York 524 p.
Nontji.1993.Laut Nusantara.Jakarta:Djambatan.368 hal.
NOVRIYENNI. 1995. Inventarisasi Jenis Fitoplankton di Sungai Sail Kelurahan
Tangkerang Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru. UNRI. Pekanbaru. 55 hal
(tidak diterbitkan.
Ommanney.1985.The fishes.Tira pustaka: Jakarta.
Partodihardjo, S., 1987. Ilmu reproduksi hewan. Mutiara Sumber Wijaya,
Jakarta. 588 Halaman
PULUNGAN, C. P. 1987. Potensi Budidaya Ikan Kapiek dari sungai Kampar
Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 73 hal (tidak
diterbitkan).
PULUNGAN, C. P. 2000. Deskripsi ikan-ikan air tawar dari Waduk PLTA Koto
Panjang. Riau. Puasat Universitas Riau. Pekanbaru 34 hal. (tidak
diterbitkan).
RAHARDJO, S. 1980. Oseanografi Perikanan I. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 141 hal.

RAHAYU. W. 1992. Tekhnologi Fermentasi Pusat Antar Universitas Pangan Dan


Gizi. IPB, Bogor140 hal
Ratna. E. 1997. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
150 hal.
Roberts, T. R. (1989). The Fresh water Fishes of western Borneo (Kalimantan barat,
Indonesia). Calif. Acad. Sci. Mem. 14:1-210
Romimohtarto, K. 2005. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta.
Bandung.
Shaw, Jim. 1990. Kehidupan didalam air. Tira pustaka : Jakarta.
SIHOTANG, C. 1989. Limnologi I. fakultas Perikanan Universitas Riau.
Pekanbaru. 33 hal (tidak diterbitkan).
SUBARDJA, D.S.B.B. ABDUL MALIK. H. SUHERMAN dan ASNAWATI (1995)
Pengenalan Jenis ikan di Perairan Umum Jambi Bagian I. Ikan-ikan sungai
utama Batang Hari, Jambi. Dinas Perikanan Provinsi Daerah Tingkat I,
Jambi. 144 Halaman.
SUMANTADINATA, K. 1983 Pengembangbiakan ikan-ikan pemeliharaan di
indonesia.
Sunyoto. P dan Mustahal. 1997. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis. Penebar Swadaya.
Jakarta. 84 hal.
Susanto, H. 1996. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.
SWINGLE. A. S. 1968. Standardization of Chemical and Analisys for Water and
pond muds. FAO World a Symposium on Warm Water Pond Fish culture.
Fishery Report 44 (4) 397-421 pp.
Sweeta. I. N. 1975. Sifat-sifat air pada umumnya dan untuk budidaya ikan. T.C.
Perikanan, Sukabumi 49 hal.
Syamsudin, A. R. 1980. Pengantar Perikanan. Karya Nusantara.Jakarta. 49 hal.
Tang, U., M., dan Effendie., 2000. Teknik budidaya Ikan Baung (Mystus nemurus).
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 76 hal.
Tim Iktiologi. 1989. Iktiologi. IPB Fakultas Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan. Bogor.

WARDOYO, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan


Perikanan. Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL
dan IPB Bogor 40 hal (tidak diterbitkan).
WEBER, M and L. F. de BEAUFORT. 1916. The Fishes of the Indo Australian
Archipelago III. Brill ltd. Leaden. 455 pp.
Welcomme,R.L.1985.River Fisheries.Fao Fish Technology Pap,330 pp.
Widodo,J.1982.Kontrol Terhadap Usaha Penangkapan Sebagai Salah Satu
TeknikPengelolaan Sumberdaya Perikanan.Terubuk V111(131).Himpunan
Alumni Fakultas Perikanan Universitas Riau.Pekanbaru.52 Hal.
YUNIARTI. 2000. inventarisasi dan identifikasi ikan Channidae yang terdapat di
Sungai Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek lapang. Fakultas perikanan
dan ilmu kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan

Anda mungkin juga menyukai