Anda di halaman 1dari 34

Perubahan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi

(DALAM PERSEPKTIF POLITIK EKONOMI)

A.

Pendahuluan

Sebuah fakta dalam catatan sejarah bahwa peran pemerintah dalam


pembangunan

telah

menjadi

objek

pembahasan

yang

selalu

berkembang. Diawali dari aliran ekonomi klasik, yang menganut


kebebasan pasar menganggap dengan pendekatan potifisme sosial
bahwa peran pemerintah sebagai sesuatu yang menghambat dan
mengganggu

bekerjanya

mekanisme

pasar.

Selanjutnya

aliran

neoklasik lebih ekstrim menyatakan bahwa peran pemerintah dalam


pembangunan

dapat

menghambat

kebebasan

individu

yang

merupakan fondasi dari demokrasi.


Sebaliknya, pada abad 20, J. M. Keynes yang justru menganggap
kebebasan pasar, tanpa ada peran pemerintah, tidak akan mampu
melakukan alokasi sumberdaya dan outputs secara optimal Karena
itu Keynes memandang perlu adanya peran pemerintah, antara lain
dalam

bentuk

kebijakan

anggaran

dalam

rangka

peningkatan

kesejahteraan dalam berbagai fokus seperti pendidikan, kesehatan,


pekerjaan, housing dan pelayanan publik. Sejalan Keynes, Pigou
(Samouleson, 1971)

juga melihat bahwa kebebasan pasar yang

berdasarkan pada maximum keuntungan individu tidak mampu


menciptakan alokasi sumberdaya yang optimal bagi kepentingan
umum dan kesejahteraan rakyat.

Namun demikian peran pemerintah dalam kesejahteraan ini selalu


berada dalam hipotesis konflik pada saat ini. Beberapa asumsi dan
paradigm menyatakan bahwa pendekatan yang paling baik dalam hal
peran

pemerintah

menggunakan

dalam

pendekatan

pembangunan
Ekonomi

ekonomi

Politik.

dengan

Ekonomi

Politik

dimunculkan dengan tujuan membantu dalam memahami dan


mengatasi perubahan dramatis dalam sistem pemenuhan kebutuhan
manusia dengan segala bentuk kegiatan dalam suatu sistem politik .
Selanjutnya Caporaso (2008) pada era ekonomi modern menyatakan
Ekonomi Politik mempunyai cakupan yang luas, yaitu negara dan
bahkan tataran dunia. Seringkali diasumsikan bahwa Ekonomi Politik
adalah integrasi antara ilmu ekonomi dengan ilmu politik. Politik
sendiri dalam teori Politik Ekonomi mempunyai dimensi ekonomi
menyangkut masalah pemuasan atau pemenuhan kebutuhan yang
seiring perkembangan zaman, menuntut negara selaku institusi jasa
publik bagi rakyatnya sebagai tanggung-jawab menggantikan tugas
rumah tangga.
Relevansi Ekonomi dan Politik dalam konsep demokrasi Ekonomi dan
Politik

dianggap

sebagai

dua

entitas

yang

berbeda

namun

mempunyai keterkaitan yang sangat erat, bahkan antara satu sama


lain

dapat

saling

mempengaruhi,

tidak

heran

jika

hubungan

keduanya kadang bersifat dilematis. Dalam dimensi waktu, , ranah


politik jangka pendek diukur dalam hitungan hari, bahkan jam. Dan
dalam tempo lima tahun, umur hidup politik dapat hancur dan hidup

kembali berkali-kali Dalam hitungan detik, perubahan dalam dunia


politik yang paling fundamental sekalipun keadaannya dapat berubah
secara drastis dan signifikan. Sementara ekonomi dalam hitungan
paling cepat, dapat dirasakan baik atau tidak hasilnya membutuhkan
waktu yang tidak sedikit. (Welinsky, 2002).
Dua entitas yang berbeda dalam dimensi waktu ini tampaknya akan
mengalami kesulitan untuk seiring sejalan secara harmoni, apalagi
mengikatkannya dalam pertalian sejati. Dari diskursus ini seolah
memaksa kita dihadapkan pada dilema pilihan dikarenakan dua
entitas itu harus dijalankan pada wilayah demokrasi. Maka untuk
meminimalisir benturan yang akan terjadi, maka teori-teori Ekonomi
Politik pun bermunculan sebagai respon jawaban atas keadaan yang
paradoks tersebut.
Keadaan yang paradok membuat Pemerintah disetiap Negara secara
rasional terlibat langsung untuk mengambil peranan penting dalam
pengendalian

seluruh

kekuatan

nasional.

Pemerintahlah

yang

mengendalikan perang dan pemerintahlah yang bertanggung jawab


atas segala kegiatan sosial dan ekonomi. Peran pemerintah dalam
pembangunan ekonomi tersebut bertujuan untuk meyakinkan rakyat
akan keperluan pembangunan dan membantu serta mengajak
mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan itu. Tidak semua negara
dengan mudah dapat melakukannya. Bagi negara-negara yang
masyarakatnya

pluralistis

seperti

Indonesia,

pembangunan

menghadapi banyak kesulitan. Corak wilayah, keadaan penduduk dan

tingkat pembangunan yang berbeda antar daerah menuntut adanya


pendekatan dan strategi yang tidak sama.
Sejak tahun 1960-an peran pemerintah dalam pembangunan mulai
mendapat kritik. Kritik itu terutama datang dari kalangan penganut
neoliberalisme, yang antara lain diseponsori oleh IMF. Serangan
terhadap peran pemerintah terjadi mula-mula dimulai dengan kritik
terhadap teori Keynes, meskipun dia dikenal mampu mengatasi
depresi besar di dunia yang terjadi pada periode pertengahan bagian
pertama abad ke-20. Kritik terhadap Teori Keynes yang melandasi
intervensi pemerintah yang dianggap mempunyai kelemahan dalam
proses

pengambilan

kebijakan,

dimana

kompromi

politik

lebih

menjadi landasan (Ha-Joon Chang, 2003).

Selanjutnya Williamson, 1994 menerangkan bahwa kritik terhadapa


peran

pemerintah

terhadap

pembangunan

dan

kesehteraan

masyarakat memuncukan aliran neoliberalisme yang secara terangterangan melalui Washington Consensus mendorong negara-negara
sedang berkembang untuk mengikuti Konsensus tersebut yang
antara lain berisi: (a) liberalisasi perdagangan melalui upaya
penghapusan restriksi secara kuantitatif (hambatan perdagangan,
seperti pengenaan tariff, kuota dan laranganlarangan lainnya) (b)
kesamaan perlakuan antara investasi asing dan investasi domestik
sebagai insentif untuk menarik sebanyak mungkin investasi langsung

(c) privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan penjualan


saham ke sektor swasta. (d) pasar harus lebih kompetitif melalui
serangkaian kebijakan deregulasi dan menghilangkan hambatan atau
restriksi bagi para pelaku ekonomi baru ,(e)harus ada perlindungan
terhadap property right, baik disektor formal maupun sektor informal

B. Peran Negara Dalam Issu Pembangunan Ekonomi


Pendidikan
Tingginya biaya pendidikan dari taman kanak-kanak (TK) hingga
perguruan tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki
pilihan
Tujuan

lain
negara

kecuali
mencerdaskan

tidak
kehidupan

sekolah.
bangsa,

seperti

diamanatkan Pembukaan UUD 1945 dengan memberikan pengajaran


kepada setiap putra-putri bangsa dikhianati dengan mahalnya biaya
pendidikan. Pemerintah tidak mampu menopang pembiayaan sektor
ini.
Peran

Negara

adalah

membuat

Kebijakan

pendidikan

tidak

memberatkan masyarakat, terutama kalangan miskin. Amat sulit


bagi mereka bisa menempuh pendidikan tinggi yang bermutu.
Pendidikan hanya dapat dinikmati segelintir, kalangan ekonomi atas.
Terjadilah "lingkaran setan" antara kemiskinan dan kebodohan.
Karena miskin, rakyat tidak dapat mengenyam pendidikan yang
menyebabkan mereka tetap menjadi bodoh. Karena bodoh, golongan

ini tidak mempunyai keahlian dan keterampilan sehingga sulit


mencari pekerjaan yang layak. Pendidikan turut melanggengkan
kemiskinan yang dialami mayoritas masyarakat.
Argumentasi penting dalam essay ini adalah tujuan pendidikan
kurang terfokus karena menitik-beratkan pencapaian yang terukur
dari segi akademik semata, sementara aspek kepribadian yang
merupakan

penerapan

dari

aspek

afektif

(sikap)

nyaris

dikesampingkan. Sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh


negara adalah salah satu instrumen utama dalam pembentukan
kepribadian masyarakat. Sebaliknya sistem pendidikan yang buruk
akan berkonstribusi pada buruknya kepribadian masyarakat. Sistem
pendidikan sangat bergantung pada karakter ideologi yang dijadikan
dasar

oleh

negara.

Penyelenggaraan

pendidikan

oleh

negara

biasanya menjadi salah satu sarana untuk mengokohkan ideologi


negara pada masyarakat.

Kesehatan
Peran Negara dalam bidang kesehatan ditunjukan dengan Indikator
peningkatan derajat kesehatan antara lain adalah meningkatnya usia
harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu, angka kematian
bayi dan balita, serta angka kesakitan (morbiditas). Boleh jadi
indikator ini terus menampakkan grafik membaik. Namun menurut
Yenny, HYR dari IRSSI ( Ikatan Rumah sakit Seluruh Indonesia ) dapat

kita amati kenyataannya, kemudahan akses masyarakat terhadap


pelayanan kesehatan yang disediakan pemerintah masih

sulit

dijangkau. Dalam media kita saksikan, satu keluarga dengan tiga


anaknya mengalami kelumpuhan, kemudian seorang ibu pascamelahirkan mengalami koma dan banyak lagi kasus klasik, karena
ketidakmampuan, penyakit tidak sembuh, atau ditolak rumah sakit.
Setelah gambar dan beritanya ditayangkan media, barulah menjadi
perhatian pihak berwenang.
Politik kesehatan merupakan upaya pembangunan masyarakat dalam
bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan publik
yang seyogianya tidak hanya dijadikan sebagai kendaraan politik
para calon atau kandidat kepala daerah. Namun, bagaimana
implementasi

good

governance

antara

lain

transparansi,

akuntabilitas, tanggung jawab, dan keadilan dalam sistem kesehatan


merupakan pekerjaan rumah berkesinambungan yang seharusnya
tidak hanya dideklarasikan pada masa kampanye.
Transparansi tidak hanya menyangkut masalah keuangan, namun
transparansi dalam informasi atas pelayanan publik Sebagai contoh,
data mengenai jumlah penderita gizi buruk, jumlah penduduk miskin,
rasio jumlah penduduk dengan jumlah sarana kesehatan dan
prosedur pelayanan dasar maupun rujukan hendaknya diberikan
pada publik secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, tidak bisa tidak, negara harus


berperan aktif. Mengutip Release Media Indonesia tentang Politik dan
kesejahteraan rakyat , Politik kesehatan adalah kebijakan negara di
bidang kesehatan. Yakni kebijakan publik yang didasari oleh hak yang
paling fundamental, yaitu sehat merupakan hak warga negara.Untuk
mewujudkan hak rakyat itu, jelas diperlukan keputusan politik yang
juga sehat, yang diambil oleh pemerintahan yang juga sehat secara
politik. Dengan kata lain, politik kesehatan ditentukan oleh sehat
tidaknya politik negara.
Anggaran

itu

sudah

pasti

merupakan

produk

politik,

karena

ditetapkan pemerintah bersama DPR. Membebani impor alat-alat


kedokteran dengan pajak yang sama untuk impor mobil mewah, juga
keputusan politik. Membiarkan dokter menumpuk dan berebut cuma
di

kota

besar,

atau

mengatur

penyebarannya

berdasarkan

kepentingan Daerah, contoh lain buah keputusan politik.Singkatnya,


politik

kesehatan atau kebijakan kesehatan memang akhirnya

ditentukan oleh keputusan politik. Kalau kehidupan politik di suatu


Daerah tidak sehat, jangan harap kesehatan masyarakat di daerah
itu

akan

diurus

dengan

sehat

pula.

Politik

yang

sakit

akan

membiarkan rakyatnya sakit. Contoh paling nyata yang terjadi dalam


era otonomi daerah. Para dokter dan puskesmas di kabupaten, bukan
lagi di bawah kewenangan Departemen Kesehatan, melainkan di
bawah kekuasaan politik bupati. Inilah ego teritorial negara kesatuan
dan ego kekuasaan lokal, yang menyebabkan terjadinya tarik-tarikan

kekuasaan politik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.


Pemerintah pusat (Departemen Kesehatan) tidak berdaya karena
otonomi daerah, sebaliknya pemerintah daerah menjadi semacam
penguasa di wilayahnya.

Perumahan
Peran Negara dalam perumahan diharapkan dapat meningkatkan
penyelenggaraan
berkeadilan

dan

rendahMenteri
Monoarfa

perumahan

dan

berpihak

pada

Negara

kawasan

masyarakat

Perumahan

mengatakan,

tentang

permukiman

Rakyat

yang

berpenghasilan

(Menpera)

Perumahan

dan

Suharso
Kawasan

Permukiman merupakan penegasan politik hukum nasional di bidang


perumahan

negara

dalam

pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman ini

secara

keseluruhan

dan

kawasan

mencerminkan

permukiman.

adanya

Peran

keberpihakan

yang

kuat

sekaligus memberikan kepastian bermukim terhadap masyarakat


berpenghasilan rendah.
didefinisikan
pembinaan,

sebagai

Perumahan dan kawasan permukiman

satu

kesatuan

penyelenggaraan

sistem

perumahan,

yang

terdiri

atas

penyelenggaraan

kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, peningkatan


kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan dan pembiayaan, dan peran serta
masyarakat.

Penyelenggaraan

perumahan

merupakan

tanggungjawab

negara,

dan

pembinaannya

dilaksanakan

oleh

Pemerintah dan pemerintah daerah.


Peran negaran dalam melaksanakan pembinaan penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman sepenuhnya mengacu kepada
otonomi daerah dan kemandirian daerah serta pembagian dan
pemisahan fungsi regulator dan operator. Pemenuhan kebutuhan
rumah sebagai kebutuhan dasar manusia Indonesia dilaksanakan
melalui penyelenggaraan perumahan yang melibatkan pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau badan hukum serta peran serta
masyarakat.

Negara

diorientasikan

dalam

rangka

menjamin

kepastian bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk


menempati, menikmati, dan atau memiliki rumah yang layak dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Pemerintah juga
sebagai penanggungjawab pemeliharaan dan perbaikan prasarana,
sarana, dan utilitas umum di permukiman, lingkungan hunian, dan
kawasan permukiman. Sementara dalam hal penyediaan tanah
dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, dan
kawasan

permukiman

merupakan

tanggungjawab

pemerintah

termasuk penetapannya di dalam rencana tata ruang wilayah

C. Pendekatan-Pendekatan dalam Politik Ekonomi


Classicial approach

Pendekatan ini dimulai pada abad 19, ketika Negara mulai untuk
pertama

kalinya

menggunakan

politik

ekonomi

dalam

proses

pengambilan keputusan. Pada periode ini politik ekonomi klasik


belum dapat exactly seperti sekarang ini. Ketika itu Adam Smith
melakukan kritik terhadap kaum phisiocrats pada pertengahan abad
ke 18. Melalui tulisannya dalam buku The Wealth of Nations tahun
1776. Dalam zaman ini dapat dibagi the classical political economy
kedalam dua bagian.
Pendapat pertama yang mengatakan market self regulation. bahwa
untuk

mencapai

perekonomian

satisfaying,

diatur

maka

berdasarkan

perekonomian
mekanisme

sebaiknya

pasar.clasical

economic menclaim bahwa hanya individu yang kuat, yang bekerja


keras

yang

dapat

bertahan

dipasar.

Tingkat

pendapatan

dan

kesejahteraan sangat ditentukan oleh mekanisme demand an supply


dari produk yang diperjual belikan dipasar. Kunci dari pendapat klasik
adalah asumsi bahwa that no reasonable motive could lead a seller to
hold money rather then one of the goods, money could buy. Masalah
penting dalam self market regulation adalah kepuasan setiap individu
dalam self market regulation tergantung pada property yang dibawah
kedalam pasar. It is not his need that determines what he consumes
but his ability to satisfy the needs of others.
Pendapat kedua adalah Theory of value and distribution.

kunci

utama adalah pemahaman terhadap pengaruh ekonomi klasik dalam


hubungannya dengan ekonomi dan politik. Dalam teori modern dan

classical tradisonal terfokus pada value dan distribution. Dimensi


utamanya terkait dengan hubungan antara social devision of labor
dengan commodity exchange. The divison of labor a very close
association with exchange. Devision of labor mengambil posisi dalam
classical treatmen of exchange analogous. The labor theory of value
terkait langsung antara devisionb of pool of social labor dengan
exchange
menyatakan

of

commodities.
bahwa

tingkat

Sedangkan
upah

income

sangat

distribution

tergantung

pada

specification of subsistence bundle. Dengan asumsi bahwa the


magnitude of surplus tergantung pada teknologi sebagai faktor
determinan

dalam

produce

of

labor

Marxian Political Economy


Marxists melihat politik didalam setiap sepration dari civil society. The
class process by surplus value adalah pendekatan dari capitalism.
namun dalam political economy dalam Marxist theory tidak secara
langsung melakukan studi tentang ecomics dan political. Konsep dari
the class central Marxian theory dapat dilihat dari beberapa hal
penting. Pertama adalah ketertatikan kepada struktur produksi.
Keinginan setiap individu sangat terngantung pada tempat dan
process

of

social

reproduction.

Kedua adalah Adanya fundamental link antara ekonomi dan politik.


Dan pusat politik terletak pada ide economic interest, dan bagaimana
mendefinisikan agenda politik. Namun antara economic interest dan
politic interest adalah considerable. Sebelum economic interest

dilaksanakan secara langsung dalam politik, maka setiap individu,


mempunyai share interest dalam organisasi yang menhasilkan
overcome collective action problem.

Neoclassical political economy


Sentral dari pemikiran neoklasik adalah the nation of constrained
choice. Dalam konteks ini setiap individu memahami pilihannya,
ketika seseorang memutuskan dengan memilih dari beberapa
alternative. Dalam pendekatan neoklasik ada hubungan antara
economic dan politics sebagai sebuah frame work yang tidak bisa
dipisahkan. Economic adalah proses untuk mencari kepuasaan
maksimum (maximization of saticfaction). Oleh karena itu neoclassic
political economic berbasis pada economic logic of contrains choice,
dan sirkulasi private transaction untuk memaximumkan tingkat
kesejahteraan (welfare). Itu sebabnya neoclassic approach lebih
terfokus

pada

properity

right.

Namun

neoklasik

juga

melihat

persoalan eksteralitas dalam economic activities.

Keynesian Political economic.


Keynesian sebenarnya mengkritik market self regulation berdasarkan
pemikiran klasik maupun neoklasik.keynes mempertanyakan apakah
market system dapat fully exploited societys productive potential.
Oleh karena itu Keynes berpendapat bahwa economic activity
dikendalukan oleh agregat demand. Pendapat Keynes ini terfokus

stability dan adegute market fungction, bukan dengan automatic


mechanism tetapi oleh administrative of government. Oleh karena itu
perlu campur tangan pemerintah dalam kegiatan perekonomian
untuk mempertahankan agregat deman, sehingga perekonomian
dapat tetap stabil atau berada dalam keadalan equilibrium. Untuk itu
perlu

dijaga

the

circularity

of

economics

process,

dengan

implikasinya pada economic cycle. Suatu Negara dapat stabil bila


circular flow dapat dihubungan dengan beberapa hal sebagai
berikut :
a. Government spending : pemerintah menggunakan revenue
untuk acquire goods dari private sector, employ labor, dan
memperoleh pendapatan untuk konsumsi, sangat tergantung
pada providing goods dan services in exchange.
b. Government

Borrowing

merupakan

salah

satu

sumber

revenue, termasuk borrowing from private sector dan isu


government bond. Oleh karena itu perlu dilakukan purchase of
government bond dari state provide revenue.
c. Texas. Penciptaan revenue melalui taxation.

Economic approach to politics.


Pendekatan dalam teori ini lebih terfokus pada rasionalitas dan
efisiensi. Lahan dari pendekatan ini adalah method base of resources.
Kemudian mengaplikasikan politik pada asumsi pokok dari economic
approach yaitu pengambilan keputusan pada tingkat public dan

private.

Pendekatan

ini

dengan

mengadakan

pilihan

terhadap

perbedaan kondisi ekonomi dan politik, sehingga dapat ditetapkan


kebijakan yang tepat termasuk didalam didalamnya kebijakan
pangan nasional.

Power Central Approach to political economics


Pendekatan ini menegaskan bahwa fondasi suatu Negara itu harus
kuat. Oleh karena itu politik ekonomi suatu Negara bertumpuh pada
foundation of power meliputi
a. Problem pertama yaitu kondisi kekuatan yang cukup untuk
supply a content of politics.
b. Problem kedua yaitu intergrating power dab economics concern
untuk membangun capacity. Oleh karena itu ide utama dari
pendekatan

ini

adalah

efisiensi

dengan

terfokus

pada

perubahan efisiensi untuk menciptakan kekuatan atau power.

D. Peran Partai Politik dalam Perubahan dan Pembangunan


Ekonomi
Peran Serta partai Politik dalam pembangunan harus dilandasi oleh
karakter

politik

dan

pembangunan

ekonomi.

Sedangkan,

ciri

pelaksanaan pembangunan di Indonesia yang paling khas adalah


dimana

ada

kegiatan

pemanfaatan

sumberdaya

alam

yang

berlimpah, selalu saja diikuti oleh hadirnya rendahnya kesejahteraan

Masyarakat. Daerah-daerah yang mempunyai sumberdaya alam yang


kaya seperti Riau dan Kalimantan Timur mempunyai kesejahteraan
rakyat yang rendah dan rendahnya pembangunan ekonomi pedesaan
dan perkotaannya. Untuk itu peran partai politik harus mewarnai
dalam kehidupan Pembangunan ekonomi dan perubahannya. Dalam
kaitan ini, pergeseran pusat perhatian Partai Politik , yang juga
tercermin di dalam paket bantuan pembangunan, dari yang bersifat
sektoral ekonomis, yaitu pengentasan kemiskinan ke bidang-bidang
yang lebih universal namun bersifat struktural.
Partai

Politik

harus

memiliki

kebijakan

atau

memposisikan

kesejahteraan sosial dalam kebijakan dan langkah-langkah politiknya.


Seperti masalah-masalah perusakan sumber daya alam dan kualitas
lingkungan hidup. Menjadi agenda pokok dalam aktifitas partai politik
baik dalam parleman maupun diluar parlemen. Dalam konteks ini,
penguatan kembali peran negara bersama sektor swasta juga
ternyata dibarengi oleh desakan yang bersifat universal untuk
mengakomodir kritik-kritik akibat biaya-biaya sosial dan politik dari
ekonomi pasar kapitalistik berupa pelanggaran HAM, eksploitasi
kaum pekerja dalam hubungan produksi serta perusakan lingkungan
yang kemudian kita lihat melahirkan wawasan baru yaitu konsep
sustainable development. Berkat kemajuan teknologi informasi,
cara

pandang

one

world

perspectives

semakin

menguat

danmemungkinkan masalah-masalah mikro dapat teradvokasi ke


tingkat nasional dan bahkan ke panggung internasional oleh Aktifitas

partai politik yang mengandalkan pola organisasi yang berbasis pada


jaringan kerja (networking).
Sehubungan dengan itu, Caporaso (2008) memperdebatan apakah
negara yang merupakan representasi dari entitas politik dan partai
politik mau memberikan waktu sedemikian banyak kepada suatu
pemerintahan (orde atau rezim), untuk mencapai tujuannya terkait
pemenuhan

kebutuhan

kesejahteraan.

manusia

(rakyat)

dalam

menciptakan

Masalah tersebut tampaknya akan berbenturan

dengan konsep poltik (demokrasi) yang paling dianggap ideal saat


ini, bahwa suatu pemerintahan akan terus berubah (berganti) dan
kekuasaan pemerintahan perlu dibatasi. Lord Action menegaskan
kembali bahwa power tends to corrupt, but absolute power corrupts
absolutely (manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung akan
menyalah-gunakan kekuasaan itu, tetapi manusia yang mempunyai
kekuasaan tak terbatas pasti akan menyalah-gunakannya).
Hal ini juga tercermin dari aktifitas politik yang diperankan oleh
parta-partai politik yang yang ada masih memberikan sedikit
kontribusi terhadap perubahan dan pembangunan ekonomi. Aktifitas
politik dari parati-partai politik baru sampai pada level telaah namun
belum pada level aplikasi. Kalaupun terjadi aktifitas partai politik
dalam

perubahan

dan

pembangunan

ekonomi

lebih

kepada

pembentukan preferensi dalam even-even politik seperti pemilihan


umum dan Pilkada.

E. Peran Institusi dalam Pembangunan


persoalan pertama yang perlu dijawab dalam essay singkat ini adalah
peran pemerintah dalam perubahan dan pembangunan ekonomi dan
apa saja yang sebaiknya dilakukan. Dalam Caporasso secara sepintas
mengemukakan beberapa aliran pemikiran yang ada dilapangan
pada

waktu

sekarang.

Pertama,

kelompok

neoliberal

yang

menganggap peran pemerintah atau regulasi sebagai sesuatu yang


menghambat kebebasan idividu. Karena itu sikap pemerintah yang
paling baik adalah berdiam diri. Pemerintah yang paling baik adalah
pemerintah yang paling sedikit peran dalam urusan ekonomi atau
pembangunan ( the best government is the least government).
Kedua, kelompok welfare econnomics yang disebut juga sebagai
market failure approach. Kelompok ini melihat pentingnya peran
pemerintah dalam pengadaan dan distribusi barang-barang tertentu
secara efisien tanpa melalui pasar. Barang-barang itu antara lain
adalah public goods dan proyek-proyek pionir.Pada public goods
terdapat ketidak mampuan pasar dalam pengaturan pengadaan dan
distrubusinya. Karena itu, tidak dapat diserahkan kepada pihak
swasta. Ada dua ciri pokok dari barang-barang ini yang menyebabkan
kesulitan pengaturan melalui pasar. Pertama, sulit dibedakan antara
yang

membayar

dengan

yang

tidak

membayar,

baik

dalam

pengadaan maupun dalam distribusi (non-exclusiveness). Semua


orang

tanpa

membayar

dapat

menggunakan

barang

atau

memanfaatkan pelayanan itu secara bebas (free riders). Kedua,


pemakaiannya dilakukan secara bersama, bukan bersifat sendirisendiri. Contoh dari public goods ini adalah keamanan nasional,
lampu jalan raya dan sebagainya.
Demikian

juga

dengan

proyek-proyek

pionir.

Pengadaan

dan

pengelolaannya tidak mungkin diadakan berdasarkan perhitungan


pasar. Proyek-proyek ini boleh jadi tidak ekonomis jika dilihat dalam
jangka waktu pendek, tetapi ekonomis dinilai dalam jangka panjang.
Termasuk dalam proyek-proyek pionir ini antara lain adalah jalanjalan terobosan didaerah tertinggal, pembukaan lahan atau proyek
percontohan, dan sarana lain yang diperlukan dalam pembukaan
daerah baru. Di negara-negara berkembang terdapat banyak saranasarana baru yang perlu diadakan, yang secara financial tidak
menguntungkan dilihat dari waktu pengembalian investasi. Proyekproyek tersebut berorintasi kemasa depan, yang manfaatnya sangat
erat terkait dengan proyek-proyek lain sebagai lanjutannya, yakni
proyek-proyek untuk memanfaatkan proyek pionir itu. Baik yang
diadakan oleh pemerintah ataupun yang timbul dari masyarakat
sebagai akibat dari keberadaan proyek pionir. Kalau proyek pionir itu
berupa sebuah jalan raya terobosan, maka proyek pemanfaatannya
adalah

jalan-jalan

penghubung

kesentrasentra

produksi

dan

pembangunan pasar-pasar terdekat. Melihat pentingnya sarana


pelayanan umum berupa barang-barang publik dan proyek-proyek
terobosan di negara-negara berkembang dimana pihak swasta dan

pasar belum berfungsi, jelaslah bahwa peran langsung pemerintah


dalam pembangunan disana cukup penting.
Aliran ketiga adalah aliran kelembagaan atau aliran institutionalism.
Pertanyaan yang berkaitan dengan pandangan atau aliran ini adalah,
bagaimana pemerintah itu berfungsi? Pemerintah dalam melakukan
kegiatannya dapat bertindak secara langsung atau boleh jadi secara
tidak langsung, melalui kemitraan dengan pihak lain. Baik dengan
pihak swasta dalam negeri, swasta luar negeri ataupun dengan
pemerintah negara lain. Semua tindakan pemerintah ini harus
dilakukan dengan menggunakan lembaga dan prosedur tertentu.
Baik lembaga permanen yang
sudah ada ataupun dengan membentuk lembaga sementara.
Di Indonesia lembaga sementara ini sering disebut sebagai lembaga
ad hoc. Lembaga ad hoc tersebut ada yang berfungsi hanya untuk
satu kali saja, untuk kemudian segera dibubarkan begitu proyek
tersebut selesai dikerjakan. Lembaga seperti ini antara lain berbentuk
panitia. Ada pula lembaga ad hoc dalam arti khusus, yang dibentuk
khusus untuk menangani suatu fungsi teretentu. Pekerjaannya boleh
jadi berlangsung selama beberapa waktu dan mengerjakan lebih dari
satu atau serangkaian proyek. Lembaga ini di Indonesia disebut
Komisi.
Sebagai lembaga tidak permanen, komisi ini akan berakhir pada
suatu waktu tertentu. Fungsinya dialihkan kepad lembaga permanen
yang terkait dengan fungsi yang bersangkutan. Contoh dari lembaga

ad

hoc

yang

demikian

adalah

BRR

(Badan

Rehabilitasi

dan

Rekonstruksi) akibat tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias


dan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), sebuah lembaga yang
dibentuk untuk secara khusus berfungsi menangani korupsi yang
terjadi di Indonesia. Lembaga khusus-lembaga khusus sementara ini
dibentuk karena dirasakan bahwa lembaga permanen yang ada tidak
mampu melakukan tugas khusus yang mungkin sangat besar.
Membebani tugas khusus yang sangat besar kepada lembaga
permanen dipandang dapat mengganggu penyelenggaraan tugas
keseharian yang melekat dengan tugas pokok dan fungsi lembaga
itu.
Namun yang perlu diingat, bahwa lembaga ad hoc itu pada suatu
waktu akan berakhir. Persoalannya, apakah kebijakan menangani
persoalan khusus itu akan berakhir (policy termination) atau harus
berlanjut (continues)? Kalau harus berlanjut, apakah lembaga ad hoc
yang ada harus dimasukkan dalam lembaga permanen atau harus
diubah menjadi lembaga permanen baru ? Kalau diubah menjadi
lembaga permanen, ini berarti pembentukan lembaga baru, yang
dengan sendirinya menuntut penyesuaian dan penataan kembali
seluruh institusi yang ada dalan bidang yang bersangkutan.
Dalam pendekatan institusional dikenal rangkaian yang erat antara
tujuan, strategi, dan struktur. Artinya, bahwa pemerintah terlebih
dahulu menetapkan tujuan jangka panjang yang harus dicapai. Untuk
mencapainya ditentukan atau dipilih salah satu strategi dari sejumlah

kemungkinan (alternatif) strategi. Pilihan ini tentu saja dengan


mempertimbangkan

prinsip

dan

philosophi

serta

perubahan

lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Strategi tersebut


selanjutnya dilaksanakan melalui lembaga atau struktur tertentu
(Said Zainal Abidin, 2006: 192-195).
Pengertian

tentang

kesesuaian

organisasi

dengan

strategi

ini

diterangkan oleh Chandler tentang organisasi yang centralistis dan


organisasi yang desentralistis. Bentuk organisasi tersebut tergantung
pada lingkungan dan kinerja yang ingin dicapai. Sehubungan dengan
desentralisasi dan kinerja organisasi dalam pembangunan diuraikan
dalam tulisan lain . Bentuk pemerintahan di Indonesia yang
bervariasi antara desentralisasi dan centralisasi dalam kurun waktu
yang berlainan bergerak seperti pendulum, sekali kekiri kearah
centralisasi, lain kali kekanan kearah lebih desentralistik. Peralihan
setiap waktu itu memberi pengaruh pada performance atau kinerja
dalam pembangunan.
Desentralisasi cenderung lebih menampung aspirasi masyarakat
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Hasilnya relatif
lebih

diarahkan

pada

pemenuhan

aspirasi

rakyat.

Sementara

centralisasi lebih mengarah pada penyeragaman dibawah kendali


pemerintah pusat. Dalam masyarakat yang majemuk (pluralistis),
bentuk sentralisasi tentu saja tidak menggambarkan kenyataan yang
ada sehingga berpotensi timbulnya ketidak puasan masyarakat.

Bahkan dalam prosess penyelenggaraan pemerintahan cenderung


menimbulkan gejolak pemberontakan daerah yang mengarah pada
disintegrasi bangsa.. Lingkungan dapat dibedakan atas lingkungan
internal dan lingkungan eksternal. Masing-masing lingkungan dapat
dianalisis dengan cara yang berbeda.Analisis lingkungan internal
dapat dilakukan dengan menggunakan Value Chain Model dari Porter,
dengan membagi kegiatan internal atas tugas-tugas pokok dan
tugas-tugas

pendukung.

Analisis

ini

memberikan

kita

informsi

tentang kekuatan dan kelemahan organisasi. Tugas pemerintah


selanjutnya adalah, bagaimana memperbaiki kelemahan menjadi
kekuatan dan meningkatkan kekuatan yang ada menjadi lebih baik
untuk mampu menangani berbagai tugas dan kegiatan yang makin
berkembang. Pada hakekatnya semua pemerintah/negara dalam
proses pembangunan berlomba satu sama lain. Mereka berlomba
antar pemerintahan dalam satu Negara dan berlomba dengan
pemerintah dari negara lain (R.H.K.Vietor, 2007).
Perlombaan antar pemerintah dalam satu negara terjadi dalam
bentuk perlombaan untuk berbuat lebih baik daripada pemerintah
sebelumnya. Mana yang lebih baik tergantung pada rakyat negara
tersebut.

Karena

itu

terdapat

penilaian

umum

yang

bersifat

perbandingan antar kinerja dari sejumlah pimpinan pemerintahan


dalam satu periode yang panjang. Contoh dari keadaan ini dapat
dilihat

pada

pertanyaan-pertanyaan,

misalnya,

siapa

diantara

Gubernur DKI Jakarta yang paling baik pasca Orde Lama sampai
sekarang? Siapa diantara Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam yang

paling

berhasil

pasca

Peristiwa

DII

TII

di

Aceh?

Sementara

perlombaan antar negara biasanya dilakukan dalam perbandingan


percepatan pembangunan antar negara selama periode tertentu dan
keberhasilannya

meningkatkan

kesejahteraan

rakyatnya

atau

keberhasilan dalam menghadapi permasalahan yang hampir serupa,


seperti krisis moneter yang menimpa sebagian wilayah Asia.
Latar

belakang

permasalahan

yang

dihadapi

Mahathir

adalah

perbedaan posisi dan kekuatan ekonomi antara kelompok Melayu


sebagai bumi putera dengan kelompok minoritas China yang
menimbulkan kepekaan sosial sehingga berakibat pada timbulnya
konflik dalam negeri. Bertolak dari trauma yang dihadapi negaranya
ini, Mahathir menempuh strategi affirmatif dengan tujuan untuk
meningkatkan
menjadi

pembangunan

relative

kurang

ekonomi

timpang.

dikalangan

Penguasaan

bumi

asset

putera
ekonomi

kalangan bumi putera yang pada tahun 1969 hanya 1,5 %


diupayakan menjadi 30 % dalam waktu 20 tahun.
Dengan kekuatan ekonomi dalam negeri yang kuat itu, Mahathir
merasa mampu menghadapi krisis moneter yang terjadi pada tahun
1998. karena itu tidak mau menggantungkan diri pada tawaran IMF.
Sementara Suharto, pada tahun 1965 mewarisi krisis ekonomi yang
amat parah dari rezim Orde Lama. Inflasi mencapai puncaknya pada
tingkat 650 % pada tahun 1965. Sebagai akibat dari tindakan
Nasionalisasi terhadap modal asing yang dilakukan Sukarno, semua
modal asing lari dari Indonesia. Karena itu, strtategi yangr diambil

dalam menghadapi krisis tersebut adalah mengundang sebanyakbanyaknya modal asing dengan memberikan berbagai fasilitas dan
keistimewaan. Akibatnya, ekonomi Indonesia menjadi tergantung
pada utang dan modal asing. Dengan system ekonomi yang terbuka
keadaan ini menjadi sangat rentan terhadap perubahan ekonomi di
luar negeri. Ketika krisis moneter yang berkembang menjadi krisis
ekonomi, Indonesia berpaling pada nasehat IMF dengan harapan
dapat memperoleh bantuan hutang dan kepercayaan investor asing.
Suatu kebijakan yang sangat fatal dan menyebabkan ekonomi
Indonesia tidak mampu keluar dari krisis itu sampai bertahun-tahun
kemudian dan mengakibatkan tumbangnya kekuasaan Suharto.
Dilihat dari perspektif perlombaan itu, Indonesia keteteran karena
bergantung pada hutang dan bantuan asing, sementara Malaysia
tangguh dan mampu melaju dengan bertopang atas kekuatan
ekonomi dalam negeri yang telah dibina selama bertahun-tahun.

Perlombaan antar pemerintah sesungguhnya lebih merupakan upaya


untuk meningkatkan kesejahetraan rakyatnya dengan meningkatkan
pendapatan

dan

penurunan

tingkat

pengangguraan

serta

pengendalian inflasi. Karena itu, kekuatan ekonomi dalam negeri


merupakan salah satu prasyarat. Tanpa kekuatan ekonomi dalam
negeri tidak mungkin suatu negara dapat bertahan dalam persaingan
di luar negeri. Daya beli dalam negeri yang tinggi menjadi kekuatan
cadangan yang amat berharga dalam persaingan di luar negeri.

Dengan demikian, pemasaran dalam negeri menjadi andalan untuk


mengembalikan harga pokok, dan pasar luar negeri sekedar menjadi
tempat untuk memperoleh keuntungan. Daya beli dalam negeri yang
kuat memperkuat daya tahan terhadap fluktuasi harga dan krisis
harga dipasaran internasional. Lemahnya daya beli dalam negeri
mempertajam kepekaan terhadap fluktuasi dan krisis harga di luar
negeri. Keadaan yang terakhir ini merupakan kondisi yang selalu
dialami Indonesia selama masa yang panjang.Kebijakan ekonomi
yang

lebih

mengandalkan

pada

pasar

luar

negeri

cenderung

mengabaikan jika tidak disebutkan memperlemah daya beli dalam


negeri. Disilah letak sumber kelemahan dari berbagai kebijakan
pembangunan.

Pembangunan harus ditujukan pada peningkatan

kemampuan dalam negeri untuk berproduksi, menyerap tenaga kerja


dan membeli barang-barang yang dihasilkan sendiri. Karena itu
pembangunan ekonomi tidak terlepas dari upaya mempertebal
nasionalisme dan penghargaan terhadap hasil karya bangsa sendiri.
Dapat dipahami, bahwa dalam persaingan internasional, faktor image
pembeli merupakan faktor penting disamping mutu barang itu
sendiri. Dewasa ini sangat dirasakan, bahwa dikalangan masyarakat
Indonesia terdapat image negative terhadap barang-barang produksi
dalam negeri sendiri. Image ini tidak saja dapat mendorong
menurunnya

permintaan

dari

konsumen,

tetapi

juga

dapat

berkembang pada dorongan pemerintah untuk memilih alternatif


kebijakan yang lebih memberi fasilitas pada barang-barang import,
dengan alasan untuk melindungi konsumen, ketimbang memanjakan

produsen.

Bersahutan

dengan

itu

juga

terjadi

penurunan

kepercayaan diri pada produsen dalam negeri. Hal ini dapat dilihat
pada

produsen-produsen

sepatu

di

daerah

Cibaduyut,

Bandung.Meskipun mutu produksinya cukup baik, tetapi mereka tidak


berani tampil dengan merk sendiri, takut kalau itu dapat menurunkan
selera konsumen untuk membeli. Ini semua berkaitan dengan
nasionalisme Ketidakpercayaan diri ini sudah merupakan sebuah
masalah nasional dikalangan masyarakat Indonesia. Merasuk dalam
hampir semua sudut kehidupan. Bahkan juga di kalangan para
cendekiawan. Cendekiawan Indonesia lebih cenderung merujuk
sesuatu pendapat dengan menyandarkannya pada kutipan atau
pendapat orang-orang Barat, ketimbang merujuk pada pemikiran
bangsa sendiri, meskipun dalam bidang-bidang tertentu pemikiran
bangsa sendiri sesungguhnya lebih cemerlang dan orisinil. Karena
itu, mental kalah yang demikian perlu mendapat perhatian untuk
segera diperbaiki, terutama oleh kalangan para pendidik dan
penguasa.

E. Pengalaman Perubahan dan Pembangunan di Beberapa


Negara Asia Timur
Singapore
Singapore

pada

waktu

ini

adalah

sebuah

negara

maju

di

tengahtengah negara dunia ketiga. Proses kemajuannya luar biasa


cepat. Dalam waktu yang kurang dari lima puluh tahun, Singapore

melompat dari dunia ketiga ke dunia pertama. Dari pendapatan per


kapita US $ 427 tahun 1960 menjadi US $ 24, 793 tahun 2004.
Tumbuh dengan rata-rata 9,7 % per tahun selama masa itu. Suatu
kecepatan pertumbuhan yang tak tertandingkan. Semua itu dicapai
dengan pengendalian aktif oleh pemerintah (Vietor, 2007: 39).
Pembangunan dilakukan melalui perencanaan yang dikendalikan oleh
sebuah lembaga yang disebut Economic Development Board (EDB).
Diarahkan pada 5 kelompok bidang industri, yakni: industri petro
kimia,

elektronik,

logistik

dan

layanan

transportasi,

informasi,

komunikasi dan media serta biomedical sciences. Tujuannya antara


lain ditujukan untuk: (1) Menempatkan Singapore pada posisi
terdepan dengan melakukan loncatan yang lebih cepat dari negaranegara tetangga dan menjalin hubungan perdagangan dan menarik
modal asing disektor industri; dan (2) Menjadikan Singapore sebagai
oasis di tengah-tengah dunia ketiga.Untuk

itu, pertama-tama

dibangun sebuah industrial estate di Jurong dengan menyediakan


tarif murah, buruh murah dan lapangan industri yang indah. Kedua,
meningkatkan produktivitas yang tinggi, yakni peningkatan hasil
yang

tinggi

diatas

nilai

modal

dan

buruh.

Ketiga

menata

pemerintahan secara bisnis. Ini terlihat antara lain pada anggota


Kabinet yang terdiri dari mereka yang ahli dalam bidang bisnis dan
ekonomi, kebanyakan lulusan Universitas dari Amerika Serikat.
Pegawai negerinya sangat terpelajar, bermotivasi, pintar, dengan
kompensasi yang sangat baik. Tidak ada korupsi dalam birokrasi.
Pemerintahan dijalankan dengan sistem parlementer yang terdiri dari

80 orang anggota. Anggota Parlemen dipilih tiap 5 tahun, dengan


kewajiban memilih bagi seluruh warga negara. Parlemen dan
pemerintahan sepenuhnya dikuasai oleh Partai Aksi Rakyat (PAP =
People Action Party). Dana investasi diperoleh melalui tabungan
dalam negeri dan modal asing. Tabungan dalam negeri yang terdiri
dari tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat, terutama yang
berasal dari Tabungan Dana Pensiun (the Central Provident FundCPF)
yang amat besar. Dana tabungan ini terutama dipergunakan untuk
membangun

infrastrukture

dan

perumahan

untuk

masyarakat.

Kebijakan moneter dikendalikan oleh otoritas moneter, yakni Bank


Sentral yang mengendalikan regulasi perbankan, sekuritas, asuransi
dan nilai tukar mata uang. Nilai tukar mata uang didasarkan pada
sejumlah nilai mata uang (basket of currencies), meskipun secara
berangsur disandarkan pada nilai mata uang dollar Amerika Serikat,
dengan nilai S$3.o6 per US$ 1 pada tahun 1970 menjadi S$1.41 per
US $ tahun 1996.

Jepang
Jepang adalah negara Asia pertama muncul menjadi negara maju
yang modern. Kemajuannya telah mengilhami perjuangan banyak
bangsa-bangsa Asia, yang sekaligus juga menghapus anggapa umum
pada waktu yang lalu, bahwa hanya bangsa-bangsa barat saja yang
dapat mencapai tingkat pembangunan modern. Pada saat ini Jepang
telah menduduki urutan Negara nomor dua kaya dipermukaan bumi

ini setelah Amerika Serikat, dengan total GDP nya mencapai sekitar
14 % dari total GDP Dunia. Jika dilihat pada sumber alam yang
dimiliki, sulit dapat dibayangkan bagaimana Jepang yang tidak kaya
sumber alam dapat maju melampaui banyak negara-negara lain yang
sumber alamnya melimpah. Sehingga tidak heran kalau Edwin O.
Reishauer

berprediksi

bahwa

setelah

Amerika

meninggalkan

Jepangpada tahun 1950, Jepang tidak mungkin akan dapat bangun


kembali. Prediksi ini didasarkan pada kenyataan pada waktu itu,
sebagai akibat kehancuran setelah PDII Jepang hampir tidak memiliki
kemampuan apa-apa untuk hidup, kecuali tenaga kerja, batu bara
dan air. Pertanyaannya, bagaimana Jepang membangun kembali
negaranya dari keruntuhan itu menjadi negara maju? Salah satu
kekuatan yang paling tangguh yang dimiliki Jepang adalah budaya
yang melahirkan mental menang. Jepang boleh saja kalah tetapi
semangat yang dilandasi pada mental menang ini tidak pernah
padam. Kesadaran yang sudah tertanam sejak lama bahwa lawan
strategisnya adalah Amerika terbukti dalam PD-II. Karena itu dengan
segala kekuatan Jepang selalu bermaksud menandingi Amerika
Serikat. Kalau dahulu dalam medan perang dan ekonomi, pada waktu
ini

(sekurang-kurangnya

dalam

waktu

tertentu)

sepenuhnya

dipusatkan dalam bidang ekonomi.


Secara institusional, Jepang memiliki birokrasi pemerintahan yang
tangguh, sistem pendidikan dasar yang sangat baik dan hubungan
antara birokrasi pemerintah dan kalangan bisnis yang sangat rapi,
dimana birokrasi pemerintah menjadi pelaksana dan pengendali

kebijakan. Semua itu ditopang oleh semangat nasionalisme yang


tinggi yang bertujuan untuk kemakmuran tanah airnya. Birokrasi
pemerintahan

diwujudkan

dalam

sebuah

Kabinet

yang

beranggotakan dua belas orang Menteri yang didominasi oleh dua


kementerian yaitu Kementerian Keuangan (MOF) dan Kemeterian
Perdagangan Internasional dan Industri (MITI). MITI sebagai salah
satu kementerian yang dominan menetapkan kebijakan dibidang
industri dengan pengendalian import, devisa, modal asing dan anti
trust.Kementerian Kemeterian ini merekruit lulusan terbaik dari
Universitas Universitas terbaik di Jepang yang bekerja secara
permanen untuk masa seumur hidup dengan jaminan yang sangat
baik. Di samping itu, juga dimanfaatkan kalangan pensiunan tua
(senior) yang masih sehat yang disebut sebagai Amakudari yang
berarti orang-orang yang berasal dari langit. Mereka itu adalah
orang-orang yang sebelumnya terlibat sebagai pembuat kebijakan
dalam bidang yang bersangkutan (Lihat Vietor, 2007: 22-38). Strategi
pembangunan

diarahkan

pada

rekonstruksi,

yang

dimasudkan

sebagai pembangunan kembali infrastruktur dan industri dasar.


Sebagai modal untuk pembangunan didasarkan pada tabungan
dalam negeri yang dimobilisasi melalui tabungan pemerintah dan
tabungan swasta. Dalam bidang usaha terdapat dualisme. Disatu sisi
terdapat usaha besar yang dilaksanakan oleh industri berat, disi lain
terdapat usaha kecil yang menampung sekitar 70 % tenaga kerja,
yang terjalin secara baik diantara keduanya.
Korea Selatan.

Korea Selatan adalah sebuah negara yang sukses melakukan


pembangunan

dengan

bermula

melalui

jalan

perdagangan

interasional. Seperti Jepang dan Singapore, Korea Selatan juga


sebuah negara yang kurang sumber alamnya, berhasil melaju dari
sebuah negara miskin pada tahun 1950 menjadisalah satu negara
maju pada thun 1996. Antara tahun 1965 sampai tahun 1996 eksport
Korea Selatan tumbuh rata-rata 16 % per tahun. Dengan modal yang
terakumulasi melalui perdagangan internasional itu, Korea melakukan
investasi dalam sektor pendidikan. Akibatnya, produktivitas tenaga
kerja meningkat sekitar 11 % per tahun antara tahun 1960 sampai
tahun 1970. Dengan demikian, eksportnya berkembang dengan
cepat. Beralih dari pengeksport hasil produksi yang bersifat laborintensive ringan seperti tekstil dan kaos ke hasil industri modern
yang skill-intensive seperti
Elektronik,

mobil

dan

haasil

industri

teknologi

maju

lainnya.

Pendapatan per kapitanya meningkat dari US $ 100 pada tahun 1963


menjadi lebih dari US $ 10,000pada akhir tahun 1990-an. Suatu
loncatan cepat yang tidak lebih dari satu generasi. Intrupsi terhadap
pembangunan Korea Selatan terjadi ketika krisis moneter menimpa
sebagian negara-negara Asia. Pada tahun 1997, IMF menyerukan
kepada pemerintah Korea untuk menyelamatkan nilai mata uang Won
denganmeniadakan peranan pemerintah dalam bidang moneter dan
meniadakan

pengawasan

birokrasi

pemerintah

atas

kebijakn

keuangan. Akibatnya terjadi kekalutan ekonmi yang mengakibatkan


pertumbuhan yang negatif dari 6% menjadi -5% tahun 1998.

Pengangguran meningkat dari 3,5 % menjadi 9 %. Tetapi karena basis


ekonomi dalam negeri yang kuat, Korea dapat segera memulihkan
dirinya kembali dalam waktu yang singkat.

F. Kesimpulan
Setelah masa surut campur tangan pemerintah di Eropah dan
Amerika pada penghujung masa keemasan (masa 25 tahun sesudah
PD-II), peran pemerintah kembali berjaya. Institusi pemerintah
merupakan

kunci

keberhasilan

pembangunan

dibanyak

negara

berkembang. Institusi yang baik adalah institusi yang mampu


menampung aspirasi rakyat, kemudian memperosesnya menjadi
kebijakan, melaksanakan dan mengendalikan serta mengevaluasi
hasil akhirnya. Peran pemerintah dalam pembangunan sangat
penting, pertama dalam pengadaan dan pengaturan pemanfaatan
barang-barang publik dan proyek proyek

pionir. Kedua, sebagai

penjamin terselenggarakannya pembangunan sesuai dengan visi dan


visi bangsa. Ketiga, untuk menghindarkan terjadinya persaingan yang
tidak sehat antara perusahaan yang besar dengan perusahaan kecil
dan menengah.

Daftar Pustaka
James A. Caporaso dan david P. Levina, Theories Political Economiy,
Cambridge University Press.1988.

Chang, Ha-Joon. 2003. Globalisation, Economic Development and the


Role of The State. New York: Zet Books Ltd, TWN.
Dess, G. Gregory and A. Miller. 1993. Strategic Management. New
York: McGraw-Hill.
Gillis, Malcolm, et. al. 1983. Economics Development. New York: W.W.
Nprton & Coy.
Kaplan, Robert S. And D.P. Norton. 1996. Balanced Scoredcard,
translatingstrategy in action. Boston, Massachusetta: Harvard
Business School Press.
Kim, W.Chan and Renee Mauborgne. 2005. Blue Ocean Strategy, How
to Creat
Uncostested Market Space and Make the Competition Irrelevant.
Boston-Massachusetts.
Samoelson , Macro Of Economic, New York: McGraw-Hill.
Syamsul Hadi. 2005. Strategi Pembangunan, Mahatir & Soeharto.
Jakarta: Japan Foundation.
Industrial Society and Social Welfare (Russell Sage, 1958 hb; Free
Press Macmillan, 1965 enl. edn.pb)
Democratic Corporatism and Policy Linkages (Institute of
Governmental Studies, 1987) Intellectuals in Labor Unions (Free
Press, 1956)
Rich Democracies: Political Economy, Public Policy, and Performance
(University of California Press, 2002).

Anda mungkin juga menyukai