Anda di halaman 1dari 21

KESENIAN HUKUM

1) Kesenian Hukum adalah: suatu kajian tentang kehendak-kehendak di mana orang harus
bertindak atau tidak boleh bertindak dalam masyarakat. Kehendak untuk boleh bertindak atau
tidak boleh bertindak dijelmakan dalam pepatah-pepatah hukum, lambang-lambang hukum,
barang simbolis, seni rupa, seni miniatur yang mengabdi pada kepentingan.
2) Contoh contoh kesenian hukum: sadumuk batuk, sanyari bumi ditohi pati; ngundhuh
wohing pakarti; sapa nandur bakal ngunduh; lambang dewi keadilan;
1) Kesenian dalam Perundang-Undangan
a. Politik perundang-undangan: yaitu menetapkan tujuan dan isi peraturan perundangundangan;
b. Teknik perundang-undangan, yaitu cara merumuskan peraturan perundang-undangan
sedemikian rupa, sehingga maksud yang dikehendaki pembentuk undang-undang
dengan jelas ternyata di dalamnya.
Peraturan hukum harus memenuhi kebutuhan masyarakat, kepentingan masyarakat,
pandangan masyarakat:
1. Kepentingan ekonomi;
2. Pandangan agama;
3. Pandangan-pandangan kesusilaan;
4. Pandangan pandangan politik, sosial yang hidup dalam masyarakat.
Pembentuk undang-undang harus mempunyai:
1. Perasaan (perasaan hukum) dan kekuatan fantasi (membayangkan pelabagai peraturan
yang mungkin);
2. Menentukan kehendak (willekeuren), yaitu memilih salah satu dari padanya
menurut pandangannya adalah terbaik;
3. Kepekaan sosial, yaitu memahami kebutuhan hukum dan keadilan masyarakat
2) Kesenian Hukum di Peradilan
Van Apeldoorn:
1. Tugas hakim menurut pandangan abad ke 19;
2. Ajaran Hukum Bebas;
3. Tugas hakim menurut pandangan masa kini.
Penemuan Hukum

yang

1. Pengertian: proses pembentukan hukum oleh subjek atau pelaku penemuan hukum dalam
upaya menerapkan peraturan hukum umum terhadap peristiwanya berdasarkan kaedahkaedah atau metode-metode tertentu yang dapat dibenarkan dalam ilmu hukum;
2. Tujuan penemuan hukum: agar penerapan aturan hukum thd suatu peristiwa dapat dilakukan
secara tepat, relevan hukum hukum , sehingga hasil yang diperoleh juga dapat diterima dan
dipertanggungjawabkan dalam ilmu hokum
Sebab-sebab perlu ada penemuan hukum
1. Hakim tidak sekedar corong undang-undang saja.
2. Ada Perkembangan masyarakat, sehingga uu sudah tidak relevan lagi.
3. Hakim bertugas memutus agar tercapai rasa keadilan;
4. Untuk menghindari adanya rechts vacuum (kekosongan hukum) dan
(kekosongan undang-undang).

wet vacuum.

Dasar hukum penemuan hukum


1. UU No. 4 tahun 2004 Pasal 1, 2 (1); 5;14; 23 (1); 28.
2. Pasal 21 Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB).
(tugas mahasiswa: pelajari isi pasal Pasal 1, 2 (1); 5;14; 23 (1); 28. UU No.4 tahun 2004)
Sumber-sumber penemuan hokum (Bambang Sutiyoso, 2007:42)
1. Peraturan Perundang-undangan (hukum tertulis);
2. Hukum tidak tertulis;
3. Yurisprudensi;
4. Perjanjian internasional;
5. Doktrin;
6. Putusan desa;
7. Perilaku manusia secara nyata.
Subjek penemuan hokum
1. Hakim
Sifatnya Konfliktif.
Hasilnya hukum dan Sumber hukum
2. Pembuat UU
Sifatnya Preskriptif

Hasilnya: Hukum dan Sumber hukum


3. Peneliti hokum
Bersifat TEORITIS
Hasilnya Sumber hukum.
Aliran-aliran / model-model penemuan hokum
1. Aliran Legistis (Legisme)
Legisme timbul karena:
a. Timbul aliran ini sbg reakasi terhadap hukum kebiasaan;
b. Munculnya gerakan Kodifikasi;
c. UU satu-satunya sumber hukum;
d. La Baoche de la loi;
e. Hakim hanya sebagai subsumtie automat;
Tokohnya: Montesqueu, Robbespierre; J. Rousseau
2. Aliran Freirechtsschule;
a. Kodifikasi tidak mungkin lengkap, maka disamping uu ada sumber lain untuk
menemukan hukum;
b. Hukum hanya sebagai sarana, dan hakim boleh mengambil sumber lain;
c. Kodifikasi tidak mungkin lengkap;
d. Hakim sebagai pencipta hukum;
Tokoh: Kantorowicz
Aliran Hukum Bebas yang sosiologis (Soziologische rechtsschule)
a. Hakim untuk menemukan hukum harus mencari pada kebiasaan-kebiasaan dalam
masyarakat;
b. Uu tetap dihormati,
c. Hakim mempunyai kebebasan yang mendasarkan per UU an;
d. Putusan hakim melihat asas keadilan, kesadaran dan perasaan hukum yang hidup dalam
masyarakat.
e. Hakim tidak sekedar ilmu hukum dogmatik tetapi memperhatikan pengetahuan, ekonomi,
sosiologi dll.
f. Tokoh : Hamaker dan Hymans

Aliran Hukum Bebas yang rasional (rationale rechtsschule)


a. Hakim mempunyai kebebasan yang mendasarkan akal hasil pemikiran / logika atau nalar
hakim;
3. Aliran Rechtsvinding (sistem hukum terbuka)
1. Pendapat dari pada ajaran ini:
a. Hukum terbetuk dengan beberapa cara:

Karena proses wetgeving;

Karena hasil peradilan (rechspraak);

Karena kebiasaan masyarakat;

Karena ilmu (wetenschap).

2. Pandangan ajaran Rechsvinding:


Jelaskan titik pandang masing-masing dari segi fungsi hakim di dalam mengadili?
Menurut Saudara mana yang paling tepat, jika saudara menjadi Hakim?
Jika kita memotret peran hakim saat ini (dalam praktik) di Indonesia, masih cenderung
menggunakan titik pandang mana?
2. Pandangan ajaran Rechtsvinding
a. Berpegang pada uu, tetapi tidak seketat legisme dan tidak sebebas freirechtschule;
b. Tugas hakim menyelaraskan undang-undang dengan keadaan masyarakat yang nyata dan
bila perlu menambah uu disesuaikan dengan asas-asas keadaan masyarakat;
c. Kebebasan yang terikat dan terkait,
d. Keterikatan yang bebas tercermin dalam penafsiran hukum, pengisian kekosongan hukum
dengan konstruksi hukum;
e. Yurisprudensi mempunyai arti penting disamping uu, karena dalam yurisprudensi terdapat
makna penting konkret yang tidak terdapat pada uu.
f.kesimpulan: 1) mula-mula hakim berpegang pada uu; 2) apabila hakim tidak menemukan
hukumnya maka ia harus menciptakan hukum sendiri, dengan cara interpretasi, konstruksi
hkm.
Penemuan Hukum (B. Arief Sidharta, 1995)

1. Penemuan hukum oleh hakim, sehubungan dengan tugas hakim untuk menyelesaikan
masalah menyelesaikan konflik hukum;
2. Masalah hukum adalah masalah yang penyelesaiannya memerlukan penerapan hukum
positif.
3. Secara teknikal ada dua jenis metode penemuan hukum, yi. Interpretasi dan konstruksi
hukum.
Penemuan Hukum oleh Hakim
1. Penemuan hukum oleh hakim dengan cara : interpretasi Hkm dan Konstruksi hukum.
2. Mengapa perlu interpretasi:
a. dalam uu mempunyai 2 makna: makna yang secara tegas tercantum dalam bunyi
undang-undang itu (Litera Legis); makna
b. tersirat/tersembunyi yang merupakan maksud sesungguhnya dari pembuat uu yang
masih harus ditemukan (Sententia Legis).
Bentuk penemuan hokum
Penerapan Hukum :
apabila ketentuan uu sudah jelas maka tinggal menerapkan saja dengan sillogisme.
Penafsiran hukum:
Apabila ketentuan uu perlu dicari penjabarannya
Konstruksi hukum/argumentasi:
Apabila ada kekosongan hukum, atau tidak lengkap,
Calon soal
1. Jelaskan perbedaan metode penemuan hukum antara: silogisme, penafsiran hukum dan
konstruksi hukum?
2. Penemuan hukum dalam peradilan pidana cenderung menggunakan penafsiran apa?
Jelaskan alasannya?
Metode Penemuan Hukum
INTERPRETASI
Gramatikal;

Sistematis/logis;
Teleologis/sosiologi;
Komparatif;
Futuristik/ antisipatif ;
Restriktif;
Ektensif;
Otentik;
Historis;
Interdisipliner;
Multidisipliner
Perjanjian/kontrak
KONSTRUKSI/ARGUMENTASI

Argumentum per analogiam


Argumentum a contrario
Rechtsvervijning
Fiksi hukum

Interpretasi Hukum
1.Interpretasi Hukum Dilakukan Apabila:
a. Ada peraturan tetapi tidak jelas untuk diterapkan pada kasus konkret.
b. Hakim perlu mendapat kepastian.

2. Interpretasi ada dua sifat:


a. Penafsiran harafiah;
b. Penafsiran fungsional.
Metode Interpretasi
1. Sillogisme: penerapan suatu teks perundang-undangan terhadap kasus in concreto dengan
cara mengambil kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum (premis mayor) dengan halhal yang bersifat khusus (premis minor).
Contoh
Premis mayor: Semua orang akan mati
Premis minor: Suto adalah orang
Konklusi

: Suto akan mati

2. Gramatikal
Menafsirkan kata-kata atau istilah dalam perundang-undangan sesuai dengan kaidah bahasa
(hukum tata bahasa)
Contoh: kata mayat= mayat tanpa tanganpun dianggap mayat, tidak harus utuh,
Kata menggelapkan = menghilangkan;

meninggalkan = menelantarkan

3. Sistematis
Menafsirkan peraturan perundang-undangan dengan menghubungkannya dengan peraturan
/ uu lain atau dengan keseluruhan sistem hukum.
Contoh: arti belum dewasa, harus mencari dalam hukum perdata.
3. Historis
Menafsirkan undang-undang dengan melihat sejarah pembuatan undang-undang .
Contoh: ketentuan Indonesia Asli, ditafsirkan menurut pemikiran yang muncul dalam
sidang BPUPKI/ PPKI tahun 1945.
4. Otentik
penafsiran menurut batasan yang dicantumkan dalam perundang-undangan itu sendiri.
Biasanya dalam ketentuan umum atau penjelasan.

Contoh: kata penyidik, kata anak, kata malam hari.


4. Teleologis (Sosiologis)
Penafsiran berdasarkan tujuan Kemasyarakatan secara aktual(nyata).
Contoh: Pasal 534 KUHP adanya larangan mempertunjukkan alat kontrasepsi.
6. komparatif
Penafsiran dengan cara memperbandingkan peraturan pada suatu sistem hukum lain.
7. Futuristik: penafsiran berdasar RUU, karena UU lama perlu diaktualkan pengertiannya.
8. Restriktif
Penafsiran dengan membatasi cakupan suatu ketentuan.
Contoh:

kata tetangga dibatasi tetangga sebagai pemilik rumah

kata dilarang menggunakan secara melawan hukum kendaraan bermotor milik orang lain, yang
sedang diparkir, terbatas jika dengan cara ugal-ugalan
9. Ektensif
Penafsiran dengan memperluas cakupan suatu ketentuan. Contoh: kata tetangga diperluas juga
mereka yang menyewa, yang tinggal dibelah rumah.
Mengikuti secara mengganggu kendaraan orang lain, tidak dibatasi dari belakang, bisa dari
samping dan dari depan.
10.Interdisipliner
Penafsiran atas dasar dengan berbagai sudut pandang.
Contoh : istilah korupsi dilihat dari berbagai sudut pandang hukum pidana, perdata, administrasi
negara.
11. Multi disipliner
Penafsiran dengan melihat disiplin-disiplin ilmu lain, selain ilmu hukum. Ilmu kedokteran, ilmu
ekonomi, psikologi;
Contoh: cyber crime, terorism , dll.
12. Perjanjian / Kontrak

Penentuan makna yang harus ditetapkan dari pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh para
pihak dalam kontrak dan akibat-akibat hukum yang timbul karenanya. Jika kontrak harus
ditafsirkan sesuai dengan itikad baik, maka setiap isi kontrak harus ditafsirkan secara fair dan
patut. Penafsirfan ini memberi kesempatan para pihak kepada kehendak para pihak atau keadaan
khusus yang relevan untuk menentukan makna yang mereka maksud.
Metode Argumentasi/ Konstruksi
1. Argumentum per analogiam (Analogi);
2. Argumentum a contrario (A contrario);
3. Rechtvervijning (penyempitan hukum);
4. Fiksi Hukum.
Metode
Analogi

Konstruksi:

a. Mengabtraksikan prinsip suatu ketentuan untuk kemudian prinsip itu diterapkan dengan
seolah-olah memperluas keberlakuannya pada suatu peristiwa konkret yang belum ada
pengaturannya
b. Contoh:
Pasal 1576 KUHPerdata yang mengatur bahwa jual beli tidak memutuskan hubungan
sewa menyewa. Hal ini dianalogkan hibah/ wasiat, sehingga Pasal 1576 KUHPerdata berlaku
bagi hibah, wasiat. Contoh: kantor telepon = kantor telegraf; kapal laut= kapal udara; pasangan
suami istri=pasangan kumpul kebo;
Pendapat
dalam hukum pidana:

tentang

analogi

1. Yang tidak setuju (menolak) analogi dalam hk pidana: van Bemmelen, van Hatum,
Moeljatno, Remmelink;
2. Yang tidak secara tegas menolak atau menerima analogi dalam hk. Pidana: Hazewinkel
Suringa, dan Vos
3. Yang menerima analogi dalam hukum pidana: Rolling, Pompe, Jonkers.
(Eddy O.S. Hiariej, 2009:73-77).
Metode argumentum a contrario

a. Mengabstraksikan prinsip suatu ketentuan untuk kemudian prinsip itu diterapkan secara
berlawanan arti atau tujuannya pada suatu peristiwa konkret yang belum ada
pengaturannya.
b. Contoh: menurut PP No. 9 /1975, seorang janda harus melewati masa iddah minimal 100
hari sebelum dapat menikah kembali. Ketentuan ini tidak berlaku bagi duda, duda tidak
berlaku masa iddah.
Metode
Rechtvervijning

penemuan

hukum:

a. Mengabstraksikan prinsip suatu ketentuan untu kemudian prinsip itu diterapkan dengan
seolah-olah mempersempit keberlakuannya pada suatu peristiwa konkret yang belum ada
pengaturannya.
b. Contoh: pasal 1365 KUHPerdata mengatur bahwa seseorang wajib memberi ganti
kerugian kepada korban atas kesalahannya. Namun jika korban ikut bersalah, maka
korban berhak mendapat ganti rugi tetapi tidak penuh.
c. Contoh: seorang janda yang belum pernah hubungan seksual dengan dudanya; atau tidak
mungkin hamil krn masih anak2 maka tidak berlaku ketentuan 300 hari untuk dapat
menikah lagi.
Fiksi Hukum
a. Fiksi hukum adalah sesuatu yang khayal yang digunakan di dalam ilmu hukum dalam
bentuk kata-kata, istilah-istilah yang berdiri sendiri atau dalam bentuk kalimat yang
bermaksud untuk memberikan suatu pengertian hukum;
b. Contoh: Anak yang berada dalam kandungan, dianggap telah dilahirkan jika kepentingan
si anak menghendakinya, tetapi jika anak kemudian mati sewaktu dilahirkan maka anak
itu dianggap tidak pernah ada.
Aliran / Mazhab Hukum
Aliran/mazhab hukum membahas tentang penggolongan-penggolongan dalam cara melihat apa
itu hukum, dilihat dari sumber-sumbernya.
Jenis-jenis aliran/mazhab hukum:(Lili Rasjidi,2001: 46-47)
1. Aliran hukum alam / Kodrat;
2. Aliran Hukum Positif/Positivisme Hukum;
3. Aliran Utilitarianisme;

4. Mazhab Sejarah;
5. Sociological Jurisprudence
6. Pragmatic legal Realism.
1. Aliran Hukum alam/Kodrat
2. Hukum menurut aliran hukum kodrat bahwa hukum itu berlaku universal dan abadi.
3. Menurut sumbernya hukum alam dibagi 2:
1) hukum alam yang bersumber dari Tuhan (Irrasional);
2) hukum alam bersumber dari rasio manusia.
1) Hukum Alam dari Tuhan
a. Tokohnya: Thomas Aquinas;
b. Ada 4 Golongan Hukum dari Tuhan:
1) Lex Aeterna:
yaitu merupakan rasio tuhan sendiri yang mengatur segala hal dan merupakan sumber
dari segala hukum. Rasio ini tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia.
2) Lex Divina:
Yaitu bagian dari rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh manusia berdasarkan waktu yang
diterimanya.
3) Lex Naturalis:
Yaitu merupakan hukum alam, yaitu yang merupakan penjelmaan dari lex aeterna di dalam
rasio manusia.
4) Lex Positivis :
Yaitu hukum positif yang berlaku merupakan pelaksanaan dari hukum alam oleh manusia
berhubung dengan syarat khusus yang diperlukan oleh keadaan dunia.
Hukum positif ini terdiri hukum positif yang dibuat oleh Tuhan seperti dalam Kitab-kitab
suci. Dan hukum positif yang buatan manusia
c. Asas Hukum Alam: terdiri:

1) Principia Prima yaitu asas-asas yang dimiliki oleh manusia sejak lahir dan tidak bisa
diasingkan darinya.Misalnya 10 perintah tuhan.
2) Principia sekundaria, merupakan
bisa berubah menurut tempat dan waktu sesuai dengan penafsiran rasio manusia. Principia
sekundaria merupakan asas yang belum mengikat, untuk bisa mengikat bila dalam bentuk
UU.
Menurut T. Aquinas, manusia yang bersusila diatur dalam hidupnya oleh ketentuan yang
akal dapat membedakan adil dan tidak adil, buruk dan jahat jujur tidak jujur. Hukum
merupakan kehendak Tuhan dan akal manusia.
2) Hukum Alam Rasional
a. Tokoh: Hugo de Groot ( Grotius), yang menyatakan: Hukum alam rasional bahwa hukum
merupakan pencetusan dari pikiran manusia, apakah sesuatu itu buruk atau dipandang baik
atas dasar kesusilaan alam.
c. Tokoh: Immanuel Kant yang menyatakan bahwa hukum bersumber pada Kategorishe
Imperativ, yaitu sifat hukum alam rasionalistis dan idealistis
d. Dalam zaman modern hukum alam sebagai asas-asas Hukum Umum, yang memiliki daya
berlaku yang tidak dibatasi oleh waktu dan tempat.
2.
Aliran
Positivisme Hukum

Hukum

Positif/

a. Tokoh : H.L.A. Hart


Ciri-ciri positivisme hukum:
1) Hukum adalah perintah dari manusia;
2) Tidak ada hubungan mutlak/penting antara hukum dan moral;
3) Sistem hukum adalah sistem logis yang terttutup atas dasar logika berdasar peraturanperaturan yang telah ditentukan sebelumnya, tanpa melihat tujuan sosial, moral, politik.
Positivisme Hukum yang analitis dari John Austin
a. Hukum merupakakan perintah dari penguasa;
b. Hukum dipisahkan dari keadilan dan tidak atas dasar nilai yang baik dan buruk;
c. Keadilan terwujud dalam perintah yang berdaulat yaitu negara;

d. Hukum berunsur: perintah, sanksi, kewajiban dan kedaulatan;


e. Ajaran Austin tidak memberi tempat bagi hukum yang hidup dalam masyarakat.
f. f. Dalam sistem positivisme John Austin, tidak ada hubungan antara apa yang baik atau
denganapa yang buruk. Hukum hanya sebagai wadah yang sebagai pedoman.
g. g. Hukum positif mempunyai 4 unsur:
1) command;
2) sanction;
3) duty;
4) sovereignty .
Positivisme hukum dalam Ajaran Hukum Murni dari Hans Kelsen
a. Ada dua teori dari Hans Kelsen:
1) ajaran tentang hukum yang bersifat murni;
2) tentang teori Stufenbau des Recht (hirarkis dari per-uu-an).
b. Inti ajaran hukum murni: Hukum itu harus dibersihkan dari anasir-anasir yang tidak
juridis seperti etis, sosiologis, politis dan sebagainya.
c. Hukum sebagai sollenskatagori bukan seinskatagori. (yaitu apa yang seharusnya bukan
apa yang senyatanya).
Garis-garis
dasar
(Sutiksno, 2004:62)

ajaran

hukum

murni

(Reine

Rechtslehre)-

1. Tujuan teori hukum untuk mengatur sec. sistematis dan menyederhanakan sebagai suatu
kesatuan;
2. Teori hukum adalah pengetahuan hukum yang berlaku.
3. Teori hukum sebagai ilmu normatif;
4. Teori hukum tidak memperhatikan tentang hasilnya norma-norma hukum;
Teori Stufenbau
a. Ajaran stufenbau theorie berpendapat bahwa suatu sistem hukum adalah suatu hirarkhis
dari hukum dimana suatu ketentuan hukum tertentu bersumber pada ketentuan yang
lebih tinggi.

b. Sebagai ketentuan yang lebih tinggi adalah Grundnorm / norma dasar


4. Utilitarianisme
a.Tokoh : Jeremy Bentham
b.Baik dan buruknya hukum atau suatu peraturan diukur dengan apakah peraturan itu
mendatangkan kebahagiaan atau tidak.
c. Hukum yang banyak memberikan kebahagian manusia adalah sebagai uu yang baik
Teori Hukum Utilitarian
a. Pelopor : Jeremy Bentham, John Stuart Mill, Rudolf von Jhering.
b. Prinsip Utilitarian manusia akan melakukan tindakan untuk mendapatkan kebahagiaan
yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan.
c. Ajaran Baentham: (penganut Utilitarian individual), bahwa baik buruknya perundangundangan ditentukan oleh ukuran apakah uu itu mendatangkan kebahagiaan atau tidak.
Jadi UU yang baik yaitu yang banyak memberikan kebahagiaan pada bagian terbesar
masyarakat.
Tujuan hukum adalah kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi sebagian besar atau bagi
seluruh rakyat dan evaluasi hukum dilakukan berdasarkan akibat-akibat yang dihasilkan
dari proses penerapan hukum. berdasarkan orientasi ini maka isi hukum adalah ketentuan
tentang pengaturan penciptaan kesejahteraan negara.
e. Rudolf von Jhering (social utilitarian), studinya bahwa kebijakan hukum itu tidak
terletak ada permainan teknik-teknik penghalusan dan penyempurnaan konsep-konsep,
melainkan kepada penggunaan-penggunaan konsep itu untuk melayani tujuan-tujuan
yang praktis ( Satjipto Rahardjo)
f. Menurut Jhering hukum itu dibuat dengan sengaja oleh manusia untuk mencapai hasilhasil tertentu yang diinginkan. Hukum dibuat terutama dengan penuh kesadaran oleh
negara dan untuk ditujukan kepada tujuan tertentu.
g. John Stuart Mill, suatu tindakan hendaklah ditujukan kepada pencapaian kehabagiaan,
sebaliknya suatu tindakan adala salah bila menghasilkan kebalikan dari kebahagiaan.
h. Keadilan menurut JS Mill bersumber pada naluri manusia untuk menolak dan membalas
kerusakan yang diderita, baik oleh diri sendiri maupun siapa saja yang mendapat simpati
dari kita.
5. Mazhab Sejarah
a. Tokoh: Friedrich Carl von Savigny.

b. Pendapatnya: Hukum tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.
c. Tiap-tiap bangsa mempunyai volkgiest (jiwa rakyat), dan jiwa ini berbeda-beda menurut
tempat dan waktu.
d. Maka hukum sangat tergantung pada jiwa rakyat, maka ajaran ini sangat menempatan
(kedudukan) hukum kebiasaan sama dengan undang-undang yang tertulis.
e. Tokoh teori hukum sejarah : Freidrich Karl von Savigny.
f. Pemikiran teori hukum sejarah, merupakan reaksi kerasnya terhadap UU perancis dan
tata peemrintahan Perancis yang hendak dipaksakan di Jerman Barat Daya.
g. Savigny tidak menerima kebenaran anggapan tentang berlakunya hukum positif yang
sekali diberlakukan sepanjang waktu dan tempat.
d. Menurut Savigny ada dua macam hukum:
hukum yang wajar, yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yaitu hukum
kebiasaan hukum adat;
hukum sarjana yang bersifat teknis.
e.Hukum asli adalah hukum kebiasaan yang hidup dalam masyarakat,yang harus
diselidiki dan diperbaharui secara berangsur-angsur, bukan menciptakan hukum dari
pikiran sendiri untuk diberlakukan secara umum, tetapi hukum yang berkembang di
masyarakat itu yang harus dipelajari perkembangannya dan dipelajari daya lakunya.
f. Kekuatan membentuk hukum terletak pada rakyat, yang terdiri dari kompleksitas
individu dan perkumpulan-perkumpulan. Hukum merupakan bagian dari rohani mereka,
yang juga mempengaruhi perilaku mereka.
g. Pembentuk undang-undang harus mendapatkan bahannya dari rakyat dan perasaan
keadilan masyarakat.
5. Sociological jurisprudence
a. tokoh: Roscou Pound, Eugen Ehrlich, Benyamin Cardozo.
b. Pemikiran SJ: Hukum yang baik adalah hukum sesuai dengan hukum yang hidup di
dalam masyarakat.
c. Hukum adalah pengalaman yang diatur dan dikembangkan oleh akal yang diumumkan
dengan wibawa oleh badan-badan pembuat uu dan dibantu oleh kekuasaan masyarakat
itu.
d. Merupakan perpaduan antara positivisme dengan mazhab sejarah.
Teori Hukum Sosiologis
a. Yang termasuk teori sosiologis asal American Sosiological Jurisprudence, yang isinya
memberi perhatian yang sama kuatnya terhadap masyarakat dan hukum sebagai dua
unsur utama hukum dalam penciptaan dan pemberlakuan hukum.
b. Dasar prinsip pandangan aliran ini: Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai
dengan hukum yang hidup (living law) dalam masyarakat , perlu ada kompromi antara
hukum tertulis (untuk kepastian hukum) dengan living law sebagai wujud penghargaan
terhadap pentingnya peranan masyarakat.
c. Sociological jurisprudence melihat peranan hukum tertulis, dengan sisi lain melihat
praktik nyata penerapan hukum tertulis itu dengan posisi sama kuatnya.

d. Roscou Pound menyatakan tugas utama hukum adalah Rekayasa Sosial (Social
Enginerring). Fungsi utama hukum untuk melindungi kepentingan umum, kepentingan
sosial dan kepentingan pribadi.
e. Eugen Ehrlich menyatakan hukum yang baik keseimbangan antara kekuasaan formal
dengan kekuasaan non formal ( hukum formal dengan living law).
f. Cardozo menyatakan hukum sebagai kaidah yang perkembangannya sangat tergantung
kepada komponen-komponen di luar (logika, sejarah, adat) yang merupakan kekuatan
berpengaruh besar terhadap perkembangan hukum.
Dengan demikian Sosiological Jurisprudence menekankan pada masalah :
masalah evaluasi hukum (kualifikasi hukum baik) yaitu keseimbangan formal dan non
formal
kedudukan hukum tertulis dan tidak tertulis seimbang;
fungsi hukum sebagai sarana rekayasa sosial.
Dengan demikian Sosiological Jurisprudence menekankan pada masalah :
masalah evaluasi hukum (kualifikasi hukum baik) yaitu keseimbangan formal dan non
formal
kedudukan hukum tertulis dan tidak tertulis seimbang;
fungsi hukum sebagai sarana rekayasa sosial.
Karakteristik kepribadian Sociological jurisprudence, sebagaimana dikemukakan oleh
Muladi sebagai berikut: ( Muladi , 2006:219)
tradisi kepribadian ilmu hukum sebagai
jurisprudence atau rechtslehre tidak
ditinggalkan, tetapi dengan meninggalkan komitmen semata-mata sebagai ajaran hukum
murni.
Tata hukum tidak lagi berwatak positif yang sempit, tertutup tetapi sebagai sistem yang
terbuka, yang ramah terhadap lingkungan sosial;
Socio-legal judgement mempengaruhi mulai dari pendidikan hukum, pembuatan
hukaum, penegakan hukum (aspek sociological jurisprudence dalam penegakan hukum),
dan kesadaran hukum;
Premis-premis hukum harus merupakan hasil amatan yang cermat dan terukur (ipso
facto);
Kritis terhadap masalah masalah keadilan dan demokrasi serta kontemporer;
Hukum harus dilihat sebagai hukum yang ada dan berfungsi dalam masyarakat.
Hukum harus dikembangkan sebagai alat untuk membela hak-hak sipil masyarakat secara
luas (litigasi dan non-litigasi);
Pengembangan studi hukum yang non doktrinal di samping yang bersifat doktrinal.
6. Pragmatic Legal RealismTokoh:
a. John Chipman, Oliver Wendell Holmes, Karl Lewellyn.
b. Titik tolak pandangan PLR: hukum bukan yang tercantum secara abstrak dalam UU,
tetapi apa yang secara nyata didasarkan pada pengalaman dan tujuan-tujuan sosial yang
nyata sesuai dengan tiap-tiap kasus yang bersangkutan.

c. PLR menghindari sifat hukum yang tertutup,menghindari sesuatu yang abstrak, dan lebih
menekankan pada tujuan yang nyata yang dikehendaki para pihak, dari pada tujuan
muluk-muluk dalam hukum.
Teori Hukum Realis
a. Timbul pada akhir abad 19 dan awal abad 20, atas pengaruh filsafat pragmatis, yaitu
filsafat yang menekankan orientasi perhatian terhadap kenyataan, maka disebut teori
Hukum Realis Pragmatis ( Pragmatic Legal Realism).
b. Teori hukum realis menyatakan tentang pemikiran yang memberatkan perhatian terhadap
penerapan hukum dalam kehidupan bermasyarakat (bangsa), yang terpenting adalah
bagaimana hukum itu diterapkan dalam kenyataan, dan mereka berkata bahwa hukum
yang sebenarnya adalah hukum yang dijalankan itu.
c. Hukum bukan yang ditulis indah-indah dalam UU, melainkan apa yang dilakukan oleh
penegak hukum yang melaksanakan fungsi pelaksanaan hukum.
Tokohnya: Oliver Wendell Holmes ( 1841-1935), menyatakan :
nasib pelaku kejahatan bukan tergantung pada rumusan sanksi dalam UU, melainkan
tergantung pada pertanyaan-pertanyaan dan keputusan hakim;
ahli hukum harus menghadapi gejala kehidupan sebagai suatu kenyataan realistis.
Kehidupan hukum tidak pernah menurut logika melainkan merupakan pengalaman.
Tokoh lain : John Chipman Gray, dengan pandangan:
hukum bukanlah dalam kitab uu, melainkan apa yang ternyata berlaku dalam praktek
berdasarkan penelitian, terdapat pengaruh politik, ekonomi, dan kualitas individu hakim
yang memutus perkara.
Tokoh lain : John Dewey yang menyatakan bahwa logika hukum bukan unsur tunggal
dalam penciptaan hukum, melainkan sekedar penunjuk arah belaka. Jerome Frank yang
menyatakan bahwa ada alasan psikologis yang mempengaruhi setiap perkara sendirisendiri.
e. Kesimpulan pendapat teori hukum Realis:
esensi praktik hukum sebagai esensi senyatanya hukum;
uu bukanlah keharusan yang serta merta mampu mewujudkan tujuan hukum, melainkan
mendapat pengaruh besar dari luar UU;
penegak hukum dan masyarakat, merupakan komponen-komponen kehidupan yang
memiliki kemampuan untuk menyimpanginya.
1. Bidang-bidang studi hukumSosiologi hukum
2. Antropologi hukum
3. Perbandingan hukum
4. Sejarah hukum
5. Psikologi hukum
6. Politik hukum
7. Filsafat hukum
1. Sosiologi Hukum
2. definisi: ilmu yang secara empiris dan teoritis mempelajari / menjelaskan pengaruh
proses sosial dan perilaku orang terhadap pembentukan, penerapan, yurisprudensi,

dan dampak kemasyarakatan kepada aturan hukum, dan sebaliknya pengaruh hukum
terhadap proses kemasyarakatan dan perilaku orang.
3. Studi pengaruh sosial kepada hukum disebut studi sosiologi hukum, studi pengaruh
hukum terhadap masyarakat disebut studi hukum- dan masyarakat.
4. Hukum sebagai variable terpengaruh dan variable pengaruh.
5. Sosiologi hukum -- hukum sbg variabel terpengaruh
6. Hukum & masy. -- hukum sbg variable pengaruh.
2. Tujuan Sos-Huk. : memberikan penjelasan terhadap praktek hukum dengan
menjelaskan mengapa praktek hukum demikian, apa sebabnya, faktor-faktornya, apa
latar belakangnya dsb.
a. .- Sos-Huk. Selalu menguji menguji kesahihan empiris aturan atau pernyataan
hukum.
b. - Sos-huk. Tidak melakukan penilaian thd hukum, hanya memberikan penjelasan adanya
dalam kenyataan.
3. Kegunaan Sos-Huk. :
- Memberikan kemampuan bagi pemahaman terhadap hukum di dalam konteks sosial;
- Penguasaan konsep SH.dapat memberikan kemampuan masy. Untuk mengadakan analisis
terhadap efektivitas hukum dlm masy. Hk. Sbg sarana pengendalian sosial dan sarana
merubah masy. Mencapai tujuan sosial tertentu (social enginerring)
- Kemampuan mengadakan evaluasi efektivitas hk. Di masy.
4. Sos.Huk. Makro dan Mikro
- Sosiologi hukum makro yaitu: yang mempelajari /melihat hubungan hukum sebagai
sistem dengan bidang-bidang di luar hukum (ekonomi, politk, budaya)
- Sosiologi hukum mikro, yaitu: yang mempelajari/ membahas bekerjanya hukum di
lingkungan terbatas: pengadilan, kepolisian, legislatif dll.
5. Tokoh2 Sosiologi Hukum dan pendapatnya
6. 1. Emile Durkheim (Eropa): dia mempertanyakan mengapa ada keteraturan dalam
masyarakat ? Yaitu karena ketertiban sosial (social order), dan ada solidaritas sosial.
Hukum itu sebagai salah satu social order. Hukum sebagai simbul ketertiban sosial.
ada 2 Masyarakat, yaitu masy.dengan solidaritas mekanik (masy. sederhana) dan masy.
Solidaritas organik (masy. kompleks). Hukum di masy mekanik bersifat represif, dan
masy.organik hukum bersifat restitutif.
2. Max Weber (eropa): dengan mempertanyakan hal apa yang menjadi penyebab
terjadinya masy. Mengapa masy menjadi terikat satu kesatuan? Karena ada hubungan
ekonomi umumnya, dan kapitalisme khususnya.
Weber juga berpendapat hukum identik dengan eksistensi birokrasi, birokrasi sebagai
landasan untuk melaksanakan administrasi hukum.
3. Von Jehring. Doktrinnya hukum sebagai sosial utilitarianism (kemanfaatan sosial).
Kepentingan masyarakat diutamakan drpad kepentingan individu. Hukum menurut
Jehring adalah seperangkat kondisi-kondisi sosial, yang ditegakkan oleh kekuasaan
negara melalui upaya paksaan dari luar (external compulsion). Jadi Jehring menitik
beratkan hakikat hukum pada jenis paksaan.

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.
4.

- Hukum menekankan unsur paksaan dan untuk mempertahankan the fundamental of


sosial life. Hukum timbul karena ada tujuan tertentu di dalam hidup bersama dan untuk
melindungi kepentingan masyarakat. Hukum mengatur keseimbangan dalam tujuan
individu dalam masyarakat.
2. Antropologi hokum
definisi: adalah cabang antropologi budaya, yg memusatkan perhatian hukum sebagai
aspek kebudayaan dg. Mempelajari nilai-nilai, aturan-aturan dab isnstitusi-institusi
hukum pada masyarakat yang masih sederhana.
Hukum tidak pernah dilihat/ dicerna sbg. Hukum negaa (state law), hukum bermakna
plural, yaitu hukum sebagaimana tercermin dari persepsi yg hidup di masyarakat.
Pengkaji antrologi hukum banyak dilakukan ahli hk. Adat.
3. Guna antropologi hukum: menyumbang dalam pembentukan hukum yang akan
menyusun uu bermaterikan yg menjangkau ranah nonnetral. Karya penelitian antro-hk.
Membantu pembentukan hk. Menyelami kebutuhan masyarakat dari perspektif
kedaerahan. Membantu penalaran hakim yg sedang menangani perkara adat.
Pola penalaran antro.hk. Memaknai hukum sbg manifestasi makna simbolik para pelaku
sosial sebagaimana tampak dlm interaksi antara mereka. (law as it is in human actions)
3.Psikologi Hukum
a. definisi: psikologi adalah yang mempelajari proses perilaku dan mental. Psikologi
hukum ilmu yg menjelaskan untuk memahami hukum positif dari sudut pandangan
psikologi para pelakunya. Orang yang sehat bernalar untuk sadar mematuhi
patokan/hukum negara. Orang yang sehat yang dapat dipertanggung jawabkan secara
hukum.
b. Psikologi hukum mempelajari perilaku penegak hukum maupun perilaku pelaku
ataupun korban
c. Perilaku penegak hukum tentunya perilaku yang bernalar jiwa yang sehat, untuk
membuat putusan yang adil (Ego, super ego). Perilaku para pelaku/ pelanggar hukum
karena kurangnya kesadaran hukum dan perasaan hukum. Sebab-sebab orang berbuat
karena pengaruh kejiwaan (anak2, dewasa). Perlilaku korban hukum yaitu sering terjadi
kejahatan justru karena disebabkan perilaku / ulah korban sendiri, atau kondisi kejiwaan
korban.
4. Sejarah Hukum
Definisi: mempelajari sistem dan gejala hukum dari masa lampau dengan memaparkan
dan menjelaskan perkembangan untuk memperoleh pemahaman tentang apa yang berlaku
sebagai hukum di masa lampau.
Guna sejarah hukum: penting untuk pemahaman yang lebih baik tentang hukum yg
berlaku pada masa kini dan akan dibutuhkan masa datang. Kesalahan masa lampau dapat
dicegah.
3. Hukum sbg jiwa suatu bangsa dan suatu waktu, yang terus berkembang sampai kini.
Masa lampu, kini dan akan datang sebagai saling berhubungan.
4. Studi Sejarah hukum dengan pendekatan interdisipliner: sosiologis, antropologis,
positivistis.ataupun perbandingan.

5. Perbandingan Hukum
1.definisi: ilmu yang mempelajari dua atau lebih sistem hukum positif pada negaranegara atau lingkungan-lingkungan hukum yang berlaku.
2. perbandingan= memaparkan persamaan dan perbedaan serta menjelaskan faktor-faktor
penyebab dan kemungkinan arah perkembangannya.
3. Perbandingan hukum bisa perbandingan makro (sistem hukum) ataupun mikro
(bidang-bidang hukum).
4. Guna perbandingan hukum: dalam rangka perhubungan dengan negara lain, arus global yang
tidak bisa menghindar berhubungan dengan hukum negara lain.
5. Bahasan Perbandingan Hukum: mencari persamaan/perbedaan; faktor2 persamaan dan
perbedaan; penilaian thd sistem lain; kemungkinan akan saling memperkaya dengan sistem lain.
Kemungkinan dapat diambil sistem lain (adaptasi).
6. Politik Hukum
1. Definisi: hukum diarahkan pada suatu alat mencapai tujuan masyarakat.
2. Studi politik hukum adalah:
- tujuan apa yang hendak dicapai dengan hukum;
- cara-cara yang paling baik untuk dipakai mencapai tujuan;
-kapan waktu hukum diubah;
-bagaimana dirumuskan suatu pola yang bisa mencapai tujuan;
- model pembaharuan hukum (total atau bagian demi bagian).
3. Studi politik hukum membutuhkan penguasaan di bidang hukum lain dan menguasai teknik
perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai