Di Susun Oleh :
Nadia Ayu Pratiwi
E1A114072
Suci Linggawati
E1A114074
Febriansyah
E1A114076
E1A114078
E1A114080
E1A114082
E1A114084
E1A114086
Tiara Nadhira
E1A114088
Agus Wahyu
E1A114090
KELAS E
IB
T
P
E
A
B
N
U
N
T
B
JS
R
S
D
A
T
U
S
R
A
E
T
H
A
E
U
N
N
B
M
U
J
L
A
E
D
H
G
N
A
U
O
A
T
N
I
N
P
(
S
O
R
T
E
P
U
IK
B
O
N
T
B
Y
K
S
)
IE
A
N
K
P
G
D
H
U
A
M
A
K
L
U
A
R
K
M
A
IS
P
IN
B
T
A
G
E
S
R
A
N
M
A
R
A
S
P
IP
B
O
B
B
N
A
L
BAB I
PENDAHULUAN
A. Batasan Hukum Organisasi Internasional (PBB)
Hukum PBB ini utamanya didasarkan instrumen pokoknya (constituent
instrument) yang disebut piagam (charter) yang terdiri dari seperangkat norma-norma
hukum yang mengatur tentang prinsip-prinsip dan tujuan, keanggotaan, tugas dan
kekuasaan badan-badan utamanya, termaksud pengambilan keputusan masingmasing, sanksi-sanksi bagi negara anggota yang melakukan pelanggaran dan
ancaman perdamaian serta tindakan agresi. Hukum organisasi internasional PBB ini
hanya menyangkut organisasi-organisasi internasional tingkat pemerintahan, oleh
karena itu organisasi internasional PBB ini dapat disebut sebagai organisasi
internasional publik.
Ketentuan-ketentuan mengenai hak penentuan nasib sendiri (the right to self
determination) bagi bangsa dan wilayah yang termuat didalam Piagam PBB sangatlah
dijiwai oleh ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Covenant Liga Bangsa-Bangsa.
Demikian juga pada waktu Covenant itu dirumuskan melalui Konferensi Perdamaian
di Paris 1919-1920, ketentuan-ketentuan mengenai hal yang sama banyak
dipengaruhi oleh usul-usul pokok yang dicetuskan oleh Woodrow Wilson yang pada
waktu itu yang kedudukannya sebagai Presiden Amerika Serikat.
B. PBB Merupakan Subek Hukum Internasional Yang Mempunyai Personalitas
Hukum
Yang dimaksud dengan subyek dari suatu sistem hukum adalah semua yang
menurut ketentuan hukum diakui mempunyai kemampuan untuk bertindak. Di dalam
hukum internasional subyek-subyek tersebut meliputi negara dan organisasi
internasional seperti PBB serta kesatuan-kesatuan lainnya. Dengan demikian setiap
organisasi internasional seperti PBB mempunyai personalitas hukum (legal
personality) dalam hukum internasional. Tanpa personalitas hukum maka PBB tidak
akan mampu untuk melakukan tindakan yang bersifat hukum. PBB sebagai subyek
hukum internasional sudah dapat diterima secara luas oleh banyak wewenang hukum
antara lain Mahkamah Internasional dalam kasus Reparation for Injuries Suffered in
the Service of the United Nation Case in 1949.
PBB memiliki suatu personalitas hukum di dalam hukum internasional.
Personalitas hukum ini mutlak penting guna memungkinkan PBB berfungsi dalam
hubungan internasional, khususnya kepastiannya untuk melaksanakan fungsi hukum
seperti membuat kontrak, perjanjian-perjanjian dengan suatu negara atau mengajukan
tuntutan dengan negara lainnya. Walaupun personalitas hukum bagi sesuatu
organisasi internasional itu tidak dicantumkan dalam instrumen pokoknya, sebagai
subyek hukum internasional, organisasi internasional tersebut tidak perlu kehilangan
personalitas hukum, karena organisasi internasional tersebut akan mempunyai
kapasitas untuk melakukan prestasi hukum sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip
hukum internasional. Dengan adanya personalitas hukum itu maka organisasi
internasional akan dapat mengembangkan dan memperluas fungsinya dalam eangka
mencapai tujuan-tujuan utamanya.
C. Instrument Pokok (Constituent Instrument)
Piagam PBB yang merupakan instrumen pokok dari badan tersebut dirumuskan
oleh 50 negara dalam Konferensi PBB mengenai Organisasi Internasional di San
Francisco yang diadakan dari tanggal 25 April sampai 26 Juni 1945, piagam itu
ditanda tangani pada tanggal 26 Juni 1945 oleh wakil-wakil dari 50 negara tersebut.
Piagam PBB tersebut kemudian telah diberlakukan pada tanggal 24 Oktober 1945
dimana negara-negara peserta konferensi tersebut telah meratifikasinya. Sesuai
dengan ketentuan dalam Piagam PBB semua negara anggota PBB yang telah
meratifikasi Piagam PBB dengan sendirinya (ipso facto) menjadi pihak pada statuta
APFTM
EIK
NET.UAX
J
G
PURM
TK
DA
K
EURLBPISQ
LS
RATUENO
SPELI
NTUAM
ID
ASBTYEK
LNATSUIERB
IEU
NATLVG
SRTNUEILAFM
ATSNUF
EM
,M
IG
TSAUH
UIN
JCG
TO
NSFP
K
ILEAG
NULRSAB
LB
SIAM
G
ISDTG
P
ADEIM
UENAFR
M
AJ
RNG
M
NE
JUSFK
IUFEL
M
LDNUTI
NSI
PAG
SBNG
ISUB
G
PAIEM
NCDUB
BAM
IR
ANP
BI
DSB
TA
R
M
A
IS
I
S
EA
K
O
PBM
W
T
O
U
D
IEX
R
A
J
M
BD
IPV
TG
ER
K
U
EIH
K
A
SO
TK
SO
R
U
LIN
EG
C
ITO
A
M
D
IU
SR
C
PEA
TP
U
O
EBY
JA
N
R
PBTLU
SO
ER
M
O
BEY
ITD
SLA
U
R
SM
N
O
IA
M
G
E-O
STPA
D
SID
N
EA
P
D
EN
LR
M
U
I
R
BESD
M
IESB
N
A
U
LA
D
G
H
M
S
K
A
IP
H
W
M
A
N
O
BPG
C
SR
BA
IK
N
IB
D
A
O
N
D
G
N
I
G
E
G
S
R
O
U
P
S
P
M
H
K
R
A
E
J
P
S
N
G
IE
U
O
T
L
A
I
U
J
U
S
I
A
U
N
M
S
U
M
E
S
P
U
A
B
B
T
U
M
A
S
A
L
A
H
O
L
E
H
S
E
S
U
A
T
U
N
E
G
A
R
A
BAB II
MAJELIS UMUM
PERSERIKATAN BANGSA BANGSA
Majelis Umum PBB merupakan salah satu Badan Utama PBB diantara lima
Badan Utama lainnya yaitu Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial
(ECOSOC), Mahkamah Internasional, Dewan Perwalian dan Sekretariat. Majelis
Umum juga merupakan Badan Utama PBB yang paling besar dan penting
dibandingkan dengan Badan-Badan Utama lainnya, karena bukan saja sebagai satusatunya badan yang diwakili oleh semua anggota PBB, tetapi juga sebagai badan
paripurna (plenary body) bagi sistim PBB secara keseluruhan, karena Majelis Umum
akan menerima laporan dari Kelima Badan dibawahnya.
Majelis Umum terdiri dari semua Negara anggota PBB, beberapa Negara yang
bukan anggota PBB dan organisasi inteeernasional dan regional bisa hadir sebagai
peninjau (observers) untuk menghadiri Sidang Majelis Umum hanya sebagai tamu.
Majelis Umum akan menyelenggarakan sidang umumnya setiap tahun dimulai pada
hari Selasaketiga dalam bulan September dan di dalam permulaan sidangnya akan
menetapkan tanggal penutupan sidangnya atas rekomendasi Komite Umum (General
Committee) yang merupakan salah satu dari Komite Prosedural Majelis Umum PBB.
A. Tugas dan Fungsi Majelis Umum PBB
Majelis Umum PBB mempunyai kewenangan yang sifatnya sangat umum dan
bukan bersifat khusus. Tugas dan fungsi Majelis Umum PBB sebagaimana
dituangkan di dalam ketentuan-ketentuan Pasal 10-17 Piagam PBB dapat
digolongkan dalam beberapa kategori :
1. Fungsi Deliberatif (Deliberative Function)
Tugas Majelis Umum PBB mempunyai lingkup yang luas karena badan
tersebut membicarakan semua masalah seperti masalah-masalah politik,
keamanan, ekonomi, sosial, peri-kemanusiaan, masalah dekolonisasi, administrasi
dan anggaran PBB, masalah hukum dan lain-lain. Fungsi deliberatif ini
menyangkut tugas untuk memperoleh fakta-fakta dan keterangan yang diperlukan
untuk perdebatan di Majelis Umum PBB dan perdebatan itu bisa saja keluar dari
yang dibicarakan demi tercapainya rekomendasi. Rekomendasi tersebut juga
untuk memajukan kerjasama internasional di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan,
pendidikan kesehatan dan membantu pelaksanaan hak-hak azasi manusia dan
kebebasan yang mendasar bagi semua manusia tanpa membedakan ras, jenis
kelamin, bahasa atau agama.
2. Fungsi Elektif (Elective Function)
Dalam rangka fungsi elektif ini, Majelis Umum PBB akan mengadakan
pemilihan keanggotaan dari berbagai badan seperti keanggotaan tidak tetap
Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian dan masuknya
negara baru PBB.
3. Fungsi Konstitutif (Constitutional Function)
Majelis Umum PBB juga mempunyai wewenang untuk mengadakan
perubahan-perubahan Piagam dimana keputusan untuk itu diperlukan duapertiga
mayoritas suara dari anggotanya dan ratifikasi dari duapertiga anggota PBB
termasuk dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Disamping itu Majelis
Umum PBB juga mempunyai hak untuk menetapkan sendiri aturan tata cara nya
(Rules of Procedure of the General Assembly). Dalam sidangnya yang pertama
Majelis Umum PBB untuk pertama kalinya telah menetapkannya berdasarkan
suatu rancangan yang termuat dalam laporan Komite Persiapan PBB. Kemudian
dalam sidangnya yang sama Majelis Umum PBB juga telah membentuk
Committee on Procedure and Organization yang terdiri dari 15 anggota untuk
10
merumuskan aturan tata cara Majelis Umum PBB yang kemudian telah disetujui
oleh Majelis Umum PBB dalam tahun 1947 dan Rules of Procedure tersebut telah
diberlakukan pada tanggal 1 Januari 1948.
11
Majelis Umum PBB akan menerima dan membahas laporan-laporan baik dari
Dewa Keamanan maupun dari Badan-Badan Utama PBB lainnya. Majelis Umum
juga membahas Laporan Tahunan Dewan Keamanan yang diterimanya termasuk
Laporan Khusus yang membuat tindakan-tindakan yang telah diputuskan atau
telah
diambil
dalam
rangka
pemeliharaan
perdamaian
dan
keamanan
perkembangan
kemajuan
hukum
internasional
adalah
untuk
lainnya yang berkaitan dengan masalah-masalah yang harus diatur oleh hukum
internasional atau mengenai hukum yang belum cukup berkembang dalam
praktek negara-negara.
B. Pembatasan Tugas Dan Fungsi Majelis Umum PBB
(i)
Pasal 2 ayat (7) menyatakan bahwa dalam Piagam PBB tidak ada
ketentuan yang dapat memberikan otorisasi kepada PBB untuk
mencampuri masalah-masalah yang pada dasarnya ada di dalam yurisdiksi
nasional sesuatu negara atau untuk meminta negara-negara anggota
menyampaikan masalah-masalah tersebut untuk diselesaikan menurut
piagam ini PBB, tetapi azas ini tidak akan mengurangi kemungkinannya
dalam hal penerapan tindakan-tindakan pemaksaan yang dilakukan dalam
rangka Bab VII Piagam.
(ii)
13
14
15
Portugal memiliki kewajiban hukum untuk melaporkan tentang wilayahwilayah tersebut kepada Sekjen PBB (Psaal 73 [e] Piagam PBB)
menegaskan
kembali
adanya
aturan-aturan
hukum
kebiasaan
17
c. Komite III
Komite ini mengadakan tinjauan mengenai masalah-masalah sosial,
kebudayaan, dan Hak Azazi Manusia, termasuk pula pekerjaan dari BadanBadan Khusus yang menyangkut bidang yang sama.
d. Komite IV
Komite ini membahas masalah tentang pemberian kemerdekaan bagi wilayahwilayah perwalian dan jajahan atau lazim disebut masalah dekolonisasi.
Dalam perkembangannya komite ini kemudian digabungkan dengan Komite
Politik Khusus karena hampir tidak ada lagi masalah-masalah dekolonisasi
dibicarakan oleh komite tersebut. Pada mulanya Komite Politik Khusus ini
dibentuk pada tahun 1948 sebagai Komite Ad Hoc dengan partisipasi seluruh
anggotanya untuk membahas masalah Palestina yang kemudian dipertahankan
sebagai tambahan Komite Utama untuk membantu Komite I yang banyak
menangani masalah-masalah politik.
e. Komite V
Komite ini mengurus masalah-masalah administrasi dan anggaran dari PBB.
f. Komite VI
Komite ini membicarakan masalah-masalah hukum termasuk perkembangan
kemajuan hukum internasional beserta kodifikasinya.
Tujuh Komite Utama tersebut masing-masing akan memiliki anggota bironya
yang terdiri dari seorang Ketua, dua orang Wakil Ketua dan seorang Rapporteur
menurut sistem perwakilan geografis secara berimbang. Jabatan-jabatan tersebut
tidak dapat dipegang oleh dua orang yang mempunyai satu kewarganegaraan
19
20
Terdiri dari dua Komite yaitu Komite Kontribusi dan Komite Penasihat Tentang
Masalah-masalah Anggaran dan Administrasi, yang keduanya merupakan badan
subsider yang bersifat permanen yang dibentuk oleh Majelis Umum PBB untuk
urusan administrasi dan anggaran.
a. Komite Kontribusi
Dibentuk oleh Majelis Umum PBB yang bertugas memberikan nasehat atau
saran kepada Majelis Umum PBB mengenai pembiayaan PBB dan
pembagiannya diantara negara-negara anggotanya, termasuk penilaian
terhadap anggota baru. Juga memiliki wewenang untuk merekomendasi atau
memberi saran mengenai skala kontribusi kepada Badan-badan Khusus PBB
jika diminta.
b. Komite Penasihat Tentang Masalah-masalah Anggaran dan Administrasi
Dibentuk oleh Majelis Umum PBB dan bertanggung jawab terhadap
penelitiaan anggaran PBB yang dilakukan oleh expert termasuk anggaran
administrasi
dari
Badan-badan
Khusus.
Beranggotakan 16 anggota yang juga dipilih oleh Majelis Umum PBB untuk
masa 3 tahun.
H. Badan-Badan Subsider Majelis Umum PBB.
1. Subsidiary and Ad Hoc Bodies :
a. Ad Hoc Committee on the Indian Ocean.
b. Ad Hoc Committee on a Comprehensive and Integral International
Convention on the Protection and Promotion of the Rights and Dignity of
Persons with Disability.
21
Working
Group
on
the
Questions
of
Equitable
22
23
Dalam tahu
(XXIX) tanggal 14 oktober 1974 dimana Majelis Umum PBB untuk pertama kalinya
memperbolehkan partisipasi suatu Gerakan Pembebasan Nasional (National
Liberation Movement) seperti Palestine Liberation Organization (PLO). Namun
demikian, seperti pernah terjadi pada tanggal 16 juni 1974, Majelis Umum PBB juga
telah menyetujui partisipasi wakil dari Cyprus keturunan turki hanya di dalam satu
Komite Utama Majelis Umum PBB yaitu Komite Politik Khusus (Special Political
Committee).
J. Organisasi Persidangan Majelis Umum PBB
Sidang Majelis Umum yang sifatnya reguler tersebut biasanya diadakan di
Markas Besar PBB di New York.Namun dapat pula di adakan di luar New York atas
permintaan anggotanya.Permintaan di ajukan oleh setiap anggotanya sekurangkurangnya 120 hari sebelum sidang reguler itu di tetapkan untuk di buka.
Menanggapi usul untuk mengadakan sidang di luar New York sekertaris jendral PBB
segera memberitahukan kepada seluruh anggotanya, dan apabila dalam waktu 30 hari
mayoritas negara anggota menyetujui usul tsb maka sidang itu bisa dilakukan di luar
New York. Pemberitahuan untuk itu sudah harus diberitahukan oleh Sekeretaris
Jendral PBB, setidaknya 60 hari sebelumnya.Dengan demikian para anggotanya
sudah mulai dapat menyusun komposisi delegasinya termasuk kedudukan dan namanamanya.
Selama Sidang Majelis Umum tersebut belum mempunyai agenda yang resmi,
sementara itu Komite Umum PBB telah mengadakan sidangnya dalam rangka
menentukan (i) Organisasi Persidangan, (ii) Penentuan Agenda dan (iii) Alokasi
semua mata acara pada Komite-Komite Utama Majelis Umum. Agenda sementara
(provisionalagenda) sidang Majelis Umum PBB disiapkan oleh Sekertaris Jendral
PBB dan kemudian disampaikan keseluruh anggota PBB, 60 hari sebelum
pembubaran siding tersebut. Dalam menyusun Agenda Sementara tersebut, Sekertaris
24
Jendral PBB telah memasukan semua mata acara menurut penggolongan sebagai
berikut:
1) Laporan Sekjen PBB mengenai Organisasi kerja PBB.
2) Laporan dari berbagai Badan Utama seperti Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi
dan Sosial, Dewan Perwalian dan Mahkamah Internasional.
3) Semua mata acara yang pencantumannya atas dasar keputusan Sidang Majelis
Umum PBB sebelumnya.
4) Semua mata acara yang diusulkan oleh Badan-Badan Utama PBB lainnya.
5) Semua mata acara yang diusulkan anggota PBB.
6) Semua mata acara yang menyangkut anggaran untuk tahun keuangan yang akan
datang serta laporan keuangan mengenai tahun keuangan yang lalu.
7) Semua mata acara yang oleh Sekertaris Jendral PBB dipandang penting untuk
dibicarakan di Majelis Umum PBB.
8) Semua mata acara yang di usulkan atas dasar pasal 35 ayat 2 Piagam yang
diusulkan oleh Negara-Negara yang bukan Anggota PBB, jika ada.
Mata acara yang telah disusun oleh Sekertaris Jendral PBB dalam Agenda
Sementara tersebut, tidaklah berarti final, karna tidsak menutup kemungkinan bagi
Negara anggotanya untuk megajukan mata-mata acara lainnya seperti:
1. Mata Acara Pelengkap (Supplementary Items)
Dalam rangka Mata Acara Pelengkap ini, setiap anggota maupun Badan Utama
PBB termasuk Sekertaris Jendral PBB, sekurang-kurangnya 30 hari sebelum
pembukaan Sidang Reguler dapat mengajukan usut mencantumkan. Mata Acara
Pelengkap ini. Usul tersebut harus disertai sran mengenai alokasinya di dalam
25
Komite Utama Majelis PBB, data acara tersebut kemudian akan disampaikan di
dalam daftar pelengkap yang akan disampaikan juga kepada semua anggota PBB
sekurang-kurangnya 20 hari sebelum pembukaan siding.
2. Mata Acara Tambahan (Additional Items)
Mata acara ini sifatnya penting dab urgent.Karna itu usul untuk mencantumkan di
dalam Agenda Sidang Reguler Majelis Umum PBB dapat dilakukan kurang dari
30 hari sebelum pembukaan. Dan bahkan bias diajukan selama Persidangan
Majelis Umum, atas keputusan Majelis Umum dengan suara terbanyak dari
Majelis Umum PBB. Namun demikian Mata Acara Tambahan tidak dapat
dipertimbangkan secara satu minggu sejak Mata Acara itu dicantumkan dalam
agenda
dan
suatu
Komite
telah
melaporkan
tentang
masalah
yang
siding maka ia dapat menunjukan salah satu dari 21 Wakil Presiden yang ada
untuk memimpin persidangan. Jika Presiden Majelis PBB tiak dapat menunaikan
tugasnya (karna meninggal dunia) Majelis Umum PBB akan memilih Presiden
lagi sampai pada sia masa jabatan yang tinggal.
2) Wakil Presiden Majelis Umum PBB
Semua Wakil Presiden Majelis Umum PBB yang berjumlah 21 orang akan di pilih
oleh Majelis Umum PBB sampai akhir persidangan. Pemilihan ini akan dilakukan
setelah pemilihan para Ketua dari 7 Komite Utama dengan cara sedemikian rupa
agar dapat menjamin keterwakilannya dalam Komite Umum. Apabila ia
memimpin Sidang Majelis Umum PBB dalam hal Presiden berhalan, ia akan
mempunyai kewajiban dan kekuasaan sebagai Presiden. Sebagaimana juga
Presiden, para Wakil Presiden juga tidak akan ikut dalam pemungutan suara. Pada
umumnya para Wakil Presiden Majelis Umum PBB selama persidangan
berlangsung kurang lebih tiga bulan masing-masing akan memperoleh giliran
untuk memimpin Sidang Majelis Umum PBB.
L. Hasil-Hasil Majelis Umum PBB
Hasil-Hasil yang dicapai dalam persidangan Majelis Umum PBB dapat berupa
keputusan atau resolusi yang di putuskan melalui aklamasi atau pemungutan suara.
a. Keputusan
Pembahasan Mata Acara di Komite-Komite Utama Majelis Umum PBB
dalam hal tidak adanya tanggapan yang luas dari kalangan anggota terhadap mata
acara yang di usulkan sehingga tidak dikeluarkan resolusi apapun kecuali
keputusan yang di keluarkan oleh Ketua Komite Umum setelah berkonsultasi
dengan para anggotanya, sehingga keputusan ini di ambil secara consensus tanpa
pemungutan suara.
27
28
30
SM
PDUAO
K
AEPBCYULR
IEA
SNCO
UAINLERS
SRFLPATIG
K
NISTFG
T-A
H
IO
YPK
AERNYTSK
YTIU
NAH
RELIFS
ANO
K
FNLI
ERK
AV
IECDO
M
BPE
ITO
M
K
LTR
W
M
ABH
BS
K
IH
LNAEM
A
ILEG
NLAR
DIG
IEDTN
T
AI"G
NRK
PA
O
DIETG
ARINES
O
EST
NIAO
E
LSCAK
NG
EA
SDG
AN
IO
ANTSFL
E
PG
ASO
SAETVBG
K
BO
H
EINM
ABENT
A
PLG
DYS"AB
BAEN
RCS
IUTP
ABR
PITB
BTE
BYS
C
O
U
N
C
I
L
31
P
Y
A
R
K
EFU
A
N
G
PR
A
G
IO
U
N
N
SU
BK
G
S
LA
G
O
G
IA
U
R
SV
TK
EIH
A
LN
C
A
N
IA
T
N
P
EH
A
D
B
G
N
A
N
K
BA
ER
D
A
JR
U
A
BN
A
K
TH
E
A
IN
M
ES
T
N
EJI
G
M
A
E
D
A
IW
R
A
A
R
N
C
C
32
BAB III
KEANGGOTAAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA
Dalam Konferensi PBB mengenai Organisasi Internasional (UNCIO) di San
Francisco pada tahun 1945, diadakan perundingan mengenai siapa yang menjadi
anggota utama (original members) dan perumusan pasal-pasal piagam mengenai
keanggotaan PBB. Dalam rangka itu pula kemudian ditetapkan ketentuan-ketentuan
dan pensyaratan tentang masuknya Negara-negara baru (admission of new members),
pembekuan
(suspension)
dan
pengusiran
(expulsion)nsesuatu
Negara
dari
33
34
adanya
kemungkinan
bagi
Negara-negara
yang
masih
35
36
salah
satu
unsur
kekuasaan
(judicial
powers)
Mahkamah
Internasional.
2. Mahkamah Internasional mengetahui bahwa Majelis Umum PBB telah meminta
Mahkamah internasional untuk memberi penafsiran secara hokum mengenai pasal
4 ayat 2 Piagam PBB. Mahkamah Internasional menyatakan tetap pada
pendapatnya bahwa Mahkamah Internasional tidak dapat mengkaitkan sifat politis
bagi sesuatu pertanyaan, yang dianggap dalam batas-batas abstrak, meminta
Mahkamah untuk mengusahakan suatu tugas yudisial yangpanting seperti
penafsiran terhadap ketentuan dalam suatu perjanjian.
Oleh karena itu Mahkamah Internasional hanya diminta member pendapat
bilamana Majelis Umum PBB dapat mengambil suatu keputusan untuk menerima
sesuatu Negara jika Dewan Keamanan untuk menyampaikan rekomendasi kepada
Majelis Umum PBB. Ketentuan Pasal 4 ayat 2 Piagam PBB menyatakan bahwa
permintaan sesuatu Negara untuk menjadi anggota PBB dapat dicapi melalui
37
keputusan Majelis Umum atas rekomendasi Dewan Keamanan PBB. Ada dua syarat
yang harus dipengaruhi agar dapat diterima menjadi anggota, yaitu rekomendasi
Dewan Keamanan dan keputusan dari majelis Umum PBB. Kedua
syarat
tersebut
suata pada tanggal 3 januari 1950 dengan isi keputusan tersebut menyatakan :
The Court,
38
39
3. Penarikan diri tersebut juga bisa merupakan sarana untuk menghindari kewajiban,
yaitu dengan meninggalkan organisasi tersebut.
F. Kasus Penarikan Diri Keanggotaan Indonesia dari PBB
Pada tanggal 20 januari 1965, wakil perdana Menteri/menteri Luar Negeri
Indonesia yang waktu itu dijabat oleh Subandrio mengirimkan surat kepada
Sekretaris Jenderal PBB yang menyatakan : pada tanggal 31 Desember 1964, wakil
tetap R.I pada PBB di New York menyampaikan kepada yang Mulia isi pidato
Presiden Sukarno pada tanggal yang sama, bahwa Indonesia akan menarik diri dari
PBB jika neokolonialis Malaysia duduk dalam dewan keamanan. Berkenaan dengan
isi pidato saya berkewajiban untuk memberitahukan kepada yang Mulia bahwa
tanggal 7 januari 1965, setelah duduknya Malaysia sebagai anggota Dewan
Keamanan, setelah mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, pemerintah
Indonesia telah mengambil keputusan untuk menarik diri dari PBB. Pemilihan
;Malaysia di Dewan Keamanan merupakan :ejekan bagi Dewan Keamanan sendiri
mengingat bahwa sesuai dengan pasal 23 piagam pemilihan anggota tidak tetap,
Dewan Keamanan harus didasarkan atas pentingnya dan sumbangan dari Negara
calon itu terhadap pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.
Sehubungan dengan masalah tersebut Majelis Umum didalam sidangnya tangggal 21
Desember 1965 telah menyetujui suatu revolusi.
Sehubungan dengan masalah tersebut Majelis Umum dalam sidangnya tanggal 21
Desember 1965 telah menyetujui suatu resolusi yang tidak mencantumkan lagi nama
Indonesia ketika Majelis Umum menetapkan skala kontribusi bagi Negara-negara
anggotanya untuk tahun anggaran 1965, 1966 dan 1967. Di bidang administratip
Sekretaris Jenderal PBB juga telah mengambil langkah-langkah seperti pemindahan
papan nama dan bendera Indonesia termasuk tidak lagi dicantumkannya nama
Indonesia dalam daftar keanggotaan PBB baik dalam Badan-Badan Utama maupun di
dalam badan-badan subside dimana Indonesia telah menjadi anggota didalammnya.
40
di Washington telah
Hak-hak
dan
Keistimewaan
Sesuatu
Negara
dari
2. Negara tersebut juga tidak dapat dipilih sebagai anggota dalam badan-badan
lainnya di PBB
3. Jika sudah menjadi anggota pada salah satu badan PBB, Negara tersebut tidak
dapat meneruskannya
4. Statusnya hamper seperti non-member
5. Negara tersebut akan kehilangan haknya untuk membawa permasalahannya di
majelis Umum PBB atau Dewan Keamanan, seperti setiap pertikaian apalagi
untuk ikut serta dalam pembahasan tentang pertikaian
6. Namun demikian Negara tersebut tetap mempunyai akses ke Mahkamah
Internasional dalam hal adanya perselisihan dengan sesuatu Negara yang akan
diajikan ke Mahkamah Internasional
7. Tetap terkait oleh kewajiban-kewajiban internasional sesuai dengan pasal 2 (6)
Piagam PBB.
I. Pengusiran Negara Dari Keangotaannya di PBB (Expulsion)
1) Kasus Yugoslavia
Terjadi pencerahan sehingga menimbulkan
Dalam
perkembangan
selanjutnya
Yugoslavia
kemudian
42
43
a. Kelompok Afrika
: 52 Negara
b. Kelompok Asia
: 47 Negara
: 21 Negara
: 34 Negara
: 26 Negara
Kelompok Eropa Barat dan lainnya terdiri bukan saja dari Negara-negra Eropa, tetepi
juga Amerika Serikat, Canada, Australia, Selandia Baru dan sejak 31 maret 1994
Slovenia, Israel, Estonia dan Uzbezkistan. Sedangkan mengenai jabatan-jabatan
Negara dalam badan-badan PBB, karena jumblahnya lebih terbatas lagi seperti
Presiden dan wakil persiden dalam susunan biro Majelis Umum PBB yang
jumblahnya ada 6 komite Utama, maka pemilihan para anggota biro badan-badan
tersebut harus diatur dengan azas yang disebut Pembagian secara Geografis yang
seimbang (Equitable Geographic Distribution) serta bergantian (Retation). Kedua
asas ini
keadilan bisa dijamin. Pada mulanya sistim dan azas tersebut mulai diperkenalkan
oleh PBB melalui suatu gentelmens agreement yang disepakati dalam bulan
nopember 1945 oleh Negara-negara besar pada waktu mengadakan siding Komisi
Persiapan PBB di London untuk menetapkan alokasi kursi bagi Anggota Tidak tetap
Dewan Keamanan yang dipilih secara keterwakilan wilayah. Pembagian kursi
menurut alokasi wilayah secara proposional semacam itu kemudian disahkan oleh
Majelis Umum PBB tanggal 15 November 1947.
44
FTS
K
PR
D
E.A
O
U
W
FA
R
N
U
A
PD
N
SO
BG
R
ESN
G
IR
LA
LIU
N
G
D
EM
K
IN
Y
BO
A
G
EBD
STK
IN
V
IA
SELG
JM
N
SER
TA
S
K
N
O
A
W
TK
A
IESN
TIEN
A
D
K
B
FK
A
IO
EN
B
U
N
D
G
PW
G
U
A
LS
K
O
TN
G
I
TEA
U
M
TN
A
SK
P
N
EG
A
TK
A
IN
ED
A
M
H
PTE
A
W
A
N
K
A
N
Y
A
N
K
E
G
A
BM
EA
R
N
SA
E
N
N
G
K
E
T
A
45
ESD
PM
K
A
TEIK
W
LO
N
IM
R
IN
A
BG
K
U
SK
TO
N
A
U
I
EM
TSG
K
R
IG
SA
U
D
ESU
R
E
H
A
R
D
M
W
A
TN
N
EA
TSN
A
W
EK
N
A
SEK
R
N
ED
A
U
H
N
A
K
M
TG
ELD
G
U
A
N
PO
M
TA
N
SEA
N
N
IG
A
A
D
N
S
R
K
A
EN
SA
IS
G
U
D
A
T
R
IU
K
N
E
G
A
A
N
G
R
A
G
O
T
A
N
D
I
P
B
B
46
BAB IV
DEWAN KEAMANAN
Dewan keamanan PBB merupakan salah satu dari enam Badan Utama PBB.
Walaupun anggotanya hanya berjumlah lima belas negara namun kekuasaanya dinilai
sangat besar karena dapat menjatuhkan sanksi ekonomimaupun militer bagi
anggotanya yang melakukan pelanggaran dan ancaman terhadap perdamaian serta
melakukan tindakan agresi. Dalam hal ini kekuasaan mutlak untuk menjatuhkan saksi
dimiliki oleh kelima dari limabelas anggotanya yang mempunyai hak veto yaitu
cina,perancis,rusia,amerika
serikat
dan
inggris
yang
merupakan
anggota
47
48
49
anggota PBB yang cukup signifikan pada tahun 1963 dimana telah menjadi 113
negara ditambah pesatnya pertumbuhan negara baru dengan demikian Majelis
Umum PBB telah menyetujui perluasan keanggotaan dari 6 menjadi 10 negara,
sehingga keanggotaan Dewan Keamanan berubah menjadi 15 negara yang di
berlakukan pada tahun 1965 setelah diadakan perubahan pada pasal 23 dan 26
piagam PBB.
Dalam tahun 2005 masyarakat internasional melihat adanya momentum yang
baik bagi terciptanya peacebuilding,peacekeeping dan peacemaking. Sehubungan
dengan hal itu KTT Dunia yang diadakan di New York pada bulan september
2005 bertepatan dengan sidang Majelis Umum yang ke 60 . KTT Dunia tersebut
membahas tentang persoalan persoalan seperti usaha untuk mencapai tujuan
pembangunan milenium dalam tahun 2015, strategi memerangi terorisme
,meningkatkan peranan sekretaris Jenderal PBB
telah
disetujui
adalah
menyangkut
adalah
perubahan
dan
juga
penyempurnaan piagam PBB dimana adanya penghapusan salah satu badan utam
PBB yaitu Dewan Perwalian.
D. Persidangan Dewan Keamanan
Sidang Dewan Keamanan biasanya diadakan di markas besar PBB di New
York,namun berdasarkan ketentuan pasal 28(3) piagam PBB dan Rule 5 Provisional
rules of procedure Dewan Keamanan dapat melaksanakan sidangnya dimana saja
dalam hal itu dapat mendukung tugasnya. Berkaitan dengan sidang mengenai Dewan
Keamanan , seorang presiden dapat menyelengarakanya dengan atas permintaan dari
suatu dewan keamanan atau jika Majelis Umum memintanya agar Dewan membahas
sesuatu situasi atau konflik ataupun jika sekertaris jenderal PBB meminta perhatian
Dewan terhadap sesuatu atau konflik yang menurut pendapatnya dapat mengancam
perdamaian dan keamanan internasional.
51
52
53
54
Dalam piagam PBB sendiri maupun Rule of Procedure tidak memuat ketentuan
tentang menentukan siapa pihak yag bersengketa secara eksplisit yang memberi
batasan tentang pengaruh yang timbul dari suara abstain. Dalam Yalta Formula
dinyatakan bahwa jika sesuatu negara adalah pihak yang bersengketa maka negara
itu harus memberikan suara abstain dalam keputusan-keputusan Dewan Keamanan
sesuai dengan Bab VI Piagam PBB. Keharusan untuk abstain dalam hal anggota tetap
Dewan Keamanan yang merupakan pihak yang bersengketa, jelas tidak
berpengaruh terhadap keharusan negara anggota tetap lainnya untuk menyetujui
dalam keputusan.
Hal itu juga jelas bahwa keharusan untuk memberikan suara abstain yang tersirat
didalam Pasal 27(3) Piagam PBB tersebut bukannlah dimasukkan untuk semua
masalah yang timbul dari Pasal 35(1). Oleh karena itu apabila negara terdapat
kepentingan yang bersufat umum dari negara sebagai anggota PBB, dimana
masalahnya dianggap dapat membahayakn perdamaian dan keamanan internasional,
55
keharusan untuk memberikan suara abstain semacam itu tidak akan diterapkan
terhadap sesuatu anggota dalam setiap keputusan Dewan Keamanan
Dalam kasus mengenai Pelarangan kapal-kapal melaui Terusan Suez yang
dilakukan Mesir tahun 1951 telah dibawa negara-negara anggota PBB yaitu Prancis,
Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan Turki. Mesir yang waktu itu bukan anggota
Dewan Keamanan ikut dalam pembahasan dan menyatak bahwa kelima negara
tersebut dalam peungutusan suara rancangan resolusi yang diajukan harus abstain.
Karena kelima negara mempunyai kepentingan dan ikut dalam masalah tersebut.
Sebelum rancangan resolusi itu dipungut suara Mesir mengajukan rancangan resolusi
agar Dewan Keamanan memintakan advisory opinion, tentang keharusan abstain
bagi kelima negara kepada Mahkamah Internasional.
Karena pada saat itu mesir bukan anggota Dewan Keamanan dan tidak ada negara
yang mau mnejadi sponsor rancangan resolusinya maka rancangan resolusinya tidak
dapat dipungut suara, sehingga kembali pada rancangan resolusi pertama yaitu
mengehentikan pelarangan pelayaran kapal-kapal dagang internasional dan barangbarang melaui terusan Suez yang diamana setelah dipungut suara Dewan Keamanan
dapat menyetujui dengan perbandingan 8 menyetujui termasuk kelima negara tersebut
dan tidak ada yang menolak serta 3 abstain
F. Sanksi Dewan Keamanan
Sesuai dengan Piagam PBB sanksi Dewan Keamanan dapat dikenakan kepada
negara anggotanya dalam negara tersebut melakukan tindakan yang dapat
mengancam perdamaian dan keamanan internasional, tetapi apabila tindakan Dewan
kemanan menurut pasal 34 untuk menjaga perdamaian maka tidak dikenakan sanksi.
Sedangkan negara yang melanggar prinsip-prinsip PBB maka dapat dikenakan sanksi
ekonomi yang dapat diikuti sanksi militer. Dewan Keamanan juga dapat memberikan
rekomendasi Majelis umum PBB untuk mengenakan sanksi. Terdapat beberapa
sanksi.
56
1) Sanksi Ekonomi
Sanksi yang dilakukan tanpa menggunakan kekerasan militer tujuannya agar
keputusan-keputusan Dewan Keamanan dapat dipatuhi. Dewan Keamanan dapat
menentukan langkah-langkah menurut pasal 41 Piagam PBB kepada anggota PBB
yaitu : pemutusan hubungan ekonomi, komunikasi udara, laut, kereta api, pos
telegram dan telepon, radio dan komunikasi lainnya yang dapat memutus
hubungan diplomatik.
Bagi negara yang merasa dirugikan terhadap sanksi ekonomi sehingga
menimbulkan dampak ekonomi maka mereka mempunyai hak berkonsultasi
dengan Dewan Keamanan dan juga mempunyai kemungkinan secara realistis
untuk memperoleh kompensasi.
2) Sanksi Militer
Sanksi militer menurut pasal 42 Piagam PBB telah dirinci sebagai berikut :
Dewan Keamanan dapat melakukan tindakan militer melalui udara, laut maupun
darat., mengadakan demonstrasi, blockade, operasi operasi militer baik melalui
udara, darat, laut. Pelaksanaan sanksi militer harus melalui tahap-tahap :
a.
57
Dewan Keamanan harus mengadakan persetujuan khsusus dengan negaranegara anggota mengenai penyediaan pasukan dalam rangka melakukan
operasi-operasi militer. Persetujuan tersebut harus dratifikasi dahulu oleh
negara anggota melalui proses konstitusi nasional masing-masing. Tanpa
adanya persetujuan khusus maka tersebut tidak mungkin operasi milter bisa
dilakukan.
b. Pembentukan Komite Staf Militer yang terdiri dari kepala-kepala staf
angkatan perang dari kelima negara anggota Dewan Keamanan tetap yang
tugasnya untuk meberi saran kepada Dewan Keamanan terhadap tindakan aksi
militer. Aksi militer tersebut tidak dapat dilakukan oleh Dewan Keamanan
sendiri tanpa adanya rekomendasi dari Komite Staf Militer.
c. Guna menetapkan anggaran tambahan diluar anggaran PBB untuk aksi militer,
Dewan Keamanan dapat meminta kepada Majelis Umum PBB untuk
mengadakan siding khusus darurat apabila Majelis Umum PBB tidak didalam
waktu persidangannya. Biaya tersebut akan datanggung bersama oleh semua
negara anggota PBB.
3) Sanksi Penangguhan Keanggotaan Sesuatu Negara Untuk Melaksanakan
Hak-hak dan keistimewaan dari Keanggotaannya di PBB
Keanggotaan sesuatu negara PBB bisa saja ditangguhkan hak-hak dan
keistimewaannya dari keanggotaan di PBB. Penangguhan semacam itu akan
dilakukan oleh majelis Umum PBB atas rekomendasi Dewan Keamanan. Namun
demikian penangguhan tersebut bisa dipulihkan kembali oleh Majelis Umum
PBB, juga atas rekomendasi Dewan Keamanan, hal ini sesuai piagam PBB.
Penagguhan hak-hak dan keistimewaan negara dilakukan sebagai langkah
untuk menghindarkan anggota untuk merintangi tindakan pencegahan dan
pemaksaan yang dikenakan Dewan Kemanan. Penangguhan ini merupakan
kerjasama antara Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB, dimana
rekomendasi Dewan Keamanan ditetapkan dengan 9 suara afirmatif termasuk
persetujuan dari ke Lima anggota tetap Dewan Keamanan dan Keputusan
58
Majelis Umum PBB dengan mayoritas suara dan pemulihan kembali hak-hak dan
keistimewaan tergantung dari Dewan Keamanan.
4) Saksi Pengusiran Sesuatu Negara dari Keanggotaannya di PBB
Suatu anggota PBB dapat diusir menurut Piagam PBB apabila terus menerus
melakukan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB oleh Majelis
Umum PBB atas rekomendasi Dewan Keamanan. Disini Majelis Umum PBB
tidak dapat memutuskan sendiri kecuali ada rekomendasi dari Dewan Keamanan.
Pengusiran semacam itu dilakukan sebagai langkah terhadap negara yang
sedang membangkang.Bagi PBB sendiri sebenarnya akan lebih memperoleh
kesulitan karena dengan pengusiran itu dapat menutup pintu untuk rujuk di
kemudian hari. Pengusiran bukanlah suatu tindakan yang otomatis tetapi suatu
tindakan yang diputuskan oleh dua badan utama PBB seperti Majelis Umum PBB
dan Dewan Keamanan. Tindakan pengusiran tersebut sesuai dengan pembicaraan
di Konferensi San Fransisco harus diprakarsai oleh Dewan Keamanan bukan dari
Majelis Umum PBB.
5) Pembatasan-Pembatasan Terhadap Sanksi
PBB bukanlah merupakan organisasi negara atau supra nasioanl, ini tercemin
di dalam pasal yang menyatakan bahwa organisasi ini didasarkan atas prinsip
persamaan kedaulatan bagi semua negara anggotanya. Organisasi tersebut
bukanlah berdaulat tidak seperti negara. Walaupun dikatan Dewan Keamanan
mempunyai kekuasaan yang berlebihan tetapi sebenarnya Dewan Keamanan
memiliki batasan hukum yaitu didalam Pasal 24 (2) dan Pasal 1(1) Piagam PBB.
a. Dewan Keamanan didalam melakukan tindakan-tindakannya haruslah
didasarkan atas prinsip-prinsip dan tujuan PBB
b. Dewan Keamanan haruslah berdasarkan atas prinsip-prinsip keadilan dan
hukum internasioanl sesuai dengan ketentuan pasal 1(1) Piagam PBB.
G. Keikutsertaan Dalam Sidang Dewan Keamanan
59
60
Standing Committees terdiri dari Komite Ahli mengenai Aturan Tata cara Dewan
Keamanan. Komite ini telah melahirkan aturan tata cara Sementara Dewan
Keamanan yang kini masih bersifat sementara tetapi tetap dipertahankan hingga
sekarang dan tidak pernah diadakan perubahan-perubahan; Disamping itu pernah
juga dibentuk Committee on Council Meeting dan Komite mengenai Masuknya
Negara Baru yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil negara anggota Dewan
Keamanan
2. Ad Hoc Working Groups
Seperti Informal Working Group on Council Documentaions and other Procedural
Questions
(1993),
Informal
Working
Group
to
Develop
General
62
FD
SPH
K
TEU
O
RABNW
M
A
IUSNG
N
IG
SK
ITDG
E
UAO
FRNTDK
U
AO
EG
AD
O
NG
IRNEO
G
S
M
NK
G
O
INAEG
ANCK
O
NUD
LIO
AS
BSN
LAO
CRAS
DAS
IG
ANO
NSE
CIE
CA
SK
O
LS
O
AH
SU
O
CISO
CU
NS
O
PN
B
PB
E
M
E
R
I
N
T
A
H
A
N
63
BAB V
DEWAN EKONOMI DAN SOSIAL
Majelis umum PBB dan dewan ekonomi dan sosial (Economic and Social
Council, ECOSOC), keduanya merupakan badan utama PBB. ECOSOC mempunyai
tugas untuk meningkatkan bidang ekonomi dan sosial yang tujuannya antara lain
untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi. Disamping itu juga harus
menyelesaikan masalah-masalah ekonomi, sosial, kesehatan internasioanal dan
masalah-masalah yang berkaitan lainnya. ECOSOC juga harus mengupayakan agar
semua negara menghormati dan melaksanakan secara universal HAM.
A. Fungsi dan Kekuasaan ECOSOC
Piagam PBB memberikan wewenang kepada ECOSOC untuk:
1. Membuat atau memprakarsai penyelidikan-penyelidikan yang berkaitan dan
memberi rekomendasi tentanh setiap masalah kepada majelis umum PBB
2. Memberikan rekomendasi dengan tujuan agar semua negara lebih
meningkatkan lagi dalam menghormati, mempersiapkan rancangan-rancangan
konvensi untuk disampaikan kepada majelis umum PBB
3. Menyelenggarakan konferensi-konferensi internasional tentang masalahmasalah yang ada.
B. Hubungan Dengan Badan-Badan Khusus PBB
Badan khusus yang dibentuk dengan persetujuan antara pemerintahan dan
mempunyai tanggung yang luas sebagaimana dinyatakan did qalam instrumen pokok
masing-masing baik di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan
dan bidang-bidang lainnya yang terkait akan dihubungkan dengan PBB.
Dengan persetujuan majelis umum PBB, ECOSOC dapat memberikan
pelayanan-pelayanan atas permintaan baik anggota-anggota PBB maupun badanbadan khusus PBB. Ada sekitar tujuh belas Badan Khusus yang terdaftar dan setiap
tahun memberikan laporan kepada ECOSOC:
64
65
Kelompok Afrika
Kelompok Asia
Kelompok Eropa Timur
Kelompok Amerika Latin dan Karibia
Kelompok Eropa Barat dan lain-lain
24 kursi
11 kursi
6 kursi
10 kursi
13 kursi
menyelenggarakan
konferensi-konferensi
internasional
yang
67
SDK
TW
EUI
LSW
AG
NAT
SYEN
G
AM
G
P
DH
O
E
TAPM
ANPER
AERNW
DA
NFRW
AL
UW
NALTI
LIA
G
SIALN
IANB
NB
L
B
B
68
BAB VI
DEWAN PERWALIAN
Dewan perwalian atau Trusteeship Council merupakan salah satu badan utama
PBB yang bertanggungjawab untuk mengawasi pemerintahan di wilayah wilayah
yang ditempatkan pada Sistem Perwalian PBB. Tujuan dari sistem ini adalah untuk
meningkatkan perkembangan kemajuan penduduk di wilayah tersebut kearah
pemerintahan sendiri atau kemerdekaan bagi mereka. Sesuai dengan Piagam PBB,
Dewan Perwalian harus mengawasi jalannya pemerintahan di wilayah tersebut serta
membantu Majelis Umum PBB dalam melaksanakan tugas yang berhubungan dengan
persetujuan mengenai perwalian yang dibuat antara PBB dan Negara Negara yang
diserahi untuk menjalankan pemerintahan di wilayah tersebut.
A. Sistem Mandat LBB
Setelah Perang Dunia ke I berakhir, telah diadakan suatu usaha bersama dalam
waktu singkat untuk menyelesaikan masalah koloni koloni yang dikuasai oleh
Negara Negara sentral yang kalah. Negara Negara sekutu kemudian memutuskan
wilayah koloni tersebut berada dalam pengawasan LBB. Wilayah tersebut dibagi
dalam tiga kategori, yang kemudian diserahkan kepada Negara penerima mandate,
yaitu :
1. Jenis A, dimana Negara tersebut sudah siap untuk menerima kemerdekaan dalam
waktu singkat, diantaranya adalah :
69
3. Jenis C, dimana Negara tersebut tidak ada prospek untuk diberikan kemerdekaan
maupun pemerintahan sendiri, diantaranya : a) Afrika Barat Daya (dimandatkan
pada Uni Afrika Selatan) b) New Guinea (dimandatkan pada Australia) c) Samoa
Barat (dimandatkan pada Selandia Baru) d) Nauru (dimandatkan pada Australia,
kemudian dialihkan pada Kerajaan Inggris) e) Kepulauan kepulauan kecil di
Pasifik (bekas koloni Jerman, dimandatkan pada Kekaisaran Jepang)
LBB memberikan komitmennya bahwa rakyat di wilayah tersebut harus diberi
hak untuk merdeka apabila kelak wilayah tersebut telah dianggap layak untuk
memperolehnya, namun hal ini tidak dinyatakan secara khusus dalam ketentuan
Convenant-nya ataupun instrument tersendiri mengenai hal tersebut. Wilayah ini
kemudia setelah Perang Dunia Kedua, diserahkan pada PBB dalam sistem perwalian
PBB.
B. Sistem Perwalian PBB
PBB sesuai dengan kewenangannya membentuk suatu sistem perwalian guna
melaksanakan pemerintahan dan pengawasan di wilayah perwalian menurut
persetujuan tersendiri yang akan dibuat kemudian. Sistem ini bertujuan utama
sebagaimana dalam Pasal 1 Piagam PBB, diantaranya adalah
1) memajukan
dibawah mandate, kedua yang wilayah tersebut dipisahkan dari Negara musuh
sebagai akibat perang, dan ketiga yang wilayah tersebut secara sukarela ditempatkan
di bawah sistem oleh Negara yang bertanggungjawab terhadap urusan pemerintahan
di wilayah tersebut. Sistem tidak dapat ataupun bisa bagi wilayah yang telah menjadi
anggota PBB, yang dimana hubungannya didasari pada penghormatan terhadap azas
persamaan kedaulatan.
C. Wilayah Perwalian
Sesuai dengan perumusan Piagam PBB di San Francisco, disetujui bahwa
penolakan hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri dapat berakibat pada timbulnya
konflik. Bahkan piagam tersebut pula menegaskan tujuan pokok dari sistem ini yang
menggantika sistem perwalian LBB, meningat pentingnya sistem tersebut sebagai
instrument untuk perdamaian, maka Pasal 76 Piagam PBB menjelaskan kerangka
kerja tentang kewajiban kewajiban yang harus dipenuhi oleh Negara yang
memerintah wilayah yang di bawah mandate PBB menuju tercapainya kemerdekaan
wilayah itu.
Sebagai contoh, dapat dilihat bagaimana kepulauan kepulauan pasifik setelah
Perang Dunia Pertama usai. Sebagai wilayah dengan kategori C, disangkutkan pula
dalam
Piagam
PBB
wilayah
tersebut
sebagai
wilayah
strategis
yang
pemerintahannya akan dilaksanakan oleh Amerika Serikat atas dasar perwalian yang
mengalami perubahan. Berdasarkan pada persetujuan yang telah dicapai oleh Majelis
Umum PBB, terdapat sebelas wilayah yang ditempatkan dalam sistem perwalian,
sementara itu
pemerintahan untuk wilayah tersebut (dimana tak termasuk bekas koloni Jerman di
Afrika Barat Daya yang berada dibawah Uni Afrika Selatan yang menolak wilayah
tersebut dalam perwalian PBB). Wilayah wilayah yang mengalami perubahan
diantaranya persis seperti wilayah yang dimandatkan setelah Perang Dunia Pertama,
tetapi terdapat tambahan diantarnya adalah Somaliland (dimandat dan bawah
71
perintahkan pada Italia), Mariana, Marshall, dan Carolines (yang dimandatkan pada
Amerika Serikat). Hingga Desember 1975, telah ada sepuluh Negara bekas perwalian
yang telah merdeka dan menentukan nasib sendiri, Kepulauan Pasifik menjadi satu
satunya wilayah perwalian yang tersisa.
D. Tugas dan Fungsi Dewan Perwalian
Tugas dan fungsi yang dimiliki oleh dewan perwalian, meskipun berperan penting
dalam menjaga perdamaian, tidaklah seperti badan badan lainnya. Kedua hal
tersebut sangat dibatasi dalam tindakan tindakannya. Hal ini terlihat dalam
ketentuan dalam Piagam PBB yang menjadikan dewan ini hanya memiliki
kemampuan eksekutif dalam mengawasi wilayah wilayah tersebut. Intinya adalah
dewan ini hanya bertugas untuk mengawasi pelaksanaan sistem perwalian dan
menjamin agar penguasa administrasi dalam melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan persetujuan tentang perwalian yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan tugas
ini, Dewan perwalian diberikan mandat untuk membahas laporan laporan yang
disampaikan oleh penguasa setempat, termasuk pula menerima petisi dan
mempelajarinya dengan berkonsultasi dengan penguasa setempat , dewan juga
melakukan kunjungan berkala dengan waktu yang telah disepakati dengan penguasa
setempat serta mempertanyakan dan melihat situasi perkembangan wilayah tersebut
kepada penguasa pemerintah setempat.
E. Keanggotaan Dewan Perwalian
Menurut pada ketentuan Piagam PBB, keanggotaan dari Dewan Perwalian terdiri
dari tiga kelompok yaitu Negara yang melaksanakan pemerintahan di wilayah
perwalian tersebut, lalu Negara anggota tetap dewan keamanan yang tidak melakukan
pemerintahan di wilayah perwalian dan sejumlah Negara anggota PBB lainnya yang
dipilih dalam jangka waktu tiga tahun oleh Majelis Umum PBB. Hingga tahun 1960,
tercatat anggota Dewan Perwalian sebanyak 14 negara dengan tujuh diantaranya
adalah Negara yang memerintah wilayah perwalian, dua Negara anggota tetap dewan
72
keamanan bukan penguasa wilayah perwalian dan lima Negara lainnya yang dipilih
dengan jangka waktu tiga tahun. Di tahun 1968, Majelis Umum PBB memutuskan
bahwa keanggotaan Dewan Perwalian hanya terdiri dari Negara yang memerintah
wilayah perwalian dan Negara anggota tetap Dewan Keamanan yang bukan penguasa
wilayah perwalian. Hal ini dapat terlihat ketika Papua New Guinea memperoleh
kemerdekaan pada tahun 1975, di tahun yang sama pula Australia menyatakan
berhenti dari keanggotaannya pada Dewan Perwalian. Dengan demikian, hanya
tersisa beberapa Negara dimana Amerika Serikat tetap memegang penguasa
pemerintahan di beberapa kepulauan di Pasifik.
73
FS
PM
UEA
NK
RSM
R
USAIG
NYLSE
AJIT
NRAH
ABDR
TANIO
RATN
NAST
G
A
NEK
EP
NJK
B
IARK
BEUS
AT
STA
ARI
NIA
SN
SE
EJ
K
E
RK
RNE
TED
ATR
AR
IRL
AI
SPT
B
JB
E
N
D
E
R
A
L
P
B
B
74
BAB VII
SEKRETARIAT PERSERIKATAN BANGSA BANGSA
Dalam sejarah pembentukan sekretariat atau sekretariat tetap dari suatu organisasi
internasional secara efektif sudah dimulai sejaka didirikannya LBB dan ILO setelah
Perang Dunia Pertama, namun sekretariat pada organisasi tersebut tidaklah efektif.
Sekretartiat organisasi internasional pada umumnya mempunyai tugas untuk
mempersiapkan pelayanan baik yang sifatnya administratif secara umum maupun
sekretariat pada badan badan yang ada di bawahnya. Sesuai dengan Pasal 7 Piagam
PBB, sekretariat merupakan salah satu dari enam badan utama, yang terdiri dari
Sekretaris Jenderal dan staf sekretariat. Sekretaris Jenderal diangkat oleh Majelis
Umum PBB atas rekomendasi Dewan Keamanan dan merupakan Kepala
Administrasi dari organisasi PBB tersebut. Sementara stafnya sendiri diangkat oleh
Sekretaris Jenderal PBB yang ditetapkan berdasarkan azas perwilayahan yang seluas
mungkin dengan suatu quota yang didasarkan atas kontribusi para Negara anggota
sesuai dengan penilaian skala masing masing.
Nantinya, anggota ini akan disebar pada seluruh organ organ, badan badan
yang bernaung di bawah PBB dengan pertimbangan utama dalam memperkerjakan
staf tersebut dann dalam menentukan kondisi jabatannya merupakan hal yang penting
guna menjamin standar mengenai efisiensi, kemampuan atau ingeritasnya. Tugas
mereka (Sekjend berserta staf) haruslah netral, tidak menerima perintah dari negara
manapun diluar organisasi PBB, serta menghormati sifat internasional yang
khususnya mengenai tanggung jawab para staf dan tidak untuk memengaruhi mereka
dalam menajalankan tanggung jawabnya. Sekretaris Jenderal dibantu oleh beberapa
staf seperti Deputi Sekjen, serta staf stfa lainnya.
A. Fungsi dan Kekuasaan Sekretaris Jenderal PBB
75
Keamanan,
ECOSOC,
Dewan
Perwalian
sesuai
dengan
76
untuk
periode
berikutnya
mengingat
pada
kinerja
maupun
78
M
TK
SO
A
JPY
EA
K
R
U
D
JH
A
TM
G
SK
R
O
D
V
BK
N
A
ER
D
IG
A
K
LG
SEN
U
M
M
N
G
TIC
D
EK
O
TLB
O
SH
A
IK
N
R
BH
U
A
ER
K
TM
Y
B
K
SIN
A
O
G
A
IM
H
N
TH
A
PK
T
N
SH
W
Y
IA
E
K
U
A
M
N
PR
JK
N
IA
O
EN
M
IA
G
H
K
A
BR
N
S
Y
A
IBEH
I
ELM
N
ILO
A
TR
E
H
SN
ITSA
R
L
FEIA
N
I
N
R
A
A
STN
I
EN
A
SR
O
IS
A
N
E
O
R
A
S
N
LA
IG
A
N
L
K
O
E
N
T
A
LA
I
N
T
E
R
N
A
S
I
O
N
A
L
79
BAB VIII
MAHKAMAH INTERNASIONAL
A. PERKEMBANGAN PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL
-
Pada zaman Yunani kuno bila terjadi sengketa internasional diselesaikan oleh
satu badan yang tidak memihak, disebut impartial authority. Yang
keputusannya dilakukan berdasarkan hukum yang ada.
Abad ke-18 dibentuk international arbitration (Inggris & AS) melalui Treaty
of Amity Commerce and Navigation (Jay Treaty) 19 November 1794.
Penyelesaian Sengketa Internasional dibentuk komisi campuran, masingmasing menunjuk anggota dengan jumlah yang sama dan juga menunjuk
seorang sebagai ketua (umpire).
Tahun 1946 Liga Bangsa Bangsa bubar, sisa kasus sengketa internasional
diserahkan ke PBB
80
Bila salah satu pihak melanggar, pihak lain bisa mengajukan ke Dewan
Keamanan PBB
Para hakim dipilih oleh Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB dari
daftar orang-orang yang ditunjuk oleh kelompok kelompok nasional dalam
Mahkamah Tetap Arbitrase
Hakim dipilih dipilih untuk waktu 9 tahun dan bisa dipilih kembali
81
Majelis terdiri dari 3 hakim ataub lebih untuk mendengarkan kasus tertentu
(ex: perburuhan, transit dan komunikasi)
Keduanya dipilih untuk masa jabatan 7 tahun dan bisa dipilih kembali
82
83
1. Judgment
-
Mengikat secara hukum hanya bagi para pihak sengketa yang mengajukan
masalahnya ke Mahkamah Internasional.
2. Advisory Opinion
-
Pada prinsipnya
Advisory opinion
84