OLEH:
KELOMPOK 9
IKM-B 2012
Dina Restu Enggarsari
Risqi Riyani Putri Farikha
Erka Dewi Armaeni
Fadia Rifqi Ayu Firyal
Dyta Mustika Retno
Rizky Ananda Putri
Muhammad Sudrajad
101211131220
101211131053
101211131220
101211132004
101211133010
101211133039
101211133048
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Tugas Manajemen Sumber Daya Manusia ini dengan tepat waktu. Topik yang
kami bahas kali ini yaitu, Pelatihan dan Pengembangan
Adapun maksud dan tujuan kami dalam menyelesaikan tugas ini adalah
untuk menambah pengetahuan kami mengenai materi tersebut. Dengan upaya
yang kami lakukan, semoga Ibu dosen selalu memberikan bimbingan pada kami,
agar mendapatkan nilai yang kami harapkan dan dapat menyampaikan persepsi
dan standar pendidikan di Universitas Airlangga Surabaya khususnya dalam
mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Bidang
Kesehatan. Pola dan penyajiannya diharapkan dapat dimengerti dan dapat
digunakan sebagai media pembelajaran.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih pada semua pihak yang ikut
dalam membantu menyelesaikan tugas ini. Kritik dan saran selalu kami
harapkan dalam kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan aset untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bagi perusahaan atau organisasi serta bergantung pada
kemampuan sumber daya tersebut dalam melaksanakan tiap tugas dan
tanggung jawab yang telah diberikan. Pembinaan melalui pelatihan dan
pengembangan merupakan sarana bagi sumber daya manusia serta
perusahaan dalam mengembangkan kemampuan karyawan sehingga
terciptanya efektivitas dan efisiensi kerja. Melalui pelatihan dan pembinaan
diharapkan karyawan dapat memperoleh pengetahuan serta mampu
menguasai berbagai keterampilan sebagai bentuk tuntutan dalam menusuki
suatu posisi atau jabatan di suatu perusahaan.
Pada prinsipnya pelatihan dan pengembangan memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemauan.
Pelatihan adalah proses mengajarkan karyawan baru/yang ada sekarang
berupa keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan
pekerjaan
mereka
(Dessler:
pengembangan/pendidikan
1997:
yaitu
suatu
263)
dalam
kegiatan
Tua.
untuk
Sedangkan
memperbaiki
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelatihan
2.1.1
Definisi Pelatihan
training in the behavioral sciences is an activity of line and staff
which he has its goal executive development to achieve greater
individual job effectiveness, improved interpersonal relationship in the
organization,and enhanced executive adjustment to the context of this
total environment. (William G. Scott)
(pelatihan dalam ilmu pengetahuan perilaku adalah suatu kegiatan
lini dan staf yang tujuannya adalah mengembangkan pemimpin untuk
mencapai efektivitas pekerjaan perorangan yang lebih besar, hubungan
antar pribadi dalam organisasi yang lebih baik dan penyesuaian
pemimpin yang di tingkatkan kepada konteks seluruh lingkungan)
Di lingkungan PNS, yang dimaksud pelatihan adalah: proses
pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada teori yang
dilakukan seseorang atau sekelompok dengan menggunakan pendekatan
pelatihan untuk orang dewasa dan bertujuan meningkatkan dalam satu
atau beberapa jenis keterampilan tertentu. (Sutrisno, 2009)
Pelatihan didefinisikan sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja
karyawan dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang
akan dijabatnya segera. (Ruky, 2003)
Pelatihan merupakan proses pendidikan jangka pendek yang
menggunakan prosedur sistematis dan terorganisasi, yang mana tenaga
kerja nonmanajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis
untuk tujuan-tujuan tertentu. (Asad, 2001)
Pelatihan menyangkut usaha-usaha
diselenggarakan
agar
dicapai
yang
penguasaan
berencana
akan
yang
keterampilan,
Tujuan Pelatihan
Ada tiga alasan mengapa pelatihan personel itu perlu
selenggarakan
oleh
organisasi
atau
perusahan(sutrisno,2009),
di
di
antaranya:
a. Seleksi personel tidak selalu menjamin akan personel tersebut
cukup terlatih dan bisa memenuhi persyaratan pekerjaannya
secara tepat. Kenyataannya banyak diantaranya mereka harus
dapat
meningkatkan
produktivitas,
mengurangi
biasanya
intelektual
untuk
berkaitan
dengan
melaksanakan
peningkatan
pekerjaan
yang
kemampuan
lebih
baik.
guna
membantu
pengembangan
para
pekerja.
(singodimedjo,2000)
Pengembangan adalah suatu proses pendidikan jangka panjang
memanfaatkan prosedur sistematis dan terorganisir, di mana personil
manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan
umum. (sedarmayanti, 2007)
Dalam konteks SDM,
peningkatan
kualitas
SDM
pengembangan
melalui
dipandang
program-program
sebagai
pelatihan,
di inginkan.
Tujuan Pengembangan
Pengembangan SDM tujuannya untuk meningkatkan kualitas
profesionalisme dan keterampilan para karyawan dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya secara optimal. Dengan mengembangkan
kecakapan karyawan dimaksudkan sebagai setiap usaha dari pimpinan
untuk menambah keahlian kerja tiap karyawan sehingga di dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dapat lebih efisien dan produktif.
Setiap organisasi, perlu mengadakan program pelatihan dan
pengembangan
karyawan
untuk
kemajuan
organisasi.
Perlunya
2.3 Metode
Terdapat dua macam metode pelatihan yaitu on the job dan off the
job. Teknik-teknik dalam on the job lebih sering digunakan untuk
pelatihan. Sedangkan teknik-teknik dalam off the job lebih sering
digunakan untuk pengembangan.
1. Pengertian On The Job
On the job adalah metode pelatihan yang dilaksanakan di tempat
kerja yang sebenarnya dan dilakukan sambil bekerja.
2. Pengertian Off The Job
Metode off the job training adalah metode pelatihan dengan
menggunakan situasi di luar pekerjaan. Umumnya digunakan apabila
target yang perlu dicapai banyak.
2.4 Evaluasi
2.4.1 Pengertian
Evaluasi pelatihan dan pengembangan menurut ahli:
Pengetahuan yang diperoleh melalui pelatihan diketahui
dengan mengukur seberapa besar pengetahuan diperoleh
setelah pelatihan dilakukan.
(Marihot Tua Efendi Hariandja. 2002)
...untuk menilai secara menyeluruh mengenai segenap
elemen program pelatihan yang meliputi:materi, metode,
instruktur, alat bantu, waktu, tempat pnyelenggaraan, dan lainlainnya.(Aso Sentana. 2004)
Kesimpulan
dari
definisi
evaluasi
pelatihan
dan
kualitas
pelatihan
dan
pengembangan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Metode Pelatihan dan Pengembangan SDM
3.1.1 Metode Pelatihan
Metode pelatihan dimaksudkan sebagai suatu cara sistematis yang dapat
memberikan deskripsi secara luas serta dapat membuat kondisi tertentu dalam
penyelenggaraan pelatihan guna mendorong peserta dapat mengembangkan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap penyelesaian tugas dan
pekerjaan yang akan dibebankan kepadanya.
Masing-masing
metode
pelatihan
dan
pengembangan
memiliki
yang
dilaksanakan
dengan
menggunakan alat tiruan atau dalam kondisi dan situasi yang dibuat
sama dengan sebenarnya, sasaranya adalah pengembangan konsepsi
atau keterampilan karyawan.
3. Information presentation : metode pelatihan yang dilaksanakan
dengan cara memberi ceramah, dengan sasaran mengembangkan
sikap karyawan.
Metode pelatihan menurut Pengabean (2002;45) adalah sebagai berikut :
1. On the job
Ada dua cara dalam metode ini :
a. Cara formal, peserta mempunyai pembimbing khusus, biasanya
ditunjuk seorang pekerja senior ahli. Pembimbing khusus
tersebut, sambil terus melaksanakan tugasnya sendiri, diberi
tugas tambahan untuk membimbing peserta pelatihan yang
bekerja di tempat kerjanya.
b. Cara informal, dalam metode ini tidak tersedia pelatih secara
khusus. Peserta pelatihan harus memperhatikan dan mencontoh
pekerja lain yang sedang bekerja untuk kemudian melakukan
pekerjaan tersebut sendiri.
2. Vestibule
Metode pelatihan yang dilakukan di dalam kelas untuk memperkenalkan
pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih mereka mengerjakan pekerjaan
tersebut.
3. Demonstration and example
Metode latihan yang dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan
bagaimana mengerjakan suatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau pekerjaan
yang didemonstrasikan.
4. Simulation
metode yang paling banyak dilakukan. Kategori metode on the job terdiri
dari dua jenis, yaitu :
a. Informal On The Job
Dalam metode ini tidak tersedia pelatih secara khusus. Peserta
pelatihan harus memperhatikan dan mencotoh pekerja lain yang sedang
bekerja untuk kemudian melakukan pekerjaan tersebut sendiri.
b. Formal On The Job
Peserta mempunyai pembimbing khusus. Pembimbing tersebut
sambil
melaksanakan
tugasnya,
diberi
tugas
tambahan
untuk
sungguh, dan banyak waktu yang terbuang untuk memberi orientasi pada
perserta terhadap kondisi pekerjaan yang baru.
Tetapi pelatihan ini juga mempunyai keuntungan yaitu jika pelatihan ini
diberikan oleh manajer yang ahli maka peserta akan memperoleh tambahan
pengetahuan mengenai pelaksanaan dan praktek dalam pekerjaan.
5. Junior boards dan Committee assingments
Pelatihan dengan memindahkan perserta pelatihan ke dalam komite
untuk bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan administrasi. Dan
juga menempatkan perserta dalam anggota eksekutif agar memperoleh
kesempatan dalam berinteraksi dengan eksekutif yang lain.
6. Couching dan Counseling
Pelatihan ini merupakan aktivitas yang mengarapkan timbal balik dalam
penampilan kerja, dukungan dari pelatih, dan penjelasan secara bprlahan
bagaimana melakukan pekerjaan secara tepat.
Kelebihan dan kelemahan on the job
Kelebihan dan kelemahan on the job menurut Sedarmayanti (2007, 183)
Berikut beberapa kelebihan on the job :
a. Karyawan melakukan pekerjaan yang sesungguhnya, bukan tugas yang
disimulasikan.
b. Karyawan mendapat instruksi dari karyawan senior berpengalaman yang
telah melaksanakan tugas dengan baik.
c. Pelatihan dilaksanakan di dalam lingkungan kerja yang sesungguhnya,
dalam kondisi normal tanpa membutuhkan fasilitas pelatihan khusus.
d. Bersifat informal, tidak mahal, dan mudah dijadwalkan.
e. Dapat menciptakan hubungan kerja sama langsung antara karyawan dan
pelatih.
f. Pelatihan sangat relevan dengan pekerjaan dan membantu memotivasi
kinerja tinggi.
Adapun kelemahan on the job adalah :
a. Motivasi pelatih kurang untuk melatih, sehingga pelatihan jadi kurang
serius.
b. Pelatih dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, namun kurang
memiliki kemampuan melatih orang lain agar dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik.
metode yang paling baik adalah dengan memilih metode yang paling sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi sebuah organisasi.
3.1.2 Metode Pengembangan SDM
Pelaksanaan pengembangan training and education harus didasarkan
pada metode-metode yang telah ditetapkan dalam program pengembangan
perusahaan. Program pengembangan ditetapkan oleh penanggung jawab
pengembangan, yaitu manajer personalia dan atau suatu tim. Dalam program
pengembangan
telah
ditetapkan
sasaran,
proses,
waktu,
dan
metode
pelaksanaanya. Supaya lebih baik program ini hendaknya disusun oleh manager
personalia dan atau suatu tim serta mendapatkan saran, ide, maupun kritik yang
bersifat konstruktif. Metode-metode pengembangan harus didasarkan kepada
sasaran yang ingin dicapai.
Sasaran pengembangan karyawan adalah:
1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis mengerjakan
pekerjaan atau technicall skill.
2. Meningkatkan keahlian dan kecakapan memimpin serta mengambil
keputusan atau managerial skills dan konseptual.
Sementara itu pengembangan didasarkan pada fakta bahwa karyawan
akan membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang berkembang
untuk bekerja lebih baik dalam suksesi posisi yang ada dalam rekruitmen.
Persiapan jenjang karir karyawan inilah yang dimaksud sebagai pengembangan
karyawan.
Sedangkan menurut Dessler (2004 : 238), metode on the job training tidak
hanya digunakan untuk karyawan. Metode on the job training managerian
merupakan
metode
pengembangan
yang
mempunyai
rotasi
pekerjaan,
Prosedur Evaluasi
Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya
sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa
prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini dipaparkan
salah satu tahapan evaluasi yang bersifat umum di gunakan.
1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Dalam bisnis, apa saja yang
dapat dievaluasi, dapat mengacu pada program kerja perusahaan. Di
sini banyak terdapat aspek-aspek yang kiranya dapat dan perlu di
evaluasi. Tetapi, biasanya yang di prioritaskan untuk dievluasi adalah
hal-hal yang menjadi key-success factors-nya.
2. Merancang (desain) kegiatan evaluasi.
Sebelum
evaluasi
3. Pengumpulan
data.
Berdasarkan
desain
yang
telah
alat-alat
mengahasilkan
fakta
analisis
yang
yang
dapat
sesuai,
di
sehingga
percaya.
dapat
Selanjutnya,
membantu
dalam
memodifikasi
program
tujuan
pembelajaran
yang
telah
dicapai.
Evaluasi
Apakah
peserta
telah
mengetahui
apa
yang
yang
dilaknsanakan perusahaan bagi para pegawainya berhasil atau tidak, peneliti dapat
meneliti tingkat keberhasilna tersebut dari sisi sebagai berikut :
a. Tingkat reaksi,
Maksudnya untuk meninjau reaksi peserta terhadap
pelatihan, pelatih dan lainnya.
b. Tingkat belajar,
Yaitu untuk mengetahui perubahan dan pengetahuan
keahlian dan sikap.
c. Tingkat tingkah laku kerja,
Cara ini dapat melihat perubahan pada tingkah laku kerja
d. Tingkat organisasi,
Dapat mengetahui efek pelatihan terhadap organisasi
e. Nilai akhir,
Dapat mengetahui bagaimana manfat pelatihan dan
pengembangan, tidak hanya untuk organisasi, tetapi juga untuk
3.2.5
individu.
Evaluasi dari Pelatihan
Program pelatihan
dan
pengembangan
seharusnya
selalu
(observation),
wawancara
(interview),kuesioner
(questionnaire), daftar cek (check list), daftar isian (form) dan kesan
tanggapan peserta, untuk mengukur hasil-hasil yang sudah dicapai
oleh peserta training.
Langkah kedua dalah menusun data itu menjadi satu kumpulan
data
berdasarkan
kerangka
tertentu.
Tujuannya
adalah
untuk
sepele,
akomodasi
dan
konsumsi
dapat
mempengaruhi konsentrasi.
v. Instruktur/fasilitator : seberapa fasih mereka memberikan
pelatihan.Hal
ini
bergantung
dari
kedalaman
LEVEL 2 : LEARNING
Tahap evaluasi ini pun relatif mudah dilakukan. Biasanya pada
jam terakhir pelatihan. Tujuannya mengukur tingkat pemahaman
peserta atas materi pelatihan. Jika seorang peserta pelatihan tidak
dapat memahami materi pelatihan, bagaimana mungkin ia dapat
mengaplikasikan perubahan dalam kinerjanya? Beberapa metode
di antaranya memberikan tes tertulis atau studi kasus pada peserta
pelatihan. Simulasi pun dapat dilakukan, misalnya role play, inbasket atau teknik lainnya. Paling sederhana adalah meminta
peserta melakukan refleksi atau presentasi berupa rangkuman atas
apa yang telah dipelajarinya.
LEVEL 3 : BEHAVIOR / APPLICATION
Tahap evaluasi ini ditujukan untuk mengukur implementasi
peserta pelatihan di pekerjaan sehari-hari. Informasi yang
dibutuhkan adalah :
I.
sebagai
bukti
konkrit
dari
implementasi
kemampuan
peserta
setelah
mengikuti
berhasil dimenangkannya.
Tim yang terlibat : pihak-pihak
yang
mendukung
kesuksesan tersebut.
Waktu penerapan : kapan dan berapa lama implementasi
tersebut dilakukan. Jika peserta terlibat dalam proyek, maka
ada batasan waktu tertentu. Berbeda dengan pengerjaan
tugas rutin.
LEVEL 4 : RESULTS / IMPACT
Tahap ini ditujukan untuk mengukur dampak pelatihan
terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan. Data
historis (awal) harus tersedia untuk melakukan evaluasi tahap ini.
Beberapa aspek yang diukur antara lain :
1. Tangible, mencakup :
a.
b.
c.
d.
keputusan.
Empat fase evaluasi pada model ini adalah :
evaluasi konteks,
evaluasi input,
proses evaluasi dan
evaluasi produk
Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa tujuan paling penting
dari evaluasi adalah untuk meningkatkan keberfungsian dari sebuah
program. Komponen dalam model evaluasi ini sebagai berikut :
i. Context (konteks) berfokus pada pendekatan sistem dan
tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang yang
mendasari pembuatan keputusan dari perencanaan program
yang sedang berjalan, berupa diagnostik yakni menemukan
ii.
iv.
atau
merekam
pelaksanaan
program
dan
mencermati
cara
mendapatkan
dan
pekerjaan
agar
peserta
training
dapat
mudah
BAB IV
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Asad, 2001. Psikologi Industri, edisi ke-4. Cetakan ke-6. Yogyakarta: Liberty.
Cherrington, David J. 1995. The Management of Human Resources. Prentice
Hall
Dessler, Gary. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Indeks
Kelompok Gramedia.
Griffin. 2003. Management.USA: Erlangga.7
Harshit Topno, 2012. Evaluation of training and Development : An analysis of
various models. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM)
ISSN: 2278-487X. Volume 5, Issue 2 (Sep-Oct. 2012), PP 16-22
Lambert, Jonamay and Selma Myers. 1994. 50 Activities for diversity training.
Amherst: HRD Press,Inc