Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Penegakan Hukum adalah kegiatan menserasikan hubungan nilai-nilai yang
terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang mantap dan pengejawantahan dan sikap tindak
sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk memelihara, dan mempertahankan
kedamaian pergaulan hidup (sutiyoso, bambang, 2004 : 57-67).
Dalam penegakkan hukum ini ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu kepastian
hukum, kemanfaatan dan keadilan. Penegakkan hukum merupakan suatu usaha untuk
mewujudkan ide-ide tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi
kenyataan. Proses perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat penegakkan hukum.
Pelaksanaan dan penegakkan hukum juga harus memperhatikan kemanfaatannya bagi
masyarakat sebab hukum dibuat untuk kepentingan masyarakat (manusia), dan jangan sampai
terjadi pelaksanaan dan penegakkan hukum yang merugikan masyarakat.Pelaksanaan dan
penegakkan hukum juga harus mencapai keadilan, penerapannya harus mempertimbangkan
berbagai fakta-fakta dan keadaan yang terdapat dalam setiap kasus.
Hukum yang dilaksanakan dan ditegakkan haruslah hukum yang mengandung nilainilai keadilan. Hakikat penegakkan hukum yang sebenarnya terletak pada kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabar didalam kaidah-kaidah yang mantap dan
mengejawantah dan sikap tidak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
Penegakkan hukum di Indonesia harus berarti penegakkan hukum yang mengandung
nilai-nilai yang sesuai dengan nilai pancasila dan UUD 1945. Hal ini harus disadari karena
hukum yang berlaku di Indonesia saat ini masih banyak merupakan warisan kolonial
Pemerintahan Hindia Belanda. Seperti Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,

Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Hukum Acara


Perdata yang lazim disebut Hukum Pokok. Sebagai produk hukum masa lampau, yang dibuat
untuk sedikit banyak atau keseluruhan kepentingan penjajah, atas falsafah kapitalisis,
materialistis, invidualistis, maka peraturan-peraturan hukum peninggalan kolonial tersebut
tidak selamanya sesuai dengan rasa keadilan masyarakat Indonesia yang sekarang sudah
berada di alam kemerdekaan dan pembangunan. Selain itu pelaksanaan hukum ini masih
banyak dipengaruhi oleh politik dan kepentingan-kepentingan beberapa golongan.
13

BAB II
ISI
1. PENEGAKAN HUKUM
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu
lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek
yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek
dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu
melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang
menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia
menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu,
penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan
tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu
sebagaimana

seharusnya.

Dalam

aturan

memastikan tegaknya

hukum

hukum berjalan

hukum

itu,

apabila

diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya


paksa.
Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu
dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan
sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang
terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup
dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut
penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataan
law enforcement ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan
penegakan hukum dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah penegakan
peraturan dalam arti sempit. Pembedaan antara formalitas

aturan hukum yang

tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam
bahasa Inggeris sendiri dengan dikembangkannya istilah the rule of law versus the rule
of just law atau dalam istilah the rule of law and not of man versus istilah the rule by
law yang berarti the rule of man by law. Dalam istilah the rule of law terkandung
makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan

13

mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu,


digunakan istilah the rule of just law. Dalam istilah the rule of law and not of
man dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu
negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya
adalah the rule by law yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang
menggunakan hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka.
2. APARATUR PENEGAK HUKUM
Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak
hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak
hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi,
penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat dan
aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atau
perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya
pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.

Tugas dan Wewenang Aparat Penegak Hukum


1. Penyelidik dan/atau penyelidikan
Penyelidik adalah :
- setiap pejabat polisi Negara Republik Indonesia,
- dengan tugas dan wewenangnya yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1 a-b) dan ayat (2)
sebagai berikut :
Wewenang Penyelidik yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, sebagai berikut :
1. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya perbuatan/tindak pidana;
2. mencari keterangan dan barang bukti;
3. menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri;
4. mengadakan tindakan lain menurut hukum.

13

Yang dimaksud dengan tindakan lain adalah tindakan dari penyelidik untuk
kepentingan penyelidikan dengan syarat :
a) tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum ;
b) selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan dilakukannya tindakan jabatan;
c) tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan jabatan;
d) atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa;
e) menghormati hak asasi manusia.
Penyelidik atas perintah penyidik yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, dapat
melakukan tindakan berupa:
1. penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan;
2. pemeriksaan dan penyitaann surat;
3. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
4. membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.
Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan sebagaimana
tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b pada penyidik.
2. Tugas dan wewenang Penyidik, penyidik pembantu dan/atau penyidikan
Penyidik, adalah :
a. pejabat polisi Negara Republik Indonesia;
b. pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.
Pasal 6 ayat (1).
Pegawai negeri sipil tertentu yang mempunyai wewenang khusus sebagai penyidik adalah :
- pejabat bea dan cukai, pejabat imigrasi dan pejabat kehutanan,
- yang melakukan tugas penyidikan,
- sesuai dengan wewenang khusus yang diberikan oleh undang-undang yang menjadi dasar
hukumnya masing-masing.
2.1. Tugas dan wewenang Penyidik
1. mengawasi, mengkordinasi dan memberi petunjuk;
2. pelaksana pada waktu dimulai penyidikan, dan memberi tahu kepada penuntut umum;
3. pelaksana jika penyidikan dihentikan;
4. pelaksana jika minta ijin atau lapor kepada ketua pengadilan jika melakukan
penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat;
5. pelaksana jika melakukan pemeriksaan tambahan jika diperlukan;
13

6. dapat memberikan alasan baru untuk melakukan penuntutan dalam hal telah dilakukan
penghentian penuntutan;
7. pelaksana atas kuasa penuntut umum, mengirim berkas acara cepat ke pengadilan;
8. pelaksana untuk menyampaikan amar putusan acara cepat kepada terpidana;
9. menerima pemberitahuan jika tersangka dalam acara cepat mengajukan perlawanan.
Wewenang Penyidik :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat kejadian;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal tersangka;
d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
i. mengadakan penghentian penyidikan;
j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Pasal 7 ayat (1).
Yang dimaksud dengan tindakan lain ialah meneliti identitas tersangka, barang bukti
dengan memperhatikan secara tegas batas wewenang dan fungsi antara penyidik, penuntut
umum dan pengadilan.
Pasal 8 ayat (2-3) Penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum :
a. pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas perkara;
b. dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas
tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.
2.2. Tugas dan wewenang penyidik pembantu
Penyidik pembantu adalah:
- pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia,
- yang diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia,
- berdasarkan syarat kepangkatan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Pasal 10 ayat
(1-2).

13

Penyidik pembantu mempunyai wewenang,


- sebagaimana wewenang penyidik,
- kecuali mengenai penahanan,
- yang wajib diberikan dengan pelimpahan wewenang dari penyidik, dan
- berita acara pemeriksaan/berkas perkara harus diserahkan ke penyidik,
- pengecualian berikutnya adalah untuk perkara dengan acara pemeriksaan singkat
- maka penyidik pembantu dapat langsung menyerahkan berkas perkara ke penuntut umum.
(Pasal 10 s/d Pasal 12).
3. Tugas dan wewenang penuntut umum.
1. memberi petunjuk jika hasil penyidikan kurang lengkap;
2. memberi perpanjangan (penahanan lanjutan), jika diminta oleh penyidik.
3. pelaksana wajib kirim tembusan surat pelimpahan perkara dan surat dakwaan kepada
penyidik;
4. pelaksana dalam hal penntutan dihentikan;
5. pelaksana melakukan pemanggilan dan mengajukan tersangka, saksi, barang bukti ke
persidangan;
6. pelaksana pengajuan banding atau kasasi;
7. memberikan pendapat dalam hal permohonan peninjauan kembali.
8. pelaksana putusan pengadilan, selaku jaksa.
Penuntut Umum.
- adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini,
- untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Pasal 13
Wewenang Penuntut umum yang diatur dalam Pasal 14, antara lain :
a. menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan
dari penyidik atau penyidik pembantu;
b. mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikan ketentuan :
Pasal 110 ayat (3) yakni : Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk

13

dilengkapi, pe-nyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk
dari penuntut umum.
Pasal 110 ayat (4) yakni : Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu 14 hari
penuntut umum tidak mengambalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas waktu
tersebut berakhir telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari penuntut umum kepada
penyidik.
c. memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan
atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
d. membuat surat dakwaan;
e. melimpahkan perkara ke pengadilan;
f. menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara
disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi,
untuk datang pada sidang yang telah ditentukan;
g. melakukan penuntutan;
h. menutup perkara demi kepentingan hukum.
i. mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut
umum menurut ketentuan undang-undang ini;
j. melaksanakan penetapan hakim.
Penuntut umum menuntut perkara tindak pidana yang terjadi dalam daerah hukumnya
menurut ketentuan undang-undang. (Pasal 15).
4. Tugas hakim/ketua pengadilan negeri :
1. memberi atau tidak memberi ijin penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat oleh
penyidik;
2. memegang wewenang menyidangkan praperadilan;
3. memberi atau tidak memberi perpanjangan penahanan (penahanan lanjutan).
4. memimpin persidangan;
5. menyelesaikan administrasi permintaan banding/kasasi;
6. membuat berita pendapat dalam hal permintaan peninjauan kembali;
7. mengawasi pelaksanaan sebagaimana mestinya.

13

Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum


Satjito Raharjo dalam bukunya Masalah Penegakkan Hukum menyatakan
penegakkan hukum sebagai proses sosial, yang bukan merupakan proses yang tertutup,
melainkan proses yang melibatkan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi pengakkan hukum sebagai berikut:
1. Faktor hukumnya sendiri, yang dimaksud adalah peraturan-peraturan yang mengatur
adanya penegakan hukum,
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-puhak yang membentuk maupun yang menerapkan
hukum,
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum,
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan,
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa
manusia di dalam pergaulan hidup.

3. Negara Hukum

PENGERTIAN NEGARA HUKUM


Pengertian negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan
bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, dalam Dwi
Winarno, 2006). Ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa dalam negara hukum,
hukum sebagai dasar diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan yang
berpuncak pada konstitusi atau hukum dasar negara. Konstitusi negara juga harus
berisi gagasan atau ide tentang konstitusionalisme, yaitu adanya pembatasan atas
kekuasaan dan jaminan hak dasar warga negara. Dengan demikian dalam negara
hukum, kekuasaan negara berdasar atas hukum, bukan kekuasaan belaka serta
pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang berpaham konstitusionalisme,
tanpa hal tersebut sulit disebut sebagai negara hukum. Supremasi hukum harus

13

mencakup tiga ide dasar hukum, yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. Oleh
karena itu di negara hukum, hukum harus tidak boleh mengabaikan rasa keadilan
masyarakat. Negara-negara komunis atau negara otoriter memiliki konstitusi tetapi
menolak gagasan tentang konstitusionalisme sehingga tidak dapat dikatakan sebagai
negara hukum dalam arti sesungguhnya. Jimly Asshiddiqie (dalam Dwi Winarno,
2006) menyatakan bahwa negara hukum adalah unik, sebab negara hendak dipahami
sebagai suatu konsep hukum. Dikatakan sebagai konsep yang unik karena tidak ada
konsep lain. Dalam negara hukum nantinya akan terdapat satu kesatuan sistem hukum
yang berpuncak pada konstitusi atau undang-undang dasar. Dengan adanya hal
tersebut, penyelenggaraan negara dan rakyat dapat bersatu di bawah dan tunduk pada
sistem yang berlaku. Sehingga konstitusi negara merupakan sarana pemersatu bangsa.
Dalam perkembangannya, negara hukum yang pertama terbentuk adalah negara
hukum formil, yang merupakan negara hukum dalam arti sempit yaitu negara hukum
yang membatasi ruang geraknya dan bersifat pasif terhadap kepentingan rakyat
negara. Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan kepentingan
warga negara. Namun seiring perkembangan zaman, negara hukum formil
berkembang menjadi negara hukum materiil yang berarti negara yang
pemerintahannya memiliki keleluasaan untuk turut campur tangan dalam urusan
warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
rakyat. Negara bersifat aktif dan mandiri dalam upaya membangun kesejahteraan
rakyat.

CIRI-CIRI NEGARA HUKUM


Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule of Law.
Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciriciri Rechtsstaat sebagai berikut.

1) Hak asasi manusia


2) Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang
biasa dikenal sebagai Trias Politika
3) Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
4) Peradilan administrasi dalam perselisihan

13

Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi ciri-ciri Rule of
Law sebagai berikut
1) Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2) Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi
pejabat
3) Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan

TIPE NEGARA HUKUM


Tipe Anglo Saxon
Sistem hukum Anglo Saxon mula mula berkembang di negara Inggris, dan
dikenal dgn istilah Common Law atau Unwriten Law (hukum tidak tertulis). Sistem
Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu
keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakimhakim selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia,
Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat
(walaupun negara bagian Louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan
dengan sistim hukum Eropa Kontinental Napoleon).
Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan sistem
hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang
menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun juga memberlakukan
hukum adat dan hukum agama. Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya
lebih mudah terutama pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai
dengan perkembangan zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol
digunakan oleh hakim, dalam memutus perkara.
1. Sistem hukum anglo saxon pada hakikatnya bersumber pada :

a. Custom
Merupakan sumber hukum tertua, oleh karena ia lahir dari dan berasal dari sebagian
hukum Romawi, custom ini tumbuh dan berkembang dari kebiasaan suku anglo saxon yang
hidup pada abad pertengahan. Pada abad ke 14 custom law akan melahirkan common law dan
kemudian digantikan dengan precedent
b. Legislation

13

Berarti undang-undang yang dibentuk melalui parlemen. undang-undang yang


demikian tersebut disebut dengan statutes. Sebelum abad ke 15, legislation bukanlah
merupakan salah satu sumber hukum di Inggris, klarena pada waktu itu undang-undang
dikeluarkan oleh raja dan Grand Council (terdiri dari kaum bangsawan terkemuka dan
penguasa kota, dan pada sekitar abad ke 14 dilakukan perombakan yang kemudian dikenal
dengan parlemen.
c. Case-Law
Sebagai salah satu sumber hukum, khsusnya dinegara Inggris merupakan ciri
karakteristik yang paling utama. Seluruh hukum kebiasaan yang berkembang dalam
masyarakat tidak melalui parlemen, akan tetapi dilakukan oleh hakim, sehingga dikenal
dengan judge made law, setiap putusan hakim merupakan precedent bagi hakim yang akan
datang sehingga lahirlah doktrin precedent sampai sekarang.
Tipe Eropa Kontinental
Sistem hukum eropa kontinental banyak dianut dan dikembangkan di negaranegara eropa. Sistem hukum eropa kontinental biasa disebut dengan istilah Civil
Law atau yang disebut juga sebagai Hukum Romawi. Sistem hukum ini
disebut sebagai hukum romawi karena sistem hukum eropa kontinental memang
bersumber dari kodifikasi hukum yang digunakan pada masa kekaisaran romawi
tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus yang memerintah romawi
pada sekitar abad ke-5 antara 527 sampai dengan 565 M.
Prinsip utama atau prinsip dasar sistem hukum Eropa Kontinental ialah
bahwa hukum itu memperoleh kekuasaan mengikat karena berupa peraturan yang
berbentuk

undang-undang

yang

tersusun

secara

sistematis

dalam

kodifikasi. Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian hukum


dapat terwujud apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup diatur
dengan peraturan tertulis, misalnya UU. Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu
adagium yang berbunyi tidak ada hukum selain undang-undang. Dengan kata
lain hukum selalu diidentifikasikan dengan undang-undang.

13

BAB III
KESIMPULAN
Masalah pelaksanaan dan penegakan hukum di Indonesia harus segera ditangani agar
bangsa Indonesia menuju bangsa yang adil, tidak ada ketimpangan hukum. Masalah
penegakan hukum harus ditangangi oleh seluruh Warga Negara Indonesia, pejabat hukum
harus bisa menangani kasus hukum tanpa pandang bulu. Selain perbaikan kinerja aparat,
materi hukum sendiri juga harus terus menerus diperbaiki membuat undang-undang hukum
yang jelas dan tidak bisa disuap oleh uang ataupun materi lainnya, kemudian masyarakat juga
harus tertib hukum. Semua dijalankan berdasarkan hati nurani masing-masing, iman dan
ketaqwaan sangat diperlukan.
Penegakan hukum yang konsisten harus terus diupayakan untuk mengembalikan
kepercayaan masyarakat terhadap hukum di Indonesia. Semua harus bekerja sama untuk
membangun Negara Indonesia yang adil, jika salah, harus dihukum sesuai hukum yang
berlaku tanpa pengecualian apakah orang tersebut merupakan anak Presiden ataukan anak
seorang buruh.
SARAN
Peningkatan pemahaman terhadap konsep hak asasi manusia kepada seluruh
komponen masyarakat perlu lebih ditumbuh kembangkan dan diperdalam, sesuai doktrin
hukum yang bersifat universal, yaitu hukum sebagai sarana pendidikan dan pembaharuan
masyarakat (social reform). Dan karena itu ketidaktahuan atau kekurang pahaman masyarakat
akan hukum tentang perlindungan hak asasi manusia tidak boleh dibiarkan tanpa usaha
sosialisasi dan pembudayaan hukum secara sistematis . Dan Kami menyadari makalah ini
masih mempunyai kekurangan dan demi penyempurnaan makalah ini.maka kami
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat positif/membangun dari pembaca.dan semoga
makalah ini bermanfaat untuk pembaca.

13

DAFTAR PUSTAKA

Alfiandra., Safitri, Sani. 2006.Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.


Indralaya: Universitas Sriwijaya

Tugas pkn makalah penegakan hukum, keadilan dan hak asasi manusia
http://ohbaru.blogspot.com/2013/01/tugas-pkn-makalah-penegakan-hukum.html
Diakses tanggal 25 Februari 2014

Makalah pengantar ilmu hukum upaya penegakan hukum di indonesia


http://alber-dayak.blogspot.com/2011/11/makalah-pengantar-ilmu-hukum-upaya.html
Diakses tanggal 25 Februari 2014

13

Anda mungkin juga menyukai