Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal.

112-126, Desember 2011

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI DELTA SUNGAI


JENEBERANG, MAKASSAR
STUDY OF SHORELINE CHANGES AT JENEBERANG RIVER
DELTA, MAKASSAR
Sakka1, Mulia Purba2, I Wayan Nurjaya2, Hidayat Pawitan3, dan Vincentius P.
Siregar2
1

Mahasiswa Pasca Sarjana, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. E-mail: sakka_psl@yahoo.com
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB, Bogor
3
Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor.

ABSTRACT
The study of shoreline changes during 1990 - 2008 in the delta of the River Jeneberang,
Makassar was conducted by evaluating sediment transport into and out of a cell. Longshore
sediment transport was computed by considering the influence of heights and angles of the
breaking waves. Results of calculation of sediment transport showed that the dominant of
sediment transport was to the north during the arrival of the southwest and west waves, and to
the south when the wave coming from the northwest. Comparison between shore profiles
resulting from model and coastline satellite imagery showed similarity. The difference between
the two tend to be occurred at the head land part of the shoreline. This was due to complexity of
coastal dynamic at the area. The results of the 19 years shoreline simulation showed that there
was a tendency of abrasion at the upsteam head land part as the wave energy tend to converge
and accretion at the bay part as the wave energy tend to diverge. Abrasion mainly occurred at
Tanjung Bunga (head land) where the coast retreat 181.1 m. Accretion occur in the bay area
(Tanjung Merdeka) where the coast advance to the sea for about 59.8 m. The shoreline tend to
be stable when the profile was straight such as Barombong Coast.
Keywords: abrasion, accretion, sediment transport, shoreline changes.

ABSTRAK
Penelitian perubahan garis pantai selama tahun 1990 - 2008 dilakukan di delta Sungai
Jeneberang, Makassar dengan memperhitungkan angkutan sedimen yang masuk dan keluar sel.
Perhitungan angkutan sedimen sejajar pantai dilakukan dengan mempertimbangkan pengaruh
tinggi dan sudut gelombang pecah. Hasil perhitungan angkutan sedimen menunjukkan bahwa
angkutan sedimen dominan ke utara pada saat gelombang datang dari arah barat daya dan barat
serta dominan ke selatan saat gelombang dari barat laut. Namun demikian secara keseluruhan
angkutan sedimen dominan ke utara. Hasil perbandingan profil garis pantai hasil model dengan
citra satelit menunjukkan adanya kemiripan. Perbedaan terutama terjadi pada pantai berbentuk
tonjolan karena pada lokasi demikian dinamikanya lebih kompleks. Simulasi model selama 19
tahun (1990 2008) menunjukkan tendensi adanya proses abrasi pada pantai yang berbentuk
tonjolan akibat energi gelombang yang terfokuskan, sedangkan pantai melengkung mengalami
sedimentasi akibat energi gelombang menyebar. Proses abrasi terutama terjadi pada pantai
Tanjung Bunga yang berbentuk tonjolan (181.1 m), sedangkan proses sedimentasi terutama
terjadi pada pantai Tanjung Merdeka bagian selatan sejauh 59.8 m. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pantai Barombong bagian selatan lebih stabil dibandingkan dengan lokasi
lain karena profil garis pantainya cenderung lebih lurus.
Kata Kunci: abrasi, akresi, angkutan sedimen, perubahan garis pantai.

112

Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB

Sakka et al.

I. PENDAHULUAN
Untuk keperluan perencanaan
pengelolaan kawasan pantai, diperlukan
penelitian tentang perubahan garis pantai
sehingga pembangunan yang dilakukan
tidak berdampak terhadap lingkungan.
Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengetahui perubahan garis pantai
di
suatu lokasi
adalah dengan
menggunakan model numerik (Dabees
and Kamphuis, 2000).
Beberapa model numerik telah
dibuat untuk mensimulasikan perubahan
garis pantai, model ini meliputi model
dua dimensi dan tiga dimensi. Model dua
dimensi menghitung perubahan garis
pantai
dengan
cara
mengamati
pergerakan posisi garis pantai dengan
asumsi bahwa profil pantai tidak berubah
yang biasa disebut metode one-line,
sedangkan
model
tiga
dimensi
mengamati variasi topografi. Model
numerik dua dimensi dibuat oleh
Leontyev (1996) untuk mengamati
perubahan garis pantai dalam waktu
singkat di sekitar struktur tegak lurus
pantai dengan menggunakan metode oneline. Diperoleh bahwa jumlah total
material sedimen yang terangkut adalah
25 x 103 m3 untuk daerah sebelah utara
groin dan 12 x 103 m3 untuk daerah
sebelah selatan groin dengan perubahan
garis pantai tertinggi adalah melebihi 4
m.
Purba dan Jaya (2004) meneliti
perubahan garis pantai dan penutupan
lahan di pesisir Lampung timur yang
menggunakan citra Landsat-TM tahun
1991, 1999, 2001 dan 2003 dan
menemukan erosi di sisi hilir tonjolan
garis pantai dan akresi di daerah lekukan.
Ashton dan Murray (2006) meneliti
pengaruh sudut datang gelombang
terhadap perubahan garis pantai yang
berbentuk spit dan tanjung dan
memperoleh bahwa interaksi antara input
sedimen,
pembentukan
kembali

gelombang dan hempasan gelombang


mengakibatkan sifat yang komplek,
dengan garis pantai menyerupai bentuk
delta Nile dan bentuk yang lebih
komplek seperti Delta Ebro atau Danube.
Shibutani et al. (2007) membuat model
transpormasi gelombang dan perubahan
garis pantai dengan menggunakan
metode one-line, dan memperoleh bahwa
ukuran butiran sedimen yang terdapat di
pantai mempunyai pengaruh terhadap
perubahan garis pantai yaitu semakin
kecil ukuran butiran, maka semakin besar
jarak perubahan garis pantai yang terjadi.
Hung et al. (2008) membuat model
transpormasi gelombang dan perubahan
garis pantai akibat pengaruh pemecah
gelombang dengan menggunakan metode
one-line dan memperoleh bahwa terjadi
bentuk garis pantai menonjol yang
terbentuk
di
belakang
pemecah
gelombang serta perubahan garis pantai
menunjukkan kecenderungan yang sesuai
dengan hasil eksperimen. Shibutani et al.
(2008) membuat model evolusi pantai
menggunakan metode N-line dengan
memasukkan pengaruh difusi dan
adveksi sedimen. Model ini memberikan
hasil yang baik pada pemulihan garis
pantai mundur.
Kim
dan
Lee
(2009)
mengembangkan model perubahan garis
pantai dengan menggunakan persamaan
logarithmic
spiral
bay
untuk
memprediksi konfigurasi garis pantai
yang berbentuk teluk. Triwahyuni et al.
(2010) membuat model perubahan garis
pantai
Timur
Tarakan
dengan
menggunakan metode one-line. Tinggi,
kedalaman dan sudut gelombang pecah
dihitung
dengan
menggunakan
persamaan
matematik,
kemudian
digunakan sebagai input dalam model.
Secara umum profil garis pantai hasil
akhir model menunjukkan kemiripan
dengan garis pantai hasil citra. Fitrianto
(2010) membuat model perubahan garis
pantai di sekitar jetty di Pelabuhan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Desember 2011

113

Studi Perubahan Garis Pantai Di Delta Sungai Jeneberang...

Pendaratan Ikan (PPI) Glayem Juntinyuat


dengan menggunakan metode one-line.
Tinggi, kedalaman dan sudut gelombang
pecah diperoleh dengan menggunakan
program STWAVE sehingga model
transformasi gelombang belum menyatu
dengan model perubahan garis pantai.
Beberapa penelitian dalam aspek
oseanografi telah dilakukan di sekitar
muara Sungai Jeneberang, seperti yang
dilakukan oleh Departemen PU (1989)
yang
meneliti
tentang
hidrologi,
perubahan garis pantai dan batimetri di
Sekitar muara Sungai Jeneberang.
Suriamiharja
(2005)
melakukan
penelitian
tentang
pasang
surut,
gelombang, arus dan angkutan sedimen
dalam kaitannya dengan akresi dan abrasi
pantai Tanjung Bunga. Kedua penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa telah
terjadi abrasi satu sisi dan akresi di sisi
lain di sepanjang pantai delta Sungai
Jeneberang.
Kedua
penelitian
sebelumnya tidak membuat model
matematik dalam melakukan kajian
oseanografi, sedangkan pada penelitian
ini
dibuat model matematik yang
menerapkan prinsip cascades (output
yang terakhir menjadi input berikutnya).
Gelombang yang terjadi di pantai
Delta Sungai Jeneberang mempunyai
pengaruh yang sangat intensif terhadap
material sedimen yang terdapat di
sepanjang
pantai
sehingga
dapat
mengubah garis pantai. Penelitian ini
bertujuan untuk mengamati perubahan
garis pantai di delta Sungai Jeneberang
akibat pengaruh angkutan sedimen.
Dalam penelitian ini dibuat model
angkutan sedimen dan perubahan garis
pantai serta menggunakan model prediksi
gelombang laut lepas dan transformasi
gelombang yang telah dibuat oleh Sakka
et al. (in press). Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan penelitian dalam bidang
perubahan garis pantai serta memberikan
masukan yang penting bagi pemerintah

114

Kota Makassar dalam menentukan


kebijakan untuk memanfaatkan dan
melestarikan pantai
delta Sungai
Jeneberang.
II. METODE
2.1. Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari : data tinggi,
perioda dan arah gelombang laut lepas,
gelombang pecah, karakteristik sedimen
serta data garis pantai awal. Data tinggi,
perioda dan arah gelombang laut lepas
dihitung berdasarkan data kecepatan
angin, sedangkan gelombang pecah
diperoleh dari transformasi gelombang
laut lepas yang merambat menuju ke
pantai. Data gelombang laut lepas dan
gelombang pecah diambil dari hasil
perhitungan yang dilakukan oleh Sakka
et al. (in press), sedangkan data
karakteristik sedimen diperoleh dari hasil
pengambilan sampel sedimen di lokasi
penelitian. Data garis pantai awal
diperoleh dari citra Landsat tahun 1990,
sedangkan untuk validasi hasil model
digunakan citra Landsat tahun 1999,
2003 dan 2008.
2.2. Desain Model
Tujuan model ini adalah untuk
memprediksi perubahan garis pantai
akibat pengaruh angkutan sedimen
sejajar pantai yang dibangkitkan oleh
arus sejajar pantai pada saat gelombang
pecah. Pada model ini dilakukan berbagai
penyederhanaan terhadap fenomena
kompleks
dengan
tujuan
untuk
mendapakan
model yang sederhana
dengan tetap mempertimbangkan akurasi
perhitungan. Model ini lebih ditujukan
untuk pantai berpasir yang didomonasi
oleh pengaruh gelombang, sedangkan
aspek
pasang
surut
tidak
dipertimbangkan. Model ini terdiri atas
empat submodel yaitu :

http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt32

Sakka et al.

(1) Submodel prediksi gelombang laut


lepas yang dibangkitkan oleh angin,
(2) Submodel transformasi gelombang
dari laut lepas ke garis pantai,
(3) Submodel angkutan sedimen sejajar
pantai,
(4) Submodel perubahan garis pantai.
Submodel (1) dan (2) telah
dikerjakan oleh Sakka et al. (in press),
dan dalam studi ini digunakan untuk
melengkapi submodel (3) dan (4).

Keempat submodel ini dikendalikan oleh


satu program utama yang mengatur
proses secara keseluruhan. Struktur
model utama diperlihatkan pada Gambar
1. Model utama ini dimulai dengan
pembacaan data seperti : data angin,
batimetri, sifat sedimen yang tersimpan
dalam bentuk file. Proses pertama yang
dilakukan adalah menghitung gelombang
yang dibangkitkan oleh angin pada laut
lepas.

Mulai
Data
Gelombang Laut Lepas
Penentuan Posisi
Garis Pantai Awal
Transformasi Gelombang
hrke =1

Perhitungan Perubahan
Garis Pantai
Jika t >
1 hari

tidak

ya
Update Batimetri

hrke = hrke+1

t = t+t

Perhitungan
Angkutan Sedimen

Transformasi Gelombang

Jika hrke
> hrke-n

tidak

ya
Cetak Hasil
Selesai

Gambar 1. Diagram alir program utama perubahan garis


berwarna telah dikerjakan oleh Sakka et al. (in press)

pantai,

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Desember 2011

submodel

115

Studi Perubahan Garis Pantai Di Delta Sungai Jeneberang...

Informasi ini digunakan sebagai kondisi


batas di grid terluar (lepas pantai).
Proses kedua adalah penentuan
posisi garis pantai awal berdasarkan data
batimetri. Diasumsikan bahwa batimetri
dengan kedalaman lebih besar dari nol
dianggap sebagai sel laut, sebaliknya
kedalaman lebih kecil dari nol dianggap
sebagai sel darat. Model akan mendeteksi
garis pantai dengan menghitung panjang
lintasan dari titik referensi (j = 1) sampai
dengan sel laut yang terdekat.
Proses ketiga adalah menghitung
penjalaran gelombang dari laut lepas ke
garis
pantai.
Dalam
perhitungan
diasumsikan bahwa proses yang dominan
adalah proses refraksi dan shoaling.
Proses difraksi, refleksi, interaksi
nonlinier, gesekan dasar, perkolasi,
energy angin, irregularitas gelombang
tidak ditinjau dalam model karena
dianggap tidak dominan. Berdasarkan
informasi tinggi, perioda dan sudut
datang gelombang di laut lepas, maka
model menghitung refraksi gelombang.
Setelah diperoleh data posisi garis
pantai awal, medan gelombang yang
berisikan informasi berupa tinggi,
perioda, sudut gelombang dan posisi
gelombang pecah maka dimulailah loop
perhitungan perubahan garis pantai.
Sebelum
dilakukan
perhitungan
perubahan garis pantai, terlebih dahulu
dihitung angkutan sedimen menyusuri
pantai serta kontribusi sedimen dari
sungai. Perhitungan angkutan sedimen
dan perubahan garis pantai dilakukan
sehari untuk setiap t. Pada hari
berikutnya informasi medan gelombang
dan batimetri diperbaharui berdasarkan
posisi garis pantai terakhir. Proses loop
ini dilakukan sampai dengan hari ke
6840.

116

2.3. Analisis data dan pemodelan


Perhitungan angkutan sedimen
sejajar pantai (Q) yang diakibatkan oleh
gelombang pecah dihitung dengan
menggunakan
persamaan
USACE
(2003):

5/ 2
Q K rms
H brms sin 2 b
1/ 2

16

b
s

(1)
parameter s adalah massa jenis sedimen
(kg/m3), adalah massa jenis air laut
(kg/m3), b adalah indeks gelombang
pecah, n adalah porositas sedimen, b
adalah sudut gelombang pecah (derajat).

K rms 1.4e 2.5 D50

(2)

H brms 0.706H b

(3)

2.4. Perubahan Garis Pantai


Model perubahan garis pantai
dibuat berdasarkan pada persamaan
Budget sedimen (USACE, 2003) yaitu
sepanjang
pantai
dibagi
menjadi
sejumlah sel dengan panjang yang sama
(x), seperti pada Gambar 2.
Perubahan garis pantai akibat
angkutan sedimen yang masuk dan keluar
sel diperlihatkan pada Gambar 3, laju
perubahan volume sedimen yang terjadi
di dalam sel adalah :
V
Qi 1 Qi
t

http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt32

(4)

Sakka et al.

Qi = Transpor sepanjang
pantai

Garis pantai
Sel i
i+1

i1

yi

x
x

Gambar 2. Pembagian garis pantai menjadi sederetan sel dengan lebar x


(Horikawa 1988)

Garis Pantai Baru

Qkelua

Garis Pantai Lama

Qmasu
k

Gambar 3. Angkutan sedimen yang masuk dan keluar sel (Horikawa 1988)
Volume sedimen yang berada dalam sel
(V) diperoleh dengan asumsi bahwa
kedalaman dasar pantai (h) dalam sel
adalah homogen (Gambar 2), yaitu:

V h y x

(5)

dimana : x adalah panjang sel (m), y


lebar sel (m).
Jika persamaan (5) disubsitusi ke (4),
maka diperoleh:

y 1 Qi 1 Qi

t h x

(6)

dimana :
adalah angkutan sedimen
pada titik i dan
adalah angkutan
sedimen pada titik i-1.

Pada lokasi penelitian terdapat sumber


sedimen yang berasal dari dua muara
Sungai Jeneberang (Qs1 dan Qs2) ,
sehingga persamaan (6) dapat ditulis
menjadi:

y 1 Qi 1 Qi


Qs1 Qs 2
t h x

(7)

Dengan menggunakan metode beda


hingga (finite difference), maka diperoleh
hasil diskretisasi persamaan (7) sebagai
berikut :
yit

yit 1

1 Qit1 Qit

Qst1 Qst 2 t
h x

(8)

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Desember 2011

117

Studi Perubahan Garis Pantai Di Delta Sungai Jeneberang...

dimana:
yit = Jarak antara geris pantai dan garis
referensi di titik i pada waktu t
(m)
t
Qi = Angkutan sedimen sejajar pantai
di titik i pada waktu t (m3)
Qst1 = Angkutan sedimen dari sungai-1
per satuan lebar pada waktu t
(m3/det/m)

Qst 2 = Angkutan sedimen dari sungai-2


per satuan lebar pada waktu t
(m3/det/m)
t = Langkah waktu (detik)
x = Jarak antara titik grid sejajar
pantai (m)
h = Kedalaman air (m)
Dalam persamaan (8), nilai t dan
x adalah tetap sehingga y hanya
tergantung pada nilai Q dan Qs. Apabila
jumlah Q dan Qs negatip (transpor
sedimen yang masuk lebih kecil dari
yang keluar sel) maka y akan negatip,
yang berarti pantai mengalami abrasi.
Sebaliknya, jika jumlah Q dan Qs
positip (transpor sedimen yang masuk
lebih besar dari yang keluar sel) maka y
akan positip atau pantai mengalami
akresi. Apabila Q + Qs = 0 maka y = 0
yang berarti pantai tetap.
Input data yang digunakan dalam
simulasi model terdiri dari : massa jenis
sedimen = 2593 kg/m3, massa jenis air
laut = 1025 kg/m3, porositas material
dasar = 0.4, diameter sedimen rata-rata =
0.57 mm, persentase kejadian gelombang
= 0.01, percepatan gravitasi = 9.81
m/detik2, jumlah titik grid dalam arah x
(sejajar pantai) = 798, jarak titik grid
dalam arah x = 10 m, jumlah titik grid
dalam arah y (tegak lurus pantai) = 2028
dan jarak titik grid dalam arah y = 5 m.
Bila garis pantai hasil model tidak
mendekati hasil citra sebagai validasi,
maka dilakukan proses coba ulang (trial
and error) terhadap model. Proses coba

118

ulang dilakukan dengan cara mengubahubah nilai Cn (persentase kejadian


gelombang) sampai didapat garis pantai
yang mendekati hasil citra.
Pada lokasi penelitian terdapat dua
muara yaitu muara bagian selatan dan
bagian utara. Kedua muara tersebut
mensuplai sedimen ke daerah pantai.
Muara bagian selatan terletak pada titik
grid i = 492 sedangkan bagian utara
terletak pada titik grid i = 801 yang
mensuplai sedimen ke pantai pada setiap
perhitungan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Angkutan Sedimen
Hasil
perhitungan
angkutan
sedimen di sepanjang pantai dengan arah
datang gelombang dari barat daya, barat
dan barat laut diperlihatkan pada
Gambar 4. Pada saat gelombang datang
dari arah barat daya (terutama terjadi
pada bulan Desember-Maret) besar
angkutan sedimen berkisar antara 0.9
sampai 282.5 m3/hari dengan rata-rata
20.6 m3/hari ke arah utara dan 0.8 sampai
11.2 m3/hari dengan rata-rata 2.7 m3/hari
ke arah selatan.
Pada saat gelombang datang dari
arah barat besar angkutan sedimen
berkisar antara 0.1 sampai 265 m3/hari
dengan rata-rata 19.9 m3/hari ke arah
utara dan 7.8 sampai 49.7 m3/hari dengan
rata-rata 11.9 m3/hari ke arah selatan.
Ketika gelombang dari barat, maka pada
beberapa lokasi arah angkutan sedimen
ke utara dan sebagian lokasi ke selatan,
hal ini disebabkan karena orientasi pantai
yang tidak lurus (berkelok).
Pada saat gelombang datang dari
arah barat laut besar angkutan sedimen di
sepanjang pantai berkisar antara 0.5
sampai 10.1 m3/hari dengan rata-rata 2.6
m3/hari ke arah utara dan 0.1 sampai
280.5 m3/hari dengan rata-rata 19.7
m3/hari
ke arah
selatan.
Hasil
perhitungan netto angkutan sedimen

http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt32

Sakka et al.

sejajar pantai ke utara dan ke selatan


menunjukan bahwa angkutan sedimen
dominan ke arah utara. Sedimen tersebut
terangkut ke sebelah utara di perairan
pantai Losari sehingga pada pantai
Tanjung Bunga terjadi abrasi sedangkan
di perairan pantai Losari terjadi
pendangkalan. Hasil penelitian yang
sama juga didapatkan oleh Departemen
PU (1989) dan Suriamihardja (2005)
bahwa angkutan sedimen di sepanjang
pantai sekitar muara Sungai Jeneberang
dominan ke arah utara.
3.2. Perubahan Garis Pantai
Perubahan garis pantai di lokasi
penelitian diteliti dengan menggunakan
data citra landsat tahun 1990, 1999, 2003
dan 2008. Garis pantai tahun 1990
digunakan sebagai garis pantai awal
untuk melihat besarnya perubahan garis
pantai yang terjadi selama tahun 1990
sampai 2008. Hasil digitasi garis pantai
diperlihatkan pada Gambar 5, yang
merupakan
hasil
tumpang
tindih
(overlay) citra tahun 1990, 1999, 2003
dan 2008.
Secara umum sepanjang garis
pantai lokasi penelitian terlihat bahwa
selama tahun 1990 sampai 2008 telah

terjadi abrasi di satu sisi dan mengalami


sedimentasi di sisi yang lain (Tabel 1).
Proses abrasi terutama terjadi pada pantai
Tanjung Bunga, hal ini disebabkan
karena orientasi pantai Tanjung Bunga
cenderung menghadap barat
laut
sehingga pada saat gelombang datang
dari arah barat daya dan barat sudut
gelombang pecah di pantai Tanjung
Bunga sangat besar (Sakka, in press).
Dengan demikian angkutan sedimen di
pantai Tanjung Bunga sangat besar
sehingga mengalami abrasi.
Sungai Jeneberang yang bermuara
di Kota Makassar mempunyai dua muara
yaitu muara bagian selatan (di antara
pantai
Barombong
dan
Tanjung
Merdeka) dan muara bagian utara (di
antara pantai Tanjung Merdeka dan
Tanjung Bunga). Sedimen yang berasal
dari Sungai Jeneberang sebagian besar
tersedimentasi di sekitar muara sungai,
kemudian terangkut oleh arus dan
gelombang ke sepanjang pantai. Arah
angkutan sedimen yang dominan ke utara
menyebabkan pantai Tanjung Merdeka
memperoleh sedimen terutama dari
muara bagian selatan, sedangkan pantai
Tanjung Bunga memperoleh sedimen
dari muara bagian utara.

Gambar 4. Besar angkutan sedimen di sepanjang pantai

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Desember 2011

119

Studi Perubahan Garis Pantai Di Delta Sungai Jeneberang...

N
N
765 764
000 000

S
0

100 0 m

9 75 00 00
9 45 00 00
9 30 00 00

Tanju ng Merdek a

9 43 000 0

9 75 00 00
9 60 00 00

9 42 950 0

9 45 00 00
9 30 00 00

Barombong

9 42 850 0
9 42 800 0

Barombong

9 42 900 0

9 42 600 0
9 42 550 0
9 42 500 0
9 42 450 0

900 00 0

105 00 00
#

KETERANGAN :
Garis Pantai Awal1990
Garis Pantai Citra1999
Garis Pantai Citra 2003
Garis Pantai Citra 2008
Batas Model
C dan D : Nama Lokasi
P eta Ga ris Pan tai Citra

E Ta hun 1990 , 199 9, 2 003 d an 2 008


Sum ber P eta :
1. Citra La ndsat Ta hun 1 990, 199 9,
2 003 d an 2 008
2. Ha sil A nalisis Mode l
3. S urvey La pang an

94 275 00

9 42 400 0

750 00 0

: .. .... .... .... . T r a n v e rse M e rca t o r


: .. .... .... .... . G rid U T M

94 280 00

9 42 750 0

9 42 650 0

9 42 300 0
9 42 250 0
9 42 200 0

100 0 m

Se kolah Pascasa rjana


Program Stu di Ilm u K elauta n
764 500
765 000Bog or
Institut P ertanian

765 500

766 000

Pada tahun 1993 muara Sungai


Jeneberang bagian utara ditutup sehingga
sedimen yang berasal dari Sungai
Jeneberang semuanya mengalir ke muara
bagian selatan. Hal ini menyebabkan
pantai Tanjung Bunga tidak mendapat
lagi suplai sedimen dari sungai bagian
utara sedangkan hempasan gelombang
yang terjadi setiap saat cukup besar

766 500

B ogor 2 011

sehingga pantai Tanjung Bunga telah


mengalami abrasi sekitar 66.9 sampai
190.3 m pada tahun 2008.
Pantai Barombong, pada tahun
1999 mengalami proses abrasi terutama
terjadi di lokasi C yaitu garis pantai
mundur sampai 47.8 m (lokasi C bagian
selatan) dan pada lokasi C bagian utara
telah terjadi sedimentasi yaitu garis

http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt32

600 00 0

750 00 0

900 00 0

105 00 00

S u la w e si S e la t a n
K o ta M a k a s s a r

930 00 00

9 42 150 0

600 00 0

P ro ye k si
G rid

945 00 00

Tanjung Bunga

94 285 00

9 42 100 0

100 0

960 00 00

94 290 00

9 42 050 0

E
S

975 00 00

S u la w e si S e la t a n

600 00 0

G rid

94 295 00

765 764
000 000

105 00 00

K o ta M a k a s s a r

P r o ye k si

94 300 00

G
900 00 0

930 00 00

Se kolah Pascasa rjana


Program Stu di Ilm u K elauta n
763Bog
000or
763 500
764 000
764 500
P ertanian
B ogor 2 011

750 00 0

945 00 00

Sum ber P eta :


1. Citra La ndsat Ta hun 1 990, 199 9,
2 003 d an 2 008
2. Ha sil A nalisis Mode l
3. S urvey La pang an

763 500 Institut

600 00 0

Gambar 5. Perubahan garis pantai hasil citra tahun 1990 2008, lokasi A, B, C,
D, E, F dan G pada gambar bagian bawah dibuat dari gambar bagian
atas yang diperbesar

120

100 0 m

960 00 00

763 000

975 00 00

765 000

P eta Ga ris Pan tai Citra


C
Ta hun 1990 , 199 9, 2 003 d an 2 008

94 240 00

762 500

S. Jeneberang

94 245 00

764 500

105 00 00

: .. .... .... .... . T ra n v e rse M e rca t o r


: .. .... .... .... . G rid U T M

94 250 00

762 000

94 255 00

764 000

900 00 0

94 260 00

94 205 00

763 500
761 500

750 00 0

766 500

S
100 0

94 265 00

KETERANGAN :
Garis Pantai Awal1990
Garis Pantai Citra1999
Garis Pantai Citra 2003
Garis Pantai Citra 2008
Batas Model
A dan B : Nama Lokasi

94 210 00

763 000
761 000

930 00 00

94 215 00

762 500

945 00 00

94 220 00

762 000

960 00 00

94 225 00

761 500

S u la w e si S e la t a n

K o ta M a k a s s a r

600 00 0

G rid

766 000

Peta Indeks :

105 00 00

P ro ye k si

761 000

900 00 0

975 00 00

94 230 00

750 00 0

765 500

Peta Indeks :

Peta Indeks :
600 00 0

N
765 000

764 500

94 305 00

9 42 700 0

764 500
763 500

94 270 00

94 235 00

100 0

764 000
763 000
E

9 75 00 00

763 500

9 60 00 00

765
763000
000

9 45 00 00

764
762500
500

9 30 00 00

764
762000
000

Bu
ng
a

763500
500
761

Ta
nj
un
g

763000
000
761

Tanjung Merdeka

762 500

9 60 00 00

762 000

9 43 050 0

761 500

9 42 350 0

761 000

750 00 0

900 00 0

105 00 00

: .. .... .... .... . T ra n v e rse M e rca t o r


: .. .... .... .... . G rid U T M

KETERANGAN :
Garis Pantai Awal1990
Garis Pantai Citra1999
Garis Pantai Citra 2003
Garis Pantai Citra 2008
Batas Model
E, F dan G : Nama Lokasi
P eta Ga ris Pan tai Citra
Ta hun 1990 , 199 9, 2 003 d an 2 008
Sum ber P eta :
1. Citra La ndsat Ta hun 1 990, 199 9,
2 003 d an 2 008
2. Ha sil A nalisis Mode l
3. S urvey La pang an
Se kolah Pascasa rjana
Program Stu di Ilm u K elauta n
Institut P ertanian Bog or
B ogor 2 011

Sakka et al.

Tabel 1. Jarak perubahan garis pantai hasil citra tahun 1990 2008
Perubahan Garis Pantai (m)
Lokasi
1999
Mundur
Maju
A
B
C
D
E
F
G

5.5
4.3
47.8
38.5
32.8

25.9
67.5
120.7
32.2
76.1
33.3

pantai telah maju sejauh 67.5 m ke arah


laut, pada tahun 2008 proses abrasi
menurun menjadi 20.8 m, sedangkan
proses sedimentasi menjadi 13.6 m.
Pantai Tanjung Merdeka, pada tahun
1999 mengalami proses abrasi terutama
di lokasi E sebesar 38.5 m, sedangkan
proses sedimentasi terutama terjadi pada
lokasi D yaitu garis pantai telah maju
sejauh 120.7 m. Pada tahun 2008 proses
abrasi di pantai Tanjung Merdeka telah
meningkat menjadi 64.2 m di lokai E,
sedangkan proses sedimentasi turun
menjadi 59.4 m pada lokasi C.
Proses abrasi dan akresi yang
terjadi terutama disebabkan oleh orientasi
pantai lokasi penelitian yang berkelokkelok. Pada pantai yang berbentuk
tonjolan mengalami abrasi, sedangkan
pantai
yang
berbentuk
lekukan
mengalami akresi. Selain itu juga
dipengaruhi oleh penutupan muara
Sungai Jeneberang dan pembangunan
Dam Bilibili sehingga suplai sedimen
kepantai semakin berkurang sedangkan
hempasan
gelombang
mengangkut
sedimen yang berada di pantai.
Untuk mengetahui besar perbedaan
perubahan garis pantai antara hasil
simulasi model dan hasil citra, maka
dilakukan tumpang tindih garis pantai
awal (tahun 1990), garis pantai citra pada
tahun 2008 dan garis pantai hasil model
tahun 2008 (Gambar 6).

Tahun
2003
Mundur Maju
4.0
4.0
3.2
33.0
98.6

4.9
16.3
19.9
70.6
29.6
23.0
5.1

2008
Mundur Maju
2.0
20.8
11.4
64.2
66.9
190.3

6.2
28.2
13.6
59.4
29.1
-

Berdasarkan hasil tumpang tindih


garis pantai hasil citra dan model
menunjukkan adanya kemiripan pola
garis pantai. Perubahan garis pantai hasil
model dan citra tahun 2008 keduanya
menunjukkan lokasi yang sama dimana
proses proses abrasi dan akresi terjadi
relatif terhadap garis pantai awal. Dari
hasil tumpang tindih garis pantai 1999,
diperoleh selisih anatara garis pantai hasil
model dengan garis pantai hasil citra
seperti diperlihatkan pada Tabel 2. Pada
tahun 1999 secara keseluruhan selisih
antara hasil model dengan hasil citra
pada semua lokasi berkisar 0.01 - 28.2 m,
perbedaan ini terutama terjadi pada lokasi
D. Pada tahun 2003 selisih antara garis
pantai hasil model dan citra terbesar
terjadi pada lokasi E berkisara 0.01
11.9 m. Pada tahun 2008 selisih antara
garis pantai hasil model dan hasil citra
terbesar terjadi pada lokasi C berkisar
0.04 17.1 m yang terjadi pada lokasi C.
Garis pantai hasil model ini diperoleh
setelah dilakukan proses coba ulang (trial
and error) yaitu dengan cara mengubahubah nilai Cn (persentase kejadian
gelombang). Nilai Cn yang digunakan
dalam model ini adalah 0.01, sedangkan
Komar (1983) menggunakan niali Cn =
0.05.
Morfologi garis pantai di sepanjang
lokasi penelitian berkelok-kelok, seperti
pantai Barombong bagian selatan (lokasi
A) dan pantai Barombong bagian tengah

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Desember 2011

121

Studi Perubahan Garis Pantai Di Delta Sungai Jeneberang...

9 75 00 00
9 60 00 00

Bu
ng
a

Ta
nj
un
g

9 45 00 00
9 30 00 00

9 75 00 00
9 60 00 00
9 45 00 00
9 30 00 00

Tanjung Merdeka

Tanjung Merdeka

9 42 950 0
9 42 900 0

9 75 00 00

9 43 000 0

9 42 650 0

9 42 800 0

Batas Model
C dan D : Nama Lokasi
Peta G aris P antai Citra da n M odel
Tah un 20 08

94 275 00

Sum ber P eta :


1. Citra La ndsat Ta hun 1 990, dan 2008
2. Ha sil A nalisis Mode l
3. S urvey La pang an
Se kolah Pascasa rjana
Program Stu di Ilm u K elauta n
Institut
P ertanian Bog
or500
765 000
765
B ogor 2 011

600 00 0

G rid

KETERANGAN :
Garis Pantai Awal1990
Garis Pantai Citra 2008
Garis Pantai Model 2008

764 500

766 000

122

900 00 0

105 00 00

Batas Model
E, F dan G : Nama Lokasi
Peta G aris P antai Citra da n M odel
Tah un 20 08
Sum ber P eta :
1. Citra La ndsat Ta hun 1 990, dan 2008
2. Ha sil A nalisis Mode l
3. S urvey La pang an

766 500

1990 - 2008 sepanjang garis pantai telah


terjadi proses abrasi di satu sisi dan
mengalami sedimentasi di sisi yang lain.
Proses abrasi terutama terjadi di pantai
Tanjung Bunga (lokasi F dan G) dan
pantai Tanjung Merdeka bagian utara
(lokasi E). Proses abrasi pada pantai
Tanjung Bunga terjadi karena sudut
gelombang pecah yang terjadi cukup
besar sehingga anggkutan sedimen juga
besar sedangkan suplai sedimen dari

http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt32

750 00 0

: .. .... .... .... . T ra n v e rse M e rca t o r


: .. .... .... .... . G rid U T M

KETERANGAN :
Garis Pantai Awal1990
Garis Pantai Citra 2008
Garis Pantai Model 2008

Gambar 6. Perubahan garis pantai hasil citra dan hasil model tahun 2008, lokasi
A, B, C, D, E, F dan G pada gambar bagian bawah dibuat dari gambar
bagian atas yang diperbesar.
(lokasi B) mempunyai bentuk garis
pantai melengkung, sedangkan pantai
Barombong bagian utara (lokasi C)
berbentuk tonjolan. Garis pantai Tanjung
Merdeka bagian selatan berbentuk
tonjolan sedangkan barombong bagian
utara berbentuk lurus. Garis pantai
Tanjung Bunga (lokasi F dan G)
berbentuk tonjolan.
Hasil simulasi model (Tabel 3) juga
memperlihatkan bahwa selama tahun

S u la w e si S e la t a n
K o ta M a k a s s a r

P ro ye k si

94 280 00

9 42 750 0

105 00 00

94 285 00

Barombong

900 00 0

: .. .... .... .... . T r a n v e r se M e r ca t o r


: .. .... .... .... . G r id U T M

105 00 00

930 00 00

750 00 0

94 290 00

600 00 0

P r o ye k si

900 00 0

945 00 00

750 00 0

100 0 m

960 00 00

S u la w e si S e la t a n
K o ta M a k a s s a r

600 00 0

975 00 00

9 42 600 0

105 00 00

94 295 00

9 42 550 0

G
900 00 0

930 00 00

9 42 500 0

750 00 0

100 0

945 00 00

9 42 450 0

600 00 0

Peta Indeks :

E
S

100 0 m

960 00 00

9 42 400 0

94 300 00

100 0

E
94 240 00

Se kolah764
Pascasa
rjana 765 000
500
763 500
764 000
Program Stu di Ilm u K elauta n
Institut P ertanian Bog or
B ogor 2 011

94 245 00

Peta G aris P antai Citra da n M odel


Tah un 20 08
Sum ber P eta :
1. Citra La ndsat Ta hun 1 990, dan 2008
2. Ha sil A nalisis Mode l
3. S urvey La pang an
764 000
763 000

G r id

94 250 00

Batas Model
A dan B : Nama Lokasi

766 500

975 00 00

: .. .... .... .... . T r a n v e rse M e rca t o r


: .. .... .... .... . G r id U T M

KETERANGAN :
Garis Pantai Awal1990
Garis Pantai Citra 2008
Garis Pantai Model 2008

94 255 00

930 00 00

S. Jeneberang
750 00 0
900 00 0
105 00 00

600 00 0

P r o ye k si

94 260 00

S u la w e si S e la t a n
K o ta M a k a s s a r

94 265 00

105 00 00

766 000

94 305 00

94 270 00

900 00 0

945 00 00

766500
000
763

750 00 0

765 500
E

Peta Indeks :

960 00 00

765000
500
763

100 0 m

975 00 00

765500
000
762

94 205 00

764000
500
762

G rid

94 210 00

764
000
761 500

600 00 0

94 215 00

763
761 500
000

Peta Indeks :

94 220 00

763 000

100 0

N
765 000

764 500

E
S

94 225 00

762 500

765
000
764
000

94 230 00

N
764500
500
763

764
763000
000

94 235 00

762 000

763
766500
000

9 60 00 00

763
765000
500

9 45 00 00

762
765500
000

9 30 00 00

762
764000
500

B arombong

761 500
764
000

9 43 050 0

761 500
000
763

763 000

9 42 850 0

762 500

9 42 700 0

762 000

Se kolah Pascasa rjana


Program Stu di Ilm u K elauta n
Institut P ertanian Bog or
B ogor 2 011

Sakka et al.

Tabel 2. Selisih perubahan garis pantai antara hasil citra dan hasil model relatif
terhadap garis pantai awal
Selisih Perubahan Garis Pantai (m)
Tahun
Lokasi
1999
2003
2008
Jarak Rata-rata Err Jarak Rata-rata Err Jarak Rata-rata
A 0.01 - 8.7 1.7 41.8 0.01 - 2.4
1.0 39.1 0.01 - 8.2
1.9
B
0.01 - 9.4
2.5 28.1 0.15 - 6.3
2.6 46.2 0.02 - 6.7
3
C 0.12 - 23.7 7.8 18.3 0.08 - 7.8
3.1 27.3 0.04 - 17.1 4.6
D 0.01 - 28.2 4.8
7.3 0.07 - 10.6 6.6 19.2 0.13 - 10.2 3.1
E 0.03 - 18.6 5.9
9.1 0.01 - 11.9 5.0 22.1 0.54 - 15.3 3.2
F
0.25 - 4.9
3.6
6.2 0.09 - 1.7
1.0 23.6 4.42 - 9.9
7.7
G
0.01 - 8.1
3.1 23.9 0.03 - 9.5
5.2 12.2 0.02 - 10.5 5.7

Err
44.9
31.0
51.2
13.5
16.9
15.3
4.9

Tabel 3. Perubahan garis pantai hasil model tahun 1990 2008

Lokasi

A
B
C
D
E
F
G

Perubahan Garis Pantai (m)


Tahun
1999
Mundur
11.0
4.7
31.3
38.1
28.3

2003
Maju
18.9
69.3
126.3
32.6
77.2
36.7

dari sungai berkurang.


Proses sedimentasi terutama terjadi
di pantai Tanjung Merdeka bagian
selatan (lokasi D) dan pantai Barombong
bagian utara (lokasi B dan C). Proses
sedimentasi terjadi karena perubahan
garis pantai di sekitar muara sungai
sangat dipengaruhi oleh suplai sedimen
dari sungai (Ashton & Murray, 2006)
dimana pantai Tanjung Merdeka bagian
selatan dan Barombong bagian utara
tetap mendapat suplai sedimen dari
Sungai Jeneberang yang lebih besar dari
angkutan sedimen akibat gelombang.
Pantai Barombong bagian selatan (Lokasi
A) mempunyai garis pantai yang lebih
stabil dibandingkan dengan lokasi lain,

Mundur
5.7
8.2
5.6
27.0
91.9

2008
Maju
6.3
9.9
23.9
62.3
29.5
22.6
5.2

Mundur
6.0
0.2
16.5
12.2
60.4
58.0
181.1

Maju
7.9
26.2
28.9
59.8
32.6
-

hal ini terjadi karena pantai barombong


bagian selatan mempunyai garis pantai
yang cenderung lurus dan jauh dari
muara sungai, seperti diperlihatkan pada
Gambar 7.
Selama tahun 1990 2008
gelombang yang berasal dari arah barat
dan barat daya lebih dominan
pengaruhnya dari pada barat laut.
Gelombang yang berasal dari arah
barat dan barat daya akan menyebabkan
angkutan sedimen ke arah utara,
sedangkan yang berasal dari arah barat
laut akan menyebabkan angkutan
sedimen ke arah selatan. Karena
angkutan sedimen dominan ke arah utara,
maka pertumbuhan daratan cenderung ke

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Desember 2011

123

Studi Perubahan Garis Pantai Di Delta Sungai Jeneberang...

9 42 800 0
9 42 750 0

9 75 00 00
9 60 00 00
9 45 00 00

Ta
nj
un
g

S u la w e si S e la t a n

9 30 00 00

Bu
ng
a

9 75 00 00
9 60 00 00
9 30 00 00

9 30 00 00

Barombong

Tanjung Merde ka

9 60 00 00

9 42 950 0

9 42 600 0
9 42 550 0
9 42 500 0
9 42 450 0

9 45 00 00

9 43 000 0

9 42 700 0
9 42 650 0

9 42 300 0
9 42 250 0
9 42 200 0

9 42 400 0

Tanjung Merdeka

766 500

767 000

124

600 00 0

P r o ye k si

750 00 0

900 00 0

105 00 00

: .. .... .... .... . T r a n v e rse M e rca t o r


: .. .... .... .... . G rid U T M

KETERANGAN :
Garis Pantai Awal 1990
Garis Pantai Model 1999
Garis Pantai Model 2003
Garis Pantai Model 2008
Batas Model
E, F dan G : Nama Lokasi
Pet a G aris P anta i M ode l
Ta hun 1990 , 199 9, 2 003 d an 2 008
Sum ber P eta :
1. Citra La ndsat Ta hun 1 990
2. Ha sil A nalisis Mode l
3. S urvey La pang an
Se kolah Pascasa rjana
Program Stu di Ilm u K elauta n
Institut P ertanian Bog or
B ogor 2 011

mempunyai resolusi spasial 30 x 30


meter, dimana 50% dari resolusi satelit
yang digunakan adalah kemungkinan
penyebab error terhadap perhitungan
garis pantai.
IV. KESIMPULAN
Angukutan sedimen di lokasi
penelitian dominan ke arah utara
dibandingkan dengan ke arah selatan.
Hal ini disebabkan karena gelombang

http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt32

105 00 00

930 00 00

94 275 00

766 000

900 00 0

945 00 00

Pet a G aris P anta i M ode l


Ta hun 1990 , 199 9, 2 003 d an 2 008

Sum ber P eta :


1. Citra La ndsat Ta hun 1 990
2. Ha sil A nalisis Mode l
3. S urvey La pang an

750 00 0

K o ta M a k a s s a r

G rid

KETERANGAN :
Garis Pantai Awal 1990
Garis Pantai Model 1999
Garis Pantai Model 2003
Garis Pantai Model 2008
Batas Model
C dan D : Nama Lokasi

Se kolah Pascasa rjana


Program Stu di Ilm u K elauta n
765 000
765 500
Institut P ertanian Bog or
B ogor 2 011

600 00 0

Gambar 7. Perubahan garis pantai hasil model tahun 1990 2008, lokasi A, B, C, D, E,
F dan G pada gambar bagian bawah dibuat dari gambar bagian atas yang
diperbesar
arah utara. Hasil penelitian yang sama
juga didapatkan oleh Departemen PU.,
(1989) dan Suriamihardja (2005) bahwa
angkutan sedimen di lokasi penelitian
dominan ke arah utara.
Dari hasil tumpang tindih garis
pantai hasil model dan hasil citra
diperoleh bahwa persentase kesalahan
hasil model terhadap citra berkisar antara
4.9 51.2% (Tabel 2). Pada penelitian ini
perubahan garis pantai dari citra satelit
diperoleh dari data citra landsat yang

100 0 m

960 00 00

105 00 00

94 280 00

764 500

900 00 0

: .. .... .... .... . T r a n v e r se M e rca t o r


: .. .... .... .... . G rid U T M

94 285 00

9 42 150 0

105 00 00

750 00 0

Peta Indeks :
975 00 00

900 00 0

S u la w e si S e la t a n

600 00 0

E
S

100 0

K o ta M a k a s s a r

P r o ye k si

100 0 m

94 290 00

Se kolah Pascasa rjana


Program Stu di Ilm u K elauta n
Institut P ertanian Bog or
B ogor 2 011

750 00 0

767 000

94 295 00

Sum ber P eta :


1. Citra La ndsat Ta hun 1 990
2. Ha sil A nalisis Mode l
3. S urvey
La 764
pang
an 764 000765 000
500
763 000764 000
763 500

94 240 00

Pet a G aris P anta i M ode l


Ta hun 1990 , 199 9, 2 003 d an 2 008

600 00 0

G rid

94 245 00

9 42 100 0

930 00 00

105 00 00

94 250 00

9 42 050 0

S
100 0

945 00 00

900 00 0

: .. .... .... .... . T ra n v e rse M e rca t o r


: .. .... .... .... . G rid U T M

KETERANGAN :
Garis Pantai Awal 1990
Garis Pantai Model 1999
Garis Pantai Model 2003
Garis Pantai Model 2008
Batas Model
E
A dan B : Nama Lokasi

765 000

960 00 00

750 00 0

94 255 00

930 00 00

G rid

766 500

975 00 00

945 00 00

763 500

S. Jeneberang

94 260 00

S u la w e si S e la t a n

600 00 0

766 000

94 300 00

105 00 00

K o ta M a k a s s a r

P r o ye k si

765 500

94 305 00

900 00 0

960 00 00

764 500

765 000

Peta Indeks :

750 00 0

975 00 00

764 000

100 0 m

94 265 00

763 500

600 00 0

94 205 00

763 000

763 000

94 270 00

C
94 210 00

762 500

762 500

94 215 00

762 000

762 000

100 0

Peta Indeks :

94 220 00

761 500

761 500

764 500

E
W

94 225 00

761 000

764 000
765 000

94 230 00

763 500764 500

W
94 235 00

761 000

763
765500
000 763 000764 000

763 500
000
764

9 75 00 00

762
500
764
000

9 45 00 00

763762
500000

Barombong

761 500
763 000

9 43 050 0

761 000
762 500

9 42 900 0

762 000

9 42 850 0

761 500

9 42 350 0

761 000

Sakka et al.

yang yang merambat dari laut lepas


menuju ke pantai dominan dari arah barat
dan barat daya yang mengangkut
sedimen ke arah utara.
Berdasarkan tumpang tindih garis
pantai hasil citra dan garis pantai hasil
model terlihat adanya kemiripan pola
garis pantai. Pantai yang berbentuk
tonjolan mengalami abrasi. Hal ini terjadi
karena diperkirakan energi gelombang
pada pantai tersebut terfokus dan tinggi
gelombang lebih besar seperti pada
pantai Tanjung Bunga mengalami abrasi
sejauh 181.1 m. Selain itu, Penutupan
Sungai Jeneberang yang terletak di sisi
selatan dari Tanjung Bunga, diperkirakan
mengurangi pasokan sedimen sehingga
menaikkan tinggkat erosi. Pantai yang
berbentuk lekukan cenderung mengalami
sedimentasi karena diperkirakan energi
gelombang
menyebar
dan
tinggi
gelombang lebih kecil sehingga sedimen
lebih mudah terendapkan seperti pada
pantai Tanjung merdeka bagian selatan
mengalami sedimentasi sejau 59.8 m.
Pantai yang lurus lebih stabil karena
tinggi dan sudut gelombang yang terjadi
hampir sama sepanjang pantai tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ashton, A. and B. Murray. 2006. Highangle
wave
instability
and
emergent shoreline shapes: 1.
Modeling of sand waves, flying
spits, and capes. J Geophys Res.,
111:1-19.
Dabees, M. and J.W. Kamphuis. 2000.
NLINE: Efficient modeling of 3-D
beach change. Presented at: ICCE
'00 Sydney. Australia.
Departemen
P.U.
1989.
Bili-Bili
Multipurpose
Dam
Project
Detailed Design for Jeneberang
River
Improvement
Works.
Supporting Report Study on
Hydrology and River Hydraulics
Volume II.

Fitrianto, R. 2010. Pemodelan perubahan


garis pantai sekitar jetty di
pelabuhan pendaratan ikan (PPI)
Glayem-Juntinyuat, Kab. Inramayu
[Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bongor.
Horikawa, K. 1988. Nearshore dynamics
and coastal processes. Japan:
University of Tokyo Press.
Hung, C.W., H.B. Chen, H.B., and C.P.
Tsai. 2008. Simulation of shoreline
change behind a submerged
permeable breakwater. TaiwanPolish Joint Seminar on Coastal
Protection B49-B58.
Kim, I.H., and J.L. Lee. 2009. Numerical
modeling of shoreline change due
to
stucture-induced
wave
diffraction. J. Coas. Res., 56:78-82.
Leontyev, I.O. 1997. Short-term
shoreline changes due to crossshore structures: A One-line
numerical model. J. Coas. Eng.,
31:59-75.
Purba, M. dan I. Jaya. 2004. Analisis
Perubahan Garis Pantai dan
Penutupan Lahan antara Way Penet
dan Way Sekampung, Kabupaten
Lampung Timur. J. Ilmu-ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia,
11(2):109-121.
Sakka, M. Purba, I.W. Nurjaya, H.
Pawitan, dan V.P. Siregar. (in
press), Transpormasi Gelombang
Di Sepanjang Pantai Delta Sungai
Jeneberang, Makassar. J. Torani.
Shibutani, Y., M. Kuroiwa, and Y.
Matsubara. 2007. One-line model
for predicting shoreline changes
due to beach nourishments. J.
Coas. Eng., 50:511515.
Shibutani, Y., M. Kuroiwa, and Y.
Matsubara. 2008. N-line beach
evolution
model
considering
advection and diffusion effects of
nourished sand. Proceedings of the
Eighteent International Offshore
and Polar Engineering Conference

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Desember 2011

125

Studi Perubahan Garis Pantai Di Delta Sungai Jeneberang...

Vancouver. BC. Canada. ISBN


978-1-880653-70-8.
Suriamihardja, D.A. 2005. Compromise
management in the jeneberang
delta and losari bay, Makassar.
Department
of
Geography.
Publication Series Number 61
University of Waterloo.
Triwahyuni, A., M. Purba, dan S.B.
Agus. 2010. Pemodelan perubahan
garis pantai timur Tarakan,
Kalimantan Timur. Ilmu Kelautan:
Indonesian J. of Marine Sci.
1(Edisi Khusus):9-23.
USACE (U. S. Army Corps of
Engineers). 2003. Coastal Sediment
Processes, Part III, Department of
the Army. U.S. Army Corp of
Engineers. Washington DC.

126

http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt32

Anda mungkin juga menyukai