Anda di halaman 1dari 18

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan

Wanita

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara sederhana, reproduksi berarti suatu proses mempertahankan kelestarian jenis
dengan menghasilkan keturunan. Proses reproduksi menjadi tanggung jawab bersama
pihak pria maupun wanita, oleh karenanya baik pria maupun wanita sebaiknya
mengetahui hal-hal terkait sistem reproduksi mencakup: organ-organ yang terlibat, fungsi
organ-organ tersebut,serta pengaturan hormonal yang mempengaruhi kerja organ-organ
tersebut (Efendi & Makhfudli, 2009, hal. 221-222). Dengan mengetahui hal ini, manusia
dapat mempertahankan kesehatan sistem reproduksi dan menghindari perilaku berisiko
mengganggu kesehatan sistem reproduksi.
Menurut survey Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah
tahun 2010 di Semarang tentang pengetahuan kesehatan reproduksi menunjukkan 43,22%
pengetahuannya masih rendah (dalam Hastutik, 2012,hal. 2). Sedangkan berdasarkan
studi pendahuluan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan bahwa 70% mahasiswa di kampus tersebut
belum mengetahui aspek kesehatan reproduksi secara keseluruhan (Nurmansyah, AlAufa, & Amra, 2013, hal. 6)
Dengan melihat fakta tersebut di atas, penting untuk mencari tahu secara mandiri
aspek-aspek kesehatan reproduksi terutama organ dan hormon yang terlibat dalam fungsi
reproduksi, serta fungsi organ dan hormon tersebut dalam sistem reproduksi sebagai
langkah awal untuk memahami kesehatan reproduksi.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa saja yang termasuk organ reproduksi pada pria dan wanita?
b. Bagaimana fungsi masing-masing organ reproduksi pria dan wanita?
c. Apa saja hormon-hormon yang terkait dengan fungsi reproduksi dan bagaimana
fungsi hormon-hormon yang terkait dengan fungsi reproduksi tersebut?
d. Apa yang dimaksud dengan mimpi basah pada pria dan apa saja hormon yang
terlibat dalam fenomena tersebut
e. Apa yang dimaksud dengan menstruasi da bagaimana pengaruh hormon
seksualterhadap siklus menstruasi?
f. Apa saja dan bagaimana fungsi hormon-hormon yang terlibat selama periode
kehamilan, kelahiran, dan menyusui?
1.3 Tujuan

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

a. Untuk mengetahui organ-organ yang berperan dalam sistem reproduksi pada pria dan
wanita
b. Untuk memahami fungsi masing-masing organ reproduksi pria dan wanita
c. Untuk mengetahui hormon-hormon yang terkait dengan fungsi reproduksi dan fungsi
hormon-hormon tersebut
d. Untuk mengetahui definisi fenomena mimpi basah pada pria dan hormon yang
terlibat dalam fenomena tersebut
e. Untuk memahami fenomena menstruasi pada wanita dan pengaruh hormon seksual
terhadap siklus menstruasi
f. Untuk mengetahui hormon-hormon yang terlibat dan fungsinya selama periode
kehamilan, kelahiran, dan menyusui
1.4 Manfaat
Bagi mahasiswa:
1. Mengetahui organ-organ yang berperan dalam sistem reproduksi pada pria dan wanita
2. Memahami fungsi masing-masing organ reproduksi pria dan wanita
3. Mengetahui hormon-hormon yang terkait dengan fungsi reproduksi dan fungsi
hormon-hormon tersebut
4. Mengetahui definisi fenomena mimpi basah pada pria dan hormon yang terlibat
dalam fenomena tersebut
5. Memahami fenomena menstruasi pada wanita dan pengaruh hormon seksual terhadap
siklus menstruasi
6. Mengetahui hormon-hormon yang terlibat dan fungsinya selama periode kehamilan,
kelahiran, dan menyusui

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Organ reproduksi pada pria dan wanita
Organ reproduksi pada pria
1. Penis terdiri dari tiga bagian : akar, badan dan glans penis yang banyak mengandung
ujung-ujung saraf sensorik. Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektil
silindris, yaitu dua korpus kavernosum dan satu korpus spongiusum ventral di
sekitar eretra. Jaringan elektril adalah jaringan-jaringan ruang darah ireguler (venosa
sinusoid), vaskularisasi oleh arteriol aferen dan kapiler, didrainase oleh venula dan

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

dikelilingi jaringan ikat rapat yang disebut Tunika Albuginea. Kulit penis tipis dan
tidak berambut kecuali di dekat akar organ. Preposium (kulup) adalah lipatan
sirkular kulit longgar yang merentang menutupi glans penis kecuali jika diangkat
melalui sirkumsisi. Penis berfungsi sebagai tempat keluarnya urine, semen serta
sebagai organ kopulasi (Sloane,2004,hal. 351; Setiadi, 2007, hal. 96).
2. Skrotum adalah kantung longgar yang tersusun atas kulit, fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menopang testis di luar tubuh yang pada suhu optimum untuk
memproduksi spermatozoa. Otot dartos yaitu suatu lapisan serat dalam pasia dasar
yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit scrotal sebagai respon
terhadap udara dingin atau eksitasi seksual. Ada dua kantog skrotal berisi satu testis
tunggal yang dipisahkan oleh septum internal (Sloane,2004, hal.347; Setiadi, 2007,
hal. 92).
3. Testis adalah organ lunak, berbentuk oval dengan panjang 4 sampai 5 cm dengan
diameter 2,5 cm fungsinya untuk menghasilkan tetosteron dan sperma. Kelenjar
testis ada beberapa bagian, yaitu :
A. Tunika Albuginea, yaitu kapsul yang membungkus testis yang merentang kearah
dalam yang terdiri dari sekitar 250 lobulus.
B. Tubulus Seminiferus yaitu tempat berlangsungnya spermatogenesis yang terlilit
dalam lobules, di dalamnya terdapat sel sertoli yang berfungsi memberi nutrisi
pada spermatozoa yang sedang berkembang, pembentukan hormon testosteron
dan estrogen serta produksi hormone inhibit sehingga FSH turun .
C. Sel interstisial (Leydig) mensekresi androgen (testosterone

dan

dihidrotestoteron). sel ini menghilang stelah lahir dan muncul kembali saat
awitan pubertas karena pengaruh hormongonadotropin dari kelenjar hipofisis.
D. Epididimis yaitu tuba terlilit dengan panjang mencapai 4 sampai 6 meter,
terletak di sepanjang sisi posterior testis. Organ ini menerima sperma dari
duktus aferen. Berfungsi sebagai tempat pematangan sperma. Epididimis
menyimpan sperma dan mampu mempertahankannya hingga 6 minggu. Selama
waktu tersebut sperma akan menjadi motil, matur, sempurna dan mampu
melakukan fertilisasi.
E. Duktus deferen merupakan tuba lurus yang terletak dalam korda spermatik yang
juga mangandung pembuluh darah dan juga pembuluh limpatik, SSO, otot
kremaster dan jaringan ikat. Duktus deferen meninggalkan skrotum menanjak
dinding abdominal kanal inguinal, mengalir di balik kandung kemih bagian
bawah untuk bergabung dengan duktus ejakulator.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

F. Duktus Ejakulator merupakan pertemuan pembesaran (ampula) dibagian kedua


ujung duktus deperen dan duktus dari vesika seminalis, panjangnya mencapai 2
cm, menembus kelenjar prostat untuk bergabung dengan uretra yang berasal dari
kantung kemih.
4. Uretra merentang dari vesika urinaria sampai ujung penis terdiri dari 3 bagian yaitu:
uretra prostatic, membranosa dan penis (kavernosa, spongiosa). Berfungsi sebagai
saluran sperma dan urine.
(Sloane,2004. hal.347,350; Setiadi, 2007, hal. 93-95)
5. Vesika seminalis, merupakan kantong terkonvulsi (berkelo-kelok) yang bermuara
kedalam duktus ejakulator. Menghasilkan secret berupa cairan kental dan basa yang
kaya akan fruktosa, berfungsi untuk melindungi dan memberi nutrisi pada sperma,
meningkatkan PH ejakulat dan mengandung prostaglandin yang menyebabkan
gerakan spermatozoa lebih cepat sehingga lebih cepat sampai ke tuba fallopi.
Setengah lebih sekresi vesika seminalis adalah semen (cairan sperma yang
meninggalkan tubuh).
6. Kelenjar prostat, terletak di bawah vesika urinaria, menyelubungi 1 inchi uretra
pertama yang keluar dari vesika urinaria. Kelenjar ini mengeluarkan cairan
menyerupai susu yang menetralisir asiditas vagina selama senggama dan
meningkatkan motilitas sperma pada PH optimum. Kelenjar ini membesar pada saat
remaja dan mencapai ukuran optimal pada usia 20 tahun. Kelenjar ini cenderung
membesar seiring pertambahan usia sehingga mengakibatkan 2/3 laki-laki pada usia
70 tahun mengalami gangguan perkemihan akibat adanya hipertropi prostat.
7. Kelenjar bulbouretral (cowper) merupakan sepasang kelejar kecil yang ukuran dan
bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresikan cairan basa yang
mengandung mucus kedalam uretra penis yang melumasi dan melindungi serta
ditambahkan pada semen.
(Sloane, 2004, hal. 351: Setiadi, 2007, hal. 95-96)
Organ reproduksi pada wanita
Sistem reproduktif wanita terdiri atas struktur eksternal dan internal.
1. Genitalia eksterna secara keseluruhan disebut vulva dan terdiri dari struktur-struktur
yang tampak dari luar, mulai dari pubis sampai keperineum: mons pubis, labia
mayora, labia minora, klitoris, vestibulum yang berbentuk seperti buah almond di
dalam labia minora. Meatus uretra, lubang vagina atau introitus, dua perangkat
kelenjar yaitu kelenjar Skene dan Bartholini, yang bermuara pada vestibulum

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

Mons pubis meliputi permukaan anterior dari simfisis pubis dan berlanjut ke bawah
dan menyatu dengan labis mayora. Di sebelah medial dari labia mayora terdapat
labia minora. Labia mayora menyatu dan bergabung di inferior membentuk
fourchette dan di superior membentuk prepusium dari klitoris. Klitoris adalah
jaringan erektil yang kecil terletak di atas labia minora
(Price & Wilson, 2006, hal.1279).

2. Organ-organ internal sistem reproduksi perempuan terdiri dari: dua ovarium dan dua
tuba fallopi atau saluran telur, uterus, dan vagina.
a. Ovarium terletak di belakang ligamentum latum, di belakang dan bawah tuba
fallopii. Ovarium adalah badan oval yang mempunyai panjang 3 cm. Pada saat
lahir ovarium mengandung ratusan sel-sel telur yang sangat kecil atau ova.
b. Tuba fallopi adalah penghubung ovarium dengan uterus dan bermuara ke dalam
rongga uterus, sehingga terjadi hubungan yang langsung dari rongga peritoneal
dengan rongga uterus.
c. Uterus terletak di tengah-tengah panggul dan secara struktur dibagi menjadi
badan atau korpus, dan serviks. Lapisan dalam, endometrium, terdiri dari
permukaan epithelium, kelenjar, dan jaringan ikat (stroma). Endometrium
dilepaskan selama menstruasi. Pada bagian terbawah dari korpus terdapat os
internal dari serviks. Os eksternal terletak pada ujung bawah dari serviks.
Dengan demikian, kanalis servikalis merupakan penghubung antara rongga
korpus uteri, melalui os internal dan os eksternal, dengan vagina.
(Price & Wilson, 2006, hal.1279)
d. Vagina dimulai dari serviks uteri sampai ke introitus pada vestibulum, yang
merupakan batas antara struktur genitalia interna dan eksterna (Price & Wilson,

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

2006, hal.1279). Vagina merupakan suatu kanal yang dilapisi oleh membrane
mukosa dan terbentang dari depan ke belakang, dari vulva ke serviks sepanjang
7,5 sampai 10 cm. Di sebelah anterior vagina adalah kandung kemih dan uretra,
dan di sebelah posterior vagina terletak rektum. Dinding anterior dan posterior
vagina normalnya bersentuhan satu sama lain. Bagian atas vagina, forniks,
mengelilingi serviks (leher sempit dari uterus) (Smeltzer & Bare, 2002, hal
1494).

2.2
Fungsi
Masing-Masing
Organ

Reproduksi Pria

dan
Wanita
1. Alat
a. Testis:

kelamin dalam pria :


sebagai alat untuk memproduksi sel-sel sperma

dan juga memproduksi hormon kelamin jantan yang disebut testoteron. Di dalam
testis banyak terdapat pembuluh-pembuluh halus disebut tubulus seminiferus.
b. Saluran reproduksi (Kelamin) Pria :
Epididimitis: menyimpan sperma untuk sementara waktu, dan di organ ini
terjadi maturasi sperma sehingga dapat bergerak menuju saluran berikutnya,
yaitu vas deferens.
Vas deferens: sebagai saluran sperma dari epididimis menuju ke kantong
sperma atau vesikula seminalis.
Saluran ejakulasi: mampu menyemprotkan sperma bertekanan tinggi masuk
ke uretra dan selanjutnya keluar.
Uretra: mempunyai dua fungsi, yaitu : (1) sebagai alat pengeluaran, yaitu
saluran untuk membuang urine keluar tubuh serta (2) sebagai saluran kelamin,
yaitu sebagai saluran semen dari kantong mani.
c. Kelenjar kelamin:
Vesikula seminalis: dinding vesikula seminalis dapat menghasilkan getah
berwarna kekuningan yang banyak mengandung zat getah kelamin. Cairan ini
yang mencukupi kebutuhan makanan bagi sel- sel sperma.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

Kelenjar Prostat: menghasilkan getah yang dialirkan ke saluran sperma.


Kelenjar Bulbouretra (Cowper): Sperma yang dihasilkan oleh testis, setelah
bercampur dengan getah- getah dari kelenjar kelamin akan membentuk suatu
komponen yang disebut semen. Pada saat terjadi perkawinan (kopulasi), semen
dipancarkan keluar melalui uretra.
2. Alat kelamin luar pria :
a. Penis: untuk memindahkan semen ke saluran kelamin wanita suatu saluran yang
dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongganya banyak dan banyak mengandung
pembuluh darah
b. Skrotum: selaput pembungkus testis yang merupakan pelindung testis serta
mengatur suhu yang sesuasi bagi spermatozoa

1. Alat kelamin dalam wanita:


a. Ovarium: dalam ovarium terdapat kelenjar buntu penghasil hormon dan sel tubuh
yang bertugas membentuk sel telur atau ovum
b. Fimbriae: berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah matang yang
dikeluarkan oleh ovarium.
c. Infundibulum: berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh
fimbriae
d. Tuba fallopiyang: bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum
menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya.
e. Oviduct: berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju
uterus denga bantuana silia pada dindingnya.
f. Uterus: berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio
2. Alat kelamin luar wanita :
a. Vulva berfungsi sebagai suatu celah paling luar dari alat kelamin wanita
b. Vagina berfungsi sebagai saluran akhir dari saluran kelamin
(Guyton & Hall, 2012 hal. 976 dan 1089)
2.3 Hormon-Hormon yang Terkait dengan Fungsi Reproduksi dan Fungsi dari
Hormon-Hormon Tersebut
Hormon - hormon reproduksi pada laki laki:

Hormon testosteron
Hormon testosteron dihasilkan oleh sel intersisial leyding yang terletak diantara
tubulus seminiferus. Fungsi dari hormon testosteron antara lain :
- Efek desensus testis. Hormon testosteron penting untuk perkembangan seks pria
selama kehidupan manusia dna faktor keturunan.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita
-

Perkembangan seksual primer dan sekunder. Sekresi testosteron setelah pubertas


menyebabkan penis, testis, dan skrotum membesar sampai usia 20 tahun,

memengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.
Hormon gonadotropin
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon yaitu luteinizing
hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Fungsi dari FSH adalah
merangsang perubahan spermatogenesis menjadi spermatosit di dalam tubulus
seminiferus. Namun FSH tidak dapat menyelesaikan pembentukan spermatozoa
karena itu testosteron disekresi secara bersamaan oleh sel interstisial yang berdifusi

menuju tubulus seminiferus untuk proses pematangan akhir spermatozoa.


Hormon estrogen
Hormon estrogen dibentuk dari testosterone dan dirangsang oleh hormon perangsang
folikel yang memungkinkan spermatogenesis menyekresi protein pengikat endogen
untuk mengikat testosteron dan estrogen serta membawanya ke dalam cairan lumen

tubulus seminiferus untuk pematangan sperma.


Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme
testis. Secara khusus meningkatkan pembelahan awal spermatogenesis. Bila tidak
terdapat hormon pertumbuhan spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama
sekali.
(Syaifuddin, 2010, hal. 584-586)

Hormon reproduksi wanita (Scanlon,2011, hal. 440)


Gonadothropin Releasing

Hipotalamus Merangsang sekresi FSH dan LH

Hormon (GnRH)
FSH

Hipofisis

-Menginisiasi perkembangan folikel

anterior

ovarium
-Merangsang sekresi estrogen oleh sel-sel

LH

Hipofisis
anterior

Estrogen

Ovarium
(folikel)

folikel
-Menyebabkan ovulasi
-Mengubah folikel ovarium yang ruptur
menjadi korpus luteum
-Memicu kematangan folikel ovarium
-Memicu pertumbuhan pembuluh darah
pada endometrium
-Menginisiasi perkembangan karakteristik
kelamin sekunder

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

1. Pertumbuhan uterus dan organ


reproduksi lain
2. Pertumbuhan duktus mamae dan
penimbunan lemak pada payudara
3. Perluasan tulang serviks
4. Penyimpanan lemak subkutan pada
Progesteron

Ovarium
(korpus
luteum)

panggul dan paha


-Memicu lebih lanjut pertumbuhan
pembuluh darah di endometrium dan
penyimpanan zat makanan
-Menghambat kontaksi miometrium

Selain yang telah disebutkan di atas, hipotalamus

juga mensekresi hormon yang

mempengaruhi fungsi seksual, yaitu GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang


merupakan bagian utama pengaturan fungsi seksual pada pria dan wanita. Hormon ini
akan merangsang hipofisis anterior untuk menyekresikan dua hormon gonadotropin, FSH
dan LH (Guyton & Hall, 2012 hal. 1059)
2.4 Mimpi basah pada pria dan hormon yang terlibat
Mimpi basah (keluarnya sperma secara involunter) pada umumnya merupakan kegiatan
seksual pada pria yang disebabkan oleh unsur psikis rangsangn seksual sesuai dengan
meningkatnya kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan seksual dengan
memikirkan atau berhayal sehingga menyebabkan aksi seksual dan menimbulkan
ejakulasi yang terjadi selama mimpi dan biasanya terjadi pada usia remaja.
(Syaifuddin, 2010, hal.584)
Hormon yang terlibat :
GnRH, FSH, LH, dan testosteron
Pubertas memicu peningkatan sekresi GnRH, saat pubertas maturasi otak dan penurunan
sensitivitas hipotalamus terhadap penghambatan testosteron menyebabkan peningkatan
sekresi GnRH yang kemudian meningkatkan sekresi FSH dan LH hipofisis. Ini
menyebabkan terjadinya spermatogenesis, produksi testosteron, dan pembentukan
karakteristik seks sekunder pada laki-laki. Peningkatan kadar GnRH menyebabkan
peningkatan sekresi FSH dan RH oleh kelenjar hipofisis anterior (Sloane, 2004, hal : 352353).

2.5 Siklus menstruasi dan pengaruh hormon seksual terhadap siklus menstruasi

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

10

Siklus menstruasi berkisar rata-rata 28 hari dengan lamanya kira-kira 2-8 hari dengan rata
4-6 hari. Ada dua siklus menstruasi yaitu siklus ovarium dan siklus endometrium. Siklus
endometrium terdiri dari 3 fase yaitu fase proliferasi, ovulasi, dan menstruasi.
a. Fase proliferasi
Segera setelah menstruasi sebelumnya, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam
keadaan stadium istrahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari. Kadar estrogen
yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium
untuk mulai tumbuh dan menebal, kelejar-kelenjar menjadi hipertropi dan
berploriferasi dan pembuluh darah menjadi banyak. Kelenjar tunbuh menjadi panjang
tapi tetap lurus dan berbentuk tubulus.
b. Fase sekresi
Setelah ovulasi dibawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus
diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan menjadi
seperti beludru. Inti sel bergerak ke bawah dan permukaan epitel tampak kusut.
Endometrium terus menebal untuk bersiap diri sebagai nutrisi bagi telur yang telah
dibuahi. Lamanya fase sekresi sama pada setiap perempuan yaitu 14 2hari.
c. Fase menstruasi
Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke 23 atau 24 dalam siklus 28 hari
kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadinya penurunan progesteron dan estrogen
yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan
iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi.
(Price & Wilson, 2006, hal.1281-1283)
2.6 Hormon-hormon yang terlibat selama periode kehamilan, kelahiran, dan menyusui
1. Periode kehamilan
Faktor- Faktor Hormonal dalam Kehamilan
Pada kehamilan plasenta membentuk sejumlah besar hormon human chorionic
gonadotropin, estrogen, progesteron, dan human chorionic somatomammotropin,
dengan tiga hormon yang pertama, dan mungkin juga yang keempat, semuanya
penting untuk berlangsungnya kehamilan normal.
a. Hormon Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
Hormon hCG memiliki fungsi terpenting yaitu mencegah involusi korpus luteum
pada akhir siklus seksual bulanan wanita. Hormon ini akan menyebabkan korpus
luteum menyekresi lebih banyak lagi hormon progesteron dan estrogen untuk
beberapa bulan berikutnya. Hormon progesteron dan estrogen mencegah
menstruasi dan menyebabkan indometrium terus tumbuh dan menyimpan nutrisi

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

11

dalam jumlah besar dan tidak dibuang menjadi darah menstruasi. Akibatnya selsel yang menyerupai desidua yang berkembang dalam endometrium selama siklus
seksual

wanita

normal

menjadi

sel-sel

desidua

sesungguhnya

(sangat

membengkak) dan banyak memgandung nutrisi.


Di bawah pengaruh hCG korpus luteum di dalam ovarium ibu tumbuh menjadi
kira-kira 2 kali ukuran awal menjelang satu bulan atau lebih setelah kehamilan
dimulai, serta estrogen dan progesteron yang terus menerus disekresi akan
mempertahankan sifat asli desidua endometrium uterus, yang diperlukan pada
awal perkembangan fetus.
Bila korpus luteum dibuang sebelum kira-kira minggu ketujuh kehamilan,
biasanya hampir selalu terjadi abortus spontan, dan kadang- kadang bahkan
sampai minggu ke 12. Setelah waktu ini plasenta sendiri akan menyekresikan
sejumlah progesteron dan estrogen yang cukup untuk mempertahankan kehamilan
selama sisa periode kehamilan, korpus luteum kemudian mengalami involusi
secara perlahan setelah kehamilan berusia 13- 17 minggu.
Efek hCG pada testis janin, juga menimbulkan efek perangsangan sel- sel
intertisial testis fetus pria sehingga mengakibatkan pembentukan testosteron pada
fetus pria sampai waktu lahir. Sekresi testosteron dalam jumlah sedikit ini selama
kehamilan merupakan faktor yang menyebabkan tumbuhnya organ- organ kelamin
pria dan bukan organ kelamin wanita pada fetus. Mendekati akhir kehamilan
testosteron yang disekresikan oleh testis fetus juga menyebabkan desensus testis
kedalam skrotum.
b. Sekresi Estrogen oleh Plasenta
Estrogen terutama berfungsi proliferatif pada sebagian besar organ reproduksi dan
organ penyertanya. Selama kehamilan, jumlah estrogen yang sangat berlebihan (1)
pembesaran uterus, (2) pembesaran payudara dan pertumbuhan struktur duktus
payudara ibu, dan (3) pembesaran genitalia ekternal wanita.
Estrogen juga merelaksasi ligamentum pelvis, sehingga persediaan sakroiliaka
menjadi relatif lentur dan simpisis pubis menjadi elastis. Perubahan ini akan
mempermudah fasase fetus melalui jalur lahir. Estrogen juga mempengaruhi
kecepatan reproduksi sel pada embrio awal.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

12

c. Sekresi Progestesteron pada Plasenta


Progesteron disekresikan dalam jumah cukup banyak oleh korpus luteum pada
awal kehamilan, progesteron juga nantinya disekresikan dalam jumlah banyak
oleh plasenta, kira- kira peningkatan 10 kali lipat selama kehamilan. Pengaruh
khusus hormon ini untuk kemajuan kehamilan yang normal adalah sebagai
berikut:
1. Progesteron menyebabkan sel- sel desidua ttumbuh di endometrium uterus,
dan sel- sel ini memainkan peranan penting dalam nutrisi embrio awal.
2. Progesteron menurunkan kontraktilitas uterus gravid jadi mencegah kontraksi
uterus yang menyebabkan aborsi spontan.
3. Progesteron juga membantu perkembangan hasil konsepsi bahkan sebelum
inflantasi, karena progesteron secara khusus meningkatkan sekresi tuba fallopi
dan uterus ibu untuk menyediakan bahan nutrisi yangs esuai untuk
perkembangan morula dan blastokista. Selain itu, hormon ini juga
mempengaruhi pembelahan sel pada awal perkembangan embrio.
4. Progesteron yang disekresikan selama kehamilan juga membantu estrogen
mempersiapkan payudara ibu untuk laktasi.
d. Human Chorionic Somatomammotropin
Hormon human chorionic somatomammotropin disekresikan oleh plasenta kirakira minggu ke lima kehamilan. Sekresi hormon ini meningkat secara progresif
sepnjang sisa masa kehamilan berbanding langsung dengan berat plasenta.
Hormon ini memiliki beberapa fungsi penting sebagai berikut:
1. Menyebabkan perkembangan sebagian payudara hewan dan pada beberapa
keadaan menyebabkan laktasi. Karena ini merupakan fungsi hormon yang
pertama kali dinamakan human placental lactogen dan diyakini mempunyai
fungsi yang sama denga prolaktin. Akan tetapi, usaha untuk meningkatkan
laktasi manusia dengan hormon ini tidak berhasil.
2. Hormon ini mempunyai kerja yang lemah yang serupa dengan hormon
pertumbuhan yang menyebabkan formasi protein dengan cara yang sama
seperti hormon pertumbuhan. Hormon ini juga mempunyai struktur kimia
yang sama dengan hormon pertumbuhan, tetapi dibutuhkan human chorionic
somatomammotropin 100 kali lebih banyak daripada hormon pertumbuhan
untuk meningkatkan pertumbuhan.
3. Menyebabkan penurunan sensitifitas insulin dan menurunkan penggunaan
glukosa pada ibu, sehingga membuat jumlah glukosa yang tersedia untuk fetus

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

13

lebih besar. Karena glukosa merupakan zat utama yang dipakai fetus untuk
meningkatkan pertumbuhan, maka arti pengaruh hormon ini menjadi jelas.
Lebih lanjut hormon ini meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dari
cadangan lemak ibu, sehingga menyediakan sumber energi pengganti untuk
metabolisme ibu selama kehamilan. Oleh karena itu tampak bahwa hormon ini
merupakan hormon metabolik umum yang mempunyai implikasi nutrisi
khusus untuk ibu dan fetus.
Faktor- Faktor Hormonal Lain dalam kehamilan.
-

Sekresi

Hipofisis,

kelenjar

hipofisis

anterior

meningkatkan

produksi

kortikotropin , tirotropin, dan prolaktin.


Sekresi Kortikosteroid, sekresi glukokortikoid membantu mobilisasi asam- asam
amino dari jaringan ibu sehingga asam- asam amino ini dapat dipakai untuk
sintesis jaringan fetus. Pada wanita hamil sekresi aldosteron biasanya meningakt
sekitar 2 kali lipat, mencapai puncaknya pada akhir kehamilan. Keadaan ini,
bersama

dengan kerja estrogen menyebabkan kecenderungan wanita hamil

normal untuk mereabsorbsi kelebihan natrium dari tubulus ginjal ibu, dan oleh
karena itu, retensi cairan biasanya akan mengarah ke hipertensi yang dipicu oleh
-

kehamilan.
Sekresi Kelenjar Tiroid, kelenjar ini saat hamil biasanya membesar sampai 50%
yang menyebabkan peningkatan produksi tiroksin yang sesuai denga pembesaran

tersebut.
Sekresi kelenjar Paratiroid, kelenjar ini biasanya membesar selama kehamilan ,
kelenjar ini biasanya membesar selama kehamilan yang menyebabkan absorpsi
kalsium dari tulang ibu, sehingga mempertahankan konsentrasi ion kalisum
normal dalam cairan ekstrasel ibu, bahkan ketika janin mengambil kalsium untuk
oksifikasi tulang-tulangnya sendiri. Sekresi hormon paratiroid ini bahkan lebih
intensif selama laktasi setelah kelahiran bayi, untuk selanjutnya perkembangan
bayi memerlukan kalsium beberapa kali lebih banyak daripada perkembangan

fetus.
Sekresi Relaksin Oleh Ovarium dalam Plasenta, relaksin melunakkan
serviks wanita hamil pada saat persalinan.
(Guyton & Hall, 2012 hal. 1084-1087)

2. Periode kelahiran

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

14

Faktor-faktor hormonal yang menyebabkan peningkatan kontraktilitas uterus


pada proses persalinan
1. Rasio estrogen terhadap Progesteron
Progesteron menghambat kontraksi uterus selama kehamilan, sehingga mencegah
ekspulsi fetus. Sebaliknya estrogen mempunyai kecenderungan nyata untuk
meningkatkan derajat kontraktilitas uterus yang terjadi karena estrogen
meningkatkan jumlah taut celah (gap junction) antara sel-sel otot polos uterus
yang berdekatan, namun juga karena pengaruh lain yang masih belum dimengerti.
Baik progesterone maupun estrogen disekresikan dalam jumlah yang progresif
makin bertambah selama kehamilan, tetapi mulai kehamilan bulan ketujuh dan
seterusnya sekresi estrogen terus meningkat sedangkan sekresi progesterone tetap
konstan atau mungkin sedikit menurun. Oleh karena itu, diduga bahwa rasio
estrogen terhadap progesterone cukup meningkat menjelang akhir kehamilan,
sehingga paling tidak berperan sebagian dalam peningkatan kontraktilitas uterus.
2. Pengaruh oksitoksin pada uterus
Oksitoksin merupakan suatu hormone yang disekresikan oleh neurohipofisis yang
secara khusus menyebabkan kontaraksi uterus terutama pada masa akhir
kehamilan. Oleh karena kekuatannya merangsang kontraksi uterus banyak ahli
kebidanan meyakini bahwa hormone ini berperan pada sebagian besar proses
persalinan. Hal ini juga di tunjang oleh 3 fakta berikut ini : (1) Pada hewan yang
hipofisisnya

telah

dipotong

(hipofisektomi),

lama

waktu

persalinannya

memanjang, menunjukkan adanya kemungkinan efek oksitoksin selama proses


persalinan. (2) jumlah oksitoksin pada plasma meningkat pada akrir kehamilan
terutama pada saat proses persalinan. (3) perangsangan serviks pada hewan yang
hamil membangkitkan sinyal syaraf yang bekerja menuju hipotalamus dan
menyebabkan peningkatan sekresi oksitoksin.
3. Pengaruh hormone fetus pada uterus
Kelenjar adrenal fetus menyekresikan sejumlah besar kortisol, yang mungkin
merupakan suatu stimulan bagi uterus, selain itu membrane fetus juga melepaskan
prostaglandin dalam konsentrasi tinggi pada saat persalinan, dimana prostaglandin
dalam

konsentrasi

tinggi

akan

mengakibatkan

terjadinya

peningkatan

kontraktilitas uterus.
(Guyton & Hall, 2012 hal. 976 dan 1089)
3. Periode menyusui

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

15

Proses laktasi dimulai dengan perkembangan payudara yang distimulasi oleh estrogen
yang merangsang pertumbuhan kelenjar mammaria payudara ditambah dengan
deposit lemak untuk member massa payudara. Walaupun estrogen dan progesterone
penting untuk perkembangan fisik payudara, namun fungsi utamanya adalah untuk
mencegah sekresi air susu. Sebaliknya, hormone prolaktin adalah untuk meningkatkan
produksi air susu. Hormone ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior ibu.
Selain

itu,

plasenta

menyekresikan

sejumlah

besar

human

chronic

somatomammotropin, yang mungkin mempunyai sifat laktogenik, jadi menyokong


prolaktin dari hipofisis ibu selama kehamilan
Cairan yang disekresikan selama beberapa hari terakhir sebelum dan beberapa hari
pertama setelah kelahiran disebut kolostrum yang mengandung protein dan laktosa
dalam konsentrasi yang sama seperti air susu tetapi tidak mengandung lemak. Segera
bayi dilahirkan, sekresi estrogen dan progesterone akan menghilang, sehingga efek
laktogenik akan memproduksi air susu lebih banyak. Sekresi air susu ini memerlukan
sekresi pendahuluan yang adekuat seperti homon pertumbuhan. Kortisol, hormone
paratiroid, dan insulin, yang diperlukan untuk menghasilkan asam amino, asam
lemak, glukosa, dan kalsium yang penting untuk pembentukan air susu. Setelah
kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sewaktu tidak hamil.
Akan tetapi, setiap ibu akan menyusui bayinya, sinyal saraf dari putting susu ke
hipotalamus akan menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin
(Guyton & Hall, 2007, hal.1092-1093).

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

16

BAB III
PENUTUP

Sistem reproduksi manusia dibedakan berdasarkan jenis kelamin, pria dan wanita. Perbedaan
ini terdapat pada anatomi dan fisiologis organ internal dan eksternal, serta hormon yang
mempengaruhi kerja organ tersebut. Pada pria, organ internal sistem reproduksi terdiri dari:
testis, saluran reproduksi, dan kelenjar kelamin; organ eksternal terdiri dari penis dan
skrotum; dan hormon utama yang berperan dalam perkembangan sifat kelamin primer dan
sekunder pria adalah testosteron. Sedangkan pada wanita, organ internal sistem reproduksi
terdiri dari: ovarium, fimbriae, infundibulum, tuba fallopi, oviduct, dan uterus; organ
eksternal terdiri dari vulva dan vagina; serta hormon yang berperan dalam perkembangan
sifat kelamin primer dan sekunder wanita adalah estrogen dan testosteron. Selain hormonhormon tersebut di atas, terdapat hormon lain yang berperan dalam sistem reproduksi pria
dan wanita yaitu, hormon gonadotropin (FSH dan LH), hormon pertumbuhan, serta GnRH.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

17

Terdapat fenomena yang menandakan bahwa sistem reproduksi telah matur sepenuhnya,
mimpi basah pada pria dan menstruasi pada wanita. Ketika fertilisasi dan nidasi berhasil
terjadi, terjadi perubahan hormonal dalam tubuh wanita untuk mempertahankan dan
mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin. Perubahan rasio hormonal, sekresi
hormon oksitosin dan hormon fetus pada uterus meningkatkan kontraktilitas uterus pada
proses persalinan. Perubahan hormonal dalam tubuh ibu selama kehamilan juga ditujukan
untuk persiapan periode menyusui

DAFTAR PUSTAKA
Efendi, F., Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan, 221-222. Didapat melalui: http://books.google.co.id/books?
id=LKpz4vwQyT8C&pg=PT269&dq=reproduksi+adalah&hl=id&sa=X&ei=cYUU
U56_N5PioATFi4KYCg&redir_esc=y#v=onepage&q=reproduksi
%20adalah&f=false
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2007). Fisiologi Kedokteran. Edisi 11, 976, 1059, 1084-1087,
1089, 1092-1093. Jakarta: EGC.
Hastutik, Rida B. K. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan
Reproduksi dengan Sikap terhadap Seks Pra Nikah, 2. Didapat melalui:
http://ejournal.dinkesjatengprov.go.id/dokument/2012_1/ARTIKEL/HUBUNGAN

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan


Wanita

18

%20TINGKAT%20PENGETAHUAN%20REMAJA%20TENTANG
%20KESEHATAN%20REPRODUKSI%20DENGAN%20SIKAP%20TERHADAP
%20SEKS%20PRA%20NIKAH.pdf
Nurmansyah, Mochamad I., Al-Aufa, B., Amra, Y. (2013). Gambaran Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Jakarta, 6. Didapat melalui: http://www.bimkes.org/wpcontent/uploads/downloads/2013/06/BIMKMI-Edisi-2.pdf
Price, S.A., dan Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Volume 2, 1279, 1281-1283. Jakarta: EGC.
Scanlon, Valerie & Sanders, Tina.(2011). Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3, 440.
Jakarta: EGC.
Setiadi. (2007). Anatomi Fisiologi Manusia, 92-93, 95-96, 352-353. Surabaya : Graha Ilmu
Sloane, Ethel. (2004). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, 347, 350-351. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2, 1494. Jakarta: EGC.
Syaifuddin, H. (2010). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan ed 4, 584-586.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai