Wanita
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara sederhana, reproduksi berarti suatu proses mempertahankan kelestarian jenis
dengan menghasilkan keturunan. Proses reproduksi menjadi tanggung jawab bersama
pihak pria maupun wanita, oleh karenanya baik pria maupun wanita sebaiknya
mengetahui hal-hal terkait sistem reproduksi mencakup: organ-organ yang terlibat, fungsi
organ-organ tersebut,serta pengaturan hormonal yang mempengaruhi kerja organ-organ
tersebut (Efendi & Makhfudli, 2009, hal. 221-222). Dengan mengetahui hal ini, manusia
dapat mempertahankan kesehatan sistem reproduksi dan menghindari perilaku berisiko
mengganggu kesehatan sistem reproduksi.
Menurut survey Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah
tahun 2010 di Semarang tentang pengetahuan kesehatan reproduksi menunjukkan 43,22%
pengetahuannya masih rendah (dalam Hastutik, 2012,hal. 2). Sedangkan berdasarkan
studi pendahuluan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan bahwa 70% mahasiswa di kampus tersebut
belum mengetahui aspek kesehatan reproduksi secara keseluruhan (Nurmansyah, AlAufa, & Amra, 2013, hal. 6)
Dengan melihat fakta tersebut di atas, penting untuk mencari tahu secara mandiri
aspek-aspek kesehatan reproduksi terutama organ dan hormon yang terlibat dalam fungsi
reproduksi, serta fungsi organ dan hormon tersebut dalam sistem reproduksi sebagai
langkah awal untuk memahami kesehatan reproduksi.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa saja yang termasuk organ reproduksi pada pria dan wanita?
b. Bagaimana fungsi masing-masing organ reproduksi pria dan wanita?
c. Apa saja hormon-hormon yang terkait dengan fungsi reproduksi dan bagaimana
fungsi hormon-hormon yang terkait dengan fungsi reproduksi tersebut?
d. Apa yang dimaksud dengan mimpi basah pada pria dan apa saja hormon yang
terlibat dalam fenomena tersebut
e. Apa yang dimaksud dengan menstruasi da bagaimana pengaruh hormon
seksualterhadap siklus menstruasi?
f. Apa saja dan bagaimana fungsi hormon-hormon yang terlibat selama periode
kehamilan, kelahiran, dan menyusui?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui organ-organ yang berperan dalam sistem reproduksi pada pria dan
wanita
b. Untuk memahami fungsi masing-masing organ reproduksi pria dan wanita
c. Untuk mengetahui hormon-hormon yang terkait dengan fungsi reproduksi dan fungsi
hormon-hormon tersebut
d. Untuk mengetahui definisi fenomena mimpi basah pada pria dan hormon yang
terlibat dalam fenomena tersebut
e. Untuk memahami fenomena menstruasi pada wanita dan pengaruh hormon seksual
terhadap siklus menstruasi
f. Untuk mengetahui hormon-hormon yang terlibat dan fungsinya selama periode
kehamilan, kelahiran, dan menyusui
1.4 Manfaat
Bagi mahasiswa:
1. Mengetahui organ-organ yang berperan dalam sistem reproduksi pada pria dan wanita
2. Memahami fungsi masing-masing organ reproduksi pria dan wanita
3. Mengetahui hormon-hormon yang terkait dengan fungsi reproduksi dan fungsi
hormon-hormon tersebut
4. Mengetahui definisi fenomena mimpi basah pada pria dan hormon yang terlibat
dalam fenomena tersebut
5. Memahami fenomena menstruasi pada wanita dan pengaruh hormon seksual terhadap
siklus menstruasi
6. Mengetahui hormon-hormon yang terlibat dan fungsinya selama periode kehamilan,
kelahiran, dan menyusui
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Organ reproduksi pada pria dan wanita
Organ reproduksi pada pria
1. Penis terdiri dari tiga bagian : akar, badan dan glans penis yang banyak mengandung
ujung-ujung saraf sensorik. Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektil
silindris, yaitu dua korpus kavernosum dan satu korpus spongiusum ventral di
sekitar eretra. Jaringan elektril adalah jaringan-jaringan ruang darah ireguler (venosa
sinusoid), vaskularisasi oleh arteriol aferen dan kapiler, didrainase oleh venula dan
dikelilingi jaringan ikat rapat yang disebut Tunika Albuginea. Kulit penis tipis dan
tidak berambut kecuali di dekat akar organ. Preposium (kulup) adalah lipatan
sirkular kulit longgar yang merentang menutupi glans penis kecuali jika diangkat
melalui sirkumsisi. Penis berfungsi sebagai tempat keluarnya urine, semen serta
sebagai organ kopulasi (Sloane,2004,hal. 351; Setiadi, 2007, hal. 96).
2. Skrotum adalah kantung longgar yang tersusun atas kulit, fasia, dan otot polos yang
membungkus dan menopang testis di luar tubuh yang pada suhu optimum untuk
memproduksi spermatozoa. Otot dartos yaitu suatu lapisan serat dalam pasia dasar
yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit scrotal sebagai respon
terhadap udara dingin atau eksitasi seksual. Ada dua kantog skrotal berisi satu testis
tunggal yang dipisahkan oleh septum internal (Sloane,2004, hal.347; Setiadi, 2007,
hal. 92).
3. Testis adalah organ lunak, berbentuk oval dengan panjang 4 sampai 5 cm dengan
diameter 2,5 cm fungsinya untuk menghasilkan tetosteron dan sperma. Kelenjar
testis ada beberapa bagian, yaitu :
A. Tunika Albuginea, yaitu kapsul yang membungkus testis yang merentang kearah
dalam yang terdiri dari sekitar 250 lobulus.
B. Tubulus Seminiferus yaitu tempat berlangsungnya spermatogenesis yang terlilit
dalam lobules, di dalamnya terdapat sel sertoli yang berfungsi memberi nutrisi
pada spermatozoa yang sedang berkembang, pembentukan hormon testosteron
dan estrogen serta produksi hormone inhibit sehingga FSH turun .
C. Sel interstisial (Leydig) mensekresi androgen (testosterone
dan
dihidrotestoteron). sel ini menghilang stelah lahir dan muncul kembali saat
awitan pubertas karena pengaruh hormongonadotropin dari kelenjar hipofisis.
D. Epididimis yaitu tuba terlilit dengan panjang mencapai 4 sampai 6 meter,
terletak di sepanjang sisi posterior testis. Organ ini menerima sperma dari
duktus aferen. Berfungsi sebagai tempat pematangan sperma. Epididimis
menyimpan sperma dan mampu mempertahankannya hingga 6 minggu. Selama
waktu tersebut sperma akan menjadi motil, matur, sempurna dan mampu
melakukan fertilisasi.
E. Duktus deferen merupakan tuba lurus yang terletak dalam korda spermatik yang
juga mangandung pembuluh darah dan juga pembuluh limpatik, SSO, otot
kremaster dan jaringan ikat. Duktus deferen meninggalkan skrotum menanjak
dinding abdominal kanal inguinal, mengalir di balik kandung kemih bagian
bawah untuk bergabung dengan duktus ejakulator.
Mons pubis meliputi permukaan anterior dari simfisis pubis dan berlanjut ke bawah
dan menyatu dengan labis mayora. Di sebelah medial dari labia mayora terdapat
labia minora. Labia mayora menyatu dan bergabung di inferior membentuk
fourchette dan di superior membentuk prepusium dari klitoris. Klitoris adalah
jaringan erektil yang kecil terletak di atas labia minora
(Price & Wilson, 2006, hal.1279).
2. Organ-organ internal sistem reproduksi perempuan terdiri dari: dua ovarium dan dua
tuba fallopi atau saluran telur, uterus, dan vagina.
a. Ovarium terletak di belakang ligamentum latum, di belakang dan bawah tuba
fallopii. Ovarium adalah badan oval yang mempunyai panjang 3 cm. Pada saat
lahir ovarium mengandung ratusan sel-sel telur yang sangat kecil atau ova.
b. Tuba fallopi adalah penghubung ovarium dengan uterus dan bermuara ke dalam
rongga uterus, sehingga terjadi hubungan yang langsung dari rongga peritoneal
dengan rongga uterus.
c. Uterus terletak di tengah-tengah panggul dan secara struktur dibagi menjadi
badan atau korpus, dan serviks. Lapisan dalam, endometrium, terdiri dari
permukaan epithelium, kelenjar, dan jaringan ikat (stroma). Endometrium
dilepaskan selama menstruasi. Pada bagian terbawah dari korpus terdapat os
internal dari serviks. Os eksternal terletak pada ujung bawah dari serviks.
Dengan demikian, kanalis servikalis merupakan penghubung antara rongga
korpus uteri, melalui os internal dan os eksternal, dengan vagina.
(Price & Wilson, 2006, hal.1279)
d. Vagina dimulai dari serviks uteri sampai ke introitus pada vestibulum, yang
merupakan batas antara struktur genitalia interna dan eksterna (Price & Wilson,
2006, hal.1279). Vagina merupakan suatu kanal yang dilapisi oleh membrane
mukosa dan terbentang dari depan ke belakang, dari vulva ke serviks sepanjang
7,5 sampai 10 cm. Di sebelah anterior vagina adalah kandung kemih dan uretra,
dan di sebelah posterior vagina terletak rektum. Dinding anterior dan posterior
vagina normalnya bersentuhan satu sama lain. Bagian atas vagina, forniks,
mengelilingi serviks (leher sempit dari uterus) (Smeltzer & Bare, 2002, hal
1494).
2.2
Fungsi
Masing-Masing
Organ
Reproduksi Pria
dan
Wanita
1. Alat
a. Testis:
dan juga memproduksi hormon kelamin jantan yang disebut testoteron. Di dalam
testis banyak terdapat pembuluh-pembuluh halus disebut tubulus seminiferus.
b. Saluran reproduksi (Kelamin) Pria :
Epididimitis: menyimpan sperma untuk sementara waktu, dan di organ ini
terjadi maturasi sperma sehingga dapat bergerak menuju saluran berikutnya,
yaitu vas deferens.
Vas deferens: sebagai saluran sperma dari epididimis menuju ke kantong
sperma atau vesikula seminalis.
Saluran ejakulasi: mampu menyemprotkan sperma bertekanan tinggi masuk
ke uretra dan selanjutnya keluar.
Uretra: mempunyai dua fungsi, yaitu : (1) sebagai alat pengeluaran, yaitu
saluran untuk membuang urine keluar tubuh serta (2) sebagai saluran kelamin,
yaitu sebagai saluran semen dari kantong mani.
c. Kelenjar kelamin:
Vesikula seminalis: dinding vesikula seminalis dapat menghasilkan getah
berwarna kekuningan yang banyak mengandung zat getah kelamin. Cairan ini
yang mencukupi kebutuhan makanan bagi sel- sel sperma.
Hormon testosteron
Hormon testosteron dihasilkan oleh sel intersisial leyding yang terletak diantara
tubulus seminiferus. Fungsi dari hormon testosteron antara lain :
- Efek desensus testis. Hormon testosteron penting untuk perkembangan seks pria
selama kehidupan manusia dna faktor keturunan.
memengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.
Hormon gonadotropin
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon yaitu luteinizing
hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Fungsi dari FSH adalah
merangsang perubahan spermatogenesis menjadi spermatosit di dalam tubulus
seminiferus. Namun FSH tidak dapat menyelesaikan pembentukan spermatozoa
karena itu testosteron disekresi secara bersamaan oleh sel interstisial yang berdifusi
Hormon (GnRH)
FSH
Hipofisis
anterior
ovarium
-Merangsang sekresi estrogen oleh sel-sel
LH
Hipofisis
anterior
Estrogen
Ovarium
(folikel)
folikel
-Menyebabkan ovulasi
-Mengubah folikel ovarium yang ruptur
menjadi korpus luteum
-Memicu kematangan folikel ovarium
-Memicu pertumbuhan pembuluh darah
pada endometrium
-Menginisiasi perkembangan karakteristik
kelamin sekunder
Ovarium
(korpus
luteum)
2.5 Siklus menstruasi dan pengaruh hormon seksual terhadap siklus menstruasi
10
Siklus menstruasi berkisar rata-rata 28 hari dengan lamanya kira-kira 2-8 hari dengan rata
4-6 hari. Ada dua siklus menstruasi yaitu siklus ovarium dan siklus endometrium. Siklus
endometrium terdiri dari 3 fase yaitu fase proliferasi, ovulasi, dan menstruasi.
a. Fase proliferasi
Segera setelah menstruasi sebelumnya, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam
keadaan stadium istrahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari. Kadar estrogen
yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium
untuk mulai tumbuh dan menebal, kelejar-kelenjar menjadi hipertropi dan
berploriferasi dan pembuluh darah menjadi banyak. Kelenjar tunbuh menjadi panjang
tapi tetap lurus dan berbentuk tubulus.
b. Fase sekresi
Setelah ovulasi dibawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus
diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan menjadi
seperti beludru. Inti sel bergerak ke bawah dan permukaan epitel tampak kusut.
Endometrium terus menebal untuk bersiap diri sebagai nutrisi bagi telur yang telah
dibuahi. Lamanya fase sekresi sama pada setiap perempuan yaitu 14 2hari.
c. Fase menstruasi
Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke 23 atau 24 dalam siklus 28 hari
kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadinya penurunan progesteron dan estrogen
yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan
iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi.
(Price & Wilson, 2006, hal.1281-1283)
2.6 Hormon-hormon yang terlibat selama periode kehamilan, kelahiran, dan menyusui
1. Periode kehamilan
Faktor- Faktor Hormonal dalam Kehamilan
Pada kehamilan plasenta membentuk sejumlah besar hormon human chorionic
gonadotropin, estrogen, progesteron, dan human chorionic somatomammotropin,
dengan tiga hormon yang pertama, dan mungkin juga yang keempat, semuanya
penting untuk berlangsungnya kehamilan normal.
a. Hormon Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
Hormon hCG memiliki fungsi terpenting yaitu mencegah involusi korpus luteum
pada akhir siklus seksual bulanan wanita. Hormon ini akan menyebabkan korpus
luteum menyekresi lebih banyak lagi hormon progesteron dan estrogen untuk
beberapa bulan berikutnya. Hormon progesteron dan estrogen mencegah
menstruasi dan menyebabkan indometrium terus tumbuh dan menyimpan nutrisi
11
dalam jumlah besar dan tidak dibuang menjadi darah menstruasi. Akibatnya selsel yang menyerupai desidua yang berkembang dalam endometrium selama siklus
seksual
wanita
normal
menjadi
sel-sel
desidua
sesungguhnya
(sangat
12
13
lebih besar. Karena glukosa merupakan zat utama yang dipakai fetus untuk
meningkatkan pertumbuhan, maka arti pengaruh hormon ini menjadi jelas.
Lebih lanjut hormon ini meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dari
cadangan lemak ibu, sehingga menyediakan sumber energi pengganti untuk
metabolisme ibu selama kehamilan. Oleh karena itu tampak bahwa hormon ini
merupakan hormon metabolik umum yang mempunyai implikasi nutrisi
khusus untuk ibu dan fetus.
Faktor- Faktor Hormonal Lain dalam kehamilan.
-
Sekresi
Hipofisis,
kelenjar
hipofisis
anterior
meningkatkan
produksi
normal untuk mereabsorbsi kelebihan natrium dari tubulus ginjal ibu, dan oleh
karena itu, retensi cairan biasanya akan mengarah ke hipertensi yang dipicu oleh
-
kehamilan.
Sekresi Kelenjar Tiroid, kelenjar ini saat hamil biasanya membesar sampai 50%
yang menyebabkan peningkatan produksi tiroksin yang sesuai denga pembesaran
tersebut.
Sekresi kelenjar Paratiroid, kelenjar ini biasanya membesar selama kehamilan ,
kelenjar ini biasanya membesar selama kehamilan yang menyebabkan absorpsi
kalsium dari tulang ibu, sehingga mempertahankan konsentrasi ion kalisum
normal dalam cairan ekstrasel ibu, bahkan ketika janin mengambil kalsium untuk
oksifikasi tulang-tulangnya sendiri. Sekresi hormon paratiroid ini bahkan lebih
intensif selama laktasi setelah kelahiran bayi, untuk selanjutnya perkembangan
bayi memerlukan kalsium beberapa kali lebih banyak daripada perkembangan
fetus.
Sekresi Relaksin Oleh Ovarium dalam Plasenta, relaksin melunakkan
serviks wanita hamil pada saat persalinan.
(Guyton & Hall, 2012 hal. 1084-1087)
2. Periode kelahiran
14
telah
dipotong
(hipofisektomi),
lama
waktu
persalinannya
konsentrasi
tinggi
akan
mengakibatkan
terjadinya
peningkatan
kontraktilitas uterus.
(Guyton & Hall, 2012 hal. 976 dan 1089)
3. Periode menyusui
15
Proses laktasi dimulai dengan perkembangan payudara yang distimulasi oleh estrogen
yang merangsang pertumbuhan kelenjar mammaria payudara ditambah dengan
deposit lemak untuk member massa payudara. Walaupun estrogen dan progesterone
penting untuk perkembangan fisik payudara, namun fungsi utamanya adalah untuk
mencegah sekresi air susu. Sebaliknya, hormone prolaktin adalah untuk meningkatkan
produksi air susu. Hormone ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior ibu.
Selain
itu,
plasenta
menyekresikan
sejumlah
besar
human
chronic
16
BAB III
PENUTUP
Sistem reproduksi manusia dibedakan berdasarkan jenis kelamin, pria dan wanita. Perbedaan
ini terdapat pada anatomi dan fisiologis organ internal dan eksternal, serta hormon yang
mempengaruhi kerja organ tersebut. Pada pria, organ internal sistem reproduksi terdiri dari:
testis, saluran reproduksi, dan kelenjar kelamin; organ eksternal terdiri dari penis dan
skrotum; dan hormon utama yang berperan dalam perkembangan sifat kelamin primer dan
sekunder pria adalah testosteron. Sedangkan pada wanita, organ internal sistem reproduksi
terdiri dari: ovarium, fimbriae, infundibulum, tuba fallopi, oviduct, dan uterus; organ
eksternal terdiri dari vulva dan vagina; serta hormon yang berperan dalam perkembangan
sifat kelamin primer dan sekunder wanita adalah estrogen dan testosteron. Selain hormonhormon tersebut di atas, terdapat hormon lain yang berperan dalam sistem reproduksi pria
dan wanita yaitu, hormon gonadotropin (FSH dan LH), hormon pertumbuhan, serta GnRH.
17
Terdapat fenomena yang menandakan bahwa sistem reproduksi telah matur sepenuhnya,
mimpi basah pada pria dan menstruasi pada wanita. Ketika fertilisasi dan nidasi berhasil
terjadi, terjadi perubahan hormonal dalam tubuh wanita untuk mempertahankan dan
mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin. Perubahan rasio hormonal, sekresi
hormon oksitosin dan hormon fetus pada uterus meningkatkan kontraktilitas uterus pada
proses persalinan. Perubahan hormonal dalam tubuh ibu selama kehamilan juga ditujukan
untuk persiapan periode menyusui
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, F., Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan, 221-222. Didapat melalui: http://books.google.co.id/books?
id=LKpz4vwQyT8C&pg=PT269&dq=reproduksi+adalah&hl=id&sa=X&ei=cYUU
U56_N5PioATFi4KYCg&redir_esc=y#v=onepage&q=reproduksi
%20adalah&f=false
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2007). Fisiologi Kedokteran. Edisi 11, 976, 1059, 1084-1087,
1089, 1092-1093. Jakarta: EGC.
Hastutik, Rida B. K. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan
Reproduksi dengan Sikap terhadap Seks Pra Nikah, 2. Didapat melalui:
http://ejournal.dinkesjatengprov.go.id/dokument/2012_1/ARTIKEL/HUBUNGAN
18
%20TINGKAT%20PENGETAHUAN%20REMAJA%20TENTANG
%20KESEHATAN%20REPRODUKSI%20DENGAN%20SIKAP%20TERHADAP
%20SEKS%20PRA%20NIKAH.pdf
Nurmansyah, Mochamad I., Al-Aufa, B., Amra, Y. (2013). Gambaran Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Jakarta, 6. Didapat melalui: http://www.bimkes.org/wpcontent/uploads/downloads/2013/06/BIMKMI-Edisi-2.pdf
Price, S.A., dan Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Volume 2, 1279, 1281-1283. Jakarta: EGC.
Scanlon, Valerie & Sanders, Tina.(2011). Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3, 440.
Jakarta: EGC.
Setiadi. (2007). Anatomi Fisiologi Manusia, 92-93, 95-96, 352-353. Surabaya : Graha Ilmu
Sloane, Ethel. (2004). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, 347, 350-351. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2, 1494. Jakarta: EGC.
Syaifuddin, H. (2010). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan ed 4, 584-586.
Jakarta: EGC.