TINJAUAN TEORI
kesehatan.
b. Mutu mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.
c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan mengidentifikasikannya dalam tiga
kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan produk sesuai
kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi.
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara kinerja
aktual dan tujuan.
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan peningkatan
mutu. Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada upaya
peningkatan mutu.
2.1.2 Pengertian Pelayanan Kesehatan
Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo pelayanan kesehatan adalah yang tujuan
utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan)
dengan sasaran masyarakat. Sedangkan menurut Levey dan Loomba (1973), pelayanan
kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.
Menurut Depkes RI (2009), pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga kelompok, dan ataupun masyarakat.
2.2 Unsur Pelayanan Kesehatan
Pada setiap pelayanan kesehatan terdapat beberapa unsur yang bersifat pokok yakni :
a.
Unsur masukan
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan.
Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga, dana, dan sarana. Secara umum
disebutkan apabila tenaga dan sarana ( kuantitas dan kualitas) tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan ( standart of personnels and facilities), serta dana yang tersedia
d. Unsur keluaran
Menunjukan pada penampilan pelayanan kesehatan. Penampilan dapat dibedakan
atas dua macam. Pertama penampilan aspek medis pelayanan kesehatan. Kedua
penampilan aspek non-medis pelayanan kesehatan. Disebutkan apabila kedua ini tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.
2.3 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan
Menurut Robert dan Prevost (1987) perbedaan dimensi tersebut adalah:
1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas dalam
memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan pasien, keprihatinan
serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien, atau kesembuhan penyakit yang sedang
diderita oleh pasien.
2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang
diselenggarakan dengan ilmu dan teknologi kesehatan, standar dan etika profesi, dan adanya
otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien.
3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efesiensi pemakaian sumber dana,
kewajaran pembiayaan, atau kemampuan dari pelayanan kesehatan mengurangi kerugian.
Menurut Parasuraman dkk (1985) ada lima dimensi untuk menilai mutu pelayanan kesehatan
yaitu :
1. Kehandalan (Reliability)
Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat
dan terpercaya, kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,
pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap sempati dan denganakurasi
yang tinggi, memberikan informasi yang akurat, sehingga ketrampilan, kemampuan dan
penampilan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan sesuai dengan apa yang ditetapkan
sehingga menimbulkan rasa percaya pasien terhadap pelayanan yang diberikan.
2. Empati (Emphaty)
Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan
memahami kebutuhan para pasien. Disamping itu empati dapat diartikan sebagai harapan pasien
yang dinilai berdasarkan kemampuan petugas dalam memahami dan menempatkan diri pada
keadaan yang dihadapi atau dialami pasien. Empati diyakini berpengaruh terhadap hasil
komunikasi dalam berbagai tipe dari hubungan-hubungan sosial kita sehari-hari, tanpa empati
komunikasi diantara petugas kesehatan dengan pasien akan mengurangi kualitas pelayanan
kesehatan.
Empati yakni peduli, memberi perhatian pribadi dengan pasien atau dengan kata lain
kemampuan untuk merasakan dengan tepat perasaan orang lain dan untuk mengkomunikasikan
pengertian ini kapada orang tersebut.
Sikap petugas yang sabar dan telaten dalam menghadapi pasien cukup memberikan harapan yang
baik kepada pasien, disamping itu petugas memiliki rasa hormat, bersahabat, memahami keadaan
yang dialami pasien dengan baik merupakan harapan para pasien.
3. Berwujud (Tangibles)
Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan aksistensinya kepada pihak ekseternal,
dimana penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan
lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yaitu
meliputi fasilitas fisik (gedung), perlengkapan dan peralatan yang digunakan(teknologi), dan
penampilan pegawai serta media komunikasi.
4. Ketanggapan (Responsiveness)
Yaitu suatu kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang tepat pada pasien,
dengan menyampaikan informasi yang jelas, jangan membiarkan pasien menunggu tanpa adanya
suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.
5. Jaminan Kepastian (Assurance)
Yaitu mencakup pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki petugas
kesehatan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
2.4 Puskesmas
2.4.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes,
2003). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat pengembangan, pembinaan
dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus
dari
puskesmas
merupakan
kesatuan
organisasi
fungsional
yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima
dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul
oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2003). Maksud dari pelayanan yang
menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif (peningkatan kesehatan),
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan
Indonesia Sehat 2010.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai
mencakup 4 indikator utama, yakni:
1)
Lingkungan sehat
2)
Perilaku sehat
3)
4)
wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan yaitu pembangunan yang tidak
menimbulkan damapk negative terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat.
2)
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat
yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan
sertameningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota
masyarakat.
4)
lingkungannya.
BAB III
STUDI KASUS
A. Identifikasi Masalah
Puskesmas merupakan salah satu sektor pelayanan penting di daerah yang idealnya
diharapkan oleh masyarakat sebagai tempat pelayanan kesehatan yang menjalankan
fungsinya sebagai sarana kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Oleh karena itu kami melakukan wawancara dengan 10 orang pengunjung
puskesmas Nagari Batu Palano Kecamatan Sungai Pua Kab. Agam yang datang untuk
berobat pada tanggal 31 Oktober 2014. Dari hasil wawancara secara keseluruhan kami
mendapatkan bahwa mutu pelayanan kesehatan dari puskesmas ini sudah baik. Namun
ada beberapa hal yang masih menimbulkan keluhan bagi masyarakat, diantaranya adalah
pegawai puskesmas yang tidak disiplin, kurang ramah, dan kurang professional dalam
pelayanan langsung pada masyarakat, pengobatan yang sering tidak manjur atau progres
kesembuhan yang cenderung lama, fasilitas gedung baik medis dan non medis puskesmas
yang kurang memadai di mana masyarakat harus dirujuk untuk melanjutkan pengobatan
atau pemeriksaan yang sebenarnya masih dapat dilakukan di puskesmas, serta belum
adanya layanan langsung ke rumah untuk pasien yang tidak dapat mendatangi puskesmas
secara langsung.
B. Brainstorming Masalah
Curah pendapat terkait masalah ini disimpulkan sebagai berikut :
Pernyataan Responden
no
Masalah pelayanan
Ny.
C
disiplin
2
Fasilitas
medis
dan
non
medis
C. Daftar Masalah
Adapun masalah-masalah yang ada di Puskesmas tersebut yaitu :
1. Pegawai puskesmas kurang ramah dan disiplin
2. Pengobatan cenderung kurang manjur dan kesembuhan lama
3. Fasilitas medis dan non medis Puskesmas kurang memadai
4. Kurang terlaksananya layanan home visit bagi pasien yang tidak dapat datang
langsung ke puskesmas
D. Validasi Masalah
no
Masalah
disiplin
Pengobatan cenderung kurang manjur
instrumen
W
Cara ukur
R
Pasien
Keluarga
Pasien
Keluarga
Sumber data
Pasien
Keluarga
Pasien
Keluarga
: O = Observasi
W= Wawancara
R = Retrospektif
K = Konkuren
P = Prospektif
Penentuan masalah mutu dilakukan dengan memenuhi syarat 2 macam pendekatan, yaitu
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada pendekatan kualitatif kami menentukan
masalah mutu dengan kriteria masalah dialami dan dikeluhkan > 50% pengunjung
Puskesmas. Pada pendekatan kuantitatif kami menentukan masalah berdasarkan
terpenuhi atau tidaknya Standar pelayanan publik yang tercantum dalam KEPMENPAN
No.63 tahun 2003.
1. Pendekatan kualitatif
a. Masalah 1, yaitu pegawai puskesmas masih kurang ramah dan kurang disiplin
dengan persentase keluhan 70%.
b. Masalah 2, yaitu berobat di puskesmas tersebut cenderung memiliki progres
kesembuhan yang lama dan kurang manjur dengan persentase keluhan 40%.
c. Masalah 3, yaitu puskesmas masih belum memiliki fasilitas medis dan non medis
yang memadai dengan persentase keluhan 30%
d. Masalah 4, yaitu masih kurangnya layanan home visit langsung ke rumah pasien
di puskesmas tersebut dengan persentase keluhan 60%.
2. Pendekatan kuantitatif
a. Masalah 1 karena tidak memenuhi standar pelayanan publik pada KEPMENPAN
No.63 tahun 2003 poin V tentang prinsip pelayanan publik
b. Masalah 3 karena tidak memenuhi standar pelayanan publik pada KEPMENPAN
No.63 tahun 2003 poin V tentang prinsip pelayanan publik
c. Masalah 4 karena tidak memenuhi standar pelayanan publik pada KEPMENPAN
No.63 tahun 2003 poin E dan F tentang Pelayanan Bagi Penyandang Cacat, Lanjut
Usia, Wanita Hamil dan Balita serta Pelayanan khusus
Berdasarkan data diatas maka kami hanya mengambil masalah 1 dan masalah 4
karena hanya masalah tersebut yang memenuhi 2 syarat untuk menjadi masalah mutu
pelayanan kesehatan.
Masalah
No
Bobot
Kriteria
Petugas kurang
ramah dan
disiplin
Layanan home
visit kurang
terlaksana
30
N
3
pasien
Pengaruh terhadap jumlah
25
100
75
kunjungan
Kemampuan SDM
Pengaruh terhadap program
Jumlah
25
20
100
4
2
100
40
330
4
3
100
60
355
3
6
BN
90
N
4
BN
120
H. Rumusan Masalah
Rumusan masalah mutu dari puskesmas Kecamatan Sungai Pua menurut prioritasnya
adalah sebagai berikut :
1. Sebanyak 60% pasien yang berobat ke Puskesmas Kecamatan Sungai Pua pada hari
Jumat, 17 Oktober 2014, mengeluhkan kurang terlaksananya layanan kesehatan home
visit langsung ke rumah pasien untuk pasien yang tidak dapat datang langsung ke
puskesmas tersebut
2. Sebanyak 70% pasien yang berobat ke Puskesmas Kecamatan Sungai Pua pada hari
Jumat, 31 Oktober 2014, tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal petugas
pelayanan yang kurang disiplin dan kurang ramah terhadap pasien.
proses
Keterbatasan jam
pelayanan dan belum
adanya layanan
darurat 24 jam di
lingkung
an
Belum ada alat
transportasi untuk
menjangkau daerah
yang jauh
Layanan home
visit yang kurang
terlaksana
dengan baik
material
manusia
Kurangnya
pemahaman
petugas mengenai
pelayanan prima
proses
Standar pelayanan
prima yang ada
kurang terlaksana
Kurangnya
pelatihan tentang
excellent service
pada petugas
Kurangnya
sosialisasi tentang
pelayanan prima
Petugas
kurang ramah
dan disiplin
kurangnya evaluasi
terhaap kinerja
petugas puskesmas
Pembagian tugas
kerja belum baik
Petugas kelebihan
beban kerja
Kurang maksimalnya
recruitment untuk
tugas pelayanan
kesehatan
Kurangnya tenaga
petugas
puskesmas
Kurangnya reward
& punishment
terhadap kinerja
petugas puskesmas
Pengunjung
puskesmas ramai
lingkungan
masalah
Alternatif penyelesaian
medis Puskesmas
Membuat proposal
pengajuan pengadaan
kunjungan langsung (home visit)
kendaraan operasional
ke rumah pasien
Meningkatkan waktu pelayanan
untuk Puskesmas
Mengadakan layanan
bagi pasien
2
Meningkatkan pengetahuan
petugas tentang pelayanan prima
Meningkatkan pemahaman
pada petugas
Mengajukan proposal untuk
excellent service
petugas Puskesmas
Memaksimalkan recruitment
perbulan
Mengadakan recruitment
untuk mencukupi
kebutuhan petugas
pelayanan di Puskesmas
masalah
tujuan
kegiatan
prosedur
Kurang
Memperbaiki
terlaksananya
dan
layanan
home visit
bagi pasien
yang tidak
1
dapat datang
meningkatkan
pelaksanaan
layanan home
visit bagi
pasien yang
Menambah jumlah
pengajuan pengadaan
kendaraan
rumah pasien
Meningkatkan waktu
memberikan
Meningkatkan
Mengadakan
sosialisasi tentang
excellent service pada
prima
petugas
Mengajukan proposal
pelayanan
pemahaman petugas
untuk pelaksanaan
tentang penerapan
pelatihan untuk
pelayanan prima
Rp. 600.000
darurat 24 jam
di puskesmas
tersebut
jam
tentang pelayanan
Meningkatkan
ke puskesmas
Adanya layanan
darurat puskesmas 24
pengetahuan petugas
datang langsung
program layanan
pasien
dalam
layanan home
yang tidak dapat
operasional untuk
pelayanan bagi
puskesmas
disetujui
Puskesmas
Membuat rancangan
dan disiplin
melaksanakan
terkait
(home visit) ke
attitude petugas
proposal
sarana untuk
puskemas
langsung ke
kurang ramah
setelah
kesehatan
Petugas
Biaya
Tersedianya
kendaraan
operasional untuk
kinerja dan
2 minggu
medis Puskesmas
Membuat proposal
kunjungan langsung
puskesmas
Dinas
kesehatan
datang
Kepala
puskesmas
penambahan alat
puskesmas
Memperbaiki
indikator
medis di Puskesmas
Penyediaan
tidak dapat
Pegawai
PJ
pengajuan
langsung ke
waktu
kepentingan
puskesmas
Membuat proposal
sasaran
petugas Puskesmas
Petugas
2 minggu
Kepala
kesehatan
setelah
puskemas
proposal
puskesmas
Kepala
terkait
disetujui
Meningkatnya
pengetahuan
sekaligus
Diklat
penerapan dari
( Pendidika
petugas
n dan
puskesmas
Latihan)
tentang
excellent
service
terlaksananya
Rp.
7.000.000
tentang excellent
Melakukan evaluasi
secara rutin dan
evaluasi kinerja
petugas
service
puskesmas
Membuat jadwal
berkala terhadap
kinerja petugas
petugas Puskesmas
Puskesmas
Memaksimalkan
perbulan
Mengadakan
recruitment untuk
berkala
Tersedianya
fasilitas
penunjang dan
pelatihan untuk
recruitment untuk
meningkatkan
mencukupi
skill petugas
mengatasi
kekurangan petugas
kebutuhan petugas
kesehatan
pelayanan di
pelayanan di
Puskesmas
Puskesmas
Rp
7.600.000