Anda di halaman 1dari 10

1

A. Judul
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI
KELAS

SMA

NEGERI

11

BANJARMASIN

SEBAGAI

UPAYA

PENINGKATAN KUALITAS SISWA

B. Pendahuluan
1.

Latar Belakang Masalah


Pendidikan karakter di sekolah merupakan upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas siswa. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh berbagai
permasalahan yang terjadi di masyarakat, yang sebagian pelakunya adalah
para siswa. Bila dicermati, peristiwa tawuran antar siswa, perkelahian,
pencurian, pelecehan seksual, kurangnya tanggung jawab siswa terhadap
tugas-tugas di sekolah, dan berbagai perilaku menyimpang lainnya yang
dilakukan siswa sangat menghawatirkan bagi dunia pendidikan.
Pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah dapat menjadi solusi
bagi pengembangan potensi siswa, sehingga siswa tidak hanya menjadi
pendengar dan tidak tergantung dengan informasi pelajaran dari guru saja.
Namun kenyataan yang terjadi adalah pendidikan karakter belum berpengaruh
secara maksimal terhadap sikap siswa. Hal ini dapat dilihat dari masih
banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan siswa yang tidak sesuai
dengan peraturan atau nilai-nilai karakter yang dikembangkan.. Pendidikan
karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidik di sekolah atau orang
tua di rumah, namun sangat dipengaruhi oleh lingkungan siswa bergaul.

Pendidikan karaker tidak diajarkan di sekolah atau tidak diajarkan oleh


guru melalui mata pelajaran sejarah. Pendidikan karakter merupakan proses
keteladanan yang dilihat dan ditiru oleh siswa melalui berbagai kegiatan,
antara lain diimplementasikan melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan
karakter diharapkan dapat mengembangkan kreativitas siswa agar terbentuk
manusia yang cerdas dan berkualitas sesuai dengan yang termuat dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional BAB III pasal (4) ayat (4) yang menyatakan bahwa
pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, mengembangkan
kemauan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran.
Mata pelajaran Sejarah diharapkan dapat menjadi sarana dalam
pendidikan karakter agar guru dapat merencanakan, melaksanakan proses
pembelajaran sejarah yang bermakna bagi siswa. Guru selalu berusaha
meningkatkan kualitas siswa melalui pendidikan karakter, sehingga pelajaran
Sejarah tidak sekedar menghapal konsep-konsep yang sudah ditentukan dalam
kurikulum, melainkan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
Dengan demikian pelajaran Sejarah menjadi pelajaran yang dapat membentuk
pribadi siswa yang berkualitas, baik segi ilmu pengetahuan, karakter, maupun
kemampuannya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Yahya Khan (2010: 23) tentang pendidikan seperti berikut ini.
Pendidikan akan menjadikan manusia cerdas pintar, kreatif, inovatif,
mandiri, dan bertanggung jawab. Pendidikan selalu megajarkan,
membimbing, dan membina setiap manusia untuk memiliki
kompetensi intelektual (kognitif), karakter (afective), dan kompetensi
keterampilan mekanik (psychomotoric).

Kenyataan yang terjadi adalah sebagian siswa memiliki kemampuan


yang tinggi secara kognitif, tetapi memiliki karakter yang rendah, yang dapat
dilihat dari berbagai permasalahan yang dilakukan siswa, baik di lingkungan
sekolah maupun di rumah atau di masyarakat. Kondisi ini tidak terlepas dari
pola pembelajaran selama ini, guru atau buku paket selalu menjadi pusat
informasi, ilmu pengetahuan lebih diutamakan, akibatnya potensi siswa tidak
dikembangkan secara positif. Bila kondisi ini dibiarkan maka akan terbentuk
siswa-siswa yang kurang berkualitas yang mengabaikan nasib bangsanya.
Seperti yang dikemukakan oleh Gede Raka, dkk (2011: 4) sebagai berikut.
Ketika suatu negara tidak menaruh perhatian terhadap pendidikan
maka negara tersebut tidak membangun sumber kekuatan, sumber
kemajuan, sumber kesejahteraan, dan sumber martabatnya yang selalu
bisa diperbarui, yaitu kualitas manusia dan kualitas masyarakatnya.
Kualitas ini ditentukan oleh tingkat kecerdasan dan kekuatan karakter
rakyatnya.
Pendidikan karakter di sekolah tidak bisa dilaksanakan oleh guru mata
pelajaran sejarah saja, tetapi didukung dan dilaksanakan oleh semua warga
sekolah,. Agus Wibowo (2013: 137) mengemukakan bahwa

manajemen

pendidikan karakter akan efektif jika terintegrasi dalam manajemen sekolah,


khususnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dengan kata lain pendidikan
karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan
sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter
direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan
pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain
meliputi nilai-nilai yang ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran,

penialian, pendidik dan tenaga kependidikan dan komponen terkait lainnya.


Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasi masalah-masalah dalam pendidikan karakter sebagai berikut.
1. Guru sejarah mengutamakan penguasaan materi dibandingkan perubahan
sikap siswa.
2. Siswa memiliki kemampuan kognitif yang tinggi tetapi karakter yang
rendah.
3. Terjadinya tawuran yang dilakukan oleh siswa.
4. Terjadinya perkelahian pelajar dan perilaku menyimpang lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
sejarah siswa tidak hanya menguasai materi pelajaran, penting kiranya
pendidikan karakter pada siswa. Atas dasar permasalahan tersebut di atas,
perlu diadakan penelitian tentang pendidikan karakter untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan siswa, khususnya pendidikan karakter dalam
pembelajaran Sejarah.
2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka
rumusan masalah dalam proposal ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah
sebagai upaya peningkatan kualitas siswa kelas X SMA Negeri 11
Banjarmasin?

b. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter


dalam pembelajaran sejarah sebagai upaya peningkatan kualitas siswa kelas
X SMA Negeri 11 Banjarmasin?
c. Bagaimana hasil pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sebagai
upaya peningkatan kualitas siswa kelas X SMA Negeri 11 Banjarmasin?

3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang :
A. Penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sebagai upaya
peningkatan kualitas siswa kelas X SMA Negeri 11 Banjarmasin.
B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter dalam
pembelajaran sejarah sebagai upaya peningkatan kualitas siswa kelas X
SMA Negeri 11 Banjarmasin.
C. Hasil pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sebagai upaya
peningkatan kualitas siswa kelas X SMA Negeri 11 Banjarmasin.

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Siswa menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak,
kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh, sehingga semua potensi siswa
berfungsi secara manusiawi agar menjadi dirinya sendiri yang mempunyai
kemampuan dan kepribadian unggul.

2. Bagi Guru
Dapat mendorong guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Sejarah sehingga dapat dijadikan sarana dalam pembentukan karakter
sehingga terbentu siswa yang berkualitas.
3. Bagi Sekolah
Merupakan sumbangan bagi upaya peningkatan kualitas pembelajaran
di sekolah, khususnya mata pelajaran sejarah sebagai upaya pendidikan
karakter bagi siswa sehingga meningkatkan kualitas sekolah. Peningkatan
kualitas sekolah dapat meningkatkan minat masyarakat untuk masuk ke
sekolah tersebut.

D. Definisi Operasional
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah proses menjadi, yakni proses menjadikan seseorang
menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan,
dan hati nuraninya secara utuh. Pendidikan tidak dimaksudkan untuk mencetak
karakter dan kemampuan peserta didik sama seperti gurunya. Proses pendidikan
diarahkan pada proses berfungsinya semua potensi peserta didik secara
manusiawi agar peserta didik menjadi dirinya sendiri yang mempunyai
kemampuan dan kepribadian unggul (Agustinus, 2014: 1).
2. Hakekat Pendidikan Karakter
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, dan budaya, dan

tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4)
disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokrasi, (9) rasa ingin
tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) rasa cinta tanah air, (12) menghargai
prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca,
(16) peduli lingkungan, (17) peduli social, dan (18) tanggung jawab
(Depdiknas, 2011: 3)
3. Pembelajaran
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afiktif, dan
psikomotorik. (Muhibbin Syah, 2001: 92) Belajar pada hakikatnya adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang,
perubahan itu sebagai hasil proses belajar untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian
(Suyono, 2011: 9).
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu, dan individu
dan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya (Moh. Uzer Usman, 2001: 4). Belajar adalah seperangakat
kegiatan, terutama kegiatan mental intelektual, mulai dari kegiatan yang
paling sederhana sampai kegiatan yang rumit. Pada tahap pertama, kegiatan
ini tampak seperti kegiatan fisik dalam arti kegiatan melihat, mendengar,
meraba, dengan alat-alat indera manusia, kegiatan belajar tidak terhenti

sampai di sini, tetapi di terusakan pada struktur kognitif orang yang


bersangkutan.
Pembelajaran merupakan suatu konsep yang dapat diartikan sebagai
upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang bermuara pada
berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik, dan merupakan suatu
upaya yang dilakukan guru

untuk membelajarkan siswa dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan


untuk membantu orang lain mencapai kemajuan seoptimal mungkin sesuai
dengan tingkat perkembangan potensi kognitif, afiktif, dan psikomotoriknya
(Suyono, 2011: 18).
Pembelajaran

adalah

suatu

usaha

yang

sengaja

melibatkan

pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum


lebih lanjut dikemukan bahwa proses perubahan sikap pada dasarnya
berlangsung pada suatu lingkungan buatan dibandingkan pada situasi alami
(Uno B. Hamzah, 2002: 144). Oleh karena itu, lingkungan belajar yang
mendukug dapat diciptakan agar proses belajar dapat berlangsung optimal.
Jadi kegiatan pembelajaran pada dasarnya adalah upaya guru menciptakan
kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.
4. Mata Pelajaran Sejarah
Mata pelajaran Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan di SMA, yang bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut (Sapriya, 2009: 209-210).

a. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang


merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa akan
datang.
b. Melatih daya krits siswa untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan
didasarkan pada pendekatan ilmiahdan metodologi keilmuan.
c. Menumbuhkan apresiasidan penghargaan siswa terhadap peninggalan
sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.
d. Menumbuhkan pemahaman siswa terhadap proses terbentuknya bangsa
Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga kini dan
masa akan datang.
e. Menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa

sebagai bagian dari bangsa

Indonesia yang memmiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan.
5. Upaya Peningkatan Kualitas Siswa
Upaya yang dilakukan sekolah/guru untuk meningkatkan kualitas siswa
melalui pendidikan karakter.

E. Daftar Pustaka
Agustinus Hermino. 2013. Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter Konsep,
Pendekatan, dan Aplikasi,. Bandung: Alfabeta.
Agus Wibwo. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah: (Konsep dan
Praktik Implementasi). Yogyakartaa: Pustaka Pelajar.
Depdiknas. 2011. Pedoman pelaksanaan Pendidikan karakter (Berdasarkan
Pengalaman di Satuan Pendidikan Rinrisan) Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

10

Gede Raka, dkk.. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah: dari Gagasan ke


Tindakan. Jakarta: Gramedia.
Moh. Uzer Usman dan Setiawati. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah. 2001. Psikology Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran.Bandung: Remaja
Rosdakarya
Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Remaja Rosdakarya
Uno, B. Hamzah. 2012. Belajar Dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta: Bumi
Aksara.
Yahya Khan. 2010. Pendidikan Karakter Bebasis Potensi Diri Mendongkrak
Kualitas Pendidikan. Jakarta: Pelangi Publishing.

Anda mungkin juga menyukai