Tugas
Tugas
Tugas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulisan kisah sejarah bukanlah sekedar menyusun dan merangkai faktafakta hasil penelitian, melainkan juga menyampaikan pendirian dan pikiran
melalui interpretasi sejarah berdasarkan hasil penelitian. Dalam perkembangan
selanjutnya penulisan sejarah mengalami kemajuan, yaitu dengan munculnya
gagasan baru dalam penulisan sejarah.
Sartono Kartodirdjo memfokuskan bagaimana penggunaan ilmu-ilmu
sosial dalam mengungkapkan fakta-fakta peristiwa sejarah pada masa lampau. Di
mulai dari bagaimana konsep tentang sejarah dibangun, bagaimana perpektif
sejarah itu berdiri, bagaimana membangun atau merekonstruksi kembali peristiwa
pada masa lalu menjadi suatu cerita yang memiliki arti, bagaimana hubungan
antara sejarah dengan ilmu-ilmu social dan bagaimana sejarah di tulis berdasarkan
kategori tertentu. Pada hal ini saya akan membahas pendekatan sejarah melalui
ilmu sosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dan Persfektif Sejarah
Dimulai dari sebuah rasa ingin tahu tentang suatu peristiwa secara genesis,
sejarah mulai masuk di dalamnya. Melalui cerita naratif yang memuaskan
kemudian menjadi sesuatu yang menarik, kemudian sejarah dikenal sebagai ilmu
dan sejarah sebagai seni.
Teori dan metodologi sebagai bagian pokok ilmu sejarah mulai
diketengahkan
apabila
penulisan
sejarah
tidak
semata-mata
bertujuan
fakta yang tidak lagi disatukan sebagai agregasi, tetapi telah tersusun dan
terhubung antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya yang sesuai dengan
desain. Pembatasan tentang lingkup(Scope) waktu temporal dan ruang (spatial)
perlu ditegaskan sebagai pembatas peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Selanjutnya, apa itu Perspektif Sejarah?. Dalam mengangan-angankan
tentang masa lampau yang penuh dengan kejadian ada kalanya timbul kekalutan
karena orang lupa mana yang terjadi terlebih dahulu dan mana yang kemudian.
Urutan peristiwa secara kronologis pada masa lampau adalah fundamental dalam
setiap pengetahuan sejarah. Dimensi waktu dalam sejarah ada tiga yaitu masa
lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Sementara kronologi sejarah
adalah bentuk penulisan sejarah yang terdiri atas urutan-urutan kejadian.
Selanjutnya dijelaskan bahwa perspektif sejarah adalah adanya perbedaan
kedalaman objek yang disebabkan oleh jarak dari tempat memandangnya. Dalam
melihat sejarah maka kita harus tahu tentang kejadian yang lama dan kejadian
yang baru. Agar pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah tidak tertumpuk dalam
ingatan kita begitu saja sebagai suatu agregasi maka perlu ada pengkonstruksian
berdasarkan perspektif sejarah itu.
Dalam melihat secara perspektif sejarah diperlukan langkah yang disebut
periodisasi. Periodisasi adalah salah satu proses struturisasi waktu berdasarkan
pembagian atas babak, zaman dan waktu. Dalam kisah pewayangan misalnya,
periodisasi dibagi menjadi empat yaitu dwaparayuga, tretayuga, kaliyuga dan
kretayuga. Sementara di dunia Barat membagi kisah sejarah dalam 3 periodisasi
yaitu zaman kuno (-500sm), Zaman pertengahan (500-1500) dan zaman modern
(1500- sekarang).
Selanjutnya dijelaskan bahwa perspektif historis melihat bahwa masa kini
tidak terlepas dari masa lampau dan identitasnya. Yang penting dalam pandangan
dan cara melihat obyek atau gejala masa lampau ialah bahwa setiap objek selalu
mempunyai masa lampau dan perkembangannya. Jadi perspektif sejarah akan
menjelaskan masa kini dengan memaparkan latar belakang masa lampaunya.
Perkembangan penulisan sejarah barat sejak zaman Yunani sampai
sekarang boleh dikatakan bahwa pada umumnya berupa karya-karya yang bersifat
Dalam penyusunan cerita sejarah struktur logis yang harus diikuti harus
meliputi 10 urutan yang dimulai dari pengaturan kronologis sampai kepada
penyusunan cerita berdasarkan deskripsi-analitis . Selanjutnya, dijelaskan bahwa
di dalam historiografi Indonesia, antara lain dalam Babad Tanah Jawi, juga
terdapat pembagian zaman yang dimulai dari zaman nabi-nabi, zaman munculnya
tokoh-tokoh
Kesemuanya
pewayangan,
itu
mitis,
merupakan
lalu
diikuti
bentuk-bentuk
zaman
periodisasi
kerajaan-kerajaan.
sebagai
usaha
menstrukturasi waktu.
Dalam historiografi Barat, periodisasi yang amat populer ialah yang
disusun oleh Cellarius (1638-1707). Pembabakan Sejarah Barat atas tiga periode
menurutnya adalah: (1) Zaman Kuno (-500); (2) Abad Pertengahan (500-1500);
dan Zaman Modern (sejak 1500).
Dalam sejarah politik, ada kebiasaan membuat periodisasi berdasarkan
pemilihan caesuur (penetapan pemisahan) pada tahun peristiwa penting, antara
lain akhir perang, awal revolusi, awal suatu periode pemerintahan, dan
sebagainya. Misalnya Revolusi Prancis (1789) dianggap sebagai awal periode
moderen, ditinggalkannya monarki absolut dan dimulainya periode liberalisme,
demokrasi, dan nasionalisme.
Setiap unit sejarah senantiasa memiliki lingkup temporal dan spasial
(waktu dan ruang). Ruang lingkup temporal mempunyai batasan yaitu awal
perkembangan gejala sejarah dan akhirnya, misalnya dalam biografi kelahiran dan
kematian seorang tokoh. Ruang lingkup spasial juga memiliki batasan, misalnya
dalam sejarah perang ialah seluruh wilayah yang dipakai sebagai medan perang.
Untuk suatu negara, batasan spasialnya ialah wilayah kekuasaannya. Sehubungan
dengan hal tersebut, ilmu sejarah memerlukan bantuan geografi.
Konsep sistem banyak dipakai dalam ilmu sosial yang mempunyai
perspektif sinkronis terhadap suatu gejala. Sementara di dalam sejarah, konsep
sistem hanya dipakai sebagai alat analisis dan sintesis, terutama dalam
menunjukkan saling hubungan antara unsur-unsur atau dimensi-dimensi yaitu
bagaimana saling pengaruh-mempengaruhi antara faktor ekonomi, sosial, politik
pendekatan
multidimensional.
Sejarawan
yang
akan
menerapkan
metodologi ini perlu menguasai pelbagai alat analitis yang dipinjam dari ilmu
sosial.
Dalam penulisan sejarah lazim dibedakan menjadi dua macam sejarah
yaitu (1) Sejarah prosesual (sejarah deskriptif-naratif), ialah penulisan sejarah
yang menggambarkan kejadian sebagai proses, yang dicakup dalam uraian naratif
atau cerita untuk mengungkapkan bagaimana suatu peristiwa terjadi, lengkap
dengan fakta-fakta tentang apa, siapa, kapan, dan dimana; (2) Sejarah
struktural (sejarah deskriptif-analitis), ialah penulisan sejarah yang menerangkan
kausalitasnya atau menjawab pertanyaan mengapa.
F. Braudel (seorang sejarawan) menyebut sejarah struktural dengan istilah
sejarah jangka panjang (longue dure) karena mencakup perubahan struktur
masyarakat dan lingkungan yang terjadi secara lambat laun. Menurut dia, di antara
sejarah
prosesual
dan
sejarah
struktural
terdapat
sejarah
konjunktural
Hasil
sejarah
yang
dihasilkan
tidak
lagi
dominan
dengan
menerapkan teori-teori dari ilmu-ilmu sosial.Kedua, sering pendekatan sosiohistoris dipersalahkan memotong kekayaan historis, karena ia hanya menaruh
minat pada segi-segi tertentu dari masa silam yang dapat dikaji dengan bantuan
ilmu-ilmu soial. Alhasil, masa silam tidak dapat dipaparkan seutuhnya. Ketiga,
pengkajian tradisional lebih mampu menampilkan suatu pemandangan mengenai
masa silam daripada suatu pendekatan sosio-ekonomis yang hanya membeberkan
angka-angka statistik. Dalam konteks ini maka pendekatan hermeneutika memang
lebih berhasil melukiskan wajah masa lalu.Keempat, pendekatan terhadap masa
silam yang menggunakan teori-teori ilmu sosial hanya dapat digunakan sejauh
dapat diandalkan. Kesahihan teori-teori sosial sering disanksikan. Sebab ia sering
berpangkal pada pandangan-pandangan hidup, ideologi-ideologi politik atau
modern yang sedang berlaku.
Terlepas dari pro dan kontra pengkajian sejarah menggunakan teori-teori
ilmu sosial, namun patut direnungkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
dewasa ini hampir sudah sulit dibedakan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin
ilmu lainnya. Pendekatan interdisipliner kini sangat dominan mewarnai wacana
perkembangan ilmu pengetahuan. Sejarah sebagai salah satu bidang ilmu tidak
seharusnya menarik diri dari fenomena itu, melainkan harus mampu bermain
ditengahnya , sehingga tidak dianggap himpunan pengetahuan masa lalu semata,
tanpa bisa memberikan kontribusi bagi pembangunan kehidupan manusia,
sebagaimana visi sebuah ilmu pengetahuan.
Mengacu pada pemikiran tersebut , selanjutnya dikemukakan beberapa
ilmu sosial dalam persinggungannya dengan studi sejarah. Lima disiplin yang
dijelaskan yaitu; ilmu Politik, antropologi , sosiologi ,ekonomi , dan psikologi.
a.
Ilmu ekonomi dan sejarah itu sama-sama termasuk kedalam ilmu sosial,
yaitu ilmu yang membahas interaksi manusia dan lingkungannya. itulah kenapa di
SMP, pelajaran ekonomi dan sejarah itu digabung. karena berasal dari rumpun
ilmu yang sama, terkadang materinya pun berkaitan bahkan terkadang tumpangtindih. Misalnya, pada materi perdagangan internasional, di sejarah juga ada. di
sejarah disebutkan bahwa bangsa eropa pergi ke indonesia utk mencari rempahrempah. Dengan belajar dari masa lalu (sejarah) kita juga dapat belajar supaya
perekonomian dapat lebih baik.
Banyak Kebijakan pemerintah kolonial di masa lalu yang dilandasi oleh
kepentingan ekonomi. Misalnya, untuk memahami sejarah perdagangan rempahrempah di Nusantara pada abad ke XVI sampai abad XVIII,maka tidak dapat
dipisahkan
dari
peran
kongsi
dagang
Hindia
Belanda
Timur
yakni
sejarah
untuk
menjelaskan
studi
tersebut.
Karya-karya
seperti Pemberontakan Petani Kaya yang ditulis oleh Tilly, Perubahan Sosial
Masa Revolusi Industri di Inggris Karya Smelzer, serta Asal Mula Sistem
Antropologi sebagai salah satu dari ilmu sosial memiliki kaitan dan
sumbangan kepada ilmu sejarah begitu juga sebaliknya. Dalam penulisan sejarah,
sejarawan tidak jarang menggunakan teori dan konsep ilmu sosial lain, termasuk
antropologi. Sejarawan banyak meminjam konsep antropologi diantaranya ialah,
simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi,
inkulturasi, primitif, dan agraris.Sementara itu, sumbangan Ilmu sejarah terhadap
antropologi adalah, sejarah sebagai kritik, permasalahan sejarah, dan pendekatan
sejarah.
Titik temu antara Antropologi budaya dan sejarah sangatlah jelas.
Keduanya mempelajari tentang manusia. Bila sejarah menggambarkan kehidupan
manusia dan masyarakat pada masa lampau, maka gambaran itu juga mencakup
unsur-unsur kebudayaannya . unsur-unsur itu antara lain, kepercayaan, mata
pencaharian, dan teknologi. Hasil rekonstruksi yang memadukan antara sejarah
dan antropologi menghasilkan karya sejarah kebudayaan.
e.
rangsangan dari luar atau lingkungannya, dapat pula dari dalam dirinya sendiri.
Penggunaan psikologi dalam sejarah, melahirkan fokus kajian sejarah mentalitas.
Kegunaan Sejarah Untuk Ilmu-Ilmu Sosial
Kegunaannya yaitu:
1. Sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial
Contohnya: Buku the religion of china yang ditulis oleh Max Weber, Buku Kal
Wittfogel, oriental despotism, yang berisi teori tentanghydraulic society.
2. Permasalahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu sosial
Contohnya: Soedjito Sosrodihardjo menulis tentang struktur masyarakat Jawa,
Buku Barrington Moore, Jr., Social Origins of Dictatorship and Democracy: Lord
and Peasant in the Making of the Modern World.
3. Pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada
ilmu-ilmu sosial yang sinkronis
Contohnya: Buku Clifford Geertz, yang berjudul Agricultural Involution: The
Process of Ecological Change in Indonesia dan The Social History of an
Indonesian Town
Kegunaan Ilmu-Ilmu Sosial Untuk Sejarah
Pengaruh ilmu sosial pada sejarah dapat kita golongkan ke dalam 4 macam yaitu:
Penggunaan ilmu sosial dalam sejarah itu bervariasi. Variasi itu ialah
1. Yang menolak sama sekali
2. Yang menggunakan secara implisit
3. Yang menggunakan secara eksplisit
4. Yang campuran dan kekaburan batas
Yang menolak sama sekali penggunaan ilmu-ilmu sosial berpendapat:
1. Karena penggunaan ilmu sosial akan berarti hilangnya jati diri sejarah sebagai
ilmu yang diakui keberadaannya, jadi sejarah cukup dengan common sense (akal
sehat, nalar umum, akal sehari-hari) dan penggunaan dokumen secara kritis.
2. Karena penggunaan ilmu-ilmu sosial hanya akan menjadikan sejarah sebagai
ilmu yang tertutup secara akademis dan personal. Secara akademis, tanpa ilmu
sosial, sejarah bersifat multidisipliner sedangkan dengan ilmu sosial, sejarah akan
Konsep
Bahasa Latin conceptus berarti gagasan atau ide. Sadar atau tidak,
sejarawan banyak menggunakan konsep ilmu-ilmu sosial.
2.
Teori
Permasalahan
Pendekatan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Suatu hal yang membedakan penelitian sejarah dengan ilmu-ilmu lain
adalah masalah sumber penelitian. Bagi ilmu lain mungkin sumber terkini lebih
diutamakan, di samping itu media cetak dan elektronik, meskipun hal ini sudah
mulai dilakukan para mahasiswa pendidikan sejarah yang sedang menyusun
skripsi namun sumber dari media cetak dan elektronik sangat terbatas sekali. Ilmu
sejarah termasuk ilmu empiris yang berarti pengalaman, sejarah sangat tergantung
pada pengalaman manusia, yang terekam pada dokumen atau sumber sejarah,
yang tentunya tidak bisa dilakukan dengan percobaan.
Pengalaman manusia
sekali terjadi setelah itu lenyap ditelan masa. Untuk itulah diperlukan teknik
tersendiri dalam penelitian agar dapat menghasilkan karya ilmiah yang baik.
Keterbatasannya sejarawan menjangkau sumber-sumber membuatnya
mencari altenatif lain yang dapat memudahkan pekerjaan rekonstruksinya, pada
tahap inilah sejarah memerlukan ilmu bantu dengan pendekatan ilmu lain salah
satunya pendekatan ilmu sosial.
Sejarah sosial adalah setiap gejala social yang memanifestasikan
kehidupan social suatu komunitas atau kelompok. Dimensi sejarah social sangat
luas, yang mencakup segala aspek kehidupan.
Kedudukan sejarah dan ilmu-ilmu sosial (bahasa, geografi, ekonomi,
sosiologi, ilmu politik, antropologi) adalah saling memerlukan dan saling
memberikan kontribusi. Dalam hal ini, penelitian dan penulisan sejarah senantiasa
memerlukan bahasa sebagai sarana primer untuk mengungkapkan data, analisis,
dan kesimpulan yang terkait dengan seluruh aspek yang terkait dengan manusia
dan waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
Angkersmit, F. R. 1987. Refleksi tentang sejarah : pendapat-pendapat modern
tentang filsafat sejarah. (terjemahan Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah .Yogyakarta: Bentang Pustaka
Madjid, M. Saleh dan Abd. Rahman Hamid. 2008. Pengantar Ilmu Sejarah.
Makassar : Rayhan Intermedia.
Serba Sejarah. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Diambil pada
11 Januari 2015 pukul 16.00 dari
http://serbasejarah.blogspot.com/2011/03/pendekatan-ilmu-sosial-dalammetodologi.html