Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INFEKSI PAYUDARA DAN VAGINA

Disusun oleh :
ANDITA NUGRAHANI
NPM : 61112101

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BATAM TAHUN AJARAN 2015/2016

INFEKSI PAYUDARA
(MASTITIS)

A. DEFINISI MASTITIS
Masitis adalah infeksi peradangan pada mamae terutama pada primipara
yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka
pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohardjo, 2005
: 701).
Masitis adalah infeksi sistematis seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah
melahirkan sebagai komplikasi sumbatan air susu (Masdjoer, 2001 : 324).
B. KLASIFIKASI MASTITIS
1. Berdasarkan tempatnya :
a. Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae
b. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat
itu
c. Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar yang menyebabkan
abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
2. Berdasarkan penyebab dan kondisinya :
a. Mastitis periduktal
Ditemukan pada ibu yang menjelang menopause
b. Mastitis puerperalis
Ditemukan pada wanita hamil dan menyusui
c. Mastitis supurativa
Ditemukan pada wanita yang terkena TBC, sifilis dan infeksi
staphylococcus
3. Jenis jenis mastitis :
a. Mastitis puerparalis epidemik
Timbul jika pertama kali bayi dan ibu terpajan pada organisme yang
tidak dikenal atau vurulen.
b. Mastitis moninfesiosa
Jika ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh payudara, produksi
ASI melambat dan aliran terhenti, namun proses ini membutuhkan
waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2-3 minggu.
c. Mastitis subklinis
Disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga
produksi ASI sangat berkurang
d. Mastitis infeksiosa

Terjadi jika siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh faktor imun
dalam ASI dan oleh respon-respon inflamasi.
C. ETIOLOGI MASTITIS
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang
akan menyebabkan mastitis jika tidak segeras ditangani.
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kumam staphylococcus aureus
masuk menyebabkan infeksi mastitis
3. Personal hygine ibu kurang, terutama pada puting susu
4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan
mastitis (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001)
D. MANIFESTASI KLINIS MASTITIS
Payudara bengkak terlihat membesar
Teraba keras dan benjol-benjol
Kemerahan dengan batas jelas
Timbul garis garis merah ke arah ketiak
Nyeri pada salah satu lobus payudara yang diperberat jika bayi menyusu
Malaise umum
Suhu badan meningkat > 380C
Peningkatan kecepatan nadi
Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keputihan, menggigil

E. DIAGNOSIS MASTITIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak selalu
diperlukan. WHO menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada
beberapa keadaan yaitu jika :

Pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respon yang baik


dalam 2 hari
Terjadi mastitis berulang
Mastitis terjadi di rumah sakit
Penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan
terlebih dahulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk
mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan
hasil positif palsu dari kultur.

F. PENATALAKSANAAN MASTITIS
1. Tatalaksana suportif
Memperbaiki teknik menyusui ibu
Anjurkan ibu untuk lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang
bermasalah
Memijat payudara yang dilakukan dengan jari yang dilumuri minyak
atau krim selama proses menyusui
Istirahat
Konsumsi cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang
Kompres hangat terutama saat menyusui dan kompres dingin setelah
menyusui
2. Medikamentosa
Analgesik
Diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis, analgesik
yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibu profen. Ibu
profen sampai dosis 1,6 gram/hari tidak terdeteksi pada ASI.
Antibiotik
Diberikan jika tidak terjadi perbaikan setelah 12-24 jam atau
jika ibu tampak sakit berat. Jenis antibiotik yang bisa digunakan adalah
dikloksasilin/flukoklasasilin 500 mg tiap 6 jam per oral. Antibiotik
diberikan paling sedikit selama 10-14 hari

3. Pemantauan
Jika gejala tidak berkurang dalam beberapa hari dengan terapi yang
adekuat termasuk antibiotik pertimbangkan diagnosis banding. Pemeriksaan
lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kuman yang resisten,
adanya abses atau massa padat yang mendasari mastitis. Berulangnya kejadian
mastitis lebih dari 2 kali pada tempat yang sama juga menjadi indikasi
pemeriksan USG.

G. KOMPLIKASI
1. Abses
2. Mastitis kronis
3. Infeksi jamur
4. Penghentian menyusui dini

INFEKSI VAGINA

KLASIFIKASI
A. Candidiasis vaginalis
1. Definisi
Candidiasis vaginalis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur, yang
terjadi di sekitar vagina.
2. Etiologi
Candida Albicans
Ini adalah jamur dimorfik yang mampu tumbuh dalam 2 bentuk yang
berbeda yaitu sel tunas yang berkembang jadi blastospora dan
menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Biasanya
ditemukan dalam jumlah kecil di mulut, saluran pencernaan, rongga
vagina dan kulit.

3. Faktor Resiko
Kondisi tubuh yang lemah/ keadaan umum yang buruk
Penyakit tertentu (Diabetes Melitus)
Kehamilan
Rangsangan setempat pada kulit oleh cairan yang terjadi terus menerus
Penggunaan obat (antibiotik, kortikosteroid dan sitostatik)
4. Manifestasi Klinis

Rasa gatal/ terbakar dibagian genital sering disertai iritasi vagina,


disuria atau keduanya
Keluar cairan putih seperti susu yang menjendal dan tidak berbau
Eritema dinding vagina dan vulva kadang dengan plak yang menempel

5. Diagnosis
Diagnosis dibuat jika preparat KOH cairan vagina menunjukan hife
dan kuncup. Preparat KOH (-) tidak mengesampingkan infeksi
6. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Kontrimazol 500 mg pervaginam dosis tunggal
Ketokonazol 2 x 200 mg per oral selama 5 hari atau
Intakonazol 2 x 100 mg dosis tunggal selama 3 hari atau
Flukonazol 150 mg dosis tunggal
7. Pencegahan
Hindari kelembaban berlebihan dalam celana dalam dan pembalut
Jangan menggunakan celana dalam yang terlalu ketat
Cuci pakaian setelah digunakan
Menjaga kebersihan disekitar vagina

B. Vaginosis Bakterial
1. Definisi
Vaginosis bakterial adalah kondisi vagina yang dapat menghasilkan
vagina yang bernanah dan hasil dari pertumbuhan berlebih bakteri normal
dalam vagina.

2. Etiologi
Ketidakseimbangan flora alami bakteri, terjadi karena pengurangan
jumlah hidrogen peroksida normal yang memproduksi lactobacilli dalam
vagina.
Bakteri vagina yang berhubungan dengan vaginosis bakterial :
Gardnerella vaginalis

Mycoplasma hominis

Bakteri anaerob

3. Manifestasi Klinis
Keputihan
Tipis, homogen, warna putih abu- abu dan berbau amis
Sekret bisa banyak sekali
Lengket di dinding vagina

4. Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan cara :
Indentifikasi mikroskopik sel sel clue pada usapan basah. Sel sel clue
adalah sel sel epitel vagina dengan kerumunan bakteri menempel pada
membran sel. Tampak juga sel radang/ laktobasili.
pH cairan vagina 4,5
uji whiff (+) yaitu keluar bau amis pada waktu ditambahkan larutan KOH
pada cairan vagina
eritema vagina jarang
5. Penatalaksanaan
Metronidazol 500 mg per oral 2 x sehari selama 7 hari
Metronidazol per vaginam 2 x sehari selama 5 hari
Krim klindamisin 2% per vaginam 1 x sehari selama 7 hari
6. Pencegahan
Tidak menggunakan bahan kimia untuk vagina
Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang sah
Menjaga personal hygiene
C. Trichomoniasis
1. Definisi
Trichomoniasis adalah infeksi oleh protozoa Trichomonas vaginalis
yang ditularkan secara seksual. Trikomonas adalah organisme yang tahan dan
mampu hidup dalam handuk basah atau permukaan lain. Masa inkubasinya
berkisar antara 4 s/d 28 hari.

2. Manifestasi Klinis
Cairan vagina berbuih, tipis, berbau tidak enak dan banyak
Warna sekret bisa abu-abu, putih atau kuning kehijauan
Mungkin ada eritema/ edema vulva dan vagina
Mungkin juga serviks tampak eritematus dan rapuh

3. Diagnosis
Preparat kaca basah memperlihatkan protozoon fusiformis uniseluler
yang sedikit lebih besar dibanding sel darah putih, mempunyai flagela
dan dalam spesimen dapat dilihat gerkannya
Cairan vagina mempunyai Ph 5,0 7,0
4. Penatalaksanaan
Metronidazol 2 gr per oral (dosis tunggal)

A. Vaginal candidiasis
B. Trichomoniasis
C. Bacterial vaginosis

5.

DAFTAR PUSTAKA

1.
2.
3.
4.

Cunningham, F.G., et all, 2005, Obstetri Williams, Jakarta, EGC


Mansjoer, A., et all, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aesculapius
Suradi, R., et all, 2010, Indonesia Menyusui, Jakarta, IDAI
Anwar, M., et all, 2011, Ilmu Kandungan edisi ketiga, Jakarta, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
5. Holmes, K.K., Mard, P.A., et all, Bacterial Vaginosis, 2005, Sexual Transmitted
Disease 3rd ed, New York, Mc Graw Hill
6. Krisnadi, R.S., 2005, Obstetri Patologi, Jakarta, EGC
7. Price, A.S., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Jakarta, EGC
8. Saifuddin, et all, 2009, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
9. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5,
Jakarta, FKUI
10. Mandals, et all, 2006, Penyakit Infeksi Edisi 6, Jakarta, Erlangga

Anda mungkin juga menyukai