Anda di halaman 1dari 5

RESUME AGENDA MENDESAK

BANGSA
SELAMATKAN INDONESIA
Resume ini untuk memenuhi tugas Kebijakan Lingkungan
Dosen pengajar: Dr. Imam Hanafi ,M.Si ,MS

Disusun oleh:
Hengky Suryo Prasetyo
(0810310250)
Kelas : D

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2010

AGENDA MENDESAK BANGSA


SELAMATKAN INDONESIA

Ketika risalah atau monograf ini saya tulis, kita bangsa indonesia sudah lebih
dari 62 tahun telah mengalami kemerdekaan dan kedaulatan nasional,
sejak kemerdekaan Republik Indonesia di proklamasikan oleh dua Bapak
Bangsa yaitu Soekarno dan Hatta pada tanggal 17 Agustus tahun 1945. Kata
kemerdekaan dan kedaulatan mengingatkan kita semua bahwa kemerdekaan
dan kedaulatan kita itu masih semu, belum sepenuhnya kita miliki. Apa yang
kita alami dan kita rasakan dalam beberapa dasawarsa terakhir abad 20 dan
dasawarsa pertama pada abad 21 sesungguhnya dalam banyak hal merupakan
pengulanggan belaka dari apa yang kita alami pada zaman penjajahan
kompeni dan pemerintah Belanda di masa lalu. Perbedaan dulu dengan
sekarang hanyalah format belaka. Dikatakan bahwa hampir setiap kebijakan
domestik dan kebijakan luar negeri selalu dikatakan punya pengaruh besar
kepentingan asing yang melemahkan kepentingan nasional bangsa Indonesia
sendiri. Dalam era globalisasi Indonesia telah terseret menjadi sekedar agen
setia bagi kepentingan asing.
Globalisasi pada pokoknya adalah proses interkoneksi yang meningkat
di masyarakat sehingga kejadian yang berlangsung mempengaruhi negara
lain. Ada tiga institusi pilar yang menopang globalisasi adalah IMF,Word
Bank, dan WTO. Pada dasawarsa 1980-an dan 1990-an IMF, Word Bank,
WTO dengan kebijakannya mengatur ekonomi dunia. Fakta menggambarkan
bagaimana kesenjangan ekonomi antar negara sudah kelewatan dalam era
globalisasi sekarang ini. Negara berkembang terus ditekan agar membuka

pasar mereka tanpa batas dan negara maju seolah menyatakan bahwa pasar
dan perdagangan milik anda. Bukan untuk saya.
Kedaulatan Ekonomi yang telah kita gadaikan pada kekuatan asing itu
hakekatnya telah melemahkan kedaulatan politik, diplomatik, pertahanan dan
militer kita. Bisa dikatakan bahwa dalam setaip pengambilan kebijakan
domestik dan kebijakan luar negeri Indonesia selalu kelihatan pengaruh besar
kepentingan asing yang melemahkan kepentingan Nasional Bangsa Indonesia
sendri. Dalam era Globalisasi yang mengalir deras, Indonesia telah terseret
menjadi sekedar subordinat atau sebagai agen setia bagi kepentingan asing.
Setiap negara berkembang dan negara maju dalam menghadapi
globalisasi harus mempunyai cara sendiri agar tetap survive dan berhasil.
Namun pada kenyataannya banyak korporosi asing yang yang mengerjakan
pertambangan di negara kita, begitu bebasnya, begitu serakahnya dalam
menjarah SDA kita. Seluruhnya hanya menguntungkan pihak asing dan
merugikan bangsa sendiri. Sebagian penentu kebijakan Indonesia masih
bermental inlader (merasa nikmat dalam ketergantungan). Akibatnya
Indonesia makin terjatuh dalam jeratan hutang luar negeri yang semakin lama
semakin besar. Elite nasional kita tampak menyerah total terhadap kekuatan
keuangan internasional. Setelah lebih dari 62 tahun merdeka, seharusnya para
pemimpin Indonesia sudah relatif membawa Indonesia ke tahap yang benarbenar merdeka. Namun diantara pemimpin kita cenderung menghamba pada
kekuatan dan kepentingan asing. Ada banyak cara yang dilakukan oleh
kekuatan

korporatokrasi

internasional

untuk

menaklukkan

negara

berkembang. Yaitu dengan kekuatan militer, ancaman kekerasan serta dengan


cara halus. Kekuasaan negara yang terdiri dari eksekutif, legislatif, dan
judikatif secara sadar atau tidak telah menghamba dengan kepentingan asing

dan melakukan korupsi paling besar dan paling berbahaya karena yang
dipertaruhkan adalah kedaulatan ekonomi, politik, bahkan pertahanan
keamanan bangsa Indonesia. Sampai sekarang Indonesia termasuk kelompok
sembilan negara terkorup di dunia. Inilah musibah politik yang dialami
bangsa Indonesia di era reformasi. Globalisasi yang berjalan sekitar 3
dasawarsa terakhir ini memunculkan kritik tajam bahkan negatif dan
destruktif dari proses globalisasi. Liberalisme dan pembukaan pasar ekonomi
bukan saja harus mementingkan efisiensi ekonomi, tetapi akibatnya harus
secara sosial dapat diterima agar liberalisasi pasar dan modal dapat bertahan.
Pada

zaman

Habibie

semangat

liberalisasi

dilakukan

dengan

kebablasan, tanpa penyiapan jaring pengamanan dari liberalisasi terutama


manajemen resiko. Zaman Megawati ada korupsi yang bersifat state capture
dalam bentuk pemberian yaitu pelepasan dan pembebasan para obligor yang
berhutang kepada negara yang jumlahnya triliunan rupiah. Pemerintah kita
makin tidak berkutik lagi. Zaman Yudhoyono dapat mengubah orientasi
kebijakan ekonomi, politik, hukum, dan pertahanan keamanan yang sudah
ditempuh selama ini. Kebijakan ekonominya hampir pasti akan lepas kendali
yang justru akhirnya menguntungkan korporasi asing dan merugikan bangsa
sendiri. Zaman Yudhoyono diharapkan permasalahan yang dihadapi Indonesia
bisa teratasi. Masyarakat membutuhkan perubahan dan perbaikan nasib.
Sebelum era Yudhoyono sudah lama dalam mengelola SDA kita pemerintah
sudah berkuasa bersikap demikian longgar dalam melindungi kekayaan alam
dari penjarahan legal berbagai korporasi asing. Berkat kemajuan transportasi
modern, perkembangan ilmu, dan tehnologi proses globalisasi melanda
seluruh negara tanpa terkecuali.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari pelajaran masa lalu. Sekarang
stabilitas politik nasional mulai dikatakan relatif mantap. Masalah besar
bangsa mulai bisa diatasi secara bertahap. Pelaksanaan HAM juga mulai
relatif berjalan baik. Semua harus terus dilanjutkan. Namun, harus selalu
diingat bahwa untuk membangun masa depan untuk bangsa Indonesia yaitu
lagu kebangsaan, sang merah putih,bahasa Indonesia, semoyan nasional, TNI
dan POLRI, serta Pancasila. Dengan enam rujukan fundamental ini rasanya
bangsa Indonesia telah sanggup mengatasi gangguan, tantangan, halangan
apapun.

Anda mungkin juga menyukai