Anda di halaman 1dari 28

ENERGI TRANSFER ELEKTRON DAN PENERAPANNYA

Tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Kimia Kontekstual
Pengempu : Dr. Drs. I Ketut Gede Dharma Putra, M.Sc

Kelompok 1 :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

I Made Trimastiya
Catharina Maria Prajna Widya
Ni Made Luh Sukarningsih
Ni Kadek Dyan Mustika Sri Wahyuni
Kresna Murti Wasudewa
Wildan Alfa Rozin

1408105031
1408105001
1408105018
1408105044
1408105062
1408105003

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas yang berjudul Energi Transfer Elektron dan Penerapanya dengan
lancar.
Penulisan tugas ini bertujuan untuk menjelaskan tentang Energi Transfer Elektron.
Dalam penyelesaian tugas ini, kami sedikit mengalami hambatan, terutama disebabkan oleh
kurangnya informasi yang lengkap. Namum berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak, akhirnya laporan ini terselesaikan. Karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. Drs. I Ketut Gede Dharma Putra, M.Sc selaku dosen Kimia yang telah
memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada kami untuk membuat karya tulis
ini.
2. Teman teman kami yang telah memberikan bantuan baik secara moral maupun
spiritual.
3. Dan semua pihak yang telah membantu kami baik secara langsung maupan tidak
langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu..
Semoga tugas ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada
khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari sempurna
untuk itu kami mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Penulis, September 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi adalah salah satu kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang paling
penting. Sumber energi sangat diperlukan oleh manusia untuk keidupan sehari hari seperti
untuk memasak, transportasi, elektronik seperti TV dan komputer. Salah satu sumber energi
utama untuk keperluan tersebut adalah baterai, atau yang disebut dengan sel elektrokimia.
Studi hubungan antara reaksi kimia dan aliran listrik disebut elektrokimia. Reaksi
elektrolisis, dimana perubahan non-spontan terjadi dengan mengalirkan arus listrik melalui
sistem kimia, adalah termasuk elektrokimia. Reakai spontan reduksi-oksidasi (reaksi redoks)
yang dapat manghasilkan listrik juga termasuk elektrokimia. Perubahan yang terjadi dalam
suatu sistem kimia karena reaksi elektrolisis dan reaksi redoks dibahas dalam reaksi
elektrokimia.
Reaksi elektrokimia sangat penting dalam mempelajari ilmu kimia dan juga aktivitas
sehari-hari. Melalui reaksi elektrokimia dapat diperoleh informasi mengenai perubahan
energi reaksi kimia sehingga membantu menganalisa sistem-sistem kimia. Reaksi
elektrokimia juga penting dalam ilmu lain misalnya bidang biologi. Pengaruh reaksi
elektrokimia pada masyarakat modern hampir ditemukan dimana-mana. Industri kimia Al,
Cl2 dan NaOH adalah contoh penerapan reaksi elektrokimia elektrolisis. Dan semua sumber
energi listrik kecil (baterai) diperoleh dari reaksi elektrokimia reduksi-oksidasi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas adapun masalah-masalah yang muncul :
1. Apakah yang dimaksud dengan energi transfer elektron?
2. Apakah yang dimaksud baterai, sel bahan bakar hydrogen, solar cell?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adalah :
1. Mengetahui arti dari transfer elektron.
2. Mengetahui dan mengerti bagaimana prinsip kerja dari baterai, sel bahan bakar
hydrogen, solar cell.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Energi Transfer Elektron
Energi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang berarti kerja. Jadi, energi
didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Energi merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan di alam ini, terutama bagi kehidupan manusia,
karena segala sesuatu yang kita lakukan memerlukan energi. Transfer elektron terjadi jika
sebuah elektron bergerak dari atom atau spesies kimia (misalnya molekul) untuk atom lain
atau spesies kimia. Transfer elektron adalah deskripsi mekanistik konsep termodinamika
redoks, dimana oksidasi dari kedua pasangan reaksi berubah. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa, energy transfer elektron adalah salah satu dari macam sumber energi
yang dihasilkan dari pentransferan elektron. Dimana digunakan dalam mekanistik konsep
termodinamika redoks, dimana oksidasi dari kedua pasangan reaksi berubah.
B. Jenis Penerapan Energi Tranfer Elektron
1. Baterai
1 Pengertian Baterai
Baterai adalah alat listrik-kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkannya
dalam bentuk listrik. Baterai terdiri dari tiga komponen penting, yaitu: batang karbon sebagai
anoda (kutub positif baterai) seng (Zn) sebagai katoda (kutub negatif baterai) pasta sebagai
elektrolit (penghantar).
Secara harfiah berarti baterai merupakan sekumpulan sel-sel kimia yang masingmasing berisi dua electron logam yang dicelupkan dalam larutan penghantar yang disebut
elektrolit. Akibat reaksi-reaksi kimia antara konduktor-konduktor dan elektrolit satu elektroda
anoda bermuatan positif dan lainnya, katoda ,menjadi bermuatan negatif. Baterai memiliki
fungsi sebagai media penyimpan dan penyedia energi listrik.Sumber listrik yang digunakan
sebagai pembangkit power dalam bentuk arus searah (DC).Alat ini digunakan pada alat
elektronika, misalnya radio.
Sebuah kaleng yang berisi penuh bahan-bahan kimia yang dapat memproduksi
electron disebut baterai. Reaksi kimia yang dapat menghasilkan electron disebut dengan
Reaksi Elektrokimia. Baterai memiliki dua terminal.Terminal pertama bertanda Positif (+)
dan terminal Kedua bertanda negatif (-).Elektron-elektron di kumpulkan pada kutub negatif.
Jika kita menghubungkan kabel antara kutub negatif dan kutub positif, maka elektron akan
mengalir dari kutub negatif ke kutub positif dengan cepatnya. Kecepatan dari proses ini

(elektron, sebagai hasil dari elektrokimia) mengontrol seberapa banyak elektron dapat
mengalir diantara kedua kutub.
Elektron mengalir dari baterai ke kabel dan tentunya bergerak dari kutub negatif ke
kutub positif tempat dimana reaksi kimia tersebutr sedang berlangsung.Dan karena hal
tersebut baterai bisa bertahan lama.
Selama tidak terjadi reaksi kimia atau selama kita tidak menghubungkannya dengan
kabel atau sejenis Load lain maka baterai akan tetap dapat bertahan lama.
2 Prinsip Kerja Baterai
Elemen kering atau baterai adalah sumber tegangan yang dapat lebih lama
mengalirkan arus listrik daripada elemen Volta.Elemen kering dibuat pertama kali pada tahun
1866, kimiawan Perancis oleh George Leclanche.Elemen kering ini terdiri atas Zn yang
berbentuk bejana dan logam dalam Zn ini dilapisi karbon (batang arang).Karena batang arang
memiliki potensial lebih tinggi daripada Zn, maka batang arang sebagai anoda, sedangkan Zn
sebagai katoda.Di bagian dalam elemen kering ini terdapat campuran antara salmiak atau
amonium klorida (NH4Cl) serbuk arang dan batu kawi atau mangan dioksida
(MnO2).Campuran ini berbentuk pasta yang kering. Karena elemen ini menggunakan larutan
elektrolit berbentuk pasta yang kering maka disebut elemen kering, yang terdiri atas sedikit
air dan di tengah pasta terdapat batang karbon yang merupakan elektrode inert ( sukar
bereaksi). Pada elemen kering, NH4Cl sebagai larutan elektrolit dan MnO2 sebagai
depolarisator.Kegunaan dispolarisator yaitu dapat meniadakan polarisasi.Sehingga arus listrik
pada elemen kering dapat mengalir lebih lama sebab tidak ada gelembung-gelembung
gas.Arus listrik pada baterai mengalir searah dan terjadi bila kutub positif dihubungkan
dengan kutub negatif.Oleh sebab itu aliran baterai dinamakan Direct Current (DC). Proses
kerjanya adalah dengan cara mengubah energi kimia yang terkandung didalamnya menjadi
energi listrik melalui reaksi elektro kima, Redoks (Reduksi Oksidasi). Terdapat 2 proses
yang terjadi pada baterai yaitu:
1.

Proses Pengisian : Proses pengubahan energi listrik menjadi energi kimia.

2.

Proses Pengosongan : Proses pengubahan energi kimia menjadi energi listrik

3 Kelebihan dan Kelemahan Baterai


Segala sesuatu di dunia ini pasti ada kelebihan dan kekurangannya, termasuk baterai.
Kelebihan dan kekurangan baterai adalah sebagai berikut :

a)

b)

Kelebihan Baterai

Dapat menyimpan energi listrik

Bentuknya bervariasi, bias dipilih sesuai kebutuhan

Fortable (mudah dibawa)

Harganya terjangkau

Bisa didapatkan dimana-mana

Kelemahan Baterai

Kapasitas terbatas

Tidak bisa digunakan sebagai suplay utama listrik

Tidak bisa ditransmisikan

Tidak bias untuk tegangan tinggi

Sifatnya searah

4 Jenis Baterai
Baterai dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu :
- Baterai Primer yaitu batere yang hanya digunakan satu kali, dan setelah habis isi (Recharge).
a. Baterai Leclenche (Zn MnO2) baterai sel kering /Dry Cell. Merupakan jenis baterai yang
banyak digunakan sejak beberapa puluh tahun yng lalu. Satu sel batere berkapasitas 1,5
volt. Kutub positif (Anoda) mengunakan Zn, Kutub negatip (Katoda) menggunakan
MnO2 Pada suhu tingi kapasitas sel leclanche akan turun dengan drastic, oleh sebab itu
penyimpanan batere ini harus ditempat yang bersuhu rendah.
b.Baterai sel kering Magnesium (MgMnO2). Merupakan jenis batere yang memiliki
konstruksi serupa dengan batere seng. Memiliki kapasitas satu cell 1,5 volt. Kutub
positip (Anoda) menggunakan Mg, Kutub negatif (Katoda) menggunakan MnO2.
Baterai ini memiliki kelebihan kapasitas umur 2x sel kering dan stabil pada temperature
tinggi. Adapun kekurangannya yaitu, tidak bisa dibuat sekecil mungkin. Pada keadaan
kerja akan timbul Reaksi Parasitik akibat dari pembuangan gas hydrogen.
c. Baterai MnO2 Alkaline. Sama seperti dua jenis baterai diatas dan memiliki kapasitas 1,5
volt, hanya memiliki perbedaan pada segi konstruksi, elektrolitnya, dan tahanan
dalamnya lebih kecil. Batere ini memiliki kelebihan yaitu :
Pada proses pemakaian akan tetap pada rating yang dimiliki meskipun pemakaiannya
tak menentu.

Pada pembebanan tingi dan terus menerus, mampu memberikan umur pelayanan 2 10
kali pemakaian dari sel leclanche.
Sangat baik dioperasikan pada temperature rendah sampai -25 derajat celcius.
Baterai yang sering digunakan adalah zinc-alcaline manganese oxide. zinc-alcaline
manganese oxide memberikan daya olebih per penggunaannya dibandingkan batere
sekunder. zinc-alcaline manganese oxide mempunyai umur (waktu hidup yang lama).
Rechargeable alcaline
Baterai alcaline mempunyai umur(waktu hidup) yang panjang ,namun daur hidupnya
lebih pendek dari pada batere sekunder lainnya.
d.Sel Merkuri. Baterai ini pada Anoda menggunakan Zn dan pada katoda menggunakan
Oksida Merkuri. Dan pada elektrolit menggunakan Alkaline. Kapasitas maksimal stabil
yaitu 1,35 volt, yang biasa digunakan pada tegangan referensi. Kapasitas dari batere ini
dapat sampai 1,4 volt bila katodanya Oxida Merkuri atau Oxida Mangan. Dari segi
ukuran berdiameter dari 3/8- 1 inchi.
e.Sel oksida perak (AgO2). Baterai ini pada Katoda menggunakan serbuk elektroloit alkaline
dan pada Anoda menggunakan oksida perak. Teganagan pada Open Circuit yaitu1,6 volt
dan tegangan nominal pada beban sebesar 1,5 volt apabila katodanya oksida merkuri
atau oksida mangan. Dari segi ukuran batere ini sebesar 0.3 0.5 inchi. Biasa digunakan
untuk kamera, alat bantu pendengaran dan jam elektronik.
f. Baterai Litium. Jenis baru dari sel primer, yang mempunti tegangan out put yang
tinggi,memiliki umur yangf panjang, ringan dan kecil. Sehingga baterai ini digunakan
untuk pemakaian khusus. Tegangan out put tanpa beban sebesar 2,9 volt atau 3,7 volt,
tergantung dari elektrolit yang digunakan. Penggunaan litium sangat terbatas, biasa
digunakan dalam bidang militer, karena apabila tidak hati-hati dalam penggunaan bisa
meledak.
- Baterai Sekunder yaitu batere yang bias digunakan berkali kali dengan mengisi kembali
muatannya, apabila telah habis energinya setelah dipakai.
2. Fuel Cell (Sel Bahan Bakar)
1. Deskripsi Sel Bahan Bakar ( Fuel Cell )

Sebuah sel bahan bakar (fuel cell) adalah perangkat konversi energi elektrokimia
yang mirip dengan baterai. Berbeda dengan baterai yang bahan bakarnya hanya diisi
sekali saja,fuell cell bahan bakarnya bisa diisi terus menerus dengan okseigen dan
hidrogen .Sebagai tambahan, elektroda dalam baterai bereaksi dan perubahan yang
terjadi akan membuat baterai langsung dibuang sedangkan fuell cell bisa digunakan
terus menerus dan relative stabil.
2. Sejarah Fuel Cell
Sejarah fuel cell dimulai dengan penggunaan accumulator atau yang biasa kita
sebut sebagai accu atau aki. Alat penghasil listrik ini dulu sering dijumpai sebagai
tenaga untuk televisi.adalah seorang berkebangsaan Inggris yang bernama Sir William
Robert Grove, manusia pertama pembuat alat sederhana yang belakangan disebut
sebagai fuel cell. Seorang hakim pengadilan, penemu, dan ahli fisika ini lahir tanggal
11 juli 1811 di Swansea, South Wales dan meninggal di London pada tanggal 1 Agustus
1896.
Setelah menyelesaikan pendidikan privatnya, Grove masuk Brasenose College,
Oxford hingga mendapatkan gelar B.A. di tahun 1832. Beliau juga belajar hukum pada
Lincoln Inn.
Kariernya dalam bidang ilmu pengetahuan dimulai sejak dia membuat voltaic
battery yang dijelaskannya pada pertemuan The British Association for the
Advancement of Science di tahun 1839. Fuel cell yang dibuatnya terdiri atas elektrolit
asam, keping platina serta tabung gas oksigen dan hidrogen, dan menggunakan prinsip
reaksi balik terbentuknya air, di mana hidrogen dan oksigen akan bereaksi dalam
larutan asam dan menghasilkan air dan listrik dengan arus sebesar 12 ampere dan
tegangan 1,8 volt. Sel ini kemudian disebut sebagai Grove`s Battery atau batere Grove
atau sel Grove.
Sejak saat itu sel groove banyak digunakan. Akan tetapi, karena listrik yang
dihasilkan sedikit dan tidak mencukupi lagi untuk kebutuhan listrik yang semakin
besar, lambat laun sel Grove mulai tergeser. Namun, sel Grove tetap menjadi dasar
acuan pengembangan fuel cell selanjutnya.
Temuan-temuan fuel cell selanjutnya bermunculan. Di tahun 1889, kata fuel cell
pertama kali diperkenalkan oleh Ludwig Mond dan Charles Langer yang mencoba
membuat fuel cell yang dipakai untuk industri batu bara. Walaupun sumber lain ada
juga yang mengatakan bahwa kata fuel cell pertama kali dipakai oleh William White
Jaques. Jaques juga adalah peneliti pertama yang memakai asam fosfat sebagai
elektrolit.
Di tahun 1920 penelitian fuel cell di Jerman membuka jalan bagi pembuatan
siklus karbonat dan fuel cell oksida padat seperti yang ada sekarang ini.Di tahun 1932,
seorang insinyur Francis T. Bacon memulai penelitian penting dalam fuel cell. Dulunya
fuel cell menggunakan elektroda platina dan asam sulfat sebagai elektrolit di mana

platina sangat mahal dan asam sulfat sangat korosif (membuat cepat berkarat). Di sini
Bacon mengembangkan katalis platina yang sangat mahal itu dengan sel oksigen dan
hidrogen yang memakai elektrolit alkali yang tidak korosif serta elektroda yang tidak
mahal. Penelitiannya berlangsung hingga tahun 1959. dalam pendemonstrasian model
desainnya menghasilkan 5.000 watt yang dapat menghidupkan mesin pengelas. Fuel
cell tersebut akhirnya disebut sebagai Bacon Cell.Seorang insinyur Allis-Chalmers
Manufacturing Company, di bulan Oktober tahun 1959 mendemonstrasikan 20 traktor
bertenaga kuda yang merupakan mesin pertama menggunakan fuel cell.
Sebuah produsen alat elektronik terkenal di Amerika, selama tahun 1960-an
memproduksi tenaga listrik berbasis fuel cell untuk NASA sebagai tenaga pesawat
ruang angkasanya yaitu Gemini dan Apollo. Sistem fuel cell yang dipakai dalam alat ini
berdasar pada sel Bacon. Sampai sekarang, tenaga yang dipakai dalam pesawat ruang
angkasa tetap memakai fuel cell karena dengan fuel cell energi yang dipakai tidak
terlalu ribet seperti baterai atau tenaga nuklir yang cukup riskan. Dalam hal penelitian
teknologi fuel cell, NASA telah mendanai lebih dari 200 riset.
Bus yang memakai teknologi fuel cell pertama kali diluncurkan pada tahun 1993
dan untuk mobil biasa di Eropa dan Amerika kini telah banyak dipakai. Sejumlah
produsen mobil mewah dan produsen mobil kelas menengah juga mulai
mengembangkan mobil yang memakai fuel cell ini, sejak tahun 1997.
Sejak saat itu bermunculan temuan-temuan yang lebih mutakhir tentang mobil
yang bertenaga fuel cell ini. Promosi yang dilakukan besar-besaran dengan
mengedepankan ramah dan amannya emisi yang dihasilkan kendaraan sehingga
lingkungan yang bebas polusi dan takkan mengganggu lingkungan, kemudian juga
dapat diperbaruinya bahan bakar yang akhirnya mengurangi pemakaian BBM.
Ditambah lagi bermunculannya tempat-tempat penjualan bahan bakar ini, seperti
adanya pom-pom hidrogen.
Tak hanya itu, teknologi fuel cell yang ditemukan juga menjadi bervariasi, seperti
ditemukannya fuel cell yang lebih efisien dalam menghasilkan gas hidrogen hingga
jumlahnya semakin berlipat. Teknologi ini bahkan melibatkan proses fermentasi oleh
mikroba yang sebelumnya sangat mustahil sekali di dalam produksi bahan
bakar.Teknologi ini berkembang sejak tahun 2.000 yang kita kenal sebagai MFC atau
Microbial Fuel Cell. MFC ini selain menghasilkan hidrogen yang banyak hingga 4 kali
lipat dari fuel cell biasa, substrat yang dipakai mikroba dalam berfermentasi adalah
limbah rumah tangga, industri ataupun limbah pertanian yang tidak terpakai sehingga
selain yang dihasilkan adalah gas hidrogen juga didapatnya produk akhir berupa air
bersih yang tentu saja dapat dipakai untuk berbagai macam kebutuhan.Dan jelas hal ini
bisa mengurangi sejumlah dana yang dipakai untuk pembersihan air limbah. Walaupun
memang MFC ini belum dapat dipakai di dalam menghidupkan mobil seperti fuel cell
sebelumnya, sejumlah pakar peneliti merasa optimistis hal itu dapat terwujud karena
penelitian ke arah itu sedang dalam pengembangan.

3. Prinsip Dasar Fuel Cell


Fuel cell bekerja berdasar prinsip pembakaran listrik-kimiawi, cell ini akan
memproduksi energi listrik arus searah. Fuel cell ini terdiri dari elektrolit yang
memisahkan katoda dari anoda, elektrolit hanya dapat menghantar ion saja, sedangkan
elektron tidak dapat melewati elektrolit, jadi elektrolit ini bukan penghantar listrik dan
juga menghindarkan terjadinya reaksi kimia. Pada anoda akan dialirkan secara
berkesinambungan bahan bakar dan pada kattode dialirkan oksigen, pengaliran ini
dilakukan secara terpisah. Karena pengaruh katalisator pada elektroda, maka molekulmolekul dari gas yang dialirkan akan berubah menjadi ion. Reaksi pada anoda
menghasilkan elektron yang bebas, sedang pada katoda elektron yang bebas akan
diikat.
Elektron - elektron bebas yang terjadi harus dialirkan keluar melalui penghantar
menuju ke anoda, agar proses listrik-kimiawi dapat berlangsung. Panas yang timbul
dari hasil reaksi kimia harus terus menerus dibuang, agar energy listrik dapat terbentuk
secara kontinyu.

Reaksi kimia pada fuel cell.


2H2 + O2 2H2O

Pada anoda hidrogen di oksidasi menjadi proton:


2H2 4H+ + 4 e-

Setiap molekul H2 terpecah menjadi dua atom H+(proton), sedang setiap atom
hydrogen melepaskan elektronnya. Proton ini akan bergerak menuju katoda melewati
membran. Elektron yang terbentuk akan menghasilkan arus listrik kalau dihubungkan
dengan penghantar listrik menuju katoda. Pada katoda oksigen dirubah
O2 + 4H+ + 4 e- 2H2O

Molekul oksigen akan bergabung dengan empat elektron, menjadi ion oksigen
yang bermuatan negatif untuk selanjutnya bergabung lagi dengan proton yang mengalir
dari anoda. Setiap ion oksigen akan melepaskan kedua muatan negatifnya dan
bergabung dengan dua proton, sehingga terjadi oxidasi menjadi air.
Jenis dari pada fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai
elektrolit yang mampu menghantar proton. Pada saat ini ada 6 jenis fuel cell yaitu:

Alkaline (AFC)
Proton exchange membrane, juga disebut proton elektrolyt membrane(PEM)
Phosphoric Acid(PAFC)
Molten carbonate(MCFC)
Solid oxide(SOFC)
Direct methanol fuel cells(DMFC)
Regenerative fuel cells

Fuel cell mempunyai efisiensi yang cukup tinggi, dari 40% sampai 70%,
tergantung dari jenis fuel cell, yang paling tinggi adalah alkaline (AFC), olid oxyde
(SOFC), direct methanol fuel cell(DMFC) dan regenerative fuel cell.Fuel cell
mempunyai kepekaan terhadap zat zat tertentu seperti CO2, CO, korosi dan produk
oksidasi.
Penggunaan dari pada fuel cell ini terutama untuk menghasilkan energi yang
dipakai pada program angkasa luar, power station penghasil listrik atau energi panas
dan untuk kendaraan. Alkaline fuel cells(AFC) menggunakan alkaline potassium,
hydroxyde sebagai lektrolit, dapat menghasilkan efisiensi sampai 70%. Banyak
digunakan oleh NASA untuk misi ulang-alik angkasa luar. Biayanya sangat mahal,
sehingga tidak dipakai untuk komersial. Proton exchange membrane(PEM) memiliki
membran yang terbuat dari plastik tipis yang pada kedua sisinya dilapisi dengan platina.
Jenis ini sangat sesuai untuk kendaraan, karena mampu beroperasi pada temperature
yang rendah. Harganya relatif murah, sehingga dapat digunakan untuk alat listrik,
kamera video dan telepon selular.Fuel cell PEM memiliki kepadatan energy yang tinggi
(high energy density). Phosphoric acid fuel cells (PAFC) sudah banyak digunakan
untuk penghasil listrik di rumah sakit, hotel, perkantoran, sekolah dan stasiun penghasil
listrik.
Molten carbonate (MCFC) beroperasi pada temperatur yang tinggi sehingga
hanya dapat digunakan untuk keperluan industri. Jenis ini dapat dipakai untuk
menghasilkan energi yang besar, energi sebesar 10 kW dan 2 MW telah diuji coba di
Jepang dan Itali. Solid oxide (SOFC) ini menggunakan material dari keramik keras,
memunng-kinkan untuk operasi temperatur tinggi, banyak dicoba untuk keperluan
stasiun pembangkit tenaga listrik. Cell ini berbentuk tabung.
Jepang telah mencoba dengan tenaga yang dihasilkan sebesar 25 kW dan di Eropa
sudah dicoba sebesar 100 kW, percobaan sebesar 220 kW sedang dilakukan. Direct
methanol fuel cell (DMFC) mirip dengan proton exchange elektrolyt (PEM), yaitu
sama-sama menggunakan plastik polymer sebagai membran. Pada DMFC hydrogen
diambil secara langsung oleh katalisator anoda dari methanol cair, sehingga tidak

diperlukan sebuah reformer bahan bakar. Regenerative fuel cell merupakan jenis yang
terbaru. Dengan menggunakan elektrolisa tenaga solar cell, maka bahan-bahan yang
diperlukan oleh fuel cell diambil dari air dengan cara mengubahnya menjadi hidrogen
dan oksigen, yang selanjutnya dapat menghasilkan tenaga listrik, panas dan air. Air ini
didaur ulang dengan proses yang sama.
Apabila fuel cell ini digunakan untuk kendaraan, maka temperatur operasi yang
terlalu tinggi akan kurang memadai. PEM dan DMFC beroperasi pada temperatur
rendah, sedang penggunaan AFC untuk keperluan ini tidak menguntungkan, karena
harganya mahal.

4. Keuntungan Fuel Cell

Mempunyai efisiensi thermis dan efisiensi listrik yang tinggi


Tidak berpengaruh terhadap efisiensi baik digunakan pada beban penuh atau setengah
Gas buang yang beracun hanya sedikit, bahkan dapat mencapai zero emission
Kemungkinan terjadinya gangguan kerusakan jarang dan jaraknya cukup lama
Karena tidak ada bagian yang berputar, maka perawatan lebih ringan
Tidak bising
Keuntungan efisiensi lebih tinggi dibandingkan dengan motor bakar, adalah
ketidak terikatannya pada proses Carnot yang membatasi efisiensi motor bakar, dimana
proses Carnot adalah proses motor bakar yang paling ideal. Batas efisiensi maksimum
yang dapat dicapai oleh sebuah motor bakar adalah efisiensi sesuai proses Carnot.
Sistem fuel cell mepunyai efisiensi yang tidak dibatasi oleh proses Carnot.

Efisiensi dari proses Carnot


hC = 1
Pada motor bakar pemakaian bahan bakar sangat dipengaruhi oleh beban
operasinya, sehingga pada saat beroperasi pada beban yang kurang menguntungkan
pemakaian bahan bakar akan lebih boros, sedang pada fuel cell hal ini tidak
berpengaruh. Karena tidak ada pembakaran, maka tidak ada gas nitrogen oxida(NOx).
Gas buang yang beracun pada fuel cell kadarnya sangat rendah tergantung dari
jenis bahan awal yang dipakai, bahkan apabila mengambil hidrogen dari udara atau air
dapat ditekan sampai 0%. Tidak adanya bagian yang berputar maupun komponen yang
bergerak secara kontinyu pada fuel cell menyebabkan tidak terjadinya keausan, keausan

yang terjadi hanya karena proses elektro kimiawi, dengan digunakannya material yang
tepat maka keausan dapat diperkecil, dengan demikian maka kerusakan yang mungkin
terjadi tidak terlalu banyak dan perawatan menjadi lebih ringan. Dengan terjadinya
reaksi kimia yang tidak mengalami gesekan dan ledakan, maka tidak ada suara yang
keras.
Fuel cell menggunakan reaksi kimia, lebih baik daripada mesin pembakaran,
untuk memproduksi energi listrik Istilah fuel cell sering dikhususkan untuk hidrogenoksigen fuel cell. Prosesnya merupakan kebalikan dari elektrolisis. Pada elektrolisis,
arus listrik digunakan untuk menguraikan air menjadi hidogen dan oksigen. Dengan
membalik proses ini, hidrogen dan oksigen direaksikan dalam fuel cell untuk
memproduksi air dan arus listrik.
Konversi energi fuel cell biasanya lebih effisien daripada jenis pengubah energi
lainnya. Efiensi konversi energi dapat dicapai hingga 60-80%. Keuntungan lain fuel
cell adalah mampu menyuplai energi listrik dalam waktu yang cukup lama. Tidak
seperti baterai yang hanya mampu mengandung material bahan bakar yang terbatas,
fuel cell dapat secara kontinu diisi bahan bakar (hidrogen) dan oksigen dari sumber
luar. Fuel cell merupakan sumber energi ramah lingkungan karena tidak menimbulkan
polutan dan sungguh-sungguh dapat digunakan terus-menerus jika ada suplai hidogen
yang berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbarui.
Keuntungan fuel cell yaitu, efisiensi tinggi dapat mencapai 80%, tidak bising dan
gas buang yang bersih bagi lingkungan.
Kendala yang masih membatasi pengguanaan fuel cell adalah :
1. Apabila digunakan bahan bakar hidrogen, maka dibutuhkan tanki pengaman
yang berdinding tebal dan memiliki katup pengaman. Selain itu diperlukan kompresor
untuk memasukan ke adalam tanki.
2. Apabila yang dibawa adalah hidrogen cair, maka akan timbul kesulitan karena
harus dipertahankan pada temperatur -253,15oC pada tekanan 105Pa.
3. Apabila digunakan metanol sebagai pengganti hidrogen, maka dibutuhkan
reformer. Tetapi efisiensi menjadi menurun.
4. Temperatur yang cukup tinggi saat pengoperasian antara 60o-120oC
Teknologi baru menggunakan prinsip mirip fuel cell untuk menghasilkan energi
listrik menggunakan sumber alami, yaitu biofuel cell. Biofuel cell adalah alat untuk
mengkonversi energi kimia menjadi energi listrik dengan bantuan biokatalis dari enzim
atau mikroorganisme. Berikut ini sedikit ulasan mengenai beberapa jenis sel bahan
bakar .
5. Fuel Cell

Fuel cell adalah alat yang mampu menghasilkan listrik arus searah. Alat ini
terdiri dari dua buah elektroda, yaitu anoda dan katoda yang dipisahkan oleh sebuah
membran polimer yang berfungsi sebagai elektrolit. Membran ini sangat tipis,
ketebalannya hanya beberapa mikrometer saja. Hidrogen dialirkan ke dalam fuel cell
yaitu ke bagian anoda, sedang oksigen atau udara dialirkan ke bagian katoda, dengan
adanya membran, maka gas hidrogen tidak akan bercampur dengan oksigen. Membran
dilapisi oleh platina tipis yang berfungsi sebagai katalisator yang mampu memecah
atom hidrogen menjadi elektron dan proton. Proton mengalir melalui membran, sedang
elektron tidak dapat menembus membran, sehingga elektron akan menumpuk pada
anoda, sedang pada katoda terjadi penumpukan ion bermuatan positif. Apabila anoda
dan katoda dihubungkan dengan sebuah penghantar listrik, maka akan terjadi
pengaliran elektron dari anoda ke katoda, sehingga terdapat arus listrik. Elektron yang
mengalir ke katoda akan bereaksi dengan proton dan oksigen pada sisi katoda dan
membentuk air.
Reaksi kimia yang terjadi pada fuel cell
Anoda : 2H2 4H+ + 4eKatoda : 4e- + 4H+ + O2 2H2O
Jenis fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai elektrolit yang
mampu menghantar proton. Pada saat ini ada 6 jenis fuel cell yaitu:
Alkaline (AFC)
Proton exchange membrane, juga disebut Proton Electrolyt Membrane(PEM)
Phosphoric Acid(PAFC)
Molten carbonate(MCFC)
Solid oxide(SOFC)
Direct methanol fuel cells (DMFC)
Regenerative fuel cells
6. Biofuel Cell
Biofuel cell adalah sebuah perlalatan yang mengubah secara langsung energi
biokimia menjadi energi listrik. Energi penggerak biofuel cell adalah reaksi redoks dari
substrat karbohidrat seperti glukosa dan metanol menggunakan mikroorganisme atau
enzim sebagai katalis, yang menggunakan mikroorganisme disebut Microbial Fuel Cell
(MFC), sedangkan yang menggunakan enzim disebut Enzymatic Fuel Cell (EFC).
Prinsip kerjanya mirip dengan fuel cell. Perbedaan utamanya adalah katalis pada
biofuel cell adalah mikroorganisme atau enzim, oleh karena itu logam mulia tidak
diperlukan, dan kondisi kerja dilakukan pada larutan netral dan temperatur kamar.

Sebagai contoh, oksidasi sempurna satu gram metanol dengan bantuan enzim secara
teoritis memberi energi listrik 5000 mAh. Oksidasi sempurna satu mol glukosa akan
melepaskan 24 mol elektron.
C6H12O6 + 6H2O 6CO2 + 24H+ + 24 eOleh karena itu muatan 2,32 x 106 C per mol glukosa berpotensi untuk
disambungkan melalui sirkuit elektronik. Besarnya arus yang dihasilkan dari proses
oksidasi ini akan bergantung pada besarnya :
Angka metabolisme
Efisiensi transer elektron menuju elektroda
7. Microbial Fuel Cell (MFC)
MFC terdiri atas dua ruang yang dipisahkan oleh membran penukar proton/
Proton Exchange Membrane (PEM). Satu ruangan menjadi tempat untuk anoda dan
ruangan lainnya untuk katoda. Prinsip penggunaan MFC ini erat berhubungan dengan
proses biokimia yang terjadi dengan melibatkan mikroba yang disebut glikolisis, siklus
asam sitrat, dan rantai transfer elektron.
Glikolisis adalah suatu proses penguraian molekul glukosa yang memiliki enam
atom karbon, secara enzimatik untuk menghasilkan dua molekul piruvat yang memilki
tiga atom karbon. Selama reaksi-reaksi glikolisis yang berurutan banyak energi bebas
yang diberikan oleh glukosa yang disimpan dalam bentuk ATP.
Mediator elektron berperan selama proses transportasi elektron, membawa
elektron dari membran plasama bakteri ke anoda. Elektron-elektron ini bergerak
melewati sirkuit elektrik dan setelah itu mereduksi ion ferisianida menjadi ion
ferosianida pada katoda. Proton dipompakan dari bakteri ke lingkungan anoda melewati
membran penukar proton (PEM) ke ruang katoda. Ferosianida dioksidasi kembali
menjadi ferisianida. Sedangkan ion hidrogen beraksi dengan oksigen membentuk air.
4 Fe(CN)63- + 4 e 4 Fe(CN)644 Fe(CN)64- + 4 H+ + O2 4 Fe(CN)63- + 2 H2O
Berdasarkan pada pengetahuan pada fungsi biofuel cell usaha-usaha sudah
banyak dilakukan untuk memaksimalkan arus dan daya keluaran pada MFC, antara
lain:
1. Membandingkan dan menggunakan kombinasi berbeda bakteri dan mediator elektron.
2. Menggunakan kultur bakteri campuran.
3. Menggunakan lingkungan anaerobik di anoda.
4. Meningkatkan angka suplai bahan bakar.

5. Modifikasi elektroda
6. memompakan oksigen melewati ruangan katoda.
Microbial Fuel Cell didasari coupling oksidasi glukosa menjadi molekul oksigen
dan air. Bakteri Escherichia Coli (E. Coli) dapat digunakan untuk eksperimen ini, suatu
mikroorganisme yang sering ditemukan pada usus manusia. Bakteri seperti E. Coli
menguraikan glukosa menghasilkan ATP yang dimanfaatkan sel untuk sumber energi.
Methylene blue (MB) digunakan sebagai mediator elektron atau electronophore untuk
sarana efisiensi transfer elektron dari mikroorganisme ke elektroda.
8. Jenis Jenis Fuel Cell(Sel Bahan Bakar)
Berdasarkan atas perbedaan elektrolit yang digunakan, fuel cell dapat dibagi
menjadi empat tipe. Keempat tipe tersebut, suhu dan skala energi yang dihasilkan
berbeda. Dari empat tipe tersebut dapat dibagi lagi menjadi dua tipe, yaitu yang bekerja
pada suhu tinggi (dua tipe) dan pada suhu rendah (dua tipe):

1. Tipe pada suhu tinggi adalah MCFC (Molten Carbonate Fuel Cell) dan SOFC (Solid
Oxide Fuel Cell). Kedua tipe ini bekerja pada suhu 500C-1000C. Suhu tinggi akan
mempercepat reaksi sehingga katalis (Pt) tidak diperlukan pada tipe ini. MCFC bekerja
pada suhu 650C, dan elektrolit yang digunakan adalah garam karbonat (Li2CO3, K2CO3, dll) dalam bentuk larutan. Sedangkan SOFC, bekerja pada suhu 1000C, dengan
keramik padat (misal, ZrO2) sebagai elektrolitnya.

2. Tipe pada suhu rendah adalah PAFC (Phosphoric Acid Fuel Cell) dan PEMFC (Proton
Exchange Membrane Fuel Cell). Kedua tipe ini bekerja pada suhu dibawah 200C.
Tipe ini cepat teraktifasi karena beroperasi pada suhu yang lebih rendah, namun karena
suhu rendah tersebut tipe ini membutuhkan katalis (Pt) sebagai elektrodanya yang
harganya cukup mahal. PAFC bekerja pada suhu 200C, dan asam fosfat (H3PO4)
sebagai elektrolitnya. PEMFC bekerja pada suhu dibawah 100C, membran polimer
sebagai elektrolitnya.

Berdasarkan material elektrolitnya terdapat beberapa jenis fuel cell, yaitu:


A. Alkaline Fuel Cell (AFC)
B. Phasphoric Acid Fuel Cell (PAFC)
C. Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)
D. Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)

E. Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)


F. Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)
G. Regenerative Fuel Cells (RFC)
H. Zinc-Air Fuel Cell (ZAFC)

A.Alkaline Fuel Cell (AFC)


Alkali Fuel Cell (AFC) ini, menggunakan elektrolit larutan kalium hidroksida
atau larutan alkali. Suhu pengoperasian antara 150C-200C dengan menggunakan
bahan bakar hidrogen dan oksigen murni.
Mekanisme kerjanya dimulai dari reaksi air. Oksigen di katoda menghasilkan ion
hidroksil (OH-) yang melewati elektrolit menuju sisi anoda. Di anoda hidrogen akan
bereaksi dengan ion hidroksil menghasilkan air dan membebaskan elektron. Elektron
dari anoda keluar sebagai tenaga listrik kemudian kembali ke sisi katoda. Di sisi katoda
elektron bereaksi dengan oksigen dan air menghasilkan ion hidroksil kembali.
Sel bahan bakar alkali dapat mencapai efisiensi pembangkitan listrik sampai 70
persen. Namun, merekasangat rentan terhadap pencemaran karbon, sehingga
membutuhkan hidrogen murni dan oksigen murni. Pengotor dalam AFC dapat
menyebabkan reaksi samping dan karbondioksida akan bereaksi dengan elektrolit
membentuk endapan karbonat yang akan menutup permukaan katalis dan menghambat
reaksi dipermukaan anoda dan katoda.

B.Phasphoric Acid Fuel Cell (PAFC)


Pada sel bahan bakar asam fosfat (PAFC), asam fosfat digunakan sebagai
elektrolit dan emas putih (Pt) sebagai anoda dan katoda. Bahan bakarnya menggunakan
hidrogen dan oksigen. Suhu pengoperasiannya 120C-200C.

Prinsip kerjanya adalah: hidrogen pada sisi anoda dioksidasi menjadi proton dan
elektron. Melalui elektrolit, proton berpindah dari anoda ke katoda. Elektron keluar dari
sel melalui extenal circuit sebagai energi listrik dan kemudian kembali ke katoda. Di
sisi katoda, elektron, proton, dan oksigen bereaksi menghasilkan air. Efisiensi PAFC ini
rendah sekitar 40% - 50%, tetapi sudah mulai dikomersialkan untuk menghasilkan
listrik 200 kW sampai dengan 11MW.

C.Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)


Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) menggunakan garam natrium karbonat
sebagai elektrolit. Garam karbonat dipanaskan 650C sehingga meleleh. Lelehan garam
dapat menghantarkan ion karbonat melalui elektrolit dari katoda ke anoda. Di sisi anoda
ion karbonat bereaksi dengan hidrogen menghasilkan air, karbondioksida, dan electron
MCFC. Electron ini sebagai tenaga listrik dan kembali ke katoda. Oksigen dari udara
dan karbondioksida bereaksi dengan elektron membentuk ion karbonium yang dihantar
oleh elektrolit menuju ke sisi anoda kembali. Reaksi berlangsung pada suhu 650C.
MCFC ini menggunakan katalis Nikel yang lebih murah dari pada platina. Pada
suhu operasi 650C batu bara lebih sesuai untuk bahan bakar sel. MCFC telah dibuat
untuk memproduksi energi listrik sebesar 2 MW.

D.Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)


Elektrolit SOFC menggunakan bahan keramik seperti kalsium oksida atau
zircrnium oksida. Suhu operasi 700C-1000C. pada suhu tinggi ion oksigen bermuatan
negatif bergerak melalui kristal menuju anoda. Sementara itu, molekul hidrogen di
anoda dioksidasi oleh ion oksigen menghasilkan ion hidrogen dan membebaskan
elektron. Elektron keluar dari sistem melalui external circuit untuk listrik dan masuk ke
sisi katoda.
Kelemahan dari SOFC adalah bekerja pada suhu tinggi yang mengakibatkan
waktu start up dan start down lama. Selain itu, suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan oksida padat pecah. Sedangkan keunggulannya adalah limbah panas
dapat digunakan kembali sebagai pembangkit listrik.
E.Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)
Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) adalah PEFC yang berbahan
bakar hidrogen. PEMFC menggunakan dua katoda sehingga reaksi di masing-masing
elektroda adalah reaksi setengah sel, sedangkan bila reaksi terjadi antara anoda dan
katoda dinamakan reaksi total sel. Elektrolit PEMFC adalah membrane pertukaran
proton, yaitu material yang berbentuk seperti plastik pembungkus yang hanya dapat
mengalirkan ion bermuatan positif. Sedangkan elektron yang bermuatan negative tidak
akan melalui membran ini. Katalis yang diguakan adalah lembaran kertas karbon yang
diberi selapis tipis bubuk platina.
Pada satu unit sel bahan bakar terjadi reaksi di anoda dan katoda. Reaksi yang
terjadi pada anoda adalah 2H2 --> 4H+ + 4e-. Sementara 2H2O. hasilreaksi yang
terjadi pada katoda adalah O2 + 4H+ + 4e- samping reaksi ini adalah aliran elektron
yang menghasilkan arus listrik serta energi panas dari reaksi.

F.Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)


Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) adalah sel bahan bakar yang menggunakan
membran penukar proton sebagai penghubung antara reaksi di katoda dan anoda.
Membran ini menggunakan metanol sebagai sumber energi. Maksud dari kat direct
pada direct methanol fuel cell adalah sel bahan bakar ini langsung memanfaatkan
metanol untuk menghasilkan energi. Komponen dasar DMFC adalah satu set elektroda
(katoda dan anoda) yang dipsahkan oleh sebuah membran. Katoda disini juga berfungsi
sebagai katalis. Katoda yang biasa digunakan adalah Platina (Pt).
Terlihat di sisi anoda metanol dan air diinjeksikan ke dalam batch reaksi dengan
kecepatan konstan. Tumbukan dengan katalis membantu terjadi reaksi konversi metanol
secara katalik menjadi proton, CO2, dan elektron. Gas CO2 dikeluarkan dari sistem
sementara proton bergerak menyebrangi membran menuju katoda yang kemudian
bereaksi dengan oksigen menghasilkan air. Tumpukkan elektron di anoda menghasilkan
beda potensial yang memaksa elektron dari reaksi konversi tersebut mengalir dalam
sebuah sirkuit arus, dipakai sebagai arus searah oleh peralatan eltronik, kemudian
sampai di katoda sehingga mentempurnakan reaksi pembentukan molekul air. Limbah
dari DMFC adalah air dan gas CO2 dalam jumlah kecil.

G.Regenerative Fuel Cells (RFC)


Regenerative Fuel Cells (RFC) memisahkan air untuk menghasilkan hidrogen dan
oksigen dengan bantuan energi yang dihasilkan sel surya. Hidrogen dan oksigen
dipancing pada regenerasi sel bahan bakar, menghasilkan energi listrik, panas, dan air.
Air yang dihasilkan kemudian disirkulasikan ulang pada elektrolisis dari sel bahan
bakar regenaritif dan proses berulang kembali.
H.Zinc-Air Fuel Cell (ZAFC)
Dalam sel bahan bakar seng-udara, terdapat difusi gas elektroda (Gde), seng
anoda yang dipisahkan oleh elektrolit, dan beberapa bentuk pemisah mekanis. Gde
adalah membran permeabel yang memungkinkan oksigen atmosfer melewatinya.
Setelah oksien dikonversikan menjadi ion hidroksil dan air, ion hidroksil akan
melakukan perjalanan melalui suatu elektrolit, dan mencapai anoda seng. Di sini, ia
bereaksi dengan seng, dan bentuk oksida seng. Proses ini menciptakan potensial listrik,
ketika satu set sel ZAFC yang terhubung, potensi listrik gabungan dari sel-sel ini dapat
digunakan sebagai sumber tenaga listrik. Dalam sistem loop tertutup, listrik diciptakan
sebagai seng dan oksigen dicampur dalam kehadiran elektrolit, menciptakan oksida
seng. Setelah bahan bakar habis, sistem dihubungkan ke grid dan proses terbalik,
meninggalkan sekali lagi pellet seng murni bahan bakar
3. Solar Cell

Sebuah sel surya (solar cell) , atau sel fotovoltaik, adalah perangkat listrik yang mengubah
energi cahaya langsung ke listrik oleh efek fotovoltaik . Ini adalah bentuk sel fotolistrik,
didefinisikan sebagai perangkat yang listrik karakteristik, seperti arus, tegangan, atau
resistensi, berbeda bila terkena cahaya. Sel surya adalah blok bangunan dari modul
fotovoltaik, atau dikenal sebagai panel surya .
Sel surya digambarkan sebagai fotovoltaik terlepas dari apakah sumbernya adalah sinar
matahari atau cahaya buatan. Mereka digunakan sebagai photodetektor (misalnya detektor
inframerah ), mendeteksi cahaya atau lainnya radiasi elektromagnetik di dekat kisaran
terlihat, atau mengukur intensitas cahaya.
Operasi dari photovoltaic (PV) sel membutuhkan 3 atribut dasar:

Penyerapan cahaya, menghasilkan baik elektron - hole berpasangan atau excitons .

Pemisahan pembawa muatan dari jenis yang berlawanan.

Ekstraksi terpisah dari orang-orang operator untuk sebuah sirkuit eksternal.

Sebaliknya, kolektor panas matahari memasok panas dengan menyerap sinar matahari, untuk
tujuan baik pemanasan langsung atau tidak langsung pembangkit listrik listrik dari panas. A
"sel photoelectrolytic" ( sel fotoelektrokimia ), di sisi lain, menunjuk pada jenis sel
fotovoltaik (seperti yang dikembangkan oleh Edmond Becquerel dan modern sel surya dyesensitized ), atau ke perangkat yang membagi air langsung menjadi hidrogen dan oksigen
hanya menggunakan penerangan surya.
1 . Sejarah Solar Cell
Efek fotovoltaik pertama kali eksperimen ditunjukkan oleh fisikawan Perancis
Edmond Becquerel . Pada tahun 1839, pada usia 19, ia membangun sel fotovoltaik
pertama di dunia di laboratorium ayahnya. Willoughby Smith pertama menggambarkan
"Pengaruh Cahaya pada Selenium selama bagian dari Arus Listrik" di 20 Februari 1873
edisi Nature . Pada tahun 1883 Charles Fritts dibangun pertama solid state sel fotovoltaik
dengan cara melapisi semikonduktor selenium dengan lapisan tipis emas untuk
membentuk persimpangan. Perangkat ini hanya sekitar 1% efisien. Pada 1888 fisikawan
Rusia Aleksandr Stoletov membangun sel pertama berdasarkan luar efek fotolistrik
ditemukan oleh Heinrich Hertz pada tahun 1887.
Albert Einstein menjelaskan mekanisme yang mendasari cahaya menghasut
pembawa eksitasi-the efek fotolistrik -di 1905, di mana dia menerima Penghargaan Nobel
dalam Fisika pada tahun 1921. Russell Ohl mematenkan sel surya persimpangan
semikonduktor modern di tahun 1946, Ditemukan ketika bekerja pada serangkaian
kemajuan yang akan mengakibatkan transistor .

Sel fotovoltaik praktis pertama ditunjukkan publik pada April 25, 1954 di Bell
Laboratories . Para penemu yang Daryl Chapin, Calvin Souther Fuller dan Gerald
Pearson .
Sel surya menjadi terkenal ketika mereka diusulkan sebagai tambahan pada 1958
Vanguard I satelit. Dengan menambahkan sel ke luar tubuh, waktu misi dapat
diperpanjang tanpa perubahan besar pada pesawat ruang angkasa atau sistem kekuatannya.
Pada tahun 1959 Amerika Serikat meluncurkan Explorer 6 , menampilkan array sayap
besar berbentuk matahari, yang menjadi fitur umum dalam satelit. Array ini terdiri dari
9600 sel surya Hoffman .
Perbaikan yang bertahap selama dua dekade berikutnya. Satu-satunya Penggunaan
signifikan adalah dalam aplikasi ruang di mana mereka menawarkan yang terbaik powerto-weight ratio .Namun, keberhasilan ini juga alasan bahwa biaya tetap tinggi, karena
pengguna ruang bersedia membayar untuk sel terbaik, tanpa meninggalkan alasan untuk
berinvestasi dalam biaya lebih rendah, solusi yang kurang efisien. Harga ini ditentukan
terutama oleh industri semikonduktor; mereka pindah ke sirkuit terpadu pada tahun 1960
menyebabkan ketersediaan lebih besar dikembangkan dengan harga relatif lebih rendah.
Seperti harga mereka jatuh, harga sel yang dihasilkan juga melakukannya. Efek ini
menurunkan 1.971 biaya sel sekitar $ 100 per watt.
2. Teori Solar Cell
Sel surya bekerja dalam beberapa langkah:

Foton di sinar matahari memukul panel surya dan diserap oleh bahan semikonduktor,
seperti silikon.

Elektron sangat antusias dari mereka molekul / atom orbital saat ini. Setelah
bersemangat elektron dapat baik menghilangkan energi sebagai panas dan kembali ke
yang orbital atau perjalanan melalui sel hingga mencapai elektroda. Arus mengalir
melalui materi untuk membatalkan potensi dan listrik ini ditangkap.

Sebuah array sel surya mengubah energi matahari menjadi jumlah yang dapat
digunakan arus searah (DC) listrik.

Sebuah inverter dapat mengkonversi kekuatan untuk alternating current (AC).

3. Bahan Solar Cell


Bahan sel surya harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan spektrum cahaya
yang tersedia. Beberapa sel yang dirancang untuk menangani sinar matahari yang
mencapai permukaan bumi. Lainnya dioptimalkan untuk digunakan dalam ruang. Bahanmenyerap cahaya sering dapat digunakan dalam beberapa konfigurasi fisik untuk
mengambil keuntungan dari berbagai penyerapan dan biaya mekanisme pemisahan.

Sel Industri terbuat dari silikon monocrystalline , polycrystalline silicon , silikon


amorf , telluride kadmium , tembaga indium selenide multijunction / sulfida atau GaAs
berbasis.
Silikon kristal

Sejauh ini, bahan massal paling umum untuk sel surya adalah kristal silikon
(disingkat sebagai kelompok sebagai c-Si), juga dikenal sebagai "solar grade silicon".
Silikon Massal dipisahkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan kristalinitas dan
ukuran kristal dalam menghasilkan ingot , pita atau wafer . Sel-sel ini seluruhnya berbasis
di sekitar konsep pn junction .
Monocrystalline silikon (c-Si) -sering dibuat dengan menggunakan proses Czochralski
. Sel wafer kristal tunggal cenderung mahal, dan karena mereka dipotong dari ingot
silinder, tidak sepenuhnya menutupi modul sel surya persegi tanpa membuang-buang
besar silikon halus. Oleh karena itu sebagian besar panel c-Si telah menemukan
kesenjangan di empat sudut mereka.
Polycrystalline silicon, atau silikon multicrystalline, (poly-Si atau mc-Si) -Terbuat
Dari cor persegi ingot-besar blok silikon cair hati-hati didinginkan dan dipadatkan.
Sel Poly-Si yang lebih murah dan kurang efisien daripada monos tunggal. Amerika
Serikat Departemen Energi Data menunjukkan lebih polikristalin dari penjualan
monocrystalline.
Ribbon silikon [26] adalah jenis polikristalin silikon-itu dibentuk dengan menggambar
film tipis datar dari cair silikon dan menghasilkan struktur polikristalin. Sel-sel ini
memiliki efisiensi yang lebih rendah dan biaya dibandingkan poli-Si karena
pengurangan besar dalam limbah silikon, karena pendekatan ini tidak memerlukan
menggergaji dari ingot .
Mono-seperti multi silikon (MLM) bentuk -Ini dikembangkan pada tahun 2000-an dan
memperkenalkan secara komersial sekitar 2009 Juga disebut cor-mono,
menggunakan ruang pengecoran polikristalin dengan kecil "benih" dari bahan mono.
Hasilnya adalah mono-seperti bahan massal yang polikristalin sekitar sisi luar.
Ketika diiris untuk diproses, bagian batin efisiensi tinggi mono-seperti sel-sel (tapi
persegi bukan "terpotong"), sedangkan tepi luar dijual sebagai poli konvensional.
Hasil sel mono-seperti di harga poli-seperti.
Film tipis

Teknologi film tipis mengurangi jumlah bahan aktif dalam sel. Kebanyakan sandwich
di bahan aktif antara dua panel kaca. Karena panel surya silikon hanya menggunakan satu
panel kaca, panel film tipis sekitar dua kali lebih berat panel silikon kristal, meskipun
mereka memiliki dampak ekologis yang lebih kecil (ditentukan dari analisis siklus hidup ).
Mayoritas film panel memiliki 2- efisiensi konversi 3 persen lebih rendah dari silikon
kristal. Kadmium telluride (CdTe), tembaga indium gallium selenide (CIGS) dan silikon
amorf (a-Si) adalah tiga teknologi thin-film sering digunakan untuk aplikasi luar ruangan.
Pada Desember 2013, biaya CdTe per watt diinstal adalah $ 0,59 seperti yang dilaporkan

oleh First Solar. Teknologi CIGS demonstrasi laboratorium mencapai 20,4% per Desember
2013 Efisiensi lab dari GaAs teknologi film tipis atasnya 28%. Efisiensi kuantum dari sel
surya film tipis juga lebih rendah karena berkurangnya jumlah dikumpulkan pembawa
muatan per insiden foton . Baru-baru ini, CZTS sel surya muncul sebagai film tipis
teknologi sel surya kurang beracun, yang mencapai ~ 12% efisiensi.
Kadmium telluride

Kadmium telluride adalah satu-satunya bahan film tipis sehingga memperkecil


saingan silikon kristal biaya / watt. Namun kadmium adalah sangat beracun dan
tellurium ( anion : "telluride") persediaan terbatas.
Kadmium hadir dalam sel akan menjadi racun jika dirilis. Namun, rilis mungkin
selama operasi normal dari sel-sel dan tidak mungkin selama kebakaran di atap
perumahan. Sebuah meter persegi CdTe mengandung sekitar jumlah yang sama dari
Cd sebagai sel tunggal C baterai nikel-kadmium , dalam lebih stabil dan bentuk larut
kurang.
Tembaga indium gallium selenide

Tembaga indium gallium selenide (CIGS) adalah band gap langsung material. Ini
memiliki efisiensi tertinggi (~ 20%) di antara semua bahan film tipis yang signifikan
secara komersial (lihat CIGS sel surya ). Metode tradisional fabrikasi melibatkan
proses vakum termasuk co-evaporasi dan sputtering. Perkembangan terakhir di IBM
dan Nanosolar upaya untuk menurunkan biaya dengan menggunakan proses solusi
non-vakum.
Film tipis Gallium arsenide

Bahan semikonduktor Gallium arsenide (GaAs) juga digunakan untuk singlekristal sel surya film tipis. Meskipun sel-sel GaAs sangat mahal, mereka memegang
rekor dunia dalam efisiensi untuk single-junction solar cell di 28,8%. GaAs lebih
umum digunakan dalam sel surya multijunction untuk panel surya di wahana
antariksa, sebagai industri nikmat efisiensi atas biaya untuk ruang berbasis tenaga
surya .
Silicon film tipis

Silicon film tipis sel terutama disimpan oleh deposisi uap kimia (biasanya
plasma-enhanced, PE-CVD) dari silan gas dan hidrogen gas. Tergantung pada
parameter deposisi, ini dapat menghasilkan:
Silikon amorf adalah yang paling berkembang dengan baik teknologi film tipis
to-date. Sebuah silikon amorf (a-Si) sel surya terbuat dari amorf (non-kristalin) atau
mikrokristalin silikon. Silikon amorf memiliki celah pita yang lebih tinggi (1,7 eV)
dari silikon kristal (c-Si) (1,1 eV), yang berarti menyerap bagian terlihat dari

spektrum matahari lebih kuat daripada energi yang lebih tinggi inframerah bagian dari
spektrum. Produksi a-Si sel surya film tipis menggunakan kaca sebagai substrat dan
deposit lapisan sangat tipis dari silikon dengan deposisi uap kimia plasma
disempurnakan (PECVD).
Silikon Protocrystalline dengan fraksi volume rendah silikon nanokristalin
optimal untuk tegangan rangkaian terbuka tinggi. Nc-Si memiliki sekitar celah pita
yang sama seperti c-Si dan nc-Si dan a-Si dapat menguntungkan dikombinasikan
dalam lapisan tipis, menciptakan sel berlapis yang disebut sel tandem. Sel teratas
dalam a-Si menyerap cahaya tampak dan meninggalkan bagian inframerah dari
spektrum untuk sel bawah di nc-Si.
Sel multijunction

Sel multijunction pada awalnya dikembangkan untuk aplikasi khusus seperti satelit
dan eksplorasi ruang angkasa , tetapi sekarang digunakan secara efektif dengan terestrial
konsentrator surya . Sel Multijunction terdiri dari beberapa film tipis, masing-masing pada
dasarnya sel surya dalam dirinya sendiri, tumbuh di atas satu sama lain, biasanya
menggunakan metalorganik fasa uap epitaksi . Sebuah sel triple-junction, misalnya, dapat
terdiri dari semikonduktor: GaAs, Ge, dan GaInP2. Setiap lapisan memiliki celah pita
energi yang berbeda untuk memungkinkan untuk menyerap radiasi elektromagnetik lebih
dari porsi yang berbeda dari spektrum.
GaAs perangkat multijunction berbasis sel surya yang paling efisien saat ini. Pada 15
Oktober 2012, tiga sel persimpangan metamorf mencapai rekor tinggi 44%.
Sel surya tandem berdasarkan monolitik, seri terhubung, gallium indium phosphide
(GaInP), gallium arsenide (GaAs), dan germanium (Ge) p-n junction, meningkatkan
penjualan, meskipun tekanan biaya. Antara Desember 2006 dan Desember 2007 , biaya 4N
gallium logam naik dari sekitar $ 350 per kg menjadi $ 680 per kg. Selain itu, harga logam
germanium telah meningkat secara substansial menjadi $ 1000-1200 per kg tahun ini.
Bahan-bahan termasuk galium (4M, 6N dan 7N Ga), arsen (4n, 6N dan 7N) dan
germanium, pyrolitic boron nitride (PBN) cawan lebur untuk kristal tumbuh, dan boron
oksida, produk ini sangat penting untuk industri manufaktur substrat seluruh.
Triple-junction sel surya GaAs digunakan sebagai sumber listrik dari Belanda empat
kali Dunia Solar Challenge pemenang Nuna pada tahun 2003, 2005 dan 2007 dan oleh
mobil surya Belanda Solutra (2005) , Twente One (2007) dan 21Revolution (2009) .
4. Pembuatan Solar Cell
Sel surya terbagi beberapa pengolahan dan manufaktur teknik yang sama sebagai
perangkat semikonduktor lainnya. Namun, persyaratan ketat untuk kebersihan dan kualitas
kontrol fabrikasi semikonduktor lebih santai untuk sel surya, menurunkan biaya.

Poli-kristal wafer silikon yang dibuat oleh kawat-menggergaji blok-cast ingot silikon
menjadi 180-350 wafer mikrometer. Para wafer biasanya ringan tipe-p -doped. Sebuah
difusi permukaan tipe-n dopan dilakukan pada sisi depan wafer. Ini membentuk ap-n
junction beberapa ratus nanometer di bawah permukaan.
Lapisan anti-refleksi kemudian biasanya diterapkan untuk meningkatkan jumlah cahaya
digabungkan ke dalam sel surya. Silicon nitrida secara bertahap menggantikan titanium
dioksida sebagai bahan pilihan, karena kualitas pasivasi permukaan yang sangat baik. Ini
mencegah rekombinasi pembawa pada permukaan sel. Lapisan beberapa ratus nanometer
tebal diterapkan menggunakan PECVD. Beberapa sel surya telah bertekstur permukaan
depan yang, seperti lapisan anti-refleksi, meningkatkan jumlah cahaya yang mencapai
wafer. Permukaan seperti pertama kali diterapkan pada kristal tunggal silikon, diikuti oleh
silikon multicrystalline agak belakangan.
Sebuah wilayah penuh kontak logam dibuat pada permukaan belakang, dan kontak logam
grid seperti terdiri dari baik-baik saja "jari" dan lebih besar "bus bar" adalah layar-dicetak
ke permukaan depan menggunakan perak pasta. Kontak belakang dibentuk oleh layarcetak pasta logam, biasanya aluminium. Biasanya kontak ini meliputi seluruh belakang,
meskipun beberapa desain menggunakan pola grid. Pasta tersebut kemudian dipecat pada
beberapa ratus derajat Celsius untuk membentuk elektroda logam dalam kontak ohmik
dengan silikon. Beberapa perusahaan menggunakan tambahan langkah elektro-plating
untuk meningkatkan efisiensi. Setelah kontak logam yang dibuat, sel surya yang
dihubungkan oleh kabel datar atau pita logam, dan dirakit menjadi modul atau "panel
surya". Solar panel memiliki selembar kaca tempered di bagian depan, dan polimer
enkapsulasi di bagian belakang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Energi transfer elektron adalah salah satu dari macam sumber energi yang dihasilkan
dari pentransferan elektron. Dimana digunakan dalam mekanistik konsep termodinamika
redoks, dimana oksidasi dari kedua pasangan reaksi berubah. Pengaplikasian energi dari
transfer elektron contohnya pada baterai, sel bahan bakar hydrogen dan solar cell. Baterai
merupakan sekumpulan sel-sel kimia yang masing-masing berisi dua electron logam yang
dicelupkan dalam larutan penghantar yang disebut elektrolit. Sel bahan bakar adalah sebuah
alat elektrokimia yang mirip dengan baterai, tetapi berbeda karena dia dirancang untuk dapat
diisi terus reaktannya yang terkonsumsi; yaitu dia memproduksi listrik dari penyediaan bahan
bakar hidrogen dan oksigen dari luar. Solar cell merupakan elemen aktif (Semikonduktor)
yang memanfaatkan efek fotovoltaik untuk merubah energi surya menjadi energi listrik. Pada
solar cell terdapat sambungan (junction) antara dua lapis tipis yang terbuat dari bahan
semikonduktor yang masingmasing diketahui sebagai semikonduktor jenis P (positif) dan
semikonduktor jenis N (negatif).

B. Saran
Pembahasan untuk materi ini diperlukan pemahaman yang dalam dan juga diperlukan
banyak referensi, karena masih banyak berbagai informasi yang selalu mengalami pembaruan
dan belum dikemukakan.Oleh karena itu disarankan agar dilakukan studi literatuf untuk
memahami materi.

DAFTAR PUSTAKA
http://kimiaunsps2.wordpress.com/tag/terapan/ di akses pada tanggal 25 September 2014
http://imc.kimia.undip.ac.id/mata-kuliah/kimia-dasar-ii/bab-3-sel-elektrokimia/
pada tanggal 25 September 2014

di akses

http://sukasukakimia.files.wordpress.com/2013/03/tugas-iii.pdf di akses pada tanggal 24


September 2014
http://restukarmela.wordpress.com/category/kimia-flash/ di akses pada tanggal 23 September
2014
http://zhivinachem.wordpress.com/reaksi-redoks-dan-elektrokimia/ di akses pada tanggal 26
September 2014
http://mahasiswanegarawan.wordpress.com/2007/08/18/sel-bahan-bakar-fuel-cell-sebuahenergi-alternatif-berkelanjutan-dan-ramah-lingkungan/ di akses pada tanggal 27 September
2014
http://translate.google.com/translate?
hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_cell&prev=/search%3Fq%3Dsolar
%2Bcell%26biw%3D1366%26bih%3D657 di akses pada tanggal 29 September 2014

LAMPIRAN
1. Apakah sel surya itu dan bagaimana cara kerjanya?
Sel surya ialah sebuah alat yang tersusun dari material semikonduktor yang dapat
mengubah sinar matahari menjadi tenaga listrik secara langsung. Sering juga dipakai
istilah photovoltaic atau fotovoltaik. Sel surya pada dasarnya terdiri atas sambungan
p-n yang sama fungsinya dengan sebuah dioda (diode). Sederhananya, ketika sinar
matahari mengenai permukaan sel surya, energi yang dibawa oleh sinar matahari ini
akan diserap oleh elektron pada sambungan p-n untuk berpindah dari bagian dioda p
ke n dan untuk selanjutnya mengalir ke luar melalui kabel yang terpasang ke sel.
2. Apa yang dimaksud dengan Fuel cell ?
Adalah device elektrokima yang dapat mengkonversi energi kimia menjadi energi
listrik secara terus-menerus selama suplai bahan bakar diberikan
3. Sebutkan jenis jenis fuel cell!
yaitu polymer electrolyte fuel cell (PEFC), alkaline fuel cell (AFC), phosphoric fuel
cell (PAFC), molten carbonate fuel cell (MCFC), dan solid oxide fuel cell (SOFC).
4. Apa yang dimaksud penyulfatan pada baterai?
Adalah kejadian dimana baterai yang sudah lama akan dengan sendirinya
mengeluarkan isinya yang berupa sulfat timah dan membuat bahan aktif menjadi
keras dan mati
5. Bagaimana cara mengatasi penyulfatan pada baterai?
Baterai yang tak terpakai disimpan pada ruangan yang bersuhu rendah (suhu yang
lebih

dingin).

lalu Baterai yang tak terpakai diisi dengan arus pengisian yang sangat rendah yaitu
dengan pengisian perawatan (maintenance charge) sampai penuh, ATAU, baterai diisi
secara teratur tiap bulan.

Anda mungkin juga menyukai