Jtptunimus GDL Carikekoan 7298
Jtptunimus GDL Carikekoan 7298
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Dermatitis
1. Definisi Dermatitis
Dermatitis ialah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa
gatal dan secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya
berbatas tidak tegas. Gambaran klinisnya sesuai dengan stadium
penyakitnya. Kadang-kadang terjadi tumpang tindih penggunaan istilah
eksim dengan dermatitis. Sebagian ahli menyamakan arti keduanya,
sebagian lain mengartikan eksim sebagai salah satu bentuk dermatitis,
yakni dermatitis atopik tipe infantil. Untuk itu, istilah dermatitis tampak
lebih tepat.11
Istilah eksematosa digunakan untuk kelainan yang membasah
(kata eksim berasal dari bahasa Yunani ekzein yang berarti mendidih)
yang ditandai adanya eritema, vesikel, skuama dan krusta, yang
menunjukkan tanda akut. Sedangkan adanya hiperpigmentasi dan
likenifikasi menunjukkan tanda kronik.3
Untuk penamaan dermatitis, berbagai klasifikasi sudah diajukan
antara lain berdasarkan kondisi kelainan, lokasi kelainan, bentuk
kelainan, usia pasien dan sebagainya, contohnya:
1. Berdasarkan lokasi kelainan misalnya dermatitis manus, dermatitis
seboroik, dermatitis perioral, dermatitis popok, dermatitis perianal,
akrodermatitis, dermatitis generalisata, dan sebagainya.
2. Berdasarkan kondisi kelainan misalnya dermatitis akut, subakut dan
kronis atau dermatitis madidans (membasah) dan dermatitis sika
(kering).
3. Berdasarkan penyebab misalnya dermatitis kontak iritan, dermatitis
kontak alergik, dermatitis medikamentosa, dermatitis alimentosa,
dermatitis venenata, dermatitis stasis, dan sebagainya.
6
penanganan
disarankan
untuk
menggunakan
istilah
kelainan
dengan
dasar
genetik
yang
ditandai
oleh
bentuk urtikaria.4
Berbagai faktor dapat memicu DA, antara lain alergen
makanan, alergen hirup, berbagai bahan iritan, dan stres. Besar
peran alergen makanan dan alergen hirup ini masih kontroversial.
Meski pada pasien DA kerap dijumpai peningkatan IgE spesifik
terhadap kedua jenis alergen ini, tidak selalu dijumpai korelasi
dengan kondisi klinisnya. Hasil tes positif terhadap suatu alergen,
tidak selalu menyatakan alergen tersebut sebagai pemicu DA, tetapi
lebih menggambarkan bahwa pasien telah tersensitasi terhadapnya.
Secara umum, alergen makanan lebih berperan pada DA usia dini.
Seiring dengan penambahan usia, maka peran alergen makanan
akan digantikan oleh alergen hirup. Selain itu, memang terdapat
sekitar 20% penderita DA tanpa peningkatan IgE spesifik, yang
dikenal sebagai DA tipe intrinsik.13
Diagnosis DA ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
adanya riwayat atopik (dalam keluarga maupun sendiri). Secara
klinis, terdapat 3 fase/bentuk yang lokasi dan morfologinya
berubah sesuai dengan pertambahan usia. Pada fase bayi lesi
terutama pada wajah, sehingga dikenal sebagai eksim susu. Pada
fase anak, terutama pada daerah lipatan kulit, khususnya lipat siku
dan lutut. Pada fase dewasa lebih sering dijumpai pada tangan,
kelopak mata dan areola mammae. Penyebab pasti kekhususan
pada distribusi anatomi ini belum diketahui.11
Terdapat beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis DA
yaitu kriteria Hanifin dan Rajka, kriteria Williams, kriteria UK
Working Party, SCORAD (the scoring of atopic dermatitis) dan
EASI (the eczema area and severity index). Selama 2 dekade
terakhir ini, berbagai upaya dilakukan untuk membuat standar
evaluasi DA. Idealnya, kriteria ini harus efisien, sederhana,
komprehensif, konsisten, dan fleksibel. Selain itu juga dapat
menilai efektivitas terapi yang diberikan. Tetapi, kriteria yang
8
(dikenal
sebagai
pitiriasis
sika)
sampai
berminyak
e.
f.
kemungkinan faktor lain dan tidak terpaku hanya pada faktor stres
saja. Secara klinis gejala utama yang dijumpai ialah rasa gatal
hebat pada area likenifikasi. Rasa gatal ini hilang timbul, dapat
dipicu oleh faktor stres ataupun oleh rabaan/sentuhan saja. Sensasi
gatal ini akan diikuti oleh kecenderungan untuk menggaruk
berulang-ulang.11
Kelainan jarang dijumpai pada anak-anak, umumnya pada
orang dewasa dan puncaknya pada usia 30-50 tahun. Tempat
predileksinya ialah bagian belakang leher, tungkai bawah dan
pergelangan kaki, serta sisi ekstensor lengan bawah. LSC pada
bagian belakang leher yang dikenal sebagai lichen nuchae
umumnya hanya dijumpai pada wanita saja.4
h.
Prurigo Nodularis
Kelainan sering dijumpai pada ras oriental dan umumnya
pada anak-anak. Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi
sebagian ahli menganggap kelainan ini sebagai varian LSC.3
i.
bila
terpajan
oleh
sinar-matahari.
Bahan-bahan
ini
akan
terdapat
beberapa
potensial
bahaya
yang
perlu
Mandi
Personal hygiene dapat digambarkan melalui kebiasaan
membersihkan
diri.
Kebiasaan
kuantitas
dan
kualitas
Mencuci tangan
Tangan adalah anggota tubuh yang paling sering kontak.
Kebiasaan
mencuci
tangan
yang
buruk
justru
dapat
Pakaian
Kebersihan pakaian kerja juga perlu diperhatikan. Sisa kotoran
yang menempel di baju dapat menginfeksi tubuh bila dilakukan
pemakaian berulang kali.
Hal tersebut diperkuat dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia
sesuai
kemampuannya.
Pada
lansia
pekerjaan
yang
memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi, lansia harus beralih pada
pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak dari pada otot.
Kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari ADL juga sudah mengalami
penurunan2. Perubahan kondisi fisik pada lansia yang turut menyertai
17
Higiene perorangan
1. Pengertian Higiene perorangan
Pengertian Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang
mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia,
upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan
kesehatan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga
terjamin pemeliharaan kesehatannya.17
Higiene perorangan berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang
18
d. Pengetahuan
Pengetahuan higiene perorangan sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan..
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
g. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukan.
Dampak yang sering timbul pada masalah higiene perorangan
1) Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan
gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan Higiene personaladalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial.
3. Tindakan-Tindakan Higiene perorangan
Tindakan yang termasuk dalam Higiene perorangan sebagai berikut6,:
a.
Kebiasaan Mandi
Manusia perlu mandi untuk menghilangkan bau, debu, dan sel-sel
kulit yang sudah mati. Mandi bermanfaat untuk memelihara
kesehatan, menjaga kebersihan, serta mempertahankan penampilan
agar tetap rapi. Setelah mandi, manusia biasanya merasa segar,
20
Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi
keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume
saat beraktifitas. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada.
Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi
(lecet)
pada
daerah
sekitarnya
akibat
lochea
Mencuci
C.
Usia Lanjut
1.
Jenis Kelamin
Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.
2.
Status Perkawinan
Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun
psikologi.
3.
Living Arrangement
Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami,
tinggal bersama anak atau keluarga lainnya.
22
4.
Kondisi Kesehatan
Pada kondisi sehat, lansia cenderung untuk melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri. Sedangkan pada kondisi sakit
menyebabkan lansia cenderung dibantu atau tergantung kepada
orang lain dalam melaksanakan aktivitas sehai-hari.
5.
Keadaan ekonomi
Pada dasarnya lansia membutuhkan biaya yang tinggi untuk
kelangsungan hidupnya, namun karena lansia tidak produktif lagi
pendapatan lansia menurun sehingga tidak semua kebutuhan lansia
tadat terpenuhi.
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,
Perubahan Fisik
a. Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah
dan stamina menurun.
b. Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot
mengecil, hipotrofis, terutama dibagian dada dan lengan.
c. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.
d. Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut
dalam hidung dan telinga mulai menebal.
e. Perubahan pada indera. Misal pada penglihatan, hilangnya
respon terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi. Pada
pendengaran pengumpulan cerumen dapat terjadi karena
meningkatnya keratin,
f. Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga
rongga dada menjadi kaku dan sulit bernafas.
2.
Perubahan sosial
a. Perubahan peran post power syndrome, single woman, dan
single parent.
23
kepikunan
yang
dapat
mengganggu
dalam
bersosialisasi.
d. Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah
tersinggung.
3.
Perubahan Psikologi
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,
frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan depresi dan kecemasan.
2.
dan
ketidakmampuan
dalam
melakukan Aktivitas
Kesehatan
Kulit
Faktor Ekstrinsik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Faktor Instrinsik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Predisposisi genetik
Kelainan fisiologi
Biokimia kulit
Disfungsi imunologis
Interaksi psikosomatik
Disregulasi
sistem
saraf otonom
Usia
Jenis Kelamin
Faktor Ketergantungan
Pada Orang Lain
Kejadian
Dermatitis
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian1,7,11
E.
Higiene perorangan
Ketergantungan Pada
Orang Lain
Kejadian
Dermatitis
Jenis Kelamin
F.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu
1.
2.
dengan kejadian
dermatitis.
3.
27