Anda di halaman 1dari 29

RESUME TUTORIAL BLOK 1

SKENARIO 4
Oleh:
Kelompok D
1. Bagaskoro Gigih Prakoso
(112010101047)
2. Afiyati Rakhmatika Moesthafa (112010101048)
3. Tri Aji Pujo Sembodo
(112010101049)
4. Yopi Ardhiaswari
(112010101050)
5. Melati Permata Devi
(112010101051)
6. Elfrida Aulia Rachmah
(112010101052)
7. Budiono
(112010101053)
8. Fajrina Muflihah Ahmad
(112010101054)
9. Dian Ayuningtyas
(112010101055)
10. Khoirunisa Binti Mustaqin
(112010101056)
11. Siti Fatimah
(112010101057)
12. Febriana Sylva Fridayanti
(112010101058)
13. Muhammad Izat Fuadi
(112010101059)
14. Ratih Puspita Wulandari
(112010101060)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011

SKENARIO 4
NORMA HIDUP BERMASYARAKAT
Dokter Ita baru lulus dari FK UJ ditempatkan di daerah terpencil. Setiap
individu maupun keluarga yang membutuhkan pertolongan dokter dilayaninya
dengan baik. Dia menganggap pasien memiliki derajat yang sama dalam
hubungan dokter pasien, sehingga pasien merasa nyaman. Dia memberikan
pelayanan dengan penuh cinta kasih. Setiap pasien yang datang sebagian besar
mengalami penderitaan dan memiliki harapan untuk sembuh. Namun demikian
dokter Ita hanyalah manusia biasa yang terkadang tidak bisa menyelamatkan
pasiennya sehingga tidak tertolong dan mengalami kematian.
Di lingkungan dokter Ita tinggal dia dianggap orang penting dan peling pintar
dengan status sosial yang tinggi. Setiap ada acara di masyarakat sekitarnya selalu
diundang dan mendapatkan kursi paling depan. Bahkan sering kali diminta
memberikan sambutan. Bahkan tidak jarang dia mendapatlan bingkisan istimewa
dari masyarakat sekitar. Tapi dokter Ita juga mengeluh karena dia sering didatangi
orang yang meminta sumbangan bahkan dengan cara memaksa

1. KLARIFIKASI ISTILAH
a.

Derajat
Nilai, harga, pangkat martabat yang merupakan klarifikasi status
b. Hubungan Dokter Pasien
Suatu kontak antara dua orang mengenai suatu hal dimana dokter sebagai
pemberi pelayanan kesehatan dan pasien sebagai penerima layanan
kesehatan
c. Pelayanan
Proses pemenuhan kebutuhan yang dilakukan seseorang atau kelompok
dengan landasan faktor material melalui sistem prosedur dan metode
tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai
haknya
Penanganan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan
pencegahan, dignosis, dan pengobatan suatu gangguan kesehatan
d. Masyarakat
Manusia yang berinteraksi satu sama lain yang telah lama bertempat
tinggal di suatu daerah tertentu yang mempunyai adat istiadat dan
kebudayaan serta aturan yang mengatur tata haidup mereka untuk
mencapai tujuan bersama
e. Norma
Aturan yang mengikat warga di masyarakat sebagai panduan untuk
mengendalikan tingkah laku yang sesuai dan diterima oleh masyarakat
sebagai perwujudan nilai untuk terwujudnya kehidupan harmonis, tertib
dan teratur
f.

Individu
Seseorang yang berdiri sendiri secara fisiologis, bersifat bebas, tidak
memiliki hubungan organisasi dengan sesamanya dan merupakan
komponen terkecil dalam masyarakat dengan tingkah laku lebih spesifik.

g. Keluarga
Sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam
kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (pertalian darah)

h. Status Sosial
Sebuah posisi dalam hubungan sosial, kerakteristik yang menempatkan
individu dalam hubungannya dengan orang lain, dan seberapa besar peran
individu tersebut dalam masyarakat mengenai hak dan kewajibannya.
2. PERMASALAHAN
2.1.
Norma dan Nilai
2.1.1. Norma
2.1.1.1.
Definisi norma
2.1.1.2.
Macam-macam norma
2.1.2. Nilai
2.1.2.1.
Definisi nilai
2.1.2.2.
Macam-macam nilai
2.1.3. Perbedaan norma dan nilai
2.2. Individu, Keluarga dan Masyarakat
2.2.1. Definisi Individu
2.2.2. Definisi Keluarga
2.2.3. Definisi Masyarakat
2.2.4. Hubungan Individu, Keluarga dan Masyarakat
2.3. Persamaan Derajat
2.3.1. Definisi
2.3.2. Landasan
2.3.2.1 Pancasila
2.3.2.2 UUD 1945
2.3.2.3 HAM
2.3.3. Tujuan
2.3.4. Prinsip
2.3.5. Hubungan Dokter Pasien
2.3.5.1
Cinta Kasih
2.3.5.2
Penderitaan
2.3.5.3
Harapan
2.3.5.4
Kematian
2.4. Stratifikasi Sosial
2.4.1. Definisi
2.4.2. Hubungan Status sosial dan peran sosial
2.4.3. Faktor penyebab
2.5. Pertentangan Sosial
2.5.1. Definisi
2.5.2. Faktor Penyebab
2.5.3. Dampak
2.5.4. Cara Mengatasi
2.5.5. Cara Mencegah

3. ANALISIS MASALAH
3.1.

Norma dan Nilai


3.1.1. Norma
3.1.1.1.
Definisi norma
Norma merupakan Aturan yang mengikat warga di
masyarakat sebagai panduan untuk mengendalikan tingkah
laku yang sesuai dan diterima oleh masyarakat sebagai
perwujudan nilai untuk terwujudnya kehidupan harmonis,
tertib
Ukuran

yang

digunakan

masyarakat

untuk

mengukur apakah tindakan yang dilakukan merupakan


tindakan yang wajar atau menyimpang.
3.1.1.2.

Macam-macam norma
Berdasarkan Bidang dibaginya :
1. Norma Agama
Norma ini disebut juga dengan norma religi atau
kepercayaan.

Norma

kepercayaan

atau

keagamaan

ditujukan dalam kehidupan beriman. Norma ini ditujukan


terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan dan dirinya
sendiri. Sumber norma ini adalah ajaran kepercayaan atau
agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai
perintah Tuhan. Tuhanlah yang mengancam pelanggaranpelanggaraan norma kepercayaan atau agama itu dengan
sanksi
2.Norma Moral (etik)
Norma ini disebut juga norma kesusilaan atau etika atau
budi pekerti. Norma moral atau etik adalah norma yang
paling dasar. Norma moral menentukan bagaimana kita
menilai seseorang. Norma kesusilaan berhubungan dengan
manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan
pribadi. Asal atau sumber norma kesusilaan adalah dari

manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidak ditujukan


kepada sikap lahir,tetapi ditujukan sikap batin manusia.
Sanksi atas pelanggaran norma moral berasal dari diri
sendiri.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan disebut juga dengan norma adat,sopan
santun, tata krama atau norma fotsoen. Norma sopan santun
berdasarkankan atas kebiasaan,kepatuhan atau kepantasan
yang berlaku dalam masyarakat. Daerah berlakunya norma
kesopanan itu sempit, terbatas secara lokal atau pribadi.
Sopan santun di suatu daerah tidak sama dengan daerah
lain. Berbeda lapisan masyarakat,berbeda pula sopan
santunnya. Sanksi terhadap norma kesopanan berasal dari
masyarakat setempat.
4. Norma Hukum
Norma hukum berasal dari luar diri manusia. Norma hukum
berasal dari

luar dari diri manusia yang memaksakan

kepada kita. Masyarakat secara resmi (negara) diberi sanksi


atau menjatuhkan hukuman. Dalam hal ini pengadilanlah
sebagai lembaga yang mewakili masyarakat resmi untuk
menjatuhkan hukuman.
5. Norma Kebiasaan
adalah aturan tentang perilaku yang menjadi kebiasaan
individu.

Sanksinya

biasanya

merupakan

celaan

masyarakat.
Berdasarkan kekuatan mengikatnya, norma dibagi menjadi
a. Cara (usage)
Merupakan norma yang menunjuk pada suatu bentuk
perbuatan dan memiliki kekuatan yang sangat lemah
dibandingkan kebiasaan. Sanksinya ringan.
b. Kebiasaan (folksways)

Merupakan norma yang memiliki kekuatan yang lebih


besar daripada cara dan merupakan perbuatan yang
diulang-ulang dalam bentuk yang sama hingga menjadi
kebiasaan. Sanksi biasanya berupa teguran.
c. Tata kelakuan (Mores)
Merupakan norma yang berkembang dari kebiasaan,
mencerminkan sifat-sifat hidup dari kelompok manusia.
Sanksi berkenaan dengan pidana.
d. Adat istiadat (Custom)
Merupakan tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya
dengan pola-pola perilaku masyarakat. Sanksi berupa
pengucilan dari anggota masyarakat.
3.1.2. Nilai
3.1.2.1.

Definisi nilai
Secara etimologi,nilai berasal dari kata value
(Inggris) yang berasal dari kata valere (latin) yang berarti
kuat, baik, berharga. Dengan demikian secara sederhana,
nilai (value) adalah sesuatu yang berguna.
Nilai

adalah

kegiatan

manusia

yang

menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk


mengambil keputusan.
Menurut Kimball Young; Nilai adalah asumsi
abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang benar
dan apa yang penting.
Menurut A.W. Green; Nilai adalah kesadaran yang
secara relative berlangsung disertai emosi terhadap objek.
Menurut

Woods;

Nilai

merupakan

petunjuk-

petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang


mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan
sehari-hari.

Jadi Nilai dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang


berharga, baik, dan berguna bagi manusia. Nilai adalah
suatu penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut jenis
dan minat. Nilai adalah suatu penghargaan atau suatu
kualitas terhadap suatu hal yang menjadi dasar penentu
dasar tingkah laku manusia.
.1.2.2.

Macam-macam nilai
Menurut Prof. Notonegoro, nilai ada 3 (tiga),yaitu sebagai
berikut:
a. Nilai materiil, sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia.
b. Nilai vital, sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat melaksanakan kegiatan.
c. Nilai Kerohanian yang dibedakan menjadi 4 (empat)
macam:
a. Nilai kebenaran bersumber pada akal pikir
manusia (rasio, budi, dan cipta)
b. Nilai estetika(keindahan) bersumber pada
manusia
c. Nilai kebaikan atau nilai moral bersumber
pada kehendak keras, karsa hati, dan nurani
manusia
d. Nilai religius (ketahanan) bersifat mutlak
bersumber pada keyakinan manusia
Dalam ilmu filsafat, nilai dibedakan menjadi 3:
a. Nilai Logika yaitu tentang benar salah.
b. Nilai Estetik yaitu tentang baik buruk.
c. Nilai Estetika yaitu tentang indah jelek.
Menurut Max Scheller nilai ditinjau dari tinggi rendahnya
dikelompokan menjadi :

a. Nilai Kenikmatan
b. Nilai Kehidupan
c. Nilai Kejiwaan
d. Nilai Kerohanian
Menurut Walter G. Everes nilai dibedakan :
a. Nilai Ekonomis
b. Nilai Kejasmanian
c. Nilai Hiburan
d. Nilai Sosial
e. Nilai Watak
f. Nilai Estetis
g. Nilai Intelektual
Nilai keagamaan Dalam filsafat Pancasila, nilai dibagi
menjadi:
a. Nilai dasar (Asas-asas yang kita terima
sebagai dalil yang kurang lebih mutlak.
Nilai dasar berasal dari nilai-nilai kultural
atau budaya yang berasal dari bangsa
Indonesia itu sendiri, yaitu yang berakar
dari kebudayaan, sesuai dengan UUD
1945 yang mencerminkan hakikat nilai
kultural)
b. Nilai instrumental (Pelaksanaan umum nilainilai dasar, biasanya dalam wujud nilai
sosial

atau

selanjutnya

norma
akan

hukum,

yang

terkristalisasi

dalam

lembaga-lembaga yang sesuai dengan


kebutuhan tempat dan waktu)
c. Nilai praktis (Nilai yang sesungguhnya
kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini
merupakan bahan ujian, apakah nilai

dasar dan nilai instrumental sungguhsungguh hidup dalam masyarakat atau


tidak)
Berdasarkan Sifatnya
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal tujuh jenis
nilai

dilihat

dari

sifatnya,

yaitu

nilai

kepribadian,

kebendaan, biologis, kepatuhan hukum, pengetahuan,


agama, dan keindahan.
a. Nilai

kepribadian,

yaitu

nilai

yang

dapat

membentuk kepribadian seseorang, seperti emosi,


ide, gagasan, dan lain sebagainya.
b. Nilai kebendaan, yaitu nilai yang diukur dari
kedayagunaan usaha manusia untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biasanya jenis nilai
ini disebut dengan nilai yang bersifat ekonomis.
c. Nilai biologis, yaitu nilai yang erat hubungannya
dengan kesehatan dan unsur biologis manusia.
Misalnya

dengan

melakukan

olahraga

untuk

menjaga kesehatan.
d. Nilai

kepatuhan

hukum,

yaitu

nilai

yang

berhubungan dengan undang-undang atau peraturan


negara. Nilai ini merupakan pedoman bagi setiap
warga

negara

agar

mengetahui

hak

dan

kewajibannya.
e. Nilai pengetahuan, yaitu nilai yang mengutamakan
dan mencari kebenaran sesuai dengan konsep
keilmuannya.

f. Nilai agama, yaitu nilai yang berhubungan dengan


agama dan kepercayaan yang dianut oleh anggota
masyarakat. Nilai ini bersumber dari masing-masing
ajaran agama yang menjelaskan sikap, perilaku,
perbuatan, perintah, dan larangan bagi umat
manusia.
g. Nilai keindahan, yaitu nilai yang berhubungan
dengan kebutuhan akan estetika (keindahan) sebagai
salah satu aspek dari kebudayaan.
Berdasarkan Cirinya
Berdasarkan cirinya, kita mengenal dua jenis nilai, yaitu
nilai yang tercernakan dan nilai dominan.
a. Nilai yang mendarah daging, yaitu nilai yang
menjadi kepribadian bawah sadar atau dengan kata
lain nilai yang dapat mendorong timbulnya tindakan
tanpa berpikir panjang. Sebagai contohnya seorang
ayah dengan sangat berani dan penuh kerelaan
menolong anaknya yang terperangkap api di
rumahnya, meskipun risikonya sangat besar.
b. Nilai dominan, yaitu nilai yang dianggap lebih
penting daripada nilai-nilai yang lainnya. Mengapa
suatu nilai dikatakan dominan? Ada beberapa
ukuran yang digunakan untuk menentukan dominan
atau tidaknya suatu nilai, yaitu sebagai berikut.
a. Banyaknya orang yang menganut nilai
tersebut.

b. Lamanya nilai dirasakan oleh anggota


kelompok yang menganut nilai itu.
c. Tingginya usaha untuk mempertahankan
nilai tersebut.
d. Tingginya

kedudukan

orang

yang

membawakan nilai itu.


Berdasarkan Tingkat Keberadaannya
Kita mengenal dua jenis nilai berdasarkan tingkat
keberadaannya, yaitu nilai yang berdiri sendiri dan nilai
yang tidak berdiri sendiri.
a. Nilai yang berdiri sendiri, yaitu suatu nilai yang
diperoleh semenjak manusia atau benda itu ada dan
memiliki sifat khusus yang akhirnya muncul karena
memiliki nilai tersebut. Contohnya pemandangan
alam yang indah, manusia yang cantik atau tampan,
dan lain-lain.
b. Nilai yang tidak berdiri sendiri, yaitu nilai yang
diperoleh suatu benda atau manusia karena bantuan
dari pihak lain. Contohnya seorang siswa yang
pandai karena bimbingan dan arahan dari para
gurunya. Dengan kata lain nilai ini sangat
bergantung pada subjeknya.
Menurut Kluckhohn, semua nilai dalam setiap kebudayaan
pada dasarnya mencakup lima masalah pokok berikut ini.
a. Nilai mengenai hakikat hidup manusia. Misalnya,
ada yang memahami bahwa hidup itu buruk, hidup

itu baik, dan hidup itu buruk tetapi manusia wajib


berikhtiar supaya hidup itu baik.
b. Nilai mengenai hakikat karya manusia. Misalnya,
ada yang beranggapan bahwa manusia berkarya
untuk

mendapatkan

nafkah,

kedudukan,

dan

kehormatan.
c. Nilai mengenai hakikat kedudukan manusia dalam
ruang dan waktu. Misalnya, ada yang berorientasi
ke masa lalu, masa kini, dan masa depan.
d. Nilai mengenai hakikat manusia dengan sesamanya.
Misalnya, ada yang berorientasi kepada sesama
(gotong royong), ada yang berorientasi kepada
atasan, dan ada yang menekankan individualisme
(mementingkan diri sendiri).
e. Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan
alam. Misalnya, ada yang beranggapan bahwa
manusia tunduk kepada alam, menjaga keselarasan
dengan alam, atau berhasrat menguasai alam.
3.1.3. Perbedaan norma dan nilai
Norma atau kaidah adalah aturan bagi manusia dalam
berperilaku sebagai pewujudan dari nilai. Nilai yang abstrak dan
normatif dijabarkan dalam wujud norma. Sebuah nilai mustahil
dapat menjadi acuan berperilaku kalau tidak diwujudkan dalam
sebuah norma. Dengan demikian pada dasarnya norma adalah
perwujudan dari nilai. Tanpa dibuatkan norma,nilai tidak mampu
berfungsi konkret dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap norma pasti mengandung nilai. Nilai sekaligus sebagai
sumber bagi norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin terwujud norma.

Sebaliknya, tanpa dibuatkan norma,nilai yang hendak dijalankan itu


mustahil terwujudkan.
Perbedaan Nilai dan Norma
Nilai

Norma

Sesuatu yang dianggap


penting atau yang dicita
citakan masyarakat.
Pola
kelakuan
yang
diinginkan.

Tidak ada sanksi.

Ada sanksi.

Landasan dari norma.

Perwujudan dari nilai.

Kaidah atau aturan yang


berlaku yang dibenarkan
untuk merih cita-cita.
Cara kelakuan sosial yang
disepakati bersama.

3.2. Hubungan Individu, Keluarga dan Masyarakat


3.2.1. Individu
Seseorang yang berdiri sendiri secara fisiologis, bersifat bebas,
tidak memiliki hubungan organisasi dengan sesamanya dan
merupakan komponen terkecil dalam masyarakat dengan tingkah
laku lebih spesifik.
Manusia dikatakan sebagai makhkluk individu, dimana
manusia diberi potensi atau kemampuan, yakni akal, pikiran,
perasaan, dan keyakinan sehingga sanggup berdiri sendiri dan
bertanggung jawab.
Manusia sebagai individu adalah makhluk sosial yang hidup
dalam masyarakat manusia.
Individu dalam keluarga adalah seseorang yang lahir dan
memiliki kelompok-kelompok awal di dalam keluarga.
Individu dalam masyarakat adalah seorang yang tidak dapat
hidup sendiri yang memerlukan suatu kelompok sebagai makhluk
.2.2.

sosial.
Keluarga
Kumpulan individu yang memiliki ikatan emosional dan lebih
kecil dari masyarakat yang mempunyai peranan bahwa keluarga
sebagai lingkungan pertama yang mengajarkan kepada individu
tentang norma dalam masyarakat

Keluarga juga merupakan Sekelompok manusia yang tinggal


dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan
hubungan yang erat (pertalian darah)
.2.3.

Masyarakat
Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah lama tinggal
dan menetap serta memiliki aturan-aturan yang mengatur tata hidup
hingga mereka sampai pada tujuan yang dimaksud.
Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang individu merupakan
input yang diproses dalam sebuah keluarga untuk menjadi sebuah
output yang kemudian akan terjun ke masyarakat.

.2.4

Hubungan Individu, Keluarga dan Masyarakat


Hubungan individu dengan masyarakat
Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu
sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat
tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periiode
waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu
masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang
diterapkan dalam suatu organisasi. (F Znaniecki, 1950, p. 145),
Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak
bahwa pendapat Znaniecki tersebut memunculkan unsur baru
dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat itu suatu
kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah
tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu
merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat
bukanlah kelompok yang berkumpul secara mekanis akan tetapi
berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain
saling

memberi,

manusia

dengan

lingkungannya

selain

menerima dan saling memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh


konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam

Hubungan Individu, Keluarga, Masyarakat

Keluarga adalah pokok penting yang fundamental bagi


pembangunan individu secara personal. Maka dari itu, sifat dari
anak pastilah mencerminkan sifat dari orang tuanya atau dari
orang-orang lain yang dituakan dalam keluarga itu (misalnya
kakek, nenek, dsb). Dari keluarga maka lahirlah beraneka ragam
individu dalam hal karakteristik dan kebudayaan yang kemudian
akan membentuk suatu masyarakat.
Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat proyeksi
individu sebagai bagian dari keluarga, keluarga sebagai tempat
terbentuknya, dan masyarakat sebagai tempat melihat hasil.
3.3. Persamaan Derajat
3.3.1. Definisi
Persamaan derajat yaitu persamaan nilai harga taraf yang
membedakan makhluk yang satu dengan yang lain.
Persamaan Derajat juga didefinisikan sebagai kedudukan
yang sama dihadapan Tuhan, persamaan tingkatan, martabat, dan
kedudukan manusia sebagai mahluk Tuhan yang memiliki kodrat,
hak dan kewajiban asasi.
Dalam diri manusia terdapat atribut kemanusiaan yang
memberikan

akal

pikiran

dan

atribut

kebinatangan

yang

memberikan nafsu sehingga menghasilkan sifat yang selalu tidak


pernah puas dengan apa yang di dapat. Namun, aspek hati nurani
dalam diri manusia membuat manusia merenungkan kembali
tentang keetisan apa yang ia lakukan.
Rasa ketidakpuasan yang dimiliki oleh manusia tersebut
menjadikan sebuah cita-cita dalam dirinya untuk menunjukkan
bahwa pada dasarnya manusia itu sama.
Hal inilah yang mendorong individu atau bahkan sebuah
bangsa untuk melakukan perjuangan membela haknya agar diakui
oleh orang atau bangsa lain.
3.3.2. Landasan

1. Landasan idiil : pancasila


2. Landasaan kontitusional : UUD 1945 yakni
Pembukaan UUD 1945 pada alenia 1, 2, 3, dan 4
Batang tubuh UUD 1945 yaitu pasal 27, pasal 28, pasal 29,
pasal 30, pasal 31, pasal 32, pasal 33 dan pasal 34
3. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN
3.3.3. Tujuan
a.
Tercapainya integrasi masyarakat, yaitu penyetaraan unsurunsur yang berbeda yang terdapat dalam masyarakat sehinga
membentuk kesatuan yang utuh.
Terciptanya suasana saling menghormati

b.

.3.4.

yang

akan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


c.
Menghindari pertikaian.
d.
Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
e.
Meminimalisasi kesenjangan social.
f.
Memberikan jaminan hak asasi yang sama bagi tiap individu.
g.
Memberikan keadilan bagi tiap individu.
h.
Sebagai perwujudan dari Pancasila.
Prinsip
1. Menganggap bahwa manusia adalah makhluk yang lemah
dan Tuhan-lah Yang Maha Kuasa.
2. Menanamkan pada diri masing-masing bahwa manusia
diciptakan sama.
3. Toleransi antar individu dalam masyarakat.
4. Persamaan nilai, taraf, dan harkat tiap individu dalam

.3.5.

masyarakat
Hubungan Dokter Pasien
1. Cinta Kasih
Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang dokter dituntut
untuk menghargai pasien sebagaimana keluarganya sendiri
sehingga pasien tersebut merasa nyaman

Berempati
anamnesis,

kepada

pasien

diagnosis,

pada

saat

melaksanakan

maupun

dalam

penyampaian

memiliki

derajat

yang

informasi

Menganggap

pasien

sama

sebagaimana tertulis dalam sumpah dokter ke delapan

bahwa dokter tidak memilah-milah pasien dan menerapkan


rasa cinta kasih yang sama pada setiap pasien
2. Penderitaan

Setiap pasien yang berobat ke pada dokter pasti merasakan


penderitaan, sehingga sudah menjadi kewajiban dokter
untuk berempati dengan rasa sakit yang diderita pasien
tersebut

Di mata pasien, penderitaan dirasakan secara berbeda


menurut sudut pandang masing-masing pasien

2.

Harapan
Dokter harus berusaha semaksimal mungkin menumbuhkan
harapan pasien untuk sembuh dari penyakitnya

Ketika pasien datang ke pada seorang dokter, pasien


tersebut memiliki berbagai harapan dan mereka ingin
harapan tersebut dapat diwujudkan oleh dokter yang mereka
datangi

Harapan dinilai sangat penting, karena harapan dapat


meningkatkan/menumbuhkan

motivasi

pasien

untuk

sembuh dari penyakitnya


3.

Kematian
Bagi pasien, kematian merupakan suatu hal yang sangat
menakutkan. Bagi keluarga, kematian adalah sebuah duka
yang sangat mendalam. Namun, bagi seorang dokter,
kematian adalah rutinitas, sehingga seorang dokter dilarang
untuk larut dalam kesedihan keluarga pasien yang telah
meninggal, karena dokter memiliki kewajiban untuk
menangani pasien lain. Jika seorang dokter ikut larut dalam
kesedihan, dikhawatirkan ia tidak dapat menjalankan
tugasnya dengan baik

Dalam sebuah pengobatan ada kesuksesan dan ada


kegagalan. Ketika pasien tersebut mengalami kegagalan
(kematian)

kewajiban

seorang

dokter

adalah

mempersiapkan keluarga pasien untuk ikhlas menerima


kepergian anggota keluarganya

Dokter wajib menjaga rahasia pasien sekalipun pasien


tersebut sudah meninggal

Dengan adanya rasa cinta kasih, seorang dokter dapat


memberikan pemeriksaan optimal kepada pasien yang mengalami
penderitaan berupa rasa sakit, dan bertanggung jawab atas
pemeriksaan optimal yang telah diberikan, sehingga memunculkan
harapan

bagi

pasien

untuk

memiliki

keyakinan

berupa

kesembuhan, sehingga menjauhkan pikirannya dari kematian.


3.4. Stratifikasi Sosial
.4.1. Definisi
Status sosial adalah kedudukan seseorang (individu)
dalam suatu kelompok pergaulannya.
Dalam berbagai masyarakat, seseorang memiliki
status social, yaitu kedudukan seseorang dalam kelompok
pergaulan hidupnya. Status social dapat dilihat dari dua
aspek:
a. Aspek statis, yaitu kedudukan dan derajat seseorang di
dalam suatu kelompok yang dapat dibedakan dengan
derajat atau kedudukan individu lainnya, seperti petani
dengan pegawai negeri, pedagang, pelayan, dll.
b. Aspek dinamis, yaitu berhubungan erat dengan pengertian
jabatan, fungsi, tingkah laku formal dan jasa yang
diharapkan dari fungsi jabatan tersebut, seperti direktur,
kepala, komandan, dll.
Status pokok individu dalam pergaulan hidupnya yaitu:
a. Pekerjaan seseorang

b. Status dalam system kekerabatan


c. Status religius dan status politik
Status seseorang memunyai dua aspek, yaitu:
a. Aspek structural, ditunjukkan oleh adanya susunan atasbawah sebuah lapisan social.
b. Aspek fungsional, ditunjukkan oleh adanya kewajiban
yang harus dilakukan karena status yang dimiliki.
Stratifikasi dalam masyarakat memunyai dua golongan
yaitu:
a. Stratifikasi terbuka, yang memungkinkan anggotanya
berpindah lapisan social. Pada umumnya, lapisan social
dalam stratifikasi terbuka diperoleh dengan usaha dari
masing-masing individu (achievel statues), seperti
dokter, professor, dll.
b. Stratifikasi tertutup, yang memberikan peluang kecil
bagi anggotanya untuk berpindah lapisan social. Pada
umumnya, lapisan social dalam stratifikasi tertutup
diperoleh dengan sendirinya (ascribed statues), seperti
gelar kerajaan, system kasta, dll.
Kelemahan dan kelebihan stratifikasi terbuka dan
tertutup :
Stratifikasi terbuka lebih dinamis (progresif),anggotaanggota mempunyai cita-cita hidup yang lebih tinggi.
Stratifikasitertutup bersifat statis ,lebih-lebih glongan
bawah ,dan kurang menunjukkan cita-cita yang tinggi.
Kelemahan Stratifikasi terbuka ialah bahwa anggotaanggotanya mengalami kehidupan yang selalu tegang dan
khawatir. Sehingga

akibatnya lebih banyak mengalami

ketegangan dan konflik-konflik jiwa lebih besar daripada


kelompok tertutup.

Yang digunakan untuk penggolongan lapisan masyarakat:


a. Ukuran kekayaan
b. Ukuran kekuasaan
c. Ukuran kehormatan
d. Ukuran ilmu pengetahuan, dll
3.4.2

Hubungan peran dan status social

Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu


seorang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Artinya,
apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peranan.
Suatu peranan paling tidak mencakup tiga hal berikut :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat
2. Peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial.

Peranan yang melekat pada diri seseorang harusa dibedakan


dengan posisi dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam
masyarakat

(social-position)

merupakan

unsur

statis

yang

menunjukkan tempat individu dalam masyarakat. Peranan lebih


banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu
proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat
serta menjalankan suatu peranan.
Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan kedudukan

sosial (social status) artinya tempat seseorang secara umum dalam


masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti
lingkungan

pergaulannya,

prestisenya,

dan

hak-hak

serta

kewajiban-kewajibannya. Namun untuk mempermudah dalam


pengertiannya maka dalam kedua istilah di atas akan dipergunakan
dalam arti yang sama dan digambarkan dengan istilah kedudukan
(status) saja.

Masyarakat

pada

umumnya

mengembangkan

dua

macam

kedudukan(status), yaitu sebagai berikut :


1. Ascribed Status yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memerhatikan perbedaan-perbedaaan rohaniah dan kemampuan.
Kedudukan ini diperoleh karena kelahiran
2. Achieved Status yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan
usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa
saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta
mencapai tujuan-tujuannya.
3.4.3 Faktor penyebab
Menurut Soejono Soekanto (1982), di dalam setiap
masyarakat diamanapun selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang
dihargai. sesuatu yangdihargai dimasyarakat bisa berupa kekayaan,
ilmu pengetahuan, status haji, status keturunan ataupun berdasarkan
tingkat ekonomi. Pitirin Sorokin mengemukakan bahwa sistem
pelapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum
dalam setiap masyarakat yang hidup dengan teratur. Lebih lanjut

Sorokin mengemukakan, stratifikasi sosial adalah pembedaan


penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat
(hierarkis). Perwujudanya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan ada
kelas-kelas rendah Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari
laipsan-laipisan dalam masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan
dalam pemabagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung
jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antar anggota-anggota
masyarakat. Terjadinya stratifikasi sosial atau sistempelapisan dalam
masyarakat dapat dibedakan menjadi 2 yakni Sistem pelapiasan
yang terjadi dengan sendirinya atau tanpa sengaja Sistem pelapisan
yang terjadi denagn sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu
Lapisan-lapisan dalam masyarakat yang terjadi dengan sendirinya
autidak disengaja misalnya lapisan yang didasarkan pada umur, jenis
kelamin, kepandaian, sifat keaslian keanggotaan berdasarkan harta.
Sedangkan sisitem lapisan dalam masyarakat yang sengaja disusun
utuk

mencapai

tujuan

tertentu

biasanya

berkaitan

dengan

pemabagian kekuasaan dan wewnang yang resmi dlam organisasi


formal seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik, angatan
bersenjata dan sebagainya. Kekuasaan dan wewenang ini merupakan
sesuatu unsur khususu dalam sistem pelapisan masyarakat yang
mempunyai sifat lain daripada uang, tanah dan benada ekonomis
lainnya, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Hal ini disebabkan
unag,tanah dan sejeninya dapat dibagi secara bebas dlam masyarkat
tanpa merusak keutuhan masyarakat. Secara teoritis diakui manusia
dapat dianggap sederajat, akan tetapi dalam kenyataan kehidupan
dlaam kelompok-kelompok sosial tidak demikian halnya. dengan
perbedaan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan merupakan gejala
universal serta merupakan bagian dari sistem sosial setiap
masyarakat. Bentuk kongkret laipisan-laipisan dalam masyarakat
trsesbuat bermacam-macam. namun pada prinsipnya bentuk-bentuk

tersebut dapat diklasifikasikan kedalam tga macam bentuk pelapisan


sosial yaitu:
1. Pelapisan yang didasarkan pada faktor ekonomis
2. Pelapisan yang didasarkan faktor pilitisi
3. Pelapisan yang didasarkan fakt jabatan-jabata tertentu dalam
masyarakat

3.5. Pertentangan Sosial


3.5.1. Definisi
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul.Secarasosiologis, konflik diartikan sebagai proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya
atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik diartikan sebagai percekcokan, perselisihan dan pertetangan.
(Kamus besar Bahasa Indonesia (2002))
Konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu bentuk perbedaan
atau pertentangan pendapat, ide, faham dan kepentingan di antara
dua pihak atau lebih. Suatu ketidakcocokan belum bisa dikatakan
sebagai suatu konflik bilamana salah satu pihak tidak memahami
adanya ketidakcocokan tersebut
(Robbins, 1996).
Pertentangan dikatakan sebagai konflik manakala pertentangan itu
langsung, yakniditandai interaksi timbal balik di antara pihak- pihak
yang bertentangan. Selain itu, pertentangan itu juga dilakukan atas
dasar kesadaran pada masing-masing pihak bahwa mereka saling
berbed atau berlawanan

(Syaifuddin, dalam Soetopo dan Supriyanto, 2003).


Sumber
Ada enam kategori penting dari kondisi-kondisi pemula (antecedent
conditions) yang menjadi penyebab konflik, yaitu:
(1) persaingan terhadap sumber-sumber (competition for resources),
(2) ketergantungan pekerjaan (task interdependence),
(3) kekaburan bidang tugas (jurisdictional ambiguity),
(4) problem status (status problem),
(5) rintangan komunikasi (communication barriers)
(6) sifat-sifat individu (individual traits)
(Robbins, Walton & Dutton dalamWexley&Yukl, 1988).
Menurut Anoraga (Saputro, 2003) suatu konflik dapat terjadi karena
perbendaan pendapat, salah paham, ada pihak yang dirugikan, dan
perasaan sensitif.
1.

Perbedaan pendapat
Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapatdimana
masing-masing pihak merasa dirinya benar, tidak ada yang mau
mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat tersebut amat
tajam maka dapat menimbulkan rasa kurang enak, ketegangan dan
sebagainya..

2.

Salah paham
Salah

paham

merupakan

salah

satu

hal

yang

dapat

menimbulkan konflik. Misalnya tindakan dari seseorang yang


tujuan sebenarnya baik tetapi diterima sebaliknya oleh individu
yang lain.
3.

Ada pihak yang dirugikan


Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang
lain atau masing-masing pihak merasa dirugikan pihak lain
sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang enak, kurang
senang atau bahkan membenci.

4. Perasaan sensitive
Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalahartikan
tindakan orang lain. Contoh, mungkin tindakan seseorang wajar,
tetapi oleh pihak lain dianggap merugikan.
Faktor Penyebab
a. Perbedaan individu
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat
Bentuk
Soetopo (1999) mengklasifikasikan jenis konflik, dipandang dari
segi materinya menjadi empat, yaitu:
1.

Konflik tujuan
Konflik tujuan terjadi jika ada dua tujuan atau yang kompetitif
bahkan yang kontradiktif.
2.

Konflik peranan
Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari
satu peranan dan tiap peranan tidak selalu memiliki
kepentingan yang sama.

3. Konflik nilai
Konflik nilai dapat muncul karena pada dasarnya nilai yang
dimiliki setiap individu dalam organisasi tidak sama, sehingga
konflik
dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok,
kelompok dengan organisasi.
4. Konflik kebijakan
Konflik kebijakan dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan
individu atau kelompok terhadap perbedaan kebijakan yang
dikemukakan oleh satu pihak dan kebijakanlainnya.

Proses
Menurut Robbins (1996) proses konflik terdiri dari lima tahap,
yaitu:
(1) oposisi atau ketidakcocokan potensial
(2) kognisi dan personalisasi
(3) maksud
(4) perilaku
(5) hasil.

Pola Penyelesaian
Tujuannya

adalah

mengatasi

konflik

dengan

menciptakan

penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang


mengikatsemua pihak yang bertikai. Secara sederhana proses ini
dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan
sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha
dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua
kepentingan tersebut (Prijosaksono dan Sembel, 2002).
Hendricks (2001) mengemukaan lima gaya pengelolaan konflik
yang diorientasikan dalam organisasi maupun perusahaan. Lima
gaya yang dimaksud adalah:
1. Integrating (menyatukan, menggabungkan)
Individu yang memilih gaya ini melakukan tukar-menukar
informasi. Disini ada keinginan untuk mengamati perbedaan dan
mencari solusi yang dapat diterima semua kelompok.Cara ini
mendorong berpikir kreatif serta mengembangkan alternatif
pemecahan masalah.
1. Obliging (saling membantu)
Disebut juga dengan kerelaan membantu. Cara ini
menempatkan nilai yang tinggi untuk orang lain sementara

dirinya sendiri dinilai rendah. Kekuasaan diberikan pada orang


lain. Perhatian tinggi pada orang lain menyebabkan seorang
individu merasa puas dan merasa keinginannya terpenuhi oleh
pihak lain, kadang mengorbankan sesuatu yang penting untuk
dirinya sendiri.
3. Dominating (menguasai)
Tekanan gaya ini adalah pada diri sendiri. Kewajiban bisa
saja diabaikan demi kepentingan pribadi. Gaya ini meremehkan
kepentingan orang lain. Biasanya berorientasi pada kekuasaan
dan

penyelesaiannya

cenderung

dengan

menggunakan

kekuasaan.
4. Avoiding (menghindar)
Individu yang menggunakan gaya ini tidak menempatkan
suatu nilai pada diri sendiri atau orang lain. Ini adalah gaya
menghindar dari persoalan, termasuk di dalamnya menghindar
dari tanggung jawab atau mengelak dari suatu isu.
5. Compromising (kompromi)
Perhatian pada diri sendiri maupun orang lain berada dalam
tingkat sedang.

4.

KESIMPULAN
Seorang dokter dalam menjalankan tugasnya tidak lepas dari
kehidupan social. Di dalam kehidupan social banyak konflik-konflik
social yang dapat terjadi kapanpun. Apalagi dokter Ita yang ditempatkan
di tempat terpencil. Oleh karena itu dokter dituntut untuk bisa beradaptasi
dengan baik. Dokter harus dapat mengerti dan mengamalkan landasan
pancasila sebagai dasar seorang warga Negara dalam bersosial. Hal
tersebut nantinya membentuk pribadi dokter yang mampu bertahan di
segala kondisi dan dapat bersosialisasi dengan orang lain tanpa terjadi
konflik social.

Anda mungkin juga menyukai