Anda di halaman 1dari 25

Nasehat Syeikhul Akbar Muhyidin Ibnu Arabi Ra.

Kepada Muridnya Syeikh Ismail ibn Sawdakin Ra.:


Suatu saat Guruku Ibnu Arabi Ra memanggilku (Ibnu Sawdakin) dan berkata kepada ku:
Aku akan mempercayakan kepadamu dengan sepenuh hatiku sebuah wasiat yang sangat
berharga yang kamu akan menjaganya,dan ia adalah bahwa hendaklah kamu tidak pernah
sekalipun mengabaikan penghambaan ( ubudiyyah ) dan tidak pernah ada dalam jiwamu
untuk merindukan akan apa pun selain-Nya. Keinginan terhadap sesuatu (dari dunia ini)
hanya akan muncul dalam hatimu karena disebabkan Sifat Qahhar yang muncul di dalam
dirimu. Karena sifat menguasai muncul dalam dirimu, ia tidak dapat memaksa dirinya
sendiri ke dalam eksistensi dengan sendirinya tapi mesti mempunyai tempat dimana
efeknya dapat mewujud. Dan tempat itu adalah dunia ciptaan.
Sifat Qahar menuntutmu untuk meninggalkan Kehadiran Tuhan menuju ciptaan.
Sehingga kamu dipindahkan dari penghambaan, yang merupakan realitasmu dimana
Allah menciptakanmu untuk menghamba kepada-Nya, dan Wajah Al-Haq pun dihijabkan
darimu.
Ambil sebagai contoh, Abu Yazid Bustami.Ra: meskipun fakta membuktikan bahwa ia
telah diberikan izin dan dikatakan kepadanya:
Keluarlah engkau kepada
Ciptaan-Ku dengan Sifat-Ku, namun ketika dia melangkah hanya satu langkah, seolaholah dia dihantam petir, dan dikatakan : bawa kembali kekasih-Ku kepada-Ku, karena
dia tidak tahan berpisah dengan-Ku walau sekejap Semua ini terjadi, meskipun ia
diberikan perintah untuk keluar menuju ciptaan-Nya. Jadi bagaimanakah hukuman yang
akan terjadi dari melangkah keluar dengan sifat menguasai?
Ambillah firman-Nya, Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar
menghamba kepada-Ku.(QS 51:56).Di sini dia telah memiliki sifat penghambaan yang
merupakan penghinaan diri dan berada dalam ketergantungan (faqiir).
Sekarang jika setiap nafasmu tidak mencerminkan penghambaan ini, maka di dalam
nafasmu kamu telah menjadikan sekutu dengan sesuatu yang lain dari tujuan
penciptaanmu dan yang diperintahkan. Kamu akan kehilangan waktu untuk pencapaian,
dan tak ada jalan bagimu untuk memperbaiki atau membenarkannya, baik di dunia ini
atau di hari Akhir.Sebab dunia ini ada demi kepentingan amal yang abadi. (dunia ini
tempat beramal). Kapan pun ada obsesi dengan dunia ini dalam cara yang tidak
mengarahkan kepada kesempurnaan,maka hasilnya adalah kekurangan, menyesal dan
terbelokkan dari menyaksikan Wajah Allah, cepat atau lambat. Orang yang berakal akan
mencukupi bagiannya di sini , kemudian dia dapat mencapai apa yang diinginkannya
dalam negeri asalnya.

Aku bertanya kepadanya, Wahai Guruku, jika seorang menjauh dari Wajah Allah dengan
atribut keterpaksaan dan penentangan, dapatkah ia melihat Wajah dalam keterpaksaan
dan penentangan ini.?
Kemudian, Guruku, semoga Allah menolongnya, menjawab: Apakah di sana tidak
mewujud dalam dirinya dari sifat terpaksa dan penentangan? Ia merupakaan sifat yang
berkembang dalam dunia ciptaan, yang mengurangi penghambaan. Jika seorang hamba
benar-benar menyadari dalam pandangan akan wajah Allah, maka kerendah hatian
merupakan ciri dan sifatnya yang paling hakiki.. Jadi buktikanlah kebenarannya dan
upayakanlah. Itulah jalanku dengan Allah SWT!.
Dia berkata kepadaku: Pernahkah kamu mendengar sebuah kiasan yang dibuat oleh Abu
Yazid Bustami Ra, ketika dia berkata: Aku menetap dengan orang-orang yang berjuang
dengan dirinya sendiri, namun tidak kutemukan jalan dengan mereka; Aku menetap
dengan orang-orang yang berpuasa dan berdoa, melalui maqam-maqam spiritual yang tak
terhitung, namun aku tetap tidak melihat jalan dengan mereka. Sehingga aku bertanya:
Wahai Rabb-ku, bagaimanakah jalan menuju-Mu? Dan Dia pun menjawab Tinggalkan
dirimu dan datanglah!
Sehingga Dia memendekkan jalan ini bagi Abu Yazid, dan ini merupakan amal yang
paling ringkas. Ketika dia meninggalkan dirinya sendiri Al-Haq berdiri di tempatnya, dan
ini adalah jalan terdekat.
Aku bertanya kepada Guru ku tentang makna sebenarnya dari petunjuk Allah yang datang
kepadanya Tinggalkan dirimu dan datanglah! Aku bertanya: Apakah yang dimaksud
bentuknya sebagaimana biasanya .?
Guru ku menjawab: YA, Dia memanggilnya dari bentuk dirinya kepada citra Al-Haq,
berdasarkan apa yang Allah ciptakan tentang Adam
(Sesungguhnya Allah
menciptakan Adam dalam cita-Nya). Namun jiwa hanya dapat mengambil bentuk/citra
tersebut setelah dia meninggalkan segala sesuatu selain Allah, segala puji bagi-Nya!
Jika tidak seperti ini maka maknanya akan menjadi: Tinggalkan esensi/zat dirimu dan
datanglah!, namun kasusnya tidaklah seperti ini.
Kemudian aku bertanya, Wahai guruku, bagaimana seseorang mengikuti jalan yang
khusus?
Dia semoga Allah SWT memuliakannya-menjawab, seseorang tidak boleh
menghubungkan dirinya kepada apa pun bentuk ciptaan atau terobsesi dengan mereka,
kecuali Allah menjadi pusat pandanganya dan referensinya. Kedamaian melalui
kesempurnaan!

Masalah Khalwat.
Tujuan dari khalwat adalah pengosongan dan persiapan tempat. Zikir mesti dilakukan
hanya untuk pengabdian, sehingga manusia itu tidak melibatkan dirinya dalam hal apa
pun selain pengabdian dan pelayanan. Jika zikir tertentu menerpa di dalam dirinya. Maka
sang pencari mesti diam tanpa memaksanya dengan tindakannya sendiri. Bahkan, ia
mesti mempertahankan dirinya dalam diam sehingga ia menjadi tempat Yang disebut
bukan sebagai penyebut. Ketika sang tamu telah menyatakan dirinya, ia meninggalkan
apa yang bersesuaian. Jika ruh memperkuatnya, maka hamba tersebut disifatkan sebagai
seorang pezikir, dan itulah zikir yang dibatasi. Karenanya tempat menjadi terbatas dan
menyimpang dari persiapan total yang membawa ketidakterbatasan. Buktikanlah, dan
Allah Maha Mengetahui.
Aku bertanya kepada Guruku untuk menjelaskan tujuan dan maksud dari seseorang di
dalam khalwat dan pengasingan diri dari masyarakat. Dia, semoga Allah meridhoinya
menjawab: Tujuannya untuk menyiapkan tempat yang diperlukan oleh Rububiyah dan
memotong segala ikatan kepada selain-Nya. Jika ini terjadi kepadanya, ia dapat
meninggalkan khalwat, dan pembukaan dan khalwatnya menjadi sebagaimana yang
dikatakan orang:
Oh Engkau, yang menemaniku di malam hari di saat semuanya tertidur
Dan yang bercakap-cakap denganku di siang hari ketika aku bersama mereka.
Khalwat dan uzlah adalah pada dasarnya mempersiapkan tempat dengan memotong
berbagai jenis ikatan. Telah sepakat para Ahlullah bahwa seseorang yang memperoleh
kedekatan atau keakraban dengan Allah SWT dalam khalwatnya sesuNgguhnya hanya
menjadi akrab dengan khalwatnya, bukan dengan Allah. Dia lah Al-Haq yang Maha
Sempurna.

Kepada muridnya yang bernama Abdullah Badr al- Habasyi Ra.


KITAB INBAH
Inilah kata-kata guruku Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi Ra, yang merupakan nasehat dan
petunjuknya akan jalan Allah, hubungan dengan Allah dan rahasia-rahasia yang
membawa kita kepada kebahagian abadi, kedekatan dan keakraban. Aku berharap
memberikan suatu nasehat yang tulus, untuk menyelamatkan pengetahuan kaum muslim
dan mengingatkan mereka tentang Allah, dimana perhatian mereka mulai berkurang.
3

Aku mendengar guruku berkata:

Siapa yang menahan bibirnya, akan mengistirahatkan hatinya, siapa yang


melepasnya akan melelahkan hatinya. Ketahuilah bahwa istirahatnya hati
terletak pada mengendalikan inderawinya, sampai saat mereka melepasnya
dalam apa yang berkesuaian dengan Hukum wahyu dan rahasianya. Ketika
seorang lelaki membiarkan pandangannya liar kesana kemari, ia mungkin
akan jatuh kepada sesuatu yang menyenangkan dan tidak dapat
dipenuhinya: seperti wanita cantik atau lelaki yang tampan, rumah yang
indah atau hal-hal yang serupa dengannya. Jika dia melepaskan kendali
pada pendengarannya, ia mungkin mendengar suara yang dapat memukau
jiwanya, tanpa dapat mengingatnya, atau juga dia mendengar suara ang
dilarang baginya.Jika dia membebaskan lidahnya, dia mungkin akan
mengucapkan kata-kata yang menjerumuskannya ke dalam kesulitan.
Sehingga dengan seluruh inderalah pelepasan itu yang mengarahkan
mereka kepada hal-hal yang tak terjangkau dan tidak dapat dihindari
akibatnya. Dalam kasus ini, hati pun menjadi lelah, jiwa pun menjadi
terikat dan hidup pun bertambah kurang atau rusak.

Bibir hanya bertindak atas perintah hati. Tentang keadaan hati


ini,Bagaimana hati akan berjuang menuju pengabdian kepada Allah
(segala puji bagi-Nya) jika ia terikat untuk mmemenuhi kebutuhan instan
belaka? Ia hanya akan membuat bibir bergerak untuk mencapai hal-hal
tersebut. Lihatlah bagaimana seseorang yang mendapatkan pertolongan
Allah dan yang berjuang secara spiritual yang jatuh ke dalam keletihan
dan ketidakenakkan di hatinya. Sumber dari semua ini adalah
membebaskan bibirnya, atau beberapa indera lainnya, kepada hal yang
tidak bermanfaat, tanpa perenungan dan pemikiran yang panjang. Dengan
pasti, dia yang menahan bibirnya dan indera lainnya, atau melepasnya
untuk hal-hal penting, tidak akan melelahkan hatinya.

Penahanan kedua, bersesuaian dengan hukum Wahyu, mencakup dalam


pembolehan pandangan seseorang kepada keindahan wanita. Kesenangan
ini memang bersesuaian dengan Hukum Wahyu, meskipun membawa
hatinya terisi sesuatu selain Allah, dimana sesungguhnya hati adalah
tempat jatuhnya pandangan Allah SWT. Jika seseorang selalu
merendahkan matanya dan menundukkan kepalanya, ia tidak akan melihat
apa pun yang ada di dalam hatinya dan ini berlaku sama untuk indera
lainnya. Hati yang terikat dengan sesuatu selain Allah jatuh ke bawah level
hati orang-orang
yang merenungkan-Nya. Terikat dengan objek
perhatiannya, terpenjara dengan bentuk keindahannya tempat jatuh
pandangan matanya. Pemilik hati seperti itu akan melelahkan dirinya
sendiri dengan pandangan dari maqam spiritual yang ia punyai secara
teorotis namun belum mampu mencapainya melalu mukasyafah dan
pengalaman. Betapa jauhnya hati ini dari hati yang berada dalam
4

perenungan! Inilah makna yang aku sebutkan: bersesuaian dengan rahasia


dari Hukum wahyu. Apa yang diharapkan dari seseorang adalah ia akan
meningkatkan keinginannya dari perenungan keindahan seorang wanita
menuju perenungan akan Ar-Rahman.

Jiwa adalah kuda yang gelisah, diberi pelana, diberi tali kekang dan siap
ditunggangi. Jika kau menungganginya dan mempercayakan tali
kekangnya ke tangan kebenaran, kamu akan selamat. Tapi jika kau
serahkan ia ke tangan nafsu, kamu akan rugi. Terserah padamu untuk
memilih. Jika engkau serahkan tali kekang ke tangan kebenaran, letakkan
sepatumu pada masing-masing pelana: yang satu adalah kaki kanan akan
harapan dan yang lain adalah kaki kiri akan rasa takut. Jika suatu saat
tali kekang akan tergelincir dari tangan kebenaran dan jiwamu akan
menyimpang ke kiri atau ke kanan:hentakkan kakimu kepada arah yang
berlawanan. Jika ia merasa sesuatu yang meyentuhya menyakitinya, ia
akan secara alami menjauh darinya, yang akan membawa kembali
bergerak lurus sepanjang jalan. Jika ia berhenti, kebenaran akan
menguasainya, mengambil tali kekangnya kembali dan melanjutkan
perjalanan.

Kebenaran dapat mengikuti dua jalan: Satu jalan yang dapat mengetahui
secara bebas dan apa yang bersesuaian, dan jalan yang lain melalui sesuatu
yang ditunjukkan oleh yang lain. Terserah seseorang menempuh jalan
yang mana dipilihnya.
Jika dia berkomitmen kepada jalan syukur kepada Yang Maha Dermawan,
yaitu jalan yang membawanya kedekatan Kehadiran Ilahi melalui
pembebanan kewajiban dimana kebenarannya hanya mengakui otoritas
Syariat, kebenaran itu tidak dapat menyertainya selama ia tidak melihat
cahaya akan Hukum wahyu yang bersinar di depannya dan menunjukinya.
Jika kamu tidak melihat cahaya ini, tetaplah kekang tali kendalimu,
tetaplah di tempatmu, dan kirimlah utusan yang membawa sumbu ijtihad
dimana kamu akan menyalakan lampu dari Hukum Wahyu. Jika utusan itu
membawa kembali sebuah penerangan, maka percayalah kepada tali
kekangmu, ia akan membawamu kepada kesenangan.

Jika kamu mengikuti jalur pengetahuan Yang Maha Mencintai dan hakekat
esensi dari Yang Maha Wujud, yang juga merupakan bukti akan asal Ilahi
akan cahaya Hukum Wahyu, maka kamu tidak perlu cahaya ini. Adalah
kewajiban akal untuk mencari jalur ini dan menemukan cahaya yang akan
menuntunmu kepada maqam spiritual ini.Tetaplah kekang tali kendalimu,
berhenti dan kirimlah utusan untuk mencari cahaya pembuktian ini dan
pembuktian
prasangka
ini.
Jika
dia
menemukannya
dan
menyelamatkannya, kamu akan mengetahuinya, berterima kasih
kepadanya, karena cahaya itu berasal dari Hukum yang diambil sebagai
petunjuk yang dengan tulus akan mengijinkanmu memperoleh
kebahagiaan abadi dan tingkatan-tingkatan spiritual. Jika kamu tidak
5

mempunyai pengetahuan ini pada permulaannya, kamu akan tercebur ke


dalam kegelapan kebodohan dan kamu akan tersandung dalam kegelapan
malam tanpa tempat tinggal ataupun sumber air; kamu akan kehilangan
dirimu dan menyebabkan kerugian kepada orang-orang yang tersesatkan
olehmu karena telah mengikutimu.

Temukanlah dua jalan ini, ambilah petunjuk akan dua bentuk pengetahuan
ini, dan kamu akan menemukan jalan kebenaran, jika Allah meridoimu.

Pembakaran disebabkan oleh api dan penderitaan oleh dosa.

Ada empat jenis khatar: Ilahi, psikis,Malaikati dan Syetani.


Khatar Ilahi memberimu rahasia, ilmu dan maqam, Khatar psikis/jiwa
mengajakmu untuk mencapai apa yang melibatkan bukan kejahatan atau
kebaikan bagimu, karena sifat dasar dari jiwa adalah tertarik akan hal yang
bermanfaat baginya dan menolak yang merugikannya. Khatar Syetani
akan mendorongmu untuk melakukan kejahatan yang menyebabkan
kesedihan buatmu dalam rumah abadi di Hari Kemudian, sedangkan
khatar Malaikati menyediakan bagimu apa-apa yang meyebabkan
kebahagiaan dalam rumah abadi.

Seseorang tidak disebut yang menginginkan (murid) selama ia tidak


diinginkan (murad), dan seseorang bukan yang diinginkan (murad) selama
ia bukan yang menginginkan (murid).

Ketika seorang arifin melawan arah jalan sesuatu hal atau benda, Realitas
Esensial akan membuatnya hancur, jika dia setuju dengannya, adalah AlHaq yang menghancurkannya. Sehingga ia akan hilang selamanya selama
ia tetap seorang arif. Namun karena seseorang harus memilih, dihancurkan
oleh Al-Haq akan diselamatkan demi keabadian sedangkan untuk mencari
keselamatan dalam Realitas Esensial akan menyebabkannya penghancuran
abadi.

Jika seseorang tidak lagi memiliki sesuatu yang dapat dipahami dan
dibayangkan oleh hatinya dan dia kembali kepada akal dan inderanya,
tidak menemukan kesan dalam hatinya. Maka inilah tidurnya hati dalam
hubungannya dengan hal apapun; dia harus menemukan kesan di hatinya;
inilah esensi tafakur yang diberikan kepadanya dari waktu maqamnya.

Kasyaf itu lebih halus dan lebih lengkap dari tafakur. Semua tafakur
dengan mukasyafah lebih halus dan lengkap dari tafakur. Adalah mungkin
memiliki mukasyafah tanpa tafakur, atau bertafakur tanpa mukasyafah.

Timbanglah jiwamu sebelum ditimbang di Hari Pembalasan.

Dia yang seorang murad( yang diinginkan), yang dijamin anugrah


meskipun ia pantas untuk dihukum, diperingatkan akan makar
tersembunyi yang akan melibatkan seseorang yang lain dari dirinya.
Sehingga ia melakukan pertobatan dan penyesalan atas kesalahan
perilakunya dan bersyukur atas anugerah yang dilimpahkan kepadanya
sebagai ganti hukuman.

Ketika sorang murid ingin mengetahui apakah ia bersama Rabb


kemulian bagi-Nyaatau bersama tindakan yang diperintahkan-Nya, biar
lah ia melihat ke dalam dirinya. Jika dia membedakan antara tindakantindakan yang telah diperintahkan dengan berkata: Yang ini lebih berat
dari yang itu, yang ini lebih remeh dari yang itu, maka sesungguhnya ia
bersama ciptaan, bukan bersama Allah. Jika jiwanya menerima segala
perintah secara setara tanpa membedakan satu sama lainnya, maka ia
bersama Allah, bukan bersama ciptaan.

Jalan menuju Allah ada dua bagian: yang satu mendahului Kesatuan dan
apa yang mengikutinya. Pada jalan yang mendahului Kesatuan (Tauhid),
sang pemula mengikat dirinya dengan sifat: rendah hati, kefakiran,
keterpaksaan dan hal-hal yang serupa dengannya.

Jika jalan yang mengikuti Kesatuan diikuti oleh pewarisan, maka akan
dipakaikan kepadanya sifat Ketuhanan/Rububiyah seperti: otoritas,
pencegatan, kekuasaan, transendensi, keagungan, petunjuk, yang
mengajari, kelembutan dan belas kasihan, kekerasan dan mempersulit,
kedaulatan. Jika dia bukan pewaris, ia akan mengikutinya melalui
penerimaan, penyangkalan akan sifatnya, penyangkalan menjadi permanen
dalam persekutuan akan Allah dalam permadani perenungan dan
kesyahduan melalui fluktuasi akan tujuannya tanpa mengucapkan sepatah
kata pun.

Jika kamu melihat seorang murid jatuh menuju pada kesenangan yang
diijinkan oleh Hukum, menggunakan cara tak diinginkan untuk mencapai
tujuannya dengan interpretasinya, rakus akan hal-hal keseharian seperti
makanan, minuman dll, secara konstan berbelok menuju perhiasan dunia,
menjadi gelisah, tidak stabil, lebih menyenangi seorang Syeikh dari yang
lainnya, menganggap yang satu lebih sempurna dari yang lainnya, menjadi
puas dengan keadaan jiwanya, ketahuilah bahwa semuanya ini disebabkan
oleh kelemahan jiwanya atas apa yang ia tidak pedulikan dan karenanya ia
tidak akan mencapai apa pun.

Jika dia menganggap bahwa dia pantas untuk mendapatkan kekuatan


khusus dari sebab, maka Setan sedang mengejeknya, ketahuilah jenis
murid seperti ini tidak akan mencapai hal apapun.
7

Setiap sesuatu memilki kegagalannya.


Kegagalan ilmu adalah tidak mengamalkannya
Kegagalan amal adalah tidak ikhlasnya niat
Kegagalan ikhlas adalah mengharap balasannya
Setiap orang yang dianugerahi sifat-sifat khusus akan menghadapi ujianujian yang akan menggagalkannya:
Kegagalan ahli ibadah adalah merasa banyak jumlah ibadahnya dan riya
Kegagalan seorang murid adalah audisi spiritual/sama
Kegagalan seorang pertapa adalah rindu ingin ditemani seseorang
Kegagalan seorang sufi adalah kedermawanan dan pengorbanan dalam
memberikan ilmu kepada muridnya.
Kegagalan seorang arif adalah menimbang dirinya dengan Rabb nya
Kegagalan seorang berilmu melalui Allah adalah tujuan spiritual dan
menjadi penuntun.
Untuk memperbaiki semua ini adalah tawakkal dan memfanakan diri.

Pelepasan bukanlah menolak kepemilikan dan kemuliaan melainkan


menolak menjadi terikat dengan selain Allah, sementara menyandarkan
hukum kepada yang selain-Nya.

Dia yang mengklaim memiliki pengetahuan dan terpisah dari Allah


dengan apapun adalah seorang pendusta.

Seorang ahli marifat melalui Allah mengembalikan segala sesuatu kepada


Allah. Tak ada sesuatu pun yang terlepas dari Allah. Jika dia menuju,
maka dia akan menuju kepada Allah. Dalam segala maqam dan keadaan
dia selalu bersama Allah; jika dia bicara maka sesuai dengan Allah
perintahkan, jika dia duduk maka bersama Allah, jika dia datang maka dia
datang dari Allah, jika dia pergi maka dia pergi kepada Allah, jika dia
duduk dalam majelis maka dia duduk dalam majelisnya Allah, Dia melalui
Allah, berdasarkan Allah, bersama Allah, dari Allah, menuju Allah, di
dalam Allah, ia hanya melihat dan mengetahui Allah. Jika dia berkata:
Allah! maka semuanya pun berkata dengannya: Allah!Jika dia diam
maka semuanya akan diam dibawah kekuasaanya, dengan izin Allah.
8

Seorang murid yang tidak menunjukkan kesedihan dan kemiskinan adalah


sedang mengembara di padang kebodohan dan tenggelam di lautan
kebinasaan. Bagaimana dia tidak berduka cita sejak ia tidak dapat lagi
mencapai Yang maha Pemurah, yang telah menghindarinya? Bagaimana ia
tidak miskin sedang tidak ada waktu sesaat pun dimana ia tidak
membutuhkan-Nya? Namun jika keadaannya (hal) menahannya,
kesedihan dan kemiskinannya akan hilang, maka berhati-hati lah ia akan
makar Ilahi.

Dunia ini penuh ketidakpastian, Hari Kemudian merupakan bukti dan


sasaran adalah Allah SWT. Dia yang mencari-Nya melalui jalur
ketidakpastian tidak akan mencapainya. Allah Taala berfirman: Bahkan,
mereka di hari itu terhijab akan melihat Rabb mereka (QS83:15). Dia
yang mencari-Nya melalui jalur bukti akan mencapai-Nya dan melihatNya. Dia berfirman : Wajah orang-orang di hari itu berseri-seri kepada
Rabb nya mereka melihat (QS75:23).

Dia yang sabar adalah yang mengalami penderitaan tanpa mengeluh


sambil mencari hiburan atau ketenangan. Dia yang ridho adalah dia yang
ketika diuji dia tidak berpikir untuk mengeluh ataupun mencari sumber
kegembiraan, dan ketika disenangkan, tidak membedakan antara dua
situasi tersebut, tidak seperti orang yang sabar.Dia yang sabar, sekalipun
kesabarannya telah dibuktikan dan keadaannya diyakinkan, maka ia tidak
boleh mengeluh kepada selainAllah SWT sebagaimana firman-Nya:
dan tentu saja, Kami dapati ia ( Ayyub) sebagai orang yang sabar
(QS38:44) dan Allah mengatakan tentang Ayyub:.. ketika ia (Ayyub)
berdoa kepada Rabb nya, Rabbi sesungguhnya aku telah ditimpa
kemalangan (QS21:83). Maka tidak ada mudarat dan dosa bagi seseorang
yang berada maqam tertentu, yang telah dicapainya secara sempurna,
untuk meminta dijauhkan kemalangan itu, jika dia menginginkannya.
Sehingga keadaanya menjadi hilang dan maqamnya pun diperoleh (sabar).
Buktikanlah fakta ini, jika keadaanya kembali datang pada saat yang lain,
dia tidak akan jatuh dalam maqam ini dan akan mengambil kesabaran atau
maqam lainnya, karena sudah semestinya.

Kesabaran, meskipun caranya berbeda-beda, dia selalu berhubungan


dengan ujian. Ujian tersebut bukanlah seperti sesuatu yang dibakar oleh
api atau dicambuk dengan cemeti. Ia hanyalah rasa sakit yang dirasakan
oleh jiwa dalam cara apa pun. Seperti kebahagiaan bukanlah seperti
melihat wajah yang cantik menunggang kuda yang bagus. Ia adalah
kesenangan yang dirasa oleh jiwa dengan sebuah cara atau yang lain.
Sehingga kesabaran tidaklah asli jika tanpa rasa sakit.

Orang-orang yang sabar terbagi berbagai golongan:

Dia yang menderita dalam keadaan jauh dari Allah (Sabar anillah) karena
menentang perintah dan larangan Allah SWT dan menderita karena ia
menolak segala hal yang dapat membuatnya dekat kepada-Nya; atau dia
yang menderita keterpisahan dari Allah, namun untuk dia yang sifatnya
sama sebagaimana yang disifatkan kepada Allah dengan nama-Nya AsShabur: ini adalah maqam tertinggi dari kesabaran.
Dia yang menderita bersama Allah ( Sabar Maallah) yang merenungkan
sesorang yang menghukumnya pada saat yang bersamaan, sehingga
perenungan itu bersamanya dalam hukuman.
Dia yang menderita melalui Allah ( sabar billah) meminta Allah untuk
memberikannya kesabaran ketika ujian datang.
Dia yang menderita di dalam Allah (sabar fillah) adalah dia yang
mengalami perlakuan keras di dalam Allah.Tanpa segera dia berkata: Aku
beriman kepada Allah, maka Allah akan mengujinya.
Dia yang menderita untuk Allah (sabar lillah) mengalami ujian dalam
harapan akan perjumpaan Allah.Ujiannya bukan seperti istilah ujian secara
umum. Allah mungkin menguji hamba-Nya dengan nasib baik
sebagaimana juga nasib sial. Statusnya akan berbeda sesuai dengan
maqamnya. Kesabaran diperlukan oleh seseorang yang diuji dengan
kemalangan, sedangkan Syukur diperlukan oleh orang yang diuji dengan
nasib baik. Inilah cara yang terjadi secara eksternal maupun internal.
Sehingga jika ada seseorang yang mengalami kesenangan dalam
membakar dirinya sendiri, hanya rasa syukur yang diperlukannya karena
ia merasa senang dengan keadaannya. Dalam cara yang sama, jika orang
merasa sakit, meskipun pada sisi luarnya dia sedang diberi karunia, hanya
kesabaran lah yang diperlukannya pada saat ini. Itulah sesungguhnya
realitas esensi dari sesuatu.

Api yang sebenarnya bukanlah api dalam pengertian umum melainkan api
Iradah (keinginan). Ketika dia terpasang dalam hati, ia membuat segalanya
yang bukan objek keinginannya menjadi hilang. Tidak seperti api biasa
yang hanya menghabiskan tempat dimana ia membakar.

Berpikir bahwa akhir jalan menuju Allah melibatkan lebih banyak


kebijaksanaan dari awal perjalanan, adalah bodoh tentang jalan ini.

Kesakitan disebabkan mengejar keinginan pribadi/nafsu. Dia yang tidak


mempunyai keinginan pribadi tidak mempunyai rasa sakit.

Orang-orang yang bertawakkal kepada Allah terbagi menjadi 5 jenis:

Seperti anak dengan ayahnya


Seperti budak dengan majikannya
Seperti pegawai dengan bosnya, dia mengambil gajih dan melayani
dengan konsisten
10

Firman Allah SWT:..infakkanlah di jalan Allah yang menjadikan kamu


sebagai penguasanya ( QS:57:7)
Jenis yang lain lebih tinggi dari ketiga di atas, yaitu bersama Allah seperti
jenazah di tangan malaikat pencabut nyawa.
Jenis yang kelima yang tertinggi, tidak dapat disebutkan. Dia yang telah
merasakannya, akan mengetahuinya. Allah SWT berfirman: Janganlah
ambil yang lain selain Diri-Ku sebagai wakil (QS17:2).

Penyangkalan diri, penerimaan (ridho), kepuasan (qanaah) dan kesabaran


adalah empat realitas esensial. Dia yang tidak mempunyai hal ini dalam
dirinya adalah bukan orang berjalan menuju Allah SWT. Realitas esensial
dari penyangkalan diri adalah mengembalikan pilihan kepada Allah,
membuat pilihannya tenggelam. Penerimaan adalah menerima dengan
patuh apa yang telah Dia pilihkan untukmu: nasib baik atau buruk, baik
kamu suka atau tidak. Melakukan sesuatu dengan senang adalah kepuasan,
salah satu maqam dari penerimaan. Esensi dari kesabaran adalah
mencegah jiwa daripada mengeluh. Dia yang mengeluh, tidak lagi sabar,
dan dia yang merengek, maka dia mengeluh.

Orang yang dermawan (Jawad) bukanlah orang yang memberikan


miliknya kepada orang miskin, tapi adalah orang yang memberikan
jiwanya kepada pengetahuan dan menjadi budaknya.

Jika seorang murid kembali kepada sebab sekunder setelah memisahkan


dari mereka, ini disebabkan kelemahan jiwanya. Jika seorang ahli
tafakkur tetap terpisah dari sebab sekunder dan tidak kembali kepadanya,
ini juga disebabkan kelemahan jiwanya. Jika seorang ahli marifat yang
diarahkan kepada berbagai macam keadaan/maqam membuat perbedaan
antara waktu Allah memerintahkannya untuk menggunakan sebab
sekunder dan waktu Dia memerintahkannya untuk menjauhinya, ini juga
disebabkan kelemahan jiwanya.
Untuk menyelamatkan dari kelemahan ini, seseorang mesti tenggelam ke
dalam lautan keabadian, memutus segala tumpuan harapan seolah-olah itu
adalah waktu terakhirnya.

Seorang hamba adalah hamba akan khidmat/pelayanan, murid adalah


hamba akan kemauan (himmah), ahli syukur hamba akan anugerah, ahli
sabar hamba akan sakit, seorang ahli tafakkur hamba akan prasangka, ahli
marifat hamba akan cahaya dan kegelapan, dan orang bijaksana hamba
akan kebijaksanaan. Sedangkan hamba Allah, sangat langka, atau bahkan
keberadaannya hampir tidak mungkin.

Orang alim adalah dia yang menerima dan memberi Kalimat Wahyu:
seorang arif tidak menerima dan memberi: seorang murid melihat dan
menunggu tapi tidak menerima dan memberi. Mereka yang seorang hamba
11

didedikasikan untuk menuruti perintah dan larangan, tanpa jatuh; mereka


tidak melihat dan menunggu; tidak juga menerima dan memberi.

Dia yang mengaku telah kaya melalui Allah (ghina billah), dan
menganggap dirinya lebih tinggi kepada hamba Allah lainnya karena
ilmunya yang ia sebarkan kepada mereka atau hartanya yang ia berikan,
hanyalah berprasangka terhadap ilmu pengetahuan. Karena pada
haqeqatnya, dia jauh dari jalan ini. Bagaimanakah seorang marifat
melalui Allah dapat mengaku lebih superior dari ciptaan Allah lainnya
karena kebaikan yang ia berikan kepada mereka, karena ada 5 kebenaran
yang menyangkal nya akan superirotasnya:
Kebenaran pertama: Seorang Alim billah hanya bertindak atas
perintah-Nya. Jika ia memberi bagian dari ilmu Allah atau hak
milik Allah, ia semata-mata sebagai respon akan perintah Ilahi
yang ia terima dalam sir nya. Jika ia menolak, maka ia
membangkang. Jadi kebaikan apa yang dilakukannya jika ia hanya
karena diperintah Allah untuk memberinya? Jika dia menolak, ia
membangkang dalam sudut pandang realitas esensinya. Dapatkah
ia dibandingkan dengan Utusan Allah yang tidak pernah
menyembunyikan wahyu?
Kebenaran kedua: Pembagian abadi (al-qisma azaliyah)
menyanggahnya: Bagaimana anda mengaku lebih superior dari
ciptaan yang lain karena yang kamu beri sesungguhnya hanyalah
pembagian kepemilikan yang telah diatur sejak zaman azali. Demi
Allah! Aku bahkan akan mengatakan dia yang menerima
pemberianmu adalah lebih tinggi darimu karena dia telah
menyelamatkanmu dari masalah akan memberi haknya.
Bersyukurlah kepada Allah yang telah memberinya petunjuk
kepadanya untuk mendatangimu untuk mengambil haknya yang
ada padamu. Ketetapan ini sudah sejak azali. Maka kebaikan apa
yang ada padamu dalam memberikan sesuatu kepada orang lain
yang merupakan haknya?
Kebenaran ketiga: Kita, adalah satu persaudaraan,
yang
merupakan anak-anak dari ayah yang sama ( Al-Haq).Ketika
seorang saudara memberikan saudaranya sesuatu yang milik
ayahnya, maka kebaikan apa yang dimilikinya jika barang tersebut
milik ayahnya?
Kebenaran keempat: Peribadahan/penghambaan (ubudiyyah).
Kita adalah hamba-hamba Allah. Maka kebaikan apa dalam
berbagi milik Tuan nya? Dia mungkin memberi atas perintah Tuan
nya atau tidak. Dalam kasus pertama (atas perintah), maka
kebaikan apa memberikan sesuatu barang milik Tuan nya dengan
perintah Tuannya? Pada kasus kedua malah dia berhak
mendapatkan hukuman karena menjadi seorang pencuri
memberikan barang milik Tuan nya kepada orang lain tanpa
12

perintah. Karenannya tidak mungkin memberi tanpa perintah


melakukannya, dari sudut pandang haqeqatnya. Tapi dari sudut
pandang Hukum, dapat dilihat seseorang dapat memberi tanpa
sebuah perintah.
Kebenaran kelima: Kekhalifahan. Allah Taala berfirman:
infaqkanlah dari apa yang Dia telah menjadikanmu menguasainya
(khalifah) (QS 57:7). Kita adalah khalifah atas pengetahuan dan
harta kita . Maka kepemilikan adalah milik Allah Al- Haq. Jadi
kebaikan apa yang dimiliki seseorang yang memberikan sesuatu
bukan miliknya? Bukankah Allah lebih berhak atas pujian itu.
Sesungguhnya kebaikannya hanya karena ia patuh.

Jadi bagaimana mungkin seseorang alim billah merasa lebih superior dari ciptaan
Allah lainnya? Dia yang mengaku seperti itu tidak pernah mencium bau harum
pengetahuan tentang Allah SWT.

Itulah kejatuhannya orang-orang kaya melalui Allah dan kejatuhan orang miskin
di dalam Allah. Itulah mengapa kami katakan bahwa kemiskinan di dalam Allah
lebih aman dari kaya melalui Allah. Seseorang dapat membayangkan bahwa
sesungguhnya kesombongan kepada hamba-hamba Allah berjalan berdampingan
dengan kaya melalui Allah. Atas alasan ini Rasulullah SAW bersabda: Aku
adalah pemimpin anak-anak Adam, dan aku tidak bangga. Jika di dalam maqam
ini kesombongan tidak dapat melibatkan kebanggaan, Rasul SAW tidak akan
mengatakan hal ini: dan aku tidak bangga. Kemiskinan di dalam Allah tidaklah
seperti ini! Dia tidak disertai kebanggaan dan kesombongan. Bagaimana seorang
hamba dan miskin yang rendah dirinya dan memerlukan Allah Yang Tak
Terjangkau? Namun dia yang telah menerima, bersamaan dengan anugerah akan
kemiskinan di dalam Allah, itulah orang yang kaya melalui-Nya, tanpa
ketidakseimbangan telah mencapai derajat melampaui pernyataan.

Orang yang alim billah adalah tetap melalui ketetapan Ilahi karena mereka
disifatkan dengan apa-apa yang bertentangan dengan sifat-sifat-Nya. Mereka yang
lain dari alim billah adalah tetap karena Allah menyebabkannya eksis, karena
mereka disifatkan dengan sifat-sifat Allah. Pahamilah!.

Sungguh mengherankan!!!. Bagaimana seseorang yang mengetahui akan dirinya


sebagai hamba Allah berkata: Betapa jauhnya jalan menuju Allah!

Jika seorang penempuh jalan menuju Allah bergerak kepada maqam


penghambaan, maka jalannya akan pendek dan mudah baginya. Mereka akan
mengetahui bahwa Allah lebih dekat dari urat lehernya dan mereka pun juga dekat
dengan-Nya, hanya jika mereka menyadari bahwa mereka adalah hamba-Nya
SWT.
Pemaparan dari pengetahuan adalah berguna, dapat diakses dan menyenangkan
bagi pendengar yang pintar, karena akalnya dapat menangkap pengetahuan ini
13

secara bebas, melalui pemikiran refleksi. Namun tidak demikian halnya dengan
pengetahuan akan rahasia, ketika dia diutarakan, ia berubah, maknanya menjadi
samar, akal menolak area ia berada di luar lingkup persepsinya dan ia tidak dapat
mencapainya. Inilah perbedaan antara pengetahuan akan rahasia dan pengetahuan
akan intelektual/akal.
Untuk pengetahuan tentang maqam, berada di antara dua bentuk pengetahuan di
atas. Para ahli pengalaman (ahlu tajarib) adalah mereka yang kepercayaannya
paling kuat di dalam pengetahuan akan maqam. Pengetahuan ini seperti
pengetahuan akan ekstase, indera batin,mabuk ketuhanan atau maqam-maqam
serupa, adalah lebih dekat kepada pengetahuan rahasia daripada pengetahuan
akal.
Sekarang ketahuilah, jika kamu menghargai pengetahuan akan rahasia ketika dia
diutarakan dan dijelaskan, maka kamu memilki intuisi tertentu tentangnya dan
kamu merasakan maqam-maqam tertentu, tapi ini hanya pada kondisi hati
diyakinkan tentang ini dan benar-benar yakin. Tidak ada jalan masuk buat pikiran
kecuali pengetahuan ini diberikan dengan keadaan tak berdosa (mashum). Di
mana di dalam kasus ini hati seorang yang berakal diyakinkan kembali. Namun
kata-kata dari keadaan tidak sempurna/berdosa hanya dapat dihargai oleh ahli
dzauq.
Jika kamu duduk dekat dengan seseorang yang berbicara tentang rahasia sambil
menimbang perkataannya sesuai pemahamanmu, sesunguhnya kamu bersama
pemahamanmu dan bukan bersama hakekat pengetahuan yang dimilikinya tentang
rahasia itu. Agar dapat memperoleh manfaat dari kata-kata orang di jalan Allah,
seseorang mesti masuk dalam kehadiran miskin dan membutuhkan, seolah-olah
dia memasuki hadirat Allah, sebab mereka adalah Ahlullah. Mereka tidak
membicarakan kecuali tentang Allah; mereka hanya memandang Allah, mereka
tidak menerima kecuali dari Allah; siapa yang mendengar mereka, maka
mendengar dari Allah, yang menerima dari mereka maka menerima dari Allah,
yang menentang mereka, menentang Allah. Dia yang menentang Rasul maka
menentang Allah (QS4:80) dan Tidaklah dia bicara melalui nafsunya (QS53:3).
Semoga dia yang memasuki ke hadirat mereka melihat apa yang mereka bawa,
mengambil apa yang mereka bawa, dan meninggalkan mereka apa yang mereka
tidak mengerti. Mereka lebih berharga darinya. Namun janganlah dia membawa
rahasia ini ke orang lain selain golongan mereka karena konsekuensi Iblis akan
datang kepadanya.
Diantara orang-orang yang berzikir kepada Allah Taala, sebagian akan
menyebut-Nya di dalam sir nya, yang lain dengan lisannya. Yang terakhir ini
terbagi menjadi 2 kelompok: mereka yang belajar zikir dari Allah sendiri dan
mereka yang menyucikan pikiran mereka dari sesuatu selain Allah.
Mereka yang berzikir dengan sir nya terbagi menjadi 2 golongan juga: seseorang
yang mengetuk pintu mukasyafah, yang lain menyembunyikan zikir mereka
keluar dari rasa takut akan terganggu.
14

Mereka yang mengorbankan dirinya dalam tafakur, akan bertafakur tentang sifat
atau afal Allah, karena Zat nya tidak dapat menjadi objek tafakur. Dia yang
bertafakur adalah terhijab, dan dia yang berzikir kepada Allah dalam maqam
kekosongan juga terhijab, namun jika mengisi dirinya dengan memperbanyak
zikir, dia tidak terhijab dalam hubungan dengan Dia yang dia sebut dengan ZikirNya.
Terhijabnya seseorang dalam komunikasi dengan Allah (muammalat) dan dengan
sesuatu yang membawa kedekatan kepada Allah, tanpa menuruti perintah-Nya,
sebagaimana yang dipahami oleh alim billah, dalam hubungan dengan ini, adalah
tanda kelemahan dan sakitnya hati yang di dalamnya ada buruk sangka dan
ego.Bagi kalangan penempuh jalan, terhijabnya ini merupakan manisfestasi
Keindahan/ Jamal namun bagi kalangan khusus ia merupakan pengalihan
perhatian dan kekurangan.
Nama yang membawamu dekat kepada Allah Taala adalah sama dengan yang
membawamu jauh dari-Nya. Seseorang hanya dapat mendekat kepada Allah
melalui Nama-nama-Nya dengan cara menaati perintahnya. Jadi sesungguhnya
untuk mendekat kepada Allah melalui selain Nama-Nya pada hakekatnya adalah
untuk mencapai-Nya. Yang Maha Mulia pada kenyataannya hanya dapat dilihat
seperti pada orang yang rendah hati. Yang Maha Kaya hanya dapat dilihat melalui
orang yang miskin. Nama-Nya adalah hijab-Nya, di seberangnya, adalah
namamu. Nama mu adalah untuk mu dipuji demi kepentinganmu, sebagaimana
juga Nama-Nya demi kepentingan-Nya. Tepat seperti ia hanya datang kepadamu
melalui Nama-nama-Nya, kamu pun hanya dapat datang kepada-Nya melalui
nama-namamu. Inilah pandangan kesatuan bagi para alim billah.
Doa seseorang dalam keadaan kebutuhan yang sangat akan dijawab. Tidakpeduli
apakah dia seorang yang membangkang atau mumin. Inilah bukti bahwa
kedekatan yang sangat adalah diperoleh melalui namamu bukan melalui namaNya.Kamu dapat mendekat kepada-Nya melalui namamu dalam cara apapun,
sementara hanya seorang mumin arif yang dapat mendekati-Nya melalui namaNya.
Dunia ini terlalu rendah dan hina di mata orang yang benar (shiddiqun) baginya
mengharapkan Allah adalah gagasan dari memanfaatkan dunia. Dan dalam
perbandingannya kepada Allah dunia adalah terlalu tidak penting baginya bahkan
untuk bermimpi menggunakannya. Namun, dia cemburu dan merasa tersaingi
dalam pencapaian dari tindakan-tindakan baik, melalui tangan Allah, bukan
miliknya. Inilah perbedaan antara seorang shiddiq dengan mereka yang berjuang
untuk mendapatkan balasan.
Ketahuilah bahwa jalan yang ditempuh oleh Ahlullah melibatkan 4 bekal:
motivasi, rangsangan, pembentukan karakter dan hakekat. Ada 3 hak yang mesti

15

dipenuhi oleh golongan khusus ini untuk menyesuaikan dengan bekalnya: hak
Allah, hak makhluk dan hak jiwanya.
Hak Allah adalah dia mesti menyembah-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan
apapun
Hak makhluk adalah agar mereka tidak berbuat salah kepada mereka, mereka
mesti berbuat kebajikan kepada makhluk lainnya sebisa mungkin dan mereka
mesti mengutamakan kepentingan makhluk atas dirinya dalam batasan Hukum.
Hak jiwa adalah agar mereka tidak mengarahkannya menjauh dari jalur
kebahagiaan dan penghambaan abadi, meskipun jiwanya menolak karena
kebodohan dan penyakit gampang marah. Hanya agama dan kerendah hatian jiwa
yang dapat memimpin pemberontakan jiwa kepada keimanan. Kebodohan
merupakan lawan dari agama dan penyakit suka marah adalah lawan dari
kemuliaan jiwa.
Mari kita kembali kepada 4 bekal perjalanan:
Rangsangan, ada 5 jumlahnya: pikiran/ide mendadak, Keinginan, keputusan, citacita dan niat. Motivasi dari rangsangan ini adalah hasrat, takut dan takjub. Hasrat
adalah kerena untuk kedekatan atau penglihatan langsung, atau untuk seseorang
yang dekat kepada-Nya atau bagi-Nya. Takut akan hukuman atau hijab. Takjub
adalah akan melihat-Nya yang tidak dapat dibandingkan denganmu dan melihat
dirimu sendiri bersatu dengan-Nya
Pembentukan karakter: ada 3 bagian: sementara, tetap dan umum. Sifat yang
sementara baikyang memberi manfaat seperti kebebasan, kepemurahan,
pengorbanan diri, atau yang
menghindarkan luka seperti kepemaafan,
pemenuhan/ pemuasan,toleransi, dan menyambung persaudaraan. Sifat yang tetap
adaalah seperti kejujuran, etika, dan pelepasan. Sifat yang umum adalah
kesabaran, ramah tamah.
Untuk hakekat: ada 4 jenis: hubungannya dengan Zat, Sifat dan Afal atau wujud
yang dibawa ke dalam eksitansi/maujudaat. Yang terakhr ada 3 macam:
Dunia atas atau wujud ruh yang dapat dimengerti,
Dunia bawah atau wujud dapat dilihat
Dunia antara atau barzakh (wujud imajinal/khayal)
Realitas esensial adalah tempat renungan/penyaksian dimana Allah
menetapkanmu tanpa keserupaan atau contoh yang diluar jangkauan kiasan dan
pernyataan.
Hakekat dari Sifat adalah empat persaksian dimana Allah menetapkanmu dan dari
situ kamu dapat mengenali-Nya sebagai Yang Maha Mengetahui, Maha Kuasa,
Maha, Maha Memaksa, Maha Mendengar dan Maha Melihat.

16

Hakekat dari maujudat adalah segala sesuatu yang Allah menyebabkanmu untuk
menyaksikan dan dari situ kamu memerlukan pengetahuan baik tentang hakekat
dunia atas: ruh, bentuk elemental dan unsur-unsur ; dunia bawah/ nyata: tubuh,
hubungan, pemisahan dan wujud yang tidak tetap; atau dunia antara (barzakh)
seperti:penurunan ide spiritual kepada bentuk kasat. Penglihatan di alam barzakh
ini mengambil tempat ketika tidur untuk kalangan awam dan mukasyfah bagi
pelaku awal perjalanan. Diantara mereka ini, penglihatan lemah terjadi dalam
suasana khusus sedangkan yang kuat melalui kekuatan imajinasi mereka.
Hakekat dari Afal adalah tempat penyaksian dimana Allah memerintahkanmu
dan dimana kamu meneliti hubungan antara Yang berkuasa dan Yang dikuasai
( Qudrah dan maqdur), antara pengetahuan dan yang diketahui dan hubungan
jenis seperti ini.
Hati adalah medan rahasia-rahasia. Isilah ia dengan latihan spiritual dan
pengembangan karakter yang baik dan jangan biarkan ia terbaring tandus seperti
padang rumput untuk binatang buas dan binatang ternak.
Jangan duduk di dalam majelis Allah Yang Maha Menciptakan makanan dan
minuman atau Yang Maha Sempurna, Yang Menentukan segala tujuan, Yang
Maha Membagi-bagi; tapi duduklah dalam majelis-Nya Dia Yang Maha Raja
dengan kehendak bebas-Nya, bertindak di dalam kerajaan-Nya apa yang Ia suka.
Dan janganlah berpaling dan tetaplah di hadapan-Nya pada permadani aku telah
ciptakan mereka sebelumnya ketika mereka bukan sesuatu
(QS19:9).
Setiap dosa besar atau kecil dapat dilakukan oleh penempuh jalan, kaum arif dan
orang alim yang telah mencapai Hakekat, kecuali 4 dosa berikut: berdusta meski
untuk kepentingan orang lain, khianat yang disebabkan salah pemahaman hingga
gagal menetapi janji seseorang meskipun disebabkan keadaan dan riya meski
tujuannya baik.
Aku mengunjungi seorang Syaikh dan mendengarnya berdusta; maka aku
kehilangan hormat atas dirinya. Aku mengunjungi Syaikh yang lain, dan dia
minum anggur tapi aku tidak kehilangan rasa hormatku dan aku pun
mendoakannya.
Dia yang mengakui kebodohannya atas apa yang tidak dia ketahui, maka ia
mengetahui jiwanya lebih baik dari pada dia yang mengakui pengetahuan yang ia
ketahui. Bahkan dia yang bodoh atas sesuatu menyangkalnya dan untuk
menyangkal sesuatu adalah menegaskan bahwa ia memiliki pengetahuan yang
mengarahkannya pada penyangkalan akan sesuatu. Pengetahuan ini adalah tepat
dan memperburuk hubungan yang ditetapkan oleh sesuatu yang tidak diketahui,
dalam bentuk penyangkalan. Meskipun penyangkalan ini menunjukkan orang ini
kedalam golongan spekulasi dan pemikiran refleksi. Dia yang mengaku
pengetahuan yang dia ketahui tidaklah seperti ini, dan perbedaan ini ditemukan
lagi dalam hierarki para alim, kecuali dalam jalur menuju Allah. Dalam jalur ini
17

tidak ada tempat untuk penyangkalan melainkan hanya untuk pengabdian yang
murni dan pengakuan akan kebodohan seseorang. Dalam kenyataannya, dengan
mengikatkan jiwamu kepada apa yang kamu tidak tahu, kamu akan
mengarahkannya kepada penerimaan pengetahuan, namun jika kamu sandarkan
dirimu pada apa yang kamu ketahui, kamu akan menjadi tidak sadar akan
pemasukan warid waktu itu (waarid waqtihi), yang menyibukkanmu dengan
pengetahuanmu yang ada. Seorang murid yang terlekat dengan kebodohannya
daripada pengetahuannya adalah lebih sempurna. Itulah sebabnya pada awal kami
katakan, dia yang mengakui kebodohan atas apa yang dia ketahui lebih mengenal
dirinya daripada dia yang mengakui pengetahuan yang dimilikinya.
Melihat sesuatu dan menyembunyikannya, meskipun benar, akan menjadikan
seorang yang beriman. Menebak sesuatu dan membuka rahasianya, telah berlaku
tidak jujur, meskipun pembicaraannya membawa manfaat. Karena itu kamu harus
menjaga rahasia, sebab ini adalah sifat orang yang beriman dan orang yang bebas.
Tutupi dirimu dari golongan awam sebisa mungkin, sampai maqam spiritualmu
diketahui. Kamu hanya membuka dirimu bagi orang yang percaya kepadamu.Jika
kamu buka kepada mereka melebihi apa yang mereka percayai, mereka akan
menolaknya, dan ini penolakan ini kembali kepada mereka, karena seseorang
yang mengakui sesuatu yang diluarnya sangat-sangat jarang.
Maka, demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikanmu
sebagai hakim atas apa yang mereka perselisihkan, sehingga tidak ada rasa
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya
( QS4:65).
Seorang yang arif yang tidak melihat kepada Hakekat Ilahi tapi justru melihat
kepada dunia atas yang memancar darinya, akan menunda pengetahuannya
tentang benda-benda. Dia yang memberi nasehat yang baik kepada jiwanya mesti
mendekat kepada hakekat-hakekat ini dengan pengetahuan yang melampaui
sesuatu yang tidak dapat dicapai; maka ia akan menjadi seseorang yang melihat
dan bukan menjadi seseorang yang mencari.
Seorang murid yang berserikat dirinya dengan lawannya akan berada dalam
kemunduran. Jika dia berserikat dengan dirinya dengan persamaan, ia akan berada
dalam maqam pengalihan perhatian. Jika dia berserikat dengan jiwanya, ia berada
dalam maqam kebingungan, jika dia berserikat dengan Rabb nya, dia berada
dalam hijab, namun jika dia berserikat dengan Guru nya maka pintu pun akan
terbuka untuknya, makna-makna akan dibuat lebih mudah baginya dan Nama
Allah Al-Wahhab akan bertajalli dengan sendirinya kepada dirinya. Allah telah
berfirman: Demikianlah pemberian kami, maka berikanlah atau tahanlah tanpa
perhitungan
(QS38:39).
Jika penempuh perjalanan tidak mengetahui maqamnya dan juga hal (keadaan
ruhani) nya,ia telah tersesat karena dia meresikokan cara pandangya lebih tinggi
dari keadaannya dan dia berbicara secara kiasan yang bukan berasal dari
18

maqamnya, tanpa mengetahuinya akan hal yang tidak disaksikannya. Maqam ini
tidak akan pernah terbuka otomatis bagi dirinya. Ketika penempuh jalan ruhani
mengetahui maqamnya, ia akan mengendalikannya dan tidak akan melampaui
batas. Kata-katanya akan sesuai dengan derajatnya atau lebih rendah. Biarkanlah
dia mencari seseorang yang akan membuatnya tahu akan maqamnya dan biarkan
dia tidak mempercayai jiwanya tentang ilmunya. Jangan biarkan dia berkata:
Aku telah memperoleh ilmu, sebagaimana Abu Yazid Al-Busthami, ketika
jiwanya menyebabkannya mengaku sebagai Syaikh dari Bustam. Dia mencoba
mencari seseorang yang akan menyebabkannya tahu akan maqamnya dan ia
bertemu dengan seseorang yang menunggangi onta dengan mata tertutup. Berikut
kisahnya:
Saya sedang duduk pada suatu hari ketika pikiran datang kepadaku bahwa Aku
adalah Penguasa Waktu/Kehadiran. Sehingga aku keluar menuju jalan di Kurasan
dan duduk di situ. Aku bersumpah kepada diriku aku tidak akan berdiri sampai
Allah mengirimkan kepadaku seseorang yang mengenalkan jiwaku. Aku tetap
duduk disitu sampai 3 hari dan 3 malam lamanya. Hingga aku melihat pada hari
keempat seorang lelaki dengan satu mata tertutup muncul dihadapanku dari arah
gunung. Aku melihatnya sedang berada dalam maqam spiritual. Aku menjangkau
ontanya yang kakinya tenggelam dalam tanah yang basah. Kemudian laki-laki itu
memandangku dan berkata: Wahai abu Yazid jika engkau memaksaku membuka
mataku yang tertutup, maka aku akan menenggelamkan negeri Bustam ke dalam
banjir besar bersama-sama dengan penduduknya dan juga Abu Yazid.Ia menoleh
kepadaku dan aku pun hilang kesadaran. Setelah sadar aku bertanya kepadanya:
Darimana engkau datang?. Dia pun menjawab: Sejak engkau bersumpah kepada
Tuhan mu, aku telah mengembara selama 3000 parasang / ukuran jarak untuk
menemuimu. Kemudian dia menambahkan: Wahai Abu Yazid, jagalah hatimu,
palingkan wajahmu dan pergilah dariku.
Kisah ini ada dalam kitab karangan Guru ku ( Syaikhul akbar) yang judulnya
Kitab tentang metode yang tepat untuk memahami perkataan Abu Yazid
Bustami.
Setiap murid yang berkata telah mencapai kaya melalui Allah, tanpa memberikan
apa yang dimilikinya adalah seorang pembohong. Setiap murid yang
memanfaatkan sebab-sebab sekunder dan memberikannya apa yang dimilikinya
telah mencapai kaya bersama Allah, meskipun ia tidak mengetahuinya. Tanda
kaya melalui Allah adalah kemuliaan jiwa dengan hubungan apa yang dimiliki
seseorang; kaya melalui sebab-sebab sekunder adalah lawan dari hal tersebut.
Dalam kenyataannya, esensi hakekatnya dalah seperti itu, yaitu bergantung pada
Al-Aziiz yang menyebakan izzah (kemuliaan)sekarang tak ada seorang pun
yang benar-benar berdiri sendiri kecuali Allah..Dia yang mengutamakan
kemuliaan jiwa daripada kepatuhan, lebih mengutamakan Allah daripada
makhluk-Nya.

19

Tamak seperti tubuh yang istirahatnya penuh kemiskinan dan penanggalan adalah
seperti tubuh yang istirahat menyempurnakan jiwa/ penuh pelimpahan karunia..
Dimanapun seseorang yang berada dalam keadaan (hal) kemiskinan akan lelah,
dia yang mencari kesempurnaan jiwa akan beristirahat. Setiap murid yang tidak
membuang pakaian tamak untuk tujuan penanggalan tidak akan mengetahui
kebebasan.
Ketika engkau melihat seorang murid menjawab pertanyaan yang diutarakan
kepadanya tentang jalan Allah, yang merupakan jalannya, ketahuilah bahwa ada
keinginan di hatinya untuk pemuliaan dan kekuasaan. Jika dia ditanya, adalah
lebih baik baginya mengirimkan pertanyaan itu kepada Guru nya, atau kepada
orang lain. Jika gurunya jauh dan dia tidak tahu orang di sekitarnya yang pantas
untuk ditanyai, maka biarlah ia menjawabnya jika perlu dan sangat berharga bagi
keyakinan sang penanya. Sang murid mesti cukup dengan dirinya sendiri akan hal
ini dan mesti menjawab dengan cara sebagai berikut: berdasarkan pertanyaanmu,
mereka berkata ini dan ituNamun jika dia mengetahui bahwa pertanyaannya
bukan demi kepentingan penanya (sekedar menguji) dan bukan untuk diamalkan,
ia tidak boleh menjawabnya atau mengirmkan pertanyaannya kepada orang lain,
tidak juga mendoakan orang ini, sebab jika sang murid menganggap dirinya
penting untuk menengahi kepentingan orang lain, maka dia telah kehilangan
jalannya.
Seorang murid mesti melepaskan kontrol atas urusan dirinya, dia mesti tidak
berspekulasi, tidak menginterpretasikan, tidak mengarahkan, ia mesti tidak
memiliki pendapat, tidak memiliki pandangan, tak ada ketertarikan terhadap
apapapun sama sekali selain kata-kata Gurunya. Dia mesti mematuhi makna lahir
dari perintah Gurunya. Jika maknanya tidak jelas, bolehlah ia memutus amalnya
akan hal itu dan meminta nasehat Gurunya yang memuaskannya sehingg ia dapat
melanjutkan amalannya. Mungkin saja Gurunya menghilangkan beberapa kata
yang dianggapnya tidak perlu, yang dapat mengarahkan muridnya kepada
tebakan-tebakan makna dan akan berkata: Jika kasusnya tidak seperti ini atau
yang lain, menurutku begini dan begituSang murid berpikir inilah cara terbaik
untuk menuruti perintah gurunya, namun jangnlah dia seperti itu. Bahkan, kami
telah katakana bahwa seorang murid tidak boleh memiliki apapun di hatinya
kecuali otoritas kata-kata Gurunya yang mesti diturutinya meskipun sang murid
seorang raja. Tujuan Guru sebenarnya bukan untuk mengontrolmu, hanya
mengajarimu adab yang baik dan pas menuju Allah, bukan menuju gurunya. Tentu
saja, Allah mengetahui apa yang Dia siapkan untukmu, jadi jangan biarkan dirimu
sendiri akan interpretasi-interpretasi.
Riyadah mencakup pengembangan karakter seseorang dan perjuangan spiritual
(mujahadah) membuat jiwa tahan akan lapar, haus, terjaga/tidak tidur, kemiskinan
dan khalwat Tanpa riyadah tidak akan ada mujahadah, dan tanpa mujahadah tidak
akan ada musyahadah.

20

Jika seorang murid yang ingin masuk dalam khalwat, ia mesti menutup seluruh
kamarnya sehingga tidak ada sedikitpun cahaya yang masuk dan kegelapan pun
akan menyeliputinya dan menghindarkannya untuk melihat apapun. Beritahukan
orang-orang di rumahnya untuk tidak mengeraskan suaranya, dan jika rumahnya
papan janganlah melangkah dengan kuat. Jika ada kucing di dalam rumahnya
maka mesti dijauhkan, juga tidak boleh ada bel di pintu rumahnya. Tak seorang
pun boleh masuk ke dalam orang yang sedang khalwat jika orang tersebut tidak
memperhatikan kepentingan orang khalwat karena dia dapat menganggu dengan
keributannya. Sebisa mungkin, hanya orang yang serumah yang boleh tahu akan
khalwatnya; mereka harus diperintahkan untuk menjaga pergerekan mereka di
dalam rumah, tidak keras dan kasar, meskipun tidak ada orang yang berkhalwat.
Seseorang yang masuk khalwat mesti menyiapkan makanannya sebagai bekalnya
dan menyimpannya di dalam ruangannya. Ia mesti terdiri dari makanan ringan,
yang banyak mengandung uap air. Lebih bermanfaat jika dia bisa menghindari
makan daging. Jika dia ingin menjawab panggilan alam (buang hajat), maka dia
harus menutup matanya dengan perban, menutupi wajahnya dengan kain, dan
membungkus tangannya dengan bajunya, sehingga tidak terkena hawa luar.
Biarkan dia membersihkan dirinya dengan air yang digunakannya juga untuk
berwudu. Setelah berwudu, kembalilah ke dalam ruangannya, tegakkan sholat
sunah dua rakat, pendek namun sempurna, di tempat biasanya dia sholat.
Kemudian dia mesti duduk, dan ucapkanlah: Allah, Allah! Dengan lidahnya atau
hatinya, bergantung pada kekuatannya. Ketika dia duduk, yang pertama dia mesti
niat tidak menginginkan kepada Allah apapun selain Allah. Karena seluruh
kerajaan tidak akan ditawarkan kepadanya, dia akan melihat keindahan dan
keajaiban, penglihatan kepada hal ini akan memenuhi akalnya dengan
kebingungan dan dia akan memperolehnya sebagai hadiah akan apa yang
dilihatnya. Janganlah ia peduli kepada hal-hal ini karena mereka adalah hijab
yang memisahkanmu dengan Tujuan Akhirmu. Maka biarkan ia tetap pada
penegasan bahwa Allah Taala sebagai yang tidak dapat dibandingkan, tidak dapat
dibayangkan, tidak dapat dilihat, tidak dapat terwakilkan dengan apapun. Jika
sebuah wujud muncul di hadapannya selama khalwatnya dan berkata kepadanya:
Akulah Allah atau Rabb mu!, ia mesti menjawabnya: engkau melalui Allah! Dan
katakan Subhanallah!. Manifestasi ini akan mulai menghilang di hadapanmu,
hingga hilang sama sekali. Tetaplah ia berzikir kepada Allah hingga hatinya
benar-benar tenteram, dan kemudian dia akan mencapai puncak yang ia cari dan
dia akan mengetahuinya memiliki tanda yang ia cari dalam dirinya sendiri dan
yang ia capai dengan segera dan pasti.
Meskipun dia dapat mencapai maqam tertinggi yang paling mungkin, seorang
arifbillah masih terikat pada perbuatan-perbuatan yang dientukan oleh Hukum,
kecuali dia di bawah pengaruh keadaan yang membuatna seperti gila atau di
bawah keadaan mabuk. Dalam kasus ini, maklumat akan Hukum ditangguhkan
hingga dia sadar dari keadaan ini. Katakanah: Maha Suci Engkau, dan aku
kembali kepada-Mu!Jika seseorang bukan berada dalam maqam ini dan berusaha

21

meniru-niru apa yang dialami seseorang dalam maqam ini, dia telah melakukan
kebohongan yang sangat serius dan temannya adalah di dalam neraka Saqar.
Dia berkata kepadaku: Usahakan untuk mengetahui jalan dengannya kamu datang
dari Rabb mu ke dalam eksistensi. Adalah dengan jalan ini kamu akan kembali
kepada-Nya. Jika kamu mengetahui jalan ini sebelum kembali melaluinya, maka
kamu akan menjadi manusia dari kedekatan, perluasan (basith) dan keakraban.
Jika tidak, kamu akan menjadi seseorang yang kesepian, kontraksi (qabidh) dan
ketakutan, disebakan kebodohanmu akan jalan ini. Allah SWT berfirman: Dan
kepada-Nya kamu akan kembali ( QS2:21).
Jalan menuju Allah berhubungan dengan manusia, manusia berhubungan dengan
ilmunya, ilmunya berhubungan kepada kemajuan sewaktu suluknya, dan
kemajuannya berhubungan dengan jalannya dan jalannya berhubungan dengan
manusia. Maka siklus pun sempurna.
Demi Allah, aku mohon kepadamu, terimalah dari mereka di jalan ini, yang
terikat kepada Allah, yang mungkin kelihatan tercela di jalan mereka, Karena
menerimanya adalah sebuah keselamatan. Allah, kepada-Nya mereka terikat,
memiliki kuasa untuk mengubah wujud-wujud dan melalui kuasa-Nya, mereka
mungkin terlihat di hadapanmu dalam bentuk apapun yang mereka pilih untuk
menguji imanmu atau ketidapercayaanmu.
Adalah urusanmu untuk meningkatkan cita-citamu, meninggalkan kesedihan ini
dan keluar dari kegelapan ini jika kamu memang ingin melihat sumber yang
membawa segala sesuatu ke dalam eksistensi kebijaksanaan. Mengacu pada
pernyataan ini, kaum arif terbagi menjadi 2 golongan: tujuan umum mereka
adalah melihat kebijaksanaan ituyang lain tetap eksis di dunia ini. Sehingga
mereka tidak meninggalkan dunia ini, Seperti maqam Umar ( Tidaklah aku
melihat sesuatu tanpa melihat Allah bersamanya, yang melibatkan pembagian
(persekutuan) dalam penglihatan. Untuk sebagian jumlah kecil dari kelompok
ini, yang ingin mencapai Realisasi Esensial, mereka melihat langsung sumber dari
wujud kebijaksanaan. Kemudian, dari sana, mereka melihat bagaimana
kebijaksanaan menyebar ke dalam dunia, seperti ruh di dalam tubuh. Untuk
menyatakan pengetahuan ini mereka menyebut penglihatan akan kebijaksanaan
mendahului penglihatan akan sumbernya. Bagaimanapun, mereka menggunakan
pernyataan yang menunjukkan bahwa mereka telah melihat sumbernya sebelum
kebjaksanaan itu sendiri. Sehingga mereka berkata: Kami tidak melihat sesuatu
tanpa melihat Allah sebelumnya. Ini adalah maqam Abu Bakar Ra. Ia melibatkan
kenyataan akan kesatuan dalam penyingkapan. Diluar maqam ini terdapat lautan
dengan ombak yang besar.Dia yang bercebur ke dalamnya akan hilang, dia yang
melangkah ke dalamnya akan tidak pernah kembali lagi,dan memang tidak ingin
keluar lagi. Namun dia tetap akan melihat tepi pantai, karena Allah, diluar rahmatNya untuk tubuh fisik, tetap memelihara bentuk tubuh ruhnya (haykal), di dunia
ini dan yang akan datang.

22

Aku heran kepada seseorang yang tidak tahu darimana ia datang dan ingin
kembali kesana. Bagaimana di dapat kesana?
Pengetahuan adalah sebuah rumah dimana 4 tiangnya adalah nama-nama-Nya:
Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Bathin.Yang Maha Awal memiliki
pengetahuan-Nya dalam keabadian tanpa permulaan (azal), Yang Maha Akhir
pengetahuan-Nya dalam keabadian tanpa akhir (abadi), Yang Maha Zahir
pengetahuan-Nya melalui penglihatan langsung dan tak terhijab, Yang Maha
Bathin pengetahuan-Nyamelalui pembuktian (burhan). Dia yang mengenal Allah
SWTmelalui sudut-sudut ini akan menaikkan pondasi rumah pengetahuannya,
dan tidak akan memiliki lagi pengetahuan diluar ini, kecuali di bawah satu sudut,
yang merupakan bagian penglihatan langsung yang dikekalkan dengan tajali yang
tak terganggu (istimrar al tajalliyat). Pengabadian ini hanya mengambil tempat di
dunia yang lain yang mendukung sudut itu.Untuk alasan ini Kabah dibangun di
atas 3 sudut, meskipun ia mencakup 4 (hari ini). Sudut yang ketiga (dari Kabah
yang asli) adalah Hijir dan diletakkan oleh Nabi Ibrahim ASketika dia
meletakkan pondasi dari Kabah.
Dia yang mencari al-Haqq, mesti melekat dengan kebenaran.
Untuk tetap diam daripada bicara dengan hikmah pada saat yang tepat adalah
tanda akan amanah yang haq (amanah muhaqqaqah), sejauh tidak melukai
keyakinan. Berbicara dengan hikmah pada saat yang tepat ketika tidak penting,
adalah tanda khianat.
Orang yang bijaksana bukanlah orang yang bicara tentang hikmah atau
memanfaatkannya, melainkan dia yang kebijaksanaannya membuat nya bertindak,
meskipun ia tidak menyadarinya.
Hikmah seperti seekor binatang yang tersesat, cepat ditemukan lagi, mudah
ditangkap kembali oleh dia yang tahu bagaimana menggunakannya.
Sungguh mengherankan! Bagaimana bisa hikmah hilang sementara ia hanyalah
perbuatan atau kata-kata dari seorang bijak dan sementara agen tunggal dalam
eksistensi adalah Allah Al-Hakim? Bagaimana hikmah bisa hilang, sementara
seluruh eksistensi adalah hikmah? Jika seorang yang bijak ingin mencari himah,
sesungguhnya yang dicarinya adalah jenis khusus dari sebuah pengetahuan. Allah
SWT telah berfirman: Dan berapa banyak tanda-tanda Allah di langt dan di
bumi yang mereka lalui, namun mereka berpaling dariya (QS12:105).
Dan sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan
malam, kapal yang berlayar di laut dengan muatan yang bermanfaat bagi manusia,
dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu Ia hidupkan
bumi setelah (kering), dan Dia Tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang,
dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, semua
23

itu sungguh merupakan tanda-tanda bagi orang yang mengerti (QS2:164). Orangorang yang bodoh tidak mengetahui tanda kecuali keajaiban, tapi dia yang tidak
memandang sebuah kejadian sebagai tanda atau hikmah yang banyak, maka dia
tidak memiiliki pemahaman, karena Allah Taala telah membuat kejadian ini
sebagai tanda-tanda bagi yang mengerti.
Lihatlah dalam realitas, dan kamu akan menemukan bahwa manusia lah yang
merupakan objek yang hilang oleh kebijaksanaan. Adalah hikmah yang
mencarinya bukan cara yang lain sebagaimana berlaku.Dan kita memohon ampun
kepada Allah dari sifat manusiawi ini yang hanya mengetahui hikmah yang
dikondisikan oleh tujuan pibadi.
Hikmah adalah kekasih yang mencintai, mencintai orang yang bodoh, menjadi
kekasih orang yang bijak. Karena cintanya akan hikmah, manusia bijak
mencarinya dan cemburu dengannya. Orang yang bodoh yang merupakan
kekasihnya, berkelana mencarinya tanpa menuju kepadanya, begitu tak pedulinya
dia akan pangkat kemuliaan dan derajatnya. Seorang yang bodoh dapat
dibandingkan kepada penjual barang suvenir dengan putri raja yang datang
kepadanya dalam pakaian rombeng untuk minta dinikahi. Penjual pun
menolaknya dan menghinanya karena penampilannya yang hina. Setelah
perempuan itu pergi, ia melihat kerabat istana, tergila-gila pada wanita itu,
mencarinya, dan ia pun menganggapnya gila. Maka ia pun tahu bahwa perempuan
itu adalah putri raja dan hampir saja ia kehilangan kepalanya karena
menghinanya. Gairah pun menahannya; ia menyesal namun sudah terlambat,
bukan karena cinta padanya atau hasrat akan kecantikannya, namun karena ia
tidak merasa apapun dalam pandangan kepada wanita itu. Ia hanya berpikir
tentang kemuliaan dimana persekutuannya dengan sang raja telah didapatnya.
Seperti itulah, para peniru/imitator hanya menghargai hikmah jika ia
mendengarnya dari seseorang yang ia sukai atau terkenal karena pengetahuannya.
Jika ia mendengarnya dari seseorang yang ia tidak hormati, maka ia tidak akan
memperhatikannya dan tidak mengikuti hikmah itu. Jika saja ia menghargai
hikmah di dalam dirinya, maka ia akan menerima hikmah itu dimana pun ia
temukan. Itulah perbedaaan antara orang yang berilmu dan yang bodoh.
Orang yang berilmu ada 2: pertama, dia yang tertarik pada kebijaksanaan pribadi;
yang kedua adalah dia yang duduk dalam majelis Allah al-Hakim SWT. Karena
untuk setiap nafasnya melalui maqam yang baru akan hikmah, yang membuatnya
tidak mampu dalam maqam ini untuk dikondisikan dengan kebijaksanaan pribadi.
Dalam keadaan seperti itulah memancarnya mata air kebijaksanaan. Segala puji
bagi Allah!

24

25

Anda mungkin juga menyukai