Anda di halaman 1dari 11

Population Program and Fertility

Regulation
Dalam proyek CDP metode kontrasepsi non klinis (pil dan kondom) didistribusikan ke 153 desa dengan jumlah
populasi sebesar 135.000, sementara ada 80 desa yang tetap dilayani secara rutin oleh program pemerintah
sebagai wilayah pembanding, dengan memfokuskan penelitian terhadap efek layanan dibandingkan dengan
tidak ada layanan.
Pendistribusian kontrasepsi dilakukan oleh 154 lady village workers (LVW) yang sebagian besar tidak dapat
membaca, usia lanjut, dan berstatus janda. Setiap pekerja bertanggung jawab terhadap calon wanita peserta
kontrasepsi dan melakukan kunjungan rumah menawarkan pil untuk 6 bulan kedepan dan mengecek
persediaan.
CDP diluncurkan bulan oktober 1975 dengan pekerja yang mendapat pelatihan minimal dalam motivasi dan
tindak lanjut yang terkait dengan hipotesa bahwa distribusi kontrasepsi dapat meningkatkan penggunaan
kontrasepsi dan menurunkan kelahiran
Hasil survey : 33% responden menyatakan sebagai pengguna kontrasepsi atau memiliki keinginan untuk tidak
hamil dan ingin menggunakan kontrasepsi ke depannya.
Dalam survey yang diadakan 3 bulan setelah distribusi kontrasepsi: 17% reponden menggunakan pil. Angka
prevalensi pil menurun 9% di akhir 18 bulan penelitian.
Secara keseluruhan, angka prevalensi rendah, 18% pada 3 bulan pertama, dan 13% pada 18 bulan
Stinson (1982): Secara keseluruhan dampak proyek CDP pada tahun pertama berkisar 5-17% terhadap
kelahiran, sedangkan di tahun kedua tidak berdampak.

Atas dasar keterbatasan proyek CDP, dilakukan reformulasi penelitian kontrasepsi di Matlab dan
FMHSP, dengan mengalihkan focus penelitian dari teknologi kontrasepsi (CDP) ke konseling (care)
kontrasepsi, termasuk melakukan kunjungan ke seluruh wanita, baik menggunakan kontrasepsi
atau tidak, menyediakan berbagai macam metode dan pelayanan kesehatan pendukung lainnya.
Perubahan paling penting adalah adanya tambahan pilihan kontrasepsi suntikan depo provera
sampai battery of method di pedesaan.
Prinsip dasar yang menghubungkan antara kesehatan dan pelayanan KB adalah sistem rujukan
tiga tahap (three tiered level) terhadap pendeteksian dan perawatan efek samping yang rendah
dan memberikan rujukan ke sub centers untuk masalah yang lebih serius atau memberikan
rujukan selanjutnya ke dokter.
Sistem baru ini meningkatkan angka prevalensi dari 10% di oktober 1977 menjadi 34% diakhir
tahun 1978. Pada tahapan awal eksperimen, GFR berada pada nilai yang mirip namun pada
tahun 1978 mengalami perbedaan sebesar 25%. Hal ini tergolong hasil yang memukau dari
program yang sederhana dan mudah untuk dilaksanakan di wilayah dengan tingkat kelahiran
tinggi, pendapatan rendah, dan tingkat pendidikan populasi yang rendah. Namun ada dugaan
bahwa program ini bisa berhasil karena ada high quality management, sehingga program ini
perlu dilakukan dalam skala besar terlebih dahulu.

The Koren Population Policy and Program evaluation study menggunakan Canvasser
local untuk mendaftarkan wanita yang memiliki resiko dan mengupdate daftar
tersebut. Canvasser melakukan kunjungan rumah dan menawarkan pil gratis untuk 3
bulan atau kupon untuk pemasangan IUD gratis. Canvasser menyediakan informasi
bagi pasangan dan memastikan kecukupan stok. Jasa layanan ini hanya berlaku untuk
kontrasepsi dan tidak terintegrasi dengan pelayanan kesehatan dan social lannya.
Hasil study di Cheju dengan jumlah populasi 420.000 menyatakan bahwa pada tahap
awal study penggunaan kontrasepsi di Cheju lebih rendah dibandingkan keseluruhan
korea yaitu 21% dbandingkan 36 % untuk wanita usia 15-44 tahun dan tingkat
kelahiran yang lebih tinggi 4,6 dibandingkan dengan 3,9 untuk keseluruhan Korea.
Dalam 5 tahun kemudian, penggunaan kontrasepsi mengalami peningkatan dari 21%
ke 45%. Perubahan tingkat kelahiran lebih cepat di daerah eksperimen dibandingkan
di wilayah pedesaan Korea. Terdapat penurunan 32% TFR di daerah selatan 40% di
daerah utara dan 29% di daerah pedesaan korea secara keseluruhan (Park et al,
1982)

Single Country Studies (1)


Chen and Fawcett (1979): Penurunan tingkat Kelahiran di Singapura disebabkan
oleh kesempatan bekerja bagi wanita dan hambatan ketersediaan perumahan
disatu sisi, sedangkan disisi lain adanya program KB dan disinsentif bagi wanita
yang melahirkan. Namun hasil studi ini dinilai lebih ke arah kualitatif dibandingkan
kuantitatif
Jones 1982: menyimpulkan hasil yang sama di Malaysia bahwa program KB
merupakan usaha yang penting dalam penurunan kelahiran meskipun peranannya
lebih kecil dibandingkan factor socioeconomic. Namun efeknya tidak bisa dukur
secara kuantitatif.
Studi Concepcion 1982 di Filipina dan Knodel 1982 di Thailand juga menemukan
hal yang sama.
Hasil studi Fredman 1982 di Taiwan dan Cho and Retherford 1982 di Republic of
Korea menekankan bahwa factor socioeconomy lebih penting dibandingkan hasil
analisis di Filipina dan Thailand, namun tetap menyatakan bahwa program KB juga
memberikan efek bagi penurunan fertilitas

Single Country Studies (2)


Carvalho (1982): menyatakan bahwa penurunan fertilitas tanpa
adanya program KB membuat Brazil menjadi salah satu kasus
penting yang menunjukan efek institusi terhadap fertilitas. Di
Brazil yang ada hanya program KB swasta yang dibatasi untuk
beberapa kota.
Yuan Fang (1982): Faktor penentu penurunan tingkat kelahiran di
Cina adalah Kebijakan Perencanaan Kelahiran oleh Pemerintah
dan Partai. Berdasarkan laporan, CBR mengalami penurunan dari
37 menjadi 18, dengan kata lain ada 19 juta penurunan kelahiran
pertahun. Hal ini dikarenakan adanya usaha keras menurunnkan
tingkat pertumbuhan penduduk termasuk pemberian insentif dan
disinsentif untuk membatasi populasi.

Single Country Studies (2)


Zachariah (1981): hasil studi menyatakan bahwa faktor penentu
penurunan kelahiran di Kerala adalah pendidikan, kasta dan KB.
3 pendekatan yang digunakan:
Membandingkan Kerala dengan Sri Langka: memiliki kesamaan pengembangan
socioeconomic dan program KB yang lemah sebelum tahun 1960.
Analisis atas karakteristik peserta KB dan penduduk dengan fertilitas yang
menurun: angka CPR untuk sterilisasi berbeda bagi kelompok socioeconomic
yang berbeda. CPR untuk peserta dengan lama waktu bersekolah 1-4 tahun
lebih tinggi dibanding yang lain, angka CPR lebih tinggi bagi penduduk dengan
kasta yang lebih rendah
Analisis atas hubungan output program KB dengan penurunan fertilitas menurut
wilayah dan waktu. Program KB resmi (official) berperan menurunkan fertilitas
sebesar 40%.

Intercountry Studies (1)


Word bank menjadi salah satu organisasi yang melaksanakan study beberapa
negara yang bertujuan untuk menentukan dampak variable socioeconomic
dan KB terhadap penurunan fertilitas (king, 1974)
Study ini meliputi 19 Negara, berisi analisis ddari 16 wilayah India yang
meneliti tentang keterkaitan output program KB dengan socio economic dan
variable input program.
Variabel socioeconomic: GNP per kapita, Tingkat partisipasi sekolah, angka
kematian, proporsi populasi di perkotaan, sirkulasi Koran, kepadatan penduduk
Variable input program: jumlah titik pelayanan, petugas, tenaga medis,
anggaran KB.
Hasil studi menunjukan baik perubahan sosial dan input program KB memiliki
peran positif dalam mempromosikan peningkatan penggunaan kontrasepsi
dan penurunan fertilitas

Intercountry Studies (2)


Srikantan (1977): menganalisis penurunan fertilitas di
20 Negara dan India
Hasil analisisnya menyimpulkan bahwa Penentu
penurunan fertilitas secara langsung di 20 negara
adalah variable demographic dan socioeconomic
sebesar 32% sedangkan secara tidak langsung sebesar
52%.
Input program (tenaga medis per 10.000 penduduk dan
anggaran per peserta KB) memiliki efek yang kecil yaitu
sebesar 9%. Sedangkan program output (% WUS,
peserta KB) memiliki efek 39%.

Intercountry Studies (3)


Mauldin and Berelson (1978): melakukan analisis terhadap penurunan
fertilitas tahun 1965-1975 di banyak Negara berkembang.
Analisisnya berfokus pada modernisasi termasuk variable socioeconomic
(kesehatan, pendidikan, status ekonomi, urbanisasi dan kebijakan
penduduk terutama program KB) dengan tujuan mengurangi tingkat
pertumbuhan.
Hasil analisis menunjukan modernisasi memiliki efek yang penting dalam
penurunan fertilitas, namun dalam program KB yang seimbang hal ini
lebih memiliki efek yang sangat penting dibandingkan socioeconomic. D
Kesimpulan hasil analisis: untuk menurunkan fertilitas dilakukan dengan
melakukan modernisasi tingkat tinggi (biaya mahal dan susah) dan
menjalankan program KB. Di India, Indonesia dan China, diperlukan
usaha keras untuk menjalankan program ini di pertengahan tahun 1970.

Intercountry Studies (4)


Faruqees (1979): menggunakan factor analisis sebagai alat analisis tehadap penurunan fertilitas
pada tahun 1970-1975 di 62 Negara berkembang.
Study ini menggunakan 12 variable socioeconomic dan 3 variable program KB (jumlah tahun
pelaksanaan program KB, petugas KB per satu juta wanita usia 15-44 tahun, dan jumlah fasilitas
KB persatu juta wanita 15-44 tahun).
Study ini menggunakan 4 factor:
Faktor 1:
dan CDR
Faktor 2:
Faktor 3:
Faktor 4:

level pengembangan, meliputi % penduduk perkotaan, GNP, penduduk per doctor, harapan hidup,
index belanja pemerintah (total, sector kesehatan, pendidikan, dan konsumsi pemerintah)
dimensi input KB (termasuk variable di factor 2)
pertumbuhan ekonomi

Hasil study menunjukan bahwa faktor 1 memiliki variansi sebesar 30% terhadap CDR, faktor 2
sebesar 17%, faktor 3 sebesar 17% dan factor empat sebesar 11 persen
Study ini juga menggunakan multiple regression dengan menggunakan 4 factor sebagai
independen variabelnya. Hasil analisnya menyimpulkan bahwa program KB memiliki peranan
penting, namun factor pengembangan juga memegang peranan yang sangat penting dalam
penurunan fertilitas.

Kesimpulan
Program keluarga berencana memiliki perbedaan dalam cakupan,
intensitas, dan kualitas.
Beberapa peneliti melakukan usaha sistematis untuk mengukur input
program KB.
Solusi atas masalah dan isu yang ada dalam tulisan ini bukan untuk
memberikan kepuasan bagi semua analis, namun demukian usaha yang
dilakukan UN, International union for the scientific Study of Population
menjanjikan.
Hasil konsensus sebagian besar analis menyatakan bahwa meskipun
cara kuantitatif tidak bisa di berlakukan diantara faktor social ekonomi,
faktor institusi, dan kebijakan, namun ada beberapa bukti empiris
bahwa program KB skala luas memiliki pengaruh/efek utama terhadap
kelahiran (fertilitas).

Anda mungkin juga menyukai