STEP 1
1. Kumbah lambung : membersihkan lambung dgan memasukkan air ke
dalam lambung dengan menggunakan NGT
2. Karbamat : salah satu dari pertisida ( insektisida ) untuk membasmi
serangga . kelompok ester asam N metal karbamat bekerja
menghambat asetilkolin esterase , tidak berlangsung lama dan cepat
1-24 jam . bisa terurai dlm keadaan yg basa
STEP 2
1. Mengapa pasien terdapat penurunan kesadaran , kejang,
muntah2 ?
2. Apa indikasi kumbah lambung ?
3. Mengapa dokter memberikan injeksi sulfas atropine ?
4. Mengapa pasien diberikan arang karbon ?
5. Mengapa didapatkan hiperhidrosis, hipersaliva , serta
tremor pada tangan dan tungkai ?
6. Farmakodinamik dan farmakokinetik dari sulfas atropine ?
7. Apa pengaruh obat pembasmi serangga terhadap
intrepretasi vital sign ?
8. Farmakodinamik dan farmakokinetik dari karbamat ?
9. Apa kandungan dan patofisiologi dari obat pembunuh
serangga sehingga menimbulkan efek muskarinik ,
nikotinik, dan toksisitas pada SSP ?
10. Apa pemeriksaan penunjang pada pasien keracunan ?
11. Penanganan awal sebelum dan sesusah di rumah sakit ?
STEP 3
1. Mengapa pasien terdapat penurunan kesadaran , kejang,
muntah2 ?
Kejang adalah manifestasi klinis klas yg berlangsung secara
intermitten dapat berupa gangguan kesadaran , tingkah laku, emosi
dll.
Kejang dipengaruhi dari aktifitas berlebih dari pelepasan muatan
listrik yg disebabkan karena potensial membrane neuron . secara
fisiologis membrane sel mudah dilalui oleh ion K ( dari ektrasel ke
intrasel ), dan susah dilalui oleh ion Ca, Na, Cl . dalam keadaan
patologis membrane sel bisa dilalui oleh Ion Ca,Na,Cl pada ion Ca
bisa menimbulkan tingginya muatan listrik kejang
Muskarinik didalam tubuh (M1 ada perifer dan pusat reseptor ada
di ganglia sama otot polos dan M2jantung )
Nikotinik ( N1 dan N2 )
Muntah smooth muscle dari M1
Kesadaran menurun : karbamat memblok dari asetilkolinesterase ,
M2 menginhibisi ( mencegah ) di jantung CO menurun
hipotensi Oksigen dalam otak menurun kesadaran menurun
( pusat kesadaran di ARAS , ARAS di pengaruhi apa ? )
Hipersalivasi dan hiperhidrolisis mempengaruhi dari glandula
sudorivera
Jika asetilkolin berlebih direduktase tapi jika berlebih akan
mempengaruhi organ2 di muskarinik dan nikotinik .
2. Apa indikasi kumbah lambung ?
Indikasi :
- Keracunan makanan dan zat kimia menghentikan penyerapan
racun
- Pada pasien yg tdak dapat menelan
- Persiapan untuk pemeriksaan lambung
- Persiapan operasi lambung
- Bahan2 beracun <60 menit
- Overdosis karena obat , ex: narkotik
- Pengambilan analisis dari lambung
- Sebelum dilakukan operasi endoskopi
STEP 4
1. Mengapa pasien terdapat penurunan kesadaran ,
kejang, muntah2 ?
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Aspirasi
Bradikardi
Hiponatremia
Epistaksis
Spasme laring
Hipoksia dan hiperkapnia
Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran percernaan atas
Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit
Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi
berupa kelemahan progresif dimulai dari tungkai bawah bagian distal, kemudian
berkembang kelemahan pada jari dan kaki berupa foot drop
GCS E3M5V4 artinya GCS=9
TD 80/50 mmHg, N 50x/menit
4. Sistem kardiovaskular
Pengaruh atropin terhadap jantung bersifat bifastik. Dengan dosis 0,25-0,5 mg yang biasa digunakan, frekuensi
jantung berkurang, mugkin disebabkan karena perangsangan nukleus N.Vagus. Brakikardi biasanya tidak nyata dan
tidak disertai perubahan tekanan darah atau curah jantung. Pada dosis lebih dari 2 mg, yang biasanya hanya
digunakan pada keracunan insektisida organosfat, terjadi hambatan N.Vagus dan timbul suatu takikardi. Atropin
dalam hal ini lebih efektif daripada skopolamin. Obat ini juga dapat menghambat brakikardi yang ditimbulkan oleh
obat kolinergik. Atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung, tetapi
menghambat vasodilatasi oleh asetikolin atau ester kolin yang lain. Atropin tidak berefek terhadap sirkulasi darah bila
diberikan sendiri, karena pembuluh darah hampir tidak dipersarafi parasimpatik. Dilatasi kapiler pada bagian muka
dan leher terjadi pada dosis yang besar dan toksik. Kelainan ini mungkin dapat dikacaukan dengan penyakit yang
menyebabkan kemerahan kulit didaerah tersebut, vasodilatasi ini disertai dengan naiknya suhu kulit, Hipotensi
ortostatik kadang-kadang dapat terjadi setelah pemberian dosis 2 mg.
5. Saluran Cerna.
Karena bersifat menghambat peristaltis lambung dan usus, atropin juga disebut obat antispasmodik. Penghambatan
terhadap asetkolin eksogen (atau ester kolin) terjadi lengkap, tetapi terhadap asetikolin endogen hanya terjadi
parsial. Atropin menyebabkan berkurangnya sekresi liur dan sebagian juga sekresi lambung. Pada tukak pektik,
atropin sedikit saja mengurangi sekresi HCl, karena sekresi asam ini lebih dibawah control fase gaster daripada oleh
N.Vagus. Gejala-gejala ulkus peptikum setelah pemberian atropin terutama dikurangi oleh hambatan motilitas
lambung, inipun memerlukan dosis yang selalu disertai dengan keringnya mulut. Tetapi sekali terjadi blokade, maka
blokade akan tertahan untuk waktu yang agak lama. Atropin hampir tidak mengurangi sekresi cairan pankreas,
empedu dan cairan usus, yang lebih banyak dikontrol oleh faktor hormonal.
Antimuskarinik yang lebih selektif ialah pirenzepin yang afinitasnya lebih jelas pada reseptor M1, konstante disosiasi
pirenzepin pada M1, kira-kira 5 kali konstante disosiasi pada M2.
Pirenzepin bekerja lebih selektif menghambat sekresi asam lambung dan pepsin pada dosis yang kurang
mempengaruhi organ lain. Sekresi asam lambung pada malam hari dapat diturunkan sampai 44%. Dengan dosis 100
mg sehari, sekresi saliva dan motilitas kolon berkurang. Pengosongan lambung dan faal pankreas tidak dipengaruhi
obat ini.
6. Otot polos lain
Saluran kemih dipengaruhi oleh atropin dalam dosis agak besar (kira-kira 1 mg). Pada piolegram akan terlihat dilatasi
kaliks, pelvis, ureter dan kandung kemih. Hal ini dapat mengakibatkan retensi urin. Retensi urin disebabkan urin
disebabkan relaksasi M. destrusor konstriksi sfingter uretra. Bila ringan akan berupa kesulitan miksi yaitu penderita
harus mengejan sewaktu miksi. Efek antispasmodik pada saluran empedu, tidak cukup kuat untuk menghilangkan
kolik yang disebabkan oleh batu dalam saluran empedu. Pada uterus yang inervasi otonomnya berbeda dari otot
polos lainnya, tidak terlihat relaksasi, sehingga atropin hampir tidak bermamfaat untuk pengobatan nyeri haid.
7. Kelenjar eksokrin
Kelenjar eksokrin yang paling jelas dipengaruhi oleh atropin ialah kelenjar liur dalam mulut serta bronkus. Untuk
menghambat aktivitas kelenjar keringat diperlukan dosis yang lebih besar; kulit menjadi kering, panas dan merah
terutama dibagian muka dan leher. Hal ini menjadi lebih jelas lagi pada keracunan yaitu seluruh suhu badan
meningkat. Efek terhadap kelenjar air mata dan air susu tidak jelas.
FARMAKOKINETIK
Alkaloid belladonna mudah diserap dari semua tempat, kecuali kulit. Pemberian atropin sebagai obat tetes mata,
terutama pada anak dapat menyebabkan absorbsi dalam jumlah yang cukup besar lewat mukosa nasal, sehingga
menimbulkan efek sistemik dan bahkan keracunan. Untuk mencegah hal ini perlu dilakukan penekanan kantus
internus mata setelah penetesan obat agar larutan atropin tidak masuk ke rongga hidung, terserap dan
menyebabkan efek sistemik. Dari sirkulasi darah, atropin cepat memasuki jaringan dan kebanyakan mengalami
hidrolisis enzimatik oleh hepar. Sebagian diekskresi melalui ginjal dalam bentuk asal.
Insektisida dari golongan karbamat adalah racun saraf yang bekerja dengan cara
menghambat kolinesterase (ChE). Jika pada golongan organofosfat hambatan
tersebut bersifat irreversible (tidak dapat dipulihkan), pada karbamat hambatan
tersebut bersifat reversible (dapat dipulihkan)
Pestisida dari golongan karbamat relatif mudah diurai di lingkungan (tidak
persisten) dan tidak terakumulasi oleh jaringan lemak hewan. Karbamat juga
merupakan insektisida yang banyak anggotanya. Beberapa jenis insektisida
karbamat antara lain :
1. Aldikarb, merupakan insektisida, akarisida, serta nematisida sistemik yang cepat
diserap oleh akar dan ditransportasikan secara akropetal. Aldikarb merupakan
insektisida yang paling toksik, dengan LD50 (tikus) sekitar 0,93 mg/kg; LD50
dermal (kelinci) > 20 mg/kg.
2. Benfurakarb, merupakan insektisida sistemik yang bekerja sebagai racun kontak
dan racun perut serta diaplikasikan terutama sebagai insektisida tanah. LD50 (tikus)
205,4 (jantan) 222,6 (betina) mg/kg; LD50 dermal (kelinci) > 2.000 mg/kg.
3. Karbaril, merupakan karbamat pertama yang sukses di pasaran. Karbaril
bertindak sebagai racun perut dan racun kontak dengan sedikit sifat sistemik. Salah
satu sifat unik karbaril yaitu efeknya sebagai zat pengatur tumbuh dan sifat ini
digunakan untuk menjarangkan buah pada apel. LD50 (tikus) sekitar 500 (b) 850
(j) mg/kg; LD50 dermal (tikus)> 4.000 mg/kg.
4. Fenobukarb (BPMC), merupakan insektisida non-sistemik dengan kerja sebagai
racun kontak. Nama resmi insektisida ini adalah fenobukarb, tetapi di Indonesia
lebih dikenal dengan BPMC yang merupakan singkatan dari nama kimianya, yaitu
buthylphenylmethyl carbamate. LD50 (tikus) sekitar 623 (j) 657 (b) mg/kg; LD50
dermal (kelinci) 10.250 mg/kg. 5. Metiokarb, nama umum lainya adalah
merkaptodimetur. Insektisida ini digunakan sebagai racun kontak dan racun perut.
LD50 (tikus) sebesar 20 mg/kg; LD50 dermal (tikus) > 5.000 mg/kg.
6. Propoksur, merupakan insektisida yang bersifat non-sistemik dan bekerja sebagai
racun kontak serta racun lambung yang memiliki efek knock down sangat baik dan
residu yang panjang. Propoksur terutama digunakan sebagai insektisida rumah
tangga (antara lain untuk mengendalikan nyamuk dan kecoa), kesehatan
masyarakat, dan kesehatan hewan. LD50 (tikus) sekitar 50 mg/kg; LD50 dermal
(tikus) > 5.000 mg/kg.
Mekanisme toksisitas
Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida
lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam
jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari
beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa.
LD50 (mg/Kg)
146
12
100
56
27
1375
Mecarban
36
Methyl parathion
10
Parathion
3
Sevin
274
Systox
2,5
TEPP
1
Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat
bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti
oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.
Tabel 2. Efek muskarinik, nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat.
Efek
Gejala
1. Muskarinik
10.Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
11.Kejang perut
12.Nausea dan vomitus
13.Bradicardia
14.Miosis
15.Berkeringat
2. nikotinik
16.Pegal-pegal, lemah
17.Tremor
18.Paralysis
19.Dyspnea
20.Tachicardia
3. sistem saraf pusat
21.Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
22.Sakit kepala
23.Emosi tidak stabil
24.Bicara terbata-bata
25.Kelemahan umum
26.Convulsi
27.Depresi respirasi dan gangguan jantung
28.Koma
Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena
terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam
darah meningkat pada mata dan otot polos.
RESEPTOR MUSKARINIK & NIKOTINIK
Asetilkolin mengaktifkan dua macam reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan
nikotinik
Reseptor muskarinik dijumpai di semua sel efektor yang dirangsang oleh
neuron postganglionik dari sistem saraf parasimpatis
Reseptor nikotinik dijumpai di sinaps antara neuron preganglionik dan
postganglionik dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Reseptor ini juga
terdapat di banyak ujung-ujung saraf otonom, sebagai contoh di dalam
membran serat otot skeletal, yakni pada taut neuromuskular
Benzimidazole
Hydrocarbonphenolik
chloride
Sulfur
Thiabendazole
Tar oil
Protektan,
sistemik
Protektan, kuratif
ORGANOPHOSPHAT
Lebih dari 50.000 komponen organophosphate telah disynthesis dan diuji
untuk aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500 jenis
saja dewasa ini. Semua produk organophosphate tersebut berefek toksik bila
tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh
serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya
fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan utuk aktivitas
kholinomimetik (efek seperti asetyl kholin). Obat tersebut digunakan untuk
pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis. Fisostigmin juga
digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi
antikholinergik (mis: trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya).
Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek langsung untuk
mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi tekanan intraokuler pada
bola mata.
Insektisida digolongkan menjadi
1. Hidrokarbon Terklorinasi.
Golongan ini lambat diabsorpsi melalui saluran cerna. Jenis yang dalam bentuk
bubuk tidak diabsorpsi melalui kulit. Absorpsi dapat melalui pernafasan bila
terpapar dengan bentuk aerosol. Golongan ini merupakan stimulator SSP yang kuat
dengan efek eksitasi langsung pada neuron, yang mengakibatkan kejang-kejang
dengan metabolisme yang belum jelas. Kematian dapat terjadi akibat depresi
pernafasan atau fibrilasi ventrikel.
2. Inhibitor Kolinesterase.
Golongan ini diabsorpsi secara cepat dan efektif melalui oral, inhalasi, mukosa, dan
kulit. Setelah masuk ke dalam tubuh, senyawa ini akan mengikat enzim
asetilkolinesterase (AChE) sehingga AChE menjadi inaktif dan terjadi akumulasi
asetilkoline.
Inhibitor Kolinesterase terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
- Organofosfat
- Karbamat
Farmakokonetik dan Mekanisme Kerja
Organofosfat diabsorbsi dengan baik melalui inhalasi, kontak kulit, dan tertelan
dengan jalan utama pajanan pekerjaan adalah melalui kulit.(4)Pada umumnya
organofosfat yang diperdagangkan dalam bentuk thion (mengandung sulfur) atau
yang telah mengalami konversi menjadi okson (mengandung oksigen), dalam
okson lebih toksik dari bentuk thion. Konversi terjadi pada lingkungan sehingga
hasil tanaman pekrja dijumpai pajanan residu yang dapat lebih toksik dari pestisida
yang digunakan. Sebagian besar sulfur dilepaskan ke dalam bentuk mercaptan,
yang merupakan hasil bentuk aroma dari bentuk organofosfat. Mercaptan memiliki
aroma yang rendah, dan reaksi-reaksi bahayanya meliputi sakit kepala, mual,
muntah yang selalu keliru sebagai akibat keracunan akut organofosfat. Konversi
dari thion menjadi -okson juga dijumpai secara invivo pada metabolisme mikrosom
hati sehingga okson menjadi pestisida bentuk aktif pada hama binatang dan
manusia. Hepatik esterase dengan cepat menghidrolisa organofosfat ester,
menghasilkan alkil fosfat dan fenol yang memiliki aktifitas toksikologi lebih kecil dan
cepat diekskresi.
2.
3.
4.
5.
GAMBARAN KLINIS
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
3) Pemeriksaan PA
Pada keracunan acut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak
khas. Sering hanya ditemukan edema paru, dilatasi kapiler,
hiperemi paru,otak dan organ-oragan lainnya.
6.
PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN