Anda di halaman 1dari 23

Makalah Kimia Fisika

Perilaku Gas

Oleh
Kelompok 7

Naufal Giffari R

1306447833

Nurul Hidayah

1306371060

Sabila Robbani

1306415320

Sella Lametta

1306415333

Unik Yuliantina R

1306370991

Teknologi Bioproses
Departemen Teknik Kimia
Universitas Indonesia
Depok
2014

Lembar Kontribusi Kelompok

Naufal Giffari
1306447833
Compiler
Dasar teori van der waals
Daftar isi + Daftar Pustaka
Nurul Hidayah
1306371060
Dasar teori asas keadaan yang bersesuaian
Soal 1.7
Sabila Robbani
1306415320
dasar teori interaksi molekul
membuat cover
memprint makalah
Soal Real Problem Gas
Lembar kontribusi kelompok
Sella Lametta
1306415333
Dasar teori hukum gas
Kata Pengantar
Unik Yuliantina R
1306370991
Dasar teori keadaan gas
Kesimpulan
Soal 1.16

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah
Kimia Fisika dengan topik Perilaku Gas. Penulisan makalah ini secara khuss
dimaksudkan untuk menyelesaikan tugas akhir tengah semester dari salah satu
mata kuliah wajib Teknologi Bioproses yaitu Kimia Fisika sekaligus diharapkan
mampu menjadi media pembelajaran yang bermanfaat untuk masyarakat secara
umum.
Selesainya penyusunan makalah ini merupakan hasil dari kerja keras dan
bantuan dari berbagai pihak dan sumber informasi terpercaya lainnya. Oleh karena
itu, kami selaku penyusun, mengucapkan terima kasih yang tulus untuk semua
pihak yang ikutserta membantu dan terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT membalasnya dengan yang lebih baik.
Akhir kata Tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna
begitupun dengan karya tulis ini. Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami
ucapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.

DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................... 1
Lembar Kontribusi Kelompok ..................................................................

Kata Pengantar............................................................................................. 3
Daftar Isi....................................................................................................... 4
ISI
Bab 1 : Dasar Teori
1.1 The States of Gases..................................................................... 5
1.2 The Gas Law............................................................................... 6
1.3 Molecular Interactions................................................................. 12
1.4 The Van der Waals Equation..................................................... 15
1.5 The Principle of Corresponding States ....................................... 17
Bab 2 : Pembahasan Soal
Soal 1.16 ...........................................................................................20
Soal 1.7............................................................................................. 21
Bab 3 : Kesimpulan ...................................................................................... 22
Daftar Pustaka .............................................................................................. 23

1.1 Keadaan Gas


4

Keadaan fisik dari suatu material didefinisikan dengan sifat-sifat fisiknya.


Keadaan gas diekspresikan melalui Volume (V), jumlah mol (n), tekanan (p), dan
temperatur (T).
Bentuk umum persamaan keadaan
p = f(T,V,n)
Persamaan ini menjelaskan apabila nilai dari T, V , dan n sudah diketahui maka
tekanan atau pressure mempunyai nilai yang tetap.
1

Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai gaya dibagi luas dimana gaya tersebut
bekerja.
Semakin besar gaya yang diberikan pada suatu luas area, semakin besar
tekanannya.
P= F/A
Satuan SI untuk tekanan adalah Pascal (Pa), 1 Pa= 1 Newton/meter2.
1 Pa = I kg m-1 s-2.
Beberapa satuan lain yang umumnya digunakan untuk menyatakan

tekanan atmosfer yaitu 1 atm = 1,01325X 105 Pa dan 1 bar = 105 Pa.
Tekanan diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan barometer.
Temperatur
Temperatur, T adalah sifat yang menandakan arah aliran energi secara
konduksi thermal . jika energi mengalir dari A ke B ketika mereka di
dalam kontak, maka dapat dikatakan bahwa A mempunyai temperatur
yang lebih tinggi dibandingkan B.
Ada dua jenis batasan yang memisahkan objek-objek yaitu diatermis dan
adiabatik. Diatermis yaitu ketika perubahan keadaan diamati ketika dua
objek pada temperatur yang berbeda dibawa ke dalam kontak. Sedangkan
batasan adiabatik

jika tidak terjadi perubahan walaupun dua objek

mempunyai temperatur yang berbeda.


Keseimbangan thermal terjadi jika tidak ada perubahan keadaan ketika dua
objek A dan B berada di dalam kontak pada batasan diatermis. Hal ini
dinyatakan oleh Hukum 0 Termodinamika.
Jia A di dalam kesetimbangan thermal dengan B, dan B berada di dalam
kesetimbangan thermal dengan C, maka C juga berada di dalam
kesetimbangan thermal dengan A.

1.2 Hukum-Hukum Gas


1

Hukum Boyle
Dari beberapa hubungan diantara variabel-variabel gas, yang pertama
ditemukan adalah hubungan antara tekanan dan volume. Hubungan ini
dikemukakan pada tahun 1662 oleh Robert Boyle. Boyle mengemukakan
bahwa:
Volume sejumlah gas pada suhu tetap berbanding terbalik terhadap
tekanan gasnya.
Hubungan antara tekanan (p) dan volume (V) suatu gas yang berada di
ruang tertutup ini diteliti oleh Robert Boyle. Saat melakukan percobaan tentang
hubungan antara tekanan dan volume gas dalam suatu ruang tertutup, Robert
Boyle menjaga agar tidak terjadi perubahan temperatur pada gas (isotermal).
Dari data hasil pengamatannya, Boyle mendapatkan bahwa hasil kali antara
tekanan (p) dan volume (V) gas pada suhu tetap adalah konstan.
Suatu gas yang berada di dalam tabung dengan tutup yang dapat diturunkan
atau dinaikkan, sedang diukur tekanannya. Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa saat tuas tutup tabung ditekan, volume gas akan mengecil dan
mengakibatkan tekanan gas yang terukur oleh alat pengukur menjadi
membesar.
Secara matematis, hubungan antara tekanan dan volume dinyatakan dengan
persamaan:

1
V

atau P =

a
V

atau

PV = a

(suatu konstanta)

PV = konstan atau p1V1 = p2V2


Dalam bentuk grafik, hubungan antara
tekanan (p) dan volume (V) dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1
Sumber : Atkins peter, 2006, Physical Chemistry 8th edition, New York, W.H
Freeman Company
2

Hukum Charles
Hubungan antara volume gas dan suhu ditemukan oleh fisikiawan Perancis
Jacques Charles pada tahun 1787 dan secara terpisah oleh Joseph Louis GayLussac yang mempublikasikannya pada tahun 1802.
Secara grafik, hukum Charles dapat digambarkan seperti pada gambar di
bawah.

Gambar tersebut melukiskan sejumlah gas yang terdapat dalam

silinder. Tekanan dipertahankan tetap sedangkan suhu bervariasi. Volume gas


bertambah ketika suhu dinaikkan atau berkurang ketika suhu direndahkan;
hubungannya linear (garis lurus). Tiga kemungkinan ditunjukkan dalam
gambar.
Gambaran umum yang diperoleh dari garis pada grafik adalah titik
perpotongannya dengan sumbu suhu. Meskipun berbeda pada setiap suhu,
volume gas untuk ketiga kasus yang ditunjukkan semuanya mencapai nilai nol
pada suhu dibawah -270C (tepatnya pada -273,15C). Suhu 273,15C
berhubungan dengan keadaan dimana volume hipotetis gas akan nol pada suhu
mutlak nol. Titik ini yang nantinya dijadikan sebagai skala Kelvin. Hubungan
antara Celcius dengan skala Kelvin adalah:
T ( K )=t ( ) +273,15

Gambar 2
Sumber : Atkins peter, 2006, Physical Chemistry 8th edition, New York, W.H
Freeman Company
Jadi, hukum Charles dapat dinyatakan dengan, Volume dari sejumlah gas
pada tekanan konstan adalah berbanding lurus dengan suhu Kelvin (mutlak).
Secara matematis dapat ditulis:
V T
V
=k
T
Dengan:
V = volume gas (m3) , T = temperature gas (K), k = konstanta
Hukum Charles dapat disusun kembali menjadi persamaan :
V1 V2
=
T 1 T2
V1 = volume awal, T1 = suhu awal, V2 = volume akhir, T2 = suhu akhir
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa melipat duakan suhu Kelvin
(mutlak) dari gas menyebabkan volumenya menjadi

bertambah dua kali.

(Peningkatan suhu gas dari 1C menjadi 2C atau dari 1F menjadi 2F, tentu
saja tidak akan menyebabkan volumenya bertambah menjadi dua kali).
3

Hukum Gay-Lussac
Gay-Lussac, seorang ilmuwan asal Prancis, meneliti hubungan antara
tekanan gas (P) dan temperatur (T) gas pada volume tetap. Apabila botol dalam
keadaan tertutup kita masukkan ke api, maka botol tersebut akan meledak. Hal
ini terjadi karena naiknya tekanan gas di dalamnya akibat kenaikan suhu.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa:

Apabila volume gas yang berada pada ruang tertutup dijaga konstan,
maka tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlaknya.
Pernyataan tersebut dikenal dengan Hukum Gay Lussac. Secara
matematis dapat dituliskan:
P T
P
=konstan
T
P1 P2
=
T1 T 2
Dengan:
P1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)

T1 = suhu mutlak gas pada

keadaan 1 (K)
P2 = tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)

T2 = suhu mutlak gas pada

keadaan 2 (K)
Hubungan antara tekanan dan suhu gas pada volume konstan dapat
dilukiskan dengan grafik seperti yang tampak pada Gambar.

Gambar 3
Sumber : Atkins peter, 2006, Physical Chemistry 8th edition, New York, W.H

Freeman Company
4

Hukum Avogadro
Pada tahun 1808, Gay-Lussac melaporkan bahwa gas bereaksi berdasarkan
volume dengan rasio berupa bilangan bulat yang kecil. Satu penjelasan yang
diajukan adalah bahwa volume gas yang sama pada suhu dan tekanan yang
sama mengandung sejumlah atom yang sama. Namun, Dalton tidak sependapat

dengan usulan itu. Jika usulan Gay-Lussac memang benar, maka reaksi
hidrogen dan oksigen untuk membentuk air akan menjadi H (g) + O(g) HO(g) ,
dengan menggabungkan volume 1:1:1, bukannya 2:1:2 sebagaimana yang
diamati.
Pada tahun 1811, Amedeo Avogadro memecahkan dilema ini dengan
mengajukan bukan saja hipotesis volume sama - jumlah sama, melainkan
juga bahwa molekul gas dapat pecah menjadi setenggah molekul jika molekulmolekul itu bereaksi. Dengan menggunakan istilah modern, kita akan
mengatakan bahwa molekul O2 terbelah menjadi atom-atomnya, yang
kemudian bergabung dengan molekul H2 membentuk molekul H2O. dengan
cara ini, volume oksigen yang diperlukan hanya setengah dari volume
hidrogen.
Hipotesis Avogadro tentang volume sama jumlah sama dapat dinyatakan
dengan dua cara:
1

Volume yang sama dari gas-gas berbeda yang dibandingkan pada suhu dan

tekanan sama akan mengandung jumlah molekul yang sama.


Jumlah molekul yang sama dari gas-gas berbeda yang dibandingkan pada suhu
dan tekanan sama akan menempati volume yang sama.
Hubungan yang mengikuti hipotesis Avogadro, sering disebut Hukum
Avogadro, yaitu:
Pada suhu dan tekanan tetap, volume gas berbanding lurus dengan
jumlah gas.
Jika jumlah mol gas (n) dilipat-duakan, volumenya akan berlipat-dua, dan
seterusnya. Secara matematis dapat dinyatakan dengan:
V n dan V = c x n
Pada STP, jumlah molekul yang terkandung dalam 22,4 L gas adalah 6,02 x
1023, atau 1 mol. 1 mol gas = 22,4 L gas (pada STP)

Persamaan Gas Ideal


Gabungan dalam satu pernyataan dari hukum Boyle, Charles, Gay-Lussac,
serta Avogadro ini disebut hukum gas ideal.

10

Hukum Boyle :V

1
(n dan T konstan)
P

Hukum Charles:V T (n dan P konstan)

Hukum GayLussac : P T (n dan V konstan)


Hukum Avogadro :V n(P dan T konstan)

Hal tersebut berarti volume gas berbanding lurus terhadap jumlah gas dan
suhu serta berbanding terbalik terhadap tekanan, yaitu :
V

nT
RnT
danV =
atau PV =nRT
P
P

Gas yang perilakunya sesuai dengan persamaan gas ideal dikatakan gas
ideal atau gas sempurna (perfect gas). Sebelum didapatkan rumus diatas,
diperlukan satu nilai konstanta R yang disebut konstanta gas. Cara yang paling
sedehana untuk mendapatkan nilai tersebut yaitu dengan mensubstitusikan
volume molar gas ideal. Namun, nilai R kemudian bergantung pada satuan
apayang digunakan untuk menyatakan tekanan dan volume. Dengan volume
molar 22,4140 L dan tekanan dalam atmosfir, maka kita dapatkan:
R=

PV
nT

1 atm x 22,4140 L
-1
1
1mol x 273,15 K = 0,082057 L atm mol K

Dengan menggunakan satuan SI m3 untuk volume Pa untuk tekanan,


dihasilkan :
R=

PV
nT

101,325 Pa x 2.2410 x 10
1 mol x 273,15 K

m3 = 8,3145 m3 Pa mol-1 K-1

Satuan m3 Pa mol-1 K-1 juga mempunyai signifikansi lain. Pascal memiliki


satuan kg m-1 s-2 sehingga satuan m3 Pa menjadi kg m2 s-2, yaitu satuan SI untuk
energy, joule. Jadi, R juga memiliki nilai
R= 8,3145 J mol-1 K-1

11

1.3 Interaksi Molekular


Interaksi antar molekul dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

Gaya Tolak-menolak
Pada interaksi ini terjadi pemuaian gas ketika molekul satu dengan yang
lainnya berdekatan dan terjadi pada tekanan yang tinggi.
Gaya Tarik-menarik
Pada interaksi ini adanya tekanan terhadap gas karena berlangsung pada
tekanan sedang dan dapat mempengaruhi interaksi antarmolekul meskipun
jaraknya jauh.

Faktor Kompresibilitas (Z)


Faktor kompresibilitas merupakan perbandingan volume molar
hasil pengukuran (Vm) dengan volume molar gas ideal (Vm o) ketika
tekanan dan temperature sama.

Volume molar pada gas ideal memiliki nilai yang sama dengan RT/p, maka
:
p Vm = RTZ
Berdasarkan grafik disamping, jika nilai Z=1
maka akan menghasilkan gas ideal. Pada tekanan yang
sangat rendah, gas menunjukkan nilai Z mendekati
1yaitu mendekati gas ideal. Namun, pada tekanan tinggi,
gas memiliki nilai Z lebih dari 1 (Z>1) dan pada
keadaan ini gaya tolak menolak lebih dominan. Pada
tekanan yang sedang, gas memiliki nilai Z lebih kecil

Sumber : Atkins Physical


Chemistry

dari 1 (Z<1) yang menandakan bahwa pada keadaan ini


antarmolekul terjadi gaya tarik-menarik.
b Koefisien Virial

12

Nilai koefisien virial dapat diketahui dari suatu


percobaan.

Contohnya

pada

grafik

disamping

merupakan data percobaan isothermal terhadap


karbon dioksida. Pada volume molar yang tinggi dan
tekanan tinggi, gas nyata tidak jauh berbeda dengan
gas ideal. Dari data percobaan yang ada, dimasukkan
ke dalam persamaan berikut, yang disebut dengan

Sumber : Atkins Physical


Chemistry

persamaan virial :

Koefisien B, C, dan seterusnya itu disebut sebagai koefisien virial kedua,


ketiga, dan seterusnya. Koefisien virial tersebut bergantung pada temperature.
Biasanya, koefisien virial ketigas kurang penting daripada koefisien virial kedua.
Untuk koefisien virial pertama nilainya adalah 1, untuk beberapa unsur, seperti Ar,
CO2, N2, dan Xe.
c

Kondensasi
Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang

lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap
didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi
(yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari
pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut
kondensat.
Berdasarkan grafik sebelumnya yaitu percobaan isothermal pada karbon
dioksida, pada temperatur tinggi terjadi kondensasi. Selain temperatur, tekanan
juga mempengaruhi terjadinya kondensasi.
d Critical Constans

13

Critical point adalah suatu titik dimana tidak ada antarfasa yang berpisah
dan volume masing-masing fasa bergabung menjadi satu. Critical point pada
temperature, tekanan, dan volume molar disebut critical temperatur (T c), critical
pressure (Pc), dan critical molar volume (V c). Masing-masing zat memiliki nilai
Tc, Pc, dan Vc yang berbeda.

Sumber : Transport Phenomena, Bird

1.4 Persamaan Van der Waals

14

Untuk memperbaiki keadaan gas ideal pada suhu dan tekanan tertentu,
maka pada tahun 1873, fisiskawan belanda, Johanes diderik Van der Waals
mengusulkan persamaan keadaan gas yang dikenal dengan persamaan Van der
Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara menambahkan faktor
koreksi pada volume dan tekanan.
Volume memerlukan faktor koreksi karena partikel-partikel gas nyata
mempunyai volume yang tidak dapat diabaikan, sehuingga Van der Waals
mengurangi volume gas terukur dengan volume efektif total molekul-molekul gas
sebesar nb dengan tujuan untuk memperhitungkan ukuran partikel-partikel gas.
Videal = Veks nb
Dimana :
Videal = volume gas`ideal
Veks =volume yang terukur pada waktu percobaan
n = jumlah mol gas
b = konstanta Van der Waals
Faktor koreksi yang kedua yaitu pada tekanan

Sumber : Atkins peter, 2006, Physical Chemistry 8th edition, New York, W.H
Freeman Company

15

Pada gambar tersebut terlihat perbedaan sifat antara sebuah molekul gas
yang terdapat di dalam gas (A) dengan sebuah molekul lain yang hampir
bertumbukan dengan dinding wadah. Gaya tarik menarik molekul A samna untuk
ke segala arah sehuingga akan saling menghilangkan. Sedangkan molekul B
hampir bertubukkan dengan dinding sehingga gaya tarik menarik antar molekul
gas tersebut dengan molekul lain cenderung dapat menurunkan momentum
molekul gas tersebut ketika bertumbukkan dengan dinding dan akibatnya akan
mengurangi tekanan gas tersebut. Oleh karena itu, tekanan gas tersebut akan lebih
kecil daripada tekanan gas ideal karena pada gas ideal dianggap tidak terjadi gaya
tarik menarik antar molekul.
Makin besar jumlah molekul persatuan volume, makin besar jumlah
tumbukan yang dialami oleh dinding wadah serta makin besar pula gaya tarik
menarik yang dialami oleh molekul-molekul gas yang hampir menumbuk dinding
wadah. Karena itu, faktor koreksi untuk tekanan adalah a(n2/V2) dimana
a=konstanta dan n=jumlah mol gas.
Dengan memasukkan kedua faktor koreksi tersebut ke dalam persamaan gas ideal,
maka diperoleh persamaan Van der Waals :
[P + (n2a/V2)] (V nb) = nRT

Dimana :
P = tekanan absolut gas (atm)
V =volume spesifik gas (liter)
R = konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol)
T =suhu /temperatur absolut gas (K)
n =jumlah mol gas
a,b =konstanta Van der Waals

16

Bila dibandingkan dengan persamaan gas ideal, persamaan Van der Waals
ini dapat digunakan pada gas nyata denga besaran suhu dan tekanan yang lebih
besar. Disamping itu juga persamaan Van der Waals juga dapat menjelaskan
penyimpangan gas nyata dari gas ideal. Namun walaupun demikian, persamaan
Van der Waals ini belum dapat secara sempurna menggambarkan sifat-sifat gas
sehingga digunakan persamaan lain yang dikenal persamaan Virial.
1.5 Asas Keadaan yang Bersesuaian
Teknik yang penting untuk membandingkan sifat-sifat beberapa obyek
adalah dengan memilih sifat dasar yang dimiliki oleh objek-objek itu, kemudia
menyusun skala relatif berdasarkan sifat tersebut. Kita sudah melihat bahwa
konstanta kritis adalah sifat khusus gas, sehingga dimungkinkan untuk membuat
skala dengan menggunakan sifat itu sebagai ukuran. Oleh karena itu, dikenal
istilah variabel tereduksi dengan membagi variabel sebenarnya dangan konstanta
krotis yang sesuai :

Tekanan tereduksi:

pr =

p
pc

Volum tereduksi:

Vr =

Vm
Vc

Temperatur tereduksi: Tr =

T
Tc

Van Der Waals, orang pertama yang mencoba ini, menduga bahwa gas yang
dibatasi dengan volume tereduksi yang sama, pada temperatur tereduksi yang
sama, akan melakukan tekanan tereduksi yang sama. Dugaan ini sebagian besar
terpenuhi. Gambar 1.5.1 memperlihatkan ketergantungan faktor pemampatan Z
terhadap tekanan tereduksi untuk berbagai jenis gas pada berbagai temperatur
tereduksi.
Pengamatan yang mewujudkan gas-gas nyata pada volum dan temperatur
sama melakukan tekanan tereduksi yang sama disebut asas keadaan yang

17

bersesuaian. Ini hanya sebuah pendekatan, dan berlaku paling dekat untuk gas
yang tersusun dari molekul-molekul berbentuk bola atau berbentuk polar.

Sumber : Atkins peter, 2006, Physical Chemistry 8th edition, New York, W.H
Freeman Company
Van Der Waals menjelaskan asas tersebut. Dengan menyatakan persamaan
dalam variable tereduksi, yang akan menghasilkan :

Prpc =

RTcTr
V r V c b

a
V V 2c
2
r

Kemudian nyatakan konstanta kritis dalam a dan b

Yang tersusun kembali menjadi

18

Persamaan ini mempunyai bentuk sama seperti aslinya, tetapi koefisien a


dan b, yang berbeda antara satu gas dengan gas yang lain, sudah tidak ada. Maka,
jika isoterm-isoterm digambarkan dalam variabel-variabel tereduksi, maka kurva
yang sama akan diperoleh apapun gasnya. Inilah makna yang tepat dari asas
keadaan-keadaan yang bersesuaian, dan dengan demikian persamaan Van Der
Waals cocok dengan asas tersebut.
Tetapi keliru jika mencari terlalu banyak makna dalam keberhasilan ini,
karena persamaan keadaan lain juga sesuai dangan asas lain. Kenyataannya yang
diperlukan hanyalah dua paramater yang memainkan perananan sebagai a dan b,
karena kemudian persamaan selalu dapat dimanipulasi menjadi benuk tereduksi.
Pengamatan bahwa gad-gas nyata kurang lebih mematuhi asas tersebut
menunjukan bahwa efek interaksi tarik menarik dan tolak menolak masingmasing dapat diperkirakan dalam parameter tunggal. Kepentingan asas ini
kemudian, bukanlah tafsiran teoritisnya, melainkan caranta yang memungkinkan
sifat-sifat sejumlah gas dikoordniator, dalam satu diagram tunggal.

19

Pembahasan Soal
1.16. Derive the relation between the critical constants and the Dieterici equation
parameters. Show that Zc = 2e2 and derive the reduced form of the Dieterici
equation of state. Compare the van der Waals and Dieterici predictions of the
critical compression factor. Which is closer to typical experimental values?
Jawab :
The Dieterici equation of state dilihat di tabel 1.7. Pada poin kritis turunan P yang
mewakili Vm sama dengan 0 sepanjang issotermis dimana T=Tc. Maka
(2 p /Vm 2)T =0
a

RT e RTVm p
aVmabRT V m
p=
(
) =p
2
Vmb Vm T
V m (Vmb ) RT

) ( ){

2 p
p
=
2
V m T Vm

aVmabRT V 2 m
V 2 m ( Vmb ) RT

+p

(2 a V m+ 4 Vm ab+ RT V m2 a b )
V 3 m(Vmb)2 RT

Dengan subtitusi didapatkan


Vc=2b b=Vc/2
Tc= a/4bR a= 2RTcVc

Pc=

1 a 2
e
4 b2

( )

Zc= PcVc/RTc = 2e-2 = 0,2707


Zc(vDW) = PcVc/RTc =3/8 = 0,3750

20

1.7 Hitunglah molar volum dari gas klorin pada temperatur 350 K dan
tekanan 2,30 atm dengan menggunakan (a) hukum gas ideal dan (b) persamaan
van der Waals. Gunakan jawaban (a) untuk menghitung aproksimasi pertama dan
kemudian gunakan aproksimasi ini untuk mendapatkan jawaban numerik untuk
jawaban (b)
Jawab :
Diketahui : T : 350 K
P : 2,3 atm
Data tambahan : nilai a dan b dari gas klorin berturut-urut adalah 6,26 atm dm6
mol2 dan 5,42 x 102 dm3 mol-1. (Tabel 1.6 halaman 992, Atkins 2006)
a. Persamaan gas ideal
PV=nRT
Vm = R T / P
0,082 x 350
Vm =
= 12,5 dm3/mol
2,3
b. Persamaan van der Waals
RT
a
2
P = V mb V m
2,3 =

0,082 x 350
6,26
2
2
V m5,42 x 10
Vm

2,3 =

2,87 V 2m6,26 V m +33,93


V 3m 5,42 x 102 V 2m
3

2,3 V m12,466 x 10 V m =2,87 V m6,26 V m +33,93

21

2,3 V m2,995 V m +6,26 V m +33,93=0


Untuk menyelesaikan persamaan ini, langkah pertama adalah memasukan hasil
pada perhitungan (a), yaitu Vm : 12,5 dan kemudian mencari nilai V m, yang sebenarnya
sama saja dengan memecahakan persamaan. Melaui proses perhitungan matematika,
didapatkan Vm = 12,3 yang menunjukan bahwa Vm = 12,3 L/mol.

22

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Atkins peter,Julio de Paula. 2006, Physical Chemistry 8th edition, New York, W.H
Freeman Company
Bird, R.Byron. E.Stewart, Warren.N.Lightfoot, Edwin. 2002. Transport
Phenomena 2nd Edition. United States of America : john wiley&sons,inc

23

Anda mungkin juga menyukai