PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pancasila yang merupakan dasar negara dan juga pandangan hidup bangsa Indonesia,
memiliki peran penting bagi kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ideology bangsa ini tidak pernah habis dimakan waktu, karena nilai-nilai yang terkandung di
dalam sila-silanya masih relevan hingga saat ini. Nilai-nilai yang terkandung tersebut mengikuti
perkembangan jaman, sehingga Pancasila disebut sebagai ideologi terbuka.
Di era yang serba modern ini, manusia ditutunt untuk berpikir inovatif dan kreatif agar bisa
mengikuti perkembangan jaman yang ada. Jika kita tidak mampu mengimbangi perkembangan
jaman yang semakin pesat, kita akan dianggap tertinggal oleh masyarakat dunia. Apalagi
dengan adanya globalisasi dimana batas-batas wilayah seolah sudah tidak lagi tampak.
Globalisasi mempunyai dua sisi yang bertolak belakang. Satu sisi membawa dampak positif
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Sedangkan sisi yang lain membawa
dampak negatif. Hal ini tentu wajar, karena segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang sempurna.
Pasti ada baik dan buruk dalam setiap halnya.
Sebagai bangsa yang menganut Pancasila sebagai pandangan hidup, bangsa Indonesia tentu
harus lebih selektif dalam menentukan budaya-budaya apa saja yang baik atau buruk sebagai
dampak dari globalisasi. Pancasila, terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa, berperan penting
sebagai penyaring dalam menyeleksi baik buruknya budaya yang dibawa arus globalisasi.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
BAB III
PEMBAHASAN
dengan produsen. Kita bisa membeli barang melalui internet dan melakukan perjanjian jual beli
secara online. Kesempatan kerja pun semakin terbuka lebar, sehingga meningkatkan devisa
negara. Dengan begitu akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang
kehidupan rakyat banyak.
Dalam bidang sosial budaya, kita bisa mencontoh pola pikir dan etos kerja yang baik dari
masyarakat negara lain. Sehingga kita bisa menerapkannya dalam kehidupan bernegara yang
akan membawa dampak positif bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Namun pada kenyataannya, tidak selamanya globalisasi berdampak positif, terutama bagi
bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi adat ketimuran. Bahkan, bisa dikatakan dampak
negatifnya lebih banyak dibandingkan dampak positif. Sehingga kita perlu mewaspadai dampak
negatif yang diakibatkan oleh fenomena globalisasi ini dalam kehidupan kita sehari-hari.
Globalisasi bisa menurunkan rasa nasionalisme kita terhadap negara kita. Kita akan cenderung
menyukai produk-produk dari luar negeri dibandingkan produk dalam negeri karena banyaknya
produk luar negeri yang membanjiri pasar Indonesia. Para pemuda Indonesia juga banyak yang
meniru gaya hidup masyarakat negara lain yang mereka anggap lebih modern, padahal belum
tentu hal tersebut sesuai dengan jati diri bangsa.
Dalam bidang ekonomi, globalisasi bisa mengakibatkan kesenjangan sosial antara yang kaya
dan miskin karena persaingan bebas dalam perekonomian global. Dampak negatif lainnya
adalah menimbulkan sikap individualisme dalam masyarakat. Masyarakat akan cenderung
bersikap tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, dan hanya memikirkan urusan pribadinya
semata, sehingga kebersamaan pun akan semakin memudar.
Nilai-nilai ketuhanan pada era globalisasi ini bisa dikatakan mulai pudar. Agama tidak lagi
dianggap penting oleh manusia, bahkan dianggap sebagai hal yang tidak rasional. Bahkan
atheisme juga ikut berkembang, dimana orang tidak lagi percaya pada Tuhan. Mereka
menganggap bahwa Tuhan tidak nyata, karena Tuhan tidak dapat dilihat. Namun pada
kenyataannya, tidak semua hal yang nyata dapat dilihat oleh mata kita.
Di era globalisasi ini manusia seolah-olah menuhankan ilmu pengetahuan dan teknologi,
padahal hal tersebut merupakan hasil buatan manusia. Manusia cenderung bergantung pada
teknologi yang ada, dan tidak lagi mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini tentu
sangat memprihatinkan, karena bagaimanapun juga Tuhan-lah yang menciptakan kita. Tidak
seharusnya kita sebagai ciptaan-Nya bersikap sombong dengan tidak mengakui keberadaannya.
3. Peran sila Ketuhanan dalam menghadapi dampak globalisasi
Adanya dampak negatif dari globalisasi tersebut di atas, menuntut kita untuk lebih selektif
dalam memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga, perlu adanya penyaring agar
semua informasi yang kita terima sebagai dampak dari globalisasi dapat dipilih mana yang
sesuai dengan jati diri bangsa dan mana yang tidak. Dalam hal ini, tentu kita dapat
menggunakan Pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Dengan berpedoman pada Pancasila, kita tidak perlu kehilangan jati diri bangsa karena arus
globalisasi yang semakin hari semakin kuat menerjang. Khususnya jika kita berpegang teguh
pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama Pancasila tersebut berperan sebagai
filter atau penyaring dalam menyeleksi budaya-budaya luar yang masuk dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dengan tetap berpegang teguh pada keyakinan dan
kepercayaan yang kita anut, kita tidak akan kehilangan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia
BAB IV
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila yang paling mendasar bagi silasila lainnya dalam Pancasila. Ketuhanan yang berkaitan dengan kepercayaan
merupakan hal yang paling hakiki dan tidak bisa diganggu gugat. Sebagai
makhluk Tuhan, kita wajib menghormati dan menghargai kepercayaan orang
lain agar tercipta kedamaian antar umat beragama, terutama di negari kita
tercinta, Indonesia.
Dalam era globalisasi ini, tidak hanya dampak positif yang kita terima namun
juga dampak negatif yang harus kita waspadai bersama. Untuk itu diperlukan
sikap selektif dalam memilih mana yang baik dan buruk bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan sikap selektif tersebut, diharapkan dampak
negatif yang timbul dapat diminimalisasi.
Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa berperan penting sebagai
filter atau penyaring dalam meyeleksi budaya-budaya baru yang masuk dalam
masyarakat Indonesia. Dengan adanya filter tersebut diharapkan budaya-budaya
yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa tidak akan meracuni generasi yang ada
di masyarakat.
2.
SARAN
a. Sebagai manusia Indonesia yang berpedoman pada Pancasila, kita harus saling
menghargai agama dan kepercayaan masing-masing agar tidak memicu
perpecahan dan menciptakan suasana yang damai antar umat beragama.
b. Kita harus lebih selektif dalam memilih yang baik dan yang buruk dari
dampak globalisasi yang semakin berkembang dari waktu ke waktu.
c. Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sudah seharusnya kita mempertebal
keimanan kita agar tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal baru dari berbagai
belahan dunia.
DAFTAR PUSTAKA
http://fearlessmey.wordpress.com/2012/06/17/peran-sila-ketuhanan-dalam-menghadapidampak-globalisasi/
http://budisusilosoepandji.wordpress.com/2012/06/07/revitalisasi-nilai-luhur-pancasila-dalamkehidupan-nasional/
http://citizennews.suaramerdeka.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=1622&Itemid=99999999&limit=1&limitstart=1