Referat Akut Abdomen (Edit)
Referat Akut Abdomen (Edit)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Akut abdomen adalah penyakit yang disebabkan oleh nyeri yang timbul
akibat masalah bedah dan non bedah serta terjadi secara tiba-tiba (Sudoyo
dkk, 2006). Terminologi akut abdomen mengacu pada gejala dan tanda
dari adanya penyakit intra-abdominal yang seringkali memerlukan
diagnosis spesifik serta tindakan pembedahan sesegera mungkin. Bahkan,
pada kebanyakan situasi, kondisi ini dapat berakhir dengan kematian bila
tidak ditanggulangi dengan pembedahan (Jones & Claridge, 2004).
Apapun penyebabnya, manifestasi klinis yang paling menonjol dari
kondisi di atas adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Namun perlu
ditekankan bahwa terdapat banyak macam penyakit abdomen dengan
manifestasi berupa nyeri yang tidak membutuhkan pembedahan. Karena
itu, evaluasi terhadap pasien dengan nyeri serupa haruslah dilakukan
dengan metode yang sangat hati-hati (Graff LG dkk, 2001).
Sindroma akut abdomen menghasilkan angka yang cukup tinggi di
ruang unit gawat darurat. Angka ini mencakup berbagai kalangan usia,
jenis kelamin maupun kelompok sosio-ekonomi. Dari berbagai studi,
tercatat bahwa di Amerika Serikat 5% hingga 10% (5 hingga 10 juta)
pasien unit gawat darurat menunjukkan gejala dan tanda dari kondisi ini.
Studi lainnya mencatat presentasi pasien unit gawat darurat sebesar 25%
yang mengeluhkan nyeri abdomen. Poin terpenting dari data di atas, adalah
bahwa semua pasien menunjukkan tanda-tanda yang hampir serupa,
sehingga membuat baik diagnosis maupun penatalaksanaan menjadi
semakin sulit dilakukan (Cordell WH dkk, 2002).
Dengan alasan-alasan tertentu, nyeri yang berasal dari bermacammacam visera sukar dilokalisasikan (Guyton dan Hall, 2006) . Mengingat
dalam kasus akut abdomen tanda yang paling menonjol adalah nyeri, maka
seorang klinisi harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang
anatomi, persarafan dan juga fisiologi dari organ visera maupun rongga
abdomen. Ketiga faktor ini akan sangat membantu dalam menentukan
sumber nyeri, sehingga pada akhirnya, memudahkan pendekatan klinis
terhadap penyakit itu sendiri (Sudoyo dkk, 2006).
Satu hal penting yang dibutuhkan dalam pengelolaan akut abdomen
yang tepat adalah pengambilan keputusan untuk tindakan bedah. Lebih
jauh, keputusan tersebut memerlukan informasi tentang riwayat penyakit
pasien, pemeriksaan fisik, pengumpulan data laboratorium serta foto
abdomen. Setiap pasien yang menunjukkan sindroma akut abdomen
haruslah menjalani evaluasi untuk menetapkan diagnosis secepat mungkin,
sehingga pengobatan dapat diberikan tepat waktu dan morbiditas maupun
mortalitas dapat diminimalisir (Cordell WH dkk, 2002).
I.2.
bahan
pembelajaran
pribadi
yang
menambah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
II.2.
akut
abdomen
dapat
disebabkan
karena
perdarahan,
peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat pencernaan dan juga bisa
karena trauma benda tajam maupun benda tumpul. Peradangan bisa primer
karena peradangan alat pencernaan seperti pada appendisitis atau sekunder
melalui suatu pencemaran peritoneum karena perforasi tukak lambung,
perforasi dari Payer's patch pada typhus abdominalis atau perforasi akibat
trauma (Sudoyo dkk, 2006).
Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit bisa berupa
kegawatan bedah atau non bedah. Kegawatan non bedah antara lain
pankreatitis akut, ileus paralitik, dan kolik abdomen. Kegawatan yang
disebabkan oleh bedah antara lain peritonitis umum akibat suatu proses
dari luar maupun dalam abdomen. Proses dari luar misalnya karena suatu
trauma, sedangkan proses dari dalam misalnya karena apendisitis
perforasi. (Sudoyo dkk, 2006).
Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain apendisitis, kolik
bilier, kolisistitis,
divertikulitis, obstruksi
usus,
perforasi
viskus,
Kurang sering
Kolangitis
Jarang
Nekrosis
hepatoma
Infark mesenterika
Infark lien
Pielonefritis
Pneumonia
Torsi kista ovarium, testis, Infark miokard
omentum
Rupture kista ovarium
Ketoasidosis
diabetikum
Kehamilan ektopik
Inflamasi
aneurisma
Aneurisma aorta
Volvulus sigmoid,
caecum, lambung
Prolaps diskus
Herpes zoster
paralitik
adalah
keadaan dimana
usus
gagal
11.3
Sistem Organ
Gastrointestinal
Penyakit
Apendisitis,
ulkus
peptikum
perforasi, obstruksi usus, perforasi
usus, iskemia usus, divertikulitis
kolon,
divertikulitis
Meckel,
inflammatory bowel disease
Urologi
Retroperitoneal
Anuerisma
aorta,
retroperitoneal
Ginekologi
perdarahan
sensorik dari kavum abdomen yaitu serabut aferen viseral dan saraf
somatik menghasilkan pola nyeri yang khas yang membantu dalam
diagnosis. Misalnya nyeri pada apendisitis akut nyeri akan muncul pada
area periumbilikalis dan nyeri akan semakin jelas terlokalisir ke kuadran
kanan bawah saat peradangan melibatkan peritoneum parietal. Stimulasi
pada saraf perifer akan menghasilkan sensasi yang tajam, tiba-tiba, dan
terlokalisasi dengan baik. (Snell, 2006).
Rangsangan pada saraf sensorik aferen intraperitoneal pada acute
abdominal pain menimbulkan nyeri yang tumpul (tidak jelas pusat
nyerinya),
nyeri
tidak
terlokalisasi
dengan
baik,
dengan
onset
Nyeri parietal atau nyeri somatik yang terkait dengan gangguan intraabdominal akan menyebabkan nyeri yang lebih intern dan terlokalisir
dengan baik. Referred pain merupakan sensasi nyeri dirasakan jauh dari
lokasi sumber stimulus yang sebenernya. Misalnya, iritasi pada diafragma
dapat menghasilkan rasa sakit di bahu. Penyakit saluran empedu atau
kantong empedu dapat menghasilkan nyeri bahu. Distensi dari small bowel
dapat menghasilkan rasa sakit ke bagian punggung bawah. (Rani, 2006).
Selama minggu ke-5 perkembangan janin, usus berkembang diluar
rongga peritoneal, menonjol melalui dasar umbilical cord, dan mengalami
rotasi 180 berlawanan dengan arah jarum jam. Selama proses ini, usus
tetap berada di luar rongga peritoneal sampai kira-kira minggu 10, rotasi
embryologik menempatkan organ-organ visera pada posisi anatomis
dewasa, dan pengetahuan tentang proses rotasi semasa embriologis penting
secara klinis untuk evaluasi pasien dengan acute abdominal pain karena
variasi dalam posisi (misalnya, pelvic atau retrocecal appendix) (Snell,
2006).
11.4
Patofisiologi
Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba-tiba atau
sudah berlangsung lama. Nyeri abdomen ini dapat berupa nyeri viseral
maupun nyeri somatik dan dapat berasal dari berbagai proses pada
berbagai organ di rongga perut atau di luar rongga perut, misalnya di
rongga dada. (Grace et all, 2006).
dapat dilakukan tanpa terasa oleh pasien. Akan tetapi, bila dilakukan
tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang berlebihan
pada otot yang menyebabkan iskemia, misalnya kolik atau radang,
seperti apendisitis, akan timbul nyeri. Pasien yang merasakan nyeri
viseral biasanya tak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri
sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk
menunjuk daerah yang yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut nyeri
sentral. (Sjamsuhidayat, 2004).
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan
embrional organ yang terlibat. Saluran cerna yang berasal dari usus
depan (foregut), yaitu lambung, duodenum, sistem hepatobilier, dan
pankreas menyebabkan nyeri di ulu hati atau epigastrium. Bagian
saluran cerna yang berasal dari usus tengah (midgut), yaitu usus
halus dan usus besar sampai pertengahan kolon transversum
menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna
lainnya, yaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon
sigmoid yang berasal dari usus belakang (hindgut) menimbulkan nyeri
di perut bagian bawah. Demikian juga nyeri dari buli-buli dan
rekstosigmoid. Karena tidak disertai rangsang peritoneum, nyeri ini
tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif
bergerak. (Sjamsuhidayat, 2004).
10
maupun
gesekan
antara
kedua
peritoneum
dapat
11
peritoneum
parietalis
dirasakan
tepat
pada
tempat
yang
sering
disertai
hiperestesi
kulit
setempat.
(Sjamsuhidayat, 2004).
Nyeri yang timbul pada pasien dengan gawat abdomen dapat berupa
nyeri yang terus-menems (kontinu) atau nyeri yang bersifat kolik.
(Sjamsuhidayat, 2004).
12
4. Nyeri Kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan
terus-menerus karena berlangaung terus. misalnya pada reaksi radang.
Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan
setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskuler secara
refleks untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari
gerakan atau tekanan setempat. (Sjamsuhidayat, 2004).
5. Nyeri Kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ
berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ
tersebut (obstruksi usus. batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan
intraluminer). Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh
Jaringan dinding saluran. Karena kontraksi berbeda maka kolik
dirasakan hilang timbul. Fase awal gangguan pendarahan dinding usus
juga berupa nyeri kolik. (Sjamsuhidayat, 2004).
Serangan kollk biasanya disertai perasaan mual bahkan sampai
muntah. Dalam serangan, pendeiita sangat gelisah kadang sampai
berguling-guling di tempat tidur atau di jalan. Yang khas Ialah trias
kolik yang terdiri atas serangan nyeri perut yang kumatan disertai
mual atau muntah dan gerak paksa. (Sjamsuhidayat, 2004).
6. Nyeri Iskemik
Nyeri perut dapat Juga berupa nyeri iskemik yang sangat hebat.
menetap, dan tidak menyurut. Nyeri ini merupakan tanda adanya
jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda
intoksikasi umum, seperti takikardia, keadaan umum yang jelek dan
syok karena resorbsi toksin dari Jaringan nekrosis. (Sjamsuhidayat,
2004).
7. Nyeri Pindah
13
dapat
Jatuh
dalam
keadaan
toksis
atau
sepsis.
(Sjamsuhidayat, 2004).
Pada perforasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri
atas cairan asam garam dan empedu masuk di rongga abdomen yang
sangat merangsang peritoneum setempat. Si sakit merasa sangat
nyeri di tempat rangsangan itu yaitu di perut bagian atas. Setelah
beberapa waktu cairan isi duodenum mengalir ke kanan bawah
melalul jalan di sebelah lateral kolon asendens sampai ke tempat
kedua, yaitu rongga perut kanan bawah sekitar sekum. Nyeri itu
kurang tajam dan kurang hebat dibandingkan nyeri pertama karena
terjadi pengenceran. Pasien sering mengeluh bahwa nyeri yang mulai
di ulu hati pindah ke kanan bawah. Proses ini berbeda sekali dengan
proses nyeri pada apendisitis akut. Akan tetapi kedua keadaan ini
apendisitis akut maupun perforasi lambung atau duodenum, akan
mengakibatkan peritonitis purulenta umum
14
yang tinggi
atau
beberapa
kelainan
urologi
dan
ginekologi
menunjukkan gejala nyeri yang tidak jelas pada awal perjalanan penyakit,
tetapi kemudian nyeri lebih berat dirasakan pada suatu lokasi tertentu.
(Isselbacher et all, 2009).
Karakteristik Nyeri
Sifat, derajat, dan lamanya nyeri akan sangat membantu dalam mencari
penyebab utama akut abdomen. Nyeri superfisial, tajam dan menetap
biasanya terjadi pada iritasi peritoneal akibat perporasi ulkus atau ruptur
appendiks, ovarian abses atau kehamilan ektopik. Nyeri kolik terjadi
akibat adanya kontraksi intermiten otot polos, seperti kolik ureter, dengan
ciri khas adanya interval bebas nyeri. Tetapi istilah kolik bilier sebenarnya
tidak sesuai dengan pengertian nyeri kolik karena kandung empedu dan
ductus biliaris tidak memiliki gerakan peristalsis seperti pada usus atau
ureter. Nyeri kolik biasanya dapat reda dengan analgetik biasa. Sedangkan
nyeri strangulata akibat nyeri iskemia pada strangulasi usus atau trombosis
vena mesenterika biasanya hanya sedikit mereda meskipun dengan
15
16
hingga nyeri bertahan dalam beberapa jam atau hari. pada akut
pankreatitis biasanya terjadi muntah yang terus menerus, dan hal tersebut
dapat membantu membedakan dengan perporasi gaster atau duodenum
dimana muntah tidak terjadi atau hanya muntah ringan. (Grace et all,
2006).
Gejala lain yang penting dan sering ditemukan adalah perubahan pada
aktifitas usus. Sebagian besar lesi inflamasi pada abdomen menimbulkan
refleks mengurangi pergerakan usus sehingga terjadi konstipasi. Refleks
ileus terkadang terinduksi oleh serabut aferen visceral yang menstimulasi
seranut eferen sistem simpatis (splanchnic nerve) sehingga peristalsis
usus menurun. Pada gastroenteritis atau inflamasi di daerah pelvis,
biasanya pelvis appendisitis, dapat menyebabkan iritasi pada rektum dan
terjadi tenesmus, biasanya pasien menganggapnya sebagai suatu diare.
(Sjamsuhidayat, 2004).
2.6
Diagnosis
Untuk penegakan diagnosis diperlukan pengumpulan data terhadap
penderita secara sistematis dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. (Sjamsuhidayat, 2004).
Anamnesis
Dalam anamnesis penderita gawat abdomen, perlu ditanyakan
dahulu permulaan timbulnya nyeri (kapan mulai, mendadak, atau
berangsur), letaknya (menetap, pindah, atau beralih), keparahannya
dan sifatnya (seperti ditusuk, tekanan, terbakar, irisan, bersifat kolik),
perubahannya (bandlngkan dengan permulaan), lamanya apakah
berkala dan faktor apakah yang memengaruhinya (adakah yang
memperingan atau memberatkan, seperti sikap tubuh, makanan,
minuman, napas dalam, batuk, bersin, defekasi, dan miksi). Harus
ditanyakan apakah pasien sudah pernah mengalami nyeri seperti ini.
(Sjamsuhidayat, 2004).
17
18
kelainan
pada
alat
kelamin
dalam
perempuan.
(Sjamsuhidayat, 2004).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang
kadang
perlu
untuk
mempermudah
uji
nilai
hemoglobin
kemungkinan
leukosit
laboratorium
adanya
dapat
tertentu
dilakukan,
dan
hematokrit,
perdarahan
atau
menunjukkan
adanya
antara
untuk
melihat
dehidrasi.
Hitung
proses
peradangan.
dapat
dihindari
(Sjamsuhidayat, 2004).
2.7.
Diagnosis Banding
pembedahan
yang
.tidak
perlu.
19
Penatalaksanaan
Dengan
semakin
canggihnya
pemeriksaan
baik
pemeriksaan
20
BAB III
PENUTUP
21
III.I. Kesimpulan
akut abdomen adalah penyakit yang disebabkan oleh nyeri yang timbul
akibat masalah bedah dan non bedah serta terjadi secara tiba tiba.
Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain apendisitis, kolik bilier,
kolisistitis, divertikulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis,
peritonitis, salpingitis, adenitis mesenterika, dan kolik renal. Akut
abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba-tiba atau sudah
berlangsung lama. Nyeri abdomen ini dapat berupa nyeri viseral maupun
nyeri somatik dan dapat berasal dari berbagai proses pada berbagai
organ di rongga perut atau di luar rongga perut, misalnya di rongga dada.
Jenis nyeri perut ada 2 macam yaitu nyeri perut visceral dan somatik.
Sedangkan berdasarkan sifatnya terdiri dari nyeri alih, proyeksi,
hiperestesia, kontinyu, kolik, iskemik, dan nyeri pindah. Onset nyeri dapat
digambarkan dalam bahasa mendadak (dalam detik), cepat (dalam jam),
dan perlahan (dalam beberapa jam).
Gejala abdomen akut yang utama adalah nyeri. Selain nyeri yaitu
muntah, konstipasi, peristalsis usus menurun, pelvis appendisitis dan
tenesmus.
Diagnosis akut abdomen berdasarkan anamnesis yaitu ditemukannya
gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, pada pemeriksaan fisik pada
pasien dengan keluhan nyeri perut harus dilakukan pemeriksaan colok
dubur dan pemeriksaan vaginal. Untuk penegakkan diagnosis pada pasien
akut abdomen adalah harus dengan pemeriksaan penunjang.
Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan akut
abdomen adalah dengan tindakan bedah.
III.2. Saran
Dalam menangani pasien dengan akut abdomen seefektif mungkin,
seorang klinisi harus selalu mengingat bahwa terdapat banyak penyakit
22