Anda di halaman 1dari 1

Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di kota-kota besar Indonesia berkisar antara 8-12

persen per tahun, sedang pertambahan jalan raya hanya 3-5 persen saja. Keadaan ini
mengakibatkan kemacetan di jalan-jalan yang akhirnya polusi udara juga meningkat, apalagi
emisi gas buang kendaraan bermotor yang langsam dan merayap (macet) berbeda 12 kalinya
dibanding saat kendaraan berjalan normal atau lancar.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mabes Polri dan FKUI pada tahun 1995 juga
mengungkapkan besarnya pengaruh timbel (Pb) dari emisi kendaraan bermotor terhadap
kualitas air mani polisi lalu lintas di Jakarta. Penelitian itu melibatkan 232 orang polisi lalu
lintas yang bekerja di tepi jalan raya dibandingkan dengan 58 orang polisi lalu lintas yang
bekerja
di
kantor.
Hasil pengukuran timbel urine secara keseluruhan 266,5 ug Pb/I urine, juga lebih tinggi dari
yang diperbolehkan, yakni 65 ug Pb/I urine. Temuan kualitas air mani pada penelitian itu, jika
dibandingkan standar baku WHO (standar normal), derajat keasaman (pH) semen (air mani)
mempunyai
nilai
lebih
besar
dari
standar
normal
(8,4
vs
7,2-7,8).
Penelitian yang dilakukan pada tahun 1998 di Surabaya oleh UI dan GTZ juga tidak kalah
mengkhawatirkan bahkan lebih mencengangkan. Dari penelitian yang melibatkan 94 ibu
hamil itu, diketahui kadar timbel dalam darah sebesar 42 Ug/dL yang jauh melebihi ambang
batas yaitu 20 Ug/dL. Demikian juga analisis yang dilakukan terhadap air susu mereka,
diperoleh hasil kadar timbel sebesar 54 Ug/dL, atau lebih dari 10 kali lipat ambang batas
yang diizinkan, yakni 0,5 Ug/Dl.

Anda mungkin juga menyukai