Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Compustio atau yang lebih dikenal dengan nama luka bakar. Luka bakar adalah
suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi Luka bakar yang terjadi
dapat disebabkan oleh thermal burn, chemical burn, electrical burn, maupun radiasi.
Cedera luka bakar masih sering kita jumpai pada siapa saja, di mana saja baik di rumah,
tempat kerja, di jalan-jalan maupun tempat lainnya.
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang komplit yang dapat meluas
melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.
Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh yang akhirnya akan
mengancam sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan dengan penyebab luka
bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas akan
memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan dengan luka bakar yang hanya sedikit
dan superfisial. Karena masalah luka bakar dapat mengakibatkan efek sistemik yang
sangat kompleks, maka diperlukan penanganan yang serius dimana dalam hal ini peran
perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyusun makalah ini. Sebagai salah
satu petugas pelayanan kesehatan, hendaknya kita mengetahui tentang bagaimana
penanganan yang tepat bagi klien dengan masalah luka bakar, sehingga diharapkan dapat
memberikan tingkat kesembuhan bagi klien tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud luka bakar?
2. Apakah etiologi dari luka bakar?
3. Bagaimana klasifikasi luka bakar?
4. Bagaimana patofisiologi luka bakar?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari luka bakar ?
6. Bagaimana fase luka bakar ?
7. Bagaimana cara perawatan luka bakar ?
8. Bagaimana penatalaksanaan luka bakar ?
9. Apa saja komplikasi yang terjadi pada luka bakar ?
10. Bagaimana pengkajian dan pemeriksaan diagnostik pada luka bakar ?
11. Bagaiman asuhan keperawatan pada luka bakar ?
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyusunan makalah tentang luka bakar diharapkan agar
mahasiswa dapat mengerti tentang luka bakar.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu antara lain:
a. Untuk mengetahui definisi dari luka bakar
b. Untuk mengetahui etiologi dari luka bakar
c. Untuk mengetahui klasifikasi dari luka bakar
d. Untuk mengetahui patofisiologi klinis dari luka bakar
e. Untuk mengetahui manifestaasi klinis pada luka bakar
f. Untuk mengetahui fase pada luka bakar
g. Untuk mengetahui cara perawatan pada luka bakar
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari luka bakar
i. Untuk mengetahui komplikasi pada luka bakar
j. Untuk mengetahui pengkajian dan pemeriksaan diagnostic dari luka bakar
k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada luka bakar

BAB II
ISI
A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. (Smeltzer, Suzanna,
2002). Kerusakan pada kulit akibat luka bakar sering kali digambarkan pada kedalaman
cedera dan didefinisikan dalam isteilah cedera ketebalan parsial (yang mengenai lapisan
epidermis atau lapisan dermis) dan cedera ketebalan penuh (mengenai lapisan epidermia,
dermis, dan lapisan lemak). (Hudak & Gallo, 1994)
B. Etiologi

Berdasarkan dari penyebab terjadi nya luka bakar atau sumber luka bakar, maka luka
bakar dibedakan menjadi 4, yaitu :
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Merupakan penyebab yang paling sering menyebabkan luka bakar dengan memindahkan
kekuatan dari sumber panas kepada tubuh.
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka ini disebabkan oleh bahan kimia di industry seperti asam kuat atau basa kuat
diantaranya asam hidrokloride atau alkali. Selain itu dapat juga terjadi di rumah tangga
yang disebabkan oleh drainase alat pembersih (terkena secara tidak sengaja), pembersih
cat, desinfektan.
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Luka bakar yang disebabkan oleh percikan atau busur atau oleh arus listrik yang
menyalur ke tubuh (Long, 1996)
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar yang disebakan bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi. Contohnya:
sinar matahari, sinar laser, sinar X (Rontgen).

C. Klasifikasi
Kita dapat mengklasifikasikan luka bakar menjadi beberapa klasifikasi yaitu :
1.

Luka bakar berdasarkan kedalaman luka bakar dibedakan menjadi :


a. Luka bakar derajat I. Tanda-tanda dari luka bakar ini adalah :
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Kulit kering, hiperemi berupa eritema
- Tidak dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung ujung saraf sensorik teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
Gambar luka bakar derajat I

b. Luka bakar derajat II. Tanda-tanda dari luka bakar ini yaitu :

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi

`disertai proses eksudasi.


Dijumpai bulae.
Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
Dasar pucat berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tnggi diatas kulit
normal.
Gambar luka bakar derajat II

c. Luka bakar derajat III. Tanda-tanda dari luka bakar ini yaitu :
- Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
-

mengalami kerusakan.
Tidak dijumpai bulae.
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Kerena kering letaknya lebih

rendah dibanding kulit sekitar.


Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang di kenal sebagai eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf

sensorik, mengalami kerusakan / kematian.


Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan dari dasar
luka.

Gambar luka bakar derajat III

2. Luka bakar berdasarkan tingkat keseriusan luka (American Burn Association)


digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor memiliki tanda- tanda sebagai berikut :
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20%
pada anak-anak.

Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.


Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan

luasnya luka.
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat memiliki tanda- tanda sebagai berikut :
- Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
- Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor (Trofino (1991) dan Griglak (1992)). Memiliki tanda- tanda :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10%
-

pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Luka tidak sirkumfer.
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

D. Penentuan luas luka bakar


Untuk menentukan luas dari luka bakar, kita dapat menggunakan 2 cara, yaitu :
1.

Rumus Sembilan (Rule of Nines)


Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan
menggunakan Rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk
menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam
kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.

Rule of Nines :
- Kepala dan leher 9 %
- Dada depan dan belakang 18 %
- Abdomen depan dan belakang 18 %
- Tangan kanan dan kiri 18 %
- Paha kanan dan kiri 18 %
- Kaki kanan dan kiri 18 %
- Genitalia 1 %
2.

Pembagian zona kerusakan jaringan:


a. Zona koagulasi (zona nekrosis)
Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat
pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis
beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.
b. Zona statis
Merupakan daerah yang langsung berada di luar / di sekitar zona koagulasi. Di
daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan
leukosit, sehingga terjadi gangguam perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan
permeabilitas kapilar dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 1224 jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
c. Zona hiperemi
Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi
tanpa banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang
diberikan, zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah
menjadi zona kedua bahkan zona pertama.

E. Patofisiologi :
Thermal burn

Chemical burn

Electrical burn

Radiacy burn

Cidera Inhalasi

Luka Bakar

Tekanan Hidrostatik kapiler


pada jaringan yang cidera

Sumbatan pada
jalan napas

Kehilangan barier
kulit

Permeabilitas kapilar

Ketidakefektifan pola
napas

Kerusakan jaringan

Kehilangan cairan
plasma, protein, elektrolit

Kerusakan
integritas kulit

Hipovolemia

Persepsi & perasaan


negative tentang anggota
tubuh

Resiko kekurangan
volume cairan

Gangguan citra
tubuh

F.

Manifestsi Klinis
Berikut merupakan manifestasi awal untuk luka bakar sedang sampai berat :
-

Takikardia
Tekanan darah turun
Ekstremitas dingin dan perfusi buruk
Perubahan tingkat kesadaran
Dehidrasi (penurunan turgor kulit,penurunan haluaran urine,lidah,dan kulit kering)
Peningkatan frekuensi napas
Pucat (tidak ada pada luka bakar derajat kedua dan ketiga)

G. Fase Luka Bakar


Pada luka bakar terdapat tiga fase, yaitu :
1. Fase akut / fase syok / fase awal.
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di Unit luka
bakar. Pada fase ini penderita luka bakar akan mengalami ancaman dan gangguan airway
(jalan napas), breathing(mekanisme bernafas) dan gangguan circulation (sirkulasi).
Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi
trauma , inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Pada fase ini dapat terjadi juga
gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal / panas yang
berdampak sistemik. Adanya syok yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan
keadaan hiperdinamik yang masih berhubungan akibat problem instabilitas sirkulasi.
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir. Luka yang terjadi dapat menyebabkan
beberapa masalah yaitu proses inflamasi atau infeksi, problem penutupan luka, keadaan
hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap di pantau melalui rawat jalan.
Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa jaringan parut yang
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.

H. Perawatan Luka Bakar


Pada perawatan luka bakar terdapat tiga fase, yaitu :

1. Fase Resusitasi (Darurat) : dari awitan cedera hingga selesainya resusitasi cairan.
2. Fase Akut (intermediate) : dari dimulainya deuresis hingga hampir selesainya proses
3. Fase rehabilitasi

penutupan luka.
: dari penutupan luka yang besar hingga kembalinya kepada
tingkat penyesuaian fisik dan psikososial yang optimal.

Fase
Durasi
Prioritas
Fase Resusitasi yang darurat Dari awitan cedera hingga Pertolongan
pertama,
atau segera

selesainya resusitasi cairan

I.

pencegahan

syok,

pencegahan

gangguan

pernafasan,

deteksi

dan

penanganan cedera yang


menyertai, penilaian luka
dan
Fase akut

Dari
hingga

dimulainya
hampir

pendahuluan
diuresis Perawatan dan penutupan
selesainya luka,

proses penutupan luka

Fase rehabilitasi

perawatan

pencegahan

penangan

komplikasi

(termasuk

infeksi),

dukungan nutrisi
Dari penutupan luka yang Pencegahan parut
besar

hingga

kembalinya kontraktur,

kepada tingkat penyesuaian fisik,

dan

rehabilitasi

oksupasional

fisik dan psikososial yang fokasional,


optimal

atau

dan

rekonstruksi

fungsional dan fokasional,


konseling psikososial

Penatalaksanaan Luka Bakar


Pada luka bakar terdapat penatalaksanaan penting yang terdiri dari :
1. Umum
a. Mulai resusitasi (ABC)
A (Airway management/penatalaksanaan jalan napas)
Bersihkan obstruksi dengan menggunakan tangan dan mengangkat dagu (pada

pasien tidak sadar)


Lindungi jalan napas dengan jalan napas orofaringeal atau nasofaringeal (pada
pasien tidak sadar)

Jalan napas definitif (akses langsung melalui oksigenasi intratrakeal) yang


diindikasikan pada:
Apnea / Resiko obstruksi jalan napas atas / Resiko aspirasi / Memerlukan /

ventilasi mekanik.
Selang orotrakeal
Selang nasotrakeal
Jalan napas dengan pembedahan (krikotiroidotomi) yang diindikasikan pada:
Trauma maksilofasial / disrupsi laring / gagal intubasi.
B (Breathing/pernapasan)
Berikan suplemen O2
Nilai frekuensi napas / masuknya udara (simetris) / pergerakan dinding dada
(simetris) / posisi trakea
Pantau
dengan oksimetri nadi dan observasi

C (Circulation/sirkulasi)
Nilai frekuensi nadi dan karakternya / tekanan darah / pulsasi apeks / JVP / bunyi
jantung / bukti hilangnya darah.
Ambil darah untuk cross match , DPL , dan ureum + elektrolit
b. Nilai ukuran luka (aturan 9 dari Wallace)
2. Luka bakar berat ( luka bakar < 20% pada dewasa, > 10% pada anak )
Pantau nadi,TD,suhu,keluaran urine,berikan analgesia adekuat i.v., pertimbangkan
selang nasogastrik (nasogastric tube, NGT),berikan profilaksis tetanus.
Berikan cairan i.v. berdasarkan formula Muir-Barclay : % luka bakar x berat badan
dalam kg/2 = satu aliquot cairan.
Luka akibat terbakar diobati sebagai luka bakar ringan
Pertimbangkan untuk merujuk ke pusat luka bakar
3. Luka bakar ringan ( luka bakar < 20% pada dewasa, <10% pada anak)
Terapi terbuka bersihkan luka dan biarkan terpapar pada lingkungan khusus yang
bersih
Terapi tertutup tutup luka dengan kasa yang dibasahi dengan klorheksidin atau
silver sulfadiazin yang ditutup tipis.

Debridement eskar dan split skin graft.


Debridement adalah proses pengangkatan jaringan avital atau jaringan mati dari

suatu luka. Jaringan avital dapat berwarna lebih pucat, coklat muda atau hitam dan dapat
kering atau basah. Terdapat 4 metode debridement, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik
dan surgikal. Metode debridement yang dipilih tergantung pada jumlah jaringan nekrotik,
luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistemik.
Metode Debridement :
1. Debridement Otolitik

Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi, melembutkan


dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement otolitik bersifat selektif,
hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan. Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien.
Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan menggunakan balutan oklusif atau
semioklusif yang mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan nekrotik.
Debridement otolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel atau transparent
films.
Indikasi :

Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.

Keuntungan:

Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.

Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri untuk


membersihkan luka debris nekrotik .

Efektif dan mudah

Sedikit atau tanpa nyeri.

Kerugian:

Tidak secepat debridement surgikal.

Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi.

Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif digunakan.

2. Debridement Enzymatik:
Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk merangsang
debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis, debridement enzimatik dilakukan
setelah debridement surgical atau debridement otolitik dan mekanikal. Debridement
enzimatik direkomendasikan untuk luka kronis.
Indikasi

Untuk luka kronis

Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.

Pembentukan jaringan parut

Keuntungan

Kerjanya cepat

Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang tepat.

Kerugian:

Mahal

Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.

Memerlukan balutan sekunder

Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.

Aplikasi balutan dengan debridement enzymatic

Setelah beberapa hari pemakaian, balutan dibuka


3. Debridement Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat pada
luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada balutan anyaman. Selama
proses pengangkatan, jaringan yang melekat pada anyaman akan diangkat. Beberapa dari
jaringan tersebut non-viable, sementara beberapa yang lain viable. Debridement ini

nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan sehat dan tidak sehat. Debridement
mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering.
Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan
untuk

pembedahan.

Hidroterapi

juga

merupakan

suatu

tipe

debridement

mekanik.Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan.

Indikasi

Luka dengan debris nekrotik moderat.

Keuntungan:

Materialnya murah (misalnya tule)

Kerugian:

Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau jaringan


penyembuhan

Lambat

Nyeri

Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga penyebaran melalui air


dapat menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi tambahan dapat menjadi
sitotoksik.

4. Debridement Surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan menggunakan
skalpel, gunting atau instrument tajam lain Debridement surgikal merupakan standar
perawatan untuk mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan debridement surgikal adalah
karena bersifat selektif; hanya bagian avital yang dibuang. Debridement surgikal dengan

cepat mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi waktu. Debridement surgikal
dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau di dalam ruang operasi setelah pemberian
anestesi.
Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih pucat(tahap awal),
bisa juga lebih kehitaman (tahap lanjut), konsistensi lebih lunak dan jika di insisi
tidak/sedikit mengeluarkan darah. Debridement dilakukan sampai jaringan tadi habis,
cirinya adalah kita sudah menemulan jaringan yang sehat dan perdarahan lebih banyak
pada jaringan yang dipotong.
Indikasi

Luka dengan jaringan nekrotik yang luas

Jaringan terinfeksi.

Keuntungan:

Cepat dan selektif

Efektif

Kerugian :

Nyeri

Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi

J. Komplikasi Luka Bakar.


1. Komplikasi luka bakar yang dapat muncul berdasarkan waktu, yaitu :
a. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial (luka bakar pada ekstermitas
Iskemia ekstermitas, luka bakar toraks
hipoksia dari gagal napas restriktif)
dan dapat dicegah dengan eskarotomi segera.
b. Awal
Hiperkalemia ( dari sitolisis pada luka bakar luas ). Obati dengan insulin dan

dekstrosa.
Gagal ginjal akut ( kombinasi dari hipovolemia, sepsis, toksin jaringan ). Cegah
dengan resusitasi dini agresif, pastikan GFR tinggi pada pemberian cairan dan
diuretik, obati sepsis.

Infeksi ( waspadai Streptococcus ). Obati infeksi yang timbul ( 10 6 organisme pada

biopsi luka ) dengan antibiotik sistemik.


Ulkus akibat stres ( ulkus Curling ), dapat dicegah dengan antasid, bloker H 2 atau
inhibitor pompa protonprofilaksis.

c. Lanjut

Kontraktur

2. Komplikasi lain yang dapat muncul dari cidera luka :


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Septikemia
Jaringan parut hipertonik
Defisit kalori-protein
Kegagalan kardiopulmonal
Hiponatremia
Hipokalsemia
Masalah paru
Edema paru

Insufisiensi paru

Embolus paru

Pneumonia bacterial

K. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan Diagnostik

- Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar
mengalami kehilangan volume
- Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume
cairan dan gangguan Na-K pump
- Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan kehilanga
protein
- Faal hati dan ginjal
- CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan HCT dan RBC,
trombositopenia lokal, leukositosis, RBC yang rusak
- Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum, peningkatan alkali phosphate
- Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia
- Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap dan menunjukkan
faktor yang mendasari
ECG : untuk mengetahui adanya aritmia

L. Asuhan Keperawatan pada klien luka bakar


Kasus :

Pada tanggal 15 Oktober 2011 yaitu pada hari Jumat pukul 11.00 WIB, Ny. T usia 32 tahun akan
memasak sayur kemudian kompor yang digunakan meledak dan apinya mengenai tubuhnya.
Selanjutnya keluarga Ny. T membawa klien ke rumah sakit Soewondo Pati. Sesampainya di IGD
didapatkan pemeriksaan luka bakar pasien stadium II dengan luas bakar 26. Ny. T mengeluh
sesak nafas, TTV didapatkan TD pasien sedikit menurun yaitu 100/80 mmHg dengan frekuensi
nadi yang meningkat yaitu 112x/menit, RR: 25x/menit, T: 36,3 C. Di IGD pasien mendapatkan
terapi infuse Ring Ass 20 tpm, injeksi cefotaxim 2x1 gram, kaltropen 3x1 ampul dan
bioplasenton. Selanjutnya pasien dibawa ke ruang Edelways untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut.
Pengkajian
A.

Data demografi
1. Biodata
Nama

: Ny.T

Usia

: 32 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

:-

Status pernikahan

:-

Agama

:-

Diagnosa medik

: luka bakar (combustio)

Tanggal masuk

: 15 Oktober 2011 pukul 11.00 WIB

Tanggal pengkajian

: 15 Oktober 2011

2. Penanggung Jawab
Nama

:-

Usia

:-

Jenis kelamin

:-

Pekerjaan

:-

Hubungan dengan klien : Keluarga


B.

Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama

: Klien merasa sesak napas

2. Riwayat kesehatan sekarang : Pada tanggal 15 Oktober 2011 yaitu pada


hari Jumat pukul 11.00 WIB, klien akan memasak sayur kemudian
kompor yang digunakan meledak dan apinya mengenai tubuhnya.
Selanjutnya keluarga klien membawa klien ke rumah sakit.Sesampainya di
IGD didapatkan pemeriksaan luka bakar pasien stadium II dengan luas
bakar 26.
3. Riwayat kesehatan lalu

:-

4. Riwayat kesehatan keluarga : -

C.

Pengkajian berdasarkan Henderson :


1.

Kebutuhan oksigenasi

Airway :
Breathing : 25x/ menit
Circulation : Tekanan Darah 100/80 mmHg, Nadi 112x/menit, Suhu 36,3 C
2.

Kebutuhan nutrisi cairan


Sebelum sakit

3.

Klien mengatakan
makan 3x sehari,

Klien minum 6-8 gelas


sehari

Selama sakit
-

Klien tidak nafsu makan,


dan makan hanya 1x dalam
sehari.

Klien sulit untuk minum


dan terpasang infus

Kebutuhan eliminasi
jenis

Sebelum sakit

Selama sakit

BAB

1x sehari

Belum melakukan
defekasi

Konsistensinya
lembek,warna coklat

dan tidak ada darah.


BAK

4.

5.

+ 1000 ml/hari warna


kuning jernih tampak
transparan tidak
ditemukan darah

+ 500 ml/hari warna


kuning jernih
tampak transparan
tidak ditemukan
darah.

Kebutuhan aktivitas dan latihan


jenis

Sebelum sakit

Selama sakit

Aktivitas latihan

Masih bisa
melakukan
pekerjaan sebagai
ibu rumah tangga
dengan baik. Seperti
menonton tv,bersihbersih rumah dll.

Tidur di bed dan


sulit melakukan
aktivitas seperti
biasanya.

olahraga

Jalan-jalan pagi
menyusuri komplek
dengan suaminya.

Tidak melakukan
olahraga.

Jenis

Sebelum sakit

Selama sakit

Tidur siang

Tidak tidur siang

Tidur siang selama 3


jam dalam sehari dan
sering terbangun di
tidurnya.

Tidur malam

Tidur malam
nyenyak dengan
kuantitas tidur
selama 8 jam dan
tidak mudah
terbangun

Tidur malam tidak


nyenyak selama 8
jam dan sering
terbangun di
tidurnya.

Kebutuhan istirahat/ tidur

6.

7.

8.

Kebutuhan personal hygiene


Jenis

Sebelum sakit

Selama sakit

Mandi dan keramas

Mandi 2 x sehari
dan keramas setiap
pagi hari serta
dilakukan mandiri.

Selama sakit belum


mandi dan keramas.

Oral hygiene

2 kali sehari
mandiri.

Selama sakit belum


melakukan oral
hygiene

Pola persepsi dan sensori


Jenis

Sebelum sakit

Selama sakit

Kognitif

Mampu
mendengar , melihat
dan memahami
informasi dengan
baik.

Mampu
mendengar , melihat
dan memahami
informasi dengan
baik.

Psikomotorik

Mampu berbicara
dengan baik,
mampu melakukan
perintah dengan
baik, mampu
menirukan dengan
baik

Mampu berbicara
dengan baik tapi
dengan terbata-bata.

Kebutuhan komunikasi dan mental


Klien komunikatif, kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik
sebelum dan selama sakit.

9.

Kebutuhan kenyamanan

10.
Sebelum sakit

Selama sakit

Dapat melakukan
segala macam
aktivitas dan dapat
bergerak sesuka hati

Memilki aktivitas
yang terbatas
dikarenakan nyeri
pada luka

Kebutuhan
seksualitas

Klien sudah menikah dan memiliki teman dekat


11. Kebutuhan stres dan koping
Klien belum mampu menerima kondisi fisiknya karena klien masih malu
pada kondisi fisiknya selama sakit. Tapi keluarga klien tetap memberikan
motivasi pada klien untuk kesembuhan kliennya.
12. Pola konsep diri
Citra tubuh

: klien merasa malu dengan kondisi fisiknya

Identitas

: klien tidak menerima keadaan dirinya selama sakit

Harga diri

: Klien merasa tidak percaya diri

Peran

: menjadi terbatas tau minimal sejak sakit

Ideal diri

: Klien tidak memiliki persepsi yang baik terhadap dirinya

13. Kebutuhan rekreasi


Sebelum sakit

Selama sakit

Klien sering berkunjung ke rumah


saudara dan belanja

Klien hanya mendapatkan rekreasi dari


menonton televisi

14. Terapi modalitas dan spiritual


Klien selalu berdoa kepada Allah SWT

D.

Pemeriksaan fisik Head to Toe


1.

Kesadaran umum : composmentis

2.

Pemeriksaan tanda- tanda vital :

TD : 100/80 mmHg

Nadi

RR : 25x/menit

T : 36,3 C

: 112x/menit

3.

4.

Pemeriksaan kulit dan rambut :


3. Kulit

: Tampak kotor

4. Rambut

: Tampak kusam

Pemeriksaan kepala dan leher


Kepala

: Meshocepal, terdapat luka bakar dimuka

Mata

: Konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik

Hidung

: Tidak tampak adanya pernafasan cuping hidung

Mulut

: Mukosa bibir kering, terlihat lepuhan di sekitar mulut

Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat lepuhan
pada leher depan pasien
5. Pemeriksaan dada
Paru-paru :
Inspeksi

: Dada kanan dan kiri tampak simetris

Palpasi
: Taktil fremitus teraba kanan dan kiri
Perkusi
: Redup
Auskultasi : Terdengar bunyi ronchi

Jantung :
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi
: Ictus kordis teraba pada intercosta 4 5
Perkusi
: Pekak
Auskultasi : S1 dan S2 reguler

6. Pemeriksaan abdomen
Abdomen
Inspeksi

:
: tampak datar

Auskultasi : Peristaltik usus 16 x/menit


Perkusi
: Tympani
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan

7. Pemeriksaan ekstremitas
Atas
: Tangan kiri terpasang infuse RL 20 hpm dan terdapat
oedem dan bulae pada tangan kanan dan kiri
Bawah
: Tidak terdapat oedem dan terdapat lepuhan pada kaki
kanan dan kiri

Analisis data
No
1

Tanggal

Data Fokus

15 Oktober Ds :
2011
jam
11.00 WIB

Klien
napas

mengeluh

Diagnosa

sesak

Etiologi

Ketidakefektifan
pola napas

Adanya
sumbatan pada
jalan napas

Kerusakan
integritas kulit

kerusakan kulit
akibat
luka
bakar

Gangguan citra
tubuh

cedera akibat
luka bakar

Do :

15 Oktober Ds : 2011
jam
Do :
11.00 WIB
-

15 Oktober Ds :
2011
jam
11.00 WIB

TD klien 100/80 mmHg


RR klien 25x/menit
Nadi klien 112x/menit
Suhu tubuh klien 36,30C

Pada ekstermitas terdapat


oedem dan bulae pada
tangan kanan dan kiri.
terlihat lepuhan di sekitar
kulit tubuh klien
Klien mengatakan tidak
percaya diri dengan
kondisinya sekarang

Do :
-

Klien terlihat menarik diri

15 Oktober Ds :
2011
jam
11.00 WIB
-

jika diajak komunikasi


Klien terlihat murung dan
selalu menutupi anggota
tubuh yang luka.

Klien mengatakan dirinya


lemah
Klien mengatakan sulit
untuk minum.

Resiko
kekurangan
volume cairan

Do :
-

Mukosa klien nampak


kering
Bibir klien pucat
Klien nampak terpasang
infus

Prioritas masalah :
1. Ketidakefektifan pola napas
2. Kerusakan Integritas kulit
3. Gangguan citra tubuh
4. Resiko kekurangan volume cairan

Diagnosa keperawatan

No

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

1.

Keperawatan
Ketidakefektif

Setelah dilakukan tindakan

an pola napas

keperawatan selama 2x24

pernafasan

adanya penururnan

b.d adanya

jam, diharapakan status

(bunyi nafas,

bunyi nafas yang

Kaji fungsi

Rasional
-

Untuk mengetahui

sumbatan

respirasi kembali normal

kecepatan

mengakibatkan

pada jalan

dan bersihan jalan nafas

,irama,

atelektasis, ronkhi

napas

kembali efektif dengan

kedalaman)
Buka jalan

akibat adanya

kriteria hasil:
-

Mampu bernafas

dengan mudah
Menunjukkan jalan

nafas,

nafas yang paten

nafas sehingga

tehnik chin

mempermudah pola

lift atau jaw


thrust bila

tercekik, frekuensi

perlu
Posisikan

klien untuk

rentang normal)
Mampu
dan mencegah

faktor yang dapat


menghambat jalan

kental, pengeluaran
secret berguna untuk

kemampuan

pembersihan jalan

mengeluarkan

nafas
Informasi mengenai

status oksigen akan

batuk atau
-

ventilasi
Secret akan sulit
dikeluarkan jika

atau fowler
Kaji

secret dengan

nafas

pernafasan
Untuk
memaksimalkan

semifowler

mengidentifikasi

kumpulan secret
Memberikan jalan

gunakan

(klien tidak merasa


pernafasan dalam

membantu untuk

suction
Pastikan

dalam menentukan

kebutuhan

tindakan keperawatan

oral/tracheal

2.

suctioning
Monitor

status oksigen
Kaji atau catat

Kerusakan

Setelah dilakukan tindakan

integritas

keperawatan selama 2x24

ukuran,

kondisi luka bakar

kulit,jarinagn

jam, diharapakan

warna,

akan menentukan

b.d kerusakan

kerusakan kulit berkurang

kedalaman

perawatan yang akan

kulit akibat

dan menunjukkan

luka bakar

regenerasi jaringan yang

luka
Berikan

dilakukan
Perawatan luka yang

dengan criteria hasil :

perawatan

Informasi tentang

baik akan megurangi

Integritas kulit

luka bakar

yang baik bisa

dan tindakan

dipertahankan

control

(temperature,

infeksi
Jaga

hidrasi)
Perfusi jaringan

yang baik
Menunjukkan

infeksi pada luka


Untuk mendeteksi
dini terjadinya infeksi
pada area luka.

kebersihan
kulit agar
tetap bersih

pemahaman dalam
proses perbaikan

resiko infeksi
Mencegah terjadi nya

dan kering
Monitor

kulit dan

proses

pencegahannya

kesembuhan
luka, tanda
dan gejala
infeksi pada
area luka
-

Kolaborasi

Mengkomunikasikan
tindakan yang

untuk

berkaitan penanganan

penanganan

pasien kepada

medis

anggota medis
lainnya.

3.

Gangguan

Setelah dilakukan

citra tubuh b.d

tindakan keperawatan

verbal dan

klien terhadap

cedera akibat

selama 3x24

von-berbal

luka bakar

jam,diharapakan persepsi

respon klien

tubuhnya
Memberikan

bodi image positif dengan

terhadap

criteria hasil :

tubuhnya
Jelaskan

Mampu
mempersepsikan

Kaji secara

Mengetahui respon

informasi kepada
klien tentang kondisi
yang dialami,

tentang

pengobatan dan

kondisi yang

perawatan klien

diri secara positif


Mendeskripsikan

dialami,

secara factual
perubahan fungsi
-

tubuh
Mempertahankan

untuk mengetahui

pengobatan,

perasaan yang dialami

dan

klien

perawatannya
Dorong klien
untuk

interaksi social

mengungkapk
an

4.

Resiko

Setelah dilakukan tindakan

kekurangan

keperawatan selama 1x24

volume cairan

jam diharapakan status

perasaannya
Monitor

Menghindari

status hidrasi
Dorong

terjadinya hidrasi
Mengoptimalkan

hidrasi dalam keadaan


normal dengan criteria
hasil :

masukan

pemasukan

makanan/cair

makanan/cairan dan

an dan hitung

mengetahui intake

intake kalori

TTV dalam batas

normal
Tidak ada tanda

dehidrasi
Elastisitas turgor

harian
Dorong
masukan oral
Monitor
terhadap

lembab

penambahan
-

cairan
Pemberian
cairan IV

Implementasi
Diagnosa Keperawatan

kalori harian
Menambah intake

cairan secara oral


Mengetahui intake
dan output cairan

respon pasien

kulit baik, mukosa

No

Implementasi

pada pasien
Mempercepat
penambahan intake
cairan

Ketidakefektifan pola napas b.d

mengkaji fungsi pernafasan (bunyi nafas,

kecepatan ,irama, kedalaman)


membuka jalan nafas, gunakan tehnik chin

lift atau jaw thrust bila perlu


memposisikan klien untuk semifowler

atau fowler
mengkaji kemampuan mengeluarkan

secret dengan batuk atau suction


mempastikan kebutuhan oral/tracheal

suctioning
memonitor status oksigen
mengkaji atau catat ukuran, warna,

kedalaman luka
memberikan perawatan luka bakar dan

tindakan control infeksi


menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih

dan kering
memonitor proses kesembuhan luka, tanda

dan gejala infeksi pada area luka


mengkolaborasi untuk penanganan medis
memonitor status hidrasi
mendorong masukan makanan/cairan dan

hitung intake kalori harian


mendorong masukan oral
memonitor respon pasien terhadap

penambahan cairan
memberikan cairan IV
mengkaji secara verbal dan von-berbal

respon klien terhadap tubuhnya


menjelaskan tentang kondisi yang dialami,

pengobatan, dan perawatannya


mendorong klien untuk mengungkapkan

adanya secret padjalan napas

Kerusakan integritas kulit,jarinagn


b.d kerusakan kulit akibat luka
bakar

Resiko kekurangan volume cairan

Gangguan citra tubuh b.d cedera


akibat luka bakar

perasaannya

Evaluasi
No

Diagnosa Keperawatan

Evaluasi

Ketidakefektifan pola napas b.d

S : Klien mengatakan dapat bernafas seperti biasanya

adanya secret pada jalan napas

O : RR klien normal yaitu 20 klai per menit


A : Masalah teratasi

Kerusakan integritas kulit,jarinagn

P : Hentikan intervensi dan pantau terus keadaan klien


S : Klien mengatakan kulitnya tidak terasa kering

b.d kerusakan kulit akibat luka bakar

O : Turgor kulit klien normal


A : Masalah teratasi

Resiko kekurangan volume cairan

P : Hentikan intervensi dan pantau terus keadaan kulit


S : Klien mengatakan tubuhnya tidak lemas
O : tidak terdapat tanda-tanda klien mengalami dehidrasi
A : tidak muncul masalah

Gangguan citra tubuh b.d cedera

P : pantau terus keadaan klien


S : klien mengatakan tubuhnya sudah seperti biasanya

akibat luka bakar

O : klien terlihat dapat mengeerakan tubuhnya


A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi dan pantau terus keadaan klien

Daftar Pustaka

http://books.google.co.id/books?
id=bhRB7IeC0JIC&pg=PA746&dq=asuhan+keperawatan+luka+bakar&hl=en&sa=X&ei
=Zox_UpD6FYayrgenmYDYBQ&ved=0CCIQ6AEwAA#v=onepage&q=asuhan

%20keperawatan%20luka%20bakar&f=false
http://books.google.co.id/books?
id=j_ScFduyerMC&pg=PA56&dq=luka+bakar&hl=id&sa=X&ei=EimAUrPUJsn3rQfplo

DgAg&ved=0CCQQ6AEwAQ#v=onepage&q=luka%20bakar&f=false
Grace Pierce A, Borley Neil R.2006.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta:Erlangga
NANDA
NIC
Aplikasi NANDA NIC-NOC
Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn
DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartzs principal surgery. 8 th ed. USA: The

McGraw-Hill Companies; 2007


Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

Jurnal nia

Anda mungkin juga menyukai