Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Prevalensi

2.1.1. Pengertian Prevalensi


Prevalensi adalah pengukuran jumlah orang dikalangan penduduk yang
menderita satu penyakit pada satu titik di waktu tertentu. (Notoatmodjo, 2002).

2.2.

Kehamilan

2.2.1. Pengertian Kehamilan


Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan
pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan. Lamanya hamil normal adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Tiga periode berdasarkan lamanya kehamilan:
a. Kehamilan trimester I

: 014 minggu

b. Kehamilan trimester II

: 1428 minggu

c. Kehamilan trimester III

: 2842 minggu

Dalam 3 trimester tersebut akan terjadi perubahan-perubahan dalam tubuh


ibu. Perubahan akan muncul pada minggu ke-5 sampai ke-6 masa kehamilan,
karena hormon-hormon kehamilan dalam tubuh mulai aktif bekerja (Hanifa,
2007).

2.2.2. Tanda-tanda Kehamilan


2.2.2.1. Amenorrhoea
Gejala pertama kehamilan ialah haid tidak dating pada tanggal yang
diharapkan. Bila seorang wanita memiliki siklus haid teratur dan mendadak
berhenti, ada kemungkinan hamil. Tetapi meskipun demikian sebaiknya ditunggu
selama 10 hari sebelum memeriksakan diri ke dokter. Karena sebelum masa itu
sulit untuk memastikan adanya kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

Haid yang terlambat pada wanita berusia 16-40 tahun, pada umumnya
memang akibat adanya kehamilan. Tetapi kehamilan bukanlah satu-satunya
penyebab keterlambatan haid. Haid dapat tertunda oleh tekanan emosi, beberapa
penyakit tertentu, dan juga akibat makan obat-obatan tertentu.
Selain kehamilan, penurunan berat badan dan tekanan emosi juga sering
menjadi penyebab keterlambatan haid pada wanita yang semula mempunyai
siklus normal.
2.2.2.2. Perubahan pada payudara
Banyak wanita merasakan payudara memadat ketika menjelang haid. Bila
terjadi kehamilan, gejala pemadatan bersifat menetap dan semakin bertambah.
Payudara menjadi lebih padat, kencang dan lebih lembut, juga dapat disertai rasa
berdenyut dan kesemutan pada putting susu.
Perubahan di atas disebabkan oleh tekanan kelamin wanita, estrogen, dan
progesterone yang dihasilkan oleh uri (plasenta). Hormon-hormon ini
menyebabkan saluran dan kantong kelenjar susu membesar, dan tertimbun lemak
di daerah payudara. Rasa kesemutan dan berdenyut disebabkan oleh
bertambahnya aliran darah yang mengaliri payudara.
2.2.2.3. Mual dan muntah-muntah
Kira-kira separuh dari wanita yang hamil mengalami mual dan muntahmuntah, dengan tingkat yang berbeda-beda, biasanya cukup ringan dan terjadi
dipagi hari (morning sickness). Penyebabnya tidak diketahui, tetapi juga dapat
disebabkan oleh karena peningkatan kadar hormon kelamin yang diproduksi
selama hamil. Sesudah 12 minggu gejala-gejala itu biasanya menghilang, karena
tubuh sudah menyesuaikan diri.
2.2.2.4. Sering kencing
Pada awal kehamilan ginjal bekerja dan kantong kencing cepat penuh.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Perubahan Fisik dan Psikologis yang Terjadi pada Wanita Hamil
2.2.3.1. Perubahan fisik
a. Berhenti menstruasi
b. Letih dan mudah mengantuk
c. Sering buang air kecil
d. Mual dengan atau tanpa muntah
e. Rasa panas dalam perut dan menggangu pencernaan
f. Enggan makan dan mengidam
g. Pembesaran pada payudara.

2.2.3.2. Perubahan psikologis


a. Emosional, mudah marah, suasana hati yang beragam, cengeng
b. Perasaan was-was, takut, elasi (rasa senang yang berlebihan).

2.3.

Kehamilan Trimester Pertama


Trimester merupakan periode tiga bulanan yang penting bagi calon ibu.

Ketiga periode tiga bulanan itu ditentukan berdasarkan kecepatan pertumbuhan


janin. Secara konvensional, hitungan trimester ini dimulai sejak pembuahan (dua
minggu setelah menstruasi terakhir). Trimester pertama mewakili 12 minggu
pertama kehidupan janin, trimester kedua berakhir pada 28 minggu, trimester
ketiga meliputi sisa minggu kehamilan (Stoppard, 2006).
Selama trimester pertama, tubuh menyesuaikan diri terhadap kehamilan.
Pada awal kehamilan. Pada awal kehamilan, meskipun kehamilan belum nampak
tetapi aktivitas hormon akan mulai berpengaruh dalam berbagai hal. Pada
trimester pertama kehamilan ini, akan terdapat perasaan enek (nausea). Mungkin
ini akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus
digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang.
Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan
lebih lama berada dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk resorpsi, akan tetapi
menimbulkan pula obstipasi, yang memang merupakan salah satu keluhan utama

Universitas Sumatera Utara

wanita hamil. Tidak jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan gejala
muntah (emesis). Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai morning
sickness (Hanifa, 2007).
Banyak perubahan fisik yang akan dialami ibu hamil selama trimester
pertama (3 bulan pertama kehamilan). Periode ini juga merupakan waktu
pembentukan sekaligus perkembangan pesat dari semua sistem dan organ tubuh
bayi. Berbagai gejala kehamilan akan datang di trimester pertama kehamilan ini
misalnya pembesaran payudara, sering buang air kecil, konstipasi, mual muntah,
merasa lelah, sakit kepala, pusing, emosional, mood akan berubah secara tidak
terduga, nafsu makan akan berubah dan cenderung menyukai makanan
lunak/lembut (Stoppard, 2006).

2.4.

Emesis Gravidarum

2.4.1. Pengertian emesis gravidarum


Emesis gravidarum adalah muntah-muntah pada wanita hamil. Keadaan ini
biasanya didahului rasa mual (Kamus Kedokteran).
Baverley OBrien (OBrien & Naber, 1995) menemukan bahwa 70-90%
dari semua wanita hamil mengalami mual-mual, sementara 50% mengalami
muntah-muntah paling tidak sekali.
Kedua hal itu adalah gejala yang wajar dan sering didapati pada sebagian
besar ibu hamil. Kebanyakan mual dan muntah ini terjadi di pagi hari atau biasa
disebut morning sickness, tetapi dapat juga terjadi pada siang hari atau bahkan
pada malam hari (Llewellyn-Jones, 1997).
Mual dan muntah ini terjadi pada minggu ke-6 setelah hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 12 minggu pertama kehamilan.
William Smellie (1779) mengatakan bahwa keluhan pertama saat
kehamilan adalah rasa mual dan muntah-muntah yang pada beberapa wanita
berawal tidak lama setelah pembuahan dan seringkali berlanjut sampai akhir bulan
keempat. Sebagian besar wanita sering mengalami masalah karena mual dan
muntah ini, khususnya muntah di pagi hari. Beberapa wanita yang tidak

Universitas Sumatera Utara

mengalami keluhan-keluhan semacam ini dalam satu kehamilan mungkin akan


mengalaminya dengan hebat dalam kehamilan-kehamilan berikutnya.

2.4.2. Penyebab Emesis Gravidarum


Penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai saat ini tidak dapat
diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa perasaan mual disebabkan
oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Hormon Chorionic
Gonadotrophine) dalam serum (Wiknjosastro, 1999).
Dapue, dkk (1987) menganggap bahwa kadar hormon estrogen yang tinggi
saat hamil muda, mungkin merupakan penyebabnya, wanita yang hamil untuk
pertama kalinya dan wanita yang bertubuh besar memiliki hormon estrogen yang
bersirkulasi lebih tinggi dan lebih cenderung mengalami gangguan kehamilan.
Dalam kehamilan terjadi kekenduran relative jaringan otot dalam system
pencernaan sehingga pencernaan kurang efisien, dan kelebihan asam dalam
lambung. Tetapi pencetus fisik ini belum dapat menjelaskan secara pasti sebab
terjadinya mual dan muntah pada kehamilan, karena sebagian besar hal ini terjadi
pada semua kehamilan, namun tidak semua ibu hamil mengalaminya.
Montgomery (1837) menganggap muntah-muntah disebabkan oleh iritasi reflek
gravid rahim dan kondisi sistem seksual yang sakit.
Selain faktor fisik, faktor emosional juga dapat menyebabkan mual dan
muntah pada kehamilan. Para wanita yang mengalami mual berkepanjangan
kelihatannya mendapatkan dukungan lebih sedikit dari suaminya atau orang tua
mereka (Wolkind dan Zajicek, 1978).
Dalam masyarakat primitif yang cara hidupnya lebih sederhana, lebih
santai dan tidak banyak tuntutan, jarang sekali ditemukan ibu hamil yang
mengalami rasa mual ini. Ketidakstabilan emosi dan keadaan social lingkungan
dapat menjadi pemicu terjadinya emesis gravidarum (Einsberg dkk, 1985).
Pola makan calon ibu pada minggu-minggu awal kehamilan, serta gaya
hidupnya juga berpengaruh terhadap terjadinya emesis gravidarum ini. Studi
membuktikan bahwa calon ibu yang makan makanan berprotein tinggi namun
berkarbohidrat dan bervitamin B rendah lebih berpeluang menderita mual berat.

Universitas Sumatera Utara

Keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu. Kurang makan,
kurang tidur atau istirahat, dan stress dapat memperburuk rasa mual (Panduan
Lengkap Kehamilan : 58).
2.4.3. Tanda dan Gejala Emesis Gravidarum
Tanda-tanda emesis gravidarum berupa:
a.

Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah


Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi
dapat pula terjadi setiap saat.

b.

Nafsu makan berkurang

c.

Mudah lelah

d.

Emosi yang cenderung tidak stabil.


Keadaan ini merupakan suatu yang normal, tetapi dapat menjadi tidak

normal apabila mual dan muntah ini terjadi terus menerus dan mengganggu
keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis
gravidarum yang

berkelanjutan dapat

terkena dehidrasi sehingga akan

menimbulkan gangguan pada kehamilannya.

2.4.4. Pengaruh Emesis Gravidarum pada Ibu dan Janin


Emesis dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek negative
terhadap kehamilan dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini
berkelanjutan dan berubah menjadi hiperemesis gravidarum yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya gangguan pada kehamilan.
Wanita-wanita hamil dengan gejala emesis gravidarum yang berlebih
berpotensi besar mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat dan
lemak dalam tubuh, dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput lender esofagus
dan lambung atau sindroma Mallary Weiss akibat perdarahan gastrointestinal
(Wiknjosastro, 1999).
Tanda-tanda dehidrasi, adalah: berat badan menurun, denyut nadi
meningkat (120x/menit dan terus naik), tekanan darah menurun (diastolic 50
mmHg dan terus turun), mata cekung, elastisitas kulit berkurang. Apabila

Universitas Sumatera Utara

ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada ibu hamil maka ia harus segera mendapat
pertolongan dari tenaga kesehatan.
Bayi-bayi dari wanita yang menderita hiperemesis gravidarum sepanjang
kehamilan lebih cenderung memiliki kelainan dan pertumbuhan yang sedikit
terbelakang (Pettiti, 1986).
Pencegahan

terhadap

emesis

gravidarum

yang

berlebihan

perlu

dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan


persalinan sebagai suatu proses fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual
dan muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah pola makan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.

2.5.

Obat dan Kehamilan


Meskipun janin di dalam kandungan telah dilindungi dari pengaruh luar

oleh plasenta dan selaput ketuban, tetapi ia sama sekali tidak terlepas dari
pengaruh buruk obat yang dikonsumsi oleh sang ibu. Secara khusus, penggunaan
obat-obatan pada ibu hamil tidak hanya memberikan efek samping pada sang ibu,
tetapi lebih dari itu ada pengaruh buruk pada janin, yang berupa cacat-cacat
bawaan. Obat atau agen lain yang dapat mengakibatkan cacat bawaan yang nyata
lazim disebut sebagai obat yang bersifat teratogenik atau dismorfogenik (Yunika,
2009).
Sebagian besar obat yang digunakan oleh wanita hamil dapat menembus
plasenta, sehingga embrio dan janin dalam masa perkembangan terpapar terhadap
efek farmakologis dan teratogenik agen tersebut. Faktor-faktor kritis yang
mempengaruhi transfer obat menembus plasenta dan efek obat terhadap janin
termasuk hal-hal sebagai berikut: (1) sifat fisikokimiawi; (2) kecepatan menembus
plasenta dan jumlah yang mencapai janin; (3) durasi paparan; (4) sifat distribusi
pada jaringan janin yang berbeda; (5) tahap perkembangan janin dan plasenta
pada saat pemaparan; dan (6) efek obat yang digunakan secara kombinasi
(Katzung, 2004).

Universitas Sumatera Utara

2.5.1. Farmakokinetik Obat pada Kehamilan


Menurut Katzung (2004), berikut hal-hal yang mempengaruhi penyerapan
obat pada kehamilan:
a. Kelarutan Lipid
Seperti juga membran biologik lainnya, obat yang melintasi plasenta
bergantung pada kelarutan lipid dan derajat ionisasi obat, obat lipofilik cenderung
berdifusi dengan mudah melintasi plasenta dan masuk sirkulasi janin.
b. Ukuran Molekul
Berat molekul obat juga mempengaruhi kecepatan transfer dan jumlah obat
yang ditransfer melalui plasenta. Obat-obat dengan molekul 250-500 dapat
melintasi plasenta dengan mudah, bergantung pada kelarutan lipidnya dan derajat
ionisasi. Obat dengan berat molekul 500-1000 lebih sulit melintasi plasenta, dan
obat dengan berat molekul lebih dari 1000 sangat sulit melintasi plasenta.
c. Ikatan Protein
Derajat ikatan obat dengan protein plasma (albumin) dapat pula
mempengaruhi laju transfer dan jumlah obat yang dipindahkan. Namun, jika obat
sangat mudah larut lipid, tidak akan banyak dipengaruhi oleh ikatan protein.
d. Metabolisme obat plasenta dan janin
Terdapat dua mekanisme yang memberikan perlindungan janin dari obat
dalam sirkulasi darah maternal:
1. Plasenta sendiri berperan baik sebagai sawar semipermeabel dan sebagai
tempat metabolisme beberapa obat yang melaluinya.
2. Obat yang telah melewati plasenta masuk dalam sirkulasi janin melalui
vena umbilikus.

2.5.2. Kategori Obat pada Ibu Hamil


Menurut Yunika (2009), sistem penggolongan kategori resiko pada masa
kehamilan dapat mengacu pada sistem penggolongan FDA (Food and Drug
Administration) atau ADEC (Australian Drug Evaluation Committee). Untuk
sediaan farmasi yang mengandung lebih dari satu bahan obat, penggolongan
resiko sesuai dengan komponen obat yang mempunyai penggolongan paling ketat.

Universitas Sumatera Utara

Penggolongan ini berlaku hanya untuk dosis terapetik anjuran bagi wanita usia
produktif.

Kategori kehamilan menurut FDA, adalah sebagai berikut:


a. Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko pada
janin pada kehamilan trimester pertama (dan tidak ada bukti mengenai resiko
terhadap trimester berikutnya), dan sangat kecil kemungkinan obat ini untuk
membahayakan janin.

b. Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan
adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol yang diperoleh
pada ibu hamil. Studi terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan
adanya efek samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak didapati pada studi
terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan ditemukan bukti adanya pada
kehamilan trimester berikutmya).
c. Kategori C
Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping
terhadap janin (teratogenik), dan studi terkontrol pada wanita dan binatang
percobaan tidak tersedia atau tidak dilakukan. Obat yang masuk kategori ini hanya
boleh diberikan jika besarnya manfaat terapeutik melebihi besarnya resiko yang
terjadi pada janin.
d. Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko pada janin, tetapi manfaat terapeutik yang
diharapkan mungkin melebihi besarnya resiko (misalnya jika obat perlu
digunakan untuk mengatasi kondisi yang mengancam j/iwa atau penyakit serius
bilamana obat yang lebih aman tidak digunakan atau tidak efektif.
e. Kategori X
Studi pada manusia atau binatang percobaan memperlihatkan adanya
abnormalitas pada janin, atau terdapat bukti adanya resiko pada janin. Besarnya

Universitas Sumatera Utara

resiko jika obat ini digunakan pada ibu hamil jelas-jelas melebihi manfaat
terapeutiknya. Obat yang masuk dalam kategori ini dikontraindikasikan pada
wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan hamil.

2.5.3. Anjuran Penggunaan Obat Pada Masa Kehamilan


Menurut Manuaba (1998), anjuran penggunaan obat pada masa kehamilan
adalah sebagai berikut:
1. Obat hanya diresepkan pada ibu hamil bila manfaat yang diperoleh ibu
diharapkan lebih besar dibandingkan resiko pada janin.
2. Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya selama trimester
pertama kehamilan.
3. Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara luasa pada
kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan daripada obat baru atau obat yang
belum pernah dicoba secara klinis.
4. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu sesingkat
mungkin.
5. Penggunaan banyak obat tidak boleh diberikan sekaligus (polifarmasi).
6. Perlu adanya penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan.
Pemakaian obat-obat bebas dan resep perlu diperhatikan sepanjang kehamilan
sampai nifas. Perubahan fisiologik pada ibu yang terjadi selama masa kehamilan
mempengaruhi kerja obat dan pemakaiannya.

2.6.

Obat Antiemetik
Anti-emetik atau obat mual adalah obat yang digunakan untuk mengatasi

rasa mual dan muntah. Antiemetik secara khusus digunakan untuk mengatasi
mabuk perjalanan dan efek samping dari analgesik golongan opiat, anestesi
umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk melawan kanker, juga untuk
mengatasi vertigo (pusing) atau migren (Mutschler, 1991).
Tujuan keseluruhan dari terapi anti-emetik adalah untuk mencegah atau
menghilangkan mual dan muntah, seharusnya tanpa menimbulkan efek samping.
Terapi antiemetik diindikasikan untuk pasien dengan gangguan elektrolit akibat

Universitas Sumatera Utara

sekunder dari muntah, anoreksia berat, memburuknya status gizi atau kehilangan
berat badan.

2.6.1. Obat Antiemetik pada Kehamilan


Jarang terjadi bahwa pengobatan mual dan muntah waktu hamil
sedemikian

berhasil,

sehingga

ibu

hamil

yang

mengalaminya

berhasil

memperoleh kesembuhan yang sempurna. Tetapi perasaan tidak enak biasanya


dapat dikurangi.

Daftar Obat Antiemetik yang digunakan pada Masa Kehamilan

Golongan Obat

Kategori

Pengaruh pada Masa Kehamilan


Ibu

Phenothiazine

Janin/bayi

FDA: C

Belum ada laporan

(Promethazine)

mengenai efeknya
pada fetus

Metoclopramide

FDA: B

Penelitian

pada Tidak ada bukti

hewan

terjadi

cacat

menunjukkan

bawaan atau efek

peningkatan

samping lain pada

denyut jantung ibu

fetus

atau

bayi

baru lahir
Ondansetron

FDA: B

Tidak ada bukti


efek samping pada
fetus

atau

kesuburan

tikus

dan kelinci dengan


dosis iv sampai 4
mg/kg/hari
Domperidone

FDA: B

Tebel 2.6.1. Daftar Obat Antiemetik pada Masa Kehamilan

Universitas Sumatera Utara

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI
OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Ibu hamil trimester I
Emesis Gravidarum

1. Penanganan: Non-Farmaka

2. Penanganan: Farmaka
(menggunakan obat anti-emetik)

Efek samping

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Defenisi Operasional


1. Prevalensi
Prevalensi adalah pengukuran jumlah orang dikalangan penduduk yang
menderita satu penyakit pada satu titik di waktu tertentu.
2. Ibu Hamil trimester I
Wanita yang sedang mengandung janin dengan usia kehamilan berkisar
dari 0-12 Minggu.
3. Emesis Gravidarum
Emesis gravidarum adalah muntah-muntah pada wanita hamil. Keadaan
ini biasanya didahului rasa mual (Kamus Kedokteran).
4. Obat Antiemetik
Anti-emetik atau obat mual adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
rasa mual dan muntah.

Universitas Sumatera Utara

5. Efek Samping
Suatu reaksi yang tidak diharapkan dan dapat berbahaya yang diakibatkan
oleh suatu pengobatan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai