Kategori Obat Yg Dilarang Utk Kehamilan
Kategori Obat Yg Dilarang Utk Kehamilan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Prevalensi
2.2.
Kehamilan
: 014 minggu
b. Kehamilan trimester II
: 1428 minggu
: 2842 minggu
Haid yang terlambat pada wanita berusia 16-40 tahun, pada umumnya
memang akibat adanya kehamilan. Tetapi kehamilan bukanlah satu-satunya
penyebab keterlambatan haid. Haid dapat tertunda oleh tekanan emosi, beberapa
penyakit tertentu, dan juga akibat makan obat-obatan tertentu.
Selain kehamilan, penurunan berat badan dan tekanan emosi juga sering
menjadi penyebab keterlambatan haid pada wanita yang semula mempunyai
siklus normal.
2.2.2.2. Perubahan pada payudara
Banyak wanita merasakan payudara memadat ketika menjelang haid. Bila
terjadi kehamilan, gejala pemadatan bersifat menetap dan semakin bertambah.
Payudara menjadi lebih padat, kencang dan lebih lembut, juga dapat disertai rasa
berdenyut dan kesemutan pada putting susu.
Perubahan di atas disebabkan oleh tekanan kelamin wanita, estrogen, dan
progesterone yang dihasilkan oleh uri (plasenta). Hormon-hormon ini
menyebabkan saluran dan kantong kelenjar susu membesar, dan tertimbun lemak
di daerah payudara. Rasa kesemutan dan berdenyut disebabkan oleh
bertambahnya aliran darah yang mengaliri payudara.
2.2.2.3. Mual dan muntah-muntah
Kira-kira separuh dari wanita yang hamil mengalami mual dan muntahmuntah, dengan tingkat yang berbeda-beda, biasanya cukup ringan dan terjadi
dipagi hari (morning sickness). Penyebabnya tidak diketahui, tetapi juga dapat
disebabkan oleh karena peningkatan kadar hormon kelamin yang diproduksi
selama hamil. Sesudah 12 minggu gejala-gejala itu biasanya menghilang, karena
tubuh sudah menyesuaikan diri.
2.2.2.4. Sering kencing
Pada awal kehamilan ginjal bekerja dan kantong kencing cepat penuh.
2.2.3. Perubahan Fisik dan Psikologis yang Terjadi pada Wanita Hamil
2.2.3.1. Perubahan fisik
a. Berhenti menstruasi
b. Letih dan mudah mengantuk
c. Sering buang air kecil
d. Mual dengan atau tanpa muntah
e. Rasa panas dalam perut dan menggangu pencernaan
f. Enggan makan dan mengidam
g. Pembesaran pada payudara.
2.3.
wanita hamil. Tidak jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan gejala
muntah (emesis). Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai morning
sickness (Hanifa, 2007).
Banyak perubahan fisik yang akan dialami ibu hamil selama trimester
pertama (3 bulan pertama kehamilan). Periode ini juga merupakan waktu
pembentukan sekaligus perkembangan pesat dari semua sistem dan organ tubuh
bayi. Berbagai gejala kehamilan akan datang di trimester pertama kehamilan ini
misalnya pembesaran payudara, sering buang air kecil, konstipasi, mual muntah,
merasa lelah, sakit kepala, pusing, emosional, mood akan berubah secara tidak
terduga, nafsu makan akan berubah dan cenderung menyukai makanan
lunak/lembut (Stoppard, 2006).
2.4.
Emesis Gravidarum
Keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu. Kurang makan,
kurang tidur atau istirahat, dan stress dapat memperburuk rasa mual (Panduan
Lengkap Kehamilan : 58).
2.4.3. Tanda dan Gejala Emesis Gravidarum
Tanda-tanda emesis gravidarum berupa:
a.
b.
c.
Mudah lelah
d.
normal apabila mual dan muntah ini terjadi terus menerus dan mengganggu
keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis
gravidarum yang
berkelanjutan dapat
ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada ibu hamil maka ia harus segera mendapat
pertolongan dari tenaga kesehatan.
Bayi-bayi dari wanita yang menderita hiperemesis gravidarum sepanjang
kehamilan lebih cenderung memiliki kelainan dan pertumbuhan yang sedikit
terbelakang (Pettiti, 1986).
Pencegahan
terhadap
emesis
gravidarum
yang
berlebihan
perlu
2.5.
oleh plasenta dan selaput ketuban, tetapi ia sama sekali tidak terlepas dari
pengaruh buruk obat yang dikonsumsi oleh sang ibu. Secara khusus, penggunaan
obat-obatan pada ibu hamil tidak hanya memberikan efek samping pada sang ibu,
tetapi lebih dari itu ada pengaruh buruk pada janin, yang berupa cacat-cacat
bawaan. Obat atau agen lain yang dapat mengakibatkan cacat bawaan yang nyata
lazim disebut sebagai obat yang bersifat teratogenik atau dismorfogenik (Yunika,
2009).
Sebagian besar obat yang digunakan oleh wanita hamil dapat menembus
plasenta, sehingga embrio dan janin dalam masa perkembangan terpapar terhadap
efek farmakologis dan teratogenik agen tersebut. Faktor-faktor kritis yang
mempengaruhi transfer obat menembus plasenta dan efek obat terhadap janin
termasuk hal-hal sebagai berikut: (1) sifat fisikokimiawi; (2) kecepatan menembus
plasenta dan jumlah yang mencapai janin; (3) durasi paparan; (4) sifat distribusi
pada jaringan janin yang berbeda; (5) tahap perkembangan janin dan plasenta
pada saat pemaparan; dan (6) efek obat yang digunakan secara kombinasi
(Katzung, 2004).
Penggolongan ini berlaku hanya untuk dosis terapetik anjuran bagi wanita usia
produktif.
b. Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan
adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol yang diperoleh
pada ibu hamil. Studi terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan
adanya efek samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak didapati pada studi
terkontrol pada wanita hamil trimester pertama (dan ditemukan bukti adanya pada
kehamilan trimester berikutmya).
c. Kategori C
Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping
terhadap janin (teratogenik), dan studi terkontrol pada wanita dan binatang
percobaan tidak tersedia atau tidak dilakukan. Obat yang masuk kategori ini hanya
boleh diberikan jika besarnya manfaat terapeutik melebihi besarnya resiko yang
terjadi pada janin.
d. Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko pada janin, tetapi manfaat terapeutik yang
diharapkan mungkin melebihi besarnya resiko (misalnya jika obat perlu
digunakan untuk mengatasi kondisi yang mengancam j/iwa atau penyakit serius
bilamana obat yang lebih aman tidak digunakan atau tidak efektif.
e. Kategori X
Studi pada manusia atau binatang percobaan memperlihatkan adanya
abnormalitas pada janin, atau terdapat bukti adanya resiko pada janin. Besarnya
resiko jika obat ini digunakan pada ibu hamil jelas-jelas melebihi manfaat
terapeutiknya. Obat yang masuk dalam kategori ini dikontraindikasikan pada
wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan hamil.
2.6.
Obat Antiemetik
Anti-emetik atau obat mual adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
rasa mual dan muntah. Antiemetik secara khusus digunakan untuk mengatasi
mabuk perjalanan dan efek samping dari analgesik golongan opiat, anestesi
umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk melawan kanker, juga untuk
mengatasi vertigo (pusing) atau migren (Mutschler, 1991).
Tujuan keseluruhan dari terapi anti-emetik adalah untuk mencegah atau
menghilangkan mual dan muntah, seharusnya tanpa menimbulkan efek samping.
Terapi antiemetik diindikasikan untuk pasien dengan gangguan elektrolit akibat
sekunder dari muntah, anoreksia berat, memburuknya status gizi atau kehilangan
berat badan.
berhasil,
sehingga
ibu
hamil
yang
mengalaminya
berhasil
Golongan Obat
Kategori
Phenothiazine
Janin/bayi
FDA: C
(Promethazine)
mengenai efeknya
pada fetus
Metoclopramide
FDA: B
Penelitian
hewan
terjadi
cacat
menunjukkan
peningkatan
fetus
atau
bayi
baru lahir
Ondansetron
FDA: B
atau
kesuburan
tikus
FDA: B
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI
OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Ibu hamil trimester I
Emesis Gravidarum
1. Penanganan: Non-Farmaka
2. Penanganan: Farmaka
(menggunakan obat anti-emetik)
Efek samping
5. Efek Samping
Suatu reaksi yang tidak diharapkan dan dapat berbahaya yang diakibatkan
oleh suatu pengobatan.